Jika hidup adalah kertas putih, maka kuas adalah segala tindakan dan
perbuatan kita, sedangkan warna-warni cat adalah nuansa perasaan yang muncul
akibat tindakan kita. Sedih, marah, kecewa, bahagia. Dulu yang kutahu hanya lah
hitam, putih, dan abu-abu, hingga akhirnya dia datang dan menyelinap masuk ke
duniaku.
Tania namanya, seorang anak SMA yang memiliki bakat di bidang seni yang
sangat ia gemari yaitu melukis. Khayalannya selalu ia tuangkan ke dalam kanvas
lukisnya, melukis menjadi hobi Tania dalam kehidupannya sehari-hari. Namun, ia
memiliki kesulitan dalam hal berinteraksi secara sosial atau sifat anti sosial, mudah
tersinggung, pemarah dan sedikit pemberontak. Karena hal itu juga, ia tidak memiliki
teman dikelasnya. Satu-satunya orang yang bisa mengerti Tania adalah Papanya,
bahkan Mamanya beserta kedua kakak kandungnya, Tama dan Tiara pun tidak bisa
mengerti Tania.
Suatu hari ada siswa baru disekolah Tania, yaitu Ananta Prahadi atau biasa
dipanggil Anta. Ia berasal dari subang, sifatnya yang udik, lugu dan sangat polos
ketika harus pindah ke kota besar seperti Jakarta kerap kali membuat Tania sebal,
gadis itu sering bersikap sombong dan memperlakukan Anta secara tidak layak.
Anta tidak keberatan duduk sebangku dengan Tania, walaupun sifat Tania
yang jauh berbeda dengannya. Bahkan ia sendiri tidak pernah memikirkan hal itu dan
tetap menjadi teman baik bagi Tania.
Bel berbunyi tanda istirahat telah tiba, semua siswa bergegas pergi ke kantin
dan berkumpul dengan teman-temannya, tetapi Tania lebih memilih duduk di bangku
paling ujung sendirian, jauh dari kerumunan. Seperti biasa ia selalu melukis di mana
pun ia berada, tidak peduli dengan yang orang lain katakan, ia tetap melakukan apa
saja yang ingin ia lalukan. Tidak lama kemudian Anta menghampiri Tania di mejanya
dengan membawa rantang yang berisi bekal dari rumah.
“Tah teh tah teh emangnya gua teh celup!” jawab Tania ketus.
“Teteh itu kakak dalam bahasa Sunda.” Ucap Anta memberi tahu.
“Oh iya ini mau makan bareng ga teh?” Anta berpikir barangkali Tania mau untuk
makan bersamanya.
“Saya teh pindah sekolah dari subang karena ingin mencari pengalaman baru yang
lebih menantang di ibu kota.”
“Saya mau cerita, teteh dengerin aja, Ga usah komentar juga gapapa hehe. jadi saya
teh ngekos di sini biar ngirit, masak juga masak sendiri. Nah teh Tatan mau nyobain
ga?” ucap Anta dengan rasa sabarnya
“Karena dapat pahala ketika kita mau berbagi rezeki teh.” Jawab Anta.
“Kenapa orang kaya lu tiba-tiba ada dihidup gua?!” ucap Tania tetapi dengan nada
yang agak tinggi.
Anta berkata, “Jodoh teh, saya percaya tidak ada pertemuan tanpa sebab, nah kita
teh dipertemukan karena ikatan jodoh yang kuat.”
“Teteh Tatan mau ke mana? ini kangkungnya belum dicoba in teh. Ada ikan asin,
paling enak dimakan sama nasi kerak.” ucap Anta untuk menahan Tania agar tidak
pergi dari mejanya.
“Eh bukan yang itu, tadi lu bilang ada nasi kerak?” Tania bertanya untuk memastikan
bahwa yang didengarnya tidaklah salah .
Tania mulai mengisi hari-hari bersama Anta, ia sudah bisa menerima Anta apa
adanya walaupun sebenarnya ia sangat kesal jika harus dipanggil Teh Tatan, namun
itu bukanlah masalah yang besar baginya sekarang. Ia pun berkata,
“Karena Anta tahu, teh Tatan itu sebenarnya orang yang baik, ya banyak saja orang
yang tidak mengerti pikiran teteh yang agak liar.”
“Dari sorot mata teh, sorot mata teh Tatan itu bersinar, bening, memancarkan keliaran
hati yang..”
“Ya walaupun Anta tidak mengerti soal lukisan, tapi lukisan-lukisan teh Tatan itu
menarik, misterius dan tidak ke tebak, jadi seperti teka-teki. Teka-teki berhadiah hehe
makanya semua lukisan teteh itu ada nilainya.”
“Jadi lu jual?”
“Hah?!”
“Ya kalau enggak, biaya nasi kerak itu dari mana? aduh duit kos-kosan teh tidak akan
cukup. cabai mahal, bawang merah mahal, harga beras naik turun, apalagi daging
yang buat bikin rendang teh. Yah teteh jangan marah atuh, yasudah silahkan kalau
mau dipukul, silahkan sok, tapi janji setelah itu jangan marah lagi teh.”
Anta sangat kagum dengan semua karya seni Tania, ia memang tidak mengerti
seni tetapi ia tahu bahwa setiap lukisan tersebut pasti ada ceritanya dan cirinya
tersendiri di dalamnya. Tania juga menegaskan bahwa jangan tanya maknanya, jika
tidak tahu berarti salah sendiri dan jangan membanding-bandingkan karya lukisannya
dengan karya orang lain.
Saat Anta berniat hendak pulang, ia mengucapkan terima kasih sudah diajak
ke rumahnya untuk melihat lukisan-lukisan yang mengagumkan itu. Tidak lama
setelah itu kakak Tania menghampiri mereka dan berkata ingin mengajak Anta makan
malam bersama keluarganya, tentu saja ajakan itu membuat Anta senang karena
selain mengirit biaya makan di kos-kosan, ia juga bisa langsung berkenalan dengan
mama Tania sekaligus. Tetapi Tania tidak mengizinkannya ia tetap saja menyuruh
Anta untuk pulang, Tania berkata bahwa ia sendiri tidak pernah makan malam
bersama keluarganya. Tetapi Anta tetap menerima ajakan dari kak Tiara dan
menawarkan diri untuk ia saja yang memasak menu kesukaan Tania, yaitu nasi kerak
rendang telur. Dan tentu saja Tania mengiyakan, sulit baginya untuk menolak tawaran
dari Anta tersebut.
Lalu Tania langsung mengambil kertas dan pena yang sedang ditulis kak Tiara
di mejanya, ia membuat surat perjanjian kerja Tania dan Ananta yang isinya adalah
hubungan kami Cuma sebatas bos dan anak buah yang ditandatangani langsung oleh
mereka berdua dan disaksikan keluarganya.
Tak lama kemudian, Anta pun izin pulang kepada keluarga Tania karena
memang sudah larut malam dan Kak Tama menawarkan agar Anta diantar pulang
olehnya.
Hari-hari berlalu seperti biasa, Anta dan Tania menjadi sahabat yang saling
percaya satu sama lain. sampai akhirnya surat kelulusan tiba, Semua senang karena
mendapati surat keterangan lulus SMA, termasuk Anta dan Tania. Mereka berdua
lulus dengan hasil yang cukup memuaskan, dan juga mereka langsung melakukan
apa yang sudah direncanakan sebelumnya yaitu membuka galeri lukisan di gedung
kecil tepat di depan rumah Tania.
Keesokan harinya gedung kecil tersebut diberi nama galeri Tania, Anta sibuk
menyusun penempatan lukisan agar indah dipandang oleh orang lain saat
mengunjunginya. Di saat semuanya sudah tersusun rapi, akhirnya mereka berdua
meresmikan galeri tersebut dan ditonton oleh orang-orang yang datang pada saat itu.
Tania merasa bahagia karena akhirnya lukisannya dibeli, dihargai dan diapresiasi.
Keluarganya juga ikut merasa senang dalam peresmian itu.
Keluarganya sadar bahwa kehadiran Anta di dalam hidup Tania mampu
membuat Tania berubah dari pemurung menjadi periang setiap hari.
Satu persatu orang datang mengunjungi galeri. Anta merasa repot harus
melayani semua orang yang berkunjung sendirian, tetapi ia juga tidak bisa meminta
tolong pada Tania untuk membantunya. Karena memang dari awal Tania sudah bicara
padanya jika ia tidak suka bertemu atau bahkan melayani banyak orang, tugasnya
hanya lah melukis di atas kanvas saja tidak lebih dari itu dan Anta sangat paham
akan sifat Tania dan menyetujui hal tersebut.
Hari-hari mereka lalui bersama, sampai pada suatu malam di saat Tania
membutuhkan cat yang biasa dibeli Anta, ia memanggil Anta berulang kali namun
tidak ada sahutan sedikit pun dari Anta di bawah, Tania kebingungan tidak seperti
biasanya Anta bersikap seperti ini hingga akhirnya ia yang mengecek sendiri dan
ternyata Anta tidak berada di kamarnya.
Tania merasa pusing, stres, marah, menangis pada saat itu juga. Ia sangat
kebingungan karena ia tidak mampu melakukan semuanya sendiri. 3 hari Tania tidak
melukis seperti biasa, selalu melamun, selain itu ia juga tidak mau mengisi perutnya
yang kosong, ia tetap saja menunggu Anta untuk pulang ke rumah. Ia percaya bahwa
Tuhan menciptakan Anta untuk dirinya, Cuma Anta sekarang yang paham tentangnya.
Malam itu menjadi momen yang paling indah dalam hidup Tania apalagi saat
Pierre mengatakan ingin seumur hidup bersamanya. Namun dalam waktu yang
bersamaan ia masih memikirkan suatu hal yang sangat dirindukannya yaitu Ananta.
Dalam perjalanan pulang, ia tidak sabar untuk menemui Anta dan terus saja
memikirkan orang udik itu. Saat sudah tiba di rumah ia tidak mendapati Anta yang
sedang menunggunya justru ia mendapatkan sebuah surat terakhir dari Anta yang
berisi ;
Kepada tetehku teh Tatan yang paling cantik di dunia, pertama-tama Anta
mohon teteh jangan marah, jangan ngamuk, kasihan Pierre. Dia teh laki-laki baik yang
bisa menuntun hidup teh Tatan ke depan. Anta sebenarnya hanya anak kampung
yang tidak jauh dari rumah teteh dan dulunya bekerja sebagai pembantu almarhum
Papa teh Tatan. Pada malam itu Anta sendiri yang menemani papa teteh untuk pergi
ke luar kota namun di tengah perjalanan kami berdua mengalami kecelakaan hebat.
Dalam keadaan dilumuri darah ia menitipkan pesan terakhirnya sebelum meninggal
dunia kepada Anta untuk berjanji menjaga teh Tatan. Anta memenuhi janji Anta
kepada teh Tatan, Anta mencari teteh di sekolah, Anta juga berusaha memahami
keunikan dan keistimewaan teh Tatan, berusaha menjadi teman terbaik yang pernah
dimiliki dalam hidup teteh. Anta mengakui bahwa lama kelamaan memang tumbuh
rasa sayang pada teh Tatan, mungkin juga cinta tapi Anta tahu bahwa hal itu tidak
mungkin terjadi karena teteh sudah membuat perjanjian di atas kertas bahwa
hubungan Anta dan teteh itu hanya sebatas hubungan kerja. Tapi Anta tetap bahagia
karena Anta bisa terus bersama teteh mewujudkan apa yang diinginkan teh Tatan
dan berharap kita akan bisa bersama selamanya. Namun ternyata pendarahan di
kepala Anta akibat kecelakaan itu berefek panjang, ada pembekuan darah di saraf
vital otak Anta, Dokter bilang hidup Anta tak akan lama. Anta harus menyiapkan
segala sesuatunya sebelum Anta pergi, Anta harus menemukan orang yang tepat
untuk menggantikan Anta dalam hidup teteh. Anta menemukan Pierre, laki-laki baik
dan mengerti dunianya teh Tatan. Tugas Anta adalah mempertemukan kalian berdua
dan membuat kalian saling jatuh cinta. Pierre tidak tahu sama sekali mengenai
rencana dibalik semua ini. Seperti yang Anta bilang bahwa Pierre orangnya baik dan
dia memang sungguh-sungguh jatuh cinta sama teh Tatan. Tapi Anta tahu tidak
mudah untuk teh Tatan jatuh cinta begitu saja, teh Tatan sudah hidup lama dengan
Anta. Teh Tatan tidak akan mudah begitu saja melepas rasa aman bersama Anta, itu
sebabnya Anta terpaksa harus pergi saat teteh berada di Bekasi. walaupun sedih dan
sakit karena harus pergi dengan cara seperti ini, tanpa berpamitan dengan teh Tatan.
Tapi Anta harus kuat karena ini yang terbaik untuk hidup teh Tatan, semoga kita masih
bisa bertemu dan Anta bisa mengucapkan selamat tinggal kepada teh Tatan. Salam
sayang selalu, Ananta Prahadi.
Sebulan setelah perginya Anta dari hidupnya, Pierre datang ke rumah untuk
melamar dan Tania menerima lamaran tersebut karena ia percaya bahwa Pierre
adalah laki-laki yang tepat dan mampu menjaganya hingga akhir hayat. Ia juga sudah
bisa berdamai dengan keadaan, menerima kenyataan yang ada di dalam hidupnya.
-TAMAT-