akhir yang saat ini sekitar 10% penjualan. Perodusen pengolah kopi terdiri dari
hotel, roastery, dan kedai kopi. Konsumen akhir dengan semua kalangan jenis
kelamin, baik remaja, dewasa dan bahkan orang tua terutama mereka yang
menyukai kopi khususnya kopi spesialti.
c. Positioning
Posisi pasar yang ditentukan KTH Cibulao untuk produknya adalah kopi
spesialti yang berkualitas dan memiliki banyak cita rasa serta berbasis konservasi
atau shade coffee for conservation. Konsumen yang membeli dan mengonsumsi
kopi yang dihasilkan dari KTH Cibulao Hijau ini akan merasakan cita rasa kopi
terbaik.
2. Bauran Pemasaran
a. Produk
Produk yang dibuat dan dijual oleh KTH Cibulao Hijau adalah kopi dalam
bentuk greenbean, roasted bean dan kopi bubuk dengan berbagai jenis olahan dan
proses pengolahan dihasilkan dari cherry merah yang bagus sehingga dihasilkan
kualitas kopi spesialti. Kopi yang dihasilkan oleh KTH Cibulao Hijau memiliki
ciri khas yang membedakan dengan kopi instan pada umumnya yaitu kopi
diproduksi tanpa tambahan bahan campuran seperti biji jagung kering atau beras.
Kopi yang diproduksi oleh anggota KTH Cibulao Hijau menggunakan konsep
konservasi hutan sehingga cita rasa kopinya berbeda karena hasil persilangan akar
tanaman di hutan.
Produk dijual dalam berbagai jenis olahan. Jenis olahan green bean
dengan jenis honey maupun natural proses dijual dalam bentuk per kilogram yang
dikemas menggunakan plastik dan karung. Jenis olahan roasted bean atau kopi
yang sudah melalui tahapan roasting/penyangraian dikemas dalam ukuran 1
kilogram yang dikemas menggunakan alumunium foil. Jenis olahan kopi bubuk
yang sudah melalui tahapan grinder/digiling menggunakan mesin pembubuk kopi,
dikemas dalam ukuran 100 gram, 250 gram, 500 gram yang dikemas
menggunakan alumunium foil.
Saat ini produk kopi yang dipasarkan memang belum mempunyai P-IRT,
sertifikasi halal serta hak kekayaan intelektual diikarenakan minimnya informasi
yang didapatkan sehingga KTH Cibulao Hijau belum memiliki atribut-atribut
30
diatas, namun untuk kedepannya KTH Cibulao Hijau memiliki rencana untuk
mendaftarkan P-IRT, sertifikasi halal supaya jangkauan penjualan produknya
lebih luas lagi.
b. Price
Harga yang ditawarkan oleh KTH Cibulao Hijau untuk setiap jenis
olahannya berbeda-beda sesuai dengan jenis dan ukuran produk. Harga yang
ditawarkan untuk jenis olahan green bean dengan proses olahan honey maupun
natural per kilogramnya dijual sebesar Rp 65.000, Jenis olahan Roasted bean dan
kopi bubuk dijual sebesar Rp 185.000 per kilogram, untuk kopi bubuk dengan
ukuran 100 gram dijual sebesar Rp 35.000, ukuran 250 gram dijual sebesar Rp
65.000, ukuran 500 gram dijual sebesar Rp 105.000 dan ukuran 1 kilogram dijual
sebesar Rp 185.000.
Penentuan harga untuk setiap produk dilakukan dengan cara KTH Cibulao
Hijau memberikan harga jual terlebih dahulu kepada konsumen yang akan
membeli kopi. Informasi yang didapatkan dari Bapak Jumpono selaku ketua KTH
Cibulao Hijau, harga yang ditawarkan ke konsumen tidak ditawar lagi oleh
konsumen karena harganya memang sudah sesuai dengan kualitas kopinya.
c. Promosi
Promosi sangat penting dalam memperkenalkan produk kepada
masyarakat luas. Bentuk promosi yang diterapkan oleh KTH Cibulao Hijau adalah
melalui media sosial dan word of mouth serta mengikuti pameran yang
diselenggarakan oleh instansi-instansi terkait.
d. Distribusi Pemasaran
KTH Cibulao Hijau mendistribusikan produknya ke produsen dengan cara
diantar langsung untuk wilayah Bogor, untuk wilayah di luar kota Bogor
distribusikan dengan menggunakan jasa pengiriman seperti JNE dan TIKI atau
biasanya konsumen datang ke Kampung Cibulao untuk membeli kopi secara
langsung. Rantai pemasaran hasil olahan kopi yang dilakukan oleh KTH Cibulao
Hijau yaitu langsung menjual ke konsumen, roastery, kedai kopi, di daerah
Jabodetabek dan luar daerah Jabodetabek serta hotel di daerah Bogor. Berikut
rantai pemasaran yang dilakukan KTH Cibulao Hijau dapat dilihat pada Gambar
2.
31
Konsumen Akhir
4
Tengkulak
5
1) Saluran Pemasaran I
Saluran pemasaran I memiliki satu perantara untuk bisa sampai ke
konsumen akhir yaitu ke hotel-hotel di Bogor. Hotel-hotel biasanya membeli kopi
dari KTH Cibulao Hijau dalam bentuk roasted bean atau sudah melaui tahap
penyangraian. KTH Cibulao Hojau menjual produk kopi ke hotel-hotel Bogor
sekitar 13% dari hasil produksi olahan kopi.
2) Saluran Pemasaran II
Pada saluran pemasaran II memiliki satu perantara untuk sampai ke
konsumen akhir, yaitu roastery. Roastery membeli produk kopi dari KTH Cibulao
Hijau dalam bentuk green bean yang kemudian akan diolah oleh roastery sesuai
dengan keinginan mereka sampai menjadi roseted bean dan kopi bubuk.
3) Saluran Pemasaran III
Saluran pemasaran III memiliki satu perantara untuk bisa sampai ke
konsumen akhir yaitu kedai kopi. Kedai membeli kopi dari KTH Cibulao Hijau
dalam bentuk roasted bean atau biji kopi yang sudah melalui tahap roasting/di
sangrai yang kemudian akan diolah dan dijual dalam bentuk kemasan maupun
menjadi berbagai jenis seduhan.
32
4) Saluran Pemasaran IV
Pada pemasaran saluran IV KTH Cibulao Hijau langsung mengirimkan
produknya ke konsumen akhir. Pengiriman produk dilakukan dengan cara
memakai jasa ekspedisi, atau bisa juga konsumen langsung datang ke KTH
Cibulao Hijau untuk membeli langsung produk kopi KTH Cibulao Hijau. Produk
yang dijual ke konsuemn akhir berupa green bean, roasted bean dan kopi bubuk
sesuai dengan permintaan konsumen, namun berdasarkan keterangan dari KTH,
kopi yang sering dibeli oleh konsumen akhir yaitu berupa kopi bubuk. Namun ada
juga konsumen kopi yang membeli kopi dalam bentuk green bean maupun
roasted bean, konsumen kopi yang membeli olahan kopi selain kopi bubuk
beberapa diantaranya memiliki serta melakukan pengolahan kopi sendiri.
Perkembangan yang terjadi saat ini dalam dunia kopi menyebabkan perubahan
perilaku pada konsumen. Saat ini, beberapa dari konsumen kopi khususnya
pecinta kopi memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam pengolahan dan membuat
produk kopi untuk dikonsumsi sendiri.
5) Saluran V
Pada saluran V yaitu tengkulak. Biasanya KTH Cibulao Hijau menjual
kopi dengan kualitas paling rendah. Penjualan pada tengkulak sekitar 2% dari
hasil produksi pengolahan kopi. Adapun harga jual dan jenis olahan kopi pada
seluruh saluran pemasaran dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Harga Jual Dan Jenis Olahan Kopi Pada Seluruh Saluran Pemasaran
KTH Cibulao Hijau, Tahun 2019
Hasil dari analisis aspek pasar pada KTH Cibulao Hijau dapat disimpulkan
bahwa usaha pengolahan kopi layak untuk dijalankan. Hal ini terlihat dari KTH
Cibulao Hijau sudah menetapkan strategi pemasaran dengan bauran pemasaran.
Penetapan segmentasi produk KTH Cibulao Hijau juga sudah mengetahui dengan
33
pasti posisi pasar yang bisa dimasuki KTH Cibulao Hijau. Berdasarkan
penawaran dan permintaan juga layak dijalankan karena setiap bulannya
permintaan masih terus meningkat namun produksi olahan yang di hasilkan KTH
Cibulao Hijau masih sedikit sehingga belum memenuhi permintaan pasar.
sedangkan untuk wilayah diluar kota Bogor produk dikirim melalui jasa
ekspedisi.
4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang diserap dalam pengolahan kopi ini terdiri dari laki-laki
dan perempuan. Tenaga kerja tersebut mengolah kopi segar menjadi kopi dalam
bentuk green bean, roasted bean dan bubuk. Ketika musim panen raya tiba tenaga
kerja yang dibutuhkan akan lebih banyak daripada ketika tidak musim panen raya.
Pada musim panen raya tiba, kopi segar harus segera diolah menjadi bentuk biji
kopi hijau kering atau green bean yang kemudian diolah menjadi kopi bubuk,
karena jika tidak langsung diolah kopi segar akan cepat busuk, tapi jika sudah
diolah menjadi green bean daya tahan simpan lebih lama dan tidak mudah busuk.
Sedangkan ketika tidak musim panen raya tiba tenaga kerja tersebut hanya
mengolah biji kering hijau atau green bean menjadi roasted bean dan kopi bubuk.
5. Tenaga Listrik dan Air
Tenaga listrik merupakan sumber energi yang digunakan dalam
melakukan produksi kopi Cibulao. Tenaga listrik yang digunakan dalam produksi
kopi Cibulao berasal dari Pembangkit Listrik Negara (PLN). Tenaga listrik
tersebut digunakan untuk mesin dan peralatan produksi. Daerah Kampung
Cibulao sudah dijangkau oleh pasokan listrik dan hampir jarang terkena
pemadaman bergilir, pemadaman listrik yang terjadi hanya sesekali dan tidak
lama, hal ini juga jika keadaan cuaca sedang buruk, sehingga tidak mengalami
kendala. Akses terhadap air didapat dari air sumur yang dibuat oleh penduduk di
sana sehingga ketersediaan air selalu ada yang dialirkan dengan menggunakan
pompa air.
6. Fasilitas Transportasi
Lokasi pengolahan kopi Cibulao sulit dijangkau menggunakan kendaraan
umum tetapi mudah dijangkau menggunkan kendaraan pribadi karena lokasi nya
cukup jauh dari jalan raya utama. Alat transportasi yang digunakan dalam
membantu proses produksi untuk pendistribusian produk menggunakan motor
pribadi. Pengolah kopi di KTH Cibulao Hijau tidak memerlukan alat transportasi
untuk akses menuju sumber bahan baku karena petani mitra yang datang langsung
mengantarkan kopi segar yang baru dipanen menuju lokasi KTH Cibulao Hijau.
35
7. Skala Usaha
Saat ini usaha olahan kopi di KTH Cibulao Hijau masih beroperasi dalam
skala mikro. Produksinya baru dapat dipasarkan ke beberapa daerah saja, jumlah
produksi yang dilakukan saat ini masih belum optimal. KTH Cibulao Hijau
memiliki potensi untuk memperluas skala usahanya karena permintaan kopi
Cibulao masih terbilang cukup tinggi, untuk menaikan skala usaha dapat
diperoleh dengan menaikan kapasitas produksi dan menambah petani anggota
untuk menanam kopi.
8. Proses Produksi
Produk kopi Cibulao dihasilkan melalui pengolahan. Pengolahan yang
dilakukan KTH Cibulao Hijau pada jenis robusta dilakukan secara kering. Jenis
pengolahan produk yang diproduksi KTH Cibulao Hijau untuk kopi robusta
dibagi menjadi 3 jenis yaitu green bean, roasted bean dan bubuk. Langkah proses
produksi pengolahan kopi robusta yang dilakukan oleh KTH Cibulao Hijau antara
lain :
a. Kriteria Panen Buah Cherry Kopi
Kriteria buah yang dapat diolah menjadi green bean, roasted bean serta
kopi bubuk adalah buah cherry kopi yang seragam warnanya, biasanya adalah
warna merah, setelah kriterianya ditentukan kemudian kopi dipanen dengan cara
dipetik oleh tangan yang selanjutnya akan dilakukan proses penyortiran.
b. Sortasi Buah Kopi
Sebelum diolah, buah kopi diperiksa kualitas petiknya. Sortasi dilakukan
dengan cara memisahkan buah kopi merah segar dari berbagai bahan-bahan yang
menyebabkan turunnya mutu seperti buah hijau, buah hitam, buah berpenyakit,
buah cacat, daun, kotoran serta ranting, batu dan benda-benda asing lainnya
sehingga buah kopi yang diolah merupakan buah kopi pilihan dan seragam
c. Pengupasan Kulit
Pengupasan kulit buah kopi atau biasa sisebut pulping yang digunakan
oleh KTH Cibulao Hijau dibedakan berdasarkan jenis proses olahannya seperti
pada proses olahan honey dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin
pengupas kulit buah yaitu mesin pullper. Hasil dari proses pulping adalah biji
kopi yang masih memiliki kulit tanduk. Sedangkan pada pengupasan kulit buah
36
kopi pada proses olahan natural tidak langsung dilakukan ketika buah kopi masih
segar, namun di jemur terlebih dahulu selama kurang lebih 40 hari baru kemudian
akan langsung dilakukan tahapan hulling yaitu pengupasan kulit gabah. Jadi
dalam olahan proses honey dilakukan 2 tahap dalam pengupasan kulit, yang
pertama adalah pulping tahap yang kedua adalah hulling. Pengupasan kulit kopi
pada olahan proses natural yaitu langsung ke tahap hulling dengan menggunakan
mesin huller. Kapasitas mesin huller yang digunakan adalah 250 kg/jam.
d. Penjemuran
Untuk pengolahan natural proses, setelah buah kopi dipanen dan disortasi
harus segera di jemur untuk menghindari penurunan kualitas mutu yang
diakibatkan dari jamur. Penjemuran untuk pengolahan honey proses dilakukan
setelah di pulping terlebih dahulu yang kemudian dijemur selama kurang lebih 4
minggu. Alat penjemuran yang dilakukan KTH Cibulao Hijau yaitu memakai alat
penjemuran terpal dan tampah yang digunakan sebagai alas jemur kopi.
e. Pengupasan Kulit Kopi Kering
Pengupasan kulit kopi kering atau yang biasa disebut hulling, bertujuan
untuk memisahkan biji kopi dengan kulit tanduk atau kulit gelondong kopi kering.
Hasil tahap ini disebut biji kopi hijau kering atau green bean. Kapistas mesin
pulper yang digunakan pada proses huller ini adalah 80 kg/jam.
f. Sortasi Biji Kopi dan Penyimanan
Sortasi dilakukan untuk memisahkan biji kopi berdasarkan ukuran, benda
asing, cacat biji sehingga mendapatkan biji kopi yang berkualitas bagus. Sortasi
ukuran atau grading dilakukan dengan menggunakan ayakan grading. Proses
penyimpanan dilakukan setelah proses sortasi selesai yang menghasilkan biji kopi
yang berkualitas baik, kemudian biji kopi dikemas menggunakan kemasan karung
untuk selanjutnya dilakukan penyimpanan dengan suhu tertentu. Pengemasan
yang menggunakan plastik dilakukan ketika ada konsumen yang akan membeli
kopi dalam bentuk green bean.
g. Roasting
Proses roasting/penyangraian di KTH Cibulao Hijau menggunakan mesin
sangrai atau lebih dikenal dengan roasting dengan kapasitas 1 kilogram untuk satu
kali roasting dalam waktu 20 menit. Proses roasting dapat dilakukan kapan saja
37
karena telah memiliki cadangan biji kopi kering. Proses ini dilakukan ketika ada
pesanan dari konsumen. Tahap penyangraian merupakan salah satu tahap yang
paling penting dalam mempertahankan kualitas biji kopi karena proses ini
merupakan tahapan dalam membentuk aroma dan cita rasa khas dari dalam biji
kopi dengan perlakuan panas. Oleh karena itu kegiatan roasting harus dilakukan
oleh sumberdaya yang berpengalaman dalam bidang roasting. Kegiatan roasting
di KTH Cibulao Hijau sudah dilakukan oleh sumberdaya manusia yang memiliki
pengalaman dalam me-roasting kopi karena yang bertugas dalam roasting kopi
Cibulao sudah pernah mengikuti pelatihan mengenai roasting kopi dengan baik
dan benar sehingga dapat menciptakan cita rasa kopi yang khas.
h. Bubuk Kopi
Proses pembubukan kopi ini dilakukan setelah melaui tahapan roasting.
Proses ini dibantu dengan menggunakan alat pembubuk kopi yaitu mesin grinder.
Proses pembubukan kopi yaitu dengan cara biji kopi dihaluskan dengan
pembubuk/penghalus yaitu (grinder) sampai diperoleh butiran kopi bubuk dengan
tingkat kehalusan tertentu, proses pembubukan kopi ini berlangsung sekitar 2
menit.
i. Pengemasan
Pengemasan pada kopi dalam bentuk green bean dilakukan ketika ada
konsumen yang akan membeli kopi saja. Green bean dikemas dalam plastik
ataupun karung yang berukuran 20 kg. Pengemasan pada kopi dalam bentuk
roasted bean, dilakukan ketika ada pemesanan saja dan setelah adanya proses
roasting harus segera dikemas agar kualitasnya tetap terjaga. Kemasan untuk
roasted bean menggunakan kemasan alumunium foil ukuran 1 kilogram yang
kemudian di press menggunakank mesin siller. Proses pengemasan pada kopi
bubuk dilakukan langsung setelah kopi di grinder agar kualitas kopi tidak
berkurang. Pengemasan dilakukan tergantung ukuran pesanan dari konsumen,
mulai dari 100 gr, 250 gr, 500 gr sampai dengan 1 kg, selanjutnya dimasukan ke
dalam kemasan alumunium foil kemudian di press menggunakan mesin siller.
Berdasarkan dari hasil analisis aspek teknis dapat dinyatakan bahwa
secara teknis kegiatan pengolahan kopi di KTH Cibulao Hijau yang telah
dilakukan adalah layak untuk dijalankan.
38
Ketua Kelompok
Jumpono
Sekretaris Bendahara
Dasimto Yudi Haryanto
Anggota
Gambar 3 Struktur Organisasi Kelompok Tani Hutan Cibulao Hijau, Tahun 2019
Sumber : Data Primer, Tahun 2019 (diolah)
KTH Cibulao Hijau diketuai oleh Bapak Jumpono dan Bapak Yono
sebagai wakil ketua dan dibantu oleh sekretaris dan bendahara. Selain itu terdapat
3 seksi di bawah ketua, yaitu seksi sarana dan produksi, seksi pascapanen serta
seksi pembibitan.
a. Seksi Saprodi
Seksi saprodi bertugas untuk menyusun peranan dan kebutuhan sarana dan
prasarana setiap anggotanya, menjalin kerjasama usaha dengan pihak penyedia
39
natural sebanyak 2.496 kg/tahun hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
yaitu Barus (2018) menunjukan bahwa produk kopi yang prospektif di Bogor
adalah green bean. Penjualan terbesar kedua setelah green bean adalah roasted
bean sebanyak 1.757 kg/tahun. Rincian penerimaan usaha pengolahan kopi di
KTH Cibulao Hijau dapat dilihat pada Lampiran 4.
b. Nilai Sisa
Investasi yang diperlukan pada pengolahan kopi ini adalah, bangunan, satu
set mesin pengolahan kopi, timbangan, lampu penerangan, palet, ayakan grading,
motor, serta tabung gas LPG ukuran 5 kilogram. Nilai sisa dapat dimasukan
kedalam penerimaan yang diperoleh dari sisa investasi yang tidak habis terpakai.
Nilai sisa yang didapatkan pada akhir masa bisnis ini adalah sebesar Rp
10.199.000 nilai tersebut didapatkan dari nilai sisa bangunan dan lain sebagainya
seperti yang sudah disebutkan diatas yang belum habis terpakai sampai dengan
tahun ke delapan berdasarkan penentuan perhitungan dalam cashflow. Nilai sisa
yang didapatkan pada penelitian ini dihitung dengan menggunkaan metode garis
lurus.
a. Biaya Reinvestasi
Biaya reinvestasi dikeluarkan untuk mengganti peralatan-peralatan
investasi yang telah habis masa ekonomisnya sebelum bisnis tersebut berakhir.
Biaya reinvestasi yang dikeluarkan untuk peralatan pada usaha pengolahan kopi di
KTH Cibulao Hijau dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Biaya Reinvestasi Usaha Pengolahan Kopi di KTH Cibulao Hijau Selama
Kegiatan Produksi, Tahun 2019
Tabel 4 Biaya Tetap Usaha Pengolahan Kopi Robusta di KTH Cibulao Hijau
dalam Satu Tahun, 2019
Tabel 5 Biaya Peralatan Usaha Pengolahan Kopi di KTH Cibulao Hijau Selama
Satu Tahun, Tahun 2019
Umur
Jumlah Harga Satuan
No Uraian Ekonomis Nilai (Rp)
(unit) (Rp)
(Tahun)
1 Sapu 3 0,3 25.000 300.000
2 Toples kaca 7 1 75.000 525.000
3 Toples plastik 16 1 15.000 240.000
4 Keranjang 10 1 25.000 250.000
5 Tampah 22 1 25.000 550.000
6 Baskom 15 1 65.000 975.000
7 Terpal 7 1 300.000 2.100.000
8 Centong 8 1 4.000 24.000
Total (Rp) 4.964.000
Sumber : Data Primer, Tahun 2019 (diolah)
3. Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan setiap kali produksi
yang jumlah biayanya dipengaruhi oleh jalannya proses produksi, yakni berkaitan
dengan jumlah input yang digunakan serta jumlah output yang dihasilkan.
Komponen yang termasuk kedalam biaya variabel adalah biaya untuk pembelian
46
buah kopi, isi ulang gas LPG, Krung, plastik kiloan, solar, kemasan, lakban,
transportasi, upah tenaga kerja, sewa tempat, dan biaya operasional KTH.
Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan selama umur usaha konstan setiap
tahunnya. Hal tersebut dikarenakan biaya variabel yang dikeluarkan digunakan
untuk pembelian input produksi diasumsikan konstan tiap tahunnya. Biaya
variabel yang dikeluarkan pada usaha pengolahan kopi robusta dapat dilihat pada
tabel 6.
Tabel 6 Biaya Variabel Total Usaha Pengolahan Kopi di KTH Cibulao Hijau
Selama Satu Tahun, Tahun 2019
pengemasan green bean dan tempat untuk penyimpanan green bean serta cherry
kopi. Selanjutnya biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan plastik kiloan adalah
1.920.000 pertahunnya, plastik tersebut dibeli dengan per kg, plastik digunakan
untuk mengemas green bean ataupun roasted bean.
Kebutuhan solar yang dibutuhkan adalah sebesar 348 liter dengan harga Rp
11.500 per liter yang dibeli dari pom bensin Cipanas, sehingga dalam satu tahun
biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 4.002.000. Biaya kemasan sebesar Rp
26.640.000, pada biaya kemasan ini adalah dalam untuk membeli kemasan dengan
ukuran 100 gr, 250 gr, 500 gr sampai 1 kg dengan berbahan alumunium foil.
Lakban digunkan untuk perekat pada kemasan, seperti karung atau kardus jika
pesanan harus dikirimkan memalui jasa ekspedisi maupun diantar langsung, biaya
yang dikleuarkan untuk membeli lakban dalam satu tahunnya sebesar Rp
4.500.000.
Biaya transportasi yang dikeluarkan sbesar Rp 5.400.000 per tahun,
transportasi digunakan untuk mengirimkan produk ke kafe dan jasa ekspedisi.
Biaya tenaga kerja sebesar Rp 63.062.437, biaya tenaga kerja dihitung per
kilogram kopi yang dihasilkan, mulai dari pulping sampai menjadi kopi dalam
bentuk bubuk kopi, Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi kopi dari
cherry kopi sampai bubuk kopi ada sebanyak 16 orang yang terdiri dari 6 orang
wanita dan 10 orang pria. Biaya sewa tempat pertahunnya sebesar Rp 2.598.000,
tempat yang digunakan merupakan lahan perkebunan sehingga KTH Cibulao
Hijau harus melakukan sharing profit kepada pihak perkebunan dengan cara
memberikan dari hasil olahan kopi yaitu Rp 500 per kilogramnya. Biaya
operasional KTH diambil sebanyak 5% dari penerimaan KTH yang diperoleh
sebesar Rp. 28.832.680 per tahunnya.
pendapatan yang dihasilkan dalam usaha ini yaitu Rp 199.351.566 per tahun yang
diperoleh dari selisih antara penerimaan dan biaya total. Perhitungan pendapatan
usaha pengolahan kopi robusta di KTH Cibulao Hijau dapat dilihat pada
Lampiran 6.
Tabel 7 Cashflow Usaha Pengolahan Kopi Robusta di KTH Cibulao Hijau, Tahun
2019
kelayakan finansial dalam usaha pengolahan kopi di KTH Cibulao Hijau dapat
dilihat pada Tabel 8.
investasi tersebut lebih pendek daripada jangka waktu umur bisnis sehingga layak
dijalankan.
Berdasarkan kriteria investasi NPV, IRR, PI dan DPP menunjukkan bahwa
secara finansial usaha pengolahan kopi ini layak untuk dijalankan. Namun bila
dibandingkan dengan penelitian sebelumnya hasil dari perhitungan nilai IRR, PI
memang lebih besar dan DPP yang dihasilkanpun lebih kecil, hal ini disebabkan
oleh jenis kopi yang dihasilkan KTH Cibulao Hijau merupakan kopi jenis spesialti
dan harga yang ditawarkan adalah harga premium serta memiliki jenis produk
olahan yang beragam yaitu green bean, roasted bean dan kopi bubuk sehingga
menyebabkan harga jual olahan kopi menjadi tinggi yang berpengaruh terhadap
penerimaan juga lebih tinggi.
sama yaitu 5.243 kilogram per tahun sehingga NPV sama dengan nol. Apabila
KTH Cibulao Hijau ingin menurunkan harga jual, maka harga jual tersebut tidak
lebih dari 30%. Rincian penurunan harga jual dapat dilihat pada Lampiran 9.
Kenaikan harga bahan baku yaitu cherry buah kopi robusta diperoleh
dengan mencari harga cherry kopi robusta agar NPV sama dengan nol.
Berdasarkan Tabel 9 dan Lampiran 10, batas maksimum kenaikan harga buah
cherry kopi robusta yang diperoleh adalah sebesar 92% atau sebesar Rp 12.505
per kiogramnya yang diasumsikan sama tiap tahun nya akan menyebabkan NPV
tersebut sama dengan nol dimana acuan perubahan yang masih dapat ditoleransi
sampai dengan NPV sama dengan nol. Hal tersebut menyatakan bahwa apabila
kenaikan biaya bahan baku yaitu cherry kopi robusta yang dialami KTH Cibulao
Hijau lebih dari 92 persen maka usaha tersebut tidak layak dijalankan. Rincian
kenaikan harga cherry kopi robusta dapat dilihat pada Lampiran 10.
Hasil dari analisis sensitivitas tersebut menunjukkan bahwa kenaikan harga
cherry kopi robusta, penurunan harga jual produk olahan kopi robusta, penurunan
produksi olahan kopi robusta merupakan parameter yang paling sensitiv pada
usaha pengolahan kopi robusta di KTH Cibulao Hijau. Perhitungan analisis
sensitivitas maksimum kenaikan harga cherry kopi robusta, maksimum penurunan
harga jual serta produksi dapat dilihat pada Lampiran 11,12 dan 13.
.
52
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kelayakan usaha pengolahan kopi di
Kelompok Tani Hutan Cibulao Hijau, maka simpulan yang diperoleh yaitu :
1. Analisis kelayakan non finansial berdasarkan identifikasi aspek pasar,
teknis, manajemen, dampak sosial ekonomi dan lingkungan layak untuk
dijalankan. Peluang usaha pengolahan kopi robusta Cibulao dalam
memasarkan produk kopinya masih terbuka lebar. Usaha pengolahan kopi
robusta Cibulao menggunakan teknik pengolahan kering, basah yang
istimewa dalam mengolah kopi robusta. Manajemen yang dijalankan
masih sangat sederhana karena sistem manajemennya kurang baik dan
belum optimal, sumberdaya manusia yang dimiliki juga masih minim
sehingga menyebabkan pengelolaan sistem manajmen KTH kurang baik.
2. Usaha pengolahan kopi robusta di KTH Cibulao Hijau secara finansial
layak dijalankan berdasarkan kriteria penilaian investasi meliputi NPV ≥ 0
yaitu sebesar Rp 1.042.607.480 ≥ 0, IRR ≥ discount rate yaitu sebesar
301% yang berarti lebih besar dari bunga pinjaman yaitu sebesar 7%. PI
sebesar 16,19 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang
dikeluarkan maka akan diperoleh keuntungan sebesar Rp 16,19 dan DPP <
umur usaha yaitu selama 1 tahun 4,2 bulan yang menunjukkan DPP lebih
kecil dari umur ekonomis usaha yaitu 8 tahun hal ini menunjukan bahwa
modal usaha akan kembali setelah usaha pengolahan kopi berjalan lebih
dari 1 tahun 4,2 bulan.
3. Analisis sensitivitas usaha pengolahan kopi di KTH Cibulao Hijau
menunjukan bahwa batas maksiumum penurunan produksi sebesar 30
persen, batas maksimum penurunan harga jual adalah sebesar 30 persen
sedangkan batas maksimum kenaikan harga buah kopi sebesar 92 persen.
6.2 Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam usaha pengolahan
kopi robusta KTH Cibulao Hijau adalah sebagai berikut :
53