Anda di halaman 1dari 4

Nama: Amin Zuhri (21207051)

Prodi: Tadris Bahasa Indonesia


UAS SPI

1. Kemajuan daulah Abbasyiah dapat memiliki beberapa pengaruh terhadap


perkembangan dunia Barat, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Salah satu contohnya adalah melalui perpustakaan yang dibangun oleh Khalifah Harun
al-Rashid di Baghdad, yang menjadi pusat ilmu pengetahuan pada masanya dan
menjadi salah satu sumber inspirasi bagi peradaban Barat. Selain itu, para ilmuwan dan
ahli filsafat dari daulah Abbasyiah juga memainkan peran penting dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan filsafat di dunia Barat. Daulah abbasyiah adalah sebuah kerajaan
Islam yang didirikan oleh dinasti abbasiyah pada abad ke-8 Masehi. Kemajuan yang
dicapai oleh abbasiyah dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan
membawa dampak positif bagi perkembangan dunia Barat. Salah satu contohnya adalah
munculnya sekolah-sekolah ilmu yang menjadi pusat pengajaran dan penelitian di
abbasiyah, yang kemudian menjadi cikal bakal universitas-universitas di Eropa. Selain
itu, terjadi juga perkembangan dalam bidang matematika, ilmu kedokteran, dan
astronomi yang banyak mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia
Barat.

2. Dinasti Fathimiyah adalah sebuah kekuasaan Islam yang berkuasa di Mesir pada abad
ke-10 hingga abad ke-11. Dinasti ini didirikan oleh Muhammad al-Fath, seorang
pemimpin militer yang berhasil mengusir Dinasti Tulunid dari Mesir pada tahun 969.
Peninggalan yang ditinggalkan oleh Dinasti Fathimiyah di Mesir adalah berbagai
bangunan suci dan kota yang dibangun oleh para penguasa Fathimiyah, seperti Masjid
al-Azhar, Masjid Qala'un, dan Kairo. Bangunan-bangunan tersebut masih dapat
ditemukan hingga saat ini. Selain itu, Dinasti Fathimiyah juga dikenal sebagai salah
satu dinasti yang memperkenalkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
kesenian di Mesir. Mereka membuka sekolah-sekolah dan mengundang para ulama dan
ilmuwan dari berbagai belahan dunia untuk datang ke Mesir dan mengembangkan ilmu
pengetahuan. Peninggalan dari kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang dikembangkan
oleh Dinasti Fathimiyah masih dapat ditemukan hingga saat ini, baik dalam bentuk
bangunan-bangunan yang dibangun oleh mereka maupun dalam bentuk karya-karya
ilmiah yang ditulis oleh para ulama dan ilmuwan Fathimiyah.

3. Kerajaan Turki Utsmani merupakan sebuah kerajaan yang didirikan oleh Utsmaniyyah,
sebuah kelompok Turki yang mengikuti agama Islam. Kerajaan ini memiliki pengaruh
besar bagi umat Islam karena memainkan peran penting dalam sejarah Islam. Di masa
kejayaannya, kerajaan ini menjadi salah satu kekuatan terbesar di dunia dan memiliki
wilayah yang meliputi sebagian besar wilayah yang sekarang disebut Timur Tengah
dan Eropa. Selain itu, kerajaan ini juga memiliki pengaruh besar dalam bidang agama,
karena kerajaan ini mempromosikan agama Islam dan membangun banyak masjid di
wilayah yang dikuasainya. Kerajaan ini juga memainkan peran penting dalam menjaga
dan mempertahankan ajaran-ajaran Islam yang benar. Hingga saat ini, pengaruh
kerajaan Turki Utsmani masih terasa, terutama dalam bidang agama. Masjid-masjid
yang dibangun oleh kerajaan ini masih ada dan digunakan oleh umat Islam di wilayah
yang dahulu dikuasai oleh kerajaan ini. Selain itu, banyak ajaran dan tradisi Islam yang
masih dipertahankan oleh umat Islam di wilayah tersebut yang diambil dari masa
kejayaan kerajaan ini. Aspek pengaruh lainnya dari Kerajaan Turki Utsmani bagi umat
Islam hingga saat ini dapat dilihat dari sisi sejarah, politik, dan budaya. Dari segi
sejarah, kerajaan ini merupakan bagian dari sejarah panjang perjalanan umat Islam yang
mencatat banyak kejayaan dan kegagalan di berbagai bidang. Dari segi politik, kerajaan
ini memainkan peran penting dalam perjalanan sejarah umat Islam dalam
mempertahankan kekuasaannya dan mengembangkan sistem pemerintahan yang
berdasarkan prinsip-prinsip Islam.

4. Proses masuknya Islam ke Nusantara terjadi pada abad awal Hijriah. Melalui rute-rute
pelayaran dan perdangangan antar pulau atau antar daerah. Terdapat 5 teori tentang
proses masuknya islam ke nusantara yakni sebagai berikut:

a. Teori Arab
Teori menyatakan bahwa islam masuk ke nusantara dibawa oleh para pedagang
dari bangsa arab pada abad ke-7/8 M. Tokoh yang tercatat dalam catatan tiongkok ialah
Ta Cheh atau Ta Shih (kemungkinan Mu’awiyah bin Abi Sufyan) yang datang ke
kerajaan kalingga (Ho Ling) yang diperintah oleh Ratu Shima. Dan telah ditemukan
bukti-bukti yang menunjukan bahwa telah terjadi interaksi perdagangan antara Cina,
Arab dan Nusantara. Sehingga Islam sudah mulai masuk ke dalam kepulauan
Nusantara.

b. Teori Cina
Teori ini menyatakan bahwa Islam datang dari arah barat ke Nusantara dan ke
Cina berbarengan dengan bagsa arab dalam satu jalur perdagangan. Islam datang ke
Cina di Canton (Guangzhou) pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650) dari Dinasti
Tang, dan datang ke Nusantara di Sumatera pada masa kekuasaan kerajaan Sriwijaya.

c. Teori Persia
Teori ini Berbeda dengan teori sebelumnya teori Persia lebih merujuk kepada
aspek bahasa yang menunjukan bahwa Islam telah masuk ke Nusantara dan bahasanya
telah diserap. Seperti kata “Abdas‟ yang dipakai oleh masyarakat Sunda merupakan
serapan dari Persia yang artinya wudhu.
Bukti lain pengaruh bahasa Persia adalah bahasa Arab yang digunakan
masyarakat Nusantara, seperti kata-kata yang berakhiran ta’ marbūthah apabila dalam
keadaan wakaf dibaca “h” seperti shalātun dibaca shalah. Namun dalam bahasa
Nusantara dibaca salat, zakat, tobat, dan lain-lain.
d. Teori India
Teori ini menyatakan Islam datang ke Nusantara bukan langsung dari Arab
melainkan melalui India pada abad ke-13. Dalam teori ini disebut lima tempat asal
Islam di India yaitu Gujarat, Cambay, Malabar, Coromandel, dan Bengal. Namun, teori
ini banyak ditemukan kelemahan-kelamahan melalui bukti-buktinya yang masih
diperdebatkan oleh para tokoh sejarawan.
e. Teori Turki
Teori ini diajukan oleh Martin Van Bruinessen yang dikutip dalam Moeflich
Hasbullah. Ia menjelaskan bahwa selain orang Arab dan Cina, Indonesia juga
diislamkan oleh orang-orang Kurdi dari Turki. Ia mencatat sejumlah data. Pertama,
banyaknya ulama Kurdi yang berperan mengajarkan Islam di Indonesia dan kitab-kitab
karangan ulama Kurdi menjadi sumber-sumber yang berpengaruh luas. Misalkan, Kitab
Tanwīr al-Qulūb karangan Muhammad Amin al-Kurdi populer di kalangan tarekat
Naqsyabandi di Indonesia. Kedua, di antara ulama di Madinah yang mengajari ulama-
ulama Indonesia terekat Syattariyah yang kemudian dibawa ke Nusantara adalah
Ibrahim al-Kurani. Ibrahim al-Kurani yang kebanyakan muridnya orang Indonesia
adalah ulama Kurdi. Ketiga, tradisi barzanji populer di Indonesia dibaca-kan setiap
Maulid Nabi pada 12 Rabi‟ul Awal, saat akikah, syukuran, dan tradisi-tradisi lainnya.
5. Dalam penyebaran Islam di Nusantara terdapat strategi yang dilakukan sehingga Islam
lebih mudah diterima dibandingkan dengan agama lain. Strategi yang dilakukan
bermacam-macam dan tidak terdapat unsur paksaan. Di antara strategi penyebaran
islam tersebut adalah:

1). Pertama, melalui jalur perdagangan. Awalnya Islam merupakan komunitas kecil
yang kurang berarti. Interaksi antar pedagang muslim dari berbagai negeri seperti Arab,
Persia, Anak Benua India, Melayu, dan Cina yang berlangsung lama membuat
komunitas Islam semakin berwibawa, dan pada akhirnya membentuk masyarakat
muslim. Selain berdagang, para penyebar agama Islam dari berbagai kawasan tersebut,
juga menyebarkan agama yang dianutnya, dengan menggunakan sarana pelayaran.
2). Kedua, melalui jalur dakwah bi al-hāl yang dilakukan oleh para muballigh yang
merangkap tugas menjadi pedagang. Proses dakwah tersebut pada mulanya dilakukan
secara individual. Mereka melaksanakan kewajiban-kewajiban syari’at Islam dengan
memperhatikan kebersihan, dan dalam pergaulan mereka menampakan sikap
sederhana.
3). Ketiga, melalui jalur perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang Muslim,
muballigh dengan anak bangsawan Nusantara. Berawal dari kecakapan ilmu
pengetahuan dan pengobatan yang didapati dari tuntunan hadits Nabi Muhammad Saw.
ada di antara kaum muslim yang berani memenuhi sayembara yang diadakan oleh raja
dengan janji, bahwa barang siapa yang dapat mengobati puterinya apabila perempuan
akan dijadikan saudara, sedangkan apabila laki-laki akan dijadikan menantu. Dari
perkawinan dengan puteri raja lah Islam menjadi lebih kuat dan berwibawa.
4). Keempat, melalui jalur pendidikan. Setelah kedudukan para pedagang mantap,
mereka menguasai kekuatan ekonomi di bandar-bandar seperti Gresik. Pusat-pusat
perekonomian itu berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam. Pusat-
pusat pendidikan dan dakwah Islam di kerajaan Samudra Pasai berperan sebagai pusat
dakwah pertama yang didatangi pelajar-pelajar dan mengirim muballigh lokal, di
antaranya mengirim Maulana Malik Ibrahim ke Jawa.
5). Kelima, melalui jalur kultural. Awal mulanya kegiatan islamisasi selalu menghadapi
benturan denga tradisi Jawa yang banyak dipengaruhi Hindu-Budha. Setelah kerajaan
Majapahit runtuh kemudian digantikan oleh kerajaan Islam. Di Jawa Islam
menyesuaikan dengan budaya lokal sedang di Sumatera adat menyesuaikan dengan
Islam.

Anda mungkin juga menyukai