AD21B - Ahmad, Asshafira, Dafa, Ferdy - Analisis Stimulus Jelajah Kopi
AD21B - Ahmad, Asshafira, Dafa, Ferdy - Analisis Stimulus Jelajah Kopi
Nama:
Ahmad Yasin Mubarok 0802521014 Dafa Raihan 0802521038
Asshafira Fitri Arrifqi 0011522011 Ferdy Arrahman 0802521060
Kelas: AD21B
Link Tayangan: https://www.youtube.com/watch?v=3xLXACGvEzA
Rangkuman Tayangan
Dalam episode kali ini, Jelajah Kopi II “Bangkitnya Kopi Pasundan Part 3” dimulai
dengan scene proses pengupasan biji kopi yang dilakukan oleh petani Manglayang, Jawa Barat.
Proses ini membuat kopi tetap stabil dan di atas harga rata-rata pasar. Panen yang dihasilkan
petani kopi di Desa Giri Mekar Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung mencapai 1.000
ton dalam bentuk gelondong. Seperti yang dikatakan Dadan selaku ketua POKTAN
Manglayang, ternyata ada juga pasar luar negeri yang datang langsung untuk menghemat biaya
yang dikeluarkan kepada petani yang didorong oleh pemerintah untuk memperkenalkan kopi
ke beberapa negara sehingga memiliki peluang untuk bisnis matching.
Adegan selanjutnya meliputi kopi yang tumbuh di kaki Manglayang. Umumnya
berjenis varietas Typica yang termasuk dalam spesies arabika melalui proses yang baik hingga
memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan varietas Sigararutang yang tetap dipertahankan oleh
petani disana. Namun saat ini petani lebih banyak memilih varietas Typica untuk ditanam di
kawasan Gunung Manglayang.
Melanjutkan adegan yang menunjukkan kawasan Bandung Selatan di Kecamatan
Pangalengan, salah satu daerah yang mengawali kebangkitan kopi Jawa Barat. Petani di
Pangalengan, tidak jauh berbeda dengan di Manglayang, bernasib sama dengan lahan garapan
yang terbatas dan jumlah penduduk yang terus bertambah yang menyebabkan para petani
ekspansi menggarap tanah di punggung hutan yang masuk dalam kawasan hutan lindung.
Akhirnya pemerintah memberi solusi untuk memperbolehkan menggarap tanah hutan lindung
dengan syarat menanam tanaman keras bukan tanaman holtikultura atau sayur.
Adegan menarik berikut menggambarkan fakta melalui pengembangan tanaman kopi
dibentuk wadah pengelolaan hutan bersama masyarakat atau PHBM yang memungkinkan
masyarakat memanfaatkan lahan hutan milik negara untuk menanam kopi dengan sistem bagi
hasil. Perubahan pola pikir petani Pangalengan yang mendorong produksi kopi di Bandung
Selatan meningkat drastis.
Adegan selanjutnya menunjukkan seorang petani di kaki Gunung Tilu Pangalengan
bernama Agus Askara yang mewarisi tanah garapan dari orang tuanya kini mengubahnya
menjadi perkebunan kopi. Menurut Agus, banyak keuntungan beralih dari kebun sayur ke
kebun kopi karena kopi tidak memerlukan pupuk yang mahal dan tidak berisiko yang membuat
ekonomi keluarganya lebih stabil. Kopi yang ditanam Agus adalah jenis Sigararutang yang
lebih menguntungkan dan masa panennya lebih cepat. Dalam melakukan perubahan ini, Agus
tidak sendiri. Ia berada dibawah Koperasi Margamulya yang akan menampung semua hasil
panen kopi yang dihasilkan dari lahan anggotanya dengan harga pasar yang sangat wajar.
Pada adegan yang memperlihatkan ilustrasi tranformasi lahan petani Pangalengan yang
melakukan perubahan lahan sayur menjadi lahan kopi secara bertahap agar para petani tidak
kehilangan pendapatan jangka pendek. Perkebunan kopi terus berkembang seiring dengan
membaiknya harga kopi di pasar dan koperasi yang terus menguat. Saat ini, total produksi kopi
yang dihasilkan oleh petani dibawah koperasi Margamulya mencapai 100 juta ton per panen
dimana 70% dipegang oleh pembeli tetap dan 30% ditujukan untuk pasar lokal.
Adegan terakhir menunjukkan indahnya pemandangan kawasan KPH Bandung Selatan,
yang saat ini memiliki luas hutan mencapai 55.000 ha yang sekitar 80% berupa hutan lindung
dan sisanya untuk hutan produksi. Kemudian 30.000 hektar diantaranya berada di wilayah
Kabupaten Bandung Selatan seperti di Pangalengan, Banjar, dan Ciwidey. Sisanya berada di
Kabupaten Bandung Barat
Identifikasi 10 Stimulus
1. Intro & Outro
Setiap segmennya, Jelajah Kopi memiliki klip intro dan outro. Stimulus ini secara
visual terdiri dari shot kamera yang berjalan di meja kayu melewati biji kopi dan cangkir kopi
yang kemudian berakhir pada logo Jelajah Kopi berwarna putih dengan ilustrasi gunung. Klip
ini juga dilengkapi dengan musik bernuansa instrumen tradisional Indonesia. Pada tahap
perhatian, faktor ukuran (size) dalam stimulus ini bermain penting karena logo Jelajah Kopi
menjadi objek utama pada layar dengan harapan dapat mengambil perhatian penonton. Musik
tradisional di belakang juga memberi kesan kopi sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia.
2. Proses Kupas
Tayangan juga dibuka dengan klip seseorang yang sedang menjalankan proses
pengupasan biji kopi menggunakan mesin mulai dari menghidupkan mesin hingga hasil yang
sudah terkupas. Faktor gerakan (movement) pada stimulus ini menjadi faktor utama karena
penonton disuguhkan dengan video aktivitas pengupasan kopi yang jarang diketahui dengan
langkah-langkah yang berurutan. Suara mesin yang cukup keras juga menjadi faktor intensitas
pada stimulus ini.
3. Wawancara
Tayangan juga dilengkapi dengan wawancara dengan praktisi di lapangan yaitu Dadan
sebagai Ketua Kelompok Tani (POKTAN) Manglayang dan Agus sebagai petani kopi Gunung
Tilu. Pada stimulus ini faktor utamanya adalah faktor pemberi pesan yang menarik (attractive
spokesperson). Informasi tidak disampaikan oleh narator ataupun host melainkan dari
narasumbernya langsung di lapangan. Hal ini memberi kesan pada penonton bahwa apa yang
disampaikan benar-benar kredibel dan aktual.
9. Profil Petani
Pada scene ini terdapat perkenalan dengan petani kopi di Gunung Tilu sebelum
akhirnya diwawancara. Narator menjelaskan bahwa tanah yang diwariskan oleh orang tua sang
petani sekarang telah beralih fungsi menjadi kebun kopi. Ini menunjukkan bahwa di daerah
tersebut sudah banyak petani sayur yang beralih menjadi petani kopi. Faktor stimulus pada
profil ini adalah faktor isolasi (isolation) karena sebagian layar tetutup oleh kotak yang berisi
biodata profil sang petani.
1 2
3 4 (1)
4 (2) 5
6 7 (1)
7 (2) 8
9 10