Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG

Seni merupakan salah satu aspek peradaban dan kebudayaan manusia.Seni

diwariskan dan dikembangkan sebagai salah satu bentuk kekayaan budaya,

kreativitas, dan intelektual suatu masyarakat atau bangsa.Pendidikan seni merujuk

pada upaya mempertahankan dan mengembangkan seni di lingkungan pendidikan dan

di praktikkan di lingkungan masyarakat.Salah satu bidang pendidikan seni adalah

pendidikan senimusik.

”Pendidikan seni musik adalah salah satu alat untuk membantu perkembangan
jiwa manusia, karena pada dasarnya melalui pendidikan musik kita dapat
melatih ingatan, pengamatan, pendekatan, berbicara, kemauan dan disiplin,
menumbuhkan rasa percaya diri, gotong royong, rasa toleransi, memperhalus
getaran jiwa terhadap rasa keindahan (estetika) dan perhatian terhadap keadaan
sekitarnya”. (Mutia, 2006:1)

Peran guru dalam pendidikan musik memiliki pengaruh besar terhadap hasil

belajar peserta didik. Di dalam suatu pembelajaran, kompetensi guru sangat

mempengaruhi pada keberhasilan siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran seperti

yang dikemukakan oleh Usman (1990: 7) bahwa: “Guru yang kompeten lebih mampu

mengelola proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang

optimal”. Selain itu, pembelajaran musik memerlukan komunikasi dan interaksi yang

baik antara guru dan peserta didik,sehingga kompetensi guru tersebut dapat diajarkan

kepada peserta didik dalam konteks pembelajaran musik.

Guru sekolah dasar merupakan guru yang memiliki peran dalam pembentukan

keterampilan dasar seni yang akan dapat dikembangkan pada jenjang pendidikan yang

lebih tinggi. Kompetensi guru sekolah dasar tentu memiliki karakter yang berbeda
2

dengan guru di jenjang pendidikan yang lainnya. Maka dari itu, para calon guru

sekolah dasar, khususnya mahasiswa yang mengambil jurusan Pendidikan Guru

Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) perlu dididik dan dilatih untuk menjadi guru

seni musik di sekolah dasar dengan cara yang tepat.

Salah satu unsur yang terpenting dalam seni music adalah solfeggio.Solfeggio

yang merupakan unsur dasar dalam music sangat berperan untuk pengembangan

kemampuan musikalitas pada diri seseorang, baik itu unsur ritmis maupun melodis.

Adapun selama ini, bahan ajar Solfeggio dalam pembelajaran pendidikan seni

musik untuk mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, menggunakan bahan

ajar yang diperuntukkan untuk umum dan mahasiswa pendidikan musik. Kondisi ini

tidak sesuai dengan keadaan di lapangan, karena mahasiswa PGMI mempunyai latar

belakang yang berbeda dan kemampuan musikal yang beragam apalagi disamakan

potensinya dengan mahasiswa seni music. Pada kurikulum perkuliahan Program Studi

PGMI, mata kuliah Pendidikan Seni Musik hanya ditawarkan dalam satu semester (2

SKS) saja, sehingga pendalaman tentang pendidikan seni musik dirasakan sangat

kurang. Hal tersebut akan dapat berakibat pada minimnya pengetahuan mahasiswa

terhadap pendidikan seni musik.

Salah satu akibatnya yang terjadi di lapangan terdapat kebiasaan dalam

pembelajaran musik yang kurang tepat, contohnya adalah guru mengajarkan

bernyanyi kepada siswa hanya dengan metode imitasi saja. Hal ini dirasakan belum

tuntas, karena pada dasarnya pendidikan musik bukan bertujuan agar anak pandai

bernyayi, ini sesuai dengan pandangan Dalcroze yang dikutip oleh A. T. Mahmud

(1994: 17): “Bahwa tujuan pendidikan musik bukanlah untuk mencetak pemain musik

atau penyanyi dengan teknik yang tinggi, melainkan untuk mengembangkan rasa

musikal yang terdapat dalam diri manusia”. Sehubungan dengan itu, pengembangan
3

bahan ajar untuk seni music, khususnya solfeggio sangatlah diperlukan, karna hal itu

sangatlah mendukung kompetensi guru MI dalam meberikan pembelajaran pada

peserta didik.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimanakah pengembangan bahan ajar Solfeggio untuk mahasiswa Pendidikan

Guru Madrasah Ibtidaiyah yang layak digunakan oleh mahasiswa PGMI. Untuk

menjawab rumusan masalah tersebut, maka dapat disusun beberapa pertanyaan secara

spesifik sebagaiberikut:

1. Bagaimana konsep dan karakteristik bahan ajar Solfeggio untuk mahasiswa

pendidikan guru sekolah dasar.

2. Apa dan bagaimana yang dimaksud dengan Solfeggio?

3. Apa itu PGMI?

C. DEFINISIOPERASIONAL

1. Bahan ajar: Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di

kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak

tertulis (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center

for Competency BasedTraining).

2. Solfeggio: Solfeggio adalah latihan kemampuan pendengaran atau ketajaman

pendengaran musik, baik ketepatan ritmik maupun ketepatan nadanya. Muttaqin

dan Kustap (2008:188)

3. PGMI: Program ini bertujuan menghasilkan guru MI yang memiliki kemampuan


4

profesional di dalam merancang, melaksanakan, mengevaluasi, dan

mengembangkan proses dan sistem belajar mengajar di sekolah.

D. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui konsep dan karakteristik bahan ajar Solfeggio untuk mahasiswa

pendidikan guru MI.

2. Mengetahui kelayakan bahan ajar Solfeggio untuk diimplementasikan pada

program studi pendidikan guru MI.

3. Menghasilkan produk bahan ajar Solfeggio untuk direkomendasikan pada

mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.


5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Bahan Ajar

1. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu

guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.Bahan yang

dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.(National Center for

Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training).

Mengapa guru perlu mengembangkan Bahan Ajar? Guru harus memiliki atau

menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan :

– kurikulum,

– Karakteristik sasaran,

– Tuntutan pemecahan masalah belajar.

Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar

Bahan Ajar disusun dengan tujuan:

a. Menyediakan Bahan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan

mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni Bahan Ajar yang sesuai

dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.

b. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif Bahan Ajar di samping

buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh

c. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Manfaat bagi guru

a. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

belajar.
6

b. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan

mencapai ketinggian tertentu.

c. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus

mencapai tujuan

2. Jenis Bahan Ajar

a. Bahan Ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara

lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart,

foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti model/maket.

b. Bahan Ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact

disk audio.

c. Bahan Ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film.

d. Bahan Ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI

(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran

interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

Analisis Kebutuhan Bahan Ajar

1. Analisis SK-KD-Indikator

2. Analisis Sumber Belajar

3. Pemilihan dan Penentuan Bahan Ajar

Penyusunan Bahan Ajar Cetak memperhatikan

1. Susunan tampilan,

2. Bahasa yang mudah,

3. Menguji pemahaman,

4. Stimulan,

5. Kemudahan dibaca,

6. Materi instruksional
7

B. Solfeggio

1. Pengertian Solfeggio

Solfegia adalah latihan kemampuan pendengaran atau ketajaman pendengaran

musik, baik ketepatan ritmik maupun ketepatan nadanya.Menurut Stanly yang

dikutip Sumaryanto (2005:40) dikatakan Solfegio adalah istilah yang mengacu

pada menyanyikan tangga nada, interval dan latihan-latihan melodi dengan sillaby

zolmization yaitu, dengan menyanyikan solmisasi (do,re,mi,dst) dan kemudian

dikembangkan dengan menempatkan huruf vokal (a,i,u,e,o) sebagai ganti

solmisasi. Solfegio juga dapat diartikan sebagai ilmu dalam memahami interval

musik dan notasi. Solfegio bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang jarak

nada satu ke nada yang lain dengan cara menyanyikan berbagai macam bentuk

notasi, dengan menyanyikan interval nada yang berbeda-beda. Biasanya solfegio

diajarkan dengan latihan-latihan menyanyikan solmisasi yang terus bertambah

tingkat kesulitannya.

Dalam perkembangannya solfegio bukan hanya menyanyi saja tetapi juga

mendengar dan membaca nada. Kemampuan membaca nada disebut dengan Sight

Reading, kemampuan mendengar nada disebut dengan Ear Training, sedangkan

kemampuan menyanyi disebut dengan Sight Singing.

2. Teori-teori pembelajaaran solfegio

a. Sight Reading

Menurut Stanley seperti yang dikutip Sumaryanto(2001:31-33)

Sight reading adalah membaca not tanpa persiapan atau kesanggupansekaligus

untuk membaca dan memainkan notasi musik yang belumpernah dikenal

sebelumnya (sering disebut dengan istilah prima vista).


8

Fungsi sight reading selain untuk meningkatkan kemampuanmembaca dan

menambah pengetahuan tentang bahasa musik jugaberfungsi untuk menemukan

hal–hal baru dalam musik dan memberikankenikmatan dalam bermusik bagi

pemain atau penyaji musik hingga padatingkat ketrampilan mahir. Ada dua

pendekatan dalam melatih sight reading, yaitu :

(1) dengan memainkan lagu yang mudah dengan tempo yang sebenarnya,

(2) dengan lagu yang sulit dalam tempo yang sangat lambat.

Richman dalam Sumaryanto (2001:33). Melalui sight reading diharapkan

siswa dapatmembaca notasi musik dengan cepat dan tepat.Florentinus

membagi kemampuan membaca not (sight reading) dalam tiga indikator,

yaitu :

(a) kemampuan membaca ritme/irama,

(b) kemampuan membaca melodi/rangkaian nada,

(c) kemampuanmembaca kord/ keselarasan gabungan nada.

b. Ear Training

Ear Training adalah latihan kemampuan mendengar, menurut Kodiyat

(1983:68), Ear Training adalah latihan pendengaran secara sistematis, latihan

vokal tanpa perkataan dan hanya dengan suku kataterbuka. Latihan

pendengaran tersebut dilakukan dengan cara menselaraskan dengan not- not

yang dihadapi. Dengan terbiasanya siswa mendengar secara bertahap, maka

bayangan nada/not dari suatu lagu yang didengar akan dapat dibayangkan

besar kecilnya dan tepat tidaknya lompatan nada. Manusia normal sejak lahir

sudah dibebani dengan kemampuan reaksi terhadap bunyi atau musik,

sehingga tanpa kegiatan mendengar manusia tidak dapat memberikan reaksi

terhadap rangsangan yang membentuk bunyi ( Jamalus, 1981:49) Latihan


9

pendengaran musik biasanya dilakukan dalam bentuk dikteyang berupa nada

yang dinyanyikan kemudian ditirukan, yang sebelumnyadidahului dengan

latihan pendengaran dan latihan daya ingat. Dikte tersebut berupa melodi,

kord, dan ritme.

Latihan pendengaran ini membutuhkan konsentrasi yang sungguh- sungguh

agar kesan musik dapat dimengerti dan bila dilakukan secara berulang- ulang

dapat dijadikan dasar menuju tahap pelajaran membaca notasi. Florentinus

(1997:62) membagi lebih lanjut kemampuan mendengarnot (Ear Training) ke

dalam tiga indikator kemampuan, yaitu:

1. kemampuan mendengar dan mengingat ritme/irama, menuliskan

serta menyuarakan kembali,

2. kemampuan mendengar dan mengingatmelodi/rangkaian nada, menuliskan

serta menyuarakan kembali,

3. kemampuan mendengar dan mengingat kord/keselarasan gabungan nada.

Menurut Benward yang dikutip oleh Sumaryanto(2001:35), kemampuan

pendengaran merupakan gabungan dari faktor kebiasaan dan pembawaan.

Faktor kebiasaan dapat dikembangkan melalui latihan teratur,sedangkan

faktor pembawaan murni berasal dari kemampuan diri yangberupa bakat

musikalitas.

Dalam proses mempelajari sebuah lagu perlu ditanamkan pengertian

tentang rasairama/ritme, agar siswa dapat menyanyikan sebuah lagudengan

irama yang sesuai. Selain itu perlu ditanamkan jugapengertian tentang

bayangan /memori nada, interval, dan melodi sehinggatidak mengalami

kesulitan dalam menyanyikan sebuah lagu dengan benar.Dari penjelasan di

atas dapat ditegaskan bahwa kemampuan mendengar not(Ear


10

Training)adalah tingkat kepekaan siswa dalam mendengarkan,mengingat,

menuliskan dan menyuarakan kembali unsur–unsure musikaldalam bentuk

notasi musik secara langsung, baik pada melodi, ritme maupun kord.

c. Sight Singing

Yang dimaksud dengan Sight Singing adalah latihan menyanyikan nada

sesuai dengan melodi. Ada dua sistem yang dapat digunakan dalamlatihan

ini, yaitu system fixed do dan system movable do. Kedua system tersebut

dijabarkan sebagai berikut:

1. Sistem fixed do Adalah latihan nada-nada dinyanyikan dengan apa

adanya,misalkan nada C akan tetap dibaca do meskipun dalam tangga

nadayang berbeda-beda. Contoh lain, siswa menyanyikan lagu dalam

tangga nada F mayor (1 mol) maka nada F tidak dibaca do melainkan fa.

2. Sistem Movable do adalah do yang bisa berubah-ubah, jadi nama do bisa

terletak pada nada c, d, e, f, g, dan seterusnya sesuai nadadasar yang

digunakan.

Florentinus membagi kemampuan menyanyikan not atau sight singing dalam

tiga indikator, yaitu :

(1)Kemampuan menyanyikanmelodi atau rangkaian nada,

(2)Kemampuan menyanyikan interval nada,

(3) Kemampuan menyanyikan tangganada. (Sumaryanto,2001:40-42)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyanyikan

nada (sight Singing) adalah tingkat kelancaran siswa untuk mengubah

bentuk notasi menjadi suara atau vokal tanpa persiapan sebelumnya.


11

C. PGMI

PGMI adalah suatu program yang bertujuan menghasilkan guru MI yang memiliki

kemampuan profesional di dalam merancang, melaksanakan, mengevaluasi, dan

mengembangkan proses dan sistem belajar mengajar di sekolah.

1. SEJARAH BERDIRINYA PGMI

Bermula dari diskusi-diskusi kecil antara Kepala Kantor Departemen Agama

Kabupaten Tangerang (Drs. H. Agus Salim, M.Pd.), Ketua Pokjawas (Drs. H.

Syamsuddin, M.Pd.), Kepala MAN Serpong (Dra.Hj. Iis Aisyah), dan Kepala

MTsN Pagedangan (Drs. Suhardi, M.A.).Diskusi itu menyimpulkan bahwa

guru-guru madrasah masih banyak yang belum berdaya dan belum banyak

berperan, sehingga belum bisa dibanggakan.Masih banyak guru madrasah

yang kurang percaya diri, kurang profesional, dan kurang bangga untuk

mengatakan dirinya sebagai guru madrasah.Memang, tidak semua guru

madrasah mengalami kondisi seperti itu, tetapi jumlahnya relatif kecil.

Kondisi yang demikian ini mempengaruhi mutu pendidikan madrasah yang

kita harapkan yaitu melahirkan output yang bekualitas, cerdas dan berakhlak

mulia. Sehingga madrasah dapat menjadi tumpuan masyarakat di bidang

pendidikan. Oleh karena itu perubahannya harus dilakukan secara terencana

dan terorganisasi.Berdasarkan pemikiran itulah diperlukan adanya sebuah

organisasi guru madrasah. Pada awalnya organisasi ini muncul dengan nama

Persatuan Guru Madrasah (PGM), tetapi di dalam perjalanannya banyak

masukan nama, diantaranya Persatuan Guru Madrasah Republik Indonesia

(PGMRI), Persatuan Guru Madrasah Indonesia (PERGAMI), dan Persatuan

Guru Madrasah Indonesia (PGMI). Untuk melakukan sosialisasi dan juga

untuk mendapatkan banyak masukan serta dukungan, diadakanlah serangkaian


12

pertemuan.Pertemuan pertama dilaksanakan di MAN Serpong pada tanggal 8

Januari 2006.Pertemuan itu dihadiri oleh kepala-kepala MIN, MTsN, dan

MAN, se-Kabupaten Tangerang, serta dihadiri oleh Kepala Depag Kabupaten

Tangerang.Pertemuan kali ini lebih banyak memberikan penguatan tentang

pentingnya organisasi bagi guru madrasah.Selanjutnya satu bulan kemudian

diadakan pertemuan kedua di MTs Negeri Rajeg (waktu itu kepala

Madrasahnya Drs. Arsyadi).Kali ini yang diundang bukan hanya kepala-

kepala madrasah negeri, tetapi juga melibatkan kepalakepala madrasah swasta,

baik MI, MTs, maupun MA.Yang hadir cukup banyak, hampir mencapai 100

orang. Pertemuan kali ini dipimpin oleh Drs. H. Syamsuddin, M.Pd., Iis

Aisyah, dan Suhardi. Dalam sambutannya H. Syamsuddin menegaskan bahwa

organisasi guru madrasah yang akan dibentuk memiliki peran yang sangat

strategis bagi kemajuan guru-guru itu sendiri dan juga bagi kemajuan

madrasah. Oleh karena itu ide pendirian organisasi guru madrasah ini harus

terus-menerus digelorakan sampai akhirnya terwujud.Kepala-kepala madrasah

sebagai pemimpin madrasah harus menjadi pelopor bagi terwujudnya

organisasi guru madrasah ini.Selain itu, berdirinya organisasi guru madrasah

adalah sebuah keharusan karena guru-guru madrasah memang membutuhkan

wadah sebagai tempat untuk mengartikulasikan berbagai aspirasinya dan

tempat untuk mengaktualiasikan kemampuannya. Kebijakan politik

pemerintah yang membedakan departemen yang diotonomikan dan yang tidak

diotonomikan ternyata menimbulkan masalah tersendiri bagi guru

madrasah.Departemen Pendidikan adalah departemen yang diotonomikan,

sedangkan Departemen Agama yang nota bene memawahi pendidikan melalui

Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) tidak diotonomikan.Akibatnya Pemda lebih


13

banyak memperhatikan pendidikan di bawah naungan Departemen Pendidikan

dan kurang memperhatikan pendidikan madrasah.Otonomi Daerah pada

dasarnya sebuah system politik pemerintahan yang tujuannya sangat baik,

yaitu untuk menciptakan pemerintahakan yang efektif dan efisien dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat, termasuk dalam hal

pendidikan.Tetapi karena madrasah tidak termasuk bagian yang tidak

diotonomikan (karena bernaung di bawah Departemen Agama), maka

madrasah justru kurang diperhatikan oleh Pemerintah Daerah karena dinilai

merupakan kewenangan Pemerintah Pusat.Dalam konteks inilah, Otonomi

Daerah justru kurang menguntungkan bagi madrasah.Oleh karena itu

diperlukan ijtihad secara kreatif agar kondisi yang kurang menguntungkan ini

bisa diatasi.Selanjutnya guna mematangkan terwujudnya organisasi guru

madrasah, diadakan pertemuan ketiga di MTs Negeri Pagedangan.Dalam

pertemuan ini, juga dihadiri oleh kepala MIN, MTsN, dan MAN se-Kabupaten

Tangerang.Selain itu juga dihadiri oleh Kepala Kanwil Depag Provinsi

Banten, Drs. H.M. Suroh, M.Si.Dalam pertemuan ini gagasan untuk

mendirikan sebuah organisasi guru madrasah sudah bulat. Kepala Kanwil

mengusulkan agar dipilih nama PGMI dengan kepanjangannya Persatuan

Guru Madrasah Indonesia. “Nama itu simpel, bagus, dan cukup enak

didengar,” katanya. Peserta pertemuan pun menyepakati nama itu. Setelah

nama disepakati, Suhardi, yang waktu itu menjabat sebagai Kepala MTsN

Pagedangan, ternyata sudah mempersiapkan lagu Mars PGMI. Ketika rapat

selesai, Suhardi melantunkan lagu ciptaannya dan direkam oleh Bay Makmun

dengan menggunakan HP. Ternyata, setelah diperdengarkan yang hadir

menilai bahwa lagu itu bisa diusulkan untuk ditetapkan sebagai hymne PGMI.
14

Pada rapat kali ini juga dibentuk struktur dan susunan pengurus harian, yaitu

Ketua Umum Drs. H. Syamsuddin, M.Pd., Sekretaris Drs. Suhardi, M.A. dan

Bendahara Dra. Hj. Iis Aisyah. Pengurus departemen dibicarakan kemudian.

Kepala Depag Kabupaten Tangerang, Drs. H. Agus Salim, M.Pd. selalu

memberikan dorongan yang kuat, sehingga muncul kebanggaan dengan

dibentuknya organisasi guru madrasah. Pembicaraan dalam pertemuan itu

akhirnya mengerucut kepada rencana untuk mendeklarasikan organisasi yang

sudah disepakati. Diputuskanlah bahwa akan diadakan deklarasi PGMI pada

tanggal 200 April 2006 di Mesjid al-Amjad Kabupaten Tangerang. Para

penggagas kemudian berkoordinasi dengan berbagai pihak guna suksesnya

deklarasi tersebut.Dengan disertai semangat yang tinggi akhirnya pada tanggal

20 April 2006 di Aula Mesjid al-Amjad Tigaraksa Kabupaten Tangerang

dideklarasikanlah PGMI. Acara deklarasi itu dihadiri oleh kurang lebih 6000

(enam ribu) guru RA, MI, MTs, MA, dan juga oleh ustadz majelis ta’lim dan

pondok pesantren. Pejabat yang hadir ketika itu adalah Kepala Kandepag

beserta jajarannya, Kepala Dinas, Ketua MUI, dan Anggota DPRD Kabupaten

Tangerang.Tak lupa hadir juga Bupati Tangerang, H. Ismet Iskandar.Drs. H.

Syamsuddin selaku Ketua Umum PGMI Kabupaten Tangerang memimpin

pembacaan Deklarasi Berdirinya PGMI di hadapan seluruh peserta yang hadir.

Bunyi teks deklarasi adalah: Bismillahirrohmanirrohim Radhitu billahi rabba,

wabil islami diina Wabi Muhammadin nabiyan warasulan Kami, seluruh guru

madrasah Kabupaten Tangerang dengan ini menyatakan berhimpun diri dalam

Persatuan Guru Madrasah Indonesia (PGMI). Melalui wadah ini kami

bertekad untuk mewujudkan guru madrasah yang profesional, bermartabat,

sejahtera, dan Islami.Semoga Allah swt meridhoi.


15

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan yang diuraikan pada bab sebelumnya,

makadapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa pengembangan bahan ajar solfeggio

untuk mahasiswa pendidikan guru MI, adalah sebagaiberikut:

1. Karakteristik bahan ajar solfeggio disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan

mahasiswa pendidikan guru MI. Kondisi ini meliput keadaan mahasiswa

pendidikan guru MI yang memiliki kemampuan musikal yangberagam.

Konsep dan Karakteristik bahan ajar solfeggio mengacu pada kurikulum

pembelajaran musik di Madrasah Ibtidaiyah.Hal ini bertujuan agar mahasiswa

dapat mengaplikasikan seluruh materi pembelajaran solfeggio di Madrasah

Ibtidaiyah, sehingga pembelajaran musik di Madrasah Ibtidaiyah dapat terlaksana

sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.

2. Solfeggio merupakan suatu pembelajaran musik yang bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan dasar musikal. Kemampuan ini meliputi

kemampuan mendengar, kemampuan menirukan dan kemampuan membaca

notasimusik.

3. PGMI adalah suatu program yang bertujuan menghasilkan guru MI yang memiliki

kemampuan profesional di dalam merancang, melaksanakan, mengevaluasi, dan

mengembangkan proses dan sistem belajar mengajar di sekolah.


16

DAFTAR PUSTAKA

Jamalus & A.t. Mahmud.(1981). Musik 4.Departeman Pendidikan dan Kebudayaan

Kodiyat, Latifah, (1983), Istilah-istilah musik, Depdikbud Jakarta


Mutia : (2006) Apa Makna Pendidikan Musik yang sesungguhnya. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Muttaqin & Kustap. (2008). Musik Klasik: Pengantar Musikologi Untuk SMK.
Departemen Pendidikan Nasional

Sumaryanto, Totok.( 2005) Efektifitas Penggunaan Metode Solfegio untuk


Pembelajaran Bermain Musik di Sekolah Dasar.

Usman : (1990) Guru profesional.Bandung : Remaja kosdakarya

https://dpdpgmisidoarjo.files.wordpress.com/2014/02/sejarah-berdirinya-pgmi.pdf

Anda mungkin juga menyukai