Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RUTH INDAH TIANI ARUAN

NIM :180902056
M. KULIAH : SOSDEKOT

REVIEW BUKU PENGANTAR SOSIOLOGI PERKOTAAN BAB IV


“PARADOKS PERKOTAAN”

A. PERUMAHAN MEWAH VERSUS PERUMAHAN KUMUH


Pembangunan kota di indonesia khususnya di kota-kota tua seperti jakarta,
bandung, surabaya secara umum tidak dilakukan di lahan kosong melainkan dibangun
di lahan yang telah ditempati sebelumnya oleh warga sehingga kebijakan dari
pemerintah kota adalah membangun dan menggusur. Proses pembangunan dengan
menggusur merupakan proses pembangunan tanpa hati nurani di mana akar kehidupan
sosial ekonomi dan budaya dari warga kota telah dicabut. Di kota jakarta sendiri
penggusuran ini sudah terjadi sejak zaman kolonial hingga hari ini gimana salah satu
contohnya adalah penggusuran kawasan hotel indonesia yang dilakukan di orde lama.
1. Kontruksi Sosial Atas Tempat Tinggal
Tempat tinggal dikonstruksikan secara sosial. Banyak konsep tempat tinggal yang
dikonsruksikan dalam masyarakat Indonesia, yautu:
a. Tempat Tinggal sebagai Benteng Kehidupan dari Keluarga
Tempat tinggal adalah benteng kehidupan dari keluarga. Kehidupan dunia luar
samgatlah keras, bahkan bisa dikatakan buas. Kerasnya kehidupan ditemukan
hampir setiap koridor kehidupan: bahkan kerasnya lebih sangat kuat terasa
apek politik dan aspek ekonomi dari kehidupan. Tempat tinggal
dikonstruksikan agar terasa nyaman, aman dan tentram melalui memperindah
rumah.
b. Tempat Tinggal sebagai Taman Surga
Tempat tinggal sebagai taman surga lebih menonjolkan psiko-sosial budaya
religi dari rumah. Tempat tinggal sebagai rumahku surgaku dikonstuksikan
oleh pasangan suami istri dalam keharmonisan hubungan rumah tangga.
c. Tempat Tinggal sebagai Stratifikasi Sosial
Tempat tinggal mencerminkan aset yang dimiliki. Jika tinggal di rumah
sederhana berkolerasi dengan moda transportasi yang dimiliki seperti sepeda
motor atau mobil bekas sedeehana.
d. Tempat Tinggal sebagi Identitas
Tempat tinggal dapat dilihat sebagai pembentuk identitas. Identitas secara
sederhana dapat dipahami seperti suatu pertanyaan tentang diri yaitu siapa
aku, berkait dengan aspek ruang dan waktu.
e. Tempat Tinggal sebagi Inventasi
Rumah adalah investasi. Salah satu cara masyarakat perkotaan menyimpan
uangnya adalah memberi rumah.
2. Alternatif Kebijakan
Pembangunan kota tidak harus selalu menggusur, bila alasan pembangunan adalah
untuk menghilangkan wajah tradisional, maka rekayasa arsitektur bisa dilakukan
tanpa mengeluarkan banyak dana. Pada era reformasi ini, semua kepala daerah
dipilih oleh rakyat, tanpa kecuali menggunakan jalur partai.Solusi yang bisa
ditawarkan adalah kebijakn win-win dimana pembangunan penggusuran tetap
dilakukan. Namun warga penggusuran tidak dipindahkan jauh dari lokasi
penggusuran awal. Tetapi dipindahkanke rusunawa.

B. EKONOMI FORMAL VERSUS EKONOMI INFORMAL


Tiga dikotomi lahir setelah konsep informal ekonomi disuarakan oleh keith hart yang
memunculkan kembali paradoks ekonomi dualistik yaitu:

a. Ekonomi informal, apabila suatu aktivitas ekonomi dilakukan secara sah dalam proses
produksi dan distribusi serta produksi akhirnya sah .
b. Tipe ekonomi informal, apabila suatu aktivitas ekonomi dilakukan secara tidak sah
dalam proses produksi dan distribusi, namun produk akhirnya sah seperti pedagang
asongan titik
c. Tip ekonomi ilegal, apabila suatu aktivitas ekonomi dilakukan secara sah atau tidak
sah sementara produk akhirnya dipandang sebagai suatu yang tidak sah seperti
minuman keras.
1. Akar Teori Paradoks Aktivitas Ekonomi Perkotaan
Berikut ini sektor perekonomian dalam masyarakat Inonesia pra kapitalis yang
berdimensi ganda,yaitu:
a. Industri rumah tangga
b. Kerajinan tangan
c. Industri kecil
d. Pengolahan
e. Pabrik
f. Kegiatan Usaha seperti pabrik
g. Kegiatan dibawah satu perusahaan
h. Perusahaan raksasa
2. Pesona Ekonomi Formal
Pesona ekonomi formal di perkotaan menyebakan orang desa terpelhara yang
telah yang telah selesai studinya tidak ingin kembali ke kampung halaman, yang
telah memberikan kapital bagi keberlangsungan hidup mereka.
Pesona sektor formal dipancarkan melalui pekerjaanya tidak kotor, gaji tetap, ada
asuransi, tidak digunjingkan. Pesona inilah penyebab orang terpelajar betah do
perkotaan dan tidak mau pulang kampung.
3. Jenis Ekonomi Informal
a. Produksi Subsistensi
b. Sektor Informal
c. Sektor Informal Bayangan
4. Motif Bekerja di Sektor Informal
a. Tiada Alternatif Lain
b. Transit ke Sektor Formal
c. Bekerja Mandiri
d. Terlempar ke Sekor Formal
e. Pekerjaan di Desa Minim dan Murah
f. Seirmaa dengan Latar Individu
5. Formalisasi Sektor Informal dan Informalisasi Sektor Formal
a. Pengakuan keberadaan
b. Pembinaan
c. Pemberian Kesempatan Naik Kelas
6. Pola Konstribusi Konsumsi Rumah Tangga
a. Tipe F (tipe sektor formal)
b. Tipe FS (tipe sektor formal dan subsistensi)
c. Tipe FIS (tipe sektor formal plus informal plus subsistensi)
d. Tipe FI (tipe sektor formal dan sektor informal)
e. Tipe IS (tipe informal dan subsitensi)
C. RUANG PRIVAT VERSUS RUANG PUBLIK
Ruang publik semestinya menjadi arena yang menumbuhkembangkan nilai-nilai
kehidupan serta tata laku namun tergantikannya ruang publik dengan ruang privat
seperti Mal, supermarket dan lain-lain menyebabkan warga kota tidak lagi memiliki
arena rekreasi yang gratis. Lebih dari itu mereka juga kehilangan arena integrasi
sosial dan sosialisasi untuk memperoleh nilai-nilai yang penting dan berharga bagi
kehidupan mereka dimana hal tersebut merupakan fungsi dari kawasan atau
lingkungan Hunian yang telah di paksa hilang.

D. TRANSPORTASI PRIBADI VERSUS TRANSPORTASI UMUM


Kenyataan bahwa transportasi umum di kawasan perkotaan di Indonesia yang tidak layak,
dimana ketidaklayakan ini bisa diartikan sebagai ketidakefektifan karena moda transportasi
tidak terintegrasi dengan baik juga bisa diartikan tidak nyaman atau boleh diartikan ke
semuanya sekaligus. Hal tersebut akhirnya mendorong penggunaan kendaraan pribadi yang
akhirnya berdampak pada bahan ekonomi warga dan tentunya kemacetan. Pembangunan
jalan bebas hambatan atau tol dipandang tidak dapat menyelesaikan problematika kemacetan
ini Hal ini disebabkan oleh laju pertumbuhan kendaraan yang berdasarkan deret hitung tidak
linear dengan pertumbuhan jalan yang berdasarkan deret ukur.

Anda mungkin juga menyukai