Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Hiperemesis Gravidarum

a. Pengertian hiperemesis gravidarum

Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau serring terdapat

pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,

tetapi ada yang timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini

biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan

berlangsung kurang lebih 10 minggu14. Mual muntah terjadi hampir 80%

pada ibu hamil.

Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual

muntah lebih dari 10 kali dalam 24 jam, sehingga pekerjaan sehari-hari

terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan ini rata-rata

muncul pada usia kehamilan 8-12 minggu16. Hiperemesis gravidarum

adalah kondisi persisten mual muntah ibu hamil pada trimester pertama

sampai dengan usia kehamilan 22 minggu yang apabila berkelanjutan bisa

mengakibatkan kekurangan karbohidrat dalam lemak, dehidrasi dan

kekurangan elektrolyt. Hiperemesis gravidarum ditandai dengan mual

muntah, ketonuria dan kehilangan 5% dari berat sebelum hamil, 0,3 hingga

0,2 % hiperemesis gravidarum membutuhkan perawatan di rumah sakit. 13

Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat

lebih dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan
1
kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit,

sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam

kandungan13. Mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil

sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit,

penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi,

ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal tersebut mulai terjadi pada minggu

keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik pada

usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus

berlanjut sampai pada kehamilan tahap berikutnya17

Pada umumnya hiperemesis gravidarum terjadi pada minggu ke 6-

12 masa kehamilan, yang dapat berlanjut sampai minggu ke 16-20 masa

kehamilan. Mual dan muntah merupakan gejala yang wajar ditemukan

pada kehamilan triwulan pertama. Biasanya mual dan muntah terjadi pada

pagi hari sehingga sering dikenal dengan morning sickness. Sementara itu

setengah dari wanita hamil mengalami morning sickness, antara 1,2 - 2%

mengalami hiperemesis gravidarum, suatu kondisi yang lebih serius.17

Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual ini mulai

dialami sejak awal kehamilan. Mual muntah saat hamil muda sering

disebut morning sickness tetapi kenyataannya mual muntah ini dapat

terjadi setiap saat. Pada beberapa kasus dapat berlanjut sampai kehamilan

trimester kedua dan ketiga, tapi ini jarang terjadi7

2
b. Tingkatan Hiperemesis Gravidarum

Runiari menyatakan bahwa tidak ada batasan yang jelas antara mual

yang bersifat fisiologis dengan hiperemesis gravidarum, tetapi bila

keadaan umum ibu hamil terpengaruh sebaiknya dianggap sebagai

hiperemesis gravidarum. Menurut berat ringannya gejala hiperemesis

gravidarum dapat dibagi kedalam tiga tingkatan sebagai berikut12:

1) Tingkat I

Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada

tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat

badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat

sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, dapat

disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering

dan mata cekung.

2) Tingkat II

Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun,

lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah

turun, suhu kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus,

berat badan turun, hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi. Aseton

dapat tercium dari hawa pernapasan karena mempunyai aroma yang

khas, dan dapat pula ditemukan dalam urine.

3) Tingkat III

Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari

somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun,

3
serta suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf

yang dikenal sebagai wenickle ensefalopati. Gejala yang dapat timbul

seperti nistagmus, diplopia, dan perubahan mental, keadaan ini adalah

akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.

Timbulnya ikterus menunjukkan terjadinya payah hati. Pada tingkatan

ini juga terjadi perdarahan dari esofagus, lambung, dan retina.

c. Akibat Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan klien,

namun dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, berat

badan lahir rendah, kelahiran prematur dan malformasi pada bayi lahir 12.

Didapatkan bahwa hiperemesis gravidarum merupakan faktor yang

signifikan terhadap memanjangnya hari rawat bagi bayi yang dilahirkan.

Ada peningkatan angka kematian Intrauterin Growth Retardation (IUGR)

pada klien hiperemesis gravidarum yang mengalami penurunan berat

badan lebih dari 5%. Selain berdampak fisiologis pada kehidupan klien

dan janinnya, hiperemesis gravidarum juga memberikan dampak secara

psikologis, sosial, spiritual dan pekerjaan. 15

d. Etiologi Hiperemesis Gravidarum

Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti.

Dulu penyakit ini dikelompokkan kedalam penyakit toksemia gravidarum

karena diduga adanya semacam “racun” yang berasal dari janin atau

kehamilan. Penyakit ini juga digolongkan kedalam gestosis bersama pre-

eklampsi dan eklampsi. Nama gestosis dini diberikan untuk hiperemesis

4
gravidarum dan gestosis lanjut untuk hipertensi (pre-eklampsi dan

eklampsi) dalam kehamilan18. Beberapa teori penyebab terjadinya

hiperemesis gravidarum namun tidak ada satupun yang dapat menjelaskan

proses terjadinya secara tepat. Teori tersebut antara lain adalah20:

1) Teori endokrin

Teori ini menyatakan bahwa peningkatan kadar progesteron, estrogen,

dan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat menjadi faktor

pencetus mual muntah. Peningkatan hormon progesterone

menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami

relaksasi, hal itu mengakibatkan penurunan motilitas lambung

sehingga pengosongan lambung melambat. Refleks esofagus,

penurunan motilitas lambung dan penurunan sekresi dari asam

hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah.

Selain itu HCG juga menstimulasi kelenjar tiroid yang dapat

mengakibatkan mual dan muntah.

2) Teori Metabolik

Teori metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6 dapat

mengakibatkan mual dan muntah pada kehamilan.

3) Teori Alergi

Adanya histamine sebagai pemicu dari mual dan muntah mendukung

ditegakkannya teori alergi sebagai etiologi hiperemesis gravidarum.

Mual dan muntah berlebihan juga dapat terjadi pada ibu hamil yang

sangat sensitive terhadap sekresi dari korpus luteum

5
4) Teori Infeksi

Hasil penelitian menemukan adanya hubungan antara infeksi

Helicobacter pylori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum,

sehingga dijadikan dasar dikemukakannya teori infeksi sebagai

penyebab hiperemesis gravidarum.

5) Teori Psikomantik

Menurut teori psikomatik, hiperemesis gravidarum merupakan

keadaan gangguan psikologis yang dirubah dalam bentuk gejala fisik.

Kehamilan yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan serta

tekanan pekerjaan dan pendapatan menyebabkan terjadinya perasaan

berduka, ambivalen, serta konflik dan hal tersebut dapat menjadi

faktor psikologis penyebab hiperemesis gravidarum.

e. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena

peningkatan Hormon Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi

faktor mual dan muntah. Peningkatan kadar hormon progesterone

menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi

sehingga motilitas menurun dan pengosongan lambung melambat18. Hal ini

diperberat dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan faktor

psikologis, spiritual, lingkungan, dan sosiokultural9. Hormon progesterone

ini dihasilkan oleh korpus luteum pada masa awal kehamilan dan

mempunyai fungsi menenangkan tubuh ibu hamil selama kehamilan,

termasuk saraf ibu hamil sehingga perasaan ibu hamil menjadi tenang.

Hormon ini berfungsi

6
untuk membangun lapisan di dinding rahim untuk menyangga plasenta di

dalam rahim. Hormon ini juga dapat berfungsi untuk mencegah gerakan

kontraksi atau pengerutan otot-otot rahim18.

Hormon progesteron dapat "mengembangkan" pembuluh darah

sehingga menurunkan tekanan darah, itu penyebab mengapa Anda sering

pusing saat hamil. Hormon ini juga membuat sistem pencernaan jadi

lambat, perut menjadi kembung atau sembelit. Hormon ini juga

mempengaruhi perasaan dan suasana hati ibu, meningkatkan suhu tubuh,

meningkatkan pernafasan, mual, dan menurunnya gairah berhubungan

intim selama hamil. Seseorang dalam kondisi stress dan cemas akan

meningkatkan aktifitas saraf simpatis, untuk melepaskan hormon stress

berupa adrenalin dan kortisol19. Sistem imun merupakan komponen

penting dan responden adaptif stress secara fisiologis. Cemas

menggunakan adrenalin dalam tubuh untuk meningkatkan kepekaan,

prestasi dan tenaga. Peningkatan adrenalin akan memperkecil kontraksi

otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pembuluh

darah koroner, meningkatkan tekanan darah arterial dan menambah

volume darah kejantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin juga

menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan

rendah.19 Tekanan darah yang tinggi dan peningkatan denyut jantung akan

dapat meningkatkan HCG. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)

adalah hormon yang dihasilkan selama kehamilan, yang dapat dideteksi

dari darah atau air seni wanita hamil sesudah kurang lebih

7
10 hari sesudah pembuahan. HCG ini dapat menstimulasi terjadinya mual

dan muntah pada ibu hamil18.

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi ibu hamil

muda bila terjadi terus menerus terjadi dapat mengakibatkan dehidrasi,

ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan

karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi 19. Oksidasi

lemak yang tidak sempurna menyebabkan ketosis. Pada beberapa kasus

berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan malnutrisi dan

dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya non protein nitrogen, asam urat,

dan penurunan klorida dalam darah, kekurangan vitamin B1, B6, B12,

dapat mengakibatkan terjadinya anemia18. Bahkan pada kasus berat dapat

mengakibatkan terjadinya wernikle enchelopati.18

Menurut Penelitian Ali Husein Hiperemesis Gravidarum

mempunyai hubungan yang signifikan dengan depresi8. Dalam penelitian

Uguz et al. yang meganalisa ibu hamil dengan hiperemesis ditemukan

bahwa ibu hamil dengan depresi dan kecemasan memiliki kecenderungan

terjadi hiperemesis gravidarum. Depresi dan gangguan kecemasan

memiliki hubungan potensial yang mengarah kepada terjadinya

hiperemesis gravidarum pada kehamilan9. Dalam penelitian Koken et al.

yang menganalisa hubungan depresi dan kecemasan dengan mual dan

muntah, didapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan antara depresi

dan kecemasan dengan kejadian mual muntah pada kehamilan11. Beberapa

8
faktor yang berpengaruh terhadap kejadian hiperemesis gravidarum

meliputi6;

1) Faktor Predisposisi terdiri dari primigravida, molahidatidosa dan

kehamilan ganda.

2) Faktor organic seperti alergi masuknya vilikohirialis sirkulasi,

perubahan metabolic akibat kehamilan dan resistensi ibu yang

menurun.

3) Faktor psikologis, meliputi pengetahuan, sikap, umur, paritas,

pekerjaan, stress, peningkatan hormon progesteron, estrogen dan

HCG, alergi, infeksi dan diabetes melitus.

2) Kecemasan

a. Pengertian kecemasan

Kecemasan merupakan reaksi individu terhadap suatu keadaan yang

tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makluk hidup dalam keadaan

sehari-hari. Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap harga

diri atau identitas diri yang sangat mendasar bagi keadaan individu.

Kecemasan dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan bagian

dari kehidupan sehari-hari, menghasilkan peringatan yang berharga dan

penting untuk upaya memelihara keseimbangan diri dan melindungi diri20.

Kecemasan terjadi di sepanjang siklus kehidupan termasuk pada ibu

yang akan menghadapi masa kelahiran. Memasuki masa kehamilan, selain

9
terjadi perubahan fisik, akan terjadi juga perubahan psikologi atau kejiwaan.

Munculnya perubahan psikologi atau kejiwaan adalah sebagai

ketidakmatangan dalam perkembangan emosional dan psikoseksual dalam

rangka kesanggupan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi

tertentu21

Kecemasan merupakan kondisi emosi dan pengalaman subjektif

individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi

bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk

menghadapi ancaman22. Kecemasan (ansietas/ anxiety) adalah gangguan

alam perasaan (affective) berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam

menilai realitas (Reality Testing Ability), kepribadian masih tetap utuh, dan

perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batasan normal23. Beberapa

keadaan dapat disadari dari kecemasan, seperti rasa takut, tidakberdaya,

terkejut, rasa berdosa atau terancam, dan juga hal-hal lain yang terjadi di

luar kesadaran dan tidak dapat menghindari perasaan yang tidak

menyenangkan.20

Kecemasan merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab

yang tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan

merasa terancam. Keadaan emosi ini biasanya merupakan pengalaman

individu yang subjektif yang tidak diketahui secara khusus penyebabnya.

Cemas berbeda dengan takut, seseorang yang mengalami kecemasan tidak

dapat mengidentifikasikan ancaman. Cemas dapat terjadi tanpa rasa takut

namun ketakutan tidak terjadi tanpa kecemasan.8

10
Menurut Ali Noufer hampir semua ibu hamil mengalami kecemasan

Ketika memasuki masa kehamilan. Dari penelitiannya terhadap ibu hamil,

70

% diantaranya mengalami gangguan kecemasan dan atau depresi. Hal ini

disebabkan oleh beberapa hal yaitu karena tidak memiliki anak yang hidup,

usia ibu, kematian anak ketika akan melahirkan, abortus, hubungan dengan

suami dan keluarga.24

b. Teori Predisposisi dan Presipitasi Kecemasan

Beberapa teori yang mengemukakan faktor pendukung terjadinya

kecemasan menurut Stuart dan Sundeen (1998) antara lain8;

1) Teori Psikoanalitik

Menurut pandangan psikoanalitik, kecemasan terjadi karena adanya

konflik yang terjadi antara emosional elemen kepribadian yaitu id, ego

dan super ego. Id mewakili insting, super ego mewakili hati nurani,

sedangkan ego mewakili konflik yang terjadi antara kedua elemen yang

bertentangan. Dan timbulnya merupakan upaya dalam memberikan

bahaya pada elemen ego.

2) Teori Interpersonal

Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut

terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.

11
3) Teori Perilaku

Berdasarkan teori perilaku, kecemasan merupakan produk frustrasi

yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

4) Teori Prespektif keluarga

Kajian keluarga menunjukkan pola interaksi yang terjadi di dalam

keluarga kecemasan menunjukkan adanya interaksi yang tidak adaptif

dalam sistem keluarga.

5) Teori Prespektif Biologis

Kesehatan umum seseorang menurut pandangan biologis merupakan

faktor predisposisi timbulnya kecemasan. Menurut Stuart &Sundeen

faktor pencetus yang menyebabkan terjadinya kecemasan antara lain:21

a) Ancaman terhadap integritas biologi seperti;

i. Penyakit

ii. Berbagai penyakit fisik terutama yang kronis yang

mengakibatkan invaliditas dapat menyebabkan stres pada diri

seseorang, misalnya: penyakit jantung, hati, kanker, stroke dan

HIV/AIDS.

iii. Trauma fisik

iv. Pembedahan

b) Ancaman terhadap konsep diri seperti

i. Proses kehilangan

ii. Perubahan peran

12
iii. Perubahan lingkungan

iv. Perubahan hubungan

v. Perubahan status social ekonomi.

c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan

Tingkat kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terkait

meliputi hal berikut:20

1) Potensi stressor

Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang

menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang

itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk

menanggulanginya.

2) Maturasi (kematangan)

Individu yang matang yaitu yang memiliki kematangan kepribadian

sehingga akan lebih sukar mengalami gangguan akibat stress. Sebab

individu yang matang mempunyai daya adaptasi yang besar terhadap

stressor yang timbul. Sebaliknya individu yang berkepribadian tidak

matang akan bergantung dan peka terhadap rangsangan, sehingga

sangat mudah mengalami gangguan akibat adanya stres.

3) Status pendidikan dan status ekonomi

Status pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang

menyebabkan orang tersebut mengalami stress dibanding dengan

mereka yang status pendidikan dan status ekonomi yang tinggi.

13
4) Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang rendah pada seseorang akan menyebabkan

orang tersebut mudah stres.

5) Keadaan fisik

Individu yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, penyakit

badan, operasi, cacat badan lebih mudah mengalami stres. Disamping

itu orang yang mengalami kelelahan fisik juga akan lebih mudah

mengalami stres.

6) Tipe kepribadian

Ada 4 tipe kepribadian, yaitu tipe A, B, C dan D. Individu dengan tipe

kepribadian tipe A memiliki ciri-ciri tidaksabar, kompetitif, ambisius,

ingin serba sempurna, merasa buru – buru waktu, sangat setia

(berlebihan) terhadap pekerjaan, agresif, mudah gelisah, tidak dapat

tenang dan diam, mudah bermusuhan, mudah tersinggung, otot – otot

mudah tegang. Sedangkan individu dengan kepribadian tipe B

mempunyai ciri – ciri yang berlawanan dengan individu kepribadian

tipe A. Tipe kepribadian tipe C merupakan tipe yang introvert, suka

menjauhkan diri dari lingkungan, sistematis, analitis, sensitif dan kritis

serta dikenal bijaksana. Tipe kepribadian yang terakhir adalah tipe D.

Orang dengan kepribadian tipe D memilih untuk tetap pada jalur

rutinitas, tidak mau mengambil resiko, mudah khawatir dan rentan

terhadap stress.

14
7) Sosial Budaya

Cara hidup individu di masyarakat yang sangat mempengaruhi pada

timbulnya stres. Individu yang mempunyai cara hidup sangat teratur

dan mempunyai falsafat hidup yang jelas maka pada umumnya lebih

sukar mengalami stres. Demikian juga keyakinan agama akan

mempengaruhi timbulnya stres.

8) Lingkungan atau situasi

Individu yang tinggal pada lingkungan yang dianggap asing akan

lebih mudah mangalami stres.

9) Usia

Ada yang berpendapat bahwa faktor usia muda lebih mudah

mengalami stress dari pada usia tua, tetapi ada yang berpendapat

sebaliknya.

10) Jenis kelamin

Umumnya wanita lebih mudah mengalami stres, tetapi usia harapan

hidup wanita lebih tinggi dari pada pria.

d. Faktor-faktor yang dapat mengurangi kecemasan23

1) Represi, yaitu tindakan untuk mengalihkan atau melupakan hal atau

keinginan yang tidak sesuai dengan hati nurani. Represi juga bias

diartikan sebagai usaha untuk menenangkan atau meredam diri agar

tidak timbul dorongan yang tidak sesuai dengan hatinya.

2) Relaksasi, yaitu dengan mengatur posisi tidur dan tidak memikirkan

15
masalah. Dale Carnegie menambahkan bahwa relaksasi dan rekreasi

16
bisa menurunkan kecemasan dengan cara tidur yang cukup,

mendengarkan musik, tertawa dan memperdalam ilmu agama.

3) Komunikasi petugas, yaitu komunikasi yang disampaikan petugas

pada pasien dengan cara member informasi yang lengkap mulai

pertama kali pasien masuk dengan menetapkan kontrak untuk

hubungan professional mulai dari fase orientasi sampai dengan

terminasi atau yang disebut dengan komunikasi teraupetik.

4) Psikofarmaka, yaitu pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-

obatan seperti diazepam, bromazepam dan alprazolam yang

berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmiter (sinyal

penghantar saraf) disusunan saraf pusat otak (sistem limbik).

5) Psikoterapi, merupakan terapi kejiwaan dengan member motivasi,

semangat dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa

putus asa dan diberi keyakinan serta kepercayaan diri.

6) Psikoreligius, yaitu dengan doa dan dzikir. Doa adalah mengosongkan

batin dan memohon kepada Tuhan untuk mengisinya dengan segala

hal yang kita butuhkan. Dalam doa umat mencari kekuatan yang dapat

melipatgandakan energi yang hanya terbatas dalam diri sendiri dan

melalui hubungan dengan doa tercipta hubungan yang dalam antara

manusia dan Tuhan. Terapi medis tanpa disertai dengan doa dan dzikir

tidaklah lengkap, sebaliknya doa dan dzikir saja tanpa terapi medis

tidaklah efektif.

17
e. Manifestasi
Klinik

Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan

fisiologis, perilaku dan secara langsung melalui timbulnya gejala sebagai

upaya untuk melawan kecemasan. Intensitas perilaku akan meningkat

sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan. Berikut tanda dan gejala

berdasarkan klasifikasi tingkat kecemasan timbul secara umum adalah23 :

1) Tanda fisik

a) Cemas ringan:

i. Gemetaran, renjatan, rasa goyang

ii. Ketegangan otot

iii. Nafas pendek, hiperventilasi

iv. Mudah lelah

b) Cemas sedang:

i. Sering kaget

ii. Hiperaktifitas otonom

iii. Wajah merah dan pucat

c) Cemas berat:

i. Takikardi

ii. Nafas pendek, hiperventilasi

iii. Berpeluh

iv. Tangan terasa dingin

d) Panik

i. Diare

18
ii. Mulut kering

iii. Sering kencing

iv. Parestesia (kesemutan pada kaki dan tangan)

v. Sulit menelan

2) Gejala psikologis

a) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah

tersinggung

b) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.

c) Sulit konsentrasi, hypervigilance (siaga berlebihan)

d) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang

e) Gangguan pola tidur, mimpi – mimpi yang menegangkan

f) Gangguan konsentrasi dan daya ingat

g) Libido menurun

h) Rasa menganjal di tenggorokan

i) Rasa mual di perut.

f. Tingkat kecemasan

Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi

dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan

interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian

intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon

emosional terhadap penilaian tersebut.

19
Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup,

tetapi tingkat kecemasan yang parah tidak sejalan dengan kehidupan.

Menurut Stuart dan Sundeen, ansietas dibagi menjadi 4 tingkatan sesuai

dengan rentang respon ansietas yaitu: 23

1). Ansietas ringan

Ansietas ini adalah ansietas yang normal yang memotivasi individu dari hari

kehari sehingga dapat meningkatkan kesadaran individu serta mempertajam

perasaannya. Ansietas pada tahap ini dipandang penting dan konstruktif.

2). Ansietas sedang

Pada tahap ini lapangan persepsi individu menyempit, seluruh indera

dipusatkan pada penyebab ansietas sehingga perhatian terhadap rangsangan

dari lingkungannya berkurang.

3). Ansietas berat

Lapangan persepsi menyempit, individu berfokus pada hal – hal yang kecil,

sehingga individu tidak mampu memecahkan masalahnya, dan terjadi

gangguan fungsional.

4). Panik

Merupakan bentuk ansietas yang ekstrim, terjadi disorganisasi dan dapat

membahayakan dirinya. Individu tidak dapat bertindak, agitasi atau

hiperaktif. Ansietas tidak dapat langsung dilihat, tetapi dikomunikasikan

melalui perilaku klien/individu, seperti tekanan darah yang meningkat, nadi

cepat, mulut kering, menggigil, sering kencing dan pening.

20
Tingkat kecemasan dapat diukur dengan pengukuran skor kecemasan

menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating

Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan

pada munculnya gejala pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut

skala HARS terdapat 14 gejala yang nampak pada individu yang mengalami

kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0

(Nol Present) sampai dengan 4 (severe).

Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang

diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standard

dalam pengukuran kecemasan pada penelitian clinical trial Skala HARS

telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk

melakukan pengukuran kecemasan. Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating

Scale) dalam penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi23.

1) Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.

2) Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.

3) Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal

sendiri dan takut pada binatang besar.

4) Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur

tidak pulas dan mimpi buruk.

5) Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit

konsentrasi.

21
6) Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada

hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

7) Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak

stabil dan kedutan otot.

8) Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka

merah dan pucat serta merasa lemah.

9) Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras

dan detak jantung hilang sekejap.

10) Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

11) Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,

mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan

panas di perut.

12) Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing,

amenorrhea, ereksi lemah atau impotensi.

13) Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu

kuduk berdiri, pusing atau sakit kepala.

14) Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari, gemetar, mengkerutkan

dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek

dan cepat.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan

kategori: 0 jika tidak ada gejala sama sekali, 1 jika ada satu dari gejala yang

ada, 2 jika sedang /separuh dari gejala yang ada, 3 jika berat/lebih dari ½

22
gejala yang ada, dan 4 jika sangat berat semua gejala ada. Penentuan derajat

kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14 dengan hasil:

1) Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.

2) Skor 7 – 14 = kecemasan ringan.

3) Skor 15 – 27 = kecemasan sedang.

4) Skor lebih dari 27 = kecemasan berat.

23
B. KerangkaTeori

Gambar 1. Kerangka Teori patofisologi Hiperemesis Gravidarum9

24
C. Kerangka Konsep

Hiperemesi
Ada kecemasan

Tingkat kecemasan Tidak


Hiperemes

Tidak ada kecemasan


Umur Kehamilan/ Gravida Pekerjaan Tingkat pendidikan Hiperemesi
Tidak
s
Hiperemes
is

Gambar 2. Kerangka Konsep

: Variabel yang diteliti hubungannya

: Variabel yang hanya dicari karakteritik nya

D. Hipotesis

“Ada Hubungan antara tingkat kecemasan ibu hamil dengan kejadian hiperemesis

gravidarum di Puskesmas Galur II Kulon Progo pada masa pandemi”.

25

Anda mungkin juga menyukai