Anda di halaman 1dari 15

BIRRUL WALIDAIN

BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Zamzam Muhajir, S.Pd.I

Disusun Oleh :

Nama Lengkap : Ayu Fitriani


NIM : 0221035163
Kelas : Eksekutif 35

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AKUNTANSI

STIE DEWANTARA

Acropolis Blok LC 19, Jl. Karadenan Jl. Bojong Depok Baru III, Karadenan, Kec. Cibinong,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16913

2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmairrahim, puji serta syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya tak lupa shalawat serta salam semoga
selalu tercurah kan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul, “BIRRUL WALIDAIN (BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG
TUA)” yang penulis selesaikan dengan baik.
Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
akhir pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam. makalah ini pun bertujuan untuk
menjelaskan secara rinci terkait pengertian, dasar hukum, dan beberapa pembahasan penting
yang berkaitan kewajiban kita sebagai seorang anak yakni berbakti kepada kedua orang tua.
Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
bagi kami maupun para pembaca.
Penulisan makalah ini tidak akan terwujud jika tidak ada bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dengan tulus. Penyusunan makalah yang penulis
lakukan tentunya masih memiliki banyak kesalahan serta kekurangan atas keterbatasan
kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis menerima semua kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi kemajuan dan perbaikan makalah ini.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Serang, 15 Desember 2022


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................2
(PENDAHULUAN)...................................................................................................................2
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................2
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH......................................................................................3
1.3 TUJUAN PENULISAN..............................................................................................3
1.4 MANFAAT PENULISAN..........................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
(PEMBAHASAN)......................................................................................................................4
2.1 PENGERTIAN BIRRUL WALIDAIN.......................................................................4
2.2 DASAR HUKUM BIRRUL WALIDAIN.................................................................5
2.3 ADAB-ADAB ANAK TERHADAP ORANG TUA..................................................7
2.4 BENTUK-BENTUK DAN KEUTAMAAN BIRRUL WALIDAIN..........................8
BAB III ....................................................................................................................................12
(PENUTUP).............................................................................................................................12
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................12
DAFTAR KEPUSTAKAAN...................................................................................................13
BAB I

(PENDAHULUAN)

1.1 LATAR BELAKANG


Menghormati orang tua sangat ditekankan dalam Islam. Banyak ayat di dalam Al-
Quran yang menyatakan bahwa segenap mukmin mesti berbuat baik dan menghormati orang
tua. Selain menyeru untuk beribadah kepada Allah semata, tidak meyekutukan-Nya dengan
apapun.Al-Quran juga menegaskan kepada kaum beriman untuk menunjukan rasa syukur
kepada Allah untuk menghormati keduanya. Begitupun dalam hadits di jelaskan : “Syurga
berada di bawah telapak kaki ibu”. Al - Amiri berkata maksud dari syurga yaitu ukuran dalam
berbakti dan khidmah pada para ibu bagaikan debu yang berada di bawah telapak kaki
mereka, mendahulukan kepentingan mereka atas kepentingan sendiri dan berbakti pada setiap
hamba - hamba Allah lainnya karena merekalah yang rela menanggung beban penderitaan
kala mengandung, menyusui serta mendidik anak-anak mereka.

Kedua orang tua adalah hamba Allah yang menjadi perantara hadirnya manusia di
dunia. Lebih dari itu, mereka juga orang yang penuh akan kasih sayang, merawat,
membesarkan, mendidik dan mencukupi kebutuhan, baik secara lahir maupun batin. Sudah
sepantasnya kita selalu berbakti kepada orang tua, karena orang tua sudah rela berkorban
demi membahagiakkan dan muwujudkan keingginan anak-anaknya (Alihasan, 2018). Dalam
ajaran Islam berbuat baik orang tua atau birrul walidain mempunyai kedudukan yang
istimewa, dan setiap anak mempunyai kewajiban terhadap orang tuanya agar mereka
senantiasa berbuat baik kepada keduanya, namun masih terdapat anak-anak yang tidak
memperlakukan orang tuanya sebagaimana mestinya. Banyak sekali anak yang tidak lagi
memperdulikan bagaimana bentuk-bentuk ketika berbicara, bergaul, mencintai serta
mendoakan kedua orang tuanya. Sering kali anak berlaku seenaknya terhadap kedua orang
tuanya. Padahal Perintah berbakti kepada orang tua telah Allah atur baik dalam Al-Qur’an
maupun Hadis (Elisa, Yuyun, 2018).

Islam telah mengajarkan umat muslim agar taat dan berbakti kepada orang tua,
mengingat banyak dan besarnya pengorbanan serta kebaikan orang tua terhadap anaknya,
yaitu memelihara dan mendidiksejak kecil tanpa perhitungan biaya yang sudah dikeluarkan
dan tidak mengharapkan balasan sedikitpun dari anak, meskipun anak sudah mandiri dan
berkecukupan tetapi orang tua tetap memperlihatkan kasih sayangnya.Oleh karena itu
seorang anak memiliki macam-macam kewajiban terhadap orang tuanya menempati urutan
kedua setelah Allah swt, dan dilarang untuk durhaka kepada orang tua. Hal ini telah Allah
gambarkan di dalam Qs. Luqman 14 “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu-bapaknya,ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada Kulah kembalimu.”

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH


Berdasarkan paparan diatas, penulis berusaha menyusun formula penelitian, yaitu
rumusan masalah, pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian (Darmalaksana, 2020).
Rumusan masalah penelitian ini adalah terdapat terdapat konsep berbakti kepada kedua orang
tua dalam ungkapan hadis. Pertanyaan utama penelitian ini adalah bagaimana konsep berbakti
kepada kedua orang tua dalam ungkapan hadis. Sedangkan pertanyaan secara terperinci yaitu,
bagaimana pandangan umum tentang berbakti kepada orangtua, bagaimana hadits tentang
Birrul Walidain (berbakti kepada orangtua), bagaimana keutamaan dan bentuk Bentuk Birrul
Walidain. Tujuan penelitian ini yakni untuk menjelaskan konsep berbakti kepada kedua orang
tua dalam ungkapan hadis.

1.3 TUJUAN PENULISAN


Tujuan penelitian ini yakni untuk menjelaskan konsep berbakti kepada kedua orang
tua, dan memahami konsep berbakti kepada kedua orang tua dalam perspektif Al-Qur’an dan
Hadis. Dari tujuan tersebut, penelitian ini mengidentifikasikan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis
berkaitan tentang berbuat baik (berbakti) kepada kedua orang tua.

1.4 MANFAAT PENULISAN


Memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di
bidang ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Khususnya dalam mengkaji tentang Konsep Berbakti
Kepad Orang Tua Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis.
BAB II

(PEMBAHASAN)

2.1 PENGERTIAN BIRRUL WALIDAIN

Berbakti kepada kedua orang tua yang di dalam bahasa arab sering biasa disebut
dengan ungkapan “Birrul Walidain” merupakan gabungan dari dua kata, yaitu dari kata
“birr” dan kata “al-walidain”. Secara bahasa (etimologi) kata “birr” berasal dari kata barra-
yabirru-barran artinya adalah kebenaran, ketaatan, sedangkan dalam kamus Al-Munawwir
artinya adalah taat berbakti, bersikap baik, sopan, benar, banyak berbuat kebajikan.
Sedangkan kata al-walidain maknanya adalah ayah dan ibu.

Dengan demikian, berarti istilah berbakti kepada orang tua (birrul walidain)
mengandung pengertian benar, berbuat baik, belas kasih dan taat kepada keduanya. Keempat
hal tersebut berarti terwujud dalam sikap: berperilaku dan berbuat baik kepada keduanya,
tunduk dan patuh kepada mereka dalam segala hal kebaikan apa saja yang di perintahkan oleh
Alla SWT dan Rasul-Nya, memuliakan mereka dan selalu berusaha mencari dan
mendapatkan keridhaan dari keduanya, kemudian tulus dalam mengabdi dan melayani
keduanya, mengasihi dan menyayangi selalu keduanya, merawat dan menjaga selalu
keduanya dengan sebaik-baiknya, tidak melakukan hal buruk kepada keduanya apalagi
menyakiti hati keduanya baik itu dalam bentuk ucapan ataupun perbuatan, karena itu bisa
membuat Allah SWT tidak ridha dan murka.

Anak harus berbakti kepada orang tuanya, itu adalah hukumnya wajib, dan bila tidak
berarti ia berdosa karena melanggar kewajiban tersebut. Di dalam Al-Qur’an telah banyak
diterangkan mengenai hal berbakti terhadap orang tua, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Walaupun tidak diperintah untuk mengasihi anak, otomatis orang tua mengasihi
anaknya. Seorang ayah, apalagi seorang ibu, amat sayang kepada anaknya. Mereka sanggup
bekerja bersusah payah siang dan malam membanting tulang, mencurahkan tenaga dan
fikirannya. Semua itu demi kemaslahatan dan masa depan anaknya. Islam sangat menjunjung
tinggi perbuatan bakti kepada orang tua. Akan tetapi, berbakti kepada orang tua ada batasnya,
yakni selama perbuatan bakti tersebut tidak melanggar ketentuan yang telah di gariskan Allah
Swt, baik yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadist. Misalnya, jika orang tua
memaksa anak untuk berbuat syirik atau melakukan kejahatan maka perintah orang tua
tersebut wajib ditentang, namun harus dengan cara yang baik agar keduanya tidak
tersinggung.

2.2 DASAR HUKUM BIRRUL WALIDAIN

Al-Qur’an adalah kitab panutan umat Islam yang sangat sempurna. Semua hal-hal
yang berhubungan dengan kehidupan ini telah tercantum dalam kitab yang mulia itu, dan tak
terkecuali tentang berbakti kepada kedua orang tua. Banyak sekali didalam Al-Qur’an ayat-
ayat yang menyatakan bahwa segenap mukmin mesti berbuat baik dan menghormati orang
tua. Selain menyeru untuk beribadah kepada Allah SWT semata, tidak menyekutukan-Nya
dengan apapun. Al-Qur’an juga menegaskan kepada kaum beriman untuk menunjukan rasa
syukur kepada Allah SWT untuk menghormati keduanya.

Berbakti kepada kedua orang tua memang sudah kewajiban anak yang perlu
dilakukan. Kewajiban berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua senantiasa disebut
oleh Allah SWT setelah perintah kewajiban untuk menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-
Nya. Berarti itu menunjukan bahwasanya berbuat baik (berbakti) kepada kedua orang tua
adalah salah satu hal penting dalam ajaran agama. Dalam islam, berbakti kepada kedua orang
tua merupakan perilaku ataupun amalan yang memiliki nilai yang sangat mulia dan tinggi
disisi Allah SWT. Di dalam Al-Qur’an berbakti kepada kedua orang tua sering sekali di
sandingkan dengan pemenuhan hak-hak Allah SWT, seperti perintah tentang bersyukur dan
larangan menyekutukan Allah SWT. Di dalam tafsir Al-Manar karangan Muhammad Abduh
menjelaskan tentang QS. Al-Baqarah: 83, mengatakan bahwa penyandingan tersebut
berkaitan dengan susah payahnya orang tua dalam mendidik, membesarkan, merawat, dan
membantu dalam segala hal kebutuhan anak sampai ia tumbuh dewasa dan bisa mandiri.
Maka berterimakasih kepada kedua orang tua melalui berbakti kepada kedua orang tua adalah
kewajiban bagi setiap anak.

Allah SWT menganjurkan kepada hamba-Nya untuk selalu berbakti kepada kedua
orang tua. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu sifat yang menonjol dari
para Nabi dan Rasul Allah SWT. Di dalam Al-Qur’an Allah SWT memuji para Nabi dan
Rasul karena bakti mereka kepada orang tuanya.8 Seperti pujian-Nya terhadap Nabi Yahya
AS, karena beliau senantiasa berbakti kepada kedua orang tuanya. Allah SWT berfirman:
Artinya: “dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang
sombong (bukan pula) orang yang durhaka. Dan kesejahteraan bagi dirinya pada hari
lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali. (QS. Maryam:
14-15).

Perintah berbakti kepada kedua orang tua terdapat juga dalam Al-Qur’an surat Ash-Shaffat
ayat 102:

Artinya: “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya,
(Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab,
“Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau
akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat: 102).

Kemudian Allah SWT juga menjelaskan bahwasanya Nabi Isa bin Maryam adalah
anak yang berbakti kepada Ibunya. Allah SWT berfirman:

Artinya: “Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil)
dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di
mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan
(menunaikan) zakat selama aku hidup. dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan
aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 30-32)

Ayat-ayat di atas menunjukan bahwasanya berbakti kepada kedua orang tua


merupakan salah satu sifat yang menonjol dari para Nabi dan Rasul. Seluruh Nabi dan Rasul
berbakti kepada kedua orang tua mereka. Ini menunjukan bahwasanya berbakti kepada kedua
orang tua merupakan syariat islam yang umum. Setiap Nabi dan Rasul yang di utus oleh
Allah SWT ke muka bumi ini, selain diperintahkan untuk menyeru umatnya agar beribadah
selalu kepada Allah SWT, serta menjauhkan dari segala macam perbuatan syirik, para Nabi
dan Rasul juga diperintahkan untuk menyeru umatnya agar selalu berbakti kepada kedua
orang tuanya. Ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan yang membahas tentang berbakti kepada
kedua orang tua, diantaranya adalah: QS. Al-Isra: 23-24, QS. Luqman: 14-15, QS. Al-
Baqarah: 83, QS. An-Nisa 36, QS. Al-An’am: 151, QS. Maryam: 30-34, QS. Al-Ahqaf: 15-
18, QS. Al-Ankabut: 8, QS. Maryam: 12- 14, QS. Al-Kahfi: 80-81.

2.3 ADAB-ADAB ANAK TERHADAP ORANG TUA

Adab dalam pandangan Al –Mawardi adalah kebaikan manusia, kerendahan hati,


sikap yang baik, kesederhanaan, kontrol diri, amanah, dan terbatas dari iri hati, serta kebaikan
sosial, seperti ucapan yang baik menjaga rahasia iffah (lidah), sabar dan tabah memberi
nasihat yang baik, menjaga kepercayaan dan keputusan didalam bahasa Arab adab anak
terhadap orang tua disebut Birr Al-Walidain. Dari pengertian adab tersebut, dapat
disimpulkan bahwa adab merupakan tatakrama, sikap yang baik, akhlak seseorang dalam
berinteraksi pada kehidupan sehari – hari. Namun dalam bahasa arab adab anak terhadap
orang tua disebut sebagai Birr Al-Walidain. Adab-adab anak terhadap orang tua :

1. Mendengarkan perkataan mereka.


2. Berdiri menyambut keduanya ketika mereka berdiri menghormati dan memelihara
kehormatan mereka, meskipun kedudukan mereka berada dibawahnya.
3. Mematuhi perintahnya selama perintah itu bukan dalam mendurhakai Allah.
4. Tidak berjalan di depan kedua orang tuanya, tetapi disamping atau dibelakangnya.
5. Tidak mengeraskan suaranya melebihi suara kedua orang tua demi sopan santun terhadap
mereka.
6. Menjawab panggilan mereka dengan jawaban yang lunak.
7. Berusahalah keras untuk mencari keridhaan kedua orang tua dengan perbuatan dan
perkataan.
8. Bersikaplah rendah hati dan lemah lembut kepada kedua orang tua seperti melayani
mereka. Menyuapi makan dengan tangannyabila keduanya tidak mampu dan
mengutamkan keduanya diatas diri dan anak-anaknya.
9. Tidak mengungkit-ungkit kebaikanmu yang kepada keduanya maupun pelaksanaan
perintah yang dilakukan olehnya.
10. Janganlah ia memandang kedua orang tua dengan pandangna sinis.
11. Janganlah bermuka cemberut kepada keduanya.
12. Janganlah berpergian, kecuali dengan izin keduanya, yaitu perjalanan untuk berjihad,
haji tawattu‟, menziarahi para nabi dan wali serta perjalanan yang bisa mengancam
keselamatan untuk berniaga. Maka perjalanan macam itu diharamkan, bilamana tidak
diizinkan oleh ayah dan ibu, meskipun diizinkan oleh yang lebih dekat darinya. Kecuali
perjalanan untuk belajar fardhu, walaupun kifayah, seperti nahwu dan derajat pemberian
fatwa. Maka tidaklah diharamkan atasnya, meskipun tidak diizinkan oleh orang tuanya.
Demikian disebutkan dalam Fathul Mu‟iin. Adapun ayah dan ibu yang kafir, maka
anaknya harus mempergaulinya dengan baik dalam hal-hal yang tidak berkaitan dengan
agama selama ia masih hidup.

2.4 BENTUK-BENTUK DAN KEUTAMAAN BIRRUL WALIDAIN


Berbakti kepada orangtua dapat ditunjukkan dengan cara tidak menyakiti hatinya serta
senantiasa mematuhi perintahnya. Namun, ada juga cara lain yang bisa menunjukkan sikap
birrul walidain seorang anak kepada orangtua. Adapun bentuk-bentuk birrul walidain, sebagai
berikut:

1. Memuliakan orang tua, Mencintai dan Sayang kepada Kedua Orang Tua. Rasulullah saw
bersabda : “Sesungguhnya dosa yang paling besar di sisi Allah adalah dosa seseorang
yang melaknat kedua orang tuanya ”para sahabat bertanya, ”bagaimanakan bentuknya
seseorang itu melaknat kedua orang tuanya? ’’Rasullullah menjawab, seseorang
mengeluarkan kata-kata yang isinya mencela dan menghina keduanya” (HR. Bukhari
dari Abdullah bin Amr).
2. Mengikuti keinginan, dan mentaati saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan,
baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya. Tentu dengan
catatan penting selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan ajaran Islam.
3. Menghormati kedua orang tua, dengan penuh rasa terima kasih dan kasih sayang atas
jasa-jasa keduanya yang tidak mungkin bisa dinilai dengan apapun. Ibu yang
mengandung dengan susah payah dan penuh penderitaan. Bapak yang membanting
tulang mencari nafkah untuk ibu dan anak-anaknya. Banyak cara untuk menunjukkan
rasa hormat kepada orang tua, antara lain memanggilnya dengan panggilan yang
menunjukkan hormat, berbicara kepadanya dengan lemah-lembut, tidak mengungkapkan
kata-kata kasar (apalagi kalau mereka berdua sudah lanjut usia), pamit kalau
meninggalkan rumah (kalau tinggal serumah), memberi kabar tentang keadaan kita dan
menanyakan keadaan keduanya lewat surat atau telepon.
4. Membantu ibu dan bapak secara fisik dan material. Misalnya sebelum berkeluarga dan
mampu berdiri sendiri anak-anak membantu orang tua (terutama ibu) mengerjakan
pekerjaan rumah, dan setelah berkeluarga atau berdiri sendiri membantu orang tua secara
finansial, baik untuk membeli pakaian, makanan, minuman, dan lain-lain.
5. Selalu mendoakan ibu bapak semoga Allah Swt memberi ampunan, rahmat hidayat dan
sebagainya.
6. Tidak Memanggil Orang Tua dengan namanya. Seorang anak hendaknya memanggil
orang tuanya tidak dengan namanya. Oleh karena itu, ia panggil bapaknya “Abi” dan ia
panggil ibunya “Ummi”. Abu Hurairah radhiallahu „anhu pernah melihat ada dua orang,
lalu ia bertanya kepada salah satunya tentang hubungannya dengan yang satu lagi, ia
berkata, “Ia adalah bapakku.” Maka Abu Hurairah berkata, “Janganlah kamu panggil
ia dengan namanya, jangan berjalan di depannya dan jangan duduk sebelumnya.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Al Adabul Mufrad).
7. Tidak duduk ketika keduanya berdiri dan tidak mendahuluinya dalam berjalan, karena
tidaklah termasuk adab yang baik kepada kedua orang tua jika seorang anak duduk
sedangkan ibubapaknya berdiri atau meluruskan kedua kakinya, sedangkan keduanya
duduk di hadapannya, bahkan hendaknya ia memiliki adab yang baik di hadapannya dan
merendahkan diri kepada keduanya. Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman dalam QS.
Al - Israa‟ ayat 24 yang artinya : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
8. Tidak mengutamakan istri dan anak daripada kedua orang tua. Hal ini berdasarkan hadits
yang menyebutkan tentang tiga orang Bani Israil yang berjalan-jalan di gurun, lalu
mereka terpaksa bermalam di gua. Ketika mereka masuk ke dalamnya, tiba-tiba ada
sebuah batu besar yang jatuh dari atas gunung sehingga menutupi pintu gua itu, lalu
mereka berusaha menyingkirkan batu tersebut, tetapi mereka tidak bisa, maka akhirnya
mereka berdoa kepada Allah dengan menyebutkan amal saleh yang pernah mereka
lakukan. Salah seorang di antara mereka berkata, “Ya Allah, saya memiliki kedua orang
tua yang sudah lanjut usia dan saya biasanya tidak memberi minuman kepada keluarga
dan harta yang saya miliki (seperti budak) sebelum keduanya. Suatu hari saya pernah
pergi jauh untuk mencari sesuatu sehingga saya tidak pulang kecuali setelah keduanya
tidur, maka saya perahkan susu untuk keduanya, namun saya mendapatkan keduanya
telah tidur dan saya tidak suka memberi minum sebelum keduanya baik itu keluarga
maupun harta (yang aku miliki). Aku menunggu, sedangkan gelas masih berada di
tanganku karena menunggu keduanya bangun sehingga terbit fajar. Keduanya pun
bangun lalu meminum susu itu. Ya Allah, jika yang aku lakukan itu karena
mengharapkan wajah-Mu, maka hilangkanlah derita yang menimpa kami karena batu
ini,” yang lain juga menyebutkan amal saleh mereka yang ikhlas yang pernah mereka
lakukan, sehingga batu besar itu pun bergeser dan mereka dapat keluar.
9. Setelah orang tua meninggal dunia, birrul walidaian, masih bisa diteruskan dengan cara
antara lain: meminta ampun kepada Allah Swt dengan taubat nashuha (jujur) bila kita
pernah berbuat durhaka kepada keduanya di waktumereka masih hidup,
menshalatkannya dan mengantarkan jenazahnya ke liang lahat, selalu memintakan
ampunan untuk keduanya, membayarkan hutang-hutangnya, melaksanakan wasiat sesuai
dengan syari’at, menyambung tali silaturahmi kepada orang yang keduanya juga pernah
menyambungnya, memuliakan sahabat-sahabatnya, dan selalu mendo’akan keduanya.

Adapun keutamaan berbakti kepada kedua orang tua, di antaranya:

1. Berbakti kepada orang tua adalah amal yang paling utama. Dengan demikian jika ingin
kebaikan harus didahulukan amal-amal yang paling utama di antaranya birrul walidain
(berbakti kepada kedua orang tua).
2. Ridha Allah SWT tergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah tergantung
kepada murkanya rang tua. Hal ini sangatlah penting, dan perlu dicermati, bahwasannya
restu atau ridho kepada orang tua merupakan wujud penghormatan kepada mereka. Maka
dari itu kita harus senantiasa berusaha tidak membuat orang tua murka atau marah,
karena marahnya orang tua sama dengan marahnya Allah kepada kita.
3. Menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu dengan cara bertawasul dengan
amal kebaikan. Ini menunjukkan bahwa perbuatan berbakti kepada kedua orang tua yang
pernah kita lakukan, dapat digunakan untuk bertawasul kepada Allah Swt ketika kita
mengalami kesulitan, insyaallah kesulitan tersebut akan hilang. Berbagai kesulitan yang
dialami seseorang saat ini di antaranya karena perbuatan durhaka kepada kedua orang
tuanya.
4. Diluaskan rizki dan dipanjangkan umur. Terdapat ayat-ayat Al-Qur’an atau hadis-hadis
Nabi Saw yang menganjurkan untuk menyambung tali silaturahmi. Dalam silaturahmi
yang harus didahulukan adalah kepada kedua orang tua sebelum kepada yang lain.
Banyak diantara saudara-saudara kita yang sering ziarah kepada temantemannya tetapi
kepada orang tuanya sendiri jarang bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih kecil dia
selalu bersama ibu dan bapaknya. Tapi setelah dewasa, seakan-akan dia tidak pernah
berkumpul bahkan tidak kenal dengan kedua orang tuanya. Sesulit apapun harus tetap
diusahakan untuk bersilaturrahmi kepada kedua orang tua. Karena dengan dekat kepada
keduanya insyaallah akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umurnya.
5. Dimasukkan ke jannah (surga) oleh Allah Swt. Di dalam hadist Nabi Saw disebutkan
bahwa anak yang durhaka tidak akan masuk surga.

Tidak ada kebahagian yang orang tua rasakan selain melihat anak-anaknya tumbuh
menjadi orang yang berbakti dan berbudi luhur dalam kehidupan. tidak ada satu orang tua
pun, yang berfikir jernih, menginginkan anak-anaknya terjerembab dalam jurang kenistaan
dan kesengsaraan. Mereka akan berusaha sekuat tenaga menjadikan anak-anakya sebagai
orang yang sukses dan bahagian dalam kehidupanya baik di dunia maupun di akhirat. Maka
dari itu marilah kita senantiasa berusaha untuk berlaku baik kepada keduanya.
BAB III

(PENUTUP)

3.1 KESIMPULAN
Dari seluruh pembahasan, dapat disimpulkan terkait dengan rumusan masalah yang
diajukan, sebagai berikut:

1. Al-Qur’an menjelaskan tentang perintah untuk berbuat baik (berbakti) kepada kedua
orang tua. Berbuat baik (berbakti) kepada kedua orang tua didalam Al-Qur’an
berulang kali disebutkan dibeberapa ayat, dan selalu bergandengan dengan perintah
agar menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya, dengan demikian berarti
berbuat baik (berbakti) kepada kedua orang tua adalah salah satu hal terpenting kedua
setelah menyembah Allah SWT.
2. Birrul walidain atau berlaku baik kepada kedua orang tua, bersikap lemah lembut,
tidak mengeraskan suara dihadapan kedua orang tua, tidak melawan, taat kepada
keduanya, melaksanakan apa yang diridhai-nya, menjauhi apa yang membuat marah,
menghormatinya, membahagiakannya, dan mendoakan keduanya baik ketika masih
hidup ataupun sudah meninggal.
3. Durhaka terhadap kedua orang tua merupakan salah satu dosa besar yang sangat
besar. Dalam hal urutan kebajikan, berbuat baik (berbakti) kepada kedua orang tua
terletak setelah perintah agar beribadah kepada Allah SWT. Begitupun sebaliknya
larangan durhaka kepada kedua orangtua dan mengenai bahayanya itu terletak setelah
larangan dari perbuatan menyekutukan Allah SWT dengan yang lainnya (syirik).
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Astuti, H. (2021). Berbakti Kepada Orang Tua dalam Ungkapan Hadis. Jurnal Riset Agama,
45-58.

Fika Pijaki Nufus, DKK. (2017). KONSEP PENDIDIKAN BIRRUL WALIDAIN DALAM
QS. LUQMAN . Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, 16-31.

MUHAEMIN. (2021). KONSEP BERBAKTI KEPADA ORANG TUA . SKRIPSI Program


Studi Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir Institut Ptiq Jakarta, 1-77.

Anda mungkin juga menyukai