Skenario II
EVIDENCE BASED MEDICINE
Mahasiswa 19 tahun
Demam
Common cold
Vitamin C
Mencegah
Evidence based medicine (EBM)
Klarifikasi Istilah
menyebar melalui inhalasi aerosol partikel kecil, aerosol partikel besar dan kontak
langsung dengan virus yang kemudian kontak tangan ke hidung ataupun konjungtiva
Patogenesis penyakit ini berdasarkan interaksi virus dan respon inflamasi sel penjamu
Virus influenza dan adenovirus menyebabkan kerusakan yang luas, rinovirus tidak
menyebabkan perubahan histopatologik, sehingga gejala klinis lebih dikarenakan
respon inflamasi penjamu
Mediator yang berperan diantaranya kinin, leukotrien, histamin, interleukin 1,6 dan 8,
tumor necrosis factor (TNF), regulated by activation normal T cell expressed and
secreted (RANTES).
Replikasi influenza terjadi di epitel trakeobronkial, rinovirus terutama di epitel
nasofaring. Replikasi virus di epitel berikatan dengan reseptor spesifik, rinovirus
berikatan dengan intercellulare adhesion molecule-1 (ICAM-1)
Replikasi dalam 8-10 jam, dan 75% yang terinfeksi memiliki gejala
Virus influenza dan adenovirus menyebabkan kerusakan silia epitel sedangkan rinovirus
dan RSV tidak menyebabkan perubahan histopatologik pada epitel. Kerusakan silia ini
akan mengganggu barier mekanis sistem pertahanan saluran pernafasan,
menyebabkan gangguan mucociliary clearance yang bersifat sementara dan
berhubungan dengan gejala batuk dan rinorea, kerusakan ini terjadi pada minggu
pertama
Infeksi epitel nasal akan menimbulkan respon inflamasi akut, pelepasan sitokin
inflamasi, dan infiltrasi sel-sel inflamasi ke mukosa. Inflamasi ini yang menyebabkan
timbulnya manifestasi klinis pada rinitis. Inflamasi dapat menyumbat sinus ostium
ataupun tuba eustachius, hal ini menjadi faktor predisposisi terjadinya sinusitis bakterial
dan otitis media.
Infeksi rinovirus dan adenovirus menimbulkan imunitas yang spesifik
serotipe, infeksi berulang kemungkinan dikarenakan serotipe yang
berbeda karena patogen ini memiliki sangat banyak serotipe. Virus
influenza memiliki kemampuan mengubah antigen yang dipresentasikan
dan disisi lain pasca infeksi coronavirus akan memiliki imunitas yang
singkat terhadap infeksi berulang. Parainfluenza dan RSV memiliki sedikit
serotipe tetapi tidak terbentuk imunitas paska infeksi, sehingga tetap
memungkinkan adanya reinfeksi
gejala klinis
Gejala utama common cold adalah pilek. Pilek bisa berupa hidung tersumbat, bisa juga hidung
meler (keluar cairan/ingus encer). Awalnya ingus encer dan jernih, lalu menjadi lebih kental, dan
berwarna kuning kehijauan. Ingus hijau bukan tanda infeksi bakteri.
Selain pilek, common cold dapat disertai gejala lain :
Demam rendah, suhu badan berkisar 38 C
bersin
Batuk
Nafsu makan berkurang
Anak rewel
Tidur terganggu
Sumber : https://kupdf.com/download/common-cold_59f739c4e2b6f57f129bc6e9_pdf
faktor resiko
Usia : Bayi dan anak-anak lebih mungkin untuk terkena common cold/batuk pilek,
karena mereka belum mengembangkan kekebalan terhadap banyak virus .
Lingkungan : Individu lebih sering terkena common cold selama musim dingin, atau
selama musim hujan (di iklim hangat). Hal ini terjadi karena orang cenderung untuk
tinggal di dalam dan dalam jarak dekat satu sama lain.
Penurunan Sistem Imunitas : Individu dengan sistem kekebalan tubuh kurang lebih
mungkin untuk terkena common cold.
Psikososial : individu dengan kelelahan yang berlebihan atau gangguan emosi
mungkin lebih rentan terhadap common cold.
Sumber : http://www.kesehatankerja.com/COMMON%20COLD.htm
Diagnosis
Rhinitis alergi : Gatal pada hidung dan bersin, Eosinofil nasal meningkat
Benda asing : Unilateral, sekresi hidung dengan bau tak sedap, Sekresi hidung berdarah
Sinusitis : Adanya demam, nyeri kepala atau nyeri wajah, edema periorbital atau
rhinorrheapersisten atau batuk > 14 hari
Congenital syphilis : Rhinorrhea persisten dengan onset pada usia sampai dengan 3 bulan
tatalaksana
Vitamin C
Penggunaan vitamin C secara oral sebagai terapi awal untuk common cold akan sedikit
mengurangi durasi gejala baik pada anak dan dewasa
Sumber : Eka dan Taofik, Terapi Herbaldan Alternatif pada Flu Ringan atauISPA non-spesifik, 2016)
komplikasi
Bronkitis
Sinusitis
Radang telinga tengah dan infeksi telinga
Pneumonia
Prognosis
Mayoritas pasien sembuh setelah 2 minggu. Dalam sebuah penelitian terhadap anak
usia 6 bulan sampai 12 tahun, 26% masih memiliki gejalasejak 7 hari dan 6% setelah 14
hari. Batuk adalah gejala persisten yang paling umum, berlangsung dalam 15,3 sampai
28,6 hari. Penting untuk memberi tahu pasien tentang hal ini sehingga dapat
mengurangi harapan mereka akan kesembuhan yang cepat dan mencegah kunjungan
ulang untuk mendapatkan pengobatan dan / atau antibiotik. Kekambuhan sering
terjadi, walaupun tidak jelas apakah patogen penyebabnya adalah virus, subtipe, atau
patogen yang sama sama sekali. Perlu ditekankan bahwa gejala tidak segera sembuh.