Di dalam rumah yang tak terlalu besar tinggallah satu keluarga kecil yang beranggotakan Ayah, Ibu, satu anak perempuan, dan satu anak laki-laki. Kania adalah anak pertama yang berumur 20 tahun dan sudah memasuki kuliah semester empat. Sedangkan adiknya Nathan adalah anak kedua yang baru memasuki SMA, ia baru berumur 16 tahun. Kania adalah anak yang penurut dan sangat pintar dalam bidang akademik, namun Kania adalah anak yang pendiam dan jarang berkomunikasi. Setiap hari kegiatan Kania adalah belajar, belajar, dan belajar di kamarnya, ia keluar hanya untuk makan dan mandi saja. Berbanding terbalik dengan adiknya Nathan, ia adalah anak yang sangat bandel dan malas. Itu semua terjadi kala keluarga kecil Nathan mulai tidak harmonis lagi. Awalnya Nathan adalah anak yang rajin dan mudah diatur. Nathan juga anak yang sangat manja kepada ibunya. Namun seiringnya berjalannya waktu sifat tersebut mulai luntur bagaikan tinta yang terkena air. Ia terpengaruh oleh segala masalah yang ia alami dikeluarganya. Setelah itu ia selalu membangkangkang. Sehari-hari Nathan sangat jarang dirumah. Ia menghabiskan hari-harinya untuk nongkrong hingga tidak ingat pulang. Nathan juga sangat suka keluar malam tanpa tujuan yang jelas. Nathan begitu karena ia merasa rumahnya tak seperti dahulu lagi, bahkan orang tuanya pun sudah tidak sanggup untuk mengurusnya karena ia tak pernah mendengarkan omongan ibunya. Namun dibalik itu, Nathan sangat saying kepada kakaknya yang tak pernah ia ungkapkan. Nathan sangat menuruti perkataan kakaknya. Hingga suatu hari Nathan pergi dari rumah karena ia merasa tidak betah dirumahnya. Ia pergi berhari-hari tanpa sepengetahuan Ayah, Ibu, dan Kakaknya. Nathan pergi hanya berbekalkan baju, sedikit uang, dan motor pemberian ayahnya. Ia pergi lumayan jauh yaitu ke Rumah Neneknya. Saat itu orang tua nya panik dan terus menelefon Nathan, namun ia enggan untuk menggubrisnya. Sampai suatu saat Ibunya mengakhiri dan membiarkan Nathan pergi. Lalu Kania, kakak Nathan merasa lelah dengan tingkah laku Nathan dan ikut turut membantu untuk menghubungi Nathan. Dan benar saja Nathan langsung menjawab telefon dan kakaknya, Kania. Di dalam percakapan mereka berdua di telefon. Kania menanyakan bagaimana keaadaan Nathan dan dimana ia sedang berada, sekian lama mereka bercakap-cakap Kania meminta Nathan untuk segera pulang kembali karena sekolah sudah akan mulai kembali. Sesampainya di rumah, Nathan pun disambut baik oleh Ibu dan Ayahnya. Namun Nathan tetap tidak merasa senang. Hingga akhirnya ia bertemu dengan kakaknya ia merasa sangat senang dan terharu. Keesokan harinya Ketika sekolah sudah dimulai Nathan belajar seperti biasa seperti anak-anak lainnya. Di sekolah, Nathan menjadi seorang anak yang sama seperti di rumah. Ia sangat bandel, malas, dan sangat sulit diatur. Setiap hari Nathan seperti itu. Hingga suatu saat Nathan bertemu dengan wanita cantik. Nathan tertarik dengan wanita itu namun Nathan memilih untuk diam saja, ia merasa belum siap untuk itu karena masalah yang ia alami di rumahnya. Namun siapa sangka wanita cantik itu juga tertarik dengan seorang Nathan yang sangat bandel itu. Mengetahui hal itu Nathan pun menjadi bingung ingin mendekati wanita itu atau tidak. Setelah berpikir panjang, akirnya Nathan memilih untuk mendekati wanita itu. Nathan pun memberanikan untuk berbicara dengan wanita itu. Hingga akhirnya Nathan memberanikan dirinya untuk mengajak wanita cantik itu untuk pergi jalan-jalan bersamanya. Sekian lama waktu berlalu Nathan jatuh hati terhadap wanita itu, karena ia merasa saat ia bersamanya Nathan merasa lupa akan masalah yang ia miliki, ia hanya merasa senang dan tidak bisa jauh jauh dari wanita itu. Sampai akhirnya Nathan berani untuk mengungkapkan isi hatinya kepada wanita itu. Dengan berbekalkan bunga ditangan Nathan pun menembak wanita itu dan wanita itu pun mengiyakan Nathan. Hari-hari bersama pacarnya membuat Nathan orang yang lebih baik lagi. Wanita itu membawa dampak positif kepada Nathan. Nathan juga merasakan hal itu dan mulai berjanji pada dirinya untuk menjadi orang yang lebih baik lagi.