Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Sistem Respirasi

Sistem respirasi atau sistem pernapasan manusia terdiri dari beberapa

komponen, antara lain tulang dada, otot-otot bantu pernapasan, dan saluran

udara bagian atas dan bawah.

1. Tulang-tulang Dada

a. Toraks

Toraks merupakan serangkaian tulang dada yang

melindungi organ utama dari sistem respirasi. Toraks menyediakan

tempat bagi otot-otot pernapasan melekat. Sangkar toraks

berbentuk kerucut pada aspek superior dan inferior dan seperti

berbentuk ginjal pada aspek transversalnya. Batas kerangka toraks

yaitu 12 vertebra toraks di bagian punggung, tulang rusuk di lateral

kanan dan kiri, serta tulang dada di bagian perut (Hillegass, 2017).

Gambar 2. 1 Toraks Tampak Depan


Sumber : (Hillegass, 2017)

8
10

Gambar 2. 2 Toraks Tampak Belakang


Sumber : (Hillegass, 2017)

b. Sternum

Sternum atau yang disebut juga sebagai tulang dada adalah

tulang yang berbentuk pipih dan terdiri dari 3 bagian utama, yaitu

manubrium, korpus sterni, dan prosesus xipoideus (Gambar 2.1).

Sternum terletak superior dan ditengah tulang dada bagian

anterior. Manubrium merupakan bagian dari sternum yang paling

tebal. Bagian ini berartikulasi bersama dengan tulang clavicula dan

tulang rusuk 1 dan 2. Dibawah manubrium terdapat badan utama

dari sternum yang disebut korpus sterni. Bagian ini berartikulasi

secara lateral bersama dengan tulang rusuk 3 hingga 7. Manubrium

dan badan sternum membentuk suatu sudut anterior yang disebut

sebagai sudut sternum atau “angle of Louis”. Bagian paling bawah

dari sternum adalah prosesus xipoideus, tulang rawan yang

mengeras (Hillegass, 2017).


11

c. Rusuk

Tulang rusuk merupakan tulang yang bentuknya pipih dan

melengkung. Tulang rusuk manusia terdiri dari 12 pasang tulang.

Tujuh tulang pertama melekat pada tulang rawan kosta ke tulang

dada dan disebut sebagai tulang rusuk sejati, tiga tulang rusuk ke

bawah disebut sebagai tulang rusuk tidak sejati, dan dua tulang

rusuk terakhir disebut sebagai tulang rusuk melayang (Hillegass,

2017).

Setiap tulang rusuk biasanya memiliki ujung tulang yang

dipisahkan dari ujung sternum oleh tubuh atau batang tulng rusuk.

Kepala tulang rusuk merupakan bagian yang langsung melekat

dengan ujung tulang vertebra, sedangkan bagian ujung bersentuhan

langsung dengan tulang rawan kosta dari sternum. Pada Gambar

2.2 terlihat komponen tulang rusuk 3 hingga 9 dengan karakter

umum masing-masing, seperti kepala, leher, badan, dan

tuberkulum (Hillegass, 2017).

Gambar 2. 3 Bagian-bagian Tulung Rusuk Tengah


Sumber : (Hillegass, 2017)
12

2. Otot-otot Bantu Pernapasan

a. Otot Diafragma

Gambar 2. 4 Otot Diafragma


Sumber : (Hillegass, 2017)

Otot diafragma adalah otot utama yang digunakan dalam

proses inspirasi. Otot ini merupakan kubah muskulotendinous yang

membentuk dasar thorax dan memisahkan rongga dada dan perut

(Gambar 2.4). Giafragma dibagi menjadi hemidiafragma yakni

bagian kanan dan kiri. Hemidiafragma kanan dilindungi oleh hati

dan lebih kuat dari sebelah kiri. Hemidiafragma kiri sering

mengalami ruptur dan hernia dikarenakan kelemahan pada titik-

titik fusi embriologis. Setiap hemidiafragma terdiri dari tiga

komponen, termasuk sternum, kosta, dan lumbal yang bertemu

dengan tendon sentral. Tendon ini merupakan lapisan tendon yang


13

tipis, namun kuat. Letaknya dibawah perikardium dan berada di

anterior (Hillegass, 2017).

Otot diafragma dan interkosta internal merupakan otot yang

penting untuk mencapai proses aktif inspirasi saat istirahat. Untuk

menghasilkan inspirasi yang lebih kuat selama latihan atau saat

terjadinya gangguan respirasi, terdapat otot aksesori yang

membantu rposes inspirasi ini. Otot-otot yang dimaksud adalah

otot sternokleidomastoid, skaleni, serratus anterior, pektoralis

mayor dan minor, trapezius, dan otot erector spinae (Hillegass,

2017).

Gambar 2. 5 Otot-otot Bantu Proses Inspirasi Bila Terjadi


Gangguan Respirasi
Sumber : (Hillegass, 2017)

b. Otot Interkostal Eksternal

Otot interkostal eksternal berada pada batas bawah tulang

rusuk dan menempel pada batas atas tulang rusuk di bawahnya


14

(lihat Gambar 2.6). Terdapat sebelas otot interkostal eksternal di

setiap sisi sternum. Kontraksi yang ditimbulkan oleh otot-otot ini

akan menarik tulang rusuk bagian bawah ke atas dan keluar

menuju tulang rusuk atas, sehingga tulang rusuk terangkat dan

dada melebar (Hillegass, 2017).

Gambar 2. 6 Otot-otot Interkostal Eksternal dan Interkostal Internal


Sumber : (Hillegass, 2017)

c. Otot Interkostal Internal

Otot interkostal internal berasal dari permukaan bagian

dalam dari rusuk dan tulang rawan kosta pada batas atas dari rusuk

yang saling berdekatan (lihat Gambar 2.6). Terdapat sebelas otot

interkostal internal di setiap sisi sternum. Aspek posterior pada otot

interkostal internal disebut sebagai bagian interosseus. Bagian ini

menekan tulang rusuk untuk membantu ekspirasi yang kuat.

Bagian intercartilaginous dari interkostal internal mengangkat

tulang rusuk dan membantu inspirasi (Hillegass, 2017).


15

d. Otot Perut

Otot perut yang bekerja dalam proses respirasi ini termasuk

rektus abdominis, transversus abdominis, dan obliques internal dan

eksternal. Otot-otot ini bekerja untuk meningkatkan tekanan intra

abdomen ketika penghembusan udara secara tiba-tiba, seperti

terengah-engah dan batuk. Tekanan yang dihasilkan di dalam

rongga perut disalurkan ke sangkar thorax untuk membantu

pengosongan paru-paru (Hillegass, 2017).

3. Saluran Udara

Sistem respirasi atau sistem pernapasan termasuk hidung, rongga

hidung dan sinus, faring, laring (kotak suara), trakea (tenggorokan),

dan saluran-saluran yang lebih kecil yang mengarah ke pertukaran gas

dipermukaan paru-paru. Sistem pernapasan terbagi atas tiga wilayah

utama berdasarkan fungsinya. Sebagian besar sistem pernapasan

terdiri dari struktur saluran atas dengan fungsi beragam yang

mengarah ke saluran bawah dari saluran udara bercabang yang

dirancang untuk mengalirkan udara ke alveoli. Alveoli merupakan

tempat perukaran gas yakni udara dan darah, letaknya di permukaan

paru-paru (Whittemore, 2014).


16

Gambar 2. 7 Sistem Pernapasan Manusia


Sumber : (Fernandez, 2018)

a. Paru-paru

Paru-paru merupakan organ tubuh dalam yang elastik,

letaknya didalam rongga thoraks atau dada, berbentuk kerucut, dan

merupakan organ yang sering terkena kelainan patologik (Kirana,

2009). Paru-paru terbagi menjadi dua bagian, kanan dan kiri yang

dipisahkan oleh mediastinum. Paru-paru kanan terdiri dari tiga

lobus mayor, sedangkan paru kiri hanya memiliki dua lobus untuk

memberi ruang bagi jantung. Berat paru sebelah kanan sekitar 625

gram dan berat paru kiri sekitar 575 gram (Madhuri, 2008).
17

Gambar 2. 8 Topografi Paru-paru yang didemonstrasikan oleh


Lobus dan Segmen
Sumber : (Hillegass, 2017)

b. Pleura

Pleura merupakan sebuah lapisah tiis yang membungkus

paru-paru. Rongga pleura kanan dan kiri dipisahkan oleh sebuah

sekat tebal yang dinamakan mediastinum (Madhuri, 2008). Ciri

khas pleura mengandung banyak kapiler dan pembuluh limfe. Di

dalam rongga pleura terdapat cairan yang membantu mengurangi

gesekan jaringan selama gerakan pernapasan. Cairan tersebut juga

berfungsi untuk menjaga membran visceral dan parietal yang

saling menempel (Whittemore, 2014).


18

Gambar 2. 9 Pleura dan Paru-paru


Sumber : (Hillegass, 2017)

c. Hidung dan Sinus

Gambar 2. 10 Saluran Pernapasan Bagian Atas


Sumber : (Whittemore, 2014)

Ketika seseorang bernafas melalui hidung, udara yang

berasal dari dua lubang hidung akan memasuki rongga hidung.

Lubang hidung mengandung banyak rambut yang menyaring

partikel-partikel besar yang terhirup. Rongga hidung dilapisi

dengan selaput lendir yang dapat menjebak partikel yang lebih

kecil masuk bersama udara. Sel epitel yang melapisi rongga hidung

memiliki proyeksi seperti rambut kecil yang disebut silia yang

menggerakkan lendir untuk menggerakkan partikel ke arah faring


19

atau tenggorokan. Rongga hidung dikelilingi oleh sinus yang dapat

membantu menghangatkan dan melembabkan udara yang dihirup,

serta bertindak sebagai ruang resonansi untuk berbicara. Melalui

saluran hidung dan mulut seseorang dapat bernapas (Whittemore,

2014).

d. Faring dan Laring

Setelah udara dihirup melewati mulut dan saluran hidung,

udara kemudian diarahkan ke faring, atau tenggorokan yang

terhubung ke laring dan mengarah ke trakea atau tenggorokan

(untuk aliran udara) atau ke esofagus (untuk makanan dan air).

Faring merupakan percabangan dari dua saluran, yaitu saluran

pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran

pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Fungsi utama faring

yaitu menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga

sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan. Selain itu, faring

juga menyediakan ruang dengung (resonansi) untuk suara

percakapan (Fernandez, 2018).

Pada bagian belakang faring terdapat laring (tekak), yaitu

tempat terletaknya pita suara. Laring adalah suatu saluran yang

dikelilingi oleh tulang rawan, letaknya diantara orofaring dan

trakea, didepan lariofaring (Fernandez, 2018). Fungsi utama laring

adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar

masuknya udara. Laring juga dapat mencegah benda asing

memasuki trakea dan saluran pernapasan bagian bawah. Laring


20

berisikan pita suara dan dua lipatan otot yang bergetar saat udara

melewatinya, sehingga dapat menghasilkan suara (Whittemore,

2014).

e. Trakea

Gambar 2. 11 Saluran Pernapasan Bagian Bawah


Sumber : (Whittemore, 2014)

Trakea merupakan saluran utama ke paru-paru yang

letaknya di depan kerongkongan. Bentuk trakea berupa pipa yang

panjangnya ± 10 cm dan dindingnya tipis. Pada bagian atas dada,

trakea membelah menjadi bronkus kanan dan kiri yang masing-

masing memasok udara ke paru-paru kanan dan kiri. Bukaan ke

trakea ditutupi oleh flap kecil jaringan yang namakan epiglotis.

Fungsi dari epiglotis adalah untuk mencegah makanan dan cairan

yang akan memasuki trakea. Pada trakea terdapat cincin atau

lingkaran tulang rawan yang berfungsi menjaga jalan napas agar

tetap terbuka. Udara yang melewati trakea selanjutnya akan

memasuki bronkus (Whittemore, 2014).


21

f. Bronkus dan Percabangannya

Bronkus memiliki tabung percabangan primer, percabangan

sekunder dan tersiser (Gambar 2.4). Bronkus primer memiliki

struktur yang mirip dengan trakea kecuali tulang rawan yang

berbentuk cincin. Bronkus primer terbagi menjadi dua, yakni kanan

dan kiri (singular bronchus), masing-masing memasok udara ke

paru-paru kiri dan kanan. Bronkus primer kiri terbagi atas dua

bronkus sekunder, sedangkan bronkus primer kanan terbagi atas

tiga bronkus sekunder (Whittemore, 2014).

Perbedaan jumlah cabang bronkus sekunder ini dikaitkan

dengan jumlah lobus yang dimiliki setiap paru. Percabangan

terakhir dari bronkus disebut dengan bronkiolus. Bronkiolus

memiliki diameter paling kecil, tersusun dari plat tulang rawan dan

hampir tidak terlihat (Whittemore, 2014).


22

Gambar 2. 12 Struktur Saluran Napas Termasuk Bronkus


dan Percabangannya
Sumber : (Hillegass, 2017)

g. Alveolus

Rangkaian terakhir dari bronkiolus adalah bronkiolus

pernapasan. Cabang ini akan menjadi saluran alveolar, yang

berakhir pada kantong udara mikroskopis yang disebut alveoli

(alveolus bentuk tunggal). Alveoli adalah tempat pertukaran gas

O2 dan CO2, antara udara dan darah. Setiap kantung alveolar

memiliki lapisan luar yang berisikan udara dan tertupi oleh kapiler

paru, pembuluh kecil yang terdiri dari sel endotel dan membran

basal. Pembuluh kecil ini akan mengambil O2 dan mengeluarkan

CO2. Dinding alveoli dan kapiler serta membran basal yang


23

menyatu bersama-sama membentuk membran pernapasan

(Whittemore, 2014).

Gambar 2. 13 Struktur Alveolus


Sumber: (Whittemore, 2014)

B. Fisiologi Sistem Respirasi

Definisi respirasi atau pernapasan adalah suatu proses mulai dari

pengambilan oksigen (O2), pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan

energi di dalam tubuh. Saat manusia bernapas, oksigen dari udara bebas

akan terhirup dan karbon dioksida akan dibuang ke lingkungan bebas

(Majumder, 2015). Poses respirasi adalah proses pengambilan oksigen

yang diperlukan untuk metabolisme dan pengeluaran karbon dioksida dan

air sebagai hasil metabolisme (Saminan, 2016). Proses pernapasan

berlangsung agar tubuh mendapatkan energi.

Peran sistem respirasi adalah mengadakan pertukaran udara dari

luar ke dalam paru. Udara masuk dan menetap dalam sistem pernapasan
24

dan masuk dalam pernapasan. Sistem pernapasan memiliki beberapa

fungsi, antara lainnya adalah transport udara dari dan ke permukaan paru,

menyediakan area yang memadai sebagai tempat pertukaran gas antara

darah dan udara, memberi perlindungan pada permukaan pernafasan dari

berbagai variasi lingkungan, mempertahankan sistem pernapasan dari

invasi oleh pathogen mikroorganisme, memproduksi suara, dan membantu

kontrol pH cairan tubuh, membantu dalam tekanan darah dan regulasi

volume (Majumder, 2015). Terdapat tiga tahapan proses respirasi, yaitu

sebagai berikut:

1. Ventilasi

Proses ventilasi adalah masuk dan keluarnya udara ke dalam paru,

serta proses keluar bagi karbondioksida dari alveoli menuju udara

bebas. Ketika alveoli telah mengembang tidak dapat lagi mengempis

dengan maksimal, disebabkan udara di dalam alveoli masih tersisa dan

tidak dapat dikeluarkan walaupun dengan ekspirasi kuat. Volume

udara tersebut disebut dengan volume residu (Permadi, 2017).

2. Difusi

Disfusi adalah proses berpindahnya oksigen dari alveolus ke dalam

darah juga proses keluarnya karbondioksida dari darah ke alveolus.

Dalam keadaan istirahat normal, difusi dan keseimbangan antara O2 di

kapiler darah paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari

total waktu kontak selama 0,75detik (Permadi, 2017).


25

3. Perfusi

Perfusi adalah distribusi darah yang telah teroksigenasi di dalam

paru untuk dialirkan keseluruh tubuh.

C. Mekanisme Sistem Pernapasan

Mekanisme pernapasan terdiri dari inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi

adalah proses ketika udara masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan

kontraksi otot antar tulang dan peningkatan volume intratoraks. Tekanan

intrapleura di bagian basis paru akan menurun, sehingga jaringan paru

akan semakin teregang. Tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit

lebih negatif dan udara yang dihirup akan mengalir ke dalam paru. Pada

akhir inspirasi, daya recoil paru mulai menarik dinding dada kembali ke

keadaan ekspirasi hingga tercapai keseimbangan kembali antara daya

recoil jaringan paru dan dinding dada. Tekanan di saluran udara menjadi

lebih positif dan udara dapat mengalir meninggalkan paru (Octaviyani,

2015).

Ekspirasi selama pernapasan tenang merupakan proses pasif yang

tidak membutuhkan kontraksi otot untuk menurunkan volume intratoraks.

Namun, pada awal ekspirasi, masih terjadi sedikit kontraksi otot inspirasi.

Tujuan dari kontraksi ini adalah untuk meredam daya recoil paru dan

memperlambat ekspirasi. Pada inspirasi kuat, tekanan intrapleura turun,

sehingga jaringan paru mengembang menjadi lebih besar. Bila ventilasi

meningkat, derajat pengempisan jaringan paru juga akan meningkat oleh

kontraksi aktif otot ekspirasi yang menurunkan volume intratoraks

(Octaviyani, 2015).
26

D. Rokok Elektrik (e-cigarette)

1. Definis Rokok Elektrik

Rokok elektrik atau biasa yang dikenal juga sebagai vapes atau

pods adalah suatu alat yang menggunakan baterai untuk memanaskan

cairan atau liquid menjadi bentuk aerosol yang dapat dihirup oleh

pengguna. Rokok jenis ini diklaim lebih aman karena mengandung

lebih sedikit bahan kimia toksik dibandingkan rokok tembakau.

Namun hingga saat ini masih banyak pihak yang mempertanyakan

keamanan rokok elektrik (Goniewicz et al., 2013).

Rokok elektrik menggunakan liquid yang secara umum

mengandung propylene glycol dan gliserol sebagai pelarut,

ditambahkan nikotin untuk dihirup dan terkadang juga digunakan

untuk menghirup substansi seperti tetrahydrocannabinol (THC) dan

cannabidiol (CBD). Selain itu, terdapat beberapa substansi lainnya

yang terkandung didalamnya, seperti hidrokarbon aromatik,

nitrosamine, volatil organik, dan bahan kimia anorganik seperti metal

toksik (Kimball et al., 2019).


27

2. Struktur Rokok Elektrik

Gambar 2. 14 Bentuk dan Struktur Rokok Elektrik


Sumber: (Thirión-romero et al., 2019)

Gambar diatas menunjukkan beberapa struktur komponen dari

rokok elektrik, walaupun generasi yang lebih baru telah banyak

merubah bentuknya. 1) Baterai: dapat diganti atau diisi ulang, seperti

pada umumnya baterai ini juga dapat bocor ataupun meledak; 2) Koil;

dapat mengubah liquid menjadi uap tergantung dengan suhu, sekarang

sudah banyak dimodifikasi; 3) Ruang Penguapan; berisikan sumbu

yang terhubungan langsung dengan liquid; 4) Pipa Rokok (Thirión-

romero et al., 2019).

3. Kandungan Rokok Elektrik

Komposisi yang terkandung dalam rokok elektrik lebih banyak

menitik beratkan pada aerosol, yakni partikel yang tersuspensi dalam

gas, ditentukan oleh suhu dan zat yang terkandung dalam cairan yang
28

dipanaskan. Liquid yang digunakan dalam rokok elektrik merupakan

larutan yang mengandung gliserin nabati, propilen glikol, nikotin

dalam konsentrasi yang bervariasi, zat penyedap, dan senyawa non-

nikotin lainnya. Gliserin nabati dan propilen glikol merupakan

kendaraan cair dimana proses pemanasan menghasilkan

formaldehyde, acetaldehyde, dan acrolein dengan cara pirolisis. Zat

lain yang teridentifikasi adalah nikotin, aseton, benzaldehida, siloksan,

spesies oksigen reaktif, senyawa organik yang mudah menguap,

hidrokarbon aromatik polisiklik, dan tobacco specific nitrosamines

(TSNA), termasuk N-nitrosonornicotine (NNN) (Thirión-romero et

al., 2019).

4. Aktivitas Uap Rokok Elektrik dalam Paru

Kandungan pada liquid rokok elektrik berbeda-beda, namun

pada umumnya liquid berisi 4 jenis campuran yaitu nikotin, propilen

glikol, gliserin, air dan flavoring (perisa) (WHO, 2014). Terdapat satu

zat didalam kepulan asap yang dihasilkan oleh rokok elektrik bernama

propilen glikol. Zat ini apabila dihirup menyebabkan iritasi

pernapasan, semakin lama menyebabkan asma, mengi, sesak dada,

penurunan fungsi paru, dan obstruksi jalan napas (Husain, 2018).

Selain itu, nikotin yang terkandung dalam liquid tersebut banyak

dikaitkan dengan penyakit paru interstitial akut seperti pneumonitis

eosinofilik akut, bronchiolitis-associted interstitial lung disease, dan

pneumonitis hipersensitif (Ramadhanti, 2020).


29

E. Rokok Tembakau

1. Definisi Rokok Tembakau

Rokok tembakau atau rokok konvensional merupakan jenis

rokok yang sering di konsumsi manusia (A. I. Putra et al., 2019).

Rokok juga didefinisikan sebagai hasil olahan tembakau terbungkus

termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman

Nicotiana tabacum, Nicotiana rusticadan spesies lainnya atau

sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan

tambahan. Asap rokok konvensional diketahui mengandung lebih dari

4000 jenis bahan kimia berbahaya, antara lain karbon monoksida,

nitrogen oksida, nitrosamin, nitrosopirolidin, formaldehid, piridin,

benzopirin, nikel, arsen, nikotin, fenol dan tar (A. I. Putra et al., 2019).

2. Komponen Rokok Tembakau

Secara umum komponen rokok tembakau dapat dibagi menjadi

dua golongan besar, yaitu komponen gas (92%) dan komponen padat

atau partikel (8%). Komponen gas asap rokok terdiri dari

karbonmonoksida, karbondioksida, hidrogen sianida, amoniak, serta

oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Partikel rokok terdiri

dari tar, nikotin, benzantraccne, benzopiren, fenol, cadmium, indol,

karbarzol juga kresol. Zat-zat tersebut beracun, menimbulkan iritasi

dan menyebabkan kanker (karsinogen) (Aziza et al., 2019).

Untuk komponen partikel yang terkandung didalam rokok

seperti tar, nikotin, dan karbonmonoksida merupakan bahan kimia

yang paling berbahaya dalam asap rokok. Tar adalah kumpulan dari
30

beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan

sifatnya karsinogenik. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke rongga

mulut sebagai uap padat, setelah dingin akan menjadi padat dan

membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran

napas, dan paru-paru. Komponen tar mengandung radikal bebas, yang

berhubungan dengan resiko terjadinya kanker (Kusuma, 2020).

Nikotin merupakan bahan yang bersifat toksik dan dapat

menyebabkan terjadinya ketergantungan psikis. Nikotin merupakan

alkaloid alam yang bentuknya toksis, berupa cairan tidak berwarna,

dan mudah menguap. Zat ini dapat berubah warna menjadi coklat dan

berbau seperti tembakau apabila bersentuhan dengan udara. Peran

nikotin adalah untuk menghambat perlekatan dan pertumbuhan sel

fibroblast ligamen periodontal, menurunkan isi protein fibroblast,

serta dapat merusak sel membran (Giannopoulou et al., 1999).

Komponen yang terakhir adalah gas karbondioksida.

Karbonmonoksida atau CO2 memiliki afinitas dengan hemoglobin

sekitar dua ratus kali lebih kuat dibandingkan afinitas oksigen

terhadap hemoglobin. Karbonmonoksida dalam rokok dapat

meningkatkan tekanan darah yang akan berpengaruh pada sistem

pertukaran haemoglobin (Kusuma, 2020).

3. Aktivitas Asap Rokok dalam Paru

Asap rokok yang masuk kedalam paru akan tersinyalir oleh sel

sebagai benda asing yang bersifat patogen, sehingga tubuh dapat

meningkatkan respon imun. Rata-rata massa partikel dalam asap


31

rokok adalah 0,3-0,4 mikrometer. Partikel yang berukuran sangat kecil

tersebut mampu menembus dan disimpan didalam paru. Asap rokok

termasuk dalam polutan udara yang dapat mengakibatkan stres

oksidatif paru (Triana et al., 2014).

Stres oksidatif yang diakibatkan asap rokok dapat menjadi

penyebab meningkatnya sekuestrasi neutrofil di mikrovaskuler

pulmonal sehingga terjadi infiltrasi neutrofil (Arkeman, 2006).

Oksidan yang berasal dari asap rokok akan menghabiskan antioksidan

intraseluler dalam sel paru melalui mekanisme yang dikaitkan

terhadap proses stres oksidatif. Stres oksidatif menimbulkan

peroksidasi lipid yang menyebabkan kerusakan sel dan inflamasi.

Proses inflamasi akan mengaktifkan sel alveolar makrofag, sehingga

akan menyebabkan dilepaskannya faktor kemotatik yang mengikat

neutrofil, Interleukin, LTB4, ROS dalam sirkulasi dan TNFα. Faktor-

faktor tersebut akan merangsang netrofil dan melepaskan protease

juga oksidan singlet oxygen (O2) yang bersama dengan matrix

metalloproteinase (MMPs). Proses ini mengakibatkan hipersekresi

mukus, fibrosis, dan proteolisis pada jaringan paru (Marwan et al.,

2005).

Stres oksidatif juga dapat mengakibatkan inaktivasi antiprotease,

sehingga enzim proteolitik elaktase dan kolagenase (yang disintesa

netrofil) menjadi dominan akibat akhir peningkatan destruksi jaringan

elastis maupun kolagen dari paru (Triana et al., 2014). Kadar ROS

yang tinggi juga akan menyebabkan permeabilitas endotel kapiler


32

menjadi naik, akibatnya protein plasma keluar bersama cairan,

kemudian tertimbun didalam jaringan (Widodo et al., 2006). Pada

mulanya proses edema hanya terjadi pada jaringan interstitial pada

septum alveoli yang selanjutnya menjadi edema alveolar. Apabila

cairan terus meningkat dan berlebihan akan mendesak septum alveoli

dan menyebabkan septum alveoli menipis sehingga terjadi atrofi

(Marwan et al., 2005).

Anda mungkin juga menyukai