Ayu Fitriani
Ayu Fitriani
Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Zamzam Muhajir, S.Pd.I
Disusun Oleh :
STIE DEWANTARA
Acropolis Blok LC 19, Jl. Karadenan Jl. Bojong Depok Baru III, Karadenan, Kec. Cibinong,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16913
2022
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................2
(PENDAHULUAN)...................................................................................................................2
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................2
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH......................................................................................3
1.3 TUJUAN PENULISAN..............................................................................................3
1.4 MANFAAT PENULISAN..........................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
(PEMBAHASAN)......................................................................................................................4
2.1 PENGERTIAN BIRRUL WALIDAIN.......................................................................4
2.2 DASAR HUKUM BIRRUL WALIDAIN.................................................................5
2.3 ADAB-ADAB ANAK TERHADAP ORANG TUA..................................................7
2.4 BENTUK-BENTUK DAN KEUTAMAAN BIRRUL WALIDAIN..........................8
BAB III ....................................................................................................................................12
(PENUTUP).............................................................................................................................12
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................12
DAFTAR KEPUSTAKAAN...................................................................................................13
BAB I
(PENDAHULUAN)
Kedua orang tua adalah hamba Allah yang menjadi perantara hadirnya manusia di
dunia. Lebih dari itu, mereka juga orang yang penuh akan kasih sayang, merawat,
membesarkan, mendidik dan mencukupi kebutuhan, baik secara lahir maupun batin. Sudah
sepantasnya kita selalu berbakti kepada orang tua, karena orang tua sudah rela berkorban
demi membahagiakkan dan muwujudkan keingginan anak-anaknya (Alihasan, 2018). Dalam
ajaran Islam berbuat baik orang tua atau birrul walidain mempunyai kedudukan yang
istimewa, dan setiap anak mempunyai kewajiban terhadap orang tuanya agar mereka
senantiasa berbuat baik kepada keduanya, namun masih terdapat anak-anak yang tidak
memperlakukan orang tuanya sebagaimana mestinya. Banyak sekali anak yang tidak lagi
memperdulikan bagaimana bentuk-bentuk ketika berbicara, bergaul, mencintai serta
mendoakan kedua orang tuanya. Sering kali anak berlaku seenaknya terhadap kedua orang
tuanya. Padahal Perintah berbakti kepada orang tua telah Allah atur baik dalam Al-Qur’an
maupun Hadis (Elisa, Yuyun, 2018).
Islam telah mengajarkan umat muslim agar taat dan berbakti kepada orang tua,
mengingat banyak dan besarnya pengorbanan serta kebaikan orang tua terhadap anaknya,
yaitu memelihara dan mendidiksejak kecil tanpa perhitungan biaya yang sudah dikeluarkan
dan tidak mengharapkan balasan sedikitpun dari anak, meskipun anak sudah mandiri dan
berkecukupan tetapi orang tua tetap memperlihatkan kasih sayangnya.Oleh karena itu
seorang anak memiliki macam-macam kewajiban terhadap orang tuanya menempati urutan
kedua setelah Allah swt, dan dilarang untuk durhaka kepada orang tua. Hal ini telah Allah
gambarkan di dalam Qs. Luqman 14 “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu-bapaknya,ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada Kulah kembalimu.”
(PEMBAHASAN)
Berbakti kepada kedua orang tua yang di dalam bahasa arab sering biasa disebut
dengan ungkapan “Birrul Walidain” merupakan gabungan dari dua kata, yaitu dari kata
“birr” dan kata “al-walidain”. Secara bahasa (etimologi) kata “birr” berasal dari kata barra-
yabirru-barran artinya adalah kebenaran, ketaatan, sedangkan dalam kamus Al-Munawwir
artinya adalah taat berbakti, bersikap baik, sopan, benar, banyak berbuat kebajikan.
Sedangkan kata al-walidain maknanya adalah ayah dan ibu.
Dengan demikian, berarti istilah berbakti kepada orang tua (birrul walidain)
mengandung pengertian benar, berbuat baik, belas kasih dan taat kepada keduanya. Keempat
hal tersebut berarti terwujud dalam sikap: berperilaku dan berbuat baik kepada keduanya,
tunduk dan patuh kepada mereka dalam segala hal kebaikan apa saja yang di perintahkan oleh
Alla SWT dan Rasul-Nya, memuliakan mereka dan selalu berusaha mencari dan
mendapatkan keridhaan dari keduanya, kemudian tulus dalam mengabdi dan melayani
keduanya, mengasihi dan menyayangi selalu keduanya, merawat dan menjaga selalu
keduanya dengan sebaik-baiknya, tidak melakukan hal buruk kepada keduanya apalagi
menyakiti hati keduanya baik itu dalam bentuk ucapan ataupun perbuatan, karena itu bisa
membuat Allah SWT tidak ridha dan murka.
Anak harus berbakti kepada orang tuanya, itu adalah hukumnya wajib, dan bila tidak
berarti ia berdosa karena melanggar kewajiban tersebut. Di dalam Al-Qur’an telah banyak
diterangkan mengenai hal berbakti terhadap orang tua, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Walaupun tidak diperintah untuk mengasihi anak, otomatis orang tua mengasihi
anaknya. Seorang ayah, apalagi seorang ibu, amat sayang kepada anaknya. Mereka sanggup
bekerja bersusah payah siang dan malam membanting tulang, mencurahkan tenaga dan
fikirannya. Semua itu demi kemaslahatan dan masa depan anaknya. Islam sangat menjunjung
tinggi perbuatan bakti kepada orang tua. Akan tetapi, berbakti kepada orang tua ada batasnya,
yakni selama perbuatan bakti tersebut tidak melanggar ketentuan yang telah di gariskan Allah
Swt, baik yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadist. Misalnya, jika orang tua
memaksa anak untuk berbuat syirik atau melakukan kejahatan maka perintah orang tua
tersebut wajib ditentang, namun harus dengan cara yang baik agar keduanya tidak
tersinggung.
Al-Qur’an adalah kitab panutan umat Islam yang sangat sempurna. Semua hal-hal
yang berhubungan dengan kehidupan ini telah tercantum dalam kitab yang mulia itu, dan tak
terkecuali tentang berbakti kepada kedua orang tua. Banyak sekali didalam Al-Qur’an ayat-
ayat yang menyatakan bahwa segenap mukmin mesti berbuat baik dan menghormati orang
tua. Selain menyeru untuk beribadah kepada Allah SWT semata, tidak menyekutukan-Nya
dengan apapun. Al-Qur’an juga menegaskan kepada kaum beriman untuk menunjukan rasa
syukur kepada Allah SWT untuk menghormati keduanya.
Berbakti kepada kedua orang tua memang sudah kewajiban anak yang perlu
dilakukan. Kewajiban berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua senantiasa disebut
oleh Allah SWT setelah perintah kewajiban untuk menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-
Nya. Berarti itu menunjukan bahwasanya berbuat baik (berbakti) kepada kedua orang tua
adalah salah satu hal penting dalam ajaran agama. Dalam islam, berbakti kepada kedua orang
tua merupakan perilaku ataupun amalan yang memiliki nilai yang sangat mulia dan tinggi
disisi Allah SWT. Di dalam Al-Qur’an berbakti kepada kedua orang tua sering sekali di
sandingkan dengan pemenuhan hak-hak Allah SWT, seperti perintah tentang bersyukur dan
larangan menyekutukan Allah SWT. Di dalam tafsir Al-Manar karangan Muhammad Abduh
menjelaskan tentang QS. Al-Baqarah: 83, mengatakan bahwa penyandingan tersebut
berkaitan dengan susah payahnya orang tua dalam mendidik, membesarkan, merawat, dan
membantu dalam segala hal kebutuhan anak sampai ia tumbuh dewasa dan bisa mandiri.
Maka berterimakasih kepada kedua orang tua melalui berbakti kepada kedua orang tua adalah
kewajiban bagi setiap anak.
Allah SWT menganjurkan kepada hamba-Nya untuk selalu berbakti kepada kedua
orang tua. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu sifat yang menonjol dari
para Nabi dan Rasul Allah SWT. Di dalam Al-Qur’an Allah SWT memuji para Nabi dan
Rasul karena bakti mereka kepada orang tuanya.8 Seperti pujian-Nya terhadap Nabi Yahya
AS, karena beliau senantiasa berbakti kepada kedua orang tuanya. Allah SWT berfirman:
Artinya: “dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang
sombong (bukan pula) orang yang durhaka. Dan kesejahteraan bagi dirinya pada hari
lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali. (QS. Maryam:
14-15).
Perintah berbakti kepada kedua orang tua terdapat juga dalam Al-Qur’an surat Ash-Shaffat
ayat 102:
Artinya: “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya,
(Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab,
“Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau
akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat: 102).
Kemudian Allah SWT juga menjelaskan bahwasanya Nabi Isa bin Maryam adalah
anak yang berbakti kepada Ibunya. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil)
dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di
mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan
(menunaikan) zakat selama aku hidup. dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan
aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 30-32)
1. Memuliakan orang tua, Mencintai dan Sayang kepada Kedua Orang Tua. Rasulullah saw
bersabda : “Sesungguhnya dosa yang paling besar di sisi Allah adalah dosa seseorang
yang melaknat kedua orang tuanya ”para sahabat bertanya, ”bagaimanakan bentuknya
seseorang itu melaknat kedua orang tuanya? ’’Rasullullah menjawab, seseorang
mengeluarkan kata-kata yang isinya mencela dan menghina keduanya” (HR. Bukhari
dari Abdullah bin Amr).
2. Mengikuti keinginan, dan mentaati saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan,
baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya. Tentu dengan
catatan penting selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan ajaran Islam.
3. Menghormati kedua orang tua, dengan penuh rasa terima kasih dan kasih sayang atas
jasa-jasa keduanya yang tidak mungkin bisa dinilai dengan apapun. Ibu yang
mengandung dengan susah payah dan penuh penderitaan. Bapak yang membanting
tulang mencari nafkah untuk ibu dan anak-anaknya. Banyak cara untuk menunjukkan
rasa hormat kepada orang tua, antara lain memanggilnya dengan panggilan yang
menunjukkan hormat, berbicara kepadanya dengan lemah-lembut, tidak mengungkapkan
kata-kata kasar (apalagi kalau mereka berdua sudah lanjut usia), pamit kalau
meninggalkan rumah (kalau tinggal serumah), memberi kabar tentang keadaan kita dan
menanyakan keadaan keduanya lewat surat atau telepon.
4. Membantu ibu dan bapak secara fisik dan material. Misalnya sebelum berkeluarga dan
mampu berdiri sendiri anak-anak membantu orang tua (terutama ibu) mengerjakan
pekerjaan rumah, dan setelah berkeluarga atau berdiri sendiri membantu orang tua secara
finansial, baik untuk membeli pakaian, makanan, minuman, dan lain-lain.
5. Selalu mendoakan ibu bapak semoga Allah Swt memberi ampunan, rahmat hidayat dan
sebagainya.
6. Tidak Memanggil Orang Tua dengan namanya. Seorang anak hendaknya memanggil
orang tuanya tidak dengan namanya. Oleh karena itu, ia panggil bapaknya “Abi” dan ia
panggil ibunya “Ummi”. Abu Hurairah radhiallahu „anhu pernah melihat ada dua orang,
lalu ia bertanya kepada salah satunya tentang hubungannya dengan yang satu lagi, ia
berkata, “Ia adalah bapakku.” Maka Abu Hurairah berkata, “Janganlah kamu panggil
ia dengan namanya, jangan berjalan di depannya dan jangan duduk sebelumnya.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Al Adabul Mufrad).
7. Tidak duduk ketika keduanya berdiri dan tidak mendahuluinya dalam berjalan, karena
tidaklah termasuk adab yang baik kepada kedua orang tua jika seorang anak duduk
sedangkan ibubapaknya berdiri atau meluruskan kedua kakinya, sedangkan keduanya
duduk di hadapannya, bahkan hendaknya ia memiliki adab yang baik di hadapannya dan
merendahkan diri kepada keduanya. Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman dalam QS.
Al - Israa‟ ayat 24 yang artinya : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
8. Tidak mengutamakan istri dan anak daripada kedua orang tua. Hal ini berdasarkan hadits
yang menyebutkan tentang tiga orang Bani Israil yang berjalan-jalan di gurun, lalu
mereka terpaksa bermalam di gua. Ketika mereka masuk ke dalamnya, tiba-tiba ada
sebuah batu besar yang jatuh dari atas gunung sehingga menutupi pintu gua itu, lalu
mereka berusaha menyingkirkan batu tersebut, tetapi mereka tidak bisa, maka akhirnya
mereka berdoa kepada Allah dengan menyebutkan amal saleh yang pernah mereka
lakukan. Salah seorang di antara mereka berkata, “Ya Allah, saya memiliki kedua orang
tua yang sudah lanjut usia dan saya biasanya tidak memberi minuman kepada keluarga
dan harta yang saya miliki (seperti budak) sebelum keduanya. Suatu hari saya pernah
pergi jauh untuk mencari sesuatu sehingga saya tidak pulang kecuali setelah keduanya
tidur, maka saya perahkan susu untuk keduanya, namun saya mendapatkan keduanya
telah tidur dan saya tidak suka memberi minum sebelum keduanya baik itu keluarga
maupun harta (yang aku miliki). Aku menunggu, sedangkan gelas masih berada di
tanganku karena menunggu keduanya bangun sehingga terbit fajar. Keduanya pun
bangun lalu meminum susu itu. Ya Allah, jika yang aku lakukan itu karena
mengharapkan wajah-Mu, maka hilangkanlah derita yang menimpa kami karena batu
ini,” yang lain juga menyebutkan amal saleh mereka yang ikhlas yang pernah mereka
lakukan, sehingga batu besar itu pun bergeser dan mereka dapat keluar.
9. Setelah orang tua meninggal dunia, birrul walidaian, masih bisa diteruskan dengan cara
antara lain: meminta ampun kepada Allah Swt dengan taubat nashuha (jujur) bila kita
pernah berbuat durhaka kepada keduanya di waktumereka masih hidup,
menshalatkannya dan mengantarkan jenazahnya ke liang lahat, selalu memintakan
ampunan untuk keduanya, membayarkan hutang-hutangnya, melaksanakan wasiat sesuai
dengan syari’at, menyambung tali silaturahmi kepada orang yang keduanya juga pernah
menyambungnya, memuliakan sahabat-sahabatnya, dan selalu mendo’akan keduanya.
1. Berbakti kepada orang tua adalah amal yang paling utama. Dengan demikian jika ingin
kebaikan harus didahulukan amal-amal yang paling utama di antaranya birrul walidain
(berbakti kepada kedua orang tua).
2. Ridha Allah SWT tergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah tergantung
kepada murkanya rang tua. Hal ini sangatlah penting, dan perlu dicermati, bahwasannya
restu atau ridho kepada orang tua merupakan wujud penghormatan kepada mereka. Maka
dari itu kita harus senantiasa berusaha tidak membuat orang tua murka atau marah,
karena marahnya orang tua sama dengan marahnya Allah kepada kita.
3. Menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu dengan cara bertawasul dengan
amal kebaikan. Ini menunjukkan bahwa perbuatan berbakti kepada kedua orang tua yang
pernah kita lakukan, dapat digunakan untuk bertawasul kepada Allah Swt ketika kita
mengalami kesulitan, insyaallah kesulitan tersebut akan hilang. Berbagai kesulitan yang
dialami seseorang saat ini di antaranya karena perbuatan durhaka kepada kedua orang
tuanya.
4. Diluaskan rizki dan dipanjangkan umur. Terdapat ayat-ayat Al-Qur’an atau hadis-hadis
Nabi Saw yang menganjurkan untuk menyambung tali silaturahmi. Dalam silaturahmi
yang harus didahulukan adalah kepada kedua orang tua sebelum kepada yang lain.
Banyak diantara saudara-saudara kita yang sering ziarah kepada temantemannya tetapi
kepada orang tuanya sendiri jarang bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih kecil dia
selalu bersama ibu dan bapaknya. Tapi setelah dewasa, seakan-akan dia tidak pernah
berkumpul bahkan tidak kenal dengan kedua orang tuanya. Sesulit apapun harus tetap
diusahakan untuk bersilaturrahmi kepada kedua orang tua. Karena dengan dekat kepada
keduanya insyaallah akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umurnya.
5. Dimasukkan ke jannah (surga) oleh Allah Swt. Di dalam hadist Nabi Saw disebutkan
bahwa anak yang durhaka tidak akan masuk surga.
Tidak ada kebahagian yang orang tua rasakan selain melihat anak-anaknya tumbuh
menjadi orang yang berbakti dan berbudi luhur dalam kehidupan. tidak ada satu orang tua
pun, yang berfikir jernih, menginginkan anak-anaknya terjerembab dalam jurang kenistaan
dan kesengsaraan. Mereka akan berusaha sekuat tenaga menjadikan anak-anakya sebagai
orang yang sukses dan bahagian dalam kehidupanya baik di dunia maupun di akhirat. Maka
dari itu marilah kita senantiasa berusaha untuk berlaku baik kepada keduanya.
BAB III
(PENUTUP)
3.1 KESIMPULAN
Dari seluruh pembahasan, dapat disimpulkan terkait dengan rumusan masalah yang
diajukan, sebagai berikut:
1. Al-Qur’an menjelaskan tentang perintah untuk berbuat baik (berbakti) kepada kedua
orang tua. Berbuat baik (berbakti) kepada kedua orang tua didalam Al-Qur’an
berulang kali disebutkan dibeberapa ayat, dan selalu bergandengan dengan perintah
agar menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya, dengan demikian berarti
berbuat baik (berbakti) kepada kedua orang tua adalah salah satu hal terpenting kedua
setelah menyembah Allah SWT.
2. Birrul walidain atau berlaku baik kepada kedua orang tua, bersikap lemah lembut,
tidak mengeraskan suara dihadapan kedua orang tua, tidak melawan, taat kepada
keduanya, melaksanakan apa yang diridhai-nya, menjauhi apa yang membuat marah,
menghormatinya, membahagiakannya, dan mendoakan keduanya baik ketika masih
hidup ataupun sudah meninggal.
3. Durhaka terhadap kedua orang tua merupakan salah satu dosa besar yang sangat
besar. Dalam hal urutan kebajikan, berbuat baik (berbakti) kepada kedua orang tua
terletak setelah perintah agar beribadah kepada Allah SWT. Begitupun sebaliknya
larangan durhaka kepada kedua orangtua dan mengenai bahayanya itu terletak setelah
larangan dari perbuatan menyekutukan Allah SWT dengan yang lainnya (syirik).
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Astuti, H. (2021). Berbakti Kepada Orang Tua dalam Ungkapan Hadis. Jurnal Riset Agama,
45-58.
Fika Pijaki Nufus, DKK. (2017). KONSEP PENDIDIKAN BIRRUL WALIDAIN DALAM
QS. LUQMAN . Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, 16-31.