Anda di halaman 1dari 6

MANAJEMEN KONFLIK

MANAJEMEN KEPERAWATAN

Disusun oleh:
Kelompok 2

Adilah Fatin 2019720057


Aulia Nurzakiyah 2019720116
Dinda Amalia 2019720022
Hendarista Pingken 2019720195
Jiehan Freska 2019720009
Nadila Ridha 2019720138
Siti Aini A. 2019720088
Syafa Anissa 2019720157
Tri Yudha Noor 2019720054
Tria Massarota 2019720070
Wina Fitrani 2019720074
Vadela Auliatsani 2019720035
Kelas 7C Reguler

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2022/2023

2
Kasus 1:

Anda adalah salah satu perawat lulusan S1 Ns yang sudah 1 tahun bekerja di ruang medikal
bedah kelas II. Akhir-akhir ini anda sering diminta oleh kepala ruangan untuk menggantikan
ketua Tim yang sedang menjalani cuti. Tidak jarang anda juga kadang diminta menggantikan
perawat lain diruang medikal bedah lain di ruang VIP. Anda tetap menjalankan tugas tersebut
kerena anda berpikir bahwa tugas tersebut mampu anda jalankan dan masih sesuai dengan
kompetensi anda walaupun ada perasaan enggan karena berada pada situasi yang berbeda dari
biasanya.
Suatu hari ketika anda dinas sore anda ditugaskan oleh perawat Supervisor membantu ruang
bersalin karena diruangan tersebut kekurangan tenaga. Anda merasa tidak setuju untuk bertugas
diruangan bersalin karena anda belum pernah melakukan perawatan di ruang bersalin walaupun
anda pernah belajar ketika menjadi mahasiswa sehingga tidak mungkin anda mengambil tugas
tersebut. Perawat supervisi mengatakan anda harus menjalankan tugas ini karena anda dinilai
paling mampu untuk ditugaskan diruangan tersebut. Anda merasa ada konflik antara tugas
profesional, personal dan organisasi. Apa yang harus anda lakukan?
Diskusikan apa konflik yang terjadi dan manajemen konflik yang tepat digunakan pada
situasi tersebut?, jelaskan alasannya!

3
I. Konflik yang terjadi :
1. Konflik Tugas Profesional
Dalam hal tugas profesional perawat, perawat pelaksana menjalankan tugas untuk
menggantikan ketua Tim yang sedang menjalani cuti. Tidak jarang perawat juga
kadang diminta menggantikan perawat lain diruang medikal bedah lain di ruang VIP.
Saat menjalankan tugas-tugas tersebut perawat pelaksana tidak merasa ada konflik
profesional karena masih dalam lingkup yang perawat pelaksana kuasai. Namun pada
saat perawat supervisi menugaskan perawat pelaksana diruang bersalin perawat
pelaksana merasa tidak setuju karena belum ada pengalaman dan ilmu yang dikuasai
sangat terbatas. Dari situ muncul konflik profesionalitas meskipun perawat supervisi
mengatakan bahwa perawat pelaksana yang paling mampu untuk ditugaskan diruang
bersalin namun perawat pelaksana merasa bahwa kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki terkait perawatan diruang bersalin masih kurang walaupun sempat belajar
ketika menjadi mahasiswa tapi menurut perawta pelaksana belum cukup kompeten.
Dan munculah penolakan dari perawat pelaksana untuk menjalankan tugas tersebut.

2. Konflik Personal
Perawat pelaksana yang sering diberi tugas untuk menggantikan perawat lain muncul
perasaan enggan karena berada pada situasi berbeda dari biasanya walaupun perawat
pelaksana tetap menjalani tugas tersebut karena berfikir tugas tersebut mampu
dijalankan dan masih sesuai dengan kompetensi perawat pelaksana. Selain itu pada
saat perawat pelaksana ditugaskan oleh perawat supervisor untuk membantu diruang
bersalin, perawat pelaksana merasa tidak mampu dan tidak kompeten dari segi skill
dan pengetahuan yang dimiliki. Dalam hal ini perawat pelaksana memiliki konflik

4
personal dimana penyebab konflik ini timbul pada diri perawat pelaksana yang tetap
melaksanakan tugasnya meski enggan karena berada disituasi yang berbeda dari
biasanya dan perawat pelaksana yang merasa tidak mampu dan kurang kompeten saat
ditugaskan oleh perawat supervisor untuk membantu diruang bersalin.

3. Konflik Organisasi
Diruangan bersalin kekurangan tenaga perawat sehingga perawat supervisi
menugaskan perawat pelaksana diruang tersebut. Namun perawat pelaksana yang
merasa tidak setuju karena belum pernah melakukan perawatan diruang bersalin dan
merasa kurang kompeten sehingga perawat pelaksana merasa nantinya akan sulit
bekerja sama dengan Tim yang berada diruangan tersebut. Oleh karena itu muncul
konflik organisasi.

II. Manajemen Konflik


Menurut kelompok manajemen konflik yang paling tepat digunakan yaitu kolaborasi
dan negoisasi karena penyelesaian konflik yang terjadi diatas akan lebih baik jika
mencari mufakat diantara keduanya dimana kedua belah pihak mengutarakan keinginan
dan kebutuhannya. Yang dilakukan perawat pelaksana sebagai berikut :
a. Sesi 1 : mendeskripsikan keinginan atau kepentingan.
Pada sesi ini, perawat pelaksana maupun perawat supervisi menjelaskan
keinginan, kepentingan dan kebutuhan saat ini. Dimana pada konflik diatas
perawat pelaksana tidak setuju untuk bertugas diruang bersalin karena merasa
kurang kompeten untuk melaksanakan tugasnya dan perawat supervisi juga
mengutarakan keinginannya dimana ia memberi tugas perawat pelaksana untuk
membantu diruangan bersalin karena kekurangan tenaga.

b. Sesi 2 : mendeskripsikan perilaku dan perasaan (emosi) dalam berkomunikasi.


Setelah itu kedua belah pihak berdiskusi dan mengungkapkan perasaan dan
pendapat masing masing. perawat pelaksana mengatakan ia merasa tidak
kompeten dalam menjalankan tugas dan perawat pelaksana merasa tidak
profesional jika ia nantinya menjalankan tugas yang dierikan oleh perawat
supervisi, terutama karena belum berpengalaman dalam melakukan perawatan
5
diruangan bersalin. Sedangkan perawat supervisi mengatakan perawat pelaksana
harus menjalankan tugas ini karena dinilai paling mampu untuk ditugaskan
diruangan tersebut.

c. Sesi 3 : memberikan alasan pada setiap konflik yang terjadi.


Pada sesi ini, perawat pelaksana mengatakan ia merasa tidak kompeten dalam
menjalankan tugas dan perawat pelaksana merasa tidak profesional jika ia
nantinya menjalankan tugas yang dierikan oleh perawat supervisi, terutama
karena belum berpengalaman dalam melakukan perawatan diruangan bersalin.
Sedangkan perawat supervisi mengatakan perawat pelaksana harus menjalankan
tugas ini karena dinilai paling mampu untuk ditugaskan diruangan tersebut.
Sehingga konflik ini terjadi.

d. Sesi 4 : memahami sudut pandang orang lain.


Pada sesi ini, perawat supervisi dan perawat pelaksana berdiskusi sampai saling
memahami sudut pandang kedua belah pihak. Pada konflik ini perawat pelaksana
mengutarakan dengan jelas alasan dan pendapatnya untuk menolak tugas tersebut
dan perawat supervisi mengutarakan dengan jelas alasan dan pendapatnya untuk
memberikan tugas tersebut ke perawat pelaksana.

e. Sesi 5 : membuat pilihan saling menguntungkan.


Pada sesi ini, kedua belah pihak membuat pilihan yang menguntungkan yaitu
Perawat pelaksana tetap membantu di ruangan bersalin sesuai yang di inginkan
perawat supervisi dengan di oleh ketua tim dan perawat lain yang berpengalaman
dalam melakukan tindakan sambil menunggu perawat supervisi mendapat kan
penggantinya dan supervisi.

f. Sesi 6 : mencapai kesepakatan yang bijaksana.


Pada sesi ini, kedua belah pihak menyepakati pilihan yang telah dibuat

6
7

Anda mungkin juga menyukai