Anda di halaman 1dari 15

BAB II

LAPORAN KERJA

2.1 Diagram Alir Proses

Mulai

Identifikasi Gambar

Gambar Ulang

Perancangan Pola dan


Kotak Inti

Operation Plan

Operation Plan Pola Operation Plan Kotak


Inti

Pembuatan Pola Pembuatan Kotak Inti

tidak tidak
QC

ya

Finishing Pola dan


Kotak Inti

Selesai

Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Perancangan, Pembuatan Pola dan Kotak Inti

3
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Belahan
Pola memiliki belahan yaitu belahan bagian atas yang disebut cope dan belahan
bagian bawah yang disebut drag. Pada umumnya sebuah pola memiliki satu belahan
bahkan lebih, sesuai dengan tingka kerumitan bentuk pola. Dalam menentukan cope dan
drag pada sebuah pola, dapat dilihat dari bagian manakah yang kemungkinan berat
corannya paling besar maka bagian itulah yang menjadi bagian drag.

2.2.2 Tambahan Pengerjaan

Tambahan pengerjaan adalah penambahan dimensi pada pola di bagian yang akan
mendapatkan proses lanjut seperti proses permesinan. Tambahan pengerjaan ini
dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal pada proses permesinan.

Tabel 2.1. Tambahan Pengerjaan

Ukuran pola (mm) Ketebalan dinding Tambahan pengerjaan (mm)


(mm) Bagian bawah Bagian atas
Diatas sampai Diatas sampai Diatas sampai
– 200 1,5 – 2,0 2,0 – 2,5
200 – 400 2,0 – 3,0 2,5 – 3,5
400 – 600 3,0 – 3,5 3,5 – 4,5
600 – 800 sampai dengan 20 3,5 – 4,0 4,5 – 5,0
800 – 1000 4,0 – 4,5 5,0 – 6,0
1000 – 1200 4,5 – 5,0 6,0 – 7,0
1200 – 1500 5,0 – 6,0 7,0 – 8,0
– 200 2,0 – 2,5 2,5 – 3,5
200 – 400 2,5 – 3,5 3,5 – 4,5
400 – 600 3,5 – 4,5 4,5 – 6,0
600 – 800 20 – 40 4,5 – 5,0 6,0 – 7,0
800 – 1000 5,0 – 6,0 7,0 – 8,0
1000 – 1200 6,0 – 7,0 8,0 – 10,0
1200 – 1500 7,0 – 8,0 10,0 – 12,0

4
2.2.3 Kemiringan

Kemiringan adalah bagian dari seluruh permukaan diding coran yang posisinya
tegak lurus dengan garis belahan (parting line) pola. Tujuan dari diberikannya kemiringan
pada pola adalah agar sewaktu pola digunakan dalam pembuatan cetakan, pola dapat
dengan mudah dikeluarkan dari cetakan. Dengan mudahnya pola dikeluarkan dari cetakan,
maka akan menghindari kerusakan pada pola maupun pada cetakan.

Kemiringan pada pola sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek. Bahan pola yang
digunakan sangat berpengaruh pada kemudahan pencabutan pola dari cetakan. Pola dengan
bahan kayu akan berbeda dengan pola yang berbahan resin maupun logam, dapat dilihat
dari kehalusan antara permukaan kayu, resin, dan logam berbeda. Selain dari bahan pola,
bahan pemisahpun dapat menjadi pengaruh dalam kemudahan pencabutan pola dari
cetakan, seperti minyak, talk pemisah, dan bahan pemisah lainnya.

Ada 3 jenis kemiringan pada pola :

1. Kemiringan positif
2. Kemiringan negatif
3. Kemiringan netral

Gambar 2.2 Kemiringan yang dapat digunakan pada pembuatan Pola

Kemiringan positif adalah kemiringan pada pola yang menambah ukuran dari pola.
Kemiringan negatif adalah kemiringan yang mengurangi ukuran dari pola itu sendiri.
Sedangkan kemiringan netral adalah kemiringan yang ukuran aslinya terdapat pada tengah-
tengah pola.

Tabel 2.2 Besar Kemiringan pada Pola

Kemiringan untuk bentuk luar :

Tinggi
Kemiringan Normal Kemiringan Minimal
(mm)
diatas - sampai derajat (mm) derajat (mm)
- 3 10 - 0,53
3 - 5 8 0,42 - 0,70 5 0,26 - 0,44

5
5 - 8 5 0,44 - 0,73 3 0,26 - 0,42
8 - 12 4 0,56 - 0,84 2 0,28 - 0,42
12 - 16 3 0,63 - 0,85 1,5 0,32 - 0,42
16 - 20 2,5 0,70 - 0,88 1,25 0,35 - 0,44
20 - 27 2 0,70 - 0,95 1 0,35 - 0,48
27 - 40 1,5 0,70 - 1,05 0,75 0,35 - 0,52
40 - 80 1 0,70 - 1,40 0,5 0,35 - 0,70
80 - 150 0,75 1,04 - 2,00 0,50 - 1,00
150 - 200 2,00 - 2,50 1,00 - 1,25
200 - 300 2,50 - 3,00 1,25 - 1,50
300 - 400 3,00 - 3,50 1,50 - 2,00
400 - 500 3,50 - 4,00 2,00 - 2,50
500 - 600 4,00 - 4,50 2,50 - 3,00
600 - 700 4,50 - 5,00 3,00 - 3,50

2.2.4 Penyusutan Coran

Penyusutan adalah berkurangnya ukuran pada coran akibat dari menurunnya


temperatur dari logam cair dan paduannya. Untuk menghindari berkurangnya ukuran coran
akibat dari penyusutan, maka pada pola ditambahkan ukuran yang besarnya berbeda-beda
tergantung dari material yang digunakan. Pada proses pengecoran ada tiga proses
penyusutan, yaitu penyusutan cair, penyusutan kristal, dan penyusutan padat.

Penyusutan cair

Penyusutan Kristal

Penyusutan Padat

Gambar 2.3 penyusutan Coran

6
2.2.5 Penyusutan Cair

Penyusutan cair adalah penyusutan pada cairan logam pada saat fasa cair.
Penyusutan ini terjadi ketika cairan logam dituang kedalam ladel sampai cairan menyentuh
temperatur kristal.

Gambar 2.4 Penyusutan Cair

2.2.6 Penyusutan Kristal

Penyusutan kristal adalah penyusutan yang terjadi pada fasa kristalisasi. Pada fasa
kristal ini mulai terbentuk inti-inti pembekuan sampai inti pembekuan tersebut membesar
dan menjadi butiran-butiran yang lebih besar. Pada penyusutan kristal ini akan terjadi
rongga susut (shrinkage) yang sangat tidak diinginkan. Untuk menghindari rongga susut
(shrinkage) maka pada perancangan dibuat sistem penambah untuk mengatasi cacat rongga
susut (shrinkage).

Gambar 2.5 Penyusutan Kristal

2.2.7 Penyusutan Padat

Penyusutan padat adalah penyusutan dimensi/ukuran pada benda, dimana pada


penyusutan padat ini dimensi benda akan berkurang. Untuk mengatasi penyusutan padat
agar dimensi benda sesuai yang diinginkan maka pada proses pembuatan pola diberikan
ukuran susut sesuai dengan material bahan coran yang akan digunakan, dimana pada setiap
jenis bahan prosentase penyusutannya berbeda-beda.

7
Gambar 2.6 Penyusutan Padat

Tabel 2.3 Penyusutan Dimensi

Jenis Bahan Benda Coran Harga yang Berlaku (%)


Besi Cor Kelabu (FC) 1,00
Besi Cor Nodular (FCD) 1,00
Besi Cor Mampu Tempa (Perapian Putih) 1,60
Besi Cor Mampu Tempa (Perapian Hitam) 0,50
Baja Cor (SC) 2,00
Aluminium Paduan (Al) 1,20
Magnesium Paduan (Mg) 1,20
Tembaga Paduan (Cu-paduan) 1,90
Brons/Bronze (Cu-Sn) 1,50
Kuningan/Brass (Cu-Zn) 1,50
Kuningan Khusus/Paduan Mn-Fe-Al 2,00
Aluminium-Brons (Cu-Al) 1,80
Seng (Zn) 1,30
Timbal (Pb) 1,00

2.2.8 Radius Tuangan

Radius tuangan adalah radius yang diberikan pada benda/pola yang bertujuan
untuk menghindari terjadinya pemusatan panas setelah cairan masuk kedalam cetakan
akibat sudut yang tajam (efek sudut pasir). Panas yang berlebih akan terjadi pada bagian-
bagian yang bersusut, selain itu bagian yang bersudut pada pola akan mengakibatkan
rontoknya pasir dan akan mengakibatkan terjadinya turbulensi pada cairan didalam
cetakan.

2.2.9 Jenis pola

Berdasarkan bahan pola :

8
 Pola hilang :
 Pola lilin
 Pola polystirol/styrofoam
 Pola tetap/permanen :
 Pola kayu
 Pola logam
 Pola resin

Berdasarkan metoda pembuatan cetakan :

 Pola cetakan tangan


Adalah pola yang digunakan untuk pembuatan cetakan dengan metoda
cetakan manual/cetakan tangan.
 Pola cetakan mesin
Adalah pola yang digunakan untuk proses pembuatan cetakan dengan
metoda cetakan mesin/otomatis.

Berdasarkan belahan pola :

 Pola tunggal (Pola satu bagian)


 Pola dua bagian
 Pola dengan banyak bagian
2.2.10 Warna Gambar Perancangan Pola

Tabel Konstruksi warna Pola yang digunakan untuk merancang gambar kerja

Tabel 2.4 Standar Warna untuk Konstruksi Pola

No. Penggunaan Warna Catatan


1 Permukaan pisah Merah
Belahan banyak, bagian lepasan,
2 Merah
dan penyangga pola
3 Kemiringan bentuk Merah
4 Tambahan pengerjaan Merah
Telapak inti, Dudukan inti, dan
5 Hijau
Arah peletakan inti
6 Permukaan pisah kotak inti Coklat
7 Plat landasan dan rangka cetak Violet
8 Sistem saluran Violet

9
9 Batang penahan Violet
10 Cil luar (bahan grafit/besi) Biru
11 Penyangga inti Biru
12 Cil dalam (besi pendingin) Biru
13 Batu pengisolir panas Orange
14 Benda uji Merah
15 Sablon Kuning
16 Perubahan konstruksi/Garis baru Biru
Terutama atas
permintaan atau
17 Pengerjaan awal Hijau digunakan pada
gambar konstruksi
awal
18 Saluran udara (jendela udara) Biru

2.2.11 Bahan pola

Bahan yang digunakan untuk proses pembuatan pola ada beberapa macam, antara
lain : kayu, polystirol/styrofoam, resin, dan logam. Semua jenis material tersebut memiliki
kelas mutu yang berbeda-beda.

Tabel 2.5 Jenis bahan dan kelas mutu

Jenis Bahan
Kelas Mutu
Bahan Pola

Ukuran Pola

Besar Kecil

M1 Perunggu, Kuningan paduan, FC, FCD, Baja


Logam

M2 FC, alumunium paduan


Resin bertulang yang Resin yang digosok / tekan
K1
Resin

digosok/tekan kuat kuat


K2 Resin

H1 Multiplek keras dan kayu keras


Kayu

Multi balok, kayu keras,


H2 Kayu keras, kayu lunak
kayu lunak

10
H3 Kayu lunak, papan alat Kayu lunak
Polystirol keras
S1

Polystirol
20 s/d. 40 Kg/m3
Polystirol keras
S2
Dibawah 20 Kg/m3

Tabel 2.6 Menentukan kelas mutu untuk pembuatan pola

Jumlah Pembuatan
Kelas Mutu
Bahan Pola

cetakan Bahan – bahan pola dapat


Dimensi Pola mencakup
Maksimum
10,000
M1 Besar ukuran tidak
ditentukan
Logam

1,000
Plat dasar dan sistem saluran / Penambah

M2 Besar ukuran tidak


ditentukan MAl untuk inti
Pola dan Kotak Inti / Penyangga Pola

Sistem saluran dan penambah

300 s.d 5,000


K1
500 x 500 x 300
Resin

100 s.d 1,000


K2
700 x 700 x 500
50 s.d 1,000
H1
700 x 700 x 500
10 s.d 300
Kayu

H2
700 x 700 x 500
2 s.d 10
H3
700 x 700 x 500
2 s.d 3
S1
Polystirol

700 x 700 x 500


1
S2
700 x 700 x 500

11
2.2.12 Sambungan Kayu

Sambungan kayu akan mempengaruhi pada ketahanan dan kekuatan konstruksi


pola dan kotak inti. Sehingga diperlukan bahan-bahan dengan bentuk dan dimensi tertentu
yang saling menyambung untuk mendapatkan konstruksi yang baik.

Sambungan kayu dibuat untuk mempermudah proses pembuatan pola dan kotak
inti. Sambungan kayu disesuaikan dengan bahan kayu dan multipleks yang tersedia, tingkat
kesulitan pembuatan pola, serta kekuaatan konstruksi dari pola dan kotak inti.

2.2.13 Toleransi

Toleransi menjadi salah satu peranan yang penting pada proses produksi,
dikarenakan sulitnya membuat suatu produk atau benda dengan ukuran yang tepat, karena
menyangkut alat yang digunakan untuk membuat produk atau benda tingkat ketelitiannya
sangat berpengaruh dalam toleransi yang akan ditentukan.

Tabel 2.7 Toleransi Pola

Kelas Ukuran Nominal


Mutu

diatas 30 50 80 120 180 250 315 400 500 600 800 1000 1250 1600 2000 2500 3500

Sampai 30 50 80 120 180 250 315 400 500 600 800 1000 1250 1600 2000 2500 3500 4000

M1 ±0.1 ±0.15 ±0.15 ±0.2 ±0.2 ±0.25 ±0.25 ±0.3 ±0.3 ±0.4 ±0.4 ±0.5 ±0.5 ±0.6+ ±0.7 ±0.8 ±1.0 ±1.3

M2 ±0.15 ±0.2 ±0.25 ±0.3 ±0.3 ±0.35 ±0.4 ±0.45 ±0.5 ±0.6 ±0.6 ±0.7 ±0.8 ±1.0 ±1.1 ±1.4 ±1.6 ±2.0
K1

K2 ±0.2 ±0.3 ±0.3 ±0.4 ±0.5 ±0.6 ±0.6 ±0.7 ±0.8 ±0.9 ±1.0 ±1.1 ±1.3 ±1.5 ±1.8 ±2.2 ±2.7 ±3.2
H1
H2
H3 ±0.4 ±0.5 ±0.6 ±0.7 ±0.8 ±0.9 ±1.0 ±1.1 ±1.2 ±1.4 ±1.6 ±1.8 ±2.1 ±2.5 ±3.0 ±3.5 ±4.3 ±5.0
S1

12
2.3 Identifikasi Gambar Teknik

Sebelum membuat benda coran pump housing lower part, diperlukan daya bayang untuk
mengidentifikasi dan mentransfer dari gambar teknik mesin menjadi suatu permodelan benda.
Sehingga kesalahan pada saat proses pembuatan coran pump housing lower part dapat dihindari.

Gambar 2.7 Benda Coran Pump Housing Lower Part

2.4 Identifikasi Ukuran Benda

Tujuan dari dilakukannya identifikasi ukuran benda yaitu untuk mengetahui


ukuran dari bagian-bagian gambar dan menetapkan pada bagian manakah ukuran benda
akan dicantumkan dalam gambar kerja. Selain itu identifikasi ukuran benda juga untuk
mengetahui ukuran asli dari benda tersebut, sehingga dapat dilakukan penskalaan ukuran
benda. Mengubah skala benda dilakukan untuk mencapai kesesuaian berat benda yang
telah ditentukan yaitu maksimal 25kg. Setelah perubahan skala dan menentukan ukuran-
ukuran yang akan alam gambar kerja, kemudian dilakukan proses drawing 2d dengan
ketentuan-ketentuan dan standar yang telah ditentukan, baik standar ketebalan garis,
ukuran dan standar dari etiket gambar.

13
Perancangan Pola :

- Jenis Pola
- Belahan Pola
- Tambahan Pengerjaan
- Kemiringan Pola
- Penyusutan
- Bahan Pola
- Sambungan Kayu
- Toleransi

Gambar 2.8 Pump housing lower Part 2D

2.5 Perancangan Pola

Tujuan dilakukannya perancangan pola adalah untuk menentukan bagaimana konstruksi


pola yang baik agar dapat diceak dengan mudah. Dalam proses perancangan pola harus menentukan
bagaimana konstruksi pola yang akan dibuat, sehingga pola tidak rusak saat dicetak, tetapi mudah
untuk diperbaiki jika ada kerusakan pada pola. Maka terdapat beberapa faktor yang harus
diperhatikan sebagai pertimbangan untuk menentukan rancangan pola dan kotak inti, seperti : jenis
pola, warna gambar pola, sambungan kayu, dan toleransi.

2.5.1 Jenis Pola

Jenis pola yang digunakan tergantung dari jumlah produksi, bahan cetakan,
dimensi benda coran, dan tingkat ketelitian benda cor. Pada perancangan pola Pump
Housing Lower Part digunakan pola inti. Pola inti adalah pola yang bentuknya menyerupai
dengan benda asli, namun terdapat bagian benda yang dibentuk dengan inti luar.

14
2.5.2 Belahan Pola
Berdasarkan hasil edintifikasi gambar mesin Pump Housing Lower Part, posisi
belahan yaitu berada pada bagian tengah benda. Karena pada posisi tersebut selain proses
pembuatan polanya yang mudah, proses pencetakan dan pembersihan corannyapun cukup
mudah.

Gambar 2.9 Belahan Pola Pump Housing Lower Part

2.5.3 Tambahan Pengerjaan


Tambahan pengerjaan pada pola pump housing lower part yang didapatkan yaitu
3.00mm. besar tambahan pengerjaan didapatkan dari tabel tambahan pengerjaan, dengan
ukuran pola 400-600mm dengan ketebalan dinding sampai dengan 20mm.

2.5.4 Kemiringan Pola


Besar kemiringan yang didapatkan dengan cara merata-ratakan tinggi benda yaitu
2° dengan rata-rata tinggi pola 20-27mm. Besar kemiringan pada pola dapat dilihat pada
Tabel 2.3 Besar Kemiringan Pola.

2.5.5 Penyusutan
Dapat dilihat pada tabel penyusutan padat pada material besi cor nodular (FCD),
didapatkan besarnya penyusutan padatnya adalah 1%. Maka pada proses pembuatan pola
dan kotak inti ukurannya ditambahkan 1% untuk menghindari ketidak sesuaian
dimensi/ukuran pada fasa penyusutan padat.

15
2.5.6 Bahan pola

Bahan yang ddigunakan untuk proses pembuatan pola dan kotak inti Pump
Housing Lower Part yaitu kayu, multipleks, dan resin dengan pertimbangan jumlah
cetakan yang dibuat, harga pembuatan pola, serta bahan yang tersedia di bengkel Pola
Pengecoran Logam.

Sehingga ditentukan bahwa bahan pola kayu memiliki kelas mutu H2.

2.5.7 Warna Gambar Pola

Warna penggambaran perancangan pola dan kotak inti dibuat berdasarkan


berdasarkan buku Gambar Perancangan Tuangan dan Pola.

Pada buku Gambar Perancangan Tuangan dan Pola didapatkan bahwa warna
merah digunakan untuk menunjukan permukaan pisah (partingline), belahan, kemiringan,
dan tambahan pengerjaan. Sedangkan warna kuning menunjukan sambunngan kayu, warna
hijau menunjukan inti, dan warna coklat menunjukan kotak inti.

Gambar 2.10 Rancangan pola Pump Housing Lower Part

2.5.8 Sambungan Kayu

Sambungan kayu akan mempengaruhi pada kekuatan konstruksi pola dan kotak
inti, sehingga diperlukan bahan-bahan dengan bentuk dan ukuran tertentu yang saling
menyambung untuk mendapatkan konstruksi yang baik.

Sambungan kayu dibuat dengan tujuan untuk mempermudah proses pembuatan


pola dan kotak inti. Sambungan kayu disesuaikan dengan bahan kayu dan multipleks yang

16
tersedia, tingkat kesuitan pembuatan pola serta kekuatan konstruksi dari pola dan kotak
inti.

Gambar 2.11 Sambungan Kayu Pola Pump Housing Lower Part

2.5.9 Toleransi

Toleransi memegang peranan yang sangat penting pada proses produksi, karena
sulitnya membuat suatu produk atau benda dengan ukuran yang tepat, karena menyangkut
alat yang digunakan untuk membuat produk atau benda tingkat ketelitiannya sangat
berpengaruh dalam toleransi yang akan ditentukan.

Toleransi yang diberikan pada pola pump housing lower part didasarkan pada
bahan yang digunakan, yaitu kayu dengan kelas mutu H2 dan dimensi maksimal adalah
700 x 700 x 500. Untuk ukuran pola 400-500 mendapatkan toleransi sebesar ± 0,8.

2.5.10 Data Waktu Perencanaan dan Aktual Pembuatan Pola dan Kotak Inti

Tabel 2.8 Perbandingan Waktu Perencanaan dan Aktual

Waktu Pola Kotak Inti Total Total (Jam)


Perencanaan 1410’ 1070’ 2480’ 42 Jam
Aktual 2100’ 1200’ 3300’ 55 Jam

17

Anda mungkin juga menyukai