Anda di halaman 1dari 4

Nama: Faradita Syahrani Dwi R.

NIM : B021211071

HAN B

Tugas final Pengantar Ilmu Hukum

HUKUM SEBAGAI KAIDAH


A. PENGERTIAN KAIDAH
Sebelum kita masuk ke pembahasan mengenai kaidah hukum, alangkah baiknya kita
kemukakan terlebih dahulu tentang pengertian kaidah hukum pada umumnya. N.E.
Algra et al. (1983 - 323) mengemukakan arti dari kaidah. Kaidah (Norma) berasal dari
bahasa Latin yaitu Norma siku - siku. Suatu siku - siku memiliki dua fungsi yakni
sebagai alat pembantu dalam mengkonstruksikan sudut 90 derajat dan sebagai alat
yang dapat di gunakan untuk memeriksa apakah suatu sudut yang telah ada benar -
benar 90 derajat? Ataukah tidak?

Dari kedua fungsi diatas, bisa kita temukan kembali di dalam kaidah atau norma
hukum. Norma dari seseorang yang menyewa barang adalah harus menggunakan
barang yang disewakan sebagai seorang bapak yang baik (Pasal 1596 N.B.W. Pasal
1560 KUHPerdata.) Norma tersebut patut digunakan oleh penyewa sebagai patokan
dalam tingkah lakunya selama masa sewa. Bila yang menyewakan mengemukakan
bahwa tingkah laku si penyewa berada di bawah ukuran, maka hakim akan
menerapkan kaidah bagi pemakaian apa yang disewa itu oleh si penyewa

Hans Kelsen (dikutip dun Soerjono Suekanto, 1982: 31) mengem ukakan hahwa
kaidah adalah: That something ought to happen, especially that a human being ought
be have in a specfr way.”

Jadi, secara sederhana kaidah atau norma dapat digambarkan sebagai aturan tingkah
laku sesuatu yang seharusnya dilakukan oleb manusia dalam kcadaan tertentu. Ada
juga yang rncnyebutnya sebagai kaidah petunjuk hidup yang mengikat. Kaidah
berfungsi untuk rnengatur berbagai kepentingan di dalam masyarakat. Sebagaimana
diketahui bahwa setiap anggota masyarakat mempunyai kepentingan. Ada
kepentingan yang saling bersesuaian antara warga yang satu dengan warga yang
Iainnya. Contohnya, jika si A mcnjual harangnya seharga Rp 1 juta dan si B mau
membeli barang itu seharga Rp 1 juta, maka di sini terlihat tidak ada bentrukan
kepentingan, tetapi kemungkinan lain bisa saja terjadi bentrokan kepentingan. Kaidah
itulah yang mengatur agar bentrokan tidak terjadi. Jika bentrokan telah terjadi, maka
kaidah memberikan jalan keluar untuk menyelesaikan bentrokan itu.

B. JENIS-JENIS KAIDAH
Sebagai jenis kaidah yang mengatur tingkah laku masyarakat, maka hukum
merupakan hanya satu di antara jenis kaidah lainnya. Untuk itu1 jenis akan terlebih
dahulu mengemukakan jenis-jenis kaidah tersebut. Gustav Radbruch (1961:12)
membedakan kaidah atas:
1. Kaidah alam; dan
2. Kaidah kesusilaan.

Kaidah alam merupakan kaidah yang menyatakan tentang apa yang pasti akan terjadi.
Contohnya. semua manusia pasti meninggal.
•Jadi, kaidah alam merupakan hanya kesesuaian dengan kenyataan yang
mengemukakan sesuatu yang memang demikian adanya.
Kaidah kesusilaan merupakan kaidah yang menyatakan tentang sesuatu yang
seharusnva terjadi. Contohnya: manusia seharusnya tidak membunuh. Ini berarti ada
dua kemungkinan; manusia bisa membunuh, tetapi bisa juga tidak membunuh, Kaidah
kesusilaan merupakan kaidah yang bisa jadi ía kelak tidak sesuai dengan kenyataan.
Kaidah kesusilaan menggambarkan suatu rencana atau keadaan yang ingin dicapai.
Dalam keadaan itu, Radhruch menggolongkan kaidah hukum ke dalam jenis kaidah
kesusilaan. Dengan demikian. pengertian yang diberikan oleh Radbruch tentang
kaidah kesusilaan adalah pengertian dalam arti luas.
Penulis menamakan kaidah kesusilaannya Radbruch sebagai kaidah sosial. yang di
dalamnya tercakup kaidah kesusilaan atau moral, kaidah hukurn, kaidah kesopanan.
dan kaidah agama. Namun penulis uraikan hanya kaidah kesusilaan atau moral,
kaidah kesopanan, dan kaidah agarna.

1. Kaidah Kesusilaan atau Moral


Apa yang dimaksud dengan kaidah moral dan kesusilaan? Menurut Prof. Dr. Sudikno
Mertokusumo, S.H. (1986: 7: ) “kaidah kesusilaan berhuhungan dengan manusia
sebagai indvidu karena rnenyangkut kehidupan pribadi manusia.”

Mengutip pendapat Zevenbergen, Sudikno Mertokusumo menambahkan, bahwa:


“Sebagai pendukung kaidah kesusilaan adalah nurani individu, bukan manusia
sebagai makhluk sosial atau anggota masyarakat yang terorganisasi “
Saah satu ciri kaidah kesusilaan dibandingkan dengan kaidah hukum adalah sifat
kaidah kesusilaan yang otonom, artinya dikuti atau tidaknya aturan tingkah laku
tersebut tergantung pada sikap batin manusianya. Sebagai contoh, mencuri itu
perbuatan yang terlarang. Kaidah kesusilaan itu dituruti oleh manusia, bukan karena
manusia tadi takut pada sanksi berdosa pada Tuhan melainkan kala hatinya sendiri
yang menganggap perbuatan itu tidak patut dilakukan.

2. Kaidah Agama
Kaidah agama adalah aturan tingkah laku yang diyakini oleh penga inuinva berasal
dan Tuhan. Sebagai contoh: pemeluk agama islam meyakini bahwa kewajiban
menjalankan shalat lima waktu bersumber dan perintah Allah SWT. Kaidah ugama
ml pun musih dibedakan atas kaidah agama yang khususnya mengatur huhungan
manusia dengan Tuhan; dan kaidah agama yang umum, mengatur hubungan manusia
dengan sesama manusia. Kaidah agama Islam misalnya, masih dibedakan atas kaidah
dengan sanksinya di dunia dan kaidah dengan sanksinya di akhirat kelak. Penulis
sendiri berpendapat bahwa baik yang sanksinya di dunia maupun di akhirot.
Keduanya termasuk kaidah sosial Karena meskipun yang terakhir sanksinya di
akhirat, tetapi akibat ancaman sanksi itu, pemeluknva bertingkah laku sesuai ataupun
tidak sesuai dcngan kaidah tersebut dalam kehidupan sosialnya. Contohnya: Larangan
membunuh dengan sanksi siksaan neraka, mengakibatkan masyarakat penganutnya
tidak membunuh, di dunia. Jadi, pelakonan tingkah laku yang diatur agama tadi
berlangsungnya di dunia. Satu hal yang juga penting diketahui bahwa adakalanya dan
kaidah agama dilambangakan menjadi kaidah hukum. Sebagai contoh, kaidah agama
Islam di bidang hukum perkawinan dam hukum waris, oleh pemerintah Indonesia
dilambangkan menjadi kaklah hukum yang sudah diberlakukan secara positif di
Indonesia. Bahkan, penyelesaian sengketanya pun memiliki peradilan khusus, yaitu
peradilan agama.

Karena masing-masing kaidah agama rnempunyai ciri khas tersendiri, maka ketika
kaidah agarna itu dilembagakan kembali menjadi kaidah hukum, Ia tetap memiliki
ciri khasnya semula. Sebagai contoh, kaidah hukum islam memiliki ciri khas seperti
yang dikemukakan nich Dr. Abmad Zaki Yamani (1978:13) sebagai berikut.:

a. Syariat islam itu luwes dan dapat berkembang untuk menanggulangi semua persoalan
yang berkembang dan berubah terus. Ia sama sekali berbeda dlengan apa yang telah
digambarkan baik oleh musuh-rnusuhnya maupun oleh sementara penganutnya yang
menyeleweng yang kolot dan sempit, yakni syariat Islam itu suatu sistem agama yang
sudah lapuk dan karena usianya.
b. Dalam pusaka pembedaharaan hukum Islam, terdapat dasar yang mantap untuk
pemecahan persoalan-persoalan yang paling pelik di masa kini, yang tidak mampu
dipecahkan oleh sistem Barat maupun oleh prinsip prinsip Timur. meskipun sekadar
untuk melunakkannya

3. Kaidah Kesopanan

Adapun yang di maksud kaidah kesopanan adalah didasarkan atas kebiasaan, kepatutan dan
kepantasan yang berlaku di dalam masyarakat. Salah satu perbedaannya dengan kaidah
kesusilaan atau moral adalah kaidah kesopanan justru ditunjukan pada sikap lahir manusia,
demi penyempurnaan dan ketertiban dalam masyarakat. Sanksi bagi pelanggaran terhadap
kaidah kesopanan berwujud teguran, celaan, cemoohan, pengucilan dan sejenisnya yang tidak
dilakukan oleh masyarakat secara terorganisasi, melainkan dilakukan sendiri . Sebagai contoh
: jika Si A seorang gadis remaja datang ke kampusnya dengan mengenakan pakaian yang
seronok, yang dianggap oleh masyarakat kampusnya sebagai tidak sopan, maka warga
kampusnya akan memberikan sanksi si A dengan teguran, cercaan, bahkan bisa saja di
kucilkan dari pergaulan kampusnya.

Sering pula diantara keempat jenis kaidah sosial tersebut (hukum agama, kesopanan, dan
maal) kebetulan memiliki kesamaan. Misalkan saja, keempat kaidah tersebut mempunyai
pandangan yang sama bahwa membunuh sesama manusia itu suatu tindakan yang tidak benar
dan akan di jatuhi sanksi, hanya saja jenis sanksinya yang berbeda. Namun adakalanya
penilaian dari masing - masing kaidah sosial tersebut kepada suatu perbuatan tidak sama.
Sebagai contoh : Bagi kesadaran hukum masyarakat indonesia pada umumnya, bersetubuh di
luar kawin dengan pria atau wanita siapa saja, merupakan perbuatan yang tidak benar
menurut moral bangsa indonesia dan menurut keyakinan agama mereka. Namun menurut
hukum pidana positif (KUHP yang dibuat oleh belanda), persetubuhan luar kawin baru
dianggap salah jik yang melakukannya salah satu atau keduanya telah terikat perkawinan sah
dengan pihak lain.

B. Hukum Sebagai Kaidah Sosial


Setelah Radbruch membedakan kaidah atas kaidah alam dan kaidah kesusilaan (yang
dimaksud adalah kaidah sosial), di mana kaidah hukum dimasukkannya ke dalam kaidah
kesusilaan, maka selanjutnya Radbruch mengenal lagi yang disebutnya kaidah kultur, yang
menurutnya berada di antara kaidah alam dan kaidah kesusilaan (kaidah sosilal). Radbruch
(1961: 15) menyatakan bahwa kaidah kesusilaan (kaidah sosial) dimasukkan ke dalam
golongan kaidah ideal, sedangkan kaidah hukum masuk ke dalam kaidah kultur.

Kaidah hukum sebagai salah satu kaidah sosial mempunyai dua sifat alternatif, yaitu sebagai
berikut.

1. Ada kemungkinan besar bersifat imperatif, yaitu secara apriori wajib ditaati. Kaidah
ini tidak dapat dikesampingkan dalam suatu keadaan konkret, hanya karena para
pihak membuat perjanjian.
2. Ada kemungkinan bersifat fakultatif, yaitu tidak secara apriori mengikat atau wajib
ditaati. Jadi, kaidah yang bersifat fakultatif merupakan kaidah hukum yang di dalam
keadaan konkret dapat dikesampingkan oleh perjanjian yang dibuat oleh para pihak.

Roscoe Pound (1972: 37) menganggap, bagaimanapun kaidah hukum merupakan suatu
kekangan terhadap kebebasan manusia, di mana kekangan itu didasarkan pada pembenaran
yang kuat. Sebagai kaidah sosial, kita-telah mengetahui perbedaan kaidah hukum dengan
kaidah sosial lainnya. Roscoe Pound (1972: 382) mengemukakan 12 sifat kaidah hukum yang
lazim dianut orang. Secara Singkat, penulis dapat kemukakan sebagai berikut :

1. Kaidah hukum sebagai suatu kaidah atau seperangkat kaidah yang diturunkan Tuhan
untuk mengatur tindakan manusia.
2. Kaidah hukum merupakan suatu tradisi dari kebiasaan lama yang ternyata dapat
diterima oleh dewa-dewa, karena itu menunjukkan jalan yang boleh ditempuh
manusia dengan aman.
3. Kaidah hukum sebagai kebijaksanaan yang dicatat dari para budiman di masa lampau
yang telah mempelajari jalan yang selamat, atau jalan kelakuan manusia yang
disetujui oleh Tuhan.
4. Kaidah hukum merupakan satu sistem asas-asas yang ditemukan secara filsafat, yang
menyatakan sifat-sifat benda. Karena itu, manusia harus menyesuaikan kelakuannya
dengan sifat benda.

Anda mungkin juga menyukai