permasalahan yang muncul pada Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Berbagai
permasalahan tersebut berasal dari anggota institusi yaitu tenaga pengajar (dosen) dan juga
pelajar (mahasiswa). Adapun permasalahan tersebut berkaitan dengan kegiatan pembelajaran
jarak jauh secara daring di Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Proses pembelajaran jarak jauh secara daring telah dilakukan selama masa
pandemi yang melibatkan pengajar dan pelajar (mahasiswa). Ditinjau dari tenaga pengajar,
beberapa pengajar telah berusaha maksimal dalam mempertahankan kualitas bahan ajar yang
diberikan. Diketahui bahwa beberapa dosen menggunakan berbagai media pembelajaran guna
memaksimalkan variasi dalam mengajar agar menarik. Misalnya dengan menggunakan video
pembelajaran yang di unggah melalui youtube, menggunakan aplikasi canva sebagai media
untuk membuat presentasi yang menarik, membuat kuis atau ujian melalui formulir google, serta
menggunakan metode diskusi dengan melibatkan beberapa kasus melalui google classroom
maupun whatsapp group. Beberapa media tersebut dijadikan sebagai wadah untuk mahasiswa
menerima informasi pembelajaran secara daring dengan menggunakan teknologi yang biasa
disebut sebagai e-learning.
Penggunaan teknologi dan informasi bagi para pengajar juga menjadi kendala,
diketahui bahwa terdapat beberapa dosen yang belum optimal dalam memvariasikan dan
menggunakan berbagai alat bantu mengajar. Kendala yang ditemukan yaitu antara lain dosen
yang kesulitan menggunakan alat bantu mengajar yang berbasis teknologi dan informasi. Hal ini
juga berkaitan dengan gangguan eksternal yang dialami dosen, misalnya ketika bekerja dari
rumah (Work From Home) membuat sebagian pengajar sulit mengatur waktu antara jadwal
mengajar dan pribadi lainnya. Hal tersebut menyebabkan dosen menggunakan media
pembelajaran daring yang minim, seperti memberikan materi dan referensi buku atau jurnal
untuk dibaca mahasiswa lewat google classroom atau whatsapp grup, memberikan tugas tanpa
penjelasan secara mendetail, serta terdapat dosen yang kurang dapat mengelola kelas yang
diampu sehingga dapat memengaruhi respon mahasiswa. Menurut Korth, Erickson, dan Hall
(2009) pengajar yang memiliki kesiapan dalam pembelajaran dalam kondisi apapun akan
meningkatkan kualitas sebagai pengajar. Oleh sebab itu, performa dosen yang menurun akan
mengakibatkan performa belajar mahasiswa yang juga menurun.
Menurunnya performa sebagian pengajar juga tidak terlepas dari adanya rasa
jenuh. Kejenuhan pengajar dalam bekerja secara daring akhirnya membuat bahan ajar yang
disusun oleh beberapa pengajar tampak kurang maksimal. Misalnya pengajar sulit
mempertahankan kualitas dan juga kreativitas dalam membuat bahan ajar yang menarik. Hal
tersebut dikarenakan tuntutan tugas dan pembuatan bahan ajar dalam pembelajaran daring lebih
kompleks dari kegiatan pembelajaran sebelumnya (tatap muka).
Proses belajar yang lebih kompleks salah satu alasan yang dapat memengaruhi
materi yang diterima oleh mahasiswa dan kurangnya pehamanan yang didapatkan. Namun,
berdasarkan teori regulasi diri dalam belajar, mahasiswa dapat melakukan meningkatkan regulasi
diri dalam belajar yang dapat mengintegrasikan banyak hal tentang belajar efektif. Pengetahuan,
motivasi, dan disiplin diri atau volition (kemauan‐diri) merupakan faktor-faktor penting yang
dapat memengaruhi regulasi diri dalam belajar (Woolfolk, 2008). Dengan kata lain, mahasiswa
dalam mencari cara atau mengontrol diri untuk tetap fokus dan aktif dalam pembelajaran asalkan
memiliki kemauan diri dalam melakukannya.
Kendala atau kesulitan pembelajaran daring tidak hanya dirasakan oleh para
pengajar, namun juga dirasakan para pelajar (mahasiswa). Salah satu hambatan mendasar bagi
para mahasiswa dalam mengikuti perkulihan daring ialah permasalahan teknis. Berdasarkan hasil
laporan yang diterima pengajar, mahasiswa sering mengaku bahwa tidak dapat mengikuti
perkuliahan secara maksimal akibat terbatasnya kuota, sinyal yang kurang memadai, lokasi
tempat tinggal yang kurang kondusif, serta keterampilan dalam menggunakan teknologi yang
masih kurang. Hal ini dapat memengaruhi proses belajar pada mahasiwa. Akan tetapi, para
pengajar juga tidak dapat banyak membantu selain menerima alasan yang diberikan para
mahasiswa.
Para pengajar berharap bagi para mahasiswa agar dapat mencari cara untuk dapat
menyelesaikan permasalah teknis tersebut. Misalnya apabila jaringan yang kurang baik pada saat
di rumah, para mahasiswa dapat berpindah tempat/lokasi agar mendapatkan sinyal yang lebih
baik. Para pengajar berharap bahwa mahasiswa memiliki motivasi yang lebih baik lagi dalam
mengikuti pembelajaran jarak jauh secara daring, agar permasalahn tersebut dapat teratasi
dengan optimal. Menurut Gie (1995) pendorongan diri (motivasi) yang kuat akan melahirkan
minat besar untuk melakukan studi dengan sepenuh kemampuan. Lebih lanjut, Zimmerman
(2000) juga menjelaskan bahwa motivasi merupakan bagian dari proses pelajar dalam mengatur
dirinya. Diharapkan dengan meningkatnya motivasi belajar pada mahasiswa dapat berpengaruh
pada bagaimana mahasiswa mengontrol pengetahuan dan keterampilan‐keterampilan yang
dimilikinya untuk mencapai pembelajaran yang efektif.
Menurut Borkowski, Carr, Rellinger, dan Pressley, (dalam pers Zimmerman &
Martinez-Pons, 1986, 1990) ketika pelajar menghadapi hambatan seperti kondisi belajar yang
buruk, pengajar yang membingungkan, atau buku teks yang sulit dipahami, pelajar dapat
menemukan cara untuk melewatinya dengan baik. Regulasi diri dalam belajar melihat akuisisi
sebagai proses yang sistematis dan terkendali, dan menerima tanggung jawab yang lebih besar
untuk hasil pencapaian yang dituju.
Pada saat ini mahasiswa juga mulai merasa jenuh dan tidak bersemangat dalam
mengikuti kegiatan perkuliahan secara daring. Hal ini dikarenakan tuntutan tugas yang lebih
banyak dibandingkan pada saat perkuliahan tatap muka. Kejenuhan dalam belajar adalah rentang
waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil. Mahasiswa yang
yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang
diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan (Syah, 2002). Sistem pembelajaran daring menuntut
mahasiswa untuk mandiri dan bertanggung jawab selama proses belajar, karenanya pelajar harus
mampu meregulasi, mengatur, dan mengontrol proses belajarnya. Sebaliknya, jika pelajar tidak
mampu meregulasi proses belajar akan berakibat terganggunya pembelajaran, seperti munculnya
kejenuhan belajar (Muna, 2013). Untuk mereduksi (mengurangi) tingkat kejenuhan belajar
pelajar harus mampu mengatur sendiri proses belajarnya, sehingga membutuhkan regulasi diri
dalam mengikuti proses pembelajaran. Regulasi diri merupakan dasar kesuksesan belajar,
pemecahan masalah, transfer belajar, dan kesuksesan belajar secara umum (Muna, 2013).