Anda di halaman 1dari 26

V ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN KOPI

Kelayakan usaha pengolahan kopi Cibulao dianalisis pada beberapa aspek


finansial dan nonfinansial. Aspek finansial dianalisis menggunakan kriteria
penilaian investasi yaitu NPV, IRR, PI dan DPP. Analisis aspek nonfinansial
meliputi aspek pasar, teknis, sosial ekonomi, dan dampak lingkungan. Aspek non
finansial dianalisis menggunakan analisis deskriptif.

5.1 Analisis Kelayakan Non Finansial

5.1.1 Aspek Pasar


1. Potensi Pasar
Peluang pasar terhadap kopi didukung oleh berkembangnya tren konsumsi
kopi dimana saat ini meminum kopi juga sebagai gaya hidup masyarakat.
Permintaan pasar terhadap kopi Cibulao masih relatif tinggi. Hal ini dapat dilihat
dari adanya peningkatan permintaan dari konsumen yang mengindikasikan
potensi pasar yang masih besar. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh KTH
Cibulao Hijau adalah dengan menetapkan segmentasi pasar, target pasar, posisi
produk kopi dalam pasar serta bauran pemasaran 4P.
1. Strategi Pemasaran STP
a. Segmentasi
Produk kopi merupakan produk yang sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat. Kopi di dikonsusmi oleh banyak orang di berbagai negara. Produk
tersebut merupakan produk yang sehat serta memiliki nilai manfaat yang tinggi.
KTH Cibulao Hijau melakukan segmentasi berdasarkan dua segmentasi yaitu
Business to Business dan Business to Consumer. Segmentasi Business to Business
yaitu kepada produsen pengolah kopi (Horeka). Segmentasi selanjutnya yaitu
Business to Consumer ditujukan kepada konsumen akhir dengan pendapatan
menengah, dan menengah ke atas yang menjadikan konsumsi kopi sebagai life
style.
b. Targetting
Penentuan target pasar yang dituju oleh KTH Cibulao Hijau adalah
produsen pengolah kopi yang saat ini mencapai 88% penjualan dan konsumen
29

akhir yang saat ini sekitar 10% penjualan. Perodusen pengolah kopi terdiri dari
hotel, roastery, dan kedai kopi. Konsumen akhir dengan semua kalangan jenis
kelamin, baik remaja, dewasa dan bahkan orang tua terutama mereka yang
menyukai kopi khususnya kopi spesialti.
c. Positioning
Posisi pasar yang ditentukan KTH Cibulao untuk produknya adalah kopi
spesialti yang berkualitas dan memiliki banyak cita rasa serta berbasis konservasi
atau shade coffee for conservation. Konsumen yang membeli dan mengonsumsi
kopi yang dihasilkan dari KTH Cibulao Hijau ini akan merasakan cita rasa kopi
terbaik.
2. Bauran Pemasaran
a. Produk
Produk yang dibuat dan dijual oleh KTH Cibulao Hijau adalah kopi dalam
bentuk greenbean, roasted bean dan kopi bubuk dengan berbagai jenis olahan dan
proses pengolahan dihasilkan dari cherry merah yang bagus sehingga dihasilkan
kualitas kopi spesialti. Kopi yang dihasilkan oleh KTH Cibulao Hijau memiliki
ciri khas yang membedakan dengan kopi instan pada umumnya yaitu kopi
diproduksi tanpa tambahan bahan campuran seperti biji jagung kering atau beras.
Kopi yang diproduksi oleh anggota KTH Cibulao Hijau menggunakan konsep
konservasi hutan sehingga cita rasa kopinya berbeda karena hasil persilangan akar
tanaman di hutan.
Produk dijual dalam berbagai jenis olahan. Jenis olahan green bean
dengan jenis honey maupun natural proses dijual dalam bentuk per kilogram yang
dikemas menggunakan plastik dan karung. Jenis olahan roasted bean atau kopi
yang sudah melalui tahapan roasting/penyangraian dikemas dalam ukuran 1
kilogram yang dikemas menggunakan alumunium foil. Jenis olahan kopi bubuk
yang sudah melalui tahapan grinder/digiling menggunakan mesin pembubuk kopi,
dikemas dalam ukuran 100 gram, 250 gram, 500 gram yang dikemas
menggunakan alumunium foil.
Saat ini produk kopi yang dipasarkan memang belum mempunyai P-IRT,
sertifikasi halal serta hak kekayaan intelektual diikarenakan minimnya informasi
yang didapatkan sehingga KTH Cibulao Hijau belum memiliki atribut-atribut
30

diatas, namun untuk kedepannya KTH Cibulao Hijau memiliki rencana untuk
mendaftarkan P-IRT, sertifikasi halal supaya jangkauan penjualan produknya
lebih luas lagi.
b. Price
Harga yang ditawarkan oleh KTH Cibulao Hijau untuk setiap jenis
olahannya berbeda-beda sesuai dengan jenis dan ukuran produk. Harga yang
ditawarkan untuk jenis olahan green bean dengan proses olahan honey maupun
natural per kilogramnya dijual sebesar Rp 65.000, Jenis olahan Roasted bean dan
kopi bubuk dijual sebesar Rp 185.000 per kilogram, untuk kopi bubuk dengan
ukuran 100 gram dijual sebesar Rp 35.000, ukuran 250 gram dijual sebesar Rp
65.000, ukuran 500 gram dijual sebesar Rp 105.000 dan ukuran 1 kilogram dijual
sebesar Rp 185.000.
Penentuan harga untuk setiap produk dilakukan dengan cara KTH Cibulao
Hijau memberikan harga jual terlebih dahulu kepada konsumen yang akan
membeli kopi. Informasi yang didapatkan dari Bapak Jumpono selaku ketua KTH
Cibulao Hijau, harga yang ditawarkan ke konsumen tidak ditawar lagi oleh
konsumen karena harganya memang sudah sesuai dengan kualitas kopinya.
c. Promosi
Promosi sangat penting dalam memperkenalkan produk kepada
masyarakat luas. Bentuk promosi yang diterapkan oleh KTH Cibulao Hijau adalah
melalui media sosial dan word of mouth serta mengikuti pameran yang
diselenggarakan oleh instansi-instansi terkait.
d. Distribusi Pemasaran
KTH Cibulao Hijau mendistribusikan produknya ke produsen dengan cara
diantar langsung untuk wilayah Bogor, untuk wilayah di luar kota Bogor
distribusikan dengan menggunakan jasa pengiriman seperti JNE dan TIKI atau
biasanya konsumen datang ke Kampung Cibulao untuk membeli kopi secara
langsung. Rantai pemasaran hasil olahan kopi yang dilakukan oleh KTH Cibulao
Hijau yaitu langsung menjual ke konsumen, roastery, kedai kopi, di daerah
Jabodetabek dan luar daerah Jabodetabek serta hotel di daerah Bogor. Berikut
rantai pemasaran yang dilakukan KTH Cibulao Hijau dapat dilihat pada Gambar
2.
31

Hotel Konsumen Akhir


1

Roastery Konsumen Akhir


2

KTH Cibulao Hijau Kedai Kopi Konsumen Akhir


3

Konsumen Akhir
4
Tengkulak
5

Gambar 2 Rantai Pemasaran KTH Cibulao Hijau, Tahun 2019


Keterangan :
: Rantai Pemasaran KTH Cibulao Hijau
Sumber : Data Primer, Tahun 2019 (diolah)

1) Saluran Pemasaran I
Saluran pemasaran I memiliki satu perantara untuk bisa sampai ke
konsumen akhir yaitu ke hotel-hotel di Bogor. Hotel-hotel biasanya membeli kopi
dari KTH Cibulao Hijau dalam bentuk roasted bean atau sudah melaui tahap
penyangraian. KTH Cibulao Hojau menjual produk kopi ke hotel-hotel Bogor
sekitar 13% dari hasil produksi olahan kopi.
2) Saluran Pemasaran II
Pada saluran pemasaran II memiliki satu perantara untuk sampai ke
konsumen akhir, yaitu roastery. Roastery membeli produk kopi dari KTH Cibulao
Hijau dalam bentuk green bean yang kemudian akan diolah oleh roastery sesuai
dengan keinginan mereka sampai menjadi roseted bean dan kopi bubuk.
3) Saluran Pemasaran III
Saluran pemasaran III memiliki satu perantara untuk bisa sampai ke
konsumen akhir yaitu kedai kopi. Kedai membeli kopi dari KTH Cibulao Hijau
dalam bentuk roasted bean atau biji kopi yang sudah melalui tahap roasting/di
sangrai yang kemudian akan diolah dan dijual dalam bentuk kemasan maupun
menjadi berbagai jenis seduhan.
32

4) Saluran Pemasaran IV
Pada pemasaran saluran IV KTH Cibulao Hijau langsung mengirimkan
produknya ke konsumen akhir. Pengiriman produk dilakukan dengan cara
memakai jasa ekspedisi, atau bisa juga konsumen langsung datang ke KTH
Cibulao Hijau untuk membeli langsung produk kopi KTH Cibulao Hijau. Produk
yang dijual ke konsuemn akhir berupa green bean, roasted bean dan kopi bubuk
sesuai dengan permintaan konsumen, namun berdasarkan keterangan dari KTH,
kopi yang sering dibeli oleh konsumen akhir yaitu berupa kopi bubuk. Namun ada
juga konsumen kopi yang membeli kopi dalam bentuk green bean maupun
roasted bean, konsumen kopi yang membeli olahan kopi selain kopi bubuk
beberapa diantaranya memiliki serta melakukan pengolahan kopi sendiri.
Perkembangan yang terjadi saat ini dalam dunia kopi menyebabkan perubahan
perilaku pada konsumen. Saat ini, beberapa dari konsumen kopi khususnya
pecinta kopi memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam pengolahan dan membuat
produk kopi untuk dikonsumsi sendiri.
5) Saluran V
Pada saluran V yaitu tengkulak. Biasanya KTH Cibulao Hijau menjual
kopi dengan kualitas paling rendah. Penjualan pada tengkulak sekitar 2% dari
hasil produksi pengolahan kopi. Adapun harga jual dan jenis olahan kopi pada
seluruh saluran pemasaran dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Harga Jual Dan Jenis Olahan Kopi Pada Seluruh Saluran Pemasaran
KTH Cibulao Hijau, Tahun 2019

Harga (Rp) Presentase


Saluran Pembeli Jenis Produk
/Kg (%)
I Hotel Roasted bean 185.000 13
II Roastery Green bean 65.000 45
III Kedai Kopi Roasted bean 185.000 30
IV Konsumen Akhir Kopi bubuk 185.000 10
V Tengkulak Green bean asalan 17.000 2
Sumber : Data primer, tahun 2019 (diolah)

Hasil dari analisis aspek pasar pada KTH Cibulao Hijau dapat disimpulkan
bahwa usaha pengolahan kopi layak untuk dijalankan. Hal ini terlihat dari KTH
Cibulao Hijau sudah menetapkan strategi pemasaran dengan bauran pemasaran.
Penetapan segmentasi produk KTH Cibulao Hijau juga sudah mengetahui dengan
33

pasti posisi pasar yang bisa dimasuki KTH Cibulao Hijau. Berdasarkan
penawaran dan permintaan juga layak dijalankan karena setiap bulannya
permintaan masih terus meningkat namun produksi olahan yang di hasilkan KTH
Cibulao Hijau masih sedikit sehingga belum memenuhi permintaan pasar.

5.1.2 Aspek Teknis


1. Lokasi Usaha
Lokasi pengolahan kopi KTH Cibulao Hijau terletak di Kampung Cibulao
Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor. Kampung Cibulao dipilih sebagai lokasi
pengolahan kopi karena dekat dengan bahan baku. Lokasi dan luas lahan yang
dipakai untuk budidaya kopi pun sudah memiliki izin dari perhutani melalui
prorgam Pengakuan dan Perlindungan Kemitraan Kehutanan (KULIN KK)
selama 35 tahun dengan luas lahan seluas 601,64 hektare sehingga penanaman
kopi dapat diperluas untuk dapat memenuhi permintaan pasar. Saat ini luas lahan
yang dipakai dalam penanaman kopi baru sekitar 30 hektare.
2. Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan dalam produksi olahan kopi yang
berupa green bean, roasted bean, kopi bubuk adalah cherry kopi robusta. Cherry
robusta berasal dari petani anggota KTH Cibulao Hijau yang berada di Kampung
Cibulao. Saat ini petani anggota KTH Cibulao Hijau belum mampu memenuhi
pasokan kopi robusta segar dikarenakan kopi yang dipasok baru dari 6 orang
petani. Akan tetapi untuk kedepannya pasokan kopi yang ditanam oleh petani
akan dapat memenuhi permintaan pasar karena sudah ada sekitar kurang lebih 30
orang petani yang sedang menanam kopi dan dalam waktu kurang lebih 2-3 tahun
kopi yang di tanam akan segera dipanen sehingga permintaan pasar untuk
pengolahan kopi dapat dipenuhi. Selain itu pengolahan kopi yang dilakukan oleh
KTH Cibulao Hijau tidak memerlukan bahan-bahan tambahan lainnya karena
dalam pembuatannya tidak diberi bahan campuran apapun.
3. Letak Pasar yang Dituju
Kopi Cibulao dipasarkan ke Horeka (Hotel, Restaurant dan konsumen
akhir) di daerah Jabodetabek, Karawang, Bandung, Palembang Bali, Jogjakarta
yang berjumlah sekitar 12 kedai kopi dan kurang lebih 3 roastery. Pemasaran
produk untuk wilayah Bogor langsung dilakukan oleh pihak KTH Cibulao Hijau
34

sedangkan untuk wilayah diluar kota Bogor produk dikirim melalui jasa
ekspedisi.
4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang diserap dalam pengolahan kopi ini terdiri dari laki-laki
dan perempuan. Tenaga kerja tersebut mengolah kopi segar menjadi kopi dalam
bentuk green bean, roasted bean dan bubuk. Ketika musim panen raya tiba tenaga
kerja yang dibutuhkan akan lebih banyak daripada ketika tidak musim panen raya.
Pada musim panen raya tiba, kopi segar harus segera diolah menjadi bentuk biji
kopi hijau kering atau green bean yang kemudian diolah menjadi kopi bubuk,
karena jika tidak langsung diolah kopi segar akan cepat busuk, tapi jika sudah
diolah menjadi green bean daya tahan simpan lebih lama dan tidak mudah busuk.
Sedangkan ketika tidak musim panen raya tiba tenaga kerja tersebut hanya
mengolah biji kering hijau atau green bean menjadi roasted bean dan kopi bubuk.
5. Tenaga Listrik dan Air
Tenaga listrik merupakan sumber energi yang digunakan dalam
melakukan produksi kopi Cibulao. Tenaga listrik yang digunakan dalam produksi
kopi Cibulao berasal dari Pembangkit Listrik Negara (PLN). Tenaga listrik
tersebut digunakan untuk mesin dan peralatan produksi. Daerah Kampung
Cibulao sudah dijangkau oleh pasokan listrik dan hampir jarang terkena
pemadaman bergilir, pemadaman listrik yang terjadi hanya sesekali dan tidak
lama, hal ini juga jika keadaan cuaca sedang buruk, sehingga tidak mengalami
kendala. Akses terhadap air didapat dari air sumur yang dibuat oleh penduduk di
sana sehingga ketersediaan air selalu ada yang dialirkan dengan menggunakan
pompa air.
6. Fasilitas Transportasi
Lokasi pengolahan kopi Cibulao sulit dijangkau menggunakan kendaraan
umum tetapi mudah dijangkau menggunkan kendaraan pribadi karena lokasi nya
cukup jauh dari jalan raya utama. Alat transportasi yang digunakan dalam
membantu proses produksi untuk pendistribusian produk menggunakan motor
pribadi. Pengolah kopi di KTH Cibulao Hijau tidak memerlukan alat transportasi
untuk akses menuju sumber bahan baku karena petani mitra yang datang langsung
mengantarkan kopi segar yang baru dipanen menuju lokasi KTH Cibulao Hijau.
35

7. Skala Usaha
Saat ini usaha olahan kopi di KTH Cibulao Hijau masih beroperasi dalam
skala mikro. Produksinya baru dapat dipasarkan ke beberapa daerah saja, jumlah
produksi yang dilakukan saat ini masih belum optimal. KTH Cibulao Hijau
memiliki potensi untuk memperluas skala usahanya karena permintaan kopi
Cibulao masih terbilang cukup tinggi, untuk menaikan skala usaha dapat
diperoleh dengan menaikan kapasitas produksi dan menambah petani anggota
untuk menanam kopi.
8. Proses Produksi
Produk kopi Cibulao dihasilkan melalui pengolahan. Pengolahan yang
dilakukan KTH Cibulao Hijau pada jenis robusta dilakukan secara kering. Jenis
pengolahan produk yang diproduksi KTH Cibulao Hijau untuk kopi robusta
dibagi menjadi 3 jenis yaitu green bean, roasted bean dan bubuk. Langkah proses
produksi pengolahan kopi robusta yang dilakukan oleh KTH Cibulao Hijau antara
lain :
a. Kriteria Panen Buah Cherry Kopi
Kriteria buah yang dapat diolah menjadi green bean, roasted bean serta
kopi bubuk adalah buah cherry kopi yang seragam warnanya, biasanya adalah
warna merah, setelah kriterianya ditentukan kemudian kopi dipanen dengan cara
dipetik oleh tangan yang selanjutnya akan dilakukan proses penyortiran.
b. Sortasi Buah Kopi
Sebelum diolah, buah kopi diperiksa kualitas petiknya. Sortasi dilakukan
dengan cara memisahkan buah kopi merah segar dari berbagai bahan-bahan yang
menyebabkan turunnya mutu seperti buah hijau, buah hitam, buah berpenyakit,
buah cacat, daun, kotoran serta ranting, batu dan benda-benda asing lainnya
sehingga buah kopi yang diolah merupakan buah kopi pilihan dan seragam
c. Pengupasan Kulit
Pengupasan kulit buah kopi atau biasa sisebut pulping yang digunakan
oleh KTH Cibulao Hijau dibedakan berdasarkan jenis proses olahannya seperti
pada proses olahan honey dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin
pengupas kulit buah yaitu mesin pullper. Hasil dari proses pulping adalah biji
kopi yang masih memiliki kulit tanduk. Sedangkan pada pengupasan kulit buah
36

kopi pada proses olahan natural tidak langsung dilakukan ketika buah kopi masih
segar, namun di jemur terlebih dahulu selama kurang lebih 40 hari baru kemudian
akan langsung dilakukan tahapan hulling yaitu pengupasan kulit gabah. Jadi
dalam olahan proses honey dilakukan 2 tahap dalam pengupasan kulit, yang
pertama adalah pulping tahap yang kedua adalah hulling. Pengupasan kulit kopi
pada olahan proses natural yaitu langsung ke tahap hulling dengan menggunakan
mesin huller. Kapasitas mesin huller yang digunakan adalah 250 kg/jam.
d. Penjemuran
Untuk pengolahan natural proses, setelah buah kopi dipanen dan disortasi
harus segera di jemur untuk menghindari penurunan kualitas mutu yang
diakibatkan dari jamur. Penjemuran untuk pengolahan honey proses dilakukan
setelah di pulping terlebih dahulu yang kemudian dijemur selama kurang lebih 4
minggu. Alat penjemuran yang dilakukan KTH Cibulao Hijau yaitu memakai alat
penjemuran terpal dan tampah yang digunakan sebagai alas jemur kopi.
e. Pengupasan Kulit Kopi Kering
Pengupasan kulit kopi kering atau yang biasa disebut hulling, bertujuan
untuk memisahkan biji kopi dengan kulit tanduk atau kulit gelondong kopi kering.
Hasil tahap ini disebut biji kopi hijau kering atau green bean. Kapistas mesin
pulper yang digunakan pada proses huller ini adalah 80 kg/jam.
f. Sortasi Biji Kopi dan Penyimanan
Sortasi dilakukan untuk memisahkan biji kopi berdasarkan ukuran, benda
asing, cacat biji sehingga mendapatkan biji kopi yang berkualitas bagus. Sortasi
ukuran atau grading dilakukan dengan menggunakan ayakan grading. Proses
penyimpanan dilakukan setelah proses sortasi selesai yang menghasilkan biji kopi
yang berkualitas baik, kemudian biji kopi dikemas menggunakan kemasan karung
untuk selanjutnya dilakukan penyimpanan dengan suhu tertentu. Pengemasan
yang menggunakan plastik dilakukan ketika ada konsumen yang akan membeli
kopi dalam bentuk green bean.
g. Roasting
Proses roasting/penyangraian di KTH Cibulao Hijau menggunakan mesin
sangrai atau lebih dikenal dengan roasting dengan kapasitas 1 kilogram untuk satu
kali roasting dalam waktu 20 menit. Proses roasting dapat dilakukan kapan saja
37

karena telah memiliki cadangan biji kopi kering. Proses ini dilakukan ketika ada
pesanan dari konsumen. Tahap penyangraian merupakan salah satu tahap yang
paling penting dalam mempertahankan kualitas biji kopi karena proses ini
merupakan tahapan dalam membentuk aroma dan cita rasa khas dari dalam biji
kopi dengan perlakuan panas. Oleh karena itu kegiatan roasting harus dilakukan
oleh sumberdaya yang berpengalaman dalam bidang roasting. Kegiatan roasting
di KTH Cibulao Hijau sudah dilakukan oleh sumberdaya manusia yang memiliki
pengalaman dalam me-roasting kopi karena yang bertugas dalam roasting kopi
Cibulao sudah pernah mengikuti pelatihan mengenai roasting kopi dengan baik
dan benar sehingga dapat menciptakan cita rasa kopi yang khas.
h. Bubuk Kopi
Proses pembubukan kopi ini dilakukan setelah melaui tahapan roasting.
Proses ini dibantu dengan menggunakan alat pembubuk kopi yaitu mesin grinder.
Proses pembubukan kopi yaitu dengan cara biji kopi dihaluskan dengan
pembubuk/penghalus yaitu (grinder) sampai diperoleh butiran kopi bubuk dengan
tingkat kehalusan tertentu, proses pembubukan kopi ini berlangsung sekitar 2
menit.
i. Pengemasan
Pengemasan pada kopi dalam bentuk green bean dilakukan ketika ada
konsumen yang akan membeli kopi saja. Green bean dikemas dalam plastik
ataupun karung yang berukuran 20 kg. Pengemasan pada kopi dalam bentuk
roasted bean, dilakukan ketika ada pemesanan saja dan setelah adanya proses
roasting harus segera dikemas agar kualitasnya tetap terjaga. Kemasan untuk
roasted bean menggunakan kemasan alumunium foil ukuran 1 kilogram yang
kemudian di press menggunakank mesin siller. Proses pengemasan pada kopi
bubuk dilakukan langsung setelah kopi di grinder agar kualitas kopi tidak
berkurang. Pengemasan dilakukan tergantung ukuran pesanan dari konsumen,
mulai dari 100 gr, 250 gr, 500 gr sampai dengan 1 kg, selanjutnya dimasukan ke
dalam kemasan alumunium foil kemudian di press menggunakan mesin siller.
Berdasarkan dari hasil analisis aspek teknis dapat dinyatakan bahwa
secara teknis kegiatan pengolahan kopi di KTH Cibulao Hijau yang telah
dilakukan adalah layak untuk dijalankan.
38

5.1.3 Aspek Manajemen dan Sumberdaya Manusia


Aspek manajemen mengkaji mengenai prencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian di dalam sebuah perusahaan. Suatu bisnis
dikatakan layak secara manajemen apabila empat hal fungsi manajmen tersebut
dapat terlaksana dengan baik. Seksi-seksi pada struktur organisasi KTH Cibulao
Hijau antara lain :
1. Struktur Organisasi
KTH Cibulao Hijau sudah memiliki struktur organisasi. Struktur
organisasi ini terdiri pengurus dan anggota. Adapun struktur organisasi KTH
Cibulao Hijau dapat dilihat pada Gambar 3.

Ketua Kelompok
Jumpono

Wakil Ketua Kelompok


Kiryono

Sekretaris Bendahara
Dasimto Yudi Haryanto

Seksi Saprodi Seksi Pascapanen Seksi Pembibitan


Yudi H Hendrik A. Royani

Anggota

Gambar 3 Struktur Organisasi Kelompok Tani Hutan Cibulao Hijau, Tahun 2019
Sumber : Data Primer, Tahun 2019 (diolah)
KTH Cibulao Hijau diketuai oleh Bapak Jumpono dan Bapak Yono
sebagai wakil ketua dan dibantu oleh sekretaris dan bendahara. Selain itu terdapat
3 seksi di bawah ketua, yaitu seksi sarana dan produksi, seksi pascapanen serta
seksi pembibitan.
a. Seksi Saprodi
Seksi saprodi bertugas untuk menyusun peranan dan kebutuhan sarana dan
prasarana setiap anggotanya, menjalin kerjasama usaha dengan pihak penyedia
39

sarana prasarana produksi pertanian dengan dinas terkait dan lembaga-lembaga


usaha sarana produksi pertanian
b. Seksi Pascapanen
Seksi pascapanen, memiliki tugas dalam penanganan pascapanen kopi
Cibulao dalam mengolah kopi yang telah dipanen hingga menjadi kopi dalam
bentuk green bean, roasted serta kopi bubuk.
c. Seksi Pembibitan
Seksi Pembibitan bertugas dalam proses penyediaan bibit, penanaman
bibit serta menyeleksi bibit-bibit yang memiliki kualitas yang baik sebelum
dilakukannya penanaman agar bibit yang ditanam adalah bibit yang unggul.
Anggota KTH saat ini kurang lebih 30 orang yang aktif dengan rata-rata
memiliki tingkat pendidikan yang dimiliki anggota KTH yaitu 6 tahun pendidikan
formal atau secara umum yaitu SD. Informasi ini menunjukkan bahwa sebagian
besar anggota KTH memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah. Keadaan
tingkat pendidikan tersebut tercermin dari kurangnya kesungguhan anggota
terhadap penanaman kopi maupun pengolahan kopi, dari 30 orang anggota KTH
baru 3 orang yang benar-benar sudah memiliki teknik pengolahan kopi dan
memiliki pengalaman menanam maupun pengolahan dengan baik. Pendidikan
merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia. Umumnya
pendidikan mempengaruhi tingkat berfikir seseorang, tingkat pendidikan juga
secara umum mempengaruhi kemungkinan anggota KTH untuk menerima hal
baru serta perubahan dalam menanam maupun mengolah kopi.
2. Manajemen
Kegiatan usaha pengolahan kopi yang dilakukan pada kelompok tani hutan
(KTH) Cibulao Hijau belum menggunakan sistem manajmen dengan baik. Semua
pengurus belum menjalankan tugasnya masing-masing namun saling membantu
dalam setiap pekerjaanya masing-masing.
3. Kualitas dan Kuantitas Sumberdaya Manusia
Keberadaan sumberdaya manusia berkualitas bertujuan untuk mendukung
kelanjutan KTH kedepannya. Saat ini keberadaan sumberdaya manusia di KTH
Cibulao Hijau masih rendah sehingga perlu adanya peningkatan baik secara
kualitas maupun kuantitasnya dengan cara pembinaan pada KTH dan petani.
40

Berdasarkan identifikasi aspek manajemen dan sumberdaya manusia.


Usaha pengolahan kopi robusta KTH Cibulao Hijau sudah memiliki struktur
organisasi namun belum berjalan dengan optimal yang disebabkan dari lemahnya
sumber daya manusia yang dimiliki. Pada sistem manajemen pun belum optimal
karena tugas dari masing-masing divisi belum dijalankan sebagaimana mestinya.
Kualitas maupun kuantitas sumberdaya yang dimiliki masih minim dan rendah.
Sistem manajemen adalah sangat penting dalam sebuah usaha karena akan
mempengaruhi keberlanjutan usaha tersebut. Aspek manajemen dan sumberdaya
manusia di KTH Cibulao Hijau saat ini memang belum optimal, akan tetapi usaha
tersebut mampu berjalan dengan baik.

5.1.4 Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan


Aspek sosial ekonomi dan lingkungan dilakukan untuk mengkaji dampak
yang ditimbulkan dari suatu usaha apabila dijalankan terhadap masyarakat yang
terlibat maupun tidak serta usaha yang baik adalah usaha yang tidak mencemari
atau memberi dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya baik udara, tanah, dan
air. Dampak sosial yang ditimbulkan dalam usaha pengolahan kopi Cibulao
responnya positif yang diantaranya adalah menjadikan lingkungan
kemasyarakatan yang baik, salah satunya dengan adanya pengolahan kopi di KTH
Cibulao hijau menimbulkan dampak yang baik bagi kesatuan masyarakat Cibulao.
Dampak ekonomi yang ditimbulkan adalah meningkatkan pendapatan keluarga.
Dengan dilakukannya usaha pengolahan kopi ini, pengolah ataupun petani kopi
memperoleh pendapatan sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarga yang
dapat meningkatkan mutu kehidupan para petani, pengolah kopi maupun
masyarakat setempat. Selain itu dampak ekonomi yang ditimbulkan adalah
membuka kesempatan kerja bagi penduduk Kampung Cibulao, dengan adanya
usaha pengolahan kopi yang dijalankan KTH Cibulao Hijau masyarakat bisa
melakukan/bekerja di pengolahan kopi. Selain itu dengan adanya usaha
pengolahan kopi ini telah menumbuhkan usaha lain seperti warung, penjualan
kopi, tempat home stay bagi wisatawan yang ingin menginap di Kampung Cibulao
Hijau.
Dampak lingkungan darat yang ditimbulkan dari usaha pengolahan kopi
ini dampak negatifnya rendah karena tidak memberikan dampak buruk bagi
41

kondisi lingkungan darat di sekitar lingkungan produksi. Tidak ada dampak


negatif yang ditimbulkan oleh usaha pengolahan kopi ini bagi lingkungan darat
baik itu kepada manusia maupun makhluk hidup lainnya, hal ini disebabkan oleh
tidak digunakannya bahan-bahan yang berbahaya serta tidak ada. Selain itu
kegiatan usaha pengolahan kopi ini tidak menghasilkan limbah yang dapat
berdampak buruk bagi keseimbangan lingkungan, bahkan limbah dari kulit biji
kopi sering dijadikan pupuk bagi tanaman teh.
Dampak negatif yang ditimbulkan akibat usaha pengolahan kopi di KTH
Cibulao Hijau terhadap air sangat rendah. Bagi lingkungan air, usaha pengolahan
kopi di KTH Cibulao Hijau tidak menimbulkan dampak yang negatif sebab
limbah yang dihasilkan tidak berbahaya. Penggunaan air terhadap pengolahan
kopi ini digunakan untuk teknik pengolahan basah, namun pada umumnya
pengolahan yang digunakan di KTH Cibulao Hijau adalah teknik pengolahan
kering.
Dampak negatif yang ditimbulkan usaha pengolahan kopi di KTH Cibulao
Hijau terhadap usadara juga sangat rendah dengan. Usaha pengolahan kopi di
KTH Cibulao Hijau menggunakan mesin huller sebagai penggiling kopi, hal ini
berakibat adanya polusi yang ditimbulkan, namun penggunaan mesin ini masih
wajar mengingat masih dalam skala kecil, selain itu penggunaan mesin ini
disimpan di ujung bangunan sehingga suara bising yang ditimbulkan tidak
mengganggu aktifitas masyarakat karena tidak dalam lingkungan rumah
masyarakat.
Aspek dampak sosial ekonomi dan lingkungan ini menunjukan bahwa,
usaha pengolahan kopi robusta di KTH Cibulao Hijau layak dijalankan. Karena
tidak menimbulkan limbah yang dapat merusak lingkungan, selain itu usaha
pengolahan kopi robusta ini juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan
menambah kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar.

5.2 Analisis Kelayakan Finansial


Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk
mengetahui kelayakan usaha pengolahan kopi robusta apakah layak atau tidak
serta menguntungkan secara finansial dengan membandingkan antara pengeluaran
dan pendapatan. Analisis kelayakan finansial yang dilakukan dengan
42

menggunakan kriteria-kriteria kelayakan finansial yang meliputi Net Present


Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), PI, dan DPP. Penentuan umur
proyek berdasarkan pada umur ekonomis dari mesin-mesin produksi yaitu 8 tahun
dengan catatan masih ada 2 tahun umur ekonomis dari mesin yang tersisa.

5.2.1 Arus Manfaat (Inflow)


Komponen yang termasuk kedalam inflow pada usaha pengolahan kopi
robusta di KTH Cibulao Hijau diantaranya yaitu penerimaan dari penjualan kopi
serta nilai sisa barang investasi yang tidak habis terpakai.
a. Penerimaan Penjualan
Penerimaan penjualan yang diperoleh dalam usaha pengolahan kopi
berasal dari jumlah penjualan kopi dengan berbagai jenis olahan dan ukuran
kemasan dikalikan dengan harga jual produknya. Jumlah produksi didasarkan
pada jumlah produksi dan penjualan olahan kopi yang dihasilkan. KTH Cibulao
Hijau berproduksi 1 tahun sekali namun dalam penjualan olahannya dilakukan
setiap bulan sehingga diperoleh jumlah produksi kopi sebanyak 5.242 kg pertahun
dan tiap bulannya mampu menjual olahan kopi sebanyak 433 kg yang terbagi
dalam bentuk olahan green bean proses honey 133 kg yang dijual Rp 65.000/kg,
green bean proses natural 75 kg yang dijual Rp 65.000/kg, roasted bean proses
honey 107 kg yang dijual dengan harga sebesar Rp 185.000/kg, roasted bean
natural proses 39 kg yang dijual dengan harga sebesar Rp 185.000/kg, bubuk
honey proses sebanyak 52 kg yang dijual dalam berbagai ukuran kemasan seperti
ukuran 100 gram dijual dengan harga sebesar Rp 35.000, ukuran 250 gram yang
dijual dengan harga Rp 65.000, ukuran kemasan 500 gram dijual sebesar Rp
110.000 dan ukuran 1 kg sebesar Rp 185.000. Harga dan ukuran bubuk natural
proses sama saja seperti bubuk proses honey, untuk bubuk proses natural dalam
satu bulannya dapat menjual sebesar 26 kg dengan berbagai macam jenis ukuran.
KTH Cibulao Hijau juga menjual kopi asalan atau biji kopi hasil sortasi
yaitu biji kopi dalam bentuk green bean yang tidak masuk kriteria untuk dijual.
Setiap musimnya KTH dapat menghasilkan kopi asalan sebanyak 52 kg yang
dijual ke pasar sebesar Rp 17.000/kg. Penerimaan total yang diperoleh dari
pengolahan kopi dalam satu tahun produksi adalah sebesar Rp 576.653.600.
penjualan terbanyak terdapat pada kopi bentuk green bean proses honey dan
43

natural sebanyak 2.496 kg/tahun hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
yaitu Barus (2018) menunjukan bahwa produk kopi yang prospektif di Bogor
adalah green bean. Penjualan terbesar kedua setelah green bean adalah roasted
bean sebanyak 1.757 kg/tahun. Rincian penerimaan usaha pengolahan kopi di
KTH Cibulao Hijau dapat dilihat pada Lampiran 4.
b. Nilai Sisa
Investasi yang diperlukan pada pengolahan kopi ini adalah, bangunan, satu
set mesin pengolahan kopi, timbangan, lampu penerangan, palet, ayakan grading,
motor, serta tabung gas LPG ukuran 5 kilogram. Nilai sisa dapat dimasukan
kedalam penerimaan yang diperoleh dari sisa investasi yang tidak habis terpakai.
Nilai sisa yang didapatkan pada akhir masa bisnis ini adalah sebesar Rp
10.199.000 nilai tersebut didapatkan dari nilai sisa bangunan dan lain sebagainya
seperti yang sudah disebutkan diatas yang belum habis terpakai sampai dengan
tahun ke delapan berdasarkan penentuan perhitungan dalam cashflow. Nilai sisa
yang didapatkan pada penelitian ini dihitung dengan menggunkaan metode garis
lurus.

5.2.2 Arus Pengeluaran (Outflow)


Arus pengeluaran usaha pengolahan kopi di KTH Cibulao Hijau meliputi
biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel.
1. Biaya Investasi
Biaya Investasi merupakan biaya awal yang dikeluarkan pada tahun
pertama memulai usaha. Tahun 2018 KTH Cibulao Hijau mendapatkan bantuan
dari Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Bogor
berupa bantuan bangunan, mesin pulper, mesin huller, mesin grinder, dan mesin
roasting serta palet, oleh karena itu perhitungan harga yang dipergunakan adalah
nilai opportunity cost dari biaya sebenarnya pada komponen-komponen peralatan
tersebut. Tanah yang digunakan untuk pendirian bangunan adalah milik
perkebunan sehingga dikenakan biaya Rp 500 per kilogram olahan kopi yang
diproduksi. Selain peralatan yang disebutkan tadi, KTH Cibulao Hijau melakukan
investasi terhadap beberapa peralatan lainnya berupa motor, timbangan, ayakan
grading dan peralatan-peralatan lainnya. Perhitungan lebih rinci mengenai
komponen biaya investasi dapat dilihat pada Lampiran 5.
44

a. Biaya Reinvestasi
Biaya reinvestasi dikeluarkan untuk mengganti peralatan-peralatan
investasi yang telah habis masa ekonomisnya sebelum bisnis tersebut berakhir.
Biaya reinvestasi yang dikeluarkan untuk peralatan pada usaha pengolahan kopi di
KTH Cibulao Hijau dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Biaya Reinvestasi Usaha Pengolahan Kopi di KTH Cibulao Hijau Selama
Kegiatan Produksi, Tahun 2019

Peralatan Yang Tahun


No
Diganti 3 5 6 7
1 Mesin Siller 600.000
2 Timbangan Digital 1.750.000 1.750.000 1.750.000
3 Lampu Penerang 750.000
4 Ayakan Grading 750.000 750.000 750.000
5 Palet 7.200.000
Total 16.050.000
Sumber : Data Primer, Tahun 2019 (diolah)

Berdasarkan Tabel 3 biaya reinvestasi yang dikeluarkan berbeda-beda


setiap tahunnya tergantung umur ekonomis dari barang investasi tersebut. Biaya-
biaya reinvestasi dikeluarkan ketika umur peralatan secara teknis tersebut sudah
tidak optimal untuk digunakan. Biaya-biaya reinvestasi dikeluarkan pada tahun
yang berbeda-beda yaitu pada tahun ke-3, tahun ke-5, tahun ke-6 dan tahun ke-7.
Pengeluaran reinvestasi terbesar terdapat pada tahun ke-6 yaitu untuk pembelian
biaya palet sebesar Rp 7.250.000, sedangkan untuk biaya reinvestasi terendah
yaitu di tahun ke-3 sebesar Rp 2.500.000 untuk pembelian timbangan digital dan
ayakan grading.
2. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan pengolah kopi robusta
KTH Cibulao Hijau dalam satu kali produksi pengolahan dengan jumlah biaya
nya tidak dipengaruhi oleh banyaknya produksi yang dihasilkan ataupun
penjualan produk olahan kopi robusta. komponen biaya tetap terdiri atas
perawatan mesin, listrik dan air serta biaya peralatan. Rincian biaya tetap yang
dikeluarkan dalam usaha pengolahan kopi robusta di KTH Cibulao Hijau dapat
dilihat pada Tabel 4.
45

Tabel 4 Biaya Tetap Usaha Pengolahan Kopi Robusta di KTH Cibulao Hijau
dalam Satu Tahun, 2019

No Uraian Jumlah (Rp)/tahun


1 Perawatan mesin 1.800.000
2 Biaya listrik dan air 3.960.000
3 Biaya peralatan 4.964.000
4 Biaya komunikasi 13.200.000
Biaya Total Tetap 23.924.000
Sumber : Data Primer, Tahun 2019 (diolah)

Tabel 4 menunjukan bahwa biaya perawatan mesin yang dikeluarkan setiap


tahunnya yaitu sebesar Rp 1.800.000. Biaya listrik dan air sebesar Rp 3.960.000
per tahunnya. Sedangkan biaya peralatan sebesar Rp 4.964.000/tahun. Biaya
komunikasi sebesar Rp 13.200.000, Biaya komunikasi digunakan untuk
berkomunikasi dengan kedai kopi, hotel, dan konsumen akhir yang akan membeli
kopi. Rincian biaya peralatan yang dikeluarkan dalam usaha pengolahan kopi
robusta di KTH Cibulao Hijau dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Biaya Peralatan Usaha Pengolahan Kopi di KTH Cibulao Hijau Selama
Satu Tahun, Tahun 2019

Umur
Jumlah Harga Satuan
No Uraian Ekonomis Nilai (Rp)
(unit) (Rp)
(Tahun)
1 Sapu 3 0,3 25.000 300.000
2 Toples kaca 7 1 75.000 525.000
3 Toples plastik 16 1 15.000 240.000
4 Keranjang 10 1 25.000 250.000
5 Tampah 22 1 25.000 550.000
6 Baskom 15 1 65.000 975.000
7 Terpal 7 1 300.000 2.100.000
8 Centong 8 1 4.000 24.000
Total (Rp) 4.964.000
Sumber : Data Primer, Tahun 2019 (diolah)

3. Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan setiap kali produksi
yang jumlah biayanya dipengaruhi oleh jalannya proses produksi, yakni berkaitan
dengan jumlah input yang digunakan serta jumlah output yang dihasilkan.
Komponen yang termasuk kedalam biaya variabel adalah biaya untuk pembelian
46

buah kopi, isi ulang gas LPG, Krung, plastik kiloan, solar, kemasan, lakban,
transportasi, upah tenaga kerja, sewa tempat, dan biaya operasional KTH.
Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan selama umur usaha konstan setiap
tahunnya. Hal tersebut dikarenakan biaya variabel yang dikeluarkan digunakan
untuk pembelian input produksi diasumsikan konstan tiap tahunnya. Biaya
variabel yang dikeluarkan pada usaha pengolahan kopi robusta dapat dilihat pada
tabel 6.

Tabel 6 Biaya Variabel Total Usaha Pengolahan Kopi di KTH Cibulao Hijau
Selama Satu Tahun, Tahun 2019

No Uraian Volume/tahun Harga (Rp) Jumlah (Rp)


per Tahum
1 Buah Kopi (kg) 29.160 6.500 189.540.000
2 Isi ulang Gas LPG 108 25.000 2.700.000
3 Karung (pcs) 540 3.500 1.890.000
4 Plastik kiloan (kg) 96 20.000 1.920.000
5 Solar (liter) 348 1.500 4.002.000
6 Kemasan (pcs) 5.328 5.000 26.640.000
7 Lakban (pcs) 360 12.500 4.500.000
8 Transportasi 12 450.000 5.400.000
9 Upah Tenaga Kerja 16 36.500 63.062.437
(HOK)
10 Sewa tempat (kg) 5.196 500 2.598.000
11 Biaya Operasional KTH 28.832.680
Total Biaya Variabel 331.085.177
Sumber : Data Primer, Tahun 2019 (diolah)

Tabel 6 menunjukan bahwa biaya variabel terbesar adalah biaya membeli


buah kopi robusta segar sebesar Rp 189.540.000 per tahunnya. Menurut informasi
yang diperoleh di lokasi penelitian untuk menjadi 1 kilogram grean bean robusta
membutuhkan 5 kilogram buah kopi segar/buah kopi gelondongan robusta,
sehingga membutuhkan biaya yang sangat besar. Buah kopi segar dibeli dengan
harga Rp 6.500/kilogramnya. Biaya isi ulang gas dilakukan 108 isi ulang dalam
satu tahun dengan besar biaya Rp 25.000 setap satu kali isi ulangnya sehingga per
tahunnya dibutuhkan biaya sebesar Rp 2.700.000, gas LPG digunakan ketika
akan melakukan proses roasting. Biaya yang dikeluarkan dalam pembelian karung
dalam per tahunnya adalah sebesar Rp 1.890.000, karung digunkana untuk
47

pengemasan green bean dan tempat untuk penyimpanan green bean serta cherry
kopi. Selanjutnya biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan plastik kiloan adalah
1.920.000 pertahunnya, plastik tersebut dibeli dengan per kg, plastik digunakan
untuk mengemas green bean ataupun roasted bean.
Kebutuhan solar yang dibutuhkan adalah sebesar 348 liter dengan harga Rp
11.500 per liter yang dibeli dari pom bensin Cipanas, sehingga dalam satu tahun
biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 4.002.000. Biaya kemasan sebesar Rp
26.640.000, pada biaya kemasan ini adalah dalam untuk membeli kemasan dengan
ukuran 100 gr, 250 gr, 500 gr sampai 1 kg dengan berbahan alumunium foil.
Lakban digunkan untuk perekat pada kemasan, seperti karung atau kardus jika
pesanan harus dikirimkan memalui jasa ekspedisi maupun diantar langsung, biaya
yang dikleuarkan untuk membeli lakban dalam satu tahunnya sebesar Rp
4.500.000.
Biaya transportasi yang dikeluarkan sbesar Rp 5.400.000 per tahun,
transportasi digunakan untuk mengirimkan produk ke kafe dan jasa ekspedisi.
Biaya tenaga kerja sebesar Rp 63.062.437, biaya tenaga kerja dihitung per
kilogram kopi yang dihasilkan, mulai dari pulping sampai menjadi kopi dalam
bentuk bubuk kopi, Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi kopi dari
cherry kopi sampai bubuk kopi ada sebanyak 16 orang yang terdiri dari 6 orang
wanita dan 10 orang pria. Biaya sewa tempat pertahunnya sebesar Rp 2.598.000,
tempat yang digunakan merupakan lahan perkebunan sehingga KTH Cibulao
Hijau harus melakukan sharing profit kepada pihak perkebunan dengan cara
memberikan dari hasil olahan kopi yaitu Rp 500 per kilogramnya. Biaya
operasional KTH diambil sebanyak 5% dari penerimaan KTH yang diperoleh
sebesar Rp. 28.832.680 per tahunnya.

5.2.3 Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Kopi


Analisis pendapatan pada usaha pengolahan kopi robusta di lokasi
penelitian meliputi perhitungan penerimaan, biaya tetap, biaya variabel yang
dihitung 8 tahun atau selama umur ekonomis usaha tersebut. Penerimaan dari
hasil penjualan olahan kopi dalam bentuk green bean, roasted bean dan kopi
bubuk dalam satu tahun yaitu sebesar Rp 576.653.600 dengan biaya tetap sebesar
Rp 46.216.917 dan biaya variabel total sebesar Rp 331.085.177. Laba bersih atau
48

pendapatan yang dihasilkan dalam usaha ini yaitu Rp 199.351.566 per tahun yang
diperoleh dari selisih antara penerimaan dan biaya total. Perhitungan pendapatan
usaha pengolahan kopi robusta di KTH Cibulao Hijau dapat dilihat pada
Lampiran 6.

5.2.4 Kriteria Penilaian Investasi


Analisis kelayakan finansial yang diukur dalam penelitian ini meliputi
empat kriteria penilaian investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Profitability Index (PI), dan Discounted Payback Period (DPP).
Sebelum dilakukan perhitungan kriteria penilaian investasi, maka dibuat terlebih
dahulu aliran kas (cashflow). Aliran kas dalam usaha pengolahan kopi dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Tabel 7.

Tabel 7 Cashflow Usaha Pengolahan Kopi Robusta di KTH Cibulao Hijau, Tahun
2019

Total Total Net DF Present


Tahun
Inflow Outflow Benefit (7%) Value
1 576.653.600 650.069.117 -73.405.517 0.9346 -68.603.287
2 576.653.600 355.009.117 221.644.483 0.8734 193.592.875
3 576.653.600 357.509.117 219.144.483 0.8163 178.887.176
4 576.653.600 355.009.117 221.644.483 0.7629 169.091.515
5 576.653.600 358.259.117 218.394.483 0.7130 155.712.248
6 576.653.600 362.209.117 214.444.483 0.6663 142.893.414
7 576.653.600 358.109.117 218.544.483 0.6227 136.098.520
8 586.856.600 355.009.117 231.843.483 0.5820 134.935.018
PV Positif 1.111.210.766
PV Negatif -68.603.287
Sumber : Data Primer, Tahun 2019 (diolah)

Perhitungan kelayakan finansial pengolahan kopi robusta dalam penelitian


ini menggunakan tingkat suku bunga pinjaman sebesar 7% berdasarkan tingkat
suku bunga kredit KUR ritel bank BNI bulan oktober tahun 2018. Present Value
yang dihasilkan pada usaha pengolahan kopi robusta di tahun pertama yaitu
minus sebesar Rp - 68.603.287, tahun kedua sebesar Rp 193.592.875, tahun ketiga
sebesar Rp 178.887.176, tahun ke empat Rp 169.091.515, tahun ke lima Rp
155.712.248, tahun ke enam Rp 142.893.414, tahun ke tujuh sebesar Rp
136.098.520, tahun ke delapan sebesar Rp 134.935.018. Hasil perhitungan kriteria
49

kelayakan finansial dalam usaha pengolahan kopi di KTH Cibulao Hijau dapat
dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Kriteria Kelayakan Investasi Usaha Pengolahan Kopi Robusta di KTH


Cibulao Hijau, Tahun 2019

No Kriteria Penilaian Investasi Hasil Keterangan


1 Net Present Value (NPV) Rp 1.042.607.480 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 301% Layak
3 Profitability Index (PI) 16,19 Layak
4 Discount Payback Period 1 Tahun 4,2 bulan Layak
(DPP)
Sumber : Data Primer, Tahun 2019 (diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan kriteria investasi tersebut, didapatkan nilai


Net Present Value (NPV) > 0 yaitu sebesar Rp 1.042.607.480. Hal ini
menunjukan bahwa usaha pengolahan kopi robusta ini layak untuk dijalankan
dengan tingkat bunga sebesar 7% selama delapan tahun berjalannya usaha
menunjukan NPV positif sebesar Rp 1.042.607.480. Nilai tersebut merupakan
selisih dari manfaat bersih yang telah didiskontokan dengan biaya yang telah
didiskontokan selama umur bisnis berlangsung. Usaha pengolahan kopi tersebut
layak dijalankan karena penghasilkan NPV positif atau lebih dari nol.
Investasi pada usaha pengolahan kopi robusta di KTH Cibulao Hijau layak
berdasarkan Internal Rate of Return (IRR) yang diperoleh sebesar 301 persen
yang berarti bahwa keuntungan Internal Rate of Return yang diperoleh dari
kegiatan investasi tersebut 301 persen pertahun. Nilai tersebut lebih besar dari
tingkat suku bunga yang dijadikan acuan tingkat discount factor yaitu 7 persen.
Nilai yang dihasilkan Profitability Index (PI) atau Benefit and cost ratio
(B/C Ratio) adalah 16,19 yang berarti bahwa penggunaan setiap Rp. 1,00 untuk
membiayai usaha tersebut akan menghasilkan Rp 16,19 selama umur usaha.
Kriteria penilaian dari PI adalah apabila PI lebih besar dari 1 maka usaha tersebut
layak dijalankan dan sebaliknya jika PI lebih kecil dari 1 maka usaha pengolahan
kopi robusta tersebut tidak layak dijalankan.
Nilai yang dihaasilkan dari Discount Payback Period (DPP) pada usaha
pengolahan kopi robusta di KTH Cibulao Hijau adalah 1 tahun 4,2 bulan. Nilai
tersebut menunjukan bahwa waktu yang diperlukan untuk mengembalikan nilai
50

investasi tersebut lebih pendek daripada jangka waktu umur bisnis sehingga layak
dijalankan.
Berdasarkan kriteria investasi NPV, IRR, PI dan DPP menunjukkan bahwa
secara finansial usaha pengolahan kopi ini layak untuk dijalankan. Namun bila
dibandingkan dengan penelitian sebelumnya hasil dari perhitungan nilai IRR, PI
memang lebih besar dan DPP yang dihasilkanpun lebih kecil, hal ini disebabkan
oleh jenis kopi yang dihasilkan KTH Cibulao Hijau merupakan kopi jenis spesialti
dan harga yang ditawarkan adalah harga premium serta memiliki jenis produk
olahan yang beragam yaitu green bean, roasted bean dan kopi bubuk sehingga
menyebabkan harga jual olahan kopi menjadi tinggi yang berpengaruh terhadap
penerimaan juga lebih tinggi.

5.3 Analisis Sensitivitas


Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak yang terjadi akibat
keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil dari analisis kelayakan usaha. KTH
Cibulao Hijau pernah mengalami penurunan produksi yang diakibatkan oleh kopi
yang diproduksi nya gagal panen. Berdasarkan hal tersebut maka akan dibuat
analisis sensitivitas untuk mengetahui sampai batas mana kenaikan harga bahan
baku yang dapat ditoleransi agar usaha tetap layak secara finansial. Parameter
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penurunan produksi, penurunan harga
jual, dan kenaikan biaya bahan baku. Analisis sensitivitas usaha pengolahan kopi
robusta di KTH Cibulao Hijau dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Analisis Sensitivitas Usaha Pengolahan Kopi Robusta di KTH Cibulao
Hijau Dalam Satu Tahun, Tahun 2019

No Uraian Presentase (%)


1 Maksimum Penurunan Jumlah produksi 30
2 Maksimum Penurunan Harga Jual 30
3 Maksimum Kenaikan 92
Sumber : Data Primer, Tahun 2019 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa batas maksimum penurunan


jumlah produksi sebesar 30% yaitu pada perolehan penerimaan sebesar Rp
402.356.589 dengan jumlah produski sebanyak 3.658 kilogram, Penurunan jumlah
produksi dapat dilihat pada Lampiran 8. Batas penurunan harga jual sebesar 30%
yaitu pada perolehan penerimaan sebesar Rp 402.356.589 dengan total produksi
51

sama yaitu 5.243 kilogram per tahun sehingga NPV sama dengan nol. Apabila
KTH Cibulao Hijau ingin menurunkan harga jual, maka harga jual tersebut tidak
lebih dari 30%. Rincian penurunan harga jual dapat dilihat pada Lampiran 9.
Kenaikan harga bahan baku yaitu cherry buah kopi robusta diperoleh
dengan mencari harga cherry kopi robusta agar NPV sama dengan nol.
Berdasarkan Tabel 9 dan Lampiran 10, batas maksimum kenaikan harga buah
cherry kopi robusta yang diperoleh adalah sebesar 92% atau sebesar Rp 12.505
per kiogramnya yang diasumsikan sama tiap tahun nya akan menyebabkan NPV
tersebut sama dengan nol dimana acuan perubahan yang masih dapat ditoleransi
sampai dengan NPV sama dengan nol. Hal tersebut menyatakan bahwa apabila
kenaikan biaya bahan baku yaitu cherry kopi robusta yang dialami KTH Cibulao
Hijau lebih dari 92 persen maka usaha tersebut tidak layak dijalankan. Rincian
kenaikan harga cherry kopi robusta dapat dilihat pada Lampiran 10.
Hasil dari analisis sensitivitas tersebut menunjukkan bahwa kenaikan harga
cherry kopi robusta, penurunan harga jual produk olahan kopi robusta, penurunan
produksi olahan kopi robusta merupakan parameter yang paling sensitiv pada
usaha pengolahan kopi robusta di KTH Cibulao Hijau. Perhitungan analisis
sensitivitas maksimum kenaikan harga cherry kopi robusta, maksimum penurunan
harga jual serta produksi dapat dilihat pada Lampiran 11,12 dan 13.

.
52

VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kelayakan usaha pengolahan kopi di
Kelompok Tani Hutan Cibulao Hijau, maka simpulan yang diperoleh yaitu :
1. Analisis kelayakan non finansial berdasarkan identifikasi aspek pasar,
teknis, manajemen, dampak sosial ekonomi dan lingkungan layak untuk
dijalankan. Peluang usaha pengolahan kopi robusta Cibulao dalam
memasarkan produk kopinya masih terbuka lebar. Usaha pengolahan kopi
robusta Cibulao menggunakan teknik pengolahan kering, basah yang
istimewa dalam mengolah kopi robusta. Manajemen yang dijalankan
masih sangat sederhana karena sistem manajemennya kurang baik dan
belum optimal, sumberdaya manusia yang dimiliki juga masih minim
sehingga menyebabkan pengelolaan sistem manajmen KTH kurang baik.
2. Usaha pengolahan kopi robusta di KTH Cibulao Hijau secara finansial
layak dijalankan berdasarkan kriteria penilaian investasi meliputi NPV ≥ 0
yaitu sebesar Rp 1.042.607.480 ≥ 0, IRR ≥ discount rate yaitu sebesar
301% yang berarti lebih besar dari bunga pinjaman yaitu sebesar 7%. PI
sebesar 16,19 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang
dikeluarkan maka akan diperoleh keuntungan sebesar Rp 16,19 dan DPP <
umur usaha yaitu selama 1 tahun 4,2 bulan yang menunjukkan DPP lebih
kecil dari umur ekonomis usaha yaitu 8 tahun hal ini menunjukan bahwa
modal usaha akan kembali setelah usaha pengolahan kopi berjalan lebih
dari 1 tahun 4,2 bulan.
3. Analisis sensitivitas usaha pengolahan kopi di KTH Cibulao Hijau
menunjukan bahwa batas maksiumum penurunan produksi sebesar 30
persen, batas maksimum penurunan harga jual adalah sebesar 30 persen
sedangkan batas maksimum kenaikan harga buah kopi sebesar 92 persen.

6.2 Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam usaha pengolahan
kopi robusta KTH Cibulao Hijau adalah sebagai berikut :
53

1. Untuk mempersiapkan pasar bagi petani-petani anggota yang akan panen


dalam 2 sampai 3 tahun mendatang, maka sebaiknya KTH Cibulao Hijau
meningkatkan jumlah pemasaran ke kedai-kedai atau menginisiasi ke
pangsa pasar yang lain yaitu ke konsumen akhir dengan cara (1)
mendaftarkan produk kopinya untuk mendapatkan sertifikat Pangan
Industri Rumah Tangga (P-IRT). (2) Mendaftarkan sertifikasi halal pada
produk supaya meningkatkan nilai jual kopi. (3) membuat Hak paten pada
produk kopinya serta, (4) memperhatikan konten-konten untuk digital
marketing dalam penjualan kopi sehingga dapat menjangkau masyarakat
luas.
2. Adanya pendampingan yang intensif baik oleh intansi akademisi atau
pemerintah dalam upaya meningkatkan kinerja manajemen dan
sumberdaya manusia supaya KTH Cibulao Hijau dapat memaksimalkan
produktivitas dalam usaha pengolahan kopi.
3. Usaha pengolahan kopi memiliki potensi yang sangat baik untuk
dikembangkan, maka dari itu sebaiknya pemerintah membuat kelompok-
kelompok tani yang melakukan budidaya sampai pengolahan kopi di
sentra produksi kopi lain khususnya di Kabupaten Bogor dan
mendampinginya baik dari aspek produksi, manajemen dan sumberdaya
manusia serta pemasaran.
4. Mengingat hasil IRR adalah sebesar 301% hal ini menunjukkan bahwa
sebaiknya investor berinvestasi pada usaha pengolahan kopi sehingga
dapat turut menyukseskan pengembangan kopi Bogor.

Anda mungkin juga menyukai