Anda di halaman 1dari 14

1

Nilai 95

PENGARUH SOSIAL MEDIA TERHADAP DAYA TARIK WISATA


“NEPAL VAN JAVA” KABUPATEN MAGELANG
Fatimaharani Annisa Septiya Ningrum/C
NIM: 20293447
Email: fatimaharaniannisa@gmail.com

Abstrak: Dusun Butuh adalah salah satu Dusun di Kabupaten Magelang yang disebut-
sebut sebagai dusun tertinggi di Magelang karena letaknya sebagai dusun terakhir di
lokasi pendakian Gunung Sumbing. Belakangan ini Dusun Butuh menjadi viral di sosial
media dengan nama “Nepal van Java” karena keindahan panoramanya dan susunan
rumah di dusun tersebut yang mirip dengan lanskap di Nepal. Viralnya Dusun Butuh
berdampak pada peningkatan jumlah wisatawan dan perlahan dusun tersebut berubah
menjadi lokasi wisata. Kajian ini ditulis untuk mengetahui pengaruh sosial media
terhadap peningkatan kegiatan wisata dan daya tarik wisata “Nepal van Java” di daerah
Dusun Butuh, Kabupaten Magelang. Metode penelitian yang digunakan adalah survei
melalui google form yang dibagikan kepada beberapa sampel dan dipadukan dengan
metode studi literatur dengan mengunjungi situs-situs online terkait. Hasil kajian
menunjukkan bahwa sosial media berpengaruh terhadap daya tarik wisata “Nepal van
Java” Dusun Butuh, Kaliangkrik, Kabupaten Magelang. Instagram menjadi sosial media
yang berperan besar dalam promosi lokasi tersebut. Media sosial terbukti dapat
menjadi sarana promosi jangka pendek untuk sebuah pariwisata yang dibuktikan
dengan lonjakan pengunjung yang luar biasa dalam waktu singkat di “Nepal van Java”.
Kata Kunci: Sosial Media, Nepal van Java, Dusun Butuh

A. Pendahuluan
Kabupaten Magelang adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang secara
statistik memiliki 21 kecamatan, 5 kelurahan, dan 367 desa. Pada tahun 2020, jumlah
penduduknya mencapai 1.299.859 jiwa dengan luas wilayah 1.102,93 km² (BPS, 2020,
BPS, 2021). Kabupaten Magelang secara umum tergolong dalam dataran tinggi yang
dikelilingi oleh lima gunung yakni Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, dan
Sumbing serta pegunungan Menoreh. Dengan kondisi topografi tersebut, Kabupaten
Magelang menyimpan potensi besar dalam segi pariwisata alam terutama wisata
pegunungan dataran tinggi. Berbagai obyek pariwisata seperti hutan alam, air terjun,
pegunungan, perkebunan, dan dataran tinggi ada di wilayah ini. Harapannya,
pemerintah daerah akan terus mengembangkan secara maksimal berbagai destinasi
wisata baru untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
2

Salah satu destinasi wisata baru di Kabupaten Magelang yang banyak menarik
perhatian publik adalah Dusun Butuh yang terletak di Desa Temanggung, Kecamatan
Kaliangkrik, Kabupaten Magelang. Dusun ini terletak di kaki Gunung Sumbing dan
disebut sebagai dusun tertinggi (1620 mdpl) di Kabupaten Magelang (Pertiwi F, 2019),
juga merupakan dusun terakhir jalur pendakian menuju puncak Gunung Sumbing.
Lokasi dusun ini terletak kurang lebih 20 km dari Kota Magelang dan awalnya dusun ini
bukan merupakan lokasi wisata. Mayoritas penduduk di daerah ini bekerja sebagai
petani yang didominasi oleh tanaman sayuran seperti kentang, wortel, dan kol.
Pemandangan yang indah, susunan rumah bertingkat mirip Himalaya, dan udara
yang sejuk membuat dusun ini dianggap mirip dengan Nepal. Dusun Butuh kemudian
mendapat julukan “Nepal van Java”. Julukan ini mulai disematkan sejak Juni 2019.
Walaupun julukan tersebut sudah ada sejak Juni 2019, “Nepal van Java” atau juga
dikenal sebagai NVJ baru terkenal pada tahun 2020 saat pandemi Covid-19 mulai
mewabah di Indonesia. Tak bisa dielakkan bahwa masyarakat mulai mengalami
kepenatan akibat pembatasan sosial dan mencari alternatif solusi untuk berwisata.
Wisata alam menjadi pilihan masyarakat untuk melepas kepenatan di musim pandemi
Covid-19. Tahun 2020 ini pula NVJ mulai dikunjungi ribuan wisatawan, terutama
wisatawan penyuka pemandangan alam.
Kemiripan Dusun Butuh dengan Nepal terlihat dari susunan rumah yang berundak
(mirip anak tangga) mengikuti kontur kaki gunung. Pembangunan rumah di Dusun
Butuh dilakukan secara tertata dan beraturan yang membentuk pemandangan seperti
terasering. Jika Nepal memiliki Gunung Everest sebagai latar pemandangan, Dusun
Butuh memiliki Gunung Sumbing yang megah. Bangunan di Dusun Butuh sebagian
besar juga masih berupa batu bata yang belum tertutup semen, khas bangunan rumah
di “pedesaan Jawa”. Hal tersebut semakin menambah kemiripan dengan perumahan di
Nepal terutama jika dilihat dari atas dengan drone. Kebiasaan warga Indonesia yang
gemar “memirip-miripkan” wilayah Indonesia dengan wilayah tertentu di luar negeri
membuat Dusun Butuh dengan cepat terkenal.
Setelah mulai terkenal, warga Dusun Butuh melakukan berbagai pembenahan
terutama terkait tempat parkir yang diperluas. Beberapa sisi dusun juga di cat
sedemikan rupa agar terlihat lebih indah. Terdapat pula penambahan pondok-pondok
yang menjajakan makanan tradisional. Beberapa homestay juga mulai didirikan di
3

wilayah Dusun Butuh. Dari atap rumah warga menjadi spot menarik untuk melihat
pemandangan Kota Magelang hingga puncak Gunung Sumbing. Keindahan ini semakin
dirasa lengkap dengan udara yang sejuk, masyarakat yang ramah, dan kabut tipis yang
bergerak menyelimuti dusun. Capture-an berbagai pemandangan ini dengan cepat
menyebar dan masyarakat beramai-ramai mengunjungi Dusun Butuh.
Pertanyaan besar muncul, mengapa Dusun Butuh bisa mengalami peningkatan
popularitas yang cepat dalam waktu yang singkat? Hipotesis penulis menunjukkan,
faktor sosial media menjadi kuncinya, karena gemarnya masyarakat Indonesia bermain
social media menjadi factor penting dalam meningkatkan kicauan warga dalam dunia
digital yang memperbincangkan Dusun Butuh. Kebanyakan pengunjung yang dating ke
“Nepal van Java” hanya dengan berbekal gambar yang dilihat dari sosial media.
Banyak warga “kepo” (istilah dalam sosial media untuk “rasa ingin tahu”) dengan foto-
foto yang tersebar di berbagai platform sosial media, kemudian mendatanginya.
Fenomena viralnya sebuah lokasi wisata karena sosial media bukanlah hal baru
karena beberapa kali pernah terjadi di Indonesia. Sebut saja “Negeri di Atas Awan”
Banten, “Kampung Warna Warni Jodipan” di Malang, HeHa Skyview di Gunung Kidul,
Desa Wae Rebo di NTT, hingga Ranu Manduro di Mojokerto yang merupakan bekas
tambang yang dimiripkan dengan Selandia baru. Lokasi-lokasi wisata tersebut pernah
mengalami lonjakan pengunjung dalam waktu singkat hanya karena promosi tidak
langsung yang dilakukan oleh netizen di sosial media. Penggunaan sosial media
dianggap efektif dan memiliki pengaruh yang luas (Nugraha, 2015, Felita, dkk., 2016,
Wiridjati & Roesman 2018). Pada tahun 2020 pengguna sosial media semakin
meningkat ketika banyak masyarakat work from home dan school from home
(Sampurno, dkk., 2020). Penyebaran berita melalui sosial media semakin cepat terjadi
saat banyak orang work from home. Hal ini juga merupakan akibat berkembangnya
platform sosial media “Tiktok” yang jumlah penggunanya pada 2020 semakin luas.
Massie (2020) menjelaskan bahwa aplikasi pembuat video pendek yang berasal dari
China menunjukkan peningkatan jumlah pengguna yang signifikan pada masa
pembatasan sosial terutama di Indonesia. Aplikasi Tiktok, tentu saja Instagram, Twitter,
dan lainnya menjadi salah satu platform yang menyebabkan “Nepal van Java” alias
Dusun Butuh menjadi viral. Dalam konteks tersebut, kajian ini ditulis untuk menjawab
pertanyaan sejauh apa sosial media berpengaruh secara signifikan terhadap daya tarik
4

wisata “Nepal van Java” dan korelasinya dengan meningkatnya jumlah pengunjung
Nepal van Java pada tahun 2020.
Beberapa literatur telah mengkaji mengenai sosial media yang dapat menjadi
promosi jangka pendek dengan hanya menyampaikan informasi tanpa melakukan
retensi secara berkelanjutan (Umami, 2015). Studi Sampurno, dkk., (2020)
menjelaskan bahwa media sosial memiliki kapasitas untuk menjangkau dan
mempengaruhi jutaan orang Indonesia secara bersamaan. Kekuatan media yang paling
jelas terletak pada jumlah individu yang dapat dijangkau. Studi Hamzah (2020) melihat
bagaimana peran internet yang dapat melakukan pertukaran informasi dalam hitungan
detik, termasuk di dalamnya pertukaran informasi terkait perjalanan wisata. Fotis, dkk.,
(2012) dalam kajiannya menjelaskan bahwa di era revolusi komunikasi digital seperti
saat ini, kontribusi media sosial sebagai faktor pendorong untuk mempromosikan
destinasi wisata sangatlah potensial. Wisatawan di era sekarang terutama milenial
memiliki kebiasaan unik untuk berlomba lomba membagikan foto dan video perjalanan
mereka, sehingga membuat informasi sangat cepat beredar. Lutfianawati, dkk., (2020)
menjelaskan penerapan social distancing tentunya berpengaruh terhadap aktivitas
yang biasa dilakukan oleh masyarakat sehingga dapat mengubah pola hidup mereka.
Salah satunya pemanfaatan teknologi seperti penggunaan internet untuk menunjang
aktivitas dan kegiatan yang biasa dilakukan.
Fenomena yang terjadi di “Nepal van Java” tidak hanya dikarenakan sosial media,
tetapi juga didukung faktor akibat pandemi Covid-19 yang meningkatkan aktivitas
internet secara masif. Melihat kajian-kajian di atas, penulis melihat peluang untuk
menjelaskan secara detail mengenai dampak promosi sosial media terhadap
peningkatan pengunjung di sebuah lokasi wisata (NvJ), khususnya di masa pandemi.
Kajian ini ingin lebih jauh melihat korelasi peningkatan pengguna internet di masa
pandemi terhadap dampak dan kecepatan promosi.

B. Metode
Penulis menggunakan metode studi literatur dengan mengumpulkan berbagai data
dari sumber online dengan mengunjungi situs-situs terkait. Penulis juga memadukan
dengan metode survei melalui google form dengan memberi pertanyaan kepada
beberapa sampel yang dikelompokkan dalam rentang umur dengan syarat memiliki
5

smartphone dan aktif di sosial media. Penulis mengirimkan formulir survei kepada 60
orang dan mendapatkan 51 respon. Populasi yang diambil dalam kajian ini adalah
pelajar, mahasiswa, dan orang tua yang mayoritas berdomisili di Jawa Tengah dan
Yogyakarta.

C. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
Dari hasil survei, penulis mendapatkan data bahwa 88.2% menyatakan
mengetahui wisata “Nepal van Java”. Semua koresponden yang menyatakan
mengetahui lokasi wisata tersebut, mengetahui melalui sosial media. Sebanyak 62.5%
menyatakan bahwa mereka mendapatkan informasi melalui media sosial Instagram
yang didominasi oleh kelompok usia 18-25 tahun,. Sebanyak 6.2% mengetahui dari
Tiktok, sedangkan sebanyak 31.3% sisanya mengetahui melalui media sosial
whatsapp yang didominasi oleh kelompok usia 26-50 tahun.

Gambar 1. Pengetahuan warganet tentang wisata “Nepal van Java”


Sumber: Survei melalui google form oleh penulis, 2021
6

Gambar 2. Sosial media yang berperan memberi pengetahuan tentang


“Nepal van Java”
Sumber: Survei melalui google form oleh penulis, 2021

Dari data di atas, penulis memberikan pertanyaan lanjutan yakni “Apakah


responden sudah pernah mengunjungi lokasi wisata tersebut?” Pertanyaan tersebut
ditujukan tanpa memberikan batasan kelompok umur. Sebanyak 76.5% menyatakan
belum pernah mengunjugi dan 23.5% menyatakan sudah pernah. Selanjutnya dari
76.5% orang yang belum pernah mengunjungi lokasi wisata “Nepal van Java”, lebih
dari setengahnya menyatakan tertarik untuk mengunjungi sedangkan sisanya
menyatakan tidak tertarik. Disisi lain dari 23.5% responden yang sudah pernah
mengunjungi lokasi wisata “Nepal van Java”, sebanyak 42.9% menyatakan kurang
puas karena lokasi wisata tidak sesuai ekspetasi dan sisanya menyatakan puas telah
berkunjung.
7

Gambar 3. Frekuensi warganet yang pernah berkunjung ke “Nepal van Java”


Sumber: Survei melalui google form oleh penulis, 2021

Gambar 4. Ketertarikan warganet untuk mengunjungi “Nepal van Java”


Sumber: Survei melalui google form oleh penulis, 2021

Gambar 5. Kesan warganet yang sudah mengunjungi “Nepal van Java”


Sumber: Survei melalui google form oleh penulis,2021

Gambar 6. Spot terkenal di “Nepal van Java”


Sumber: https://lifestyle.kontan.co.id/news/mirip-di-nepal-dusun-butuh-magelang-
berjulukan-nepal-van-java
8

Pertanyaan terakhir diajukan oleh penulis yakni “Kapan responden mulai


mengetahui lokasi wisata tersebut?”. Sebanyak 90% menyatakan mengetahui di tahun
2020 ketika masa pandemi, sisanya menyatakan telah mengetahui sedari dulu sebelum
lokasi tersebut terkenal.
Penulis juga mengumpulkan data terkait peningkatan jumlah pengunjung di Nepal
van Java melalui berbagai sumber di internet dan mendapatkan data bahwa pada libur
natal dan tahun baru 2020, jumlah wisatawan mencapai 1.500 perhari yang didominasi
oleh wisatawan keluarga atau komunitas (Kurniawati 2020). Padahal awalnya, desa ini
hanya didatangi puluhan orang yang bertujuan untuk mendaki Gunung Sumbing.
Dusun butuh bahkan masuk ke dalam daftar lima wisata di Indonesia yang mendadak
terkenal dan paling populer di tahun 2020 (Alfadillah 2020).

2. Pembahasan

Gambar 7. Dusun Butuh Tampak dari Atas


Sumber: https://jogja.tribunnews.com/2020/11/10/destinasi-nepal-van-java-di-
magelang-dibuka-kembali

Gambar 8. Lereng Pegunungan Himalaya, Nepal


Sumber: https://www.populationmedia.org/20th-anniversary/nepal-landscape-1680/
9

Dari data yang telah didapat, sosial media sangat berpengaruh dalam
meningkatnya jumlah pengunjung dan terkenalnya Dusun Butuh, Kaliangkrik Magelang.
Semua responden yang dilibatkan memiliki smartphone yang dapat digunakan untuk
mengakses sosial media. Sosial media adalah perkembangan dalam penyebaran
informasi. Dahulu teknologi media yang digunakan adalah televisi atau surat kabar.
Sedangkan di era sekarang, semua orang dapat menjadi pemberi informasi karena
akses internet yang sangat mudah. Media sosial menjadi media yang murah dan
mudah sebagai pembawa informasi. Mayoritas responden dalam hal ini merupakan
warganet atau netizen baru mengetahui “Nepal van Java” pada tahun 2020 atau pada
masa pandemi ini, padahal sebenarnya sejak tahun 2019 sudah dilakukan promosi
terhadap Dusun Butuh sebagai jalur pendakian Gunung Sumbing. Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat memang memiliki waktu lebih untuk mengakses internet di masa
pandemi.
Pada saat pandemi, tempat wisata alam naik pamor sebagai tempat wisata yang
cocok dikunjungi untuk melepas penat. Sebenarnya hal ini merupakan hal yang salah
karena masih dalam masa pandemi dan viralnya sebuah lokasi wisata dapat
menimbulkan kerumunan. Akan tetapi, warganet terus berdalih karena sudah terlalu
lama “di rumah saja” membuat penat dan wisata alam yang terbuka, luas, dengan
sirkulasi udara yang lancar dapat dipilih sebagai alternatif solusi.
Media sosial Instagram mengambil peran paling besar dalam promosi tempat
wisata “Nepal van Java”. Media sosial ini terkenal sebagai tempat berbagi foto dan
video pendek. Warga net berlomba-lomba membagikan foto-foto terbaik mereka dalam
media sosial ini. Hal tersebut mendukung pendapat Fotis dimana Karakteristik
wisatawan miIeniaI yang merupakan pengguna media sosiaI yang aktif yang suka
membagikan pengaIaman berwisatanya secara onIine meIaIui berbagai macam bentuk
media seperti tuIisan, foto dan video (Fotis, BuhaIis, & Rossides 2012, 12-13). Promosi
secara tidak langsung yang dilakukan oleh warganet dalam Instagram dengan
mengunggah foto dan video membuat tempat wisata “Nepal van Java” terkenal.
Warganet lain pun menjadi berlomba lomba untuk mendatangi lokasi wisata tersebut
karena penasaran, rasa tidak ingin ketinggalan, dan ingin membuktikan keindahan
lokasi wisata tersebut setelah melihat banyaknya postingan foto di Instagram.
10

Akan tetapi, dari hasil survei responden yang belum mengunjungi “Nepal van Java”
sebanyak 38.5% merasa tidak tertarik untuk mengunjungi. Beberapa faktor penyebab
adalah karena saat ini masih dalam masa pandemi dan terlihat di internet bahwa
“Nepal van Java” menimbulkan kerumunan sehingga netizen memilih untuk tidak
mengunjungi tempat wisata tersubut. Faktor lain mungkin diakibatkan karena sudah
terlalu banyak informasi yang tersebar di Internet tentang bentuk asli dari “Nepal van
Java”. Beberapa pengunjung yang sudah datang ke lokasi wisata tersebut juga
menyatakan rasa kecewa karena kondisi alam aslinya tidak seindah yang ada di foto.
Faktor lain penyebab responden tidak tertarik untuk datang karena saat ini sudah
memasuki musim penghujan yang menyebabkan wisata di alam terbuka terutama di
daerah pegunungan tidak terlalu digemari karena dinginnya udara dan cuaca yang
buruk menyebabkan panorama alam tidak akan tampak indah secara maksimal karena
berkabut.

Gambar 9. Spot foto “Nepal van Java” ketika cuaca cerah (kiri) dan ketika berkabut
(kanan)
Sumber : https://id.pinterest.com/pin/646125877784115183/

Sebanyak 57.1% responden yang sudah pernah mengunjungi wisata tersebut


menyatakan puas karena keadaan alam yang sangat indah, udara yang sejuk, dan
warga yang ramah. Selain itu, setelah dikunjungi “Nepal van Java” menampilkan
gambaran alam yang sesuai dengan foto-foto yang tersebar di sosial media.
Sedangkan sisanya merasa kurang puas karena setelah dikunjungi, ternyata tidak
sesuai ekspetasi gambar yang ada di internet. Ketidakpuasan tersebut karena lokasi
11

wisata ternyata sangat ramai dikunjungi banyak orang dan cuaca buruk sehingga
Gunung Sumbing yang seharusnya menjadi latar belakang foto yang megah malah
tampak berkabut.

Gambar 10. “Nepal van Java” yang dipenuhi pengunjung


Sumber: Youtube pribadi Sulis Purnawan, 2020

Peristiwa serupa mengenai lonjakan pengunjung akibat promosi sosial media


pernah terjadi di Kampung Warna-Warni Jodipan Malang. Kampung tersebut memiliki
keistimewaan yaitu setiap rumah pada tiga RT di cat dengan warna cerah mencolok.
Instagram jugalah platform yang berperan besar dalam promosi. Instagram memiliki
kekuatan dibidang visual. Instagram tak jarang menjadi sarana untuk mendorong
masyarakat menciptakan suatu tren yang tanpa disadari dapat mendorong orang lain
untuk melakukan hal yang sama. Jumlah kunjungan di Kampung Jodipan meningkat
akibat dari maraknya pengunjung yang membagikan foto hasil kunjungan diakun media
sosial pribadinya dengan menggunakan hastag tertentu dan juga tagging lokasi.
Semakin banyak masyarakat mengunggah konten yang berhubungan dengan wisata
yang mereka kunjungi, maka semakin banyak masyarakat lain ataupun pengunjung lain
yang melakukan hal serupa karena timbul rasa tidak ingin kalah atau rasa sedang
mengikuti tren. Secara tidak langsung masyarakat sedang berlomba lomba
mempromosikan suatu daerah wisata dan membentuk citra destinasi wisata secara
online (Rizki 2017). Penambahan pengunjung di Kampung Jodipan terjadi sejak Juni
2016 hingga pertengahan 2017. Promosi tersebut terbilang lebih lambat daripada
“Nepal van Java”. Perlu diingat bahwa kekuatan sosial media pada tahun 2016 belum
semasif era sekarang. Dapat dilihat ketika mengetikkan “Nepal van Java” pada kolom
pencarian google, terdapat 2.4 juta hasil terkait “Nepal van Java”. Hasil tersebut jauh
melampaui Kampung Jodipan yang mengeluarkan 83 ribu hasil terkait Kampung
12

Jodipan. Selain itu pada tahun 2016 tidak ada musibah pandemi yang menyebabkan
warga memiliki banyak waktu luang untuk mengakses internet ataupun bepergian.
Sosial media terbukti dapat melakukan promosi dalam waktu singkat dengan
jangkauan informasi yang sangat luas. Bahkan, “Nepal van Java” masuk dalam lima
destinasi wisata paling populer di Indonesia pada tahun 2020.

D. Kesimpulan
Sosial media berpengaruh terhadap daya tarik wisata “Nepal van Java” Dusun
Butuh, Kaliangkrik, Kabupaten Magelang. Instagram menjadi sosial media yang
berperan besar dalam promosi lokasi tersebut. Media sosial terbukti dapat menjadi
sarana promosi jangka pendek untuk sebuah pariwisata yang dibuktikan dengan
lonjakan pengunjung yang luar biasa dalam waktu singkat di “Nepal van Java”.

E. Saran/Rekomendasi
Sosial media memiliki kekuatan yang luar biasa dalam melakukan promosi.
Sayangnya, seringkali promosi yang telah berhasil dilakukan tidak diimbangi dengan
kualitas pariwisata yang akhirnya berakibat kepada asumsi bahwa postingan di sosial
media hanya terkesan tipuan visual. Perlu dilakukan berbagai peningkatan sarana dan
prasarana pendukung kualitas di lokasi wisata terutama Dusun Butuh agar promosi
sosial media tidak hanya bersifat sesaat tetapi dapat menjadi berkelanjutan. Dukungan
pemerintah daerah dalam peningkatan fasilitas sebuah lokasi wisata dan
pemaksimalan promosi dapat berdampak baik pada kegiatan pariwisata yang akhirnya
bermanfaat untuk semuah pihak terutama ekonomi masyarakat setempat.

Daftar Pustaka
BPS Kabupaten Magelang 2020, Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan
Penggunaannya Tahun 2017, dilihat pada 9 February 2021,
https://magelangkab.bps.go.id/dynamictable/2020/02/14/398/luas-wilayah-
menurut-kecamatan-dan-penggunaannya-di-kabupaten-magelang-ha-2015-
2018.html.
Muliawanti, L & Susanti, D 2020, ‘Digitalisasi Destinasi sebagai Strategi
Pengembangan Promosi Pariwisata di Kabupaten Magelang’, Warta Ikatan
Sarjana Komunikasi Indonesia, vol. 3, no. 2, hlm.135-143.
13

Umami, Z 2015, ‘Social strategy pada media sosial untuk promosi pariwisata Daerah
Istimewa Yogyakarta’, Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi, vol. 4, no. 2, hlm.195-
201.
Hamzah, YI 2013, ‘Potensi media sosial sebagai sarana promosi interaktif bagi
pariwisata Indonesia’, Jurnal Kepariwisataan Indonesia, vol. 8, no. 3, hlm.1-9.
Pertiwi, NLM 2020, ‘Dusun Butuh Disebut Mirip Nepal, Inikah Dusun Tertinggi di
Magelang?’, Halaman all - Kompas.com, 21 Juli 2020, dilihat pada 6 February
2021, https://travel.kompas.com/read/2020/07/21/070000727/dusun-butuh-
disebut-mirip-nepal-inikah-dusun-tertinggi-di-magelang-?page=all
Lufianawati, DET, Ahendyarti, C & Agustin, T 2020, ‘Studi Penggunaan Internet oleh
Wanita pada Masa Social Distancing di Kota Cilegon’. Jurnal Ilmiah Sentrum,
vol.9, no.2 hlm.137-148
Sampurno, MBT, Kusumandyoko, TC & Islam, M.A 2020.’ Budaya media sosial,
edukasi masyarakat, dan pandemi COVID-19’, SALAM: Jurnal Sosial dan
Budaya Syar-i, vol. 7, no. 5
Massie, A 2020, ‘Kehadiran TikTok di Masa Pandemi (The Presence of TikTok in the
Pandemic)’, SSRN Electronic Journal, dilihat pada 6 February 2021,
https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=3633854
‌Lo, IS & McKercher, B 2015, ‘Ideal image in process: Online tourist photography and
impression management’, Annals of Tourism Research, vol. 52, hlm. 104–116.
Imam, H 2017, ‘Pergeseran Budaya Siber & Visual di Sektor Pariwisata Indonesia’.
Kementerian Pariwisata, hlm. 275–282.
Fotis, J, Buhalis, D & Rossides, N 2012. ‘Social Media Use and Impact during the
Holiday Travel Planning Process’, Information and Communication
Technologies in Tourism 2012, hlm. 13–24, https://doi.org/10.1007/978-3-7091-
1142-0_2
Estining, D, Ceri Ahendyarti & Agustin, T 2020, ‘Studi Penggunaan Internet oleh Wanita
pada Masa Social Distancing di Kota Cilegon’, Setrum : Sistem Kendali-
Tenaga-elektronika-telekomunikasi-komputer, vol. 9, no. 2, dilihat 6 February
2021, https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jis/article/view/9614/pdf_88
Kurniawati 2020, ‘Libur Nataru, Nepal Van Java Dibanjiri Wisatawan 2020’,
Beritamagelang.id, 27 Desember 2020, dilihat pada 11 February 2021,
http://beritamagelang.id/libur-nataru-nepal-van-java-dibanjiri-wisatawan
‌Tyas Arini 2020, ‘Wisata di Nepal, Rumah bagi Everest dan Seribu Stupa’, kumparan,
13 Oktober 2020, dilihat pada 18 February 2021, https://kumparan.com/tyas-d-
arini/wisata-di-nepal-rumah-bagi-everest-dan-seribu-stupa-1uNooLKOrrf/full
Alfadillah 2020, ‘Diburu Wisatawan, Ini 5 Tempat Wisata di Indonesia yang Viral di
Tahun 2020’, kumparan, 21 Desember 2020, dilihat pada 18 February 2021,
https://kumparan.com/kumparantravel/diburu-wisatawan-ini-5-tempat-wisata-di-
indonesia-yang-viral-di-tahun-2020-1up1d1ZLsri/full
Nepal, SK 2011, ‘Mountain tourism and climate change: Implications for the Nepal
Himalaya’. Nepal Tourism and Development Review, vol. 1, no,1, hlm. 1-14
Shrestha, HP & Shrestha, P 2012. ‘Tourism in Nepal: A historical perspective and
present trend of development’. Himalayan Journal of Sociology and
Anthropology, vol. 5, hlm. 54-75.
Rizki, MA 2017. ‘Pengaruh Terpaan Media Sosial Instagram Terhadap Citra Destinasi
Dan Dampaknya Pada Keputusan Berkunjung (Survei Pada Pengunjung
Kampung Warna Warni Jodipan, Kota Malang)’, Skripsi pada Fakultas Ilmu
14

Administrasi Jurusan Administrasi Bisnis Konsentrasi Pemasaran, Universitas


Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai