Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/350496739

Latar belakang PT. KAI Indonesia (Persero)

Article · March 2021

CITATIONS READS

0 3,562

1 author:

Ahmad Sutrimo
Pelita bangsa university, Indonesia Bekasi
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ahmad Sutrimo on 31 March 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Latar belakang PT. KAI Indonesia (Persero)

Ahmad Sutrimo1
1
Fakultas Ekonomi Bisnis dan Ilmu Sosial UniversitasPelita Bangsa, Cikarang.
1
Email:sutrimoahmad1497@gmail.com

PENDAHULUAN
Latar Belakang PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yang selanjutnya disingkat sebagai PT. KAI
(Persero) atau “Perseroan” adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyediakan, mengatur,
dan mengurus jasa angkutan kereta api di Indonesia. PT. KAI (Persero) mempunyai visi yaitu
“Menjadi Penyedia Jasa Perkeretaapian Terbaik Yang Fokus Pada Pelayanan Pelanggan Dan
Memenuhi Harapan Stakeholders”.

Guna mewujudkan misinya tersebut maka PT. KAI (Persero) turut andil meningkatkan
pendayagunaan teknologi dalam perkembangan perusahaannya dengan memiliki websiteresmi
yaitu www.kereta-api.co.id. Website menjadi sangat penting karena merupakan salah satu usaha
PT. KAI (Persero) untuk menyediakan berbagai fasilitas yang dapat digunakan oleh pelanggan.
Websitetersebut berisi profil perusahaan, layanan produk tentang angkutan penumpang dan
barang, berita dan siaran pers, laporan kinerja perusahaan, penghargaan, pengadaan barang dan
jasa, rekrutmen hingga pemesanan tiket online.Dewasa ini, pemesanan tiket kereta api dapat
dilakukan dengan mudah melalui sambungan internet atau biasa disebut dengan reservasi online.
Pelayanan tersebut telah diperkenalkan oleh PT. KAI (Persero) sejak Agustus 2012 silam. Hal
ini berarti pihak PT. KAI (Persero) dapat berhubungan langsung dengan pelanggan yang
menjadi pengguna website.

Laporan keuangan merupakan suatu alat pertanggungjawaban perusahaan mengenai


pengelolaan aset perusahaan, yang dilakukan oleh manajemen kepada pihak-pihak pemakai
laporan keuangan tersebut. Laporan Keuangan berisi informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan, yang nantinya digunakan dalam pengambilan
keputusan. FASB dalam Statement of Financial Accounting Concept, menyatakan bahwa relevansi
dan reliabilitas merupakan dua kualitas utama yang membuat informasi akuntansi berguna
untuk pembuatan keputusan (Frank dan Ariyanto, 2016).

Proses pembuatan laporan keuangan tidak terlepas dari salah saji material maupun tidak
material, baik karena adanya kecurangan (fraud) maupun kekeliruan (human error) (Yunitasari et
al., 2014). Sedangkan saat ini perkembangan dunia bisnis sangat pesat, sehingga menuntut para
pelaku bisnis untuk lebih transparandan dapat dipercayadalam pengelolaan laporan keuangan. Salah
satunya adalah dengan cara mengaudit laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang
sifatnya netral atau independen (tidak berpihak), yaitu seorang akuntan publik atau auditor
eksternal dari luar perusahaan (Lestari dan Utama, 2013). Laporan keuangan yang sudah diaudit dan
sudah mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian.

1
Ahmad Sutrimo

TINJAUAN PUSTAKA
Kepuasan pengguna layanan reservasi online padawebsite PT. KAI (Persero) berperan
penting terhadap penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi yang diterapkan, karena
kepuasan pengguna merupakan kunci sukses untuk mengukur sistem informasi yang telah
diimplementasikan. Tujuan dari pengguna yang memanfaatkan sebuah fitur teknologi adalah
ingin mendapatkan sebuah informasi atau data yang akurat serta lengkap dan up to date.
Selain itu, proses data/ informasi yang cepat dapat membantu pengguna dalam mengambil
keputusan dengan cepat pula sesuai dengan kebutuhannya. Keterlibatan pengguna dalam pemanfaatan
teknologi sistem informasi sangat menentukan keberhasilan sebuah kualitas sistem dan informasi
yang disajikan. Informasi yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan pengguna dapat
menumbuhkan suatu tingkat kepuasan bagi pengguna itu sendiri (Jogiyanto, 2008). Jika
hasilnya tidak memuaskan pengguna, maka akan menjadi salah satu titik kelemahan atau
kegagalan sistem bagi PT. KAI (Persero).
Kepuasan pengguna dapat diperoleh dengan terciptanya layanan websiteyang berkualitas.
Semakin tinggi kualitas layanan website PT. KAI (Persero), maka akan semakin banyak
pengguna yang mengaksesnya. Hal ini berdasarkan dengan penelitian Tarigan (2008) Barnes
dan Vidgen (2001) yang melakukan pengukuran suatu websitemenggunakan metode webqual
dengan indikator kualitas informasi, interaksi, serta penggunaan web pada e-library. Pada penelitian
tersebut terdapat kesimpulan bahwa kualitas informasi, interaksi, dan penggunaan webakan sangat
berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pengguna terutama jika kualitas penggunaan pada
layananwebsite-nya memiliki kualitas yang baik.
Menurut Mulyadi(2002: 158) materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji
informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan
atau mempengaruhi terhadap pertimbangan orang yang meletakan kepercayaan
terhadapinformasi. Informasi dipandang sebagai material apabila disajikan salah atau tidak
disajikan dapat mempengaruhi keputusan-keputusan ekonomis yang diambil oleh pengguna
laporan yang mendasarkan keputusan-keputusannya sebagian pada informasi dalam laporan
keuangan (Murwanto, 2008: 150 dalam Yunitasari et al., 2014). Namun, sampai saat ini belum
ada standar akuntansi maupun standar auditing yang mengatur mengenai pedoman dalam
pengukuran materialitas secara kuantitatif. Sehingga, dalam menentukan tingkat materialitas
setiap auditor berbeda-beda, terkesan bersifat subyektif karena sesuai dengan aspek situasionalnya
(Yunitasari et al., 2014)

2
PEMBAHASAN
Pertimbangan materialitas sangat penting dalam suatu laporan keuangan, karena berpengaruh
terhadap hasil akhir audit yangakan digunakan oleh pemakai informasi dari laporan keuangan,
sehingga harus dilaksanakan dengan cermat, hati-hati dan objektif. Selain itu, auditor juga harus
bebas dari pengaruh-pengaruh pihak luar termasuk klien pada saat melaksanakan audit, sehingga
auditor bisa menjalankan tugasnya tanpa tekanan dan bisa menghasilkan pertimbangan tingkat
materialitas yang tepat.

Pada kenyataannya materialitas dalam laporan keuangan masih sering diabaikan oleh
auditor, sehingga menimbulkan hilangnya kepercayaan masyarakatkepada akuntan publik.
Contohnya kasus yang terjadi pada PT Kereta Api Indonesia (KAI) tahun 2006, yaitu adanya
keterlibatan auditor dalam melakukan rekayasa keuangan BUMN tersebut. Hal itu ditemukan
Manao (2006) selaku Komisaris PT Kereta Api yang saatitu mengatakan adanya manipulasi
laporan keuangan, di mana seharusnya perusahaan merugi namun dilaporkan memperoleh
keuntungan. Menurutnya, sejumlah pos yang seharusnya dinyatakan sebagai beban bagi
perusahaan tetapi masih dinyatakan sebagai aset perusahaan, sedangkan laporan keuangan
tersebut telah diperiksa oleh akuntan publik. Sehingga, seharusnya dapat terdeteksi apabila
adanya ketidakbenaran dalam laporan keuangan BUMN tersebut. Dari kasus PT KAI tersebut,
menunjukkan akuntan yang terlibat tidak mampumemegang teguh Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP), yaitu terciptanya akuntan publik yang jujur berkualitas dan dapat
dipercaya (Pratiwi dan Widhiyani, 2017).

Standar audit merupakan pedoman umum untuk membantu para auditor dalam memenuhi
tanggung jawab profesional mereka dalam pengauditan keuangan historis. Standar tersebut
mencakup pertimbangan kualitas profesional antara lain persyaratan kompetensi, independensi
pelaporan dan bukti (Jusup, 2014: 58).

Sikap profesionalisme sangat dibutuhkan oleh seorang auditor dalam menjalankan tugasnya,
agar dalam menjalankan pekerjaannya tetap mengacu pada nilai-nilai profesi, dan hubungan dengan
sesama profesi. Seseorang yang profesional dalam profesi akuntan dicerminkan dengan lima sikap
sebagai berikut: (1) hubungan dengan sesama profesi(use of the professional organization as
a major reference), (2) keyakinan terhadap pelayanan kepada publik atau kewajiban sosial (belief in
service to the publik), (3) keyakinan terhadap peraturan profesi(belief in self-regulation), (4)
dedikasi profesional terhadap pekerjaannya atau pengabdian profesi (sense of calling to the field), dan
(5) dapat membuat keputusan sendiri atau kemandirian (autonomy) (Hall R, 1968). Auditor yang
menjunjung nilai-nilai profesi tersebut akan lebih berhati-hati dalam mempertimbangkan tingkat
materialitas laporan keuangan.

3
Ahmad Sutrimo

Pembahasan disajikan dalam bentuk studikasus deskriptif. Analisis dan interpretasi hasil ini
diperlukan sebelum dibahas.
Tabel dituliskan pada rata kiri paragraf dan di akhir setiap teks deskripsi hasil/perolehan
penelitian. Judul Tabel ditulis dari kiri, huruf besar ditulis diawal kata, jika lebih dari satu baris
dituliskan dalam spasi tunggal. Sebagai contoh,
Keberhasilan seorang auditor dalam menjalankan tugasnya juga dipengaruhi oleh
komitmen baik terhadap bidang yang ditekuninya maupun terhadap organisasi tempat
menjalankan tugasnya. Komitmen organisasional dipandang sebagai suatu orientasi nilai
terhadap organisasi yang menunjukkan individu sangat memikirkan dan mengutamakan pekerjaan
dan organisasinya. Individu tersebut akan berusaha memberikan segala kemampuannya
dalam membantuorganisasi mencapai tujuannya (Tobing, 2009). Sehingga, dengan adanya
komitmen organisasional akan menimbulkan rasa memiliki (sense of belonging) bagi pekerja
terhadap organisasi. Dengan adanya rasa memiliki tersebut akan meningkatkan motivasi bagi auditor
untuk menghasilkan laporan auditan yang berkualitas, salah satunya yaitu dengan
mempertimbangkan tingkat materialitas dengan tepat. Semakin tinggi komitmen organisasi
seorang auditor, maka semakin tepat pula tingkat materialitas yang dihasilkan. Selain sikap
profesionalisme dan komitmen terhadap organisasi, seorang auditor juga harus memegang teguh
pada etika profesi dalam menjalankan tugasnya sebagai auditor. Etika profesi berisi
mengenai aturan dalam menjalankan profesi, yang disebut dengan kode etik. Kode etik ini
harus ditaati agar memberikan pelayanan jasa yang memuaskan sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat. Menurut Muhammad(2013), kode etik IAPI dan Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik, Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) dan Standar Pengendalian
mutu auditing merupakan acuan yang baik untuk mutu auditing. Dengan memegang teguh pada
etika
Profesi, maka keputusan yang dihasilkan oleh auditor dalam mempertimbangkan tingkat
materialitas akan lebih independen dan objektif. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang
dilakukan oleh (Pratiwi dan Widhiyani, 2017).Seorang auditor harus memiliki pengalaman yang
banyak agar mampu dalam membuat keputusan laporan auditan. Auditor memiliki pengalaman
yang berbeda satu sama lain, sehingga akan menimbulkan tanggapan, pertimbangan tingkat
materialitas serta jenis opini yang berbedapulaterhadap informasi laporan keuangan yang diperoleh
dalam menjalankan tugasnya. Semakin banyak pengalaman seorang auditor, maka pertimbangan
tingkat materialitasnya juga semakin tepat, karena auditor tersebut telah banyak melakukan
tugasnya dan memeriksa laporan keuangan dengan berbagai kasus. Hal ini dibuktikan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Pratiwi dan Widhiyani, 2017).Sebagian besar informasi keuangan
yang disajikan oleh manajemen masih mengandung adanya kepentingan pribadi yang
menguntungkan dirinya sendiri. Oleh karena itu, diperlukan jasa seorang auditor eksternal perusahaan
untuk menilai suatu laporan keuangan. Auditor ini bertanggung jawab terhadap keandalan
laporan keuangan perusahaan, sehingga dituntut untuk bersikap independen atau tidak berpihak
kepada pihak manapun. Menurut Elder et al.(2011: 74), menyatakan bahwa independensi dalam
audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan pengujian audit evaluasi
hasil audit dan penerbitan laporan audit.

Dengan mempertahankan independensi, auditor akan terhindar dari konflik kepentingan


dalam melakukan pertimbangan yang objektif untuk menyatakan pendapatnya pada laporan hasil
audit, apakah semua informasi yang ada dalam laporan keuangan tersebut material atau tidak
(Yunitasari et al., 2014).Faktor lain yang mungkin mempengaruhi pertimbangan tingkat
materialitas adalah pengetahuan auditor. Menurut Muhammad(2013) pengetahuan ini dapat
diperoleh dari berbagai pelatihan formal maupun pengalaman khusus, seperti seminar, lokakarya
serta pengarahan dari auditor senior kepada junior. Dengan adanya pengetahuan yang luas mengenai
audit, maka seorang auditor akan dapat bekerja dengan lebih efektif dan ahli dalam mendeteksi
adanya kekeliruan dalam laporan keuangan. Semakin luas pengetahuan yang dimiliki seorang
auditor, maka semakin baik pula dalam mempertimbangkan tingkat materialitasnya.Penelitian ini
dimotivasi karena masih banyaknya kasus kecurangan yang dilakukan oleh akuntan publik dalam

4
memeriksa laporan keuangan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui
tentang pengaruh Profesionalisme, Komitmen Organisasi, Etika Profesi, Pengalaman,
Independensi dan Pengetahuan Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas yang
terjadi pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Surakarta dan Yogyakarta.Penelitian ini mengacu
pada penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan Widhiyani(2017) dengan variabel yang sama,
yaitu Profesionalisme, Komitmen Organisasi, Etika Profesi dan Pengalaman Auditor
terhadap

Pertimbangan Tingkat Materialitas. Kemudian, penulis menambahkan variabel


Independensi dari penelitian yang dilakukan oleh Yunitasari et al.(2014) dan variabel
Pengetahuan yang dilakukan oleh (Lestari dan Utama, 2013). Alasan penulis menambah variabel
Independensi, karena dengan sikap yang independen (tidak memihak) auditor dapatmelaksanakan
tugasnya tanpa tekanan atau pengaruh dari pihak manapun. Sehingga, auditor dapat
melaksanakan tugasnya sesuai dengan fakta yang ada (objektif), dan dapat menghasilkan
pertimbangan tingkat materialitas yang tepat. Sedangkan, alasan penulis menambahkan
variabel Pengetahuan, karena dengan adanya pengetahuan yang luas maka auditor akan dapat
mendeteksi adanya kekeliruan maupun kecurangan dalam suatu laporan keuangan. Oleh karena
itu, dengan pengetahuan yang luas auditor dapat memberikan pertimbangan tingkat materialitas
yang lebih tepat terhadap suatu laporan keuangan.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut tentang masalah tersebut, sehingga pada penelitian kali ini penulis mengambil judul
“PENGARUHPROFESIONALISME, KOMITMEN ORGANISASI, ETIKA PROFESI,
PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN PENGETAHUAN AUDITOR TERHADAP
PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS (Studi Emirispada Kantor Akuntan Publik di
Surakarta dan Yogyakarta)”.

Berdasarkan permasalahan tersebut, pihak PT. KAI (Persero) membutuhkan


masukan sebagai bahan evaluasi mengenai kualitas dari layanan website-nya. Oleh sebab itu,
maka dalam Tugas Akhir ini dilakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh kualitas
layanan websitedari sisi kepuasan pengguna akhir dan pengunjung situs menggunakan metode
WebQual 4.0, dengan cara memberikan kuesioner terhadap pengguna baik secara online maupun
offline.Diharapkan penelitian ini dapat memberikan bahan pertimbangan atau masukan kepada
pihak manajemen yang mengelola website dalam mengetahui pengaruh kualitas layanan
website terhadap kepuasan pengguna, sehingga dapat mempertahankan layanan jika sudah
baik dan meningkatkan kualitas layanan website jika belum baik.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti menemukan beberapa aspek yang menarik dimana
humas internal PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah operasi 1 Jakarta mengelolah dua
aspek komunikasi yang penting didalam perusahaan. Dua aspek komunikasi tersebut adalah
komunikasi organisasi dan komunikasi massa. Kajian yang berbeda satu sama lain tetapi memiliki satu
kesatuan benang merah didalamnya.„‟Komunikasi organisasi adalah “perilaku pengorganisasian”
yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi
makna atas apa yang sedang terjadi‟‟ (R. Wayne Pace dan Don F. Faules : 2001:31-33). Salah satu
tantangan besar dalam komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi ke
seluruh bagian organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian
organisasi. Untuk menjawab tantangan tersebut, PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah

5
Ahmad Sutrimo

Setelah kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 28 September 1945 Angkatan Moeda Kereta Api
(AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Hal inilah yang melandasi
ditetapkannya tanggal 28 September 1945 sebagai hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya
Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI). 2.2 Produk PT. KAI Pelayanan dan produk
angkutan yang diberikan oleh PT. KAI adalah sebagai berikut: 1. Kereta Penumpang, yang terbagi
atas: a. Kereta Argo Mulai dilucnurkan pada tahun 1994, dengan mengoperasikan Argo gede dan Argo
Bromo, serta kereta eksekutif Argo Anggrek. b. Kelas Satwa PT. KAI juga menyediakan kereta api
kelas satwa di kelas eksekutif dan bisnis, yaitu Sancaka jurusan Surabaya–Jogjakarta. c. Kelas
Ekonomi Unggulan Merupakan kereta api yang permintaannya cukup tinggi, misalnya KA Brantas
(Tanah Abang–Kediri) dan KA Kaliagung (Tegal–Semarang). d. Kelas Ekonomi Tarif yang
diberlakukan pada kereta api ni ditentukan oleh pemerintah, dan lebih rendah dari biaya operasional
yang dikeluarkan oleh PT. KAI, maka dari itu, pendapatan dari kelas eksekutif menyubsidi biaya
operasional di kereta ekonomi.

Kereta Wisata Merupakan kereta yang memiliki rute tujuan-tujuan wisata atau menggelar
aktivitas wisata di dalam kereta. Tarif KA ini disesuaikan dengan harga tiket tertinggi pada KA yang
merangkaikan kereta tersebut. 2. Kereta barang, yang terbagi atas: a. Baja Satwa Dikhususkan bagi
pengangkutan barang Jakarta–Surabaya pasar Turi. Barang yang diangkut biasanya berupa peti kemas
yang jenis komoditas angkutannya tidak terbatas pada jenis tertentu. b. Barang Cepat Melayani rute
Jakarta–Surabaya pasar Turi. Sarana yang digunakan berupa gerbong tertutup, komoditas yang
diangkut juga variatif. 2.3 Regulasi Pemerintah Kewenangan INACA dalam menetapkan tarif angkutan
udara di Indonesia mulai diambil alih oleh Departemen Perhubungan sejak bulan Oktober tahun 2001.
Pola penetapan tarif yang diberlakukan oleh INACA sebelumnya dinilai oleh Komite Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) telah melanggar UU No. 5/1995 tentang larangan praktik monopoli
kesepakatan tarif oleh operator penerbangan dianggap sebagai bentuk kartel. Maka dari itu, Dephub
mengambil alih penentuan tarif ini dengan menyerahkan pola penetapan tarif tersebut langsung kepada
para pemain.

Terdapat tiga alternatif penentuan tarif angkutan baru, ketiga alternatif tersebut adalah: (1)
pemerintah menetapkan batas atas dan batas bawah; (2) pemeritnah hanya menetapkan tarif batas atas;
dan (3) pemerintah hanya menetapkan tarif dasar. Dari 11 wakil maskapai penerbangan yang hadir
pada saat itu, sembilan di antaranya memilih pola alternatif kedua sebagai acuan bagi pemerintah untuk
menetapkan tarif angkutan udara. Sedangkan dua lainnya, Garuda dan Star Air, menginginkan
alternatif pertama sebagaimana yang selama ini diterapkan oleh INACA. Keputusan penetapan tarif
yang dihasilkan adalah bahwa pemerintah hanya mengatur batas atas saja. Keputusan ini kemudian
tertuang dalam keputusan Menhub Nomor 8 tahun 2002 tertanggal 1 Februari 2002 mengenai
mekanisme penetapan dan formulasi perhitungan tarif penumpang angkutan udara niaga berjadwal
dalam negeri kelas ekonomi, dan keputusan Menhub Nomor 9 Tahun 2002 tertanggal 1 Februari 2002
mengenai tarif penumpang angkutan udara berjadwal dalam negeri kelas ekonomi. Berdasarkan SK
Menhub Nomor 9 Tahun 2002 ini tercantum tarif batas atas untuk beberapa rute penerbangan di
Indonesia. 2.4 Kereta Api Jarak Dekat Pulau Jawa memiliki potensi yang cukup besar bagi
pengembangan KA eksekutif/bisnis untuk jarak dekat. Hal ini didorong oleh sarana pendukung yang
telah memadai di hampir semua kota besar dan sedang di pulau Jawa. Hampir di semua kota di Pulau
Jawa memiliki stasiun dan dilewati oleh jaringan rel KA yang menghubungkan seluruh pulau Jawa

6
PT. Kereta Api Indonesia(Persero) Daerah operasi 1 Jakarta dengan daerah atau divisi
lainnya tentunya memiliki tingkat kesulitan tersendiri dalam menginformasikan kebijakan
perusahaan, terutama menyatukan informasi dari daerah operasi satu ke daerah operasi
lainnya.Tentu saja peranan media sangat diperlukan di samping penggunaan media
kontemporer (penggunan internet atau online) yang hadir di era globalisasi saaat ini yang
membuat media konvensioanal atau media tradisional akan kurang diminati. Namun perusahaan
yang terkenal dengan inovasinya PT. Kereta Api Indonesia (persero) masih mengandalkan media
konvensional dalam hal ini Tabloid Kontak yang hadir hampir 50 tahun sebagai identitas
perusahaan dan meneruskan inovasi melalui pengelolaan media internal. Berdasarkan wawancara
dengan Senior Manager Humas PT Kereta Api Indonesia (persero) Daop 1 Jakarta,
Bambang S. Prayitno mengemukakan bahwa sebagai wadah informasi yang dibutuhkan
pegawai yang tersebar di berbagai daerah maka untuk memuat segala informasi menjadi satu
kesatuan PT. Kereta Api Indonesia (persero) hanya berfokus pada pembuatan media internal yaitu
tabloid Kontak yang diharapkan dapat menumbuhkan motivasi kerja dan menambah pengetahuan
seputar lingkup Pengaruh Penggunaan..., Bachti, FIKOM 2015

Kerja para pegawai serta berfungsi sebagai media informasi perusahaan serta sarana bagi
pihak manajemen dalam menyampaikan informasi seputar kegiatan maupun kebijakan yang
nantinya dibutuhkan karyawan dalam menunjang aktivitas pekerjaannya. (Hasil wawancara,
pertanggal 27 Mei 2015 pukul 11.00 wib). Tabloid Kontak merupakan akronim dari „‟komunikasi
antar karyawan‟‟ sebagai salah satu media kegiatan komunikasi. Oleh karena itu PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) memanfaatkan media internal berupa tabloid yang berupaya sebagai
jembatan komunikasi antara pihak manajemen dengan karyawan peran penting untuk
menciptakan komunikasi dua arah (timbal balik) antara publik internal dengan perusahaan.Karyawan
PT. Kereta Api Indonesia(Persero) yang tersebar luas di Daerah operasi 1 jakarta tentunya
membutuhkan informasi-informasi mengenai perusahaannya, informasi yang dapat dipercaya
kebenarannya akan membutuhkan informasi yang sama tentang perusahaan satu sama lainnya.
Sedangkan mereka yang bertugas secara teknik di lapangan dan non-teknik di kantor (jajaran
manajemen dan administrasi) adalah sama kedudukannya dalam mendapatkan informasi
perusahaan tersebut. Para karyawan yang tersebar kedalam pembagian ini mempunyai
persamaan kepentingan dalam mencari, mengetahui dan menularkan informasi yang tersedia
mengenai perusahaan untuk dimanifestasikan kedalam realisasi kerja sesuai bidang yang ditekuni
masing-masing.

7
Ahmad Sutrimo

SIMPULAN
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan menjelaskan tentang hasil dari
penelitian yang telah dilakukan. Sedangkan saran merupakan penjelasan tentang masukan-
masukan terhadap sistem agar dapat dikembangkan lagi menjadi lebih baik.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang terkait sebagai
berikut:1.Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) agar lebih baik lagi dalam memberikan pelayanan
jasa kepada klien, sesuai dengan Standar Profesional yang berlaku. Sehingga, dapat
meningkatkan kepercayaan klien maupun publik terhadap Kantor Akuntan Publik (KAP).2.Bagi
AuditorPenelitian ini diharapkan dapat membantu auditor dalam membuat pertimbangan
tingkat materialitas dengan tepat, serta meningkatkan tanggungjawab profesi akuntan publik
di dunia bisnis.
Bagian ini berisi mengenai rangkuman dan kesimpulan secara umum tentang hasil
analisis yang sudah dibahas pada Bab empat. Penulis juga memberikan saran sebagai hasil
dari penelitian yang telah dilakukan dengan harapan akan berguna baik secara praktis maupun
teoritis serta teoritis.

8
DAFTAR PUSTAKA

Jogiyanto, (2008). Latar belakang PT. Kereta Api Indonesia (Persero)


http://repository.dinamika.ac.id/id/eprint/1927/3/BAB_I.pdf
Yunitasari, et. Al. (2014). Proses laporan keuangan tidak terlepas dari salah saji material maupun tidak
material, baik adanya kecurangan (fraud) maupun kekeliruan (human error)
http://eprints.ums.ac.id/59464/5/BAB%20I.pdf
Myers, M. T., & Myers, G. E. (2008). Manajemen Of communication
http://repository.ubharajaya.ac.id/140/2/BAB%20I.pdf

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai