Anda di halaman 1dari 34

Kelompok 5 OBGYN

Skenario II
EVIDENCE BASED MEDICINE

Seorang mahasiswa UMM berusia 19 tahun, datang ke puskesmas


dengan keluhan demam. Pasien didiagnosis menderita common cold. Pasien
bertanya kepada petugas kesehatan, jika nanti dikemudian hari mengalami hal
serupa, apakah vitamin C dapat mencegah common cold. Jika dokter, perawat
dan apoteker hendak melakukan pelayanan kesehatan menggunakan evidence
based medicine (EBM) dalam kasus ini, langkah apa yang harus dilakukan?
Keyword

Mahasiswa 19 tahun
Demam
Common cold
Vitamin C
Mencegah
Evidence based medicine (EBM)
Klarifikasi Istilah

EBM : Suatu penerapan informasi terbaik untuk mengelolah permasalahan pasien,


diagnosis, prognosis, efek samping dan pasien safety yang didasarkan pada literatur
medis. (Highlight on Evidence Based Medicine, 2010)
Demam : peningkatan suhu tubuh dari suhu normal, suhu tubuh diatas 37 derajat celcius.
(wijaya, 2008)
Vitamin C : Kofaktor untuk beberapa enzim yang terlibat dalam biosintesis kolagen,
karnitin dan neurotransmitter yang efektif berfungsi sebagai antioksidan yang melindungi
protein, lipid, karbohidrat dan asam nukleat dari kerusakan akibat radikal bebas.(Maggini,
2012)
Common cold : kumpulan gejala yang ditandai dengan nyeri tenggorokan hingga sulit
menelan, bersin-bersin, adanya sumbatan di hidung/nasal congestion, nyeri kepala dan
beberapa individu mengalami batuk. Pasien merasakan demam namun pada pengukuran
termometer tidak terjadi peningkatan suhu tubuh yang signifikan. (Puspitasari, 2010)
Rumusan Masalah

1. Mengapa dalam kasus ini membutuhkan suatu EBM ?


2. Bagaimana cara mengevaluasi EBM untuk mengetahui bahwa EBM tersebut valid?
3. Apa tujuan, kelebihan dan hambatan dari EBM ?
4. Bagaimana EBN untuk kasus ini ?
5. Apakah ada pengaruh pemberian vitamin C terhadap pencegahan common cold? Jika ada,
bagaimana mekanismenya berdasarkan EBM ?
6. Bagaimana tahapan/langkah dalam menentukan EBM ?
7. Faktor resiko apa saja yg dapat menyebabkan common cold?
8. Bagaimana penatalaksanaan dan KIE yang diberikan ketiga profesi ini pada pasien tersebut ?
Hipotesis 1
Mengapa dalam kasus ini membutuhkan suatu EBM ?

Mencari pengobatan terbaru dengan melihat efek samping yg


minim
Membantu memilih pelayanan yg terbaik utk pasien dengan
menggunakan sistem pengobatan dan pelayanan yang ter-
update (adanya sistem pengobatan dan pelayanan yg dinamis
dari penelitian sebelumnya)
Hipotesis 2
Bagaimana cara mengevaluasi EBM untuk mengetahui bahwa
EBM tersebut valid?

Tergantung dari jurnalnya


Dilihat dari 5 pertanyaan
Hipotesis 3
Apa tujuan, kelebihan dan hambatan dari EBM ?

Tujuan : membantu proses pengambilan keputusan yang baik untuk


kepentingan seperti pencegahan, diagnosis, terapi dan rehabilitatif
Kelebihan : untuk menyelesaikan masalah awal pasien dan berakhir
pada keuntungan pasien. Serta tidak hanya bisa menjawab
iya/tidak, tetapi ada disertakan alasan suatu masalah/hipotesis yg
terdahulu
hambatan : tidak ada akses yang cukup untuk memperoleh
informasi yang mutakhir dan sahih. Juga membutuhkan waktu yang
lama/keterbatasan waktu
Hipotesis 4
Bagaimana EBD, EBN dan EBP untuk kasus ini ?

Posisi pasien 30-50 derajat


Membantu pasien untuk bernafas dan mengontrol batuk
Melakukan cara menghirup uap hangat yang dihasilkan dari air hangat di
wadah lebar yang ditetesi beberapa minyak atsiri. Bisa berupa minyak
mint, minyak kayu putih, minyak adas atau teatree oil
Ambulation tiap 2 jam sekali
Meminum air 2500 ml tiap hari
Untuk demam : pasien dibalut selimut/pakaian ringan tergantung dari fase
demamnya
Hipotesis 5
Apakah ada pengaruh pemberian vitamin C terhadap pencegahan
common cold? Jika ada, bagaimana mekanismenya berdasarkan EBM ?

Vitamin C seperti prinsip imunisasi, hanya mencegah juga sebagai


antioksidan
Vitamin C meningkatkan kekebalan alami pasien
Namun vitamin C tidak berpengaruh pada pasien Common cold
karena common cold sendiri disebabkan oleh virus
Jadi efektifitas pemberian vitamin C tergantung kekebalan individu
masing2
Hipotesis 6
Bagaimana tahapan/langkah dalam menentukan EBM ?

ASK (dengan PICO)


ACQUIRE (mencari jurnal) bisa di pubmed, cocchrane, dll
APPRAISE (melakukan telaah jurnal)
APPLY (validity, important, applicability)
AUDIT/ASSESSMENT (penerapan)
Hipotesis 7
Faktor resiko apa saja yg dapat menyebabkan common cold?

Common cold disebabkan virus


Faktor resiko faktor eksternal (faktor fisik, kimia, biologis)
atau internal (imunitas individu, dsb)
Hipotesis 8
Bagaimana penatalaksanaan dan KIE yang diberikan ketiga
profesi ini pada pasien tersebut ?

Sudah dijelaskan berdasarkan EBN


Tatalaksana : farmakologi dan nonfarmakologi
Edukasikan kepada pasien tentang obat yang diberikan kepada
pasien, penggunaannya, cara penyimpanannya, dsb
Peta Konsep
Learning Objective

Penjelasan common cold secara singkat (Definisi, etiologi,


patofisiologi, gejala klinis, faktor resiko, Diagnosis, DD,
tatalaksana, komplikasi dan prognosis)
Mengetahui dan menjelaskan penggunaan Evidence based
practice berdasarkan kasus pada skenario
LO 1 Penjelasan Singkat Common Cold
Definisi

Common cold atau selesma atau rhinitis merupakan infeksi saluran


pernafasan-atas ringan yang disebabkan oleh virus dengan gejala utama
hidung buntu, adanya sekret hidung, bersin, nyeri tenggorok dan batuk
dan gejala sistemik berupa nyeri kepala, mialgia, demam yang ringan
etiologi

Virus patogen yang paling sering menyebabkan rinitis adalah rinovirus


(mempunyai > 100 serotipe, penyebab 30-50% rinitis pertahun)
Virus lain penyebab rinitis diantaranya: koronavirus, RSV, human
metapneumo virus, influenza, parainfluenza, adenovirus, enterovirus dan
bocavirus
patofisiologi

menyebar melalui inhalasi aerosol partikel kecil, aerosol partikel besar dan kontak
langsung dengan virus yang kemudian kontak tangan ke hidung ataupun konjungtiva
Patogenesis penyakit ini berdasarkan interaksi virus dan respon inflamasi sel penjamu
Virus influenza dan adenovirus menyebabkan kerusakan yang luas, rinovirus tidak
menyebabkan perubahan histopatologik, sehingga gejala klinis lebih dikarenakan
respon inflamasi penjamu
Mediator yang berperan diantaranya kinin, leukotrien, histamin, interleukin 1,6 dan 8,
tumor necrosis factor (TNF), regulated by activation normal T cell expressed and
secreted (RANTES).
Replikasi influenza terjadi di epitel trakeobronkial, rinovirus terutama di epitel
nasofaring. Replikasi virus di epitel berikatan dengan reseptor spesifik, rinovirus
berikatan dengan intercellulare adhesion molecule-1 (ICAM-1)
Replikasi dalam 8-10 jam, dan 75% yang terinfeksi memiliki gejala
Virus influenza dan adenovirus menyebabkan kerusakan silia epitel sedangkan rinovirus
dan RSV tidak menyebabkan perubahan histopatologik pada epitel. Kerusakan silia ini
akan mengganggu barier mekanis sistem pertahanan saluran pernafasan,
menyebabkan gangguan mucociliary clearance yang bersifat sementara dan
berhubungan dengan gejala batuk dan rinorea, kerusakan ini terjadi pada minggu
pertama
Infeksi epitel nasal akan menimbulkan respon inflamasi akut, pelepasan sitokin
inflamasi, dan infiltrasi sel-sel inflamasi ke mukosa. Inflamasi ini yang menyebabkan
timbulnya manifestasi klinis pada rinitis. Inflamasi dapat menyumbat sinus ostium
ataupun tuba eustachius, hal ini menjadi faktor predisposisi terjadinya sinusitis bakterial
dan otitis media.
Infeksi rinovirus dan adenovirus menimbulkan imunitas yang spesifik
serotipe, infeksi berulang kemungkinan dikarenakan serotipe yang
berbeda karena patogen ini memiliki sangat banyak serotipe. Virus
influenza memiliki kemampuan mengubah antigen yang dipresentasikan
dan disisi lain pasca infeksi coronavirus akan memiliki imunitas yang
singkat terhadap infeksi berulang. Parainfluenza dan RSV memiliki sedikit
serotipe tetapi tidak terbentuk imunitas paska infeksi, sehingga tetap
memungkinkan adanya reinfeksi
gejala klinis

Gejala utama common cold adalah pilek. Pilek bisa berupa hidung tersumbat, bisa juga hidung
meler (keluar cairan/ingus encer). Awalnya ingus encer dan jernih, lalu menjadi lebih kental, dan
berwarna kuning kehijauan. Ingus hijau bukan tanda infeksi bakteri.
Selain pilek, common cold dapat disertai gejala lain :
Demam rendah, suhu badan berkisar 38 C
bersin
Batuk
Nafsu makan berkurang
Anak rewel
Tidur terganggu

Sumber : https://kupdf.com/download/common-cold_59f739c4e2b6f57f129bc6e9_pdf
faktor resiko

Usia : Bayi dan anak-anak lebih mungkin untuk terkena common cold/batuk pilek,
karena mereka belum mengembangkan kekebalan terhadap banyak virus .
Lingkungan : Individu lebih sering terkena common cold selama musim dingin, atau
selama musim hujan (di iklim hangat). Hal ini terjadi karena orang cenderung untuk
tinggal di dalam dan dalam jarak dekat satu sama lain.
Penurunan Sistem Imunitas : Individu dengan sistem kekebalan tubuh kurang lebih
mungkin untuk terkena common cold.
Psikososial : individu dengan kelelahan yang berlebihan atau gangguan emosi
mungkin lebih rentan terhadap common cold.

Sumber : http://www.kesehatankerja.com/COMMON%20COLD.htm
Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala yang muncul dengan


menyingkirkan kondisi lain yang mungkin lebih serius
DD

Rhinitis alergi : Gatal pada hidung dan bersin, Eosinofil nasal meningkat

Benda asing : Unilateral, sekresi hidung dengan bau tak sedap, Sekresi hidung berdarah

Sinusitis : Adanya demam, nyeri kepala atau nyeri wajah, edema periorbital atau
rhinorrheapersisten atau batuk > 14 hari

Streptococcosis : Discharge nasal mukopurulen yang menggores lubang hidung

Pertussis : Onset batuk berat atau persisten

Congenital syphilis : Rhinorrhea persisten dengan onset pada usia sampai dengan 3 bulan
tatalaksana

Vitamin C
Penggunaan vitamin C secara oral sebagai terapi awal untuk common cold akan sedikit
mengurangi durasi gejala baik pada anak dan dewasa

Sediaan lozenge zink.


Berdasarkan review jurnal Cochrane menunjukan bahwa penggunaan lozenge zinc (asetat atau
glukonat) dengan cara diminum pada 24 jam pertama dapat menurunkan keparahan dan durasi
penyakit.

Istirahat yang cukup

Sumber : Eka dan Taofik, Terapi Herbaldan Alternatif pada Flu Ringan atauISPA non-spesifik, 2016)
komplikasi

Bronkitis
Sinusitis
Radang telinga tengah dan infeksi telinga
Pneumonia
Prognosis

Mayoritas pasien sembuh setelah 2 minggu. Dalam sebuah penelitian terhadap anak
usia 6 bulan sampai 12 tahun, 26% masih memiliki gejalasejak 7 hari dan 6% setelah 14
hari. Batuk adalah gejala persisten yang paling umum, berlangsung dalam 15,3 sampai
28,6 hari. Penting untuk memberi tahu pasien tentang hal ini sehingga dapat
mengurangi harapan mereka akan kesembuhan yang cepat dan mencegah kunjungan
ulang untuk mendapatkan pengobatan dan / atau antibiotik. Kekambuhan sering
terjadi, walaupun tidak jelas apakah patogen penyebabnya adalah virus, subtipe, atau
patogen yang sama sama sekali. Perlu ditekankan bahwa gejala tidak segera sembuh.

(Britis Medical journal)


LO 2 - Evidence Based Practice
Berdasarkan Kasus
5 Steps of EBM
1. Converting the need for information into answerable
Question.

2. Collect evidence to answer question

3. critically appraise that evidence for its validity, impact &


applicability.

4. Integrating the critical appraisal with our clinical expertise


& our pt. Unique biology, values & circumstances.

5. Evaluate our effectiveness & efficiency in steps 1-4 and


30
seeking ways to improve them.
Level of Evidance Base Medicine

Burns et al, 2011


Izet Masic et al, 2008
Jawaban Terbaik Sesuai Dengan Tipe Pertanyaan
Oxford Centre for Evidence-based Medicine Levels of Evidence (March 2009)

Anda mungkin juga menyukai