Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN (Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT

FISIK DAN AKSEPTABILITAS ROLADE DAGING ITIK

Hany Ambarwati, Lilis Suryaningsih, Obin Rachmawan


Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Abstrak
Penelitian bertujuan mengetahui penggunaan tepung aren dalam rolade daging itik yang
menghasilkan sifat fisik terbaik dan akseptabilitas yang paling disukai. Metode yang digunakan
adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan yaitu tepung aren 5% (P1), 10% (P2), 15% (P3) dan 20% (P4) dan setiap perlakuan
diulang sebanyak 5 kali. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan Analisis Sidik
Ragam dan untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan digunakan Uji Wilayah Berganda
Duncan. Hasil penelitian menunjukan tingkat tepung aren 10% menghasilkan sifat fisik (daya
ikat air (63,24%), susut masak (8,77%), kekenyalan (190,82mm/g/10 dtk) yang paling baik dan
nilai kesukaan yang tertinggi dengan skala hedonik agak suka (4,70).
Kata Kunci : Rolade daging itik, tepung aren, sifat fisik, akseptabilitas.

Abstract
The research aimed to determine using of palm flour in duck meat loaf that results the best
physical conditions and most preferable accepatability. The method used experimental method
based on the Completely Randomized Design with 4 treatments those were palm flour 5%
(P1), 10% (P2), 15% (P3) and 20% (P4) with 5 replications for each treatment. ANAVA was
used to determine the treatment effect, while the Duncan’s Multiple Range test was used to
determine the differences between treatment. The level of palm flour 10% resulted physical
conditions (water holding capacity (63,24%), cooking loss (8,77%), tenderness (190,82mm/g/10
second) were better and the prefered acceptability level with hedonic scale was rather favour
(4,70).
Keywords: Duck meat loaf, palm flour physical conditions, acceptability

Daging merupakan salah satu produk Salah satu hewan ternak penghasil
peternakan disamping susu dan telur yang daging di Indonesia adalah itik. Itik adalah
memiliki kandungan protein yang cukup salah satu jenis unggas air yang
kehadirannya telah lama menyatu dengan
tinggi dan diperlukan oleh tubuh manusia
kehidupan masyarakat di Indonesia sebagai
karena daging mengandung asam-asam penghasil daging dan telur. Berdasarkan
amino essensial yang lengkap dan data statistik tahun 2005 hingga 2008,
seimbang, daging juga mengandung populasi nasional itik di Indonesia semakin
vitamin, lemak dan mineral. meningkat mulai dari 32 juta ekor menjadi
Produk-produk peternakan seperti 39 juta ekor dan data terakhir menunjukkan
daging mempunyai sifat yang mudah rusak. populasi nasional itik mencapai 42 juta ekor
Untuk mengatasi agar daging tidak mudah pada tahun 2009 (Ditjennak, 2011). Daging
rusak maka diperlukan penanganan dan itik mempunyai kandungan gizi yang tinggi
pengolahan yang baik. Salah satu cara seperti kandungan protein, lemak dan
pengolahan daging adalah dengan merubah mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.
bentuk dari daging mentah menjadi bentuk Daging itik kurang diminati oleh
olahan yang memiliki daya simpan yang masyarakat terutama itik afkir karena
lebih lama dengan rasa, aroma, warna, dan daging itik afkir mempunyai bau lebih anyir
bentuk penampakan yang lebih menarik / amis dan tekstur daging yang alot. Salah
yang sesuai dengan keinginan konsumen. satu cara untuk mengolah itik petelur afkir
saat ini adalah dengan cara memberikan
sebuah inovasi terhadap pengolahan daging
itik petelur afkir menjadi suatu makanan
yang lezat dan praktis ketika dibuat dan 2. Susut Masak ( Soeparno, 2005 )
dikonsumsi seperti bakso, naget dan rolade. Pengukuran susut masak dilakukan
Rolade daging adalah produk dengan menimbang berat adonan rolade
makanan yang diperoleh dari campuran sebelum dimasak dan setelah dimasak.
daging yang dihaluskan dengan tepung atau susut masak (%) = x 100%
pati dan penambahan bumbu-bumbu serta
dibalut dengan lapisan telur dadar yang Keterangan : W1 = berat sebelum dimasak
digulung. Tepung yang biasa digunakan W2= berat setelah dimasak
sebagai filler dalam pembuatan rolade
adalah tepung yang berasal dari umbi- 3. Uji Keempukan ( Soeparno, 2005 )
umbian seperti tepung tapioka. Selain itu Uji keempukan dilakukan dengan
filler dapat berasal dari batang tanaman menggunakan alat penetrometer.
yang mengandung pati tinggi, salah satunya Keempukan rolade dinyatakan dalam
adalah tepung aren. mm/gram/10detik.
Keempukan =
Metode Penelitian
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan terdiri dari 2 A. Akseptabilitas
bagian yaitu bahan utama dan bahan Pengujian akan dilakukan pada 20
tambahan. Bahan utama adalah daging itik orang panelis agak terlatih dari mahasiswa
petelur afkir sebanyak 4 kg yang diperoleh Fakultas Peternakan Universitas
dari Pasar Sederhana, Bandung. Itik petelur Padjadjaran. Masing – masing panelis
afkir yang akan digunakan adalah jenis diberikan 4 sampel dan format kuisioner
anas javanica. daging itik petelur afkir dengan skala hedonik 7.
yang akan digunakan berasal dari itik betina
yang berumur 2 tahun. Untuk bahan Hasil dan Pembahasan
tambahan yang digunakan terdiri dari Pengaruh Perlakuan terhadap Daya Ikat
tepung aren sebanyak 500 gram sebagai Air Rolade Daging Itik
bahan pengisi, isolat protein kedelai, telur
ayam sebagai kulit rolade dan pembantu Nilai rata-rata daya ikat air rolade
emulsifier dalam adonan rolade daging itik, daging itik dengan berbagai perlakuan
serta bumbu-bumbu seperti bawang dapat dilihat pada Tabel 2.
bombay, pala, garam dan merica.
Rancangan Percobaan Tabel 2. Rata-rata Daya Ikat Air Rolade
Penelitian ini menggunakan metode Daging Itik dengan Berbagai
eksperimen dengan Rancangan Acak Perlakuan
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu
tingkat penggunaan tepung aren 5% (P1), Perlakuan Rataan daya Signifikansi
10% ( P2), 15% (P3) dan 20% (P4) dan ikat air (0,05)
setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali. ...........%..........
Data yang diperoleh dianalisis dengan P1 64,61 a
menggunakan Sidik Ragam dan untuk P2 63,24 b
mengetahui perbedaan antara perlakuan P3 62,21 c
dilakukan Uji Wilayah Berganda Duncan. P4 61,70 c
Keterangan: Nilai perlakuan yang diikuti
Peubah yang Diamati huruf yang sama ke arah
1. Daya Ikat Air ( Soeparno, 2005 ) kolom menunjukkan tidak
Pengukuran daya ikat air berbeda nyata antar perlakuan.
menggunakan metode Hamm (1972).
Berdasarkan Tabel 2 dapat dijelaskan
bahwa daya ikat air rolade daging itik
dengan penggunaan tingkat tepung aren
sebesar 5% (64,61%) berbeda nyata lebih
tinggi dibandingkan dengan penggunaan Berdasarkan Tabel 3 dijelaskan
tepung aren sebesar 10% (63,24%), 15% bahwa penggunaan tepung aren 5% (7,44%)
(62,21%) dan 20% (61,70%). Penggunaan tidak berbeda nyata dengan penggunaan
tepung aren 15% (62,21%) tidak berbeda tepung aren 10% (8,77%), tetapi berbeda
nyata dengan penggunaan tepung 20% nyata lebih rendah bila dibandingkan
(61,70%). Kemampuan daya mengikat air dengan penggunaan tepung aren 15% dan
erat hubungannya dengan kandungan 20% ( 9,98% dan 10,84%). Penggunaan
protein di dalam adonan. Semakin tinggi tepung aren 10% (8,77%) tidak berbeda
kandunga n protein di dalam adonan maka nyata dengan penggunaan tepung aren 15%
daya ikat air juga semakin tinggi, sehingga (9,98%), tetapi berbeda nyata lebih rendah
akan mengurangi pelepasan air selama bila dibandingkan dengan penggunaan
pemasakan dengan demikian kadar air tepung aren 20% (10,84). Penggunaan
rolade akan dapat dipertahankan. Semakin tepung aren 15% (9,98%) tidak berbeda
banyak pati yang ditambahkan maka kadar nyata dengan penggunaan tepung aren 20%
proteinnya menurun, sehingga menurunkan (10,84%).
daya ikat air pada adonan Soeparno (2005). Meningkatnya penggunaan tingkat
Faktor lain yang mempengaruhi tepung aren maka akan diikuti dengan
kemampuan mengikat air oleh protein pada kenaikan persentase susut masak. Hal ini
rolade daging itik yaitu kadar air. Pada disebabkan semakin banyak tepung yang
penelitian ini didapat kadar air rolade ditambahkan maka akan menurunkan
daging itik dengan rata-rata 65,04% (P1), proporsi kandungan protein sehingga
63,53% (P2), 62,46% (P3), dan 61,90% kapasitas menahan air oleh protein akan
(P4). Kadar air rolade daging itik semakin berkurang dan menyebabkan daya ikat air
menurun seiring dengan meningkatnya akan menurun.
kadar penggunaan tepung aren, dengan Rolade daging itik dengan susut
semakin menurunnya kadar air rolade masak rendah akan kehilangan nutrisi lebih
daging itik maka kemampuan protein untuk sedikit selama pemasakan dibandingkan
mengikat air juga akan menurun. Hal ini dengan rolade daging itik dengan susut
sesuai dengan pendapat Kramlich (1973) masak tinggi sehingga rolade daging itik
bahwa kadar air tinggi disebabkan oleh dengan susut masak rendah mempunyai
daya ikat air yang tinggi sehingga akan kualitas yang lebih baik dibandingkan
mengurangi pelepasan air selama rolade daging itik dengan susut masak
pemasakan. tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Soeparno (2005) bahwa daging dengan
Pengaruh Perlakuan Terhadap Susut susut masak yang lebih rendah mempunyai
Masak Rolade Daging Itik kualitas yang lebih baik daripada daging
Nilai rata-rata susut masak rolade dengan susut masak yang tinggi, karena
daging itik dengan berbagai perlakuan kehilangan nutrisi selama pemasakan akan
dapat dilihat pada Tabel 3. lebih sedikit.

Tabel 3. Rata-rata Susut Masak Rolade Pengaruh Perlakuan Terhadap


Daging Itik dengan Berbagai Keempukan Rolade Daging Itik
Perlakuan
Nilai rata-rata susut masak rolade
Perlakuan Rataan Susut Signifikansi daging itik dengan berbagai perlakuan
Masak (0,05) dapat dilihat pada Tabel 4.
...........%..........
P1 7,44 a
P2 8,77 ab
P3 9,98 bc
P4 10,84 c
Tabel 4. Rata-rata Keempukan Rolade aren yang ditambahkan mulai dari 5%
Daging Itik dengan Berbagai sampai dengan 20% akan menurunkan nilai
Perlakuan keempukan rolade daging itik.

Perlakuan Rataan Signifikansi Pengaruh Perlakuan Terhadap


Keempukan (0,05) Akseptabilitas Rolade Daging Itik
P1 191,34 a Pengaruh Perlakuan Terhadap Warna
P2 190,82 a Rolade Daging Itik
P3 164,86 b
P4 158,88 b Nilai akseptabilitas warna rolade
daging itik dengan berbagai perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 5.
Berdasarkan Tabel 4 menunjukan
bahwa keempukan rolade daging itik Tabel 5. Nilai Akseptabilitas Warna Rolade
dengan penggunaan tepung aren 5% Daging Itik
(191,34 mm/g/10detik) dengan tepung aren
10% (190,82 mm/g/10detik) tidak berbeda Perlakuan Skala Skala
nyata, akan tetapi berbeda nyata lebih tinggi Numerik Hedonik
bila dibandingkan dengan penggunaan Warna
tepung aren 15% (164,86 mm/g/10detik) P1 4,70a Agak Suka
dan penggunaan tepung aren 20% (158,88 P2 4,55a Agak Suka
mm/g/10detik), keadaan ini disebabkan P3 5,05a Suka
karena ketika suatu pati dipanaskan maka P4 4,65a Agak Suka
akan terbentuk suatu proses gelatinisasi
atau proses pengagaran. Oleh sebab itu Data pada Tabel 5 menunjukkan
produk yang dihasilkan juga menjadi keras. bahwa warna rolade daging itik dengan
Selain itu dengan meningkatnya kadar menggunakan konsentrasi tepung aren
tepung aren akan berpengaruh terhadap berkisar antara 4,55 sampai 5,05.
penurunan kandungan protein dalam Berdasarkan hasil uji statistik dengan
adonan rolade. Penurunan kandungan analisis sidik ragam hasilnya menunjukkan
protein dalam adonan rolade akan bahwa penggunaan berbagai tingkat tepung
menyebabkan kehilangan air lebih banyak. aren pada rolade daging itik tidak
Hal tersebut akan menurunkan keempukan memberikan pengaruh nyata terhadap
produk rolade, sehingga rolade menjadi warna rolade daging itik. Hal ini
keras. disebabkan karena sifat pati yaitu putih.
Pengaruh pemberian tepung terhadap Pati memiliki karakteristik berbentuk
faktor keempukan dari rolade daging itik granula dan berbentuk serbuk putih. Hal ini
dipengaruhi oleh jumlah amilosa dan yang menyebabkan kenampakan warna
amilopektin. Tepung aren memiliki pada rolade daging itik dari setiap
kandungan amilosa sebesar 24,08% perlakuan mulai dari P1 sampai P4 tidak
sedangkan kandungan amilopektin sebesar berbeda satu sama lain. Hal lain disebabkan
75,92%. Amilopektin berperan terhadap karena warna pada pati tidak dapat
kelekatan sedangkan amilosa berperan menutupi warna merah dari daging pada
terhadap kekerasan produk. Hal ini sejalan rolade daging itik. Pada uji akseptabilitas
dengan pendapat Winarno (1991) bahwa rolade daging itik disimpulkan bahwa nilai
semakin besar kandungan amilopektin atau skala numerik warna yang paling disukai
semakin kecil kandungan amilosa bahan adalah 4,55 ( agak suka) pada penambahan
yang digunakan semakin lekat produk tepung aren sebesar 10% karena dari semua
olahannya sehingga semakin besar amilosa penambahan tingkat tepung aren tidak
akan mengurangi kelekatan atau produk berbeda nyata satu sama lain
akan semakin keras. Sehingga seiring
dengan meningkat proporsi jumlah tepung
Pengaruh Perlakuan Terhadap Rasa Data pada Tabel 7 menunjukkan
Rolade Daging Itik bahwa aroma rolade daging itik dengan
menggunakan konsentrasi tepung aren
Nilai akseptabilitas rasa rolade berkisar antara 4,7 sampai 5,1. Berdasarkan
daging itik dengan berbagai perlakuan hasil uji statistik dengan analisis sidik
dapat dilihat pada Tabel 6. ragam hasilnya menunjukkan bahwa
penggunaan berbagai tingkat tepung aren
Tabel 6. Nilai Akseptabilitas Rasa Rolade pada rolade daging itik tidak memberikan
Daging Itik pengaruh nyata terhadap aroma rolade
daging itik, karena pada saat penilaian
Perlakuan Skala Skala aroma dimungkinkan para panelis sulit
Numerik Hedonik mengukur sehingga pada penilaian aroma
Rasa terjadi penilaian yang subjektif, sehingga
P1 4,40a Agak Suka menimbulkan hasil yang seragam.
P2 4,60a Agak Suka Aroma yang terdapat dalam rolade
P3 4,60a Agak Suka daging itik dikarenakan adanya protein dan
P4 4,65a Agak Suka lemak. Lemak akan menghasilkan
komponen volatil pada saat dipanaskan dan
Data pada Tabel 6 menunjukkan akan keluar bersama uap. Hal ini sesuai
bahwa rasa rolade daging itik dengan dengan pendapat Soeparno (2005) bahwa
menggunakan konsentrasi tepung aren dengan adanya pemasakan maka akan
berkisar antara 4,40 sampai 4,65. timbul senyawa-senyawa volatil yang akan
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menghasilkan flavor dan aroma yang unik
analisis sidik ragam hasilnya menunjukkan dari daging masak.
bahwa penggunaan berbagai tingkat tepung Pati memiliki sifat tidak berbau
aren pada rolade daging itik tidak sehingga penambahan tingkat tepung aren
memberikan pengaruh nyata terhadap rasa berbagai konsentrasi dari mulai 5% sampai
rolade daging itik, karena tepung aren tidak 20% tidak mempengaruhi aroma rolade
memiliki rasa apapun (netral) atau tidak daging itik yang dihasilkan. Pada uji
berasa, sehingga penambahan tingkat akseptabilitas rolade daging itik
konsentrasi tepung tidak akan merubah rasa disimpulkan bahwa nilai skala numerik
rolade daging itik. Hal tersebut didukung aroma yang paling disukai adalah 4,75
oleh Dedi Fardiaz, dkk (1992) bahwa sifat (agak suka) pada penambahan tepung aren
fungsional dari pati yaitu tidak mempunyai sebesar 10% karena dari semua
rasa manis dan tidak mempunyai rasa. penambahan tingkat tepung aren tidak
berbeda nyata satu sama lain.
Pengaruh Perlakuan Terhadap Aroma
Rolade Daging Itik Pengaruh Perlakuan Terhadap Total
Nilai akseptabilitas aroma rolade Penerimaan Rolade Daging Itik
daging itik dengan berbagai perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 7. Nilai akseptabilitas total penerimaan
rolade daging itik dengan berbagai
Tabel 7. Nilai Akseptabilitas Aroma Rolade perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8.
Daging Itik

Perlakuan Skala Numerik Skala


Aroma Hedonik
P1 4,70a Agak Suka
P2 4,75a Agak Suka
P3 4,85a Agak Suka
P4 5,10a Suka
Tabel 8. Nilai Akseptabilitas Total terhadap akseptabilitas, serta penggunaan
Penerimaan Rolade Daging tingkat tepung aren 10% menghasilkan sifat
Itik fisik (daya ikat air (63,24%), susut masak
(8,77%), kekenyalan (190,82mm/g/10 dtk)
Perlakuan Skala Skala yang paling baik dan nilai kesukaan yang
Numerik Hedonik tertinggi dengan skala hedonik agak suka
Total (4,70)
Penerimaan
P1 4,70a Agak Suka Daftar Pustaka
P2 4,70a Agak Suka Dedi Fardiaz., Nuri Andarwulan, H.
P3 5,15a Suka Wijaya., dan N. L. Puspitasari.
P4 4,65a Agak Suka 1992. Petunjuk Laboratorium
Teknik Analisis Sifat Kimia Dan
Data pada Tabel 8 menunjukkan Fungsional Komponen Pangan.
bahwa total penerimaan rolade daging itik Depdikbud Ditjen PT PAU Pangan
dengan menggunakan tingkat konsentrasi dan Gizi IPB. Bogor. Hal 41-46.
tepung aren berkisar antara 4,65 sampai
5,15 (agak suka-suka). Berdasarkan hasil Direktorat Jendral Peternakan. 2011.
uji statistik dengan analisis sidik ragam, Populasi Itik pada Tahun 2005-
hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan 2009.
berbagai tingkat tepung aren pada rolade http://www.ditjennak.go.id (diakses
daging itik tidak memberikan pengaruh pada tanggal 21 Desember 2011,
nyata terhadap total penerimaan rolade pukul 20:00).
daging itik.
Total penerimaan ini meliputi tiga Gaspersz, V. 1991. Teknik Analisis dalam
jenis penelaian yang dilakukan yaitu rasa, Penelitian Percobaan edisi ke- 1.
aroma dan warna subjektif dari produk yang Tasito. Bandung. Hal 62-70, 123-
dihasilkan. Ketiga komponen penilaian total 131, dan 599.
penerimaan dari rasa, aroma dan warna
pada rolade daging dengan penambahan Kramlich, W. E., A. M. Pearson and F. W.
berbagai tingkat penambahan tepung aren Tauber. 1973. Processed Meat. The
tidak berbeda nyata. Dari pengujian nilai AVI pub. Co., Westport,
akseptabilitas rolade daging itik dihasilkan Connecticut.
nilai skala numerik warna yang paling
disukai adalah 4,55 (agak suka) pada Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi
penambahan tepung aren sebesar 10%. Pengolahan Daging. Cetakan
Nilai skala numerik rasa yang paling keempat. Gadjah Mada University
disukai adalah 4,6 ( agak suka) pada Press. Yogyakarta. Hal 1, 249-251,
penambahan tepung aren sebesar 10% serta 283-312.
nilai skala numerik aroma yang paling
disukai adalah 4,75 (agak suka) pada Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan
penambahan tepung aren sebesar 10%. Gizi. PT. Gramedia. Jakarta. Hal
Hasil diatas menunjukan bahwa tingkat 27-33; 28-30; 101-104
kesukaan rolade daging itik dengan
penambahan tingkat tepung aren 10%
menghasilkan tingkat kesukaan dengan nilai
4,70 (agak suka).

Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan tepung aren berpengaruh
terhadap sifat fisik, tetapi tidak berpengaruh

Anda mungkin juga menyukai