Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK 13

KETENTUAN MAKANAN HALAL DAN HARAM

(MATERI KELAS VIII MTS SEMESTER 2)

Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih di MI dan MTs

Dosen Pengampu : Qodim Ma’shum, S.H.I., M.H.I.

Disusun Oleh :

Kelompok 13 / PAI 5F

1. Raihan Arendra 203111204


2. Fatimatuz Zahra 203111205
3. Fadilla Putri Rahmanti 203111206

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2022
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Identitas Madrasah : Madrasah Tsanawiyah Negeri


Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/Semester : VIII/Genap
Pertemuan ke- : 13
Materi Pokok : Ketentuan Makanan Halal dan Haram
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

A. Kompetensi Inti (KI)


KI 1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,
santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, toleran, damai, responsif dan
pro-aktif ) serta menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara aktif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis, pengetahuan faktual, konseptual, procedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora, dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural
pada bidang kajian yang specifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
1.7 Meyakini manfaat mengonsumsi 1.7.1 Membiasakan mengonsumsi
makanan yang halaalan thayyiban makanan halal
dan mudarat mengonsumsi makanan 1.7.2 Menunjukkan sikap tunduk dan
haram patuh kepada Allah dengan
menghindari makanan haram
1.7.3 Menunjukkan adab yang baik
ketika makan dan minum
2.7 Menjalankan sikap hati-hati dan 2.7.1 Menunjukkan disiplin dan hati-
hidup sehat dengan mengonsumsi hati dalam memilih makanan
makanan halal dan menghindari 2.7.2 Menunjukkan perilaku hidup
makanan haram bersih dan sehat di lingkungan
sosial
3.7 Menganalisis ketentuan halal- 3.7.1 Menjelaskan pengertian makanan
haramnya makanan dan minuman dan minuman halal
3.7.2 Menjelaskan jenis-jenis makanan
dan minuman halal
3.7.3 Menjelaskan manfaat
mengonsumsi makanan dan
minuman halal
3.7.4 Menjelaskan pengertian makanan
dan minuman haram
3.7.5 Menjelaskan jenis-jenis makanan
dan minuman haram
3.7.6 Menjelaskan akibat buruk
mengonsumsi makanan dan
minuman haram
3.7.7 Menjelaskan sebab-sebab yang
melatarbelakangi makanan
menjadi halal atau haram
4.7 Menyajikan hasil analisis tentang 4.7.1 Menyimpulkan sebab-sebab yang
ketentuan makanan dan minuman melatarbelakangi makanan
yang halal menjadi halal atau haram
4.7.2 Menyajikan hasil analisis
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian makanan dan minuman halal
2. Peserta didik dapat menjelaskan jenis-jenis makanan dan minuman halal
3. Peserta didik dapat menjelaskan manfaat mengonsumsi makanan dan minuman halal
4. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian makanan dan minuman haram
5. Peserta didik dapat menjelaskan jenis-jenis makanan dan minuman haram
6. Peserta didik dapat menjelaskan akibat buruk mengonsumsi makanan dan minuman
haram
7. Peserta didik dapat menjelaskan sebab-sebab yang melatarbelakangi makanan menjadi
halal atau haram
8. Peserta didik dapat menyimpulkan sebab-sebab yang melatarbelakangi makanan menjadi
halal atau haram

D. Materi Pembelajaran
Ketentuan Makanan dan Minuman Yang Halal
1. Pengertian Makanan dan Minuman Halal
Makanan halal adalah makanan yang dibolehkan syari’at Islam untuk dikonsumsi
kecuali ada nash al-Qur’an atau Hadis yang mengharamkannya. Dengan kata lain bahwa
semua makanan baik berupa tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, binatang dan lain-lain
pada dasarnya adalah halal dan baik (thayyib) sampai ada dalil yang menyebutkan bahwa
makanan tersebut haram hukumnya untuk dikonsumsi.
Allah swt berfirman :

Artinya :“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah: 168).
Artinya :“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezkikan
kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (QS. Al-
Maidah: 88)
Berdasarkan kedua ayat tersebut jelaslah bahwa makanan dan minuman yang dikonsumsi
oleh seorang muslim hendaknya memenuhi 2 syarat, yaitu:
a. Halal (halaal), artinya diperbolehkan untuk dikonsumsi dan tidak dilarang oleh
hukum syara’
Makanan dan minuman harus halal (halaal). halalnya suatu makanan atau
minuman harus meliputi tiga hal, yaitu:
1) Halal karena zatnya makanan atau minuman itu sendiri.Makanan itu terbuat dari
bahan yang halal, tidak mengandung unsur-unsur yang diharamkan menurut
syariat.
2) Halal cara mendapatkannya. Sesuatu yang halal itu harus diperoleh dengan cara
yang halal pula. Makanan atau minuman halal tetapi cara mendapatkannya tidak
sesuai dengan hukum syara’ maka menjadi haramlah makanan atau minuman
tersebut, seperti yang diperoleh dengan cara mencuri, merampok, menipu dan
sebagainnya.
3) Halal karena proses atau cara pengolahannya. Selain cara memperolehnya harus
dengan cara yang halal, maka cara atau proses pengolahannya juga harus benar.
Hewan, seperti kambing, ayam, sapi, jika disembelih dengan cara yang tidak
sesuai dengan hukum Islam maka dagingnya menjadi haram. Atau makanan atau
minuman yang proses pengolahannya dicampur dengan bahan haram seperti
lemak babi, maka makanan atau minuman tersebut menjadi haram.

b. Baik (thayyib), artinya makanan atau minuman itu sehat, bergizi, mengandung nutrisi,
dan bermanfaat untuk kesehatan
Makanan dan minuman harus thayyib artinya baik bagi tubuh dan kesehatan.
Makanan yang membahayakan kesehatan misalnya mengandung formalin,
mengandung pewarna untuk tekstil, makanan berlemak yang berlebihan, dan lain-lain
dikatakan tidak thayyib.

2. Jenis Makanan dan Minuman yang Halal


Adapun jenis makanan dan minuman yang halal dimakan adalah sebagai berikut :
a. Semua makanan dan minuman yang tidak diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Artinya semua makanan dan minuman itu boleh dan halal dikonsumsi sampai ada
dalil yang menyatakan keharamannya. Allah swt berfirman :

Artinya : “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu”.
(QS.Al-Baqarah : 29)

Artinya : “Apa yang dihalalkan oleh Allah dalam Kitab-Nya adalah halal dan apa
yang diharamkan Allah di dalam Kitab-Nya adalah haram, dan apa yang didiamkan
(tidak diterangkan), maka barang itu termasuk yang dimaafkan”.(HR. Ibnu Majah dan
Turmudzi).
b. Semua makanan yang baik, tidak kotor dan tidak menjijikan

Artinya :“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi”. (QS. Al-Baqarah: 168)

c. Semua makanan yang tidak memberi mudharat, tidak membahayakan kesehatan


jasmani dan tidak merusak akal, moral, dan aqidah.
Artinya :“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan”.
(QS. Al-Baqarah: 195)

3. Manfaat Makanan dan Minuman Halal


a. Mendapat ridha Allah swt. karena telah menaati perintah-Nya dalam memilih jenis
makanan dan minuman yang halal.
b. Menumbuhkan akhlakul karimah (karakter positif) dan terhindar dari akhlak
madzmumah (karakter negatif)
c. Menjadi sumber tenaga (energi positif), setiap makanan dan minuman yang telah
dikonsumsi akan berubah menjadi tenaga yang digunakan untuk beraktivitas sehari-
hari seperti belajar, berolah raga dan beribadah kepada Allah.
d. Terjaga kesehatannya, karena setiap makanan dan minuman yang telah dikonsumsi
bergizi dan baik (thayyib) untuk kesehatan tubuh.
e. Menjaga akal dan hati seseorang. Mengkonsumsi makanan dan minuman halal akan
berpengaruh positif pada pikiran dan juga hati seseorang.
f. Rezeki yang diperolehnya membawa barokah di dunia dan akhirat, serta mendapat
perlindungan dari Allah swt.
g. Membawa ketenangan hidup dalam kegiatan segari-hari, dan tercermin kepribadian
yang jujur dalam hidupnya.

Ketentuan Makanan dan Minuman Yang Haram


1. Pengertian Makanan dan Minuman Haram
Makanan dan minuman yang haram adalah makanan dan minuman yang diharamkan
untuk dikonsumsi karena ada nash dalam al-Qur’an dan al-Hadis, bila tidak terdapat
petunjuk yang melarang, berarti halal. Setiap makanan dan minuman yang diharamkan
atau dilarang oleh syara’ pasti memiliki dampak buruk bagi tubuh kita. Sebaliknya
meninggalkan makanan dan minuman yang dilarang syara’ pasti ada faidahnya dan
mendapat pahala.
2. Jenis Makanan dan Minuman yang Haram
Haramnya makanan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua macam :
a. Haram Lizatihi (makanan yang haram karena dzatnya)
Maksudnya hukum asal dari makanan itu sendiri memang sudah haram, contohnya :
1) Daging Babi
Seluruh makanan, minuman, obat-obatan, dan kosmetika yang mengandung unsur
babi dalam bentuk apapun, haram dikonsumsi. Termasuk lemak babi yang
dipergunakan dalam industri makanan yang dikenal dengan istilah shortening,
serta semua zat yang berasal dari babi biasanya dijadikan bahan campuran
makanan (food additive).

Artinya : “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,


daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah”.
(QS. Al-Baqarah : 173)

2) Darah
Darah yang mengalir dari binatang atau manusia haram dikonsumsi, baik secara
langsung maupun dicampurkan pada bahan makanan karena dinilai najis, kotor,
menjijikkan, dan dapat mengganggu kesehatan. Demikian juga darah yang sudah
membeku yang dijadikan makanan dan diperjualbelikan oleh sebagian orang.
Adapun darah yang melekat pada daging halal, boleh dimakan karena sulit
dihindari. Hal ini berdasarkan firman Allah Swt :

Artinya :“Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan


kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya,
kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi
karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama
selain Allah.” (QS. Al-An’am: 145)
3) Khamar (Minuman Keras)
Allah swt berfirman :
A
r
t
inya : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Ma`idah: 90)
Khamar dapat dianalogikan dengannya semua makanan dan minuman yang bisa
menimbulkan mudharat dan merusak badan, akal, jiwa, moral dan aqidah,
misalnya narkoba dengan seluruh jenis dan macamnya.
Nabi saw bersabda :

Artinya :“Sesuatu yang memabukkan dalam keadaan banyak, maka dalam


keadaan sedikit juga tetap haram”. (HR An-Nasa’i, Abu Dawud dan Turmudzi).

b. Haram Lighairihi (Makanan yang Haram Karena Faktor Eksternal)


Maksudnya hukum asal makanan itu sendiri adalah halal, akan tetapi dia berubah
menjadi haram karena adanya sebab yang tidak berkaitan dengan makanan tersebut,
contohnya :
1) Bangkai
Bangkai adalah semua binatang yang mati tanpa penyembelihan yang syar’i dan
juga bukan hasil perburuan. Allah swt berfirnan :

Artinya : “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging


hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat
kamu menyembelihnya”. (QS. Al-Ma`idah: 3)

Jenis-jenis bangkai berdasarkan ayat diatas :

a) Al-Munhaniqah, yaitu binatang yang mati karena tercekik.


b) Al-Mauqudzah, yaitu binatang yang mati karena terkena pukulan keras.
c) Al-Mutaraddiyah, yaitu binatang yang mati karena jatuh dari tempat yang
tinggi.
d) An-Natihah, yaitu binatang yang mati karena ditanduk oleh binatang lainnya.
e) Binatang yang mati karena dimangsa oleh binatang buas.
f) Semua binatang yang mati tanpa penyembelihan.
g) Semua binatang yang disembelih dengan sengaja tidak membaca basmalah.
h) Semua hewan yang disembelih untuk selain Allah.

Namun ada dua jenis bangkai yang tidak haram hukumnya, yaitu :
a) Ikan, karena ikan termasuk hewan air dan telah ada penjelasan bahwa semua
hewan air adalah halal bangkainya kecuali katak.
b) Belalang
Rasulullah saw bersabda :

Artinya :“Dihalalkan untuk kita dua bangkai dan dua darah. Adapun kedua
bangkai itu adalah ikan dan belalang. Dan adapun kedua darah itu adalah hati
dan limfa”. (HR. Ahmad)

2) Semua makanan halal yang tercampur najis


Contohnya seperti mentega, madu, susu, minyak goreng atau selainnya yang
kejatuhan tikus atau cicak. Hukumnya sebagaimana yang disebutkan dalam hadis
Maimunah r.a. bahwa Nabi saw. ditanya tentang minyak samin (lemak) yang
kejatuhan tikus, maka beliau bersabda :
Artinya :“Buanglah tikusnya dan buang juga lemak yang berada di sekitarnya lalu
makanlah (sisa) lemak kalian”. (HR. Bukhari)

3) Makanan halal yang diperoleh dari usaha dengan cara zalim, seperti : mencuri,
korupsi, menipu, merampok, hasil judi, taruhan, menang togel dna sebagainya.

Artinya :“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan)
harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta
benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 188)

3. Akibat Mengkonsumsi Makanan dan Minuman yang Haram


a. Amal ibadahnya tidak akan diterima dan doanya tidak akan dikabulkan oleh Allah
swt
b. Makanan dan minuman haram bisa membahyakan kesehatan dan merusak jiwa
(terutama minuman keras yang mengandung alkohol), seperti :
1) Kecerdasan menurun
2) Cenderung lupa dan melakukan hal-hal yang negatif
3) Senang menyendiri dan melamun
4) Semangat kerja berkurang
c. Makanan dan minuman yang haram memubazirkan harta
d. Menimbulkan permusuhan dan kebencian
e. Menghalangi mengingat Allah swt
Allah swt berfirman :
Artinya :Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; Maka berhentilah kamu (dari
mengerjakan pekerjaan itu). (QS. Al-Maidah: 91)

E. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi
4. Resitasi/Penugasan
F. Media, Alat dan Sumber Belajar
1. Media :
a. Powerpoint tentang materi ketentuan makanan halal dan haram
2. Alat dan Bahan :
a. Laptop
b. LCD Proyektor
c. Lembar Penugasan
3. Sumber Belajar
a. Buku Paket Fiqih MTs Kelas 8 Cetakan ke-1, Tahun 2020
G. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pendahuluan (10 Menit)
a. Guru membuka pelajaran dengan salam dan memperkenalkan diri kepada siswa.
b. Guru memulai pembelajaran dengan mengajak peserta didik untuk berdoa bersama
sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai.
c. Guru menyapa dan memeriksa daftar hadir siswa sebagai bentuk kedisiplinan.
d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran.
e. Guru menyampaikan informasi terkait materi yang akan dipelajari, yaitu tentang
ketentuan makanan halal dan haram.
f. Guru melakukan Ice Breaking sebeleum pembelajaran dimulai
2. Kegiatan Inti (60 menit)
a. Guru memberikan materi kepada peserta didik serta menanamkan pemahaman
mengenai pengertian makanan yang halal.
b. Guru menjelaskan dan memberikan contoh mengenai jenis-jenis makanan dan
minuman yang halal.
c. Guru menjelaskan mengenai dalil-dalil makanan yang halal dan ditirukan oleh
peserta didik.
d. Guru menjabarkan kepada murid mengenai manfaat mengonsumsi makanan dan
minuman yang halal.
e. Guru memberikan materi kepada peserta didik mengenai makanan yang haram.
f. Guru menjelaskan dan memberikan contoh mengenai jenis-jenis makanan dan
minuman yang haram.
g. Guru menjelaskan mengenai dalil-dalil dari makanan yang haram ditirukan oleh
peserta didik.
h. Guru menjabarkan kepada peserta didik akibat dari mengonsumsi makanan dan
minuman yang haram.

3. Kegiatan Penutup (10 Menit)

a. Guru dan peserta didik merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
b. Guru memberikan apresiasi kepada peserta didik atas pembelajaran yang telah
dilakukan
c. Guru memberi tugas resitasi kepada peserta didik berkaitan dengan materi yang
disampaikan
d. Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan doa dan salam.

H. Penilaian (Assessment)

• Penilaian Diri (lampiran 1)


• Penilaian Keterampilan (lampiran 2)
• Penilaian Pengetahuan (lampiran 3)
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : PENILAIAN DIRI

NAMA :
KELAS :
ABSEN :
Petunjuk : berilah tanda (x) pada kolom Ya atau Tidak sesuai dengan keadaan dirimu
yang sebenar-benarnya!
No Pernyataan Ya Tidak
1 Saya mengetahui apa itu makanan halal dan haram

2 Saya mengetahui jenis-jenis makanan halam dan


haram

3 Saya mengetahui manfaat dan akibat memakan


makanan yang halal dan haram

4 Saya selalu memakan makanan yang halal dan


Thayyib

5 Saya selalu menjauhi makanan yang haram


LAMPIRAN 2 : PENILAIAN KETERAMPILAN

NAMA :
KELAS :
ABSEN :
Pentunjuk : Carilah gambar mengenai makanan yang halal dan yang haram kemudian
tempelkanlah pada kolom yang tersedia dan jelaskan kenapa makanan tersebut
dikategorikan kepada makanan halal atau haram!!
No Gambar Makanan Halal/Haram Alasam
1

5
LAMPIRAN 3 : Penilaian Pengetahuan

NAMA :
KELAS :
ABSEN :
Petunjuk : Jawabanlah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar sesuai
pemahaman masing-masing!

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah yang dimaksud makanan halal
itu?

2 Apa sajakah yang termasuk kedalam


kategori makanan halal ?

3 Apa akibat jika kita mengkonsumsi


makanan haram?

4 Tuliskan dalil yang melarang kita


untuk mengkonsumsi makanan haram
besera artinya!

5 Kenapa makanan yang halal bahannya


bisa menjadi haram untuk
dikonsumsi?
KONTRIBUSI KELOMPOK

1. Mencari Materi : Bersama


2. Membuat RPP : Raihan Arendra (203111204)
Fadilla Putri Rahmanti (203111206)
3. Membuat PPT : Fatimatuz Zahra (203111205)
NOTULENSI

Kelompok 2 : Abdul Qodir Syahbani (203111175)


Bagaimana jika bekas penggilingan daging yang dipakai untuk menggiling daging sapi adalah
bekas penggilingan yang dipakai untuk menggiling daging babi ?
Jawaban :
Raihan Arendra (203111204)
Untuk daging yang digiling menggunakan gilingan bekas babi, itu jelas haram, karena daging
yang digiling akan tercampur dengan zat" babi, namun diindonesia sendiri, biasanya tempat
penggilingan babi itu berdiri sendiri dan tidak bercampur dengan tempat penggilingan umum,
sehingga dapat menghindari tercampur nya daging babi dengan daging gilingan lainnya

Kelompok 3 : Oktavia Adeliya Putri (203111179)


Adakah dalam islam suatu hewan yang awalnya haram bisa menjadi halal atau sebaliknya ?
Jawaban :
Fadilla Putri Rahmanti (203111206)
Sesuatu yang sebelumnya diharamkan untuk dikonsumsi, baik yang ditetapkan dalm Al-Qur’an
maupun hadis, bisa berubah menjadi boleh atau halal jika dalam keadaan darurat, tidak terkecuali
mengkonsumsi daging babi, anjing, dll. Kemudian sesuatu yang halal bisa menjadi halal jika
hewan tersebut disembelih tidak dengan menyebut nama Allah, kemudian tidak didapatkan
dengan cara yang halal seperti mencuri.

Kelompok 4 : Halimah Nur Baiti (203111181)


Bolehkah jika seorang non muslim menyembelih hewan, lalu bagaimana hukumnya bolehkah
seorang muslim memakan hasil sembelihan tersebut ?
Jawaban :
Fatimatuz Zahra (203111205)
Tentang hukum memakan sembelihan orang Kristen (Ahli Kitab), ada dua pendapat. Pendapat
pertama menghalalkan memakan sembelihan Ahli Kitab asal yang disembelih itu adalah
binatang yang halal dimakan. Mereka beralasan dengan firman Allah:

ََ َ‫ام ال ِذيْ ََن أُوتُوا الْكِت‬


َ‫اب ِحلَ لَ ُك َْم َوطَ َع ُام ُك َْم ِحلَ ََلُْم‬ َُ َ‫اَلْيَ ْوََم أ ُِحلَ لَ ُك َُم الطيِِّب‬.
َُ ‫ات َوطَ َع‬
Artinya: “Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang
yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka …” [QS. al-
Maidah (5): 5]. Pendapat kedua menyatakan bahwa sembelihan Ahli Kitab itu haram dimakan.
Alasan mereka ialah Ahli Kitab sejak zaman Nabi saw telah menganut kepercayaan syirik, tidak
lagi percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah SWT:

َ‫اح َد َوإِ َْن َلْ يَْن تَ ُه ْوَا َعما يَ ُق ْولُْو َن لَيَ َمس ََن ال ِذيْ ََن َك َف ُرَْوا ِمْن ُه ْم‬ َُ ِ‫للاَ ََثل‬
ِ ‫ث ثَالَثَةَ وما ِم َن إِلَهَ إِلَ إِلَهَ و‬
َ ْ ََ َ ‫لََق َْد َك َفََر ال ِذيْ ََن قَالُْوا إِ َن‬

‫َع َذابَ أَلِْي َم‬


Artinya: “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah
seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika
mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara
mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” [QS. al-Maidah (5): 73]. Menurut saya, saya
cenderung kepada pendapat yang kedua dengan pertimbangan syadz adz-dzari’ah (mencegah
kerusakan), berdasar pada sebuah kaidah ushul fiqh:

‫صالِ َِح‬ ِ ‫اس َِد ُم َقدمَ َعلَى َج ْل‬


َ َ‫بَ اْمل‬
ِ ‫درَء اْمل َف‬.
َ ُ َْ

Kelompok 5 : Muhammad Khoiruddin (203111184)


Bagaimana hukumnya jika daging babi yang dalamnya itu bersih apakah tetap halal/haram ?
Jawaban :
Fatimatuz Zahra (203111205)
Tetap haram, karena pada hakikatnya, babi masuk kedalam hewan yang diharamkan untuk
dimakan dan telah disebutkan dalam Al Quran Surah An Nahl ayat 115. Kemudian mayoritas
ulama, dapat disimpulkan bahwa keharaman babi bukan hanya sebatas dagingnya, tetapi
mencakum semua organ tubuhnya yang ain. Maka dari itu, ada baiknya setiap muslim
menghindari makanan yang mengandung unsur babi karena itu diharamkan.

Kelompok 6 : Fatma Syifa’ Nabila A (203111185)


Bagaimana hukumnya memakan ikan mentah ?
Jawaban :
Fatimatuz Zahra (203111205)
Sebagaimana ikan dan belalang hukumnya adalah halal dan bangkai keduanya juga halal
menurut kesepakatan para ulama. Dan juga tidak perlu menyembelih ikan dan memotong kepala
belalang. Meskipun boleh dan halal makan ikan mentah, namun para ulama berbeda pendapat
mengenai status hukumnya. Setidaknya, ada dua pendapat ulama dalam masalah ini. Pertama,
makan ikan mentah hukumnya makruh. Meskipun halal, namun jika dimakan hidup-hidup
hukumnya makruh, sebaiknya dihindari. Sebaiknya ikan dimakan dalam keadaan sudah mati,
baik dengan mati sendiri, dipotong kepalanya terlebih dahulu, dan lainnya. Ini adalah pendapat
yang shahih dari kalangan ulama Syafiiyah. Kedua, makan ikan dalam keadaan masih hidup
hukumnya haram. Meskipun halal, namun jika dimakan hidup-hidup hukumnya haram. Karena
itu, makan ikan dalam keadaan masih hidup harus dihindari karena hal itu termasuk bagian dari
menyakiti hewan yang tidak dibenarkan

Kelompok 7 : Muhammad Ahsan Hidayat (203111190)


Boleh atau tidak membuat makanan yang rasanya dan bahan dasarnya halal tetapi bentuknya
haram ?
Jawaban :
Raihan Arendra (203111204)
Boleh-boleh saja, dikarenakan haram disebabkan oleh bahannya yang dasarnya haram, atau
terpengaruh oleh beberapa hal yang menjadikannya haram, apabila hanya mengambil bentuk
atau nama dari sesuatu yang haram secara hukum boleh" saja

Kelompok 8 : Annisa Nur ‘Aini Rohmawati (203111191)


Indikator apa saja yang membuat makanan/minuman haram bisa dijadikan sebagai obat ?
Jawaban :
Fatimatuz Zahra (203111205)
Indikator/ syaratnya yaitu tidak ada obat lain yang halal utuk menggantikan obat yang haram itu.
Kemudian di syaratkan bahwa orang yang berobat itu tidak bermaksud untuk kesenangan dan
tidak ingin kelezatan serta tidak pula melebihi ukuran yang telah ditentukan dokter. Hal ini
disamakan dengan bolehnya menggunakan khamar dalam keadaan darurat. Dalam Al-Qur’an
terdapat dalil yang menyatakan tentang keadaan darurat yaitu sebagai berikut Artinya:
sesungguhnya Allah hanya mengaharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang
yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan
terpaksa (memakannya) dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dos baginya.
Seseungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang. (Q.S Al-baqarah ayat 173).
Selain itu terdapat kaedah fiqh “Laa dhararu walaa dhiraara” yang artinya “tidak boleh
memberi memudaratkan dan membalas kemudaratan”. Jadi, dalam islam membolehkan
memakan atau meminum sesuatu yang haram jika memenuhi unsur-unsur darurat, seperti tidak
ada lagi makanan atau minuman yang halal, namun yang ada hanyalah makanan atau minuman
maupun oabatan yang haram, maka boleh dikonsumsi dikarenakan dalam keadaan darurat.
Namun parau ulama membatasi pemakaian barang-barang haram itu dengan harus memnuhi
beberapa syarat yaitu keadaan itu bebtul-betul darurat tidak ada barang yang halal terkecuali
yang ada hanyalah barang yang haram, dan pemakainnya tidak boleh berlebihan dan tidak untuk
dinikmati atau hanya sekedar untuk bertahan hidup dalam pemakaian barang-barang yang haram

Kelompok 9 : Faqih Abdul Aziz (203111193)


Bagaimana hukumnya memakan makanan yang prosentase halalnya hanya 80% ?
Jawaban :
Fatimatuz Zahra (203111205)
Hukum makanan adalah halal dan ini yang disampaikan oleh ulama melalui kaidah:

‫الصل يف األشياء اإلابحة‬


“Hukum asal sesuatu (muamalah) adalah boleh”
Inilah yang disebut hukum asal , kaidah yang disusun ulama dan memudahkan kita, sehingga jika
kita ragu-ragu maka dikembalikan ke hukum asalnya. Ini perintah agama agar kita selalu
membuang keragu-raguan jika kita mampu, karena hidup terlalu banyak dalam keraguan tidak
baik dan ini sebagaimana hadist. Jika ada bukti nyata dan pasti ada yang haram pada makanan
barulah hukumnya haram, bukan sekedar diperkirakan atau sekedar dugaan saja, Karena suatu
yang yakin tidak bisa hilang dengan keraguan

Kelompok 10 : Istiqomah (203111197)


Apakah ada dalil yang secara spesifik menjelaskan tentang makanan yang tidak kotor/tidak
menjijikkan merupakan makanan yang halal ?
Jawaban :
Fatimatuz Zahra (203111205)
Dalam Al Qur’an, makanan menjijikkan di sini disebut dengan khobits. Makna khobits inilah
yang mesti kita pahami sebelum kita menghukumi makanan yang menjijikkan. Allah Ta’ala
berfirman,

َ ِ‫َوُُيَِِّرَُم َعلَْي ِه َُم ا ْْلَبَائ‬


َ‫ث‬
“Dan dia mengharamkan bagi mereka segala yang khobits” (QS Al A’raf: 157).
Makna khobits dalam ayat ini ada tiga pendapat, yaitu: Khobits adalah makanan haram. Jadi
yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah dilarang menyantap makanan haram. Khobits
bermakna segala sesuatu yang merasa jijik untuk memakannya, seperti ular dan hasyarot
(berbagai hewan kecil yang hidup di darat). Khobits bermakna bangkai, darah dan daging babi
yang dianggap halal. Artinya, Allah mengharamkan bentuk penghalalan semacam ini padahal
bangkai, darah dan daging babi sudah jelas-jelas haram.

Kelompok 11 : Septi Munawarah (203111199)


Bagaimana hukumnya membeli ayam yang kita tidak tahu cara menyembelihnya ?
Jawaban :
Fadilla Putri Rahmanti (203111206)
Ketika tidak diketahui secara jelas apakah daging ini penyembelihannya secara islam atau tidak,
maka dilihat dari mayoritas penduduknya di negara tersebut. Jika mayoritas penduduknya
muslim maka hukumnya halal, jika sebaliknya maka hukumnya tidak boleh. Sebagaimana yang
dijelaskan pada kitab Haasyiyatul Bujairomy. “Apabila ia berada di daerah yang terdapat orang
majusi (non muslim) dan orang muslim dan tidak diketahui penyembelih hewannya apakah dia
seorang muslim atau majusi (non muslim)? Maka tidak boleh memakannya karena adanya
keraguan pada penyembelihan hewan yang halal, adapun dasar hukum asal itu adamuhu (tidak
ada) (artinya tidak disembelihnya). Tetapi apabila orang muslim menjadi mayoritas seperti di
daerah mayoritas muslim maka hukumnya halal” Makna majusi disini adalah orang yang tidak
halal dalam penyembelihannya (non muslim). (Sulaiman bin Muhammad bin Umar Al-
Bujairomi, Hasyiyatul Bujairomi jilid 4 hal 305).
Kelompok 12 : Wahyuningsih (203111202)
Bagaimana hukumnya memakan makanan yang nama-namanya itu tidak baik/haram ?
Jawaban :
Fadilla Putri Rahmanti (203111206)
Jika nama-nama yang digunakan dalam makanan itu tidak baik bahkan haram, maka sebaiknya
juga dilihat kembali dari segi komposisi atau bahan dasar yang digunakan dalam makanan
tersebut. Jika bahan dasarnya misalnya dari ayam, udang, dll yang hukum asalnya itu dihalalkan
maka tidak apa-apa jika memakan makanan tersebut. Contohnya mie gacoan, dia belum
mendapatkan sertifikat/label halal dari MUI karena nama-nama yang digunakan mengandung
unsur yang tidak baik. Tetapi jika dilihat kembali dari bahan baku yang diguanakan dalam mie
tersebut halal maka tidak apa-apa. Dan kembali lagi ke diri sendiri jika yakin makanan tersebut
tetap halal karena bahan bakunya tadi maka boleh memakannya. Jika ragu-ragu sebaiknya
ditinggalkan/tidak dimakan.

Kelompok 14 : Fadzila Nur Nubuahfa (203111209)


Apakah makanan yang berlemak itu haram ?
Jawaban :
Fadilla Putri Rahmanti (203111206)
Semua makanan pada dasarnya halal dimakan, kecuali apabila ada nash al-qur’an atau hadis
yang mengharamkannya. Dan ada kemungkinan sesuatu tersebut juga menjadi haram karena
mengandung mudharat bagi yang mengonsumsinya. Contohnya makanan yang berlemak itu tadi,
jika yang mengonsumsi orang sehat tidak memiliki riwayat kolestrol maka tidak apa-apa asal
tidak berlebihan. Kemudian sebaliknya jika dikonsumsi orang yang memiliki riwayat kolestrol
tentu akan menimbulkan mudharat dan itu diharamkan. Jadi selama makanan tersebut tidak
mengandung lemak yang berlebihan dan tidak menimbulkan mudharat maka hukumnya halal
dikonsumsi.

Anda mungkin juga menyukai