Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Telah dikemukakan pandangan Hugo Sinzheimer tentang tiga macam perwujudan


hokum, yaitu sebagai norma hokum ( yang dinamakan hokum normative dan menjadi
pokok bahasan dari dogmatic hokum ), sebagai cita hokum ( yang dinamakan hokum
ideal dan menjdai pokok bahsan dari filosofi hokum ) dan sebgai bentuk kehidupan nyata
dalam pergaulan hidup manusia ( yang dinamakan kenyataan hokum dan mnjadi pokok
bahasan dari sosiologi hokum).

Dalam bagian ini akan dijelaskan tentang beberapa pokok yang erat kaitannya
dengan perwuujudan hokum sebagai norma hokum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian norma ?
2. Apa macam-macamnya norma ?
3. Bagaimana hubungan antara norma hokum dan social?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apa pengertian norma
2. Untuk mengetahui Apa macam-macamnya norma
3. Untuk mengetahui Bagaimana hubungan antara norma hokum dan social
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Norma
Pengertian norma dari sudut tata bahasa yaitu aturan atau ketentuan yang
mengikat warga kelompok di masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan
pengendali tingkah laku yang sesuai dan diterima. Bias diartikan juga, aturan , ukuran
atau kaidah yang dipakai sebagai tolok ukur untuk menilai atau memperbandingkan
sesuatu. Selain istilah norma, juga adakalanya dikatakan istilah kaidah untuk maksud
yang sama, walaupun dari sudut tata bahasa istilah kaidah sebenarnya mempunyai arti
lain yaitu kaidah berarti rumusan asas yang menjadi hokum; aturan yang sudah pasti;
patokan; dalil. Selanjutnya akan digunakan istilah norma sebagai sandingan untuk
istilah-istilah bahasa asing yang lebih kurang sama bunyinya seperti norma dalam
bahasa belanda dan norma dalam bahasa inggris.
Dapat dikatakan bahwa norma dalah patokan atau ukuran untuk bersikap atau
bertindak. Dikaitkan dengan asal usul istilah ini dari bahasa latin, maka di satu pihak
norma menjadi dasar untuk menentukan bagaimana orang seharusnya bersikap atau
bertindak, dan di ain pihak norma menjadi dasar untuk menilai apakah orang telah
bersikap atau bertindak sesuai dengan yang ditentukan itu.1
B. Macam-macam Norma
Setiap individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan
individu atau kelompok lainnya. Interaksi social mereka juga senantiasa didasari oleh
adat dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Misalnya interaksi social dalam
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan sebagainya.
Masyarakat yang menginginkan hidup aman, tenteram, dan damai tanpa gangguan,
maka bagi tiap manusia perlu menjadi pedoman bagi segala tingkah laku manusia
dalam pergaulan hidup, sehingga kepentingan masing-masing dapat terpelihara dan
terjamin. Setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajiban masing-masing.
Tata itu lazim disebut kaidah (berasal dari bahasa arab) atau norma (berasal dar
bahasa latin) atau ukurn-ukuran.
Ada bermcam-macam norma yang berlaku di masyarakat, antara lain;
1. Norma Agama

1
Prof. Dr. Donald Albert Rumokoy, S.H.,M.H. & Frans Maramis, SH., M.H., pengantar ilmu hukum,
(Depok: RajaGrafindo, 2019), h. 50-51
Peraturan hidup yang harus diterima manusia sebagai perintah-perintah, larangan-
larangan, dan ajaran-ajaran yang bersumber dari Tuhan. Pelanggaran terhadap norma
ini akan mendapat hukuman dari tuhan berupa siksa kelak di akhirat. Contoh norma
agama di antaranya ialah; “kamu dilarang membunuh”, “kamu dilarang mencuri”,
“harus patuh kepada orang tua”, dan lain-lain.
2. Norma Kesusilaan
Peraturan hidup yang bersumber dari suara hati sanubari manusia. Pelanggaran
norma kesusilaan ialah pelanggaran perasaan yang berakibat penyesalan. Norma
kesusilaan bersifat umum dan universal, dapat diterima oleh seluruh umat manusia.
Contoh norma ini ialah; “kamu tidak boleh mencuri milik orang lain”, “kamu harus
berbuat baik terhadap sesame manusia”, “kamu harus berlaku jujur”, dan lain-lain.
3. Norma Kesopanan
Norma yang timbul dan diadakan oleh masyarakat itusendiri untuk mengatur
pergaulan sehingga masing-masing anggota masyarakat saling hormat menghormati.
Akibat dari pelanggaran norma ini ialah di cela sesamanya, karena sumber norma ini
adalah keyakinan masyarakat yang bersangkutan itu sendiri. Hakikat norma
kesopanan adalah kepantasan, kepatutan, atau kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat. Norma kesopanan sering disebut sopan santun, tata karma, atau adat
istiadat. Norma kesopanan tidak berlaku bagi seluruh masyarakat dunia, melainkan
bersifat khusus dan setempat dan hanya berlaku bagi segolongan masyarakat tertentu
saja. Apa yang dianggap sopan bagi segolongan masyarakat, mungkin bagi
masyarakat lain tidak demikian. Contoh norma ini di antaranya ialah;
a. Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bus, dan lain-
lain, terutama wanita yang tua, hamil atau membawa bayi.
b. Jangan makan sambil berbicara dan sambil berdiri.
c. Orang muda harus menghargai yang tua.
4. Norma Hukum
Norma hokum lazimnya diartikan sebagai peraturan hidup yang menentukan
bagaimana manusia seyogyanya berperilaku, bersikap didalam masyarakat agar
kepentingannya dan kepentingan orang lain terlindungi. Norma/ kaidah merupakan
perumusan pandangan objektif mengenai penilaian atau sikap yang seyogyanya
dilakukan atau tidak dilakukan, dilarang atau dianjurkan untuk dijalankan.
Peraturan yang timbul dan dibuat oleh lembaga kekuasaan Negara isinya mengikat
setiap orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh
alat-alat Negara. Sumbernya bisa berupa peraturan perundang undangan,
yurisprudensi, kebiasaan, doktrin, dan agama. Keistimewaan norma hokum terletak
pada sifatnya yang memaksa, sanksinya berupa ancaman hukuman. Penataan dan
sanksi terhadap pelanggaran peraturan-peraturan hokum bersifat heteronom, artinya
dapat dipaksakan oleh kekuasaan diluar, yaitu kekuasaan Negara. Contoh norma ini
diantaranya ialah:
a. Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan jiwa/nyawa orang lain, dihukum
karena membunuh dengan hukuman setinggi-tingginya 15 tahun.
b. Orang yang ingkar janj suatu perikatan yang telah diadakan, diwajibkan
mengganti kerugan.
c. Dilarang mengganggu ketertiban umum.
Hokum biasanya dituangkan dalam bentuk peraturan yang tertulis, atau disebut
juga perundang-undangan. Perundang-undangan baik yang sifatnya nasional maupun
peraturan daerah dibuat oleh lembaga formal yang diberi kewenangan untuk
membuatnya. Oleh karena itu, norma hokum sangat mengikat bagi warga Negara.
Menurut Prof. Dr. Ahmad Ali, norma hokum memiliki dua sifat kemungkinan,
yaitu:
a. Ada kemungkinan bersifat imperative; secara apriori wajib ditaati, kaidah ini tidak
dapat dikesampingkan dalam suatu keadaan konkret hanya karena para pihak
memuat perjanjian. Contoh norma imperative atau memaksa adalah kewajiban
memberi nafkah dalam pasal 321 KUHPerdata: tiap-tiap anak berkewajiban
memberi nafkah kepada kedua orangtuanya dan para keluarga sedarahnya dalam
garis keatas apabila mereka dalam keadaan miskin.2
b. Ada kemungkinan bersifat fakultatif; tidaklah secara apriori mengikat atau wajib
ditaati, jadi ini merupakan kaidah hokum yang dalam keadaan konkret dapat
dikesampingkan oleh perjanjian yang dibuat oleh para pihak. 3 Contohnya norma
dalam pasal 35 ayat (2) UU No.1 tahun 1974 tentang perkawinan yang
menentukan bahwa harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta
benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah dibawah
penguasaan masing-masing selama para pihak tidak menentukan lain.4

2
Ibid, hal. 56.
3
Prof. Dr. H. Zainal asikin, S.H., S.U., Pengantar Ilmu Hukum Edisi Kedua, (Depok, RajaGrafindo, 2022),
h. 29
4
Prof. Dr. Donald Albert Rumokoy, S.H.,M.H. & Frans Maramis, SH., M.H., pengantar ilmu hukum,
(Depok: RajaGrafindo, 2019), h. 57.
Norma hokum ada yang bersifat perintah da nada yang bersifat larangan. Norma
yang bersifat perintah adalah norma yang memerintah orang berbuatsesuatu dan jika
orang tidak berbuat maka ia melanggar norma tersebut.
Contoh norma yang bersifat perintah yaitu norma dalam pasal 531 KUHPidana
yang menentukan bahwa barangsiapa ketika menyaksikan bahwa ada orang yang
sedang menghadapi maut tidak memberi pertolongan yang dapat diberikan padanya
tanpa selayaknya menimbulkan bahaya bagi dirinya atau orang lain, jika kemudian
orang iru meninggal dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Disini terkandung perintah untuk memberi pertolongan. Jika orang tidak memberi
pertolongan maka ia telah melanggar norma dalam pasal 531 KUHPidana dan
diancam pidana.
Norma yang bersifat larangan adalah norma yang melarang orang berbuat sesuatu
dan jika orang berbuat sesuatu yang dilarang maka ia melanggar norma tersebut.
Contoh norma yang bersifat larangan yaitu norma dalam pasal 362 KUHPidana
yang menentukan bahwa barang siapa mengambil suatu barang yang seluruhnya atau
sebagian milik orang lain dengan tujuan untuk dimiliki secara melawan hokum, maka
diancam karena pencurian dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana
denda paling banyak Sembilan ratus rupiah.
Disini terkandung larangan untuk berbuat sesuatu yaitu larangan untuk mengambil
barang orang lain dengan tujuan untuk dimiliki secara melawan hokum (mencuri).5
C. Hubungan antar norma hukum dan norma social
Kehidupan manusa dalam bermasyarakat selain diatur oleh hokum juga diatur
oleh norma-norma agama, kesuslaaan, kesopanan, serta kaidah-kaidah lainnya.
Kaidah-kaidah social itu mengikat dalam arti dipatuhi oleh anggota masyarakat
dimana kaidah itu berlaku. Hubungan antar hokum dan norma-norma social lainnya
itu saling mengisi. Artinya norma social mengatur kehidupn manusia dalam
masyarakat dalam hal-hal hokum tidak mengaturnya. Selain saling mengisi, juga
saling memperkuat. Suatu kaidah hokum misalnya kamu tidak boleh membunuh
diperkuat oleh kaidah social lainnya. Kaidah agama, kesusilaan, dan adat juga berisi
perintah yang sama.
Hubungan antara norma agama, kesusilaan, kesopanan, dan hokum yang tidak
dapat dipisahkan itu dibedakan karena masing-masing memiliki sumber yang
5
Ibid, h. 58-59.
berlainan. Norma agama sumbernya kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa,
norma kesusilaan sumbernya suara hati, norma kesopanan sumbernya adalah
keyakinan masyarakat yang bersangkutan dan norma hokum sumbernya peraturan
perundang-undangan.
Perbedaan antara norma hokum, norma agama, dan kesusilaan :
1. Norma hokum bertujuan untuk menciptakan tata tertib masyarakat dan melindungi
manusia beserta kepentingannya. Sedangkan norma agam dan kesusilaan
bertujuan untuk memperbaiki agar menjadi manusia ideal.
2. Mengatur tingkah laku manusia dan diberi sanksi bagi setiap pelanggarannya,
sedangkan norma agama dan norma kesusilaan mengatur sikap batin manusia
sebagai pribadi. Norma hokum menghendaki tingkah manusia sesuai dengan
aturan, sedangkan norma agama dan kesusilaan menghendaki sikap batin setiap
pribadi itu baik.
3. Norma hokum memberikan hak dan kewajiaban sedang norma agama dan
kesusilaan hanya memberikan kewajiban saja.
Perbedaan norma hokum dan kesopanan; norma hukum dipaksakan dari
masyarakat secara resmi (Negara), sanksi norma kesopanan dipaksakan oleh
masyarakat secara tidak resmi.
Ciri-ciri norma kaidah hokum dengan kaidah lainnya :
1. Hokum bertujuan untuk menciptakn keseimbangan antara kepentingan
2. Hokum mengatur perbuatan manusia yang bersifat lahiriyah
3. Hokum dijalankan oleh badan-badan yang diakui oleh masyarakat.
4. Hokum mempunyai berbagai jenis sanksi yang tegas dan beertingkat.
BAB III

KESIMPULAN

Norma dari sudut tata bahasa yaitu aturan atau ketentuan yang mengikat warga
kelompok di masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah
laku yang sesuai dan diterima. Dapat dikatakan bahwa norma dalah patokan atau
ukuran untuk bersikap atau bertindak. macam-macam norma yang berlaku di
masyarakat, antara lain:
1. Norma Agama
2. Norma Kesusilaan
3. Norma Kesopanan
4. Norma Hukum

Perbedaan norma hokum dan kesopanan; norma hukum dipaksakan dari


masyarakat secara resmi (Negara), sanksi norma kesopanan dipaksakan oleh
masyarakat secara tidak resmi. Ciri-ciri norma kaidah hokum dengan kaidah lainnya :

1. Hokum bertujuan untuk menciptakn keseimbangan antara kepentingan


2. Hokum mengatur perbuatan manusia yang bersifat lahiriyah
3. Hokum dijalankan oleh badan-badan yang diakui oleh masyarakat.
4. Hokum mempunyai berbagai jenis sanksi yang tegas dan beertingkat
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, Prof. Dr. H. Zainal, S.H., S.U., Pengantar Ilmu Hukum Edisi Kedua, (Depok,
RajaGrafindo, 2022)

Rumokoy, Prof. Dr. Donald Albert, S.H.,M.H. & Frans Maramis, SH., M.H.,
pengantar ilmu hukum, (Depok: RajaGrafindo, 2019)

Anda mungkin juga menyukai