Anda di halaman 1dari 21

PERAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DALAM SCHOLARLY

COMMUNICATION DAN PENGIMPLEMENTASIANNYA


MELALUI JURNAL ELEKTRONIK

Nurul Fadilla
Pascasarjana Interdisciplinary Islamic Studies
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta email: Nrlfdila@gmail.com

Abstrak
Tulisan ini membahas bagaimana peran perpustakaan perguruan
tinggi dalam scholarly communication menjadi suatu proses
komunikasi ilmiah atas terciptanya karya tulis ilmiah dan dilakukan
penyebarluasan atas hasil karya tersebut. Tulisan ini menekankan
pada peran perpustakaan sebagai salah satu bagian yang memiliki
peranan penting dalam pemerolehan informasi serta sumber data
diperoleh dari perpustakaan. Pada perguruan tinggi, perpustakaan
menjadi salah satu yang berperan dan memiliki posisi penting
terutama dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat informasi
dan pengarsipan untuk memudahkan proses temu kembali
informasi ilmiah yang dibutuhkan. Perkembangan teknologi
menuntut perpustakaan untuk dapat mengikuti perkembangan
agar dapat menyesuaikan diri serta mampu memenuhi kebutuhan
pemustaka di lingkungan sivitas akademika. Penggunaan media
cetak secara bertahap berganti pada media elektronik, disinilah
perpustakaan melakukan penyebaran ilmu pengetahuan dengan
media-medianya serta fungsinya sebagai sarana scholarly
communication. Tulisan ini akan memaparkan mengenai peran
perpustakaan dalam scholarly communication dan
pengimplementasiannya melalui jurnal elektronik yang akan
membawa perubahan dan kemudahan terhadap scholarly
communication dalam menghasilkan karya-karya baru yang
berguna bagi proses pengembangan ilmu pengetahuan.
Pengetahuan baru tersebut diharapkan dapat diakses,
dimanfaatkan dan menjadi rujukan bagi pengembangan keilmuan
di masa yang akan datang.
Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Scholarly Communication

Kata Kunci: Scholarly Communication, Komunikasi Ilmiah,


Jurnal Elektronik, E-journal, Perpustakaan
Perguruan Tinggi.

Abstract
This paper discusses how the role of college libraries in scholarly
communication becomes a process of scientific communication for the
creation of scientific papers and the dissemination of these works.
This paper emphasizes the role of libraries as one of the parts that
have an important role in obtaining information and sources of data
obtained from libraries. In a higher education, the library plays a role
and has an important position, especially in carrying out its function
as an information center and archiving to facilitate the process of
retrieval of needed scientific information. Technological
developments require libraries to be able to follow developments in
order to adapt and be able to meet the needs of users in the academic
community. The use of print media has gradually changed to
electronic media, this is where the library spreads knowledge with its
media and functions as a means of scholarly communication. This
paper will describe the role of libraries in scholarly communication
and its implementation through electronic journals which will bring
changes and convenience to scholarly communication in producing
new works that are useful for the process of developing science. It is
hoped that this new knowledge can be accessed, utilized and become
a reference for scientific development in the future.

Keywords: Scholarly Communication, Scientific Communication,


Electronic Journal, E-journal, College Libraries.
A. Pendahuluan
Peranan perpustakaan pada perguruan tinggi sangatlah
besar dampak pengaruhnya bagi pemenuhan kebutuhan informasi
pemustaka terutama di lingkungan sivitas akademikanya.
P a g e | 129 LIBRIA, Vol. 12, No.2, Desember 2020
Nurul Fadilla

Perpustakaan merupakan salah satu sarana mutlak yang


mendukung dan menunjang terlaksananya Tri Dharma Perguruan
Tinggi yaitu pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007
tentang Perpustakaan dinyatakan bahwa Perpustakaan Perguruan
Tinggi adalah perpustakaan yang merupakan bagian integral dari
kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat dan berfungsi sebagai pusat sumber belajar untuk
mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang berkedudukan
perguruan tinggi. 1 Agar tujuan perpustakaan dan terlaksananya
Tri Dharma Perguruan Tinggi dapat dicapai, maka keberadaan
perpustakaan dalam sebuah perguruan tinggi harus benar-benar
diperhitungkan. Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007
tentang Perpustakaan Bagian Keempat Pasal 24 Ayat 3-4
menyatakan bahwa Perpustakaan Perguruan Tinggi diwajibkan
untuk mengembangkan layanan perpustakaan berbasis teknologi
informasi dan komunikasi dan diharuskan mengalokasikan dana
untuk pengembangan tersebut guna memenuhi standar nasional
pendidikan dan standar nasional perpustakaan. 2
Dalam proses pengembangan layanannya, perpustakaan
perguruan tinggi dituntut untuk selalu mengembangkan layanan
berkualitas sebagai dampak perkembangan dan perubahan dari
dunia pendidikan tinggi yang menuntut kegiatan pembelajaran
aktif, hal ini mengharuskan perpustakaan dan pustakawan untuk
menguasai berbagai jenis kegiatan dan keahlian, terutama dalam
scholarly communication.
Saat ini para sivitas akademika yang berada pada
perguruan tinggi di Indonesia sedang didorong untuk menulis
diberbagai jurnal atau mengikuti berbagai konferensi yang
artikelnya nanti dapat terindeks oleh pengindeks yang memiliki
reputasi baik secara nasional maupun internasional. Artikel yang
dulunya bersifat tercetak kini sudah beralih media bertransformasi
bentuk menjadi media elektronik atau digital.

1
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.
2
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan
Perguruan Tinggi Bagian Keempat Pasal 24 Ayat 3-4.

LIBRIA, Vol. 12, No.2, Desember 2020 Page 130


Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Scholarly Communication

Disinilah perpustakaan juga turut serta ikut


bertransformasi menjadi pengelola informasi, serta pengelola ilmu
pengetahuan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dan
hasil karya dari para sivitas akademikanya dengan mengolah jurnal
yang telah dihasilkan. Jurnal ilmiah merupakan salah satu sarana
komunikasi ilmiah yang kerap dijadikan sumber utama oleh para
ilmuwan, peneliti dan akademisi dari berbagai disiplin ilmu untuk
memperkuat bahan tulisannya. Dengan demikian, peran
perpustakaan sebagai pusat informasi serta ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai wadah dan sarana pendukung dalam
menjalankan peran sebagai scholarly communication, dan bukan
hanya sebatas menampung dan menerima tulisan hasil karya
ilmiah yang sudah jadi dan siap untuk disebarluaskan saja, namun
juga menjadi scholarly communication yang baik bagi perpustakaan
perguruan tinggi.

B. Scholarly Communication
Scholarly Communication merupakan istilah yang memiliki
arti yaitu komunikasi ilmiah. Menurut Association of College and
Research Libraries (ACRL)3, scholarly communication merupakan
sebuah sistem dimana penelitian dan tulisan-tulisan berupa hasil
karya ilmiah dibuat dan diciptakan, dievaluasi kualitasnya dan
disebarluaskan kepada masyarakat atau komunitas ilmiah dan
dipreservasikan yaitu disimpan untuk penggunaannya agar mudah
di akses oleh pengguna di masa depan dan masa yang akan datang.
Sistem ini meliputi cara formal komunikasi seperti halnya publikasi
di jurnal peer-review. Karakteristik dari penelitian ilmiah berupa
hasil dibuat sebagai barang publik agar dapat memfasilitasi

3
Association of College and Research Libraries (ACRL). Principles
and Strategies for the Reform of Scholarly Communication I. 2003.
http://www.ala.org/acrl/publications/whitepapers/principlesstrategies.
Diakses 3 Desember 2019.
P a g e | 131 LIBRIA, Vol. 12, No.2, Desember 2020
Nurul Fadilla

penelitian dan pengetahuan dan sebagian besarnya bersifat


terbuka atau open access, serta sebagian besar peneliti atau ilmuan
mengembangkan dan menyebarluaskan penelitiannya tanpa
mengharapkan imbalan keuangan langsung. Keberadaan scholarly
communication salah satunya disebabkan mulai berkembangnya
electronic environment atau lingkungan digital dalam aspek
pendidikan khususnya pada proses penelitian.
Komunikasi ilmiah pada dasarnya merupakan proses yang
terus berlangsung agar pengetahuan bisa tumbuh, berkembang
dan meluas baik di dalam maupun di luar antar disiplin ilmu yang
ada.4 Scholarly communication terbagi ke dalam tiga tahapan utama
yaitu, pertama, komunikasi melalui saluran informal, kedua,
diseminasi awal hasil riset melalui conference dan preprint
(repository), ketiga, publikasi formal melalui scholarly journal
(jurnal ilmiah) yang bereputasi.5 Namun dalam hal ini scholarly
communication dibatasi hanya pada bentuk publikasi ilmiah atau
jurnal ilmiah, yang mana bermanfaat untuk mengeksplorasi proses
scholarly communication dan menimbang nilai ragam jenis dan
nilai produk yang dihasilkan.
Bersamaan dengan ACRL, ODLIS atau Online Dictionary for
Library and Information Science mendefinisikan scholarly
communication sebagai sarana komunikasi yang dilakukan
sekolompok individu dalam proses penelitian akademik dan
penulisan kreatif yang kemudian hasilnya diinformasikan kepada
rekan sejawat baik secara formal maupun informal, terkait hasil
penelitian mereka yang telah dicapai atau diselesaikan. 6
Sekelompok individu tersebut berkomunikasi dengan menulis
monograf dan artikel jurnal untuk publikasi, persentasi makalah
konferensi yang selanjutnya dapat diterbitkan. Salah satu tujuan
dari perpustakaan akademik adalah untuk memfasilitasi

4
Ida Fajar Priyanto, Kebutuhan dan Perilaku Informasi: Materi
Kuliah Isu-Isu Kontemporer: Sesi 7. (Yogyakarta: UGM, 2016).
5
Thomas W. Graham, Scholarly Communication. Dublin: Sconul
Annual Coference. Serials, Vol. 13 (1),
https://serials.ukgs.org/articles/scholarlycom/. Diakses 30 Desember 2019.
6
Online Dictionary for Library and Information Science (ODLIS).
https://www.abc-clio.com/ODLIS/odlis_s.aspx. Diakses 3 Desember 2019.

LIBRIA, Vol. 12, No.2, Desember 2020 Page 132


Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Scholarly Communication

komunikasi ilmiah dalam segala bentuknya. Sehingga, dapat


disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan scholarly
communication adalah komunikasi ilmiah yaitu suatu proses
penyampaian atau penyebarluasan informasi ilmiah dari hasil
penelitian oleh seorang peneliti mengenai berbagai bidang ilmu
penelitian yang telah diteliti dengan hasil berupa karya ilmiah atau
jurnal.

C. Fungsi dan Aspek Scholarly Communication


Pada dasarnya komunikasi ilmiah sangatlah penting
dilakukan di dalam lingkungan sivitas akademika perguruan tinggi,
menurut Bjork yang dikutip Khairina7, menjelaskan terdapat dua
fungsi komunikasi ilmiah, yang pertama, mengkomunikasikan
hasil-hasil penelitian yang sangat menarik ke para pemustaka yang
memiliki minat yang sama, kedua, menyediakan dukungan dalam
mengambil keputusan untuk administrasi perjanjian penelitian dan
bantuan dana untuk penelitian. Pada dasarnya untuk publikasi
ilmiah pada saat sekarang ini lebih merujuk pada fungsi kedua
yaitu membantu dalam proses penelitian dan membantu proses
pembaruan dalam proses penelitian, khususnya dalam era digital
saat ini.
Bila melihat pada kejadian dilapangan komunikasi ilmiah
berfungsi sebagai penjamin kualitas keilmiahan dalam setiap
kegiatan penelitian yang berkaitan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dalam proses pengembangan ilmu
pengetahuan, komunikasi ilmiah memiliki peran penting yang
mana pasti membutuhkan informasi-informasi yang sudah ada
sebelumnya. Semua hasil dari karya ilmiah inilah yang akan diolah
oleh perpustakaan dan pustakawan untuk dilakukan proses
penyimpanan dan pengarsipan secara sistematis dengan tujuan

7
Khairina Hazrati, Peranan Perpustakaan Sebagai Media
Komunikasi Ilmiah. Jurnal Iqra’, 2017. Vol. 11, No. 1.
P a g e | 133 LIBRIA, Vol. 12, No.2, Desember 2020
Nurul Fadilla

utamanya yaitu untuk memudahkan proses temu kembali


informasi ilmiah yang terkait di dalamnya dengan mudah, cepat
dan tepat.
Kauffer dan Carley sebagaimana dikutip dan dijelaskan oleh
Fjallbrant8, mengungkapkan terdapat beberapa aspek yang
berkaitan dengan penulisan yaitu sebagai berikut:
1. Adanya kepemilikan ide (ownership of an idea), yaitu
seorang penulis memiliki hak secara ekslusif dari satu
karya yang ia hasilkan. Hak ekslusif adalah hak khusus
bagi pencipta maupun penerima hak untuk
mengumumkan dan memperbanyak karya atau
ciptaannya serta memberi izin untuk itu dengan tidak
mengurangi adanya pembatasan-pembatasan menurut
perundang-undangan yang berlaku (Undang-Undang RI
Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta).
2. Adanya pengakuan secara sosial terhadap penulis (social
recognition for the author), yaitu hasil karya berupa
artikel yang telah dimuat pada suatu publikasi ilmiah
seperti halnya jurnal ilmiah, maka akan berdampak
secara langsung terhadap penulisnya.
3. Adanya klaim terhadap suatu penemuan baru (claiming
priority for a discovery), yaitu artikel dapat dijadikan
sarana bagi penulisnya untuk menyampaikan kepada
para pembaca perihal perkembangan dan temuan-
temuan baru yang telah diperoleh peneliti melalui satu
penelitian yang dikemukakannya melalui tulisan.
4. Membangun sebuah pengakuan di kalangan penulis dan
pembaca (establishing an accredited, sometimes
professional, community of authors and readers), yaitu
scholarly communications di kalangan akademis akan
mengarah pada hasil penerbitan yang formal
diperuntukkan untuk masyarakat, berupa temuan baru,

8
Nancy Fjallbrant, Scholarly Communication-Historical
Development and New Possibilities.
https://doc.lib.purdue.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1389&context=iatul.
Diakses 3 Desember 2019.

LIBRIA, Vol. 12, No.2, Desember 2020 Page 134


Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Scholarly Communication

serta adanya pandangan yang muncul dari karya yang


dihasilkan peneliti tersebut. Yang mana akan
mendeskripsikan pengakuan terhadap penulisnya dari
kalangan masyarakat sesama penulis ataupun para
pembacanya.

Karya ilmiah yang telah dihasilkan memerlukan satu media


agar dapat disebarluaskan kepada banyak orang, agar karya ilmiah
dapat terorganisir dalam proses penerbitannya maka peran
penerbit (publisher) menjadi sangat penting. Penerbit mengumpul
beberapa artikel karya ilmiah untuk dikumpulkan dalam satu
jurnal sebagai salah satu sarana bagi peneliti untuk menyampaikan
hasil penelitiannya. Dengan demikian semakin terlihat jelas bahwa
satu jurnal ilmiah akan selalu berkaitan erat dengan penelitian.
Tahap selanjutnya merupakan tahap penerbit dan perpustakaan
menetapkan dan memberikan pengesahan atau surat izin (licence).
Surat izin menggambarkan perpustakaan dalam menetapkan
bentuk layanan bagi para pembaca yang akan mengakses jurnal
baik dalam bentuk tercetak maupun elektronik. Akhir dari tahapan
ini yaitu pembaca artikel akan menggunakan dan memanfaatkan
koleksi jurnal yang dimiliki perpustakaan. Selanjutnya, Fjallbrant
merincikan beberapa kategori kelompok kepentingan yang
berkaitan satu sama lain dalam komunikasi ilmiah sebagaimana
yang telah dikutip oleh Khairina, yaitu: 9
1. Para ilmuwan yang memiliki keinginan untuk
menerbitkan karyanya, masuk dalam kelompok penulis
dan menjadi produser utama dari satu karya.
2. Para ilmuwan lainnya yang membaca karya berasal dari
produser utama dan dikelompokkan sebagai kelompok
pembaca.

9
Khairina Hazrati, Peranan Perpustakaan Sebagai Media
Komunikasi Ilmiah. Jurnal Iqra’, 2017. Vol. 11, No. 1.
P a g e | 135 LIBRIA, Vol. 12, No.2, Desember 2020
Nurul Fadilla

3. Mahasiswa yang diposisikan sebagai pembaca.


4. Kelompok pembaca lainnya yang tertarik pada karya
ilmiah dikelompokkan sebagai pembaca dan para penerbit
sebagai produser kedua yang menerbitkan karya dari
masyarakat ilmiah (produser utama).
5. Perpustakaan yang berperan dalam mengumpulkan dan
menyebarkan jurnal ilmiah kepada para pembaca dan
berfungsi sebagai fasilitator bagi para pembacanya.
6. Kelompok industri yang memanfaatkan hasil-hasil
penelitian dikelompokkan sebagai konsumen lembaga
akademik yang melakukan evaluasi dan seleksi staf
dikelompokkan sebagai konsumen dan fasilitator
produksi.
7. Kelompok agama yang mempengaruhi pelaksanaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan pada abad ke-17 dan 18.

D. Jurnal Elektronik
Jurnal elektronik merupakan sebuah jurnal yang tersedia
dalam bentuk elektronik melalui host online dan telah ada sejak
akhir 1970-an tetapi pertumbuhan dan pengembangan internet
dan world wide web pada tahun 1990-an yang membuatnya baru
dikenal secara luas hingga sampai pada saat sekarang ini.10 Jurnal
penelitian merupakan salah satu bentuk media dalam komunikasi
ilmiah. Jurnal penelitian merupakan hasil dari tulisan ilmiah
seorang peneliti yang telah dilaksanakan penelitian sebelumnya
dan hasil penelitian tersebut dipublikasikan untuk dapat
dikonsumsi oleh pemustaka yang membutuhkannya karena
dianggap mempunyai nilai tinggi, biasanya hasil penelitian
dikirimkan ke lembaga yang mereview dan mengolahnya
selanjutnya diseminasi dan preservasi untuk dapat digunakan.
Biasanya peneliti menghasilkan karya ilmiah baru berdasarkan
hasil penelitian, atau hasil bacaan dan disitasi.
Jurnal elektronik adalah sebuah versi digital dari jurnal
cetak, atau publikasi elektronik jurnal langsung secara elektronik
10
John Feather dan Paul Strurges. International Encyclopedia of
Information and Library Science (London: Routledge Inc, 2003).

LIBRIA, Vol. 12, No.2, Desember 2020 Page 136


Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Scholarly Communication

yang dibuat dan tersedia melalui web, email, atau cara lain yang
dapat diakses melalui internet. Beberapa jurnal elektronik berbasis
web secara grafis dimodelkan pada versi cetak. Meningkatnya
biaya langganan jurnal cetak telah menyebabkan banyak
perpustakaan akademik memilih untuk berlangganan jurnal secara
elektronik.11 Jurnal elektronik saat ini menjadi trend dalam dunia
pendidikan terutama dalam proses penelitian, dibandingkan versi
cetak, jurnal elektronik memiliki beberapa keuntungan yang cukup
signifikan seperti kemudahan dalam akses, kemudahan dalam
publikasi, penghematan waktu, biaya yang cukup murah dan tidak
adanya hambatan secara fisik. Secara tidak langsung jurnal
elektronik memaksa peneliti untuk belajar menggunakan internet
dan media elektronik untuk proses publikasi karya ilmiahnya.
Melihat perkembangan digital seperti sekarang ini,
pengelolaan jurnal penelitian juga sudah dilakukan secara digital
melalui aplikasi Open Journal System (OJS). OJS merupakan salah
satu produk open source dari Public Knowledge Project (PKP) yang
khusus digunakan untuk mengelola jurnal secara online. OJS telah
membuat pengelolaan jurnal ilmiah menjadi lebih mudah, praktis
dan hemat biaya serta dapat menjangkau pembaca yang lebih luas.
OJS sendiri memiliki fitur mulai dari proses registrasi penulis,
submit naskah artikel, tahapan penyuntingan, proses editing, layout
dan penerbitan. OJS dijadikan sebagai wadah dan sarana dalam
scholarly communication bagi perpustakaan terutama
perpustakaan perguruan tinggi yang mana pemustaka yang
dilayani merupakan akademisi, peneliti yang memang
membutuhkan sarana komunikasi ilmiah seperti halnya jurnal
elektronik tersebut.

11
Online Dictionary for Library and Information Science (ODLIS).
https://www.abc-clio.com/ODLIS/odlis_s.aspx. Diakses 3 Desember 2019.
P a g e | 137 LIBRIA, Vol. 12, No.2, Desember 2020
Nurul Fadilla

E. Pengimplementasian Scholarly Communication Melalui


Jurnal Elektronik Pada Perpustakaan Perguruan Tinggi
Seperti yang telah diketahui bahwa jurnal merupakan
sarana komunikasi ilmiah berupa hasil dari penelitian para
ilmuwan yang dituangkan didalamnya. Namun, pada jurnal
tercetak sendiri memiliki hambatan perihal biaya penerbitan
sehingga perpustakaan dan pemustaka harus mengeluarkan biaya
yang tidak sedikit demi bisa memanfaatkannya. Selain itu, perlu
waktu yang cukup lama agar jurnal tercetak sampai ke tangan
pemustaka karena disebabkan proses penerbitan yang
memerlukan waktu yang cukup lama mulai dari penerimaan
tulisan ilmiah dari peneliti, penilaian karya ilmiah, editing,
persiapan proses pencetakan, pendistribusian dan lain sebagainya.
Akan tetapi, di era digital saat ini tampaknya jurnal tercetak telah
tergeser menjadi jurnal elektronik dan telah menjadi wadah dan
sarana komunikasi ilmiah bagi peneliti.
Scholarly communication pada dasarnya berupa scholarly
research yang berfokus pada hasil penelitian berupa jurnal atau
karya ilmiah dari hasil kegiatan atau penelitian pada lingkungan
akademik yaitu sivitas akademikanya, yang mana dengan tujuan
utamanya untuk dipublikasikan dalam jurnal ilmiah karena pada
umumnya kajian seperti ini berada dalam konteks krisis scholarly
communication dimana banyak perguruan tinggi merasa sangat
terbebani dengan harga langganan jurnal ilmiah yang semakin
lama semakin meningkat naik drastis setiap saat untuk
pembiayaannya.
Bila melihat peran perpustakaan sebagai lembaga
pengelola dan penyedia informasi, maka perpustakaan memiliki
kewajiban untuk memfasilitasi dan memberikan sarana
komunikasi ilmiah bagi para peneliti tersebut, dan tentunya
berperan dalam menciptakan wadah komunikasi ilmiah yang
berbasis elektronik, sehingga perpustakaan tidak hanya sekedar
menerima jurnal, artikel atau karya ilmiah yang telah siap untuk
dikonsumsi namun juga menjadi wadah sarana untuk
keberlangsungan scholarly communication tersebut.

LIBRIA, Vol. 12, No.2, Desember 2020 Page 138


Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Scholarly Communication

Saat ini kecanggihan teknologi membuat seseorang mampu


untuk menyebarkan dan mengumpulkan informasi secara mandiri.
Namun, perpustakaan sebagai lembaga resmi yang berada di
lingkungan sivitas akademika harus menyikapi sebagai pendukung
dalam scholarly communication. Untuk itu Lewis yang di kutip
Khairina12, mengatakan bahwa perpustakaan dapat berperan
dalam scholarly communication dengan melalui beberapa cara,
yaitu sebagai berikut:
1. Melakukan digitalisasi koleksi khusus. Saat ini beberapa
perpustakaan perguruan tinggi sudah melakukan
digitalisasi koleksinya dan hasilnya dapat diakses dengan
mudah oleh para pemustakanya.
2. Membangun tempat penyimpanan (repositori) yang
menyediakan akses dan mengarsip data serta dokumen
digital yang dihasilkan dari karya-karya hasil penelitian
dan untuk kepentingan perguruan tinggi tersebut misalnya
seperti skripsi, tesis, karya ilmiah, artikel ilmiah, hasil
penelitian dan lainnya.
3. Menyediakan infrastruktur untuk publikasi dengan akses
terbuka (open access), khususnya akses ke jurnal ilmiah.

Perpustakaan dengan perguruan tinggi sangatlah memiliki


ketergantungan, dimana perpustakaan dikatakan sebagai
jantungnya universitas sehingga perpustakaan memang
diharuskan menghasilkan karya-karya yang mana ini menjadi
bahan untuk terbentuknya komunikasi ilmiah dan menjadikannya
terus berkembang di lingkungan sivitas akademika. Pada
perguruan tinggi perpustakaanlah yang menjadi komponen dalam
menghidupkan dunia keilmuan yang saling di dukung antara dosen,
mahasiswa, administrasi, pustakawan dan lainnya yang antara satu

12
Khairina Hazrati, Peranan Perpustakaan Sebagai Media
Komunikasi Ilmiah. Jurnal Iqra’, 2017. Vol. 11, No. 1.
P a g e | 139 LIBRIA, Vol. 12, No.2, Desember 2020
Nurul Fadilla

sama lain yang berada di lingkungan sivitas akademika dalam


mendukung proses pengembangan ilmu pengetahuan.
Biasanya peneliti, dosen atau mahasiswa menghasilkan
satu karya ilmiah atau lebih seperti halnya mahasiswa yang
menghasilkan tugas akhir dalam bentuk skripsi, tesis atau disertasi
yang mana hasil karya tersebut masuk dalam kelompok penelitian
ilmiah yang terdapat pengembangan metode penelitian, teknik
analisa serta interpretasi data yang menghasilkan suatu karya.
Karya-karya tersebut dapat dituangkan kembali dalam bentuk
artikel dan dimasukkan kedalam jurnal ilmiah yang ada.
Proses komunikasi ilmiah di perpustakaan dimulai dari
peneliti melakukan pengambilan serta analisis data, lalu dimuat
dalam sebuah tulisan. Tulisan tersebut kemudian akan di review.
Setelah itu akan masuk dalam percetakan atau sebuah manajemen
jurnal dimana tulisan tersebut akan dimuat. Setelah itu proses
selanjutnya menentukan bagaimana tulisan tersebut akan
diterbitkan, apakah secara open access atau komersil. Baru
kemudian masuk ke dalam perpustakaan untuk dijadikan koleksi.
Perpustakaan menjadi tempat terakhir dimana tulisan tersebut
akan dikonsumsi. Namun, saat ini perpustakaan perguruan tinggi
sudah dapat secara mandiri dalam menyediakan wadah untuk
proses komunikasi ilmiah. Sehingga penulis yang ingin
mengkomunikasikan hasil penelitiannya dapat langsung
menyerahkan naskahnya pada perpustakaan atau mengirimkan
pada sistem jurnal elektronik yang sudah dibuat oleh perpustakaan
perguruan tinggi.
Sebagai contoh, seperti halnya yang sudah terjadi saat ini
pada lingkungan Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga yang mana
mahasiswanya diharuskan membuat karya ilmiah yang kemudian
dilakukan proses submit ke jurnal yang telah terindeks. Sebelum
melakukan submit artikel, tentunya mahasiswa melakukan
presentasi atau pemaparan hasil karya tersebut, sehingga akan
timbul komunikasi ilmiah secara dua arah, baik antara dosen dan
mahasiswa, dan sesama mahasiswa. Kegiatan ini juga
menghasilkan proses pengkoreksian atau editing yang mana
bermanfaat untuk proses perbaikan menuju hasil karya ilmiah

LIBRIA, Vol. 12, No.2, Desember 2020 Page 140


Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Scholarly Communication

yang lebih baik sebelum dilakukan submit nantinya. Sebelum


akhirnya di dapatkan hasil yang baik, tak lupa proses utamanya
peneliti membutuhkan informasi serta kajian dari penelitian yang
sudah dilakukan sebelumnya terkait dengan karya ilmiah baru
tersebut, dan informasi ini didapatkan melalui perpustakaan baik
dari segi koleksi buku ataupun artikel jurnal yang terdapat pada
perpustakaan UIN Sunan Kalijaga tersebut.
Pada perpustakaan UIN Sunan Kalijaga saat ini juga sudah
melakukan proses komunikasi ilmiah dan sudah melakukan
digitalisasi atas hasil karya ilmiah yang dihasilkan oleh sivitas
akademikanya, kemudian menyimpannya kedalam repositori dan
elektronik jurnal yang telah dimilikinya dengan menyediakan akses
secara mudah dan cepat bagi para pemustakanya. Perpustakaan
UIN Sunan Kalijaga juga menyediakan berbagai pilihan e-journal
yang dapat secara mandiri untuk pemrosesannya dengan berbagai
disiplin ilmu seperti halnya Al-Athfal yaitu Jurnal Pendidikan Anak,
Al-Ahwal yaitu Jurnal Hukum Keluarga Islam, Adabiyyat yaitu
Jurnal Bahasa dan Sastra, Al-Mazahib yaitu Jurnal Pemikiran
Hukum, Golden Age yaitu Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Usia Dini,
IJID yaitu International Journal on Informatics for Development dan
lainnya.
Dari penjelasan dapat dipahami bahwa komunikasi ilmiah
akan terus berlangsung melalui sitasi dan pembacaan terhadap
karya ilmiah untuk kepentingan penelitian dan kajian yang
dilakukan selanjutnya. Disinilah perpustakaan berperan menjadi
lembaga yang berkepentingan dalam memberi wadah atau sarana,
menfasilitasi, mendiseminasi dan mempreservasi karya ilmiah
tersebut. Namun, perpustakaan harus tetap senantiasa
meningkatkan kolaborasi bersama dengan fakultas yang memiliki
disiplin ilmu yang beragam, peneliti, ilmuan pada bidang terkait
untuk dapat dijadikan sebagai reviewer bagi tulisan yang telah
dikirimkan. Pustakawan juga harus memiliki kompetensi dalam
P a g e | 141 LIBRIA, Vol. 12, No.2, Desember 2020
Nurul Fadilla

melakukan komunikasi ilmiah sehingga dapat secara tidak


langsung mempromosikan keterlibatan perpustakaan yang
dikelolanya. Diharapkan perpustakaan perguruan tinggi
kedepannya membentuk tim pustakawan untuk membangun citra
baru dan jika semua proses sudah berjalan, maka perpustakaan
sudah dinyatakan benar-benar menjadi sarana dan wadah untuk
terjalinnya scholarly communication melalaui pemanfaatan jurnal
elektronik yang telah dibuatnya. 13

F. Permasalahan Yang Terjadi Terkait Scholarly


Communication Pada Perpustakaan Perguruan Tinggi
Setelah melihat pengimplementasian scholarly
communication melalui jurnal elektronik pada perpustakaan
perguruan tinggi dan telah diambil sebuah contoh yaitu pada
lingkungan Pascasarjana dan Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga,
dapat disimpulkan dari yang ada bahwa ternyata pada realitasnya
scholarly communication dikatakan tidak dapat berdiri sendiri,
karena ia saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan diatas maka
terdapat beberapa aspek penting yang menjadi permasalahan yang
terjadi terkait proses berlangsungnya scholarly communication,
yaitu sebagai berikut: 14
1. Digitalisasi koleksi
Yaitu aspek yang yang berhubungan dengan jenis koleksi
apa saja yang hendak diproses menjadi file berbentuk digital
untuk dapat diakses, yang mana dilakukan kontrol terhadap
kualitas isi tulisan ilmiah yang dilakukan sebelum dan
sesudah tulisan tersebut diterbitkan. Kualitas kriteria
memiliki variasi di setiap bidang keilmuannya dengan
melihat metode, validitas, terpercaya (reliability) pada kasus
penelitian, adanya bukti dan dokumentasi sumber,

13
Liat Klain Gabbay dan Snunith Shoham, Scholarly Sommunication
and Academic Librarians. Science Direct: Library & Information Science
Research. https://www.researchgate.net/publication/303321104/ Diakses 29
November 2019.
14
Irman Siswadi, Scholarly Communication. Jurnal Visi Pustaka,
Vol. 11, No. 1 April 2009.

LIBRIA, Vol. 12, No.2, Desember 2020 Page 142


Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Scholarly Communication

ketepatan, kualitas tulisan serta cara penyampaiannya dan


kontribusi dalam bidang keilmuannya. Bagi perpustakaan
perguruan tinggi, jenis koleksi yang dikeluarkan oleh sivitas
akademika menjadi prioritas utama seperti halnya disertasi,
tesis, artikel jurnal para dosen, prosiding, hasil penelitian
dan lainnya.
2. Open Access
Open access telah memberikan kemudahan bagi para peneliti
untuk membaca, mengunduh (download), mengcopy,
menyebarkan serta mencetak artikel dan material lainnya
secara gratis dari media internet. Sehingga saat ini peneliti
lebih banyak merujuk secara langsung dengan mencari
artikel yang sesuai dengan kebutuhannya dan menghindari
cara berlangganan secara pribadi, dan mengunjungi
perpustakaan menjadi pilihan terakhir ketika pemerolehan
informasi dari internet tidak menyanggupi atau tidak
terpenuhi akan kebutuhannya. 15
3. Hak Cipta
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2002 tentang Hak Cipta Bagian Kelima Pasal 1516
menyatakan bahwa yang tidak dianggap sebagai
pelanggaran hak cipta apabila sumbernya harus disebutkan
atau dicantumkan. Kemudian pemustakaan ciptaan pihak
lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan
kepentingan secara wajar dari sang pencipta. Pada
lingkungan perpustakaan perguruan tinggi biasanya

15
Ian Rowland, Scholarly Communication In Digital Environment:
The 2005 Survey of Journal Author Behavior and Attitudes. Aslib Proceeding,
57, (6), 481.
16
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.
P a g e | 143 LIBRIA, Vol. 12, No.2, Desember 2020
Nurul Fadilla

terdapat bentuk-bentuk kebijakan yang telah ditetapkan


pada suatu perguruan tinggi untuk memperkuat karya-karya
ilmiah yang akan dipublikasikan oleh perpustakaan
perguruan tinggi yaitu:
a. Adanya kebijakan rektor dalam bentuk Surat
Keputusan Rektor (SK-Rektor) untuk penyerahan karya
ilmiah sivitas akademika di lingkungan perguruan
tinggi yang bersangkutan.
b. Adanya formulir penyerahan tugas akhir yang
melindungi hak pencipta tetapi untuk hak penyebaran
informasinya dapat dilakukan oleh perpustakaan
perguruan tinggi yang bersangkutan.
c. Adanya pembatasan perihal fotocopy hasil karya ilmiah
seperti halnya skripsi, tesis atau disertasi. Yang mana
bila terdapat permintaan secara full text maka dapat
merujuk pada permintaan secara langsung dan mandiri
kepada lembaga yang bersangkutan, karena pada
dasarnya lembaga dianggap sebagai institusi yang
memiliki tanggungjawab terhadap penyalahgunaan
karya tersebut.
d. Adanya pengkategorian lebih lanjut perihal kelompok
pemustaka yang dapat mengunduh atau meng-
download file secara digital. Yang mana dapat dibagi
bab-bab mana saja yang dapat diunduh, baik bagi
sivitas akademika atau pun masyarakat secara luas.
4. Akses Internet
Pada dasarnya internet telah menggiring seluruh kelompok
masyarakat memperoleh informasi yang dibutuhkan secara
cepat dan murah. Kondisi mudahnya pengaksesan
informasi memberi dampak ketergantungan yang secara
signifikan terasa dan memberikan efek-efek yang secara
tidak langsung ada yang menguntungkan dan ada pula yang
bersifat merugikan.
5. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia di perpustakaan sudah pasti adalah
pustakawan, yang mana ia akan bertugas untuk mengelola

LIBRIA, Vol. 12, No.2, Desember 2020 Page 144


Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Scholarly Communication

dan mendistribusikan informasi kepada para


pemustakanya terutama pada sivitas akademika di
lingkungan perpustakaan perguruan tinggi. Pustakawan
dituntut untuk memiliki kemampuan untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan pemustakanya sehingga proses
scholarly communication dapat terlaksana dengan baik
apabila keinginan dan kebutuhan pemustakanya dapat
terpenuhi. Scholarly communication di zaman seperti
sekarang ini sangat bergantung pada kemampuan teknologi
informasi dalam menjalankannya. Selanjutnya terdapat
standar kompetensi menurut European Computer Driving
Licence (ECDL) yang dibutuhkan oleh seorang pustakawan
adalah sebagai berikut: 17
a. Konsep dasar teknologi informasi (Basic concepts of IT)
b. Menggunakan komputer dan mengorganisir file-file
(Using the computer and managing files)
c. Mampu mengolah kata (Word processing)
d. Lembar kerja (Spreadsheet)
e. Pangkalan data (Database)
f. Presentasi (Presentation)
g. Informasi dan komunikasi internet dan email
(Information and communication internet and email)
Namun, pada intinya selain kompetensi diatas, kompetensi
lainnya yang mutlak harus dimiliki pustakawan adalah
kemampuan berkomunikasi. Yang mana pustakawan nantinya akan
memberikan layanannya kepada para pemustaka dengan layanan
yang bersifat terbuka. Pustakawan harus memahami kebutuhan
informasi pemustaka dan harus dapat memenuhinya, oleh karena
itu hubungan interpersonal antara pemustaka dan pustakawan

17
David McMenemy dan Alan Poutler, Delivering Digital Service.
(London: Facet Publishing, 2005).
P a g e | 145 LIBRIA, Vol. 12, No.2, Desember 2020
Nurul Fadilla

mutlak terjadi di setiap saat dan tidak dapat dihindari, karena hal
tersebut menjadi salah satu acuan kepuasan pemustaka atas
layanan yang diberikan oleh pustakawan dan perpustakaannya.

G. Kesimpulan
Sejatinya, perpustakaan perguruan tinggi memiliki peran
penting dalam proses berjalannya scholarly communication, yaitu
dengan menyediakan wadah berupa portal jurnal elektronik. Jurnal
elektronik merupakan salah satu bentuk trend atas perkembangan
teknologi di bidang pendidikan terutama di lingkungan peneliti dan
akademisi. Kedepannya diharapkan perpustakaan dapat membuat
dan mengimplementasikan portal jurnal yang dapat mendorong
serta merangkul peneliti dan akademisi sebagai peer-review tulisan
pada jurnal elektronik tersebut dan akan menghasilkan scholarly
communication yang baik pada perpustakaan. Perpustakaan pun
terlibat dalam proses penciptaan jurnal ilmiah sehingga
perpustakaan dalam hal ini telah berperan dalam memfasilitasi dan
menjadi wadah untuk proses scholarly communication tersebut.
Pustakawan harus ikut ambil peran dalam scholarly communication
dan harus memahami kebutuhan informasi pemustaka serta harus
dapat memenuhinya, agar dapat berlangsungnya komunikasi
ilmiah yang baik, oleh karena itu hubungan interpersonal antara
pemustaka dan pustakawan mutlak terjadi di setiap saat dan tidak
dapat dihindari, karena hal tersebut menjadi salah satu acuan
kepuasan pemustaka atas layanan yang diberikan oleh pustakawan
dan perpustakaannya.

H. Daftar Pustaka
Association of College and Research Libraries (ACRL). 2003.
Principles and Strategies for the Reform of Scholarly
Communication I. http://www.ala.org/acrl/publications/
whitepapers/principlesstrategies. Diakses 4 3 Desember
2019.
Feather, John dan Paul Strurges. 2003. International Encyclopedia
of Information and Library Science. London: Routledge
Inc.

LIBRIA, Vol. 12, No.2, Desember 2020 Page 146


Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Scholarly Communication

Fjallbrant, Nancy. 2007. Scholarly Communication-Historical


Development and New Possibilities. https://docs.lib.
purdue.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1389&context=i
atul. Diakses 3 Desember 2019.
Gabbay, Liat Klain dan Snunith Shoham. 2016. Scholarly
Communication and Academic Librarians. ScienceDirect:
Library & Information Science Research.. https://
www.researchgate.net/publication/303321104/. Diakses
29 November 2019.
Graham, Thomas W. 2000. Scholarly Communication. Dublin:
SCONUL Annual Conference. Serials, Vol. 13, (1),
https://serials.ukgs.org/articles/scholarlycom/. Diakses
30 Desember 2019.
Hazrati, Khairina. 2017. Peranan Perpustakaan Sebagai Media
Komunikasi Ilmiah. Jurnal Iqra’, Vol. 11, No. 01.
Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2002 Tentang Hak Cipta.
Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2007 Tentang Perpustakaan.
McMenemy, David dan Alan Poulter. 2005. Delivering Digital
Services. London: Facet Publishing.
Online Dictionary for Library and Informastion Science (ODLIS).
https://www.abc-clio.com/ODLIS/odlis_s.aspx. Diakses
3 Desember 2019.
Priyanto, Ida Fajar. 2016. Kebutuhan dan Perilaku Informasi: Materi
Kuliah Isu-isu Kontemporer Sesi 7. Yogyakarta: UGM.

P a g e | 147 LIBRIA, Vol. 12, No.2, Desember 2020


Nurul Fadilla

Rowland, Ian. 2005. Scholarly Communication In Digital


Environment: The 2005 Survey of Journal Author Behavior
and Attitudes. Aslib Proceeding, 57, (6), 481.
Siswadi, Irman. 2009. Scholarly Communication.Jurnal Visi Pustaka,
Vol. 11 Nomor 01 April 2009.

LIBRIA, Vol. 12, No.2, Desember 2020 Page 148

Anda mungkin juga menyukai