Anda di halaman 1dari 7

TUGAS FINAL

HUKUM PIDANA INTERNASIONAL

DISUSUN OLEH:
NAMA:ANNISA ASRI CAHAYAIMANI
NIM:H1A119157
KELAS:A

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
A. Kasus posisi Peristiwa Tanjung Priok
Peristiwa Tanjung Priok adalah peristiwa kerusuhan yang terjadi pada 12 September 1984
di Tanjung Priok, Jakarta, Indonesia yang mengakibatkan sejumlah korban tewas dan luka-
luka serta sejumlah gedung rusak terbakar.
Sekelompok massa melakukan defile sambil merusak sejumlah gedung dan akhirnya
bentrok dengan aparat yang kemudian menembaki mereka. Sedikitnya, 9 orang tewas
terbakar dalam kerusuhan tersebut dan 24 orang tewas oleh tindakan aparat.
Kerusuhan tersebut berawal dari cekcok yang terjadi antara Bintara Pembina Desa
(Babinsa) dengan warga pada tanggal 10 September 1984. Pada saat itu, Babinsa meminta
warga untuk mencopot spanduk dan brosur yang dianggap tidak bernapaskan Pancasila. Perlu
Anda ketahui bahwa saat itu pemerintah Orde Baru melarang adanya paham-paham yang
dianggap anti-Pancasila di tengah-tengah masyarakat.
Dua hari setelahnya spanduk tersebut belum juga dilepas oleh warga. Hingga akhirnya,
petugas Babinsa langsung mencopotnya sendiri. Akan tetapi, pada saat yang sama ketika
petugas Babinsa melakukan pencopotan, mereka dianggap melakukan pencemaran terhadap
masjid oleh warga.
Kemudian pada tanggal 11 September 1984, beberapa warga meminta bantuan tokoh
masyarakat agar kerusuhan ini bisa segera diselesaikan. Sayangnya, permintaan tersebut tidak
ditanggapi. Hal inilah yang kemudian membuat permasalahan menjadi semakin besar dan
puncaknya pada tanggal 12 September 1984, ada sekitar 1.500 orang mulai bergerak dan
berakhir dengan kericuhan. Setidaknya ada 400 orang yang tewas dalam tragedi Tanjung
Priok ini.
Peristiwa berdarah Tanjung Priok 1984, adalah satu peristiwa yang sudah disiapkan
sebelumnya dengan matang oleh intel-intel militer. Militerlah yang menskenario dan
merekayasa kasus pembataian Tanjung Priok, Ini adalah bagian dari operasi militer yang
bertujuan untuk mengkatagorikan kegiatan-kegiatan keislaman sebagai suatu tindak
kejahatan, dan para pelaku dijadikan sasaran korban. Terpilihnya Tanjung sebagai tempat
sebagai "The Killing field" juga bukan tanpa survey dan anlisa yang matang dari intelejen.
Kondisi sosial ekonomi tanjung priok yang menjadi dasar pertimbangan. Tanjung Priok
adalah salah satu wilayah basis Islam yang kuat, denga kondisi pemukiman yang padat dan
kumuh. Mayoritas penduduknya tinggal dirumah-rumah sederhana yang terbuat dari barang
bekas pakai. kebanyakan penduduknya bekerja sebagai buruh galangan kapal, dan buruh
serabutan. Dengan kondisi sosial ekonomi yang rendah ditambah dengan pendidikan yang
minim seperti itu menjadikan Tanjung Priok sebagai wilayah yang mudah sekali terpengaruh
dengan gejolak dari luar, sehingga mudah sekali tersulut berbagai isu.
Suasana panas di Tanjung Priok sudah di rasakan sebulan sebelum peristiwa itu terjadi.
Upaya -upaya provokatif memancing massa telah banyak dilakukan diantaranya,
pembangunan gedung bioskup tugu yang sering memutar film maksiat yang berdiri persis
berseberangan degan masjid Al-hidayah. Tokoh-tokoh islam menduga keras bahwa suasana
panas itu memang sengaja direkayasa oleh orang-orang tertentu di pemerintahan yang
memusuhi islam. Suasana rekayasa ini terutama sekali dirasakan oleh ulama-ulama di luar
tanjung priok. Sebab, di kawasan lain kota di jakarta terjadi sensor yang ketat terhadap para
mubaligh, kenapa di Tanjung Priok sebagai basis islam para mubalighnya bebas sekali untuk
berbicara, bahkan mengkritik pemerintah dan menentang azas tunggal pancasila. Tokoh
senior seperti M Natsir dan syarifudin Prawiranegara sebenarnya telah melarang ulama untuk
datang ketanjung priok agar tidak masuk perangkap, namun seruan itu rupanya tidak
terdengar oleh ulama-ulama tanjung priok.

B. Dakwaan Jaksa Kasus Tanjung Priok


Majelis Hakim menjelaskan bahwa dakwaan pertama dan kedua dari JPU ad hoc
Muhammad Yusuf terbukti. Dalam dakwaan pertama JPU tersebut menyebutkan tentang
adanya pembunuhan yang mengakibatkan 23 orang meninggal dunia.
Butar Butar terbukti melanggar pasal 42 (2) a dan b Undang-undang No.26 tahun 2000
tentang Pengadilan HAM. Menurut majelis, berdasarkan fakta-fakta yang terungkap selama
persidangan, jelas menunjukkan adanya pembunuhan terhadap warga negara sipil. Saat itu,
terdakwa mengetahui benar pasukan regu III Arhanudse melakukan penembakan.
Kejadian malam hari 12 September 20 tahun lalu itu sebenarnya juga menimbulkan
korban di pihak militer. Namun, kalau warga sipil yang tewas sampai 23 orang, di pihak
militer hanya dua orang anggota regu III Arhanudse mengalami luka-luka. Luka yang diderita
pun hanya sebatas luka bekas lemparan batu dan luka gigitan. Tidak ada luka bacokan atau
ditombak.
Namun, Majelis berpendapat dakwaan JPU tentang adanya perampasan kemerdekaan
tidak terbukti. Mereka yang ditahan di Makodim 0502 bukanlah perampasan kemerdekaan
tetapi bagian dari proses, ujar Cicut. Untuk itu dakwaan ketiga JPU tidak terbukti.
Butar Butar yang dianggap telah berbakti dan berjasa kepada negara menjadi salah satu
pertimbangan hakim untuk meringankan hukuman. Selain itu beberapa keluarga korban telah
memaafkan terdakwa, khususnya setelah adanya islah antar kedua belah pihak.
Majelis hakim memvonis vonis 10 tahun penjara bagi mantan Komandan Kodim 0502
Jakarta Utara, Mayjen (Purn) Rudolf Adolf Butar Butar. Ini kasus pelanggaran HAM
Tanjungpriok pertama yang diputus.
RA Butar Butar
• Pembacaan dakwaan tgl 30 september 2003. No. perkara 02/HAM/Tj.PRIOK/09/2003
- Dakwaan I: Pembunuhan Pasal 42 ayat 1 huruf a dan b jis pasal 7 huruf b, pasal 9
huruf a, pasal 37 UU No 26 tahun 2000
- Dakwaan II: Penganiayaan Pasal 42 ayat 1 huruf a dan b jis pasal 7 huruf b, pasal 9
huruf h, pasal 40 UU No 26 tahun 2000
- Dakwaan III : perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang
Pasal 42 ayat 1 huruf a dan b jis pasal 7 huruf b, pasal 9 huruf e UU No 26 tahun 2000
Sriyanto
• Pembacaan dakwaan tgl 23 oktober 2003 No Reg perkara 04/HAM/TJ-Priok/09/2003
- Dakwaan I: Pembunuhan Pasal 7 huruf b jis pasal 9 huruf a, pasal 37 UU No. 26/2000
Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP
- Dakwaan II Primer: Percobaan Pembunuhan Pasal 7 huruf b jis pasal 9 huruf a, pasal
41, pasal 37 UU No 26 tahun 200, pasal 55 ayat 1 ke-1, pasal 53 ayat (1) KUHP
Subsider :
Penganiayaan Pasal 7 huruf b jis pasal 9 huruf h, pasal 40 UU No 26 tahun 200, pasal 55
ayat 1 ke- 1 KUHP
Pranowo
 Pembacaan dakwaan pada tanggal 23 September 2003 No reg perkara 03/HAM/TJ-
Priok/09/2003
- Dakwaan I : Perampasan Kemerdekaan Sewenang-wenang: Pasal 7 huruf b jis pasal 9
huruf e, pasal 37 UU No 26 tahun 200, pasal 55 ayat 1 ke-1, pasal 64 KUHP
- Dakwaan II: Penyiksaan: Pasal 42 ayat 1 huruf a dan b jis pasal 7 huruf b, pasal 9
huruf f, pasal 39 UU No. 26 tahun 2000, pasal 64 KUHP
Sutrisno mascung Cs
No 01/HAM/TJ-Priok/08/2003
 Pembacaan dakwaan tgl 15 september 2003
- Dakwaan I: Pembunuhan pasal 7 huruf b jis pasal 9 huruf a, pasal 37 UU No 26/2000
Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP
- Dakwaan II Primer : Percobaan Pembunuhan pasal 7 huruf b jis pasal 9 huruf a, pasal
41, pasal 37 UU No 26/2000 Pasal 55 ayat 1 ke-1, pasal 53 ayat 1 KUHP
- Dakwaan III Subsider: Penganiayaan: pasal 7 huruf b jis pasal 9 huruf h, pasal 40 UU
No 26/2000 Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP

C. Putusan Hakim
Vonis 10 tahun: Pebacaan putusan tgl 30 april 2004 ( No. 03/PID/HAM/AD HOC/2003/PN
JKT PST)
Dalam putusannya :
1. Menyatakan terdakwa RA butar Butar terbukti secara sah dan meyakinkan menurut
hukum bersalah melakukan tindak pidana pelanggaran Ham yang berat dalam
dakwaan kesatu dan kedua
2. menyatakan terdakwa tidak bersalah dalm dakwaan ketiga dan membebaskan
terdakwa dari dakwaan
3. menghukum terdakwa dengan pidana penjara selama 10 tahun.
4. memberikan kompensasi kepada korban atau ahli warisnya yang proses serta
jumlahnya sesuai ketentuan yang berlaku

Sriyanto dinyatakan Bebas


 Pembacaan putusan tgl 12 agustus 2004
Majelis hakim memutuskan:
1. terdakwa tidak terbukti secara`sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
pelanggaran HAM berat baik ang didakwakan dalam dakwaan kesatu maupun
dakwaan kedua primer serta dalam dakwan subsider.
2. dikembalikan hak-haknya dalam kemampuan kedudukan, harkat serta martabatnya.
Majelis hakim memvonis Bebas Pranowo pada tanggal 10 Agustus 2004.
Mengadili :
1. menyatakan bahwa mayjen TNI Purn Pranowo tidak terbukti bersalah secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana seperti yang didakwakan dalam dakwaan
kesatu dan kedua
2. membebaskan terdakwa dari dakwaan kesatu dan kedua
3. memulihkan hak-hak terdakwa

Sutrisno Mascung Cs
Vonis 2 dan 3 tahun penjara Pembacaan Putusan tgl 20 agustus 2004
Dalam putusannya menyatakan:
1. bahwa terdakwa 1. sutrisno mascung, 2. asrori, 3. siswoyo, 4. abdul halim, 5. prayogi,
6. Muhson, 7. zulfata 8. Sumitro, 9 Sofyan hadi 10. Winarko secara sah dan
meyakinkan melakukan pelanggaran beratHAm berupa pembunuhan dan percobaan
pembunuhan
2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa 1 selama 3 tahun dan terdakwa II sampai XI
masing-masing 2 tahun
3. Membebankan negara membayar kompensasi berupa materil sebesar Rp.
658.000.000.00,- (enam ratus lima puluh delapan juta rupiah) dan immateril sebesar
Rp. 357.500.000.00,- (tiga ratus lima puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah) kepada
13 orang korban/ahli waris
4. menyatakan barang bukti berupa 1 buah truk reo 13 pucuk senjata SKS

D. Analisis Mengenai Kasus Tanjung Priok


Peristiwa Tanjung priok ini berawal dari hegemoni ideologi Pancasila oleh rejim Suharto
pada akhir tahun 1970an. Rejim Suharto setelah menyingkirkan politik kiri memandang
organisasi-organisasi islam islam politik sebagai musuh utamanya. Organisasi islam politik
disebut sebagai kelompok “ekstrim kanan” yang mengancam kesejahteraan masyarakat.
Mereka menentang kebijakan-kebijakan seperti indoktrinasi ideology di institusi-institusi
Pendidikan atau perencanaan perundang-undangan asas tunggal, dimana kebijakan tersebut
memaksa partai-partai dan organisasi-organisasi untuk menerima Pancasila sebagai satu-
satunya dasar ideologi mereka.
Di daerah Tanjung Priok ditemukan sebuah daerah Pelabuhan di sebelah utara Jakarta,
pada awal tahun 1984 muncul sebuah Gerakan perlawanan. Amir Biki seorang pengusaha
dan mubaligh, mengorganisir beberapa tabligh akbar dimana dalam acara tersebut terdapat
kotbah-kotbah kritis tentang korupsi, dominasi ekonomi masyarakat Indonesia keturunan
tionghoa dan perencanaan perundang-undangan asas tunggal.
Kelompok islam menentang karena tidak mau menempatkan agamanya di posisi ke dua.
Demikian juga di Tanjung Priok, sebuah daerah pelabuhan di sebelah utara Jakarta, pada
awal tahun 1984 muncul sebuah gerakan perlawanan. Amir Biki seorang pengusaha dan
mubaligh, mengorganisir beberapa tabligh akbar dimana dalam acara tersebut terdapat
kotbah-kotbah kritis tentang korupsi, dominasi ekonomi masyarakat indonesia keturunan
tionghoa dan perencanaan perundang-undangan asas tunggal.
Jenis-jenis pelanggaran HAM yang terjadi pada kasus Tanjung Priok yaitu
1. Pembunuhan secara kilat (Summary killing)
Tindakan pembunuhan secara kilat (summary killing) terjadi di depan Mapolres MetroJakarta
Utara tanggal 12 September 1984 pkl 23.00 akibat penggunaan kekerasanyang berlebihan
dari yang sepatutnya terhadap kelompok massa oleh satu regupasukan dari Kodim Jakarta
Utara dibawah pimpinan Serda Sutrisno Mascung dengansenjata semi otomatis. Para anggota
pasukan masing-masing membawa peluru yangdiambil dari gudang masing-masing sekitar 5-
10 peluru tajam. Atas tindakan ini jatuhkorban 24 orang tewas, 54 luka berat dan ringan. Atas
perintah Mayjen Try SoetrisnoPangdam V Jaya korban kemudian dibawa dengan tiga truk ke
RSPAD Gatot Subroto.
2. Penangkapan dan penahanan sewenang-wenang (Unlawful arrest and detention)
Setelah peristiwa, aparat TNI melakukan penggeledahan dan penangkapan terhadaporang-
orang yang dicurigai mempunyai hubungan dengan peristiwa Tanjung Priok.Korban diambil
di rumah atau ditangkap disekitar lokasi penembakan. Semua korbansekitar 160 orang
ditangkap tanpa prosedur dan surat perintah penangkapan dari yangberwenang. Keluarga
korban juga tidak diberitahu atau diberi tembusan surat perintah nahanan. Para korban
ditahan di Laksusda Jaya Kramat V, Mapomdam Guntur danRTM Cimanggis.
3. Penyiksaan (Torture)
Semua korban yang ditahan di Laksusda Jaya, Kodim, Guntur dan RTM
Cimanggismengalami penyiksaan, intimidasi dan teror dari aparat. Bentuk penyiksaan antara
laindipukul dengan popor senjata, ditendang, dipukul dan lain-lain.
4. Penghilangan orang secara paksa (Enforced or involuntary disappearance)
Penghilangan orang ini terjadi dalam tiga tahap, pertama; menyembunyikan identitasdan
jumlah korban yang tewas dari publik dan keluarganya. Hal itu terlihat dari carapenguburan
yang dilakukan secara diam-diam ditempat terpencil, terpisah-pisah dandilakukan di malam
hari.. Kedua; menyembunyikan korban dengan cara melarangkeluarga korban untuk melihat
kondisi dan keberadaan korban selama dalamperawatan dan penahanan aparat. Ketiga adalah
merusak dan memusnahkan barangbukti dan keterangan serta identitas korban. Akibat
tindakan penggelapan identitas danbarang bukti tersebut sulit untuk mengetahui keberadaan
dan jumlah korban yang sebenarnya secara pasti.
Dan pada analisis yang saya baca dan temukan saya mendaptkan bahwa kasus Tanjung priok
memiliki bukti-bukti yang berkaitan dengan kasus Tanjung priok yaitu
1. Proses dan hasil penggalian
Penggalian pada TPU Mangkok Sukapura langsung dilakukan pada makam-makam yang
sudah teridentifikasi melalui nama yang tertera di batu nisan dan keterangan keluarga korban.
Makam Kembar Abdul Kohar akhirnya ditemukan, namun makan Kastori dan M. sidik tidak
ditemukan. Penggalian di TPU Gedong, Condet, Jakarta timur tidak dapat dilaksanakan,
karena tidak ada bukti dan saksi pendukung yang dpat menemukan titik letak kuburan dengan
pasti.
2. Temuan forensik mengenai tanda
kekerasan dan sebab kematian
Pemeriksaan dan analisis yang teliti dapat disimpulkan bahwa empat kerangka dapat
dipastikan mati akibat tembakan senjata, tiga kerangka mati akibat kekerasan tumpul atau
tembakan senjata api, satu kerangka mati akibat kekerasan tumpul dan enam lainnya tidak
dapat dipastikan penyebab kematiannya.
3. Kesaksian keluarga korban Tan Keu Lim
Delapan orang keluarga Tan Keu Lim beserta satu orang pembantunya tewas terbakar
dirumah. Mengenai hal tersebut telah diperoleh kesaksian dan bukti-bukti baru berupa satu
buah Kartu Kelurga milik Tan Keu Lim (terlampir) serta kesaksian ketua RT 001/007
kelurahan Koja Selatan Jakarta Utara dan kesaksian dari keluarga Tan Keu Lim yang masih
hidup.
4. Pemeriksaan dokumen RSPAD Gatot
Subroto
Rekaman medik korban Tanjung Priok dinyatakan telah dimusnahkan oleh pihak RSPAD
Gatot Subroto karena telah memenuhi batas waktu lima tahun. Namun beritaacara
pemusnahan dokumen dimaksud tidak dapat diberikan oleh pihak RSPAD GatotSubroto
dengan alasan tidak dapat ditemukan lagi.

Anda mungkin juga menyukai