Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fanny Oktaviany

NIM : 123012101053
Mata Kuliah : Sistem Pencegahan Fraud
Dosen Pengampu : Dr. Nirwan Ristiyanto, Ak, MM, CFr.A

Risiko yang diantisipasi oleh Asuransi Bintang dalam kaitannya dengan pencegahan adanya
fraud/kejahatan (tindak pidana) sebagaimana diatur UU no 40 Tahun 2014 adalah:
1. Risiko Strategi
Potensi kegagalan perusahaan dalam merealisasikan kewajiban kepada pemegang
polis/tertanggung/nasabah akibat ketidaklayakan atau kegagalan dalam melakukan
perencanaan, penetapan dan pelaksanaan strategi, pengambilan keputusan bisnis yang tepat,
dan/atau kurang responsifnya perusahaan terhadap perubahan eksternal. Risiko ini bersumber
dari strategi yang dimiliki dan dijalankan perusahaan yang tidak sesuai dengan kondisi
lingkungannya serta tidak sesuai dengan posisi startegis perusahaan.
2. Risiko Operasional
Potensi kegagalan perusahaan dalam merealisasikan kewajiban kepada tertanggung dan
pemegang polis sebagai akibat ketidaklayakan atau kegagalan proses internal, manusia, sistem
teknologi informasi, dan/atau adanya kejadian yang berasal dari luar lingkungan perusahaan
yang bersumber dari struktur organisasi, sumber daya manusia, volume dan beban kerja yang
dimiliki, tingkat kompleksitas perusahaan yang tinggi, sistem dan teknologi informasi yang
tidak memadai dan adanya gangguan terhadap bisnis perusahaan.
3. Risiko Aset Dan Liabilitas
Potensi kegagalan dalam pengelolaan aset dan pengelolaan liabilitas perusahaan yang
menimbulkan kekurangan dana dalam pemenuhan kewajiban perusahaan asuransi kepada
pemegang polis atau kewajiban reasuradur kepada perusahaan yang mengasuransikan (ceding
companies).
4. Risiko Kepengurusan
Risiko karena kegagalan Perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan akibat kegagalan
perusahaan dalam memelihara komposisi terbaik pengurus yang memiliki kompetensi dan
integritas yang tinggi. Yang dimaksud pengurus dalam risiko ini adalah Direksi dan Dewan
Komisaris.
5. Risiko Tata Kelola
Risiko terkait adanya potensi kegagalan dalam pelaksanaan tata kelola yang baik (Good
Governance), ketidaktepatan gaya manajemen, lingkungan pengendalian dan perilaku dari
setiap pihak yang terlibat langsung atau tidak langsung dengan perusahaan yang bersumber
dari tidak memadainya pedoman tata kelola yang dimiliki perusahaan, perusahaan telah
memiliki pedoman yang memadai namun dalam penerapannya tidak memadai.
6. Risiko Dukungan Dana (Permodalan)
Risiko ini muncul akibat ketidakcukupan dana/modal pada perusahaan, termasuk kurangnya
akses tambahan dana/modal dalam menghadapi kerugian atau kebutuhan dana/modal yang
tidak terduga. Risiko ini disebabkan oleh meningkatnya rasio klaim diluar perkiraan, hasil
investasi yang buruk ataupun hal tak terduga lainnya.
7. Risiko Asuransi
Risiko ini adalah potensi kegagalan Perusahaan untuk memenuhi kewajiban kepada
tertanggung dan pemegang polis sebagai akibat dari ketidakcukupan proses seleksi risiko
(underwriting), penetapan premi (pricing), penggunaan reasuransi, dan/atau penanganan
klaim. Risiko ini bersumber dari 3 yaitu karakteristik bisnis asuransi, diversifikasi produk, dan
struktur reasuransi.
Menurut saya, manajemen risiko yang ditetapkan asuransi Bintang sudah cukup memadai dan telah
sesuai dengan Pasal 2 POJK Nomor 1/POJK.05/2015 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi
Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank (LJKNB), diantaranya:
1. Pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris
2. Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit risiko
3. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko.
4. Sistem Informasi Manajemen Risiko
5. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh
Namun, pada Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia No. 8 /SEOJK.05/2021
Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,
Perusahaan Reasuransi, Dan Perusahaan Reasuransi Syariah, penerapan manajemen risiko harus
mencakup 9 jenis risiko yaitu Risiko Strategis, Risiko Operasional, Risiko Asuransi, Risiko Kredit,
Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Hukum, Risiko Kepatuhan, dan Risiko Reputasi.
Sedangkan dalam pedoman Asuransi Bintang hanya mencakup 7 risiko saja.
Selain itu, dalam lampiran SEOJK No. 8 /SEOJK.05/2021, juga dijelaskan bahwa harus
dicantumkan penerapan manajemen risiko untuk masing-masing 9 risiko yang ada, yang antara
lain memuat definisi, tujuan, dan penerapan manajamen risikonya.
Dalam hal penilaian profil Risiko, harus mencakup adanya penilaian terhadap risiko yang melekat
(inherent risk) dan penilaian terhadap kualitas penerapan Manajemen Risiko. Penilaian profil
Risiko Perusahaan dilakukan dengan mengacu kepada POJK No. 28/POJK.05/2020 tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Lembaga Jasa Keuangan Nonbank.
Perusahaan juga belum mencantumkan ketentuan mengenai Komite Manajemen Risiko paling
sedikit terdiri atas separuh dari jumlah anggota Direksi, yang salah satunya merupakan anggota
Direksi yang membawahkan fungsi Manajemen Risiko.

Untuk itu, beberapa rekomendasi saya untuk perbaikan kebijakan tersebut adalah:
1. Asuransi Bintang perlu memperbaharui pedoman atau kebijakan manajemen risikonya
sesuai dengan aturan terbaru dari OJK. Dalam hal ini, Asuransi Bintang harus menambah
pedoman kebijakan manajemen risiko untuk beberapa risiko yang belum ada, seperti risiko
hukum, risiko kepatuhan, risiko reputasi, dll.
2. Asuransi Bintang juga harus membuat penerapan manajemen risiko untuk 9 risiko yang
ada secara rinci, mulai dari definisi, tujuan, hingga penerapan manajemen risikonya.
3. Sebaiknya dicantumkan bahwa penilaian profil risiko harus mengacu kepada POJK No.
28/POJK.05/2020 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Lembaga Jasa Keuangan Nonbank.
4. Sebaiknya dimuat mengenai ketentuan komite manajemen risiko yang paling sedikit terdiri
dari jumlah anggota Direksi , yang salah satunya merupakan anggota Direksi yang
membawahkan fungsi Manajemen Risiko.

Anda mungkin juga menyukai