NOTA DINAS
NOMOR 250/KU.01.03/Dt.4.2/T/07/2022
Demikian disampaikan. Atas kerja sama dan bantuan Saudara, kami ucapkan terima
kasih.
Muhammad Cholifihani
Tembusan:
1. Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Lampiran Nota Dinas
Nomor : 250/KU.01.03/Dt.4.2/T/07/2022
Tanggal : 20 Juli 2022
Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah harus berperan aktif termasuk dalam hal
ini melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan ke dalam
dokumen pelaksanaan anggaran pada masing-masing Kementerian Negara/Lembaga yang
memiliki kegiatan vokasi. Saat ini kegiatan pelatihan vokasi tersebar di 17 K/L dengan
perkiraan anggaran sebesar 0,7 persen dari total APBN atau sekitar 3,4 persen dari total
anggaran pendidikan.
Sejalan dengan Perpres No. 68 tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi
dan Pelatihan Vokasi, maka dibutuhkan pembangunan keunggulan spesifik di masing-masing
lembaga Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi sesuai potensi daerah dan kebutuhan pasar
kerja serta melakukan penguatan sinergi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dunia
usaha, dunia industri, dunia kerja (DUDIKA) dan pemangku kepentingan lainnya dalam
meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia/tenaga kerja Indonesia. Dalam
Perpres 68/2022 Kementerian Ketenagakerjaan diarahkan menjadi koordinator dalam
pelaksanaan kegiatan vokasi.
Selama ini kualitas kegiatan pelatihan vokasi di tingkat daerah masih kurang berjalan
optimal karena keterbatasan alokasi anggaran dan prioritas pembangunan di tingkat Daerah
yang masih berkutat pada sektor lain. Sebagian besar BLK milik daerah mengandalkan
bantuan paket pelaksanaan kegiatan pelatihan dari Pusat. Dari sebanyak 309 BLK milik
pemerintah daerah (berstatus UPTD) hanya 172 yang termasuk dalam kategori mapan dan
potensial berkembang (hasil pendataan LD UI Tahun 2019), sebagian yang lain masih
tergolong tidak potensial dan potensial terkendala.
Di sisi lain, lembaga pelatihan milik swasta (yang menawarkan kursus pengembangan
diri dan pelatihan berbasis kompetensi) mampu bertahan dan sebagian dapat berkembang
pesat. Sebenarnya, Pemerintah melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor 7 Tahun 2012 telah mengatur kaidah kerja sama Penggunaan BLK oleh Swasta adalah
pemanfaatan sumber daya pelatihan BLK yang meliputi sumber daya manusia, program,
sarana dan prasana. Namun demikian, diduga masih terdapat kendala regulasi dalam
merealisasikan muatan tentang pembiayaan dan administrasi keuangan, khususnya
mengenai Badan Layanan Umum (BLU) dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
1. Mengidentifikasi permasalahan dan isu strategis terkait pembiayaan BLK milik Pusat
dan Daerah;
2. Menginventarisasi modalitas pembiayaan mandiri dan pembiayaan kreatif untuk
operasionalisasi BLK milik Pusat dan Daerah;
3. Menghimpun masukan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan organisasi
masyarakat, terkait pembiayaan BLK milik Pusat dan Daerah;
4. Menyusun konsep pembiayaan mandiri pada BLK milik Pusat dan Daerah.
C. RUANG LINGKUP
1. Identifikasi dan pemetaan praktik baik operasionalisasi BLK di Pusat dan Daerah.
2. Identifikasi regulasi dan peraturan pelaksanaan operasionalisasi BLK di Pusat dan
Daerah.
3. Identifikasi sumber pembiayaan non-APBN dan non-APBD untuk BLK di Pusat dan
Daerah.
4. Penyusunan proses bisnis pembiayaan mandiri BLK Pusat dan Daerah.
5. Penyusunan mekanisme governance risk compliance (GRC) sebagai penguatan
aspek akuntabilitas dan transparansi operasionalisasi BLK di Pusat dan Daerah.
Ruang lingkup wilayah (locus) yang akan menjadi lokasi kegiatan Perumusan
Pembiayaan Mandiri Fasilitas Pelatihan Vokasi meliputi empat provinsi, yaitu: Sumatera
Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur.
D. KELUARAN
1. Dokumen konsep pembiayaan mandiri BLK di Pusat dan Daerah yang menjadi acuan
penyusunan peraturan operasionalisasi BLK di Pusat dan Daerah.
2. Dokumen analisis biaya-manfaat untuk implementasi pembiayaan mandiri
operasionalisasi BLK di Pusat dan Daerah.
E. METODE PELAKSANAAN
Awal kegiatan dimulai dari tinjauan pustaka mencakup kondisi pengelolaan BLK
terkini, contoh praktik baik pembiayaan mandiri di negara lain, dan catatan penting bagi
perumusan konsep pembiayaan mandiri BLK Pusat dan Daerah.
F. PELAKSANA KEGIATAN
Tugas tenaga ahli kegiatan Perumusan Pembiayaan Mandiri Fasilitas Vokasi sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi permasalahan dan isu strategis terkait pembiayaan BLK milik Pusat
dan Daerah
2. Mengidentifikasi dan pemetaan untuk praktik baik operasionalisasi BLK di Pusat dan
Daerah
3. Mengidentifikasi regulasi dan peraturan pelaksanaan operasionalisasi BLK di Pusat
dan Daerah
4. Mengidentifikasi sumber pembiayaan non-APBN dan non-APBD untuk BLK di Pusat
dan Daerah
5. Menyusun kerangka kerja pelaksanaan kegiatan pada bulan - bulan 2022
6. Menyusun proses bisnis pembiayaan mandiri BLK Pusat dan Daerah
7. Menyusun mekanisme governance risk compliance (GRC) sebagai penguatan aspek
akuntabilitas dan transparansi operasionalisasi BLK di Pusat dan Daerah.
8. Melakukan analisis terkait implementasi pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi
9. Melakukan serangkaian pertemuan, konsultasi, dan wawancara dari para pihak terkait
demi mendapatkan informasi yang kredibel terkait kegiatan
10. Menyusun laporan bulanan perkembangan pelaksanaan kajian analitis
11. Memberikan rekomendasi perumusan kebijakan berdasarkan hasil analisis yang
relevan dengan kondisi ketenagakerjaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang
12. Menyusun laporan awal, laporan tengah, laporan akhir pelaksanaan kajian analitis
13. Mempresentasikan hasil pelaksanaan kajian analitis pada akhir pelaksanaan evaluasi
kegiatan kepada Direktorat Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas
H. JADWAL KEGIATAN
Tabel 1.
Jadwal Kegiatan Perumusan Pembiayaan Mandiri Fasilitas Pelatihan Vokasi
No Keterangan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan Kegiatan
2 Kunjungan/Diskusi
Dengan K/L
3 Koordinasi ke Daerah
4 Diskusi
Terbatas/FGD/Seminar
5 Konsinyering
6 Penyusunan Laporan
Awal
7 Penyusunan Laporan
Tengah
8 Penyusunan Laporan
Akhir
I. PEMBIAYAAN
Muhammad Cholifihani