Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Awal tahun 2020 menjadi awal yang baru bagi seluruh masyarakat dunia
termasuk Indonesia. Pandemi wabah virus COVID-19 yang menyerang ke semua bagian
dunia menyebabkan seluruh masyarakat dunia gempar. Data pasien penderita COVID-19
semakin hari semakin meningkat menyebabkan segala aktivitas terganggu. Dampak yang
disebabkan pandemi COVID-19 ini salah satunya adalah dalam bidang pendidikan, hal
inilah menyebabkan proses belajar dan mengajar yang awalnya dilakukan di dalam kelas
berubah dan dilakukan di rumah. Dengan bantuan jaringan internet dan teknologi yang
memadai maka proses pembelajaran mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan
Tinggi beralih menjadi pembelajaran secara online. Pembelajaran online dengan
memanfaatkan aplikasi atau layanan yang tersedia seperti Google Meet, Zoom, Google
Classroom dan sebagainya. Meskipun demikian, masih banyak kekurangan belajar dari
rumah. Mulai dari tenaga pendidik, sistem jaringan internet, kemampuan murid
menangkap informasi secara virtual dan yang lainnya.
Menurut pengamat pendidikan Center of Education Regulations and
Development Analysis (CERDAS), Indra Charismiadji menjelaskan bahwa pendidikan di
Indonesia belum siap menggunakan sistem jarak jauh selama pandemi COVID-19.
Bahkan lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Indonesia belum mampu menghadapi dunia
baru abad-21 (CNN,2020). Akan tetapi melihat pandemi yang belum diketahui kapan
berakhirnya, sistem pembelajaran daring atau online ini akan tetap diberlakukan
kedepannya. Oleh karena itu, seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia sudah mulai
menerapkan sistem belajar dari rumah hingga saat ini. Salah satunya adalah Universitas x
di kota salatiga yang memiliki sistem pembelajaran yang dapat memudahkan mahasiswa
dalam pembelajaran secara daring, dengan menggunakan Flexible Learning (F-Learn).
Beberapa fitur yang menarik disediakan dalam F-Learn, dengan tujuan membantu
penyampaian informasi dan materi dari dosen kepada mahasiswa. Disamping itu
membantu mahasiswa melampirkan tugas dalam bentuk soft file, Namun dibalik
keuntungan dari aplikasi yang dirasa membantu dalam proses pembelajaran daring, masih
ditemui banyak kekurangan dari proses pembelajaran daring.
Self Regulated Learning sendiri merupakan kemampuan seseorang dalam
mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri dalam berbagai cara sehingga
dapat mencapai hasil belajar yang optimal (wolter, 1998). Proses belajar dengan Self
2

Regulated Learning merupakan pembangkit dan memantau diri atas pikiran, perasaaan,
dan perilaku yang bertujuan dalam mencapai suatu sasaran, yang berupa sasaran
akademik maupun sasaran emosional. Dengan memiliki Self Regulated Learning yang
baik maka mahasiswa diharapkan mampu mengikuti pembelajaran daring dengan baik.
Penulis melakukan wawancara awal pada tanggal 29 September 2020 dengan bertanya
kepada 15 mahasiswa yang terdiri dari 9 laki-laki dan 6 perempuan mengenai perasaan
dan kesulitan selama proses pembelajaran daring. Dari lima mahasiswa laki-laki
mengatakan mengalami kendala kuota, kurang aktif dalam kelas, dan terkadang
mengalami gangguan sinyal. Lalu dari empat mahasiswa laki-laki lainnya mengatakan
mengalami kendala kurang memahami materi yang disampaikan disebabkan sinyal putus-
putus dan kurang aktifnya di dalam kelas, serta sering tertidur di dalam kelas. Dari hal
tersebut membuat mereka kurang dapat menerapkan Self Regulated Learning pada saat
pembelajaran berlangsung, hal ini mengakibatkan mereka susah untuk fokus pada materi
pembelajaran, serta beberapa informasi yang disampaikan oleh dosen kurang dimengerti.
Lalu dari 6 perempuan lainnya tidak mengalami kendala seperti yang dikatakan oleh
mahasiswa laki-laki mereka merasa cenderung fleksibel dalam pembelajaran daring.
Selama proses pembelajaran daring, mahasiswa diharapkan mampu mengelola dan
mengatur dirinya sendiri. Menurut Harris dkk., (2011), menyebutkan bahwa dengan
adanya belajar dari rumah, pembelajar harus lebih mampu mengelola diri dibanding saat
bertatap muka. Kemampuan untuk mengelola dan mengatur diri selama proses
pembelajaran disebut dengan Self Regulated Learning.
Self Regulated Learning menurut Zimmerman & Martinez-Pons (1990)
mendefinisikan sebagai tingkatan dimana partisipan atau pembelajar secara aktif
melibatkan metakognisi, motivasi, dan perilaku dalam proses belajar. Zimmerman (
dalam Sumayyah, 2016) menjelaskan regulasi diri mengacu pada proses yang digunakan
individu untuk memfokuskan pikiran, perasaan, dan tindakan secara sistematis pada
pencapain tujuan. Individu yang memiliki regulasi diri yang tinggi akan mengerti arah
tujuan yang diinginkannya dan dapat menentukan rencana-rencana tertentu yang sesuai
dengan tujuan. Sebaliknya apabila Individu memiliki regulasi diri yang rendah maka
individu masih belum mengerti mengenai tujuan yang ingin dicapainya sehingga perilaku
yang mereka lakukan belum teratur. Dalam proses belajar dari rumah saat ini, mahasiswa
diharapkan memiliki Self Regulated Learning yang baik. Dalam penelitiannya, Winter
dkk., (2008) menjelaskan bahwa pembelajaran yang berhasil adalah individu yang
mampu mengelola pembelajarannya sendiri. Kebiasaan mengatur dan mengarahkan diri
sendiri diharapkan dapat terbentuk dalam proses belajar secara daring.
3

Faktor yang mempengaruhi Self Regulated Learning menurut Zimmerman (1990),


dalam teori sosial kognitif terdapat tiga hal yaitu faktor individu, perilaku dan
lingkungan. Sedangkan, faktor lain yang mempengaruhi Self Regulated Learning adalah
jenis kelamin dan tingkatan kelas (Zimmerman, 1989). Pada penelitian ini, peneliti
memfokuskan untuk meneliti Self Regulated Learning dalam pembelajaran daring
ditinjau dari jenis kelamin. Dengan tujuan untuk melihat perbedaan Self Regulated
Learning dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada mahasiswa UKSW. Beberapa
hasil penelitian sebelumnya dari Jenny (2001), lien (2002) dkk membahas mengenai
regulasi diri belajar menunjuk ke tidak konsistenan atau berbanding terbalik Self
Regulated Learning antara siswa laki-laki dan perempuan. Penelitian Jenny (2001),
menyatakan bahwa pembelajar di Israel dan Singapura dengan jenis kelamin laki-laki
lebih baik dalam Self Regulated Learning dibandingkan dengan perempuan. Sebaliknya,
penelitian menurut Bidjerano (2005) menemukan perbedaan signifikan menyangkut
strategi Self Regulated Learning antara siswa laki-laki dan perempuan dimana siswa
perempuan lebik baik dalam strategi Self Regulated Learning jika dibandingkan dengan
siswa laki-laki. penelitian Lien, Tilor dan Seeman (2002) di California menunjukkan
bahwa perempuan memiliki regulasi diri dalam belajar lebih baik dari laki-laki. Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Alsa (2005), yang menemukan bahwa regulasi diri
berkolasi positif dengan prestasi belajar matematika, dan tidak adanya perbedaan regulasi
antara siswa laki-laki dan perempuan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Miller (2002)
juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan Self Regulated Learning. Melihat fenomena
mengenai pembelajaran daring saat ini pada mahasiswa, serta ketertarikan penulis
terhadap topik ini maka penulis merasa kajian mengenai Self Regulated Learning perlu
dilakukan.
Selain itu penulis mendapati bahwa penelitian Self Regulated Learning belum
banyak dilakukan di Indonesia, khususnya dalam sistem pembelajaran daring atau online,
serta penelitian yang akan dilakukan ini berbeda, di karena dalam konteks BDR ( Belajar
Dari Rumah). Dalam penelitian ini juga diharapkan menambah referensi mengenai Self
Regulated Learning yang dilakukan dalam pembelajaran daring, serta memberikan
dampak untuk membantu para peneliti lain mengenai topik Self Regulated Learning yang
dilakukan dalam tinjau beda, dan membantu peneliti lain dalam menentukan
pembelajaran daring yang tepat untuk keperluan penelitian selanjutnya. Berdasarkan latar
belakang tersebut penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai perbedaan Self
Regulated Learning ditinjau dari jenis kelamin pada mahasiswa selama belajar dari
rumah (BDR).
4

2. Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan Self Regulation Learning pada mahasiswa ditinjau dari jenis
kelamin selama belajar dari rumah (BDR)?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan Self Regulated Learning pada
mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin selama belajar dari rumah (BDR)?
4. Manfaat Penelitian
4.1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan edukasi/ pengetahuan mengenai Self
Regulated Learning sehingga dapat digunakan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peneliti yang ingin
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Self Regulated Learning khususnya
dalam ruang lingkup universal.

4.2. Manfaat Praktis


Menambah wawasan tentang perbedaan Self Regulated Learning pada laki-laki dan
perempuan pada mahasiswa/mahasiswi.

Anda mungkin juga menyukai