Anda di halaman 1dari 10

IMPLIKASI PENGGUNAAN E-TICKETING TERHADAP PT KAI (PERSERO)

Adam Wira S., Bayu Atletiko Y. P., Fajri Asnifah


Diploma III Pengurusan Piutang dan Lelang Negara, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Jl. Bintaro Utama Sektor V, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15222
NPM 133050000927, 133050000922, 133050000942

ABSTRAK
PT KAI adalah salah satu perusahaan milik pemerintah berbentuk perseroan yang
seluruh modalnya dimiliki oleh negara atau yang biasa disebut dengan BUMN. PT
KAI bergerak dalam bidang jasa angkutan darat perkeretaapian. Selain
menyediakan jasa transportasi, sebagai salah satu BUMN, PT KAI juga mengemban
tugas dari pemerintah untuk memberikan pelayanan dan menyediakan sarana
prasarana yang berkualitas namun tetap terjangkau oleh masyarakat. PT KAI pun
terus menciptakan inovasi untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat. Seperti
dengan menggunakan sistem informasi dan teknologi bagi suatu perusahaan pada
dasarnya membawa dampak yang bervariasi, dapat meningkatkan kinerja
perusahaan untuk melayani masyarakat tetapi tidak jarang menjadi boomerang bagi
peresahaan tersebut. Semuanya kembali pada kondisi dan kesiapan perusahaan.
Inovasi yang paling diandalkan saat ini adalah e-ticketing. Untuk mengetahui
seberapa jauh manfaat e-ticketing bagi PT KAI, penulis akan mengulas lebih jauh
lagi melalui paper ini.
Kata kunci: PT KAI, manfaat e-ticketing bagi perusahaan, e-ticketing.

1. PENDAHULUAN
Pengertian BUMN menurut UU No. 19 tahun 2003, BUMN adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Sedangkan
pengertian perusahaan perseroan adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas
yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh
satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya
mengejar keuntungan. PT KAI adalah salah satu BUMN berbentuk perseroan
terbatas yang bergerak di bidang transportasi darat, khususnya dalam jasa
perkeretaapian. Perusahaan ini sempat beberapa kali berganti nama hingga pada
awal tahun 1998 resmi menjadi PT KAI. Sejak awal berdiri sebagai persero pada
tanggal 1 Juni 1999, seluruh saham pada PT KAI masih dimiliki oleh pemerintah.
Visi dari perusahaan adalah menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang
berfokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan para pemangku
kepentingan. Demi mewujudkan visi tersebut, PT KAI memiliki misi
menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya melalui
praktek bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah yang
tinggi bagi pemangku kepentingan dan kelestarian lingkungan
berdasarkan empat pilar utama keselamatan, ketepatan waktu, pelayanan dan
kenyaman. Sebagai perusahaan milik negara, visi dan misi perusahaan dalam
mencapai tujuan mereka tentu tidak lepas dari tujuan pendirian BUMN itu sendiri.
Tujuan pendirian BUMN diantaranya:
1. Memberikan sumbangan perkembangan perekonomian pada umumnya dan
sebagai sumber penerimaan Negara pada khususnya.
2. Menyelenggarakan pelayanan umum berupa barang atau jasa yang bermutu
bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak
3. Mengadakan pemupukan keuangan pendapatan
4. Memberi bimbingan kepada sektor swasta atau golongan ekonomi lemah
5. Menjadi perintis kegiatan usaha yang tidak diminati oleh pasar.
Dan tujuan dari PT KAI yang sejlan dengan pendirian BUMN meliputi:
1. Melaksanakan serta mendukung program pemerintah dalam bidang ekonomi
dan pembangunan nasional
2. Menyediakan Barang & Jasa bermutu tinggi dan berdaya saing kuat agar dapat
melakukan ekspansi luas dalam pasar domestic maupun internasional di bidang
perkeretaapian
3. Menunjang sarana dan prasarana kereta api secara efektif untuk kemanfaatan
umum.
Berbagai upaya dilakukan oleh PT KAI untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Salah satunya adalah dengan mengunakan sistem informasi dan
teknologi yang sedang berkembang saat ini. Melalui sistem informasi dan teknologi
tersebut, PT KAI menciptakan berbagai inovasi untuk meningkatkan pelayanan

kepada para pelanggan dan tentu untuk mengembangkan bisnis perusahaan.


Dengan adanya sistem informasi dan teknologi yang digunakan oleh PT KAI, tentu
berbagai harapan positif berada dalam benak direksi perusahaan tersebut.

1. 1 Perumusan Masalah
Melalui lembar kerja ini, penulis berusaha untuk menjawab beberapa masalah
tentang dampak sistem informasi dan teknologi terhadap perusahaan. Apakah
penggunaan sistem informasi dan teknologi akan sesuai dengan harapan atau
malah sebaliknya. Melalui lembar kerja ini, tim penulis akan mencoba menguraikan
proses pengolahan data e-ticketing pada angkutan orang PT KAI. Selain itu, penulis
akan menganalisis dampak sistem e-ticketing pada kinerja perusahaan.
1. 2 Ruang Lingkup
Dalam melakukan analisis masalah, tim penulis menggunakan data pembanding
dari dua sampai tiga tahun silam. Dan objek yang dianalisis adalah e-ticketing pada
transportasi angkutan orang, tidak termasuk pada angkutan barang.
1.3 Tujuan Penelitian
Melalui penulisan lembar kerja ini, tim penulis memiliki tujuan yang akan dicapai,
yaitu:
1. Mengetahui bagaimana sistem kerja e-ticketing pada angkutan orang PT KAI.
2. Mengetahui pengelolahan data menjadi informasi e-ticketing.
3. Mengetahui implikasi pengunaan sistem informasi dan teknologi terhadap kinerja
perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat dari lembar kerja ini adalah:
1. Menambah pengetahuan bagi para pembaca tentang dampak sistem informasi
dan teknologi terhadap perusahaan.
2. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan suatu sistem
informasi dan teknologi.
3. Menjadi sumber rujukan informasi terkait dampak penggunaan sistem informasi
dan teknologi terhadap perusahaan.
2. PEMBAHASAN
Pada bab dua ini, tim penulis akan mengulas mengenai landasan teori sistem
informasi dan analisis dampak e-ticketing pada perusahaan tersebut.
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Sistem Informasi
Menurut James OBrien (2008) sistem adalah sekelompok komponen yang saling
berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima

input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur.. Sementara
itu, informasi adalah data yang telah dikonversi ke dalam konteks yang bermakna
dan berguna bagi pengguna akhir tertentu.
Sedangkan untuk menentukan kualitas suatu informasi, Mc Leod (2001:145)
menyebutkan bahwa, Suatu informasi yang berkualitas harus memiliki ciri,
relevansi, akurasi, ketepatan waktu, kelengkapan.
1. Relevansi: informasi yang diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkan. Suatu
informasi harus sesuai dengan kebutuhan organisasi. Informasi seperti apa yang
dibutuhkan pada setiap tingkat oragnisasi tersebut. Dalam hal ini, data yang diminta
PT KAI kepada pelanggan melalui sistem informasi yang mereka gunakan harus
sesuai dengan tujuan dan kebutuhan organisasi.
2. Akurasi: informasi harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya terjadi. Tidak
ada penambahan dan pengurangan atas peristiwa atau keadaan yang disalurkan
melalui sistem informasi dari suatu organisasi. Ketepatan data pelanggan menjadi
hal yang penting bagi PT KAI dalam menyelenggarakan proses pelayanan mereka.
3. Ketepatan waktu: informasi harus tersedia pada saat dibutuhkan untuk
memecahkan masalah sebelum masalah kritis menjadi tidak terkendali atau
kesempatan menghilang. Informasi yang datang pada penerima tidak boleh
terlambat karena informasi yang sudah daluarsa tidak akan mempunyai nilai lagi.
Informasi yang diperoleh melalui sistem informasi dari para pelanggan harus sampai
kepada pihak PT KAI tepat pada waktunya agar tidak menganggu proses pelayanan
mereka.
4. Kelengkapan: informasi harus mampu menyajikan gambaran lengkap dari suatu
permasalahan yang dihadapi oleh pengguna informasi tersebut. Sehingga pengguna
dapat menggunakan informasi yang ada untuk memecahkan masalah yang sedang
terjadi. Kelengkapan data yang dimasukkan oleh pelanggan pada sistem informasi
PT KAI dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan penambahan pelayanan
kepada pelanggan.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi merupakan kombinasi teratur dari
orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang
mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.

Dan suatu informasi dapat dikatakan berkualitas jika memiliki empat criteria, yaitu
relevan, akurat, tepat waktu dan lengkap.

2.1.2 Manajemen, Sistem Informasi, dan Tujuannya


Menurut T. Hani Handoko (1997) Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha - usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
Dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh suatu organisasi, setiap anggota
organisasi tersebut harus mempunyai kontribusi tertentu yang diberikan kepada
organisasi seduai dengan kemampuan masing-masing individu. Bernadin (2001)
menyampaikan ada 6 kriteria dasar atau dimensi untuk mengukur kinerja setiap
anggota organisasi dalam mencapai tujuan, yaitu :
a. Quality (Kualitas): terkait dengan prestasi kerja dan proses/hasil mendekati
sempurna/ideal dalam memenuhi tujuan organisasi.
b. Quantity (Kuantitas): satuan jumlah atau kuantitas pekerjaan yang dihasilkan,
terkait dengan beban kerja.
c. Timeliness (Waktu): waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan aktivitas dan
ketepatan waktu/kedisiplinan dalam bertugas.
d.

Cost-Effectiveness

(Biaya):

(orang,uang,material,teknologi

sistem

penggunaan
informasi)

sumber-sumber
dalam

organisasi

mendapatkan

atau

memperoleh hasil atau pengurangan pemborosan dalam penggunaan sumbersumber organisasi. Dalam hal ini tim penulis akan lebih memfokuskan pada sistem
informasi dan teknologi yang digunakan oleh suatu organisasi.
e. Need for supervision (Kemampuan tanpa pengawasan): kemampuan individu
dapat menyelesaikan pekerjaan atau fungsi-fungsi pekerjaan tanpa asistensi
pimpinan atau intervensi pengawasan pimpinan.
f. Interpersonal impact (Perilaku individu): kompetensi dan kemampuan individu
dalam meningkatkan perasaan harga diri, keinginan baik, motivasi dan kerjasama
antara rekan kerja

Akhirnya, setelah dibahas pengertian masing-masing unsur pembentuk istilah yaitu


sistem, informasi dan manajemen dapat disimpulkan bahwa tujuan dibentuknya
Sistem Informasi Manajemen adalah supaya organisasi memiliki suatu sistem yang
dapat diandalkan dalam mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat dalam
pembuatan keputusan.
2.2 Analisis e-ticketing
Metode analisis yang digunakan adalah observasi pada e-ticketing baik pada server
resmi PT KAI, pada channel yang ditunjuk maupun wawancara kepada pegawai PT
KAI. Hasil dari observasi kemudian diakumulasi dan diuji sesuai dengan teori
Bernadin, apakah dengan adanya e-ticketing dapat meningkatan kinerja PT KAI
sesuai dengan kriteria pada teori tersebut.
2.2.1 Sekilas Tentang e-ticketing
E-ticketing adalah sistem informasi yang idenya pertama kali muncul pada tahun
2012, sesuai dengan Annual Report (Laporan Tahunan) PT KAI tahun tersebut yang
bertajuk Preparation to Growth. Tahun berikutnya, sistem ini mulai diterapkan dan
tercetuslah slogan Transformation to Service Excellence pada sampul laporan
tahunan PT KAI tahun 2013, yang bermakna peningkatan pelayanan pada berbagai
sektor, yang salah satu wujudnya adalah penerapan sistem e-ticketing.
Dua cara yang dapat dilakukan calon penumpang kereta api untuk menggunakan
layanan e-ticketing adalah melalui sistem yang dihosting sebagai subdomain dari
website resmi PT KAI yakni http://tiket.kereta-api.co.id dan juga layanan e-ticketing
yang tersedia pada channel mitra PT KAI baik itu website online, mini market,
maupun aplikasi smartphone.

Gambar 1: Tampilan e-ticketing pada situs resmi PT KAI

Gambar 2: e-ticketing pada channel mitra (berupa aplikasi smartphone)

2.2.2 Tolak Ukur Pertama: Sebagai sarana pengubah data menjadi informasi
Sistem e-ticketing berperan penting dalam mengubah data menjadi informasi, baik
informasi bagi perusahaan maupun calon penumpang. Secara singkat, siklus aliran
data pada sistem berawal dari input data oleh pembeli, kemudian data tersebut
terkirim ke server dan masuk ke dalam database. Selain memproses masuknya data
ke database, server juga memberi informasi bukti pembayaran kepada penumpang
guna ditukarkan menjadi tiket di stasiun, dan tiket tersebut disertai dengan kartu
identitas asli dapat digunakan sebagai sarana verifikasi penumpang pada jam
pemberangkatan kereta.

Sesuai
dengan
pembeda
antara
informasi dengan data yang terletak pada
kemanfaatannya (informasi haruslah
berguna bagi pemiliknya), maka dapat
disimpulkan informasi yang dihasilkan
dari sistem e-ticketing PT KAI setidaknya
adalah:
-

Bagi Perusahaaan
o Informasi identitas, jumlah, pertumbuhan, dan sebaran penumpang;
o Informasi keuangan berupa pemasukan yang lebih lanjut diolah dalam
laporan keuangan.
Bagi Penumpang

o Bukti pembayaran tiket kereta


api;
o Informasi jadwal, batas checkin, nomor gerbong dan kursi.
2.2.2 Tolak Ukur Kedua: Informasi yang
dihasilkan harus berguna dalam pengambilan keputusan
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, informasi yang didapat dapat menjadi
dasar bagi pengambilan keputusan. Mengingat bahasan pada paper ini adalah
manfaat sistem informasi bagi sebuah entitas usaha, maka hanya data keputusan
perusahaan yang ditampilkan. Rincian beberapa keputusan yang dimaksud antara
lain:
Keputusan keputusan tersebut tercermin dalam lapora keuangan tahun 2013
berupa peningkatan lokomotif siap operasi sebanyak 42% menjadi 469 unit dari 328
unit pada tahun 2012, sementara gerbong siap operasi naik 10% menjadi 5758 dari
5253 pada tahun 2012. Rute baru yang ditambahkan misalnya rute Jakarta
Bandung (Argo Parahyangan) dan Yogyakarta Malang (Malioboro Ekspress).
Kereta tambahan juga dioperasikan pada bulan Juli Agustus (lebaran) dan
Desember Januari (natal & tahun baru) guna mengimbangi lonjakan penumpang
pada periode tersebut.
Pendapatan pada 2013 meningkat naik 23% menjadi Rp 8,6 triliun dari Rp 6,9 triliun
tahun 2012, sementara laba komprehensif meningkat 31% menjadi Rp 560 miliar
dari tahun lalu sebelumnya Rp 425 miliar. Pada 2013 Perseroan telah membayar
dividen kepada pemegang saham melalui Menteri Keuangan sebesar Rp67 miliar,
dan Pada 2013 Perseroan menganggarkan investasi sebesar Rp 7,266 triliun.
Investasi tersebut digunakan untuk membeli sarana dan membangun prasarana
bisniseksisting sebesar Rp 2,884 triliun. Selebihnya, Rp 4,832 triliun, diinvestasikan
untuk pengembangan bisnis seperti angkutan batubara di Sumatera Selatan dan
angkutan bandara Soekarno-Hatta di Jakarta.

Kata temenku
Kalo untuk kualitas informasi yang dihasilkan oleh e-ticketing ini bagus, untuk nomor
1 dan 2 dia kasih nilai 10, soalnya kan kalo e-ticketing itu real time dan udah ada
form2nya gitu kan, pelanggan tinggal ngisi aja, jadi untuk relevansi terjamin. Kalo
untuk akurasi, dia ngasih 8, soalnya terkadang masih ditemukan pelanggan yang
beli tiket tapi nggak pake identitas aslinya dan banyak juga yang masih suka salah
input data keberangkatan dan tujuan mereka. Terus untuk kelengkapa, 10 udah
cukup lengkap data yg diberikan pelanggan, kalo kebanyakan nanti malah bikin ribet
pelanggan.
Untuk yg kinerjanya, kualitas e-ticketing 10, karena emang udah sesuai untuk
mempermudah pelanggan dlama mendapatkan tiket. Kuantitasnya, dia kurang tau,
hehe. Terus waktu, 5 soanya walaupun pelanggan bisa pesen lewat e-ticketing, tapi
sama aja kalo ujung-ujungnya tetep harus dicetak dulu tiketnya dan nggak semua
stasiun juga punya mesin cetak mandiri, apalagi kalo di daerah-daerah, jadi yasama
aja harus ngantri gitu. Biaya 8, dia kurang tau juga se biaya untuk pengadaan eticketing itu berapa, tapi sejauh ini udah banyak banget yang pake e-ticketing yang
berarti orang-orang suka pake itu dan manfaatnya dapet. Keperluan untu diawasi 10,
karena udah gak usah diawasi lagi, udah otomatis. Nah untuk yang no. 6 ini, nilainya
7, karena walaupun e-ticketing sudah ckup mengurangi beban kerja mereka, tapi
disisilain orang yang retur tiket juga banyak karena salah ketik dan saking
gampangnya pesen tiket, hehe. Jadi ya, pekerjaan mereka nambah lagi untuk
proses retur/pembatalan tiket itu

Benardin (2001) 6 Kriteria Dasar

Kriteria Dasar
Quality

Skal
a
10

Quantity

Timeliness
CostEffectiveness
Need For
Supervision

Interpersenal
Impact

8
10
6

Keterangan
Sesuai untuk pelanggan dalam mendapatkan tiket
Beban kerja pemesanan tiket tidak sepenuhnya
ditanggung e-ticketing karena masih ada penjualan
on the spot
Walaupun pemesanan lewat e-ticketing, tiket tetap
harus dicetak
Manfaat yang didapatkan lebih besar dari biaya
pengadaan dan perawatan e-ticketing
E-tiketing sudah tidak perlu diawasi, sistem
automatis dan online
Retur tiket banyak terjadi akibat kesalahan
pengetikan, itu mengakibatkan pekerjaan tambahan
bagi pegawai

6 Kriteria Dasar (Benardin)


10
8
6
4
2
0

Anda mungkin juga menyukai