Anda di halaman 1dari 9

HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Penerapan Management Seni Pertunjukan


pada Teater Koma
(Management Aplication of Performing Art in Teater Koma )

Sutarno Haryono
(Staf Pengajar Jurusan Tari STSI Surakarta)

Abstrak

Teater Koma merupakan salah satu komunitas seni teater di Indonesia yang kreatif dan
produktif, pencarian bentukbentuk inovatif yang selalu dilakukan, dan kerja keras dari
seluruh para anggota. Kreativitas sangat mewarnai pada setiap hasil karya dan mencirikan
dengan gaya bahasa, gerak, musik, penjiwaan pada setiap karakter, dan tema yang diangkat
betorientasi pada kehidupan budaya keseharian. Kecermatan dalam usahanya mengangkat
tema menjadi perhatian utama melalui proses yang panjang dan melibatkan para aktor
maupun aktris untuk terjun langsung di lingkungan sosial masyarakat yang menjadi objek.
Semua proses dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa pembelajaran maupun
pembentukan diri menjadi aktor maupun aktris yang berhasil (berkualitas) perlu adanya
peleburan diri ke berbagai kehidupan sosial masyarakat. Peran utama seorang manajer
yang sekaligus sebagai sutradara sangat menentukan, tampak adanya usahausaha untuk
karya seninya. Manajer ahli dalam mengatur sebuah komunitas (Teater Koma) agar tetap
eksis, satu visi, kebersamaan, keutuhan, satu tekat yang bulat. Sifat keterbukaan, cara
memenegemen tentang; produksi, pemsaran, dan pergelaran menjadi bagian utama
kehidupan organisasi.

Kata Kunci: Seni, Managemen, Produksi, Pemasaran, Pergelaran

A. Pendahuluan lola, serta anggotanya yang selalu respek


dalam bidangnya masingmasing. Kondisi
Kelangsungan hidup sebuah organi-
semacam ini yang terus dipertahankan
sasi sebagian besar tergantung dari pena-
dalam menjaga eksistensinya dalam
nganan manajerialnya. Managemen dalam
kehidupan organisasi, ketika proses
sebuah organisasi merupakan jiwa atau roh
produksi, maupun dalam mencapai sukses
untuk menggerakkan roda organisasi,
pergelaran. Bertolak dari pendekatan
dengan kata kin antara managemen dan
managemen moderen Teater Koma terus
organisasi sangat lekat dan selalu
melangkah menyesuaikan gerak langkah
berkaitan. Teater Koma sebagai sebuah
kehidupan seni pertunjukan di tengah kota
organisasi atau komunitas teater yang
metropolis yang sangat heterogen. Prinsip
berada di Jakarta tetap memiliki eksistensi
managemen moderen sangatlah tepat untuk
di tengah-tengah kehidupan seni
mensiasati keselarasan antara hasil atau
pertunjukan lain yang marak ber-
produk karya seni dengan keberadaan pasar
munculan. Eksistensi Teater Koma ter-
yang plural. Sadar atau tidak sadar
bangun melalui pimpinan dan para penge-
pendekatan managemen moderen sangatlah
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

perlu untuk terciptanya kondisi harmonis Pendukung urusan artistik adalah


antara keberlangsungan Teater Koma orangorang yang memiliki kemampuan dan
dengan kehidupan masyarakat kota keahlian dalam bidang seni meliputi:
metropolis. Sangatlah penting peningkatan sutradara, penulis naskah, pemain,
kreativitas para seniman untuk mendukung pemusik, penata pentas, teknisi cahaya,
roda aktivitas berkesenian komunitas Teater teknisi sound, penata rias busana, property.
Koma, hal ini menjadi tiang pancang untuk Sedangkan pendukung non artistik adalah
selalu sinergi dengan kehidupan masyarkat orang-orang yang bekerja di luar bidang
kota. Selain dari pada itu bila kondisi ini seni seperti: Sekretaris, keuangan, humas,
tidak tercipta maka hilanglah peluang dan transportasi, akomodasi, perlengkapan.
kesempatan untuk eksis. Pada kondisi (Jazuli, Dalang Pertunjukan Wayang Kulit,
plural tantangan dan hambatan menjadi 1999).
suatu kenyataan yang harus dihadapi dan Kesenian adalah produk kreativitas
bahkan harus ditaklukkan. Ini penting masyarakat. Kesenian ditopang beragam
artinya dengan menggunakan konsep faktor, tidak hanya intrinsik tetapi sekaligus
managemen moderen Teater Koma tetap juga yang ekstrinsik. Hal senada, Umar
dapat bertahan dan menunjukkan jati Kayam mengisyaratkan bahwa dalam
dirinya melalui keberhasilan-keberhasilan kerangka pemikiran yang lebih luas
pada setiap pementasan hasil karyanya. membicarakan keberadaan suatu kesenian
Hubungannya dengan pengelolaan, tidak bisa tidak harus juga melibatkan
sudah barang tentu banyak hal yang terkait, unsur yang ada di luar kesenian. Kehadiran
seperti sisrim organisasi, ekonomi/ dan perkembangannya ditentukan oleh
keuangan, hubungan sosial, dan elemen- adanya faktor yang disebut penyangga
elemen lain di luar seni. Pada Kenyataannya budaya, salah satunya adalah masyarakat
dilapangan kesenian sering melibatkan dari tempat di mana kesenian itu berada,
elemen penonton sebagai penerima dari apa baik dalam arti kolektif/ komunitas maupun
yang hendak di-sampaikan oleh seniman atas nama individu/ pribadi (Umar Kayam,
lewat pertunjukan-nya. Dilihat dari satu sisi 1995). Permasalahan lebih dalam yang
yakni keterlibatan para penonton dengan perlu dipahami adalah bagaimana men-
sebuah karya seni maka dengan sendirinya jalankan organisasi dengan menggunakan
atau secara tidak langsung membawa konsep managemen modern serta aspek apa
dampak kepada elemen-elemen lain untuk yang diperlukan agar sebuah komunitas
terlibat. Bila kita pahami, karya seni yang teater selalu sukses dalam sedap pergelaran
dipertunjukkan memiliki orientasi apa, yang dilakukan.
siapa saja penonton yang datang dan
seterusnya, maka jawabnya akan sangat B. Sekilas Teater Koma
luas, artinya kita berhadapan dengan
masalahmasalah yang kompleks Teater Koma berdiri pada 1 maret
(Riantiarno, 1993). 1977, merupakan sebuah perkumpulan atau
Pada tulisan ini penulis berusaha mem- organisasi seni yang bersifat non profit,
buat pengelompokan menjadi permasalahan yang memiliki landasan idiil semangat,
seni di satu sisi dan permasalahan non seni kekompakan, dan pengalaman. Adapun
di sisi lain. Ditarik ke lingkup yang lebih konsep artistiknya bersumber pada seni
sempit lagi, dalam sistem produksi seni pertunjukan rakyat, yang menyertakan
pertunjukan, komponen-komponen masyarakat sebagai nara sumber bagi
pendukung dan penunjang produksi terdiri proses kreatifnya. Didukung sumber daya
dari urusan artistik dan non artistik. manusia yang kwantitasnya terus
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

berkembang, pada mulanya ketika Jakarta (Wawancara: Budi Ros, 2 April


perkumpulan ini didirikan berjumlah 30 2001)
orang kemudian berkembang menjadi 120 Memasuki era tahun 1980 an, Teater
orang dan pada lima tahun tcrakhir men- Koma di Jakarta berkembang dengan me-
capai kurang lebih 300 orang seniman nambah warna baru yaitu menggunakan
Sejak berdiri tahun 1977, dengan di- media bahasa dengan cara berbeda.
awali pementasan lakon "Rumah Kertas" Ternyata upaya ini dapat diterima oleh
hingga kini era tahun 2000an hasil produksi publik di kota besar seperti Jakarta bahkan
karya dari Teater Koma sudah mencapai semakin diminati penonton. Bagi penonton
kurang lebih 44 produksi karya yang telah yang menarik dari pertunjukan Teater
digelar dengan sekitar 63 kali pertunjukan. Koma adalah upayanya mengadopsi ragam
Disamping itu ada 20 lakon yang bahasa urban masyarakat kota yang
diproduksi untuk televisi (TVRI). Dari dikemas menjadi dialog-dialog banyolan.
lakon-lakon yang pernah diproduksi, ada Teknik semacam ini ternyata mampu
dua lakon yang paling banyak dipentaskan, memudarkan ketegangan antara keresmian
yaitu "Opera Kecoa" dan "Sampek Engtay" bahasa formal dengan sifat plastis bahasa
masing-masing sebanyak lima kali keseharian, bahasa yang riang tergurat tebal
pementasan. Sejak produksi yang pertama dari sikap pemihakan. Pada penampilan
berjudul Rumah Kertas yang disutradarai hasil karyanya Teater Koma selalu
oleh N. Riantiarno digelar di Pusat menyuguhkan kritik dengan cara me-
Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki mupuk sentimen publik secara tersurat,
pada bulan Agustus 1977, menjadi tonggak efek banyolan dan ledakan tawa yang
sejarah bagi Teater Koma dalam menapaki dihasilkan diartikan sebagai pemuas
petjalanan proses kreatifnya. Sejak itu kolektifnya. Teater Koma berusaha
produksi demi produksi dihasilkan dan melawan retorika represif lewat olok-olok,
semakin memantapkan eksistensi Teater parodi, dan bentukbentuk nyanyian yang
Koma sebagai salah satu kelompok teater di bersemangat membela komunitas tertindas.
Jakarta yang produktif menghasilkan karya Walaupun demikian Teater Koma tidaklah
karyanya. Tentunya dalam perjalanan berpolitik, kehadirannya hanyalah menjual
kreatifnya tidaklah selalu lancar, namun isuisu politik yang sudah melebar dan cair
dalam pelaksanaannya di lapangan banyak sebagai bahan gosip sehari-hari. Misalnya
juga hambatan, rintangan, bahkan sampai persoalan jurang kaya miskin, kebobrokan
ancaman, tetapi itu semua dihadapi sebagai mental penguasa, elegi komunitas
tantangan untuk mewujudkan eksistensi jati pinggiran, karikatur tokoh-tokoh publik,
diri Teater Koma, Kondisi-kondisi semacam dan ledakan hasrat humor dari nalar yang
ini, dalam kondisi semakin tertekan tertekan.
bukannya menjadi lemah, tetapi bagi
kelompok Teater Koma malah dijadikan C. Managemen Seni Pertunjukan
inspirasi untuk mendobrak dan dialirkan
melalui proses kreatif berkesenian. Salah Managemen dalam bahasa Inggris di-
satu contoh tekanan yang pernah dialami tulis Managemen (dari kata kerja to
kelompok Teater Koma adalah adanya manage) yang asainya dari bahasa Latin
pelarangan pementasan karya produksi managiare atau dalam bahasa Itali
yang berjudul Sampek Eng Tay kerika maneggio yang artinya mengurusi,
pertunjukan di Medan, dengan judul mengendalikan atau menangani sesuatu
Sukeksi dan Opera Kecoa ketika pentas di (Murgiyanto, t.t.: 27). Menurut Ratna
sebagai pcngelola yang menjalankan
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

managemen Teater Koma, mengartikan pengelokan organisasi yang menangani


bahwa managemen adalah koordinasi atau proses kerja diluar seni, dalam hal ini yang
mengelola (Wawancara, 16 April 2001). dilakukan adalah pada wikyah ad-
Pada perkembangannya managemen lebih ministrasi, keuangan, dan pemasaran. Pem-
cenderung diartikan mengelola, bagian menjadi dua wilayah ini dilakukan
mengendalikan, dan mengkoordinasikan. karena dirasa penting untuk terjadinya ak-
Pada seni pertunjukan aplikasi managemen tifitas kerja yang tervokus, lebih-lebih pada
terbagi menjadi dua wilayah, yaitu penanganan proses produksi seni, harapan-
managemen yang terkait dengan seni nya tidak terjadi intervensi dan pihak lain
(artistik) dan wilayah non seni (non wakupun dalam satu wilayah kerja orga-
artistik), tetapi kedua wilayah tersebut nisasi.
menjadi satu kesatuan yang saling Kesadaran akan perlunya managemen
bersinergi. kaitannya dengan seni pertunjukan mulai
Menurut Ratna selaku manajer Teater terasa setekh kesenian semakin banyak ber-
Koma mengungkapkan bahwa managemen singgungan dengan sistem ekonomi. Ini
merupakan alat untuk mencapai tujuan, dan terjadi karena keberadaan seni pertunjukan
bukan tujuan itu sendiri. Pada lebih-lebih yang yang bersifat tradisional
penerapannya di Teater Koma managemen mulai terhimpit dan tertekan dalam
harus sanggup membantu para seniman kehidupan masyarakat yang semakin
untuk sampai pada pencapaian mutu dinamis, sehingga mau tidak mau harus
artistiknya, bukan malah sebaliknya mempertimbangkan juga sistem ekonomi
menjadi penghambat. Produk seni (artistik) yang sedang terjadi. Hal ini dilakukan
adalah sumber dan sekaligus muaranya, karena persaingan-persaingan faktor
sedangkan pasar harus diciptakan kehidupan di luar kesenian semakin tajam.
(Wawancara; Ratna, 21 April 2001) Pene- Managemen adalah upaya bersama untuk
rapan sistem managemen pada Teater Koma mendapatkan hasil yang diharapkan dengan
dilakukan secara transparan, walaupun tenaga dan biaya yang relatif kecil.
secara formal tidak terlihat susunan secara Managemen modern menekankan adanya
sistematis, tetapi pada prinsipnya sistem efisiensi dan efekrifitas untuk mencapai
managemen berpengaruh besar terhadap sasaran produksi yang optimal.
jalannya roda organisasi. Kondisi demikian Hubungannya dengan menegemen/
terjadi karena penanganan di dalam pengelokan seni pertunjukan di Indonesia,
aktivitas berkesenian memerlukan Sal Murgiyanto menyebutkan ada tiga
pendekatan yang berbeda dibandingkan kelemahan dalam managemen teater tradisi
sistem yang dipakai pada kita:
organisasiorganisasi non seni lainnya. Pada 1. Rapuhnya sistem organisasi pertunjukan
Teater Koma, pengelolan organisasi mene- 2. Tidak adanya jaminan sosial dan upah
rapkan sistem pembagian kerja dalam dua yang memadahi
wilayah utama untuk memudahkan atau 3. Tidak adanya organisasi profesi yang
memilahkan operasional kerja yang melindungi seniman seni pertunjukan
terfokus, hal ini dilakukan supaya tidak Dari kejadian-kejadian semacam
terjadi tumpang tindih antar kepentingan inilah maka dewasa ini pengelolaan seni
dari dua wilayah yang berbeda pertunjukan dengan managemen modern
pendekatannya. Wilayah pertama yaitu pada mulai dilakukan, harapannya untuk
pengelokan dalam proses berkesenian memberikan keseimbangan dalam
dalam hal ini penanganan proses produksi kehidupan di masyarakat dan terhadap
seni. Sedangkan yang kedua adalah
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

tuntutan yang semakin komplekas. peran, hal ini dilakukan dengan cara
(Murgiyanto, 1993). pendekatan yang intensif dengan
mengamati kemampuan dan kejiwaan dari
1. Managenen Seni Wilayah Artistik
masing-masing calon pemeran. Pendekatan
Pada wilayah pengelolaan seni yang antar pribadi yang dibingkai dalam suasana
diterapkan Teater Koma, posisi seorang kekeluargaan diharapkan akan menemukan
sutradara menjadi pusat pengendali dari kecocokan dan kepuasan bagi sutradara dan
proses kerja produksi seni, sejak juga para pemain, dan akhirnya tertuang
terbentuknya Teater Koma posisi sutradara dalam keberhasilan pada saat pementasan.
ditangaru oleh Riantiarno, seorang seniman Langkah lain dalam kasting yaitu
yang produktif mencipta karya seni disertakan juga pemain (aktor/aktris) dari
diantaranya penulisan naskah teater, luar anggota Teater Koma, dengan pertim-
sutradara pementasan teater. Prinsip kerja bangan karena kemampuan dan mungkin
seorang sutradara adalah mengelola proses juga memiliki daya tarik lebih, misalnya
kerja produksi teater, yang meliputi sejak bintang film.
pengadaan naskah, baik naskah hasil karya Pada tahap proses latihan Riantiarno
sendiri, menyadur naskah yang sudah ada, menerapkan ketentuan-ketentuan dengan
atau mengambil naskah yang sudah jadi. disiplin tinggi. Dimulai dari kesediaan para
Selanjutnya dilakukan pengkestingan anggota atau pemain untuk menyediakan
(pembagian peran) dilanjutkan proses waktu secara penuh, mereka tinggal di
latihan, dan sampai akhknya diper-gelarkan. sanggar dalam 24 jam. Situasi demikian
Dari seluruh wilayah kerja inilah seorang akan mengkondisikan seluruh pemain
sutradara bertanggung jawab penuh atas untuk dapat latihan dengan intens, dan hal-
terselenggaranya sebuah proses produksi hal lain dalam proses latihan dapat
hingga mempertanggungjawabkan pada dikontrol dengan cermat oleh Riantiarno
publik penonton atas hasil karya pergelaran. selaku sutradara. Setiap pemain
Pola kerja seorang sutradara menjadi (aktor/aktris) sadar bahwa latihan
sentral untuk mencapai keberhasilan proses merupakan cara untuk belajar dan mening-
produksi teater, untuk itu Riantiarno selaku katkan kemampuan diri. Pada saat latihan
sutradara selalu berusaha menerapkan prin- baik secara kelompok maupun keseluruhan,
sip managemen secara ketat. Sadar akan bagi yang sudah atau yang akan mendapat
posisinya selaku sutradara sekaligus giliran, hampir tidak ada waktu yang disia-
manager pada wilayah produksi, maka siakan, mereka secara serius
Riantiarno bertindak dengan cermat. Sikap memperhatikan arahan dari sutradara. Pola
ini diterapkan sejak pengadaan naskah yang kerja semacam ini tampaknya difungsikan
akan dimainkan, naskah sering ditulis sebagai wahana belajar, baik dalam
sendiri scsuai dengan ide-idenya seperti mengatur ritme emosional yang muncul
pada naskah yang berjudul "Rumah pada setiap adegan, sehingga dapat
Kertas". Selain itu kadang juga menyadur membangun ekspresi emosional yang utuh.
naskah yang sudah ada dengan berbagai Berbicara mengenai produksi (teater),
pertimbangan, diantaranya bila suatu mustahil untuk tidak membicarakan mana-
naskah cocok untuk dimainkan karena gemen. Sejak awal Riantiarno bekerja di
sesuai dengan kondisi aktual yang sedang dalam teater, ia sudah menganggap
terjadi. managemen itu penting. Pengertian yang
Selanjutnya pada tahap kasting (pem- paling sederhana bahwa managemen teater
bagian peran), Riantiarno berusaha adalah "perencanaan sebuah produksi teater
memilih pemain yang tepat untuk suatu hingga sampai ketangan konsumen
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

(penonton)". Menurut Riantiarno sebuah menentukan pemeran, pemilihan tematik,


grup teater harus punya managemen, pengadaan naskah, proses produksi, meli-
baginya dalam kerja proses produksi batkan secara total seluruh elemen pada
membutuhkan koordinasi dan adanya Teater Koma. Mulai saat itulah muncul
keteraturan. Bisa dibayangkan jika sebuah warna baru dengan hadirnya sutradara-
produksi teater dikerjakan secara serabutan, sutradara baru, penulis-penulis naskah
tanpa rencana yang jelas dan hanya baru, dan lainnya lebih memberikan
bersandar kepada sikap "apa kata nanti" semarak pe-ningkatan dari eksistensi Teater
(coba-coba) belaka. Memang sutradara Koma. Kompetisi sesama anggota semakin
tidak selalu mengurusi managemen, tetapi terbuka, langkah yang ditempuh yaitu
ia tetap saja harus memperhitungkannya dengan mem-berikan kesempatan pada
(Riantiarno, 1993) semua anggota untuk tampi1
Orientasi produksi Teater Koma tidak mempresentasikan ide-denya di depan
kepada market. Melainkan lebih kepada anggota lain, dengan cara demikian maka
"bagaimana mewujudkan ekspresi seni banyak masukan-masukan yang men-
teater secara perfect. Prosesnya adalah jadikan lebih dinamis.
timbulnya kebutuhan untuk mengucapkan Menurut Riantiarno pekerjaan
sesuatu. Sebuah ide, kemudian ide itu lapangan memberi pengalaman,
ditungkan ke dalam tulisan/naskah, menurutnya ada lima hal yang selalu
kemudian dibikinlah studi kelayakan. menjadi pedoman dalam bekerja. Ketika
Perkkaan biaya dikalkulasi, problem- hendak menggelar sebuah produksi teater
problem teknis pelaksanaannya diper- maka harus mempertimbangkan bahwa apa
hitungkan, kualitas para pekerjanya ditim- yang akan digelar itu:
bang-timbang, kemudian pasar disurvai. 1. Lahir dari sebuah perenungan serta
Adapun yang kemudian dilakukan adalah keinginan untuk mengucapkan
bagian publikasi harus sanggup sesuatu, dan terutama memiliki
menemukan strategi yang dianggap bisa concern yang tinggi terhadap
membuat calon penonton tergugah masalah-masalah disekitarnya.
keinginannya untuk datang dan menonton. 2. Dikerjakan dengan baik dan perfek.
Rasa butuh untuk menonton harus Baik, artinya benar berdasarkan hati
dibangkitkan, sisi inilah yang akan di- nurani. Perfek, artinya memenuhi
garap, baik lewat media massa ataupun se- kriteria dramaturgi/artistik yang
cara gethok tular. Semua kegiatan diyakini.
marketing ini, sama sekali tidak boleh 3. Menarik minat untuk ditonton dan
mengganggu jalannya proses kreativitas komunikatif
artistik. Masing-masing memiliki jalannya 4. Bermanfaat serta menerbitkan
sendiri, meskipun sumbernya jelas sama: keinginan untuk bercermin diri pada
produksi. Muaranya sejajar, tetapi tetap masyarakat penikmatnya
tidak bersinggungan. Bagian artistik 5. Merangsang rasa keindahan, serta
bermuara kepada optimalisasi "hasil menberitahu (secara tersirat maupun
artistik", bagian pemasaran bermuara tersurat) kunci-kunci untuk
kepada maksimalisasi "hasil keuangan". membuka sebuah ruang yang
Semenjak terbentuknya Teater Koma, bernama kebahagiaan sempurna
Riantiarno menangani secara menyeluruh (Riantiarno, 1993).
yang terkait dengan setiap pergelaran karya
2. Managemen Seni Wilayah Non Artistik
teater. Sejak tahun 1991 ada usaha untuk
menerapkan pola baru, dalam hal ini untuk
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Pada sebuah organisasi seni, penge- putih. Diapun tidak akan tahu akan diberi
lolaan wilayah non artistik adalah bagian "honorarium" berapa. Sesudah
penting yang menangam masalah- pertunjukan berakhir, semua pengeluaran
masalah di luar aspek-aspek kesenian, dan pemasukan dihitung sisa pendapatan
antara lain mengenai pekerjaan kemudian dibagi. Baru pada saat itu
administrasi perkantoran, keuangan, masing-masing anggota tahu akan
kehumasan, pemasaran, dan aspek-aspek mendapat bagian berapa. Sistem mi
lain yang tidak berhubungan langsung sudah berjalan selama 16 tahun pertama
dengan permasalahan kesenian (estetika). sejak berdiri Teater Koma.
Aspek-aspek pekerjaan wilayah non Kondisi keuangan pada organisasi
artistik dalam satu organisasi yang non profit sangatlah berbeda dengan
menyeluruh menjadi tumpuan vang harus suatu organisasi yang memiliki tujuan
bersinergi dengan wilayah seni itu bisnis atau berorientasi untuk
sendiri, sehingga mengarah pada tujuan mendapatkan keuntungan. Pada
yang sama atau tujuan yang satu untuk pengelolaan keuangan yang orientasi non
suatu keberhasilan organisasi. profit, maka penggunaan keuangan lebih
Begitu pula dalam sistem organisasi diperuntukkan pembiayaan ke dalam,
yang dijalankan pada Teater Koma, artinya berupaya supaya kerja produksi
pengelolaan wilayah ini dilakukan secara seni dapat berhasil dengan optimal dari
cermat dan transparan, sehingga dapat sisi kualitas yang ideal. Kondisi ini di
mendukung jalannya proses produksi akui oleh Ratna selaku manager Teater
karya teater sejak awal hingga akhir Koma, bahwa dalam menjalankan roda
pergelaran dengan lancar dan berhasil. organisasi, managemen merupakan alat
Teater Koma sejak awal berdirinya sudah untuk mencapai tujuan managemen harus
menerapkan managemen terbuka, sanggup membantu para seniman untuk
khususnya menyangkut permasalahan sampai kepada pencapaian mutu artistik,
keuangan. Pada setiap menjalankan dan bukan sebaliknya menjadi
produksi karya, selalu diakhiri dengan penghambat. (Wawancara: Ratna, 21
pertanggung-jawaban masalah keuangan April 2001).
secara transparan kepada semua pengurus Dukungan dana pribadi juga sering
dan anggota. Hal ini dilakukan agar dilakukan, terutama dari keluarga
semua anggota mengetahui posisi yang Rianriarno. Tetapi kelemahan para
sebenarnya tentang kondisi keuangan seniman dalam keuangan juga sering
yang ada, sehingga tidak timbul terjadi di Teater Koma, dimana kontrol
kecurigaan dalam pengelolaan keuangan. terhadap dana sering kurang ketat. Di
Gaya managemen yang dijalankan sinilah peran Ratna menjadi penting
Teater Koma adalah managemen terbuka dalam mengelola dana, terutama untuk
open management, semua anggota punya kepentingan produksi. Seringkali
hak untuk memeriksa keluar masuknya tuntutan artistik dari para seniman
uang, dan berhak tahu siapa dibayar meminta dana yang besar. Dalam kondisi
berapa. Komplain bisa diajukan, jika semacam ini Ratna harus mendiskusikan
terasa ada penyimpangan (walaupun hal dengan para anggota, mana yang masih
ini belum pernah tcrjadi). Setiap anggota bisa diakali dan mana yang mutlak harus
jika sudah berikrar untuk ikut dalam dipenuhi, sehingga pengurangan
kegiatan produksi, maka dia harus kebutuhan dana bisa dilakukan.
memberikan energinya secara total. Dia Sementara dana dari pihak
tidak akan diikat oleh kontrak hitam donatur/sponsor seringkali lebih
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

digunakan untuk peningkatan mutu pertunjukan yang akan datang. Beberapa


pertunjukan (kostum, dekor, property, hari setelah direct mail disebar,
stage technology), bukan untuk honor pemesanan karcis biasanya mulai
(Kelola Project, 1999) mengalir, padahal publikasi di media
Teater Koma yang dipimpin oleh massa belum ada. Jadi tidak heran kalau
Riantiarno (Nano) dibantu oleh manajer. karcis pada hari-hari libur, seperti Sabtu
Manajer ini kemudian dibantu oleh dan Minggu, sudah terpesan lama
beberapa orang untuk mengurusi sebelum pementasan (Riantiarno, 1993).
administrasi, keuangan, perpustakaan,
dan riset, pemasaran (termasuk promosi C. Simpulan
dan tiketing), dan umum (pengadaan
logistik, kebersihan). Uniknya walaupun Bagi masyarakat Indonesia
Teater Koma dipimpin oleh keluarga (terutama di pulau Jawa), nama Teater
Riantiarno (Riantiarno sebagai pe- Koma sudah dikenal masyarakat luas.
mimpin dan Ratna sebagai maanajer), Namun untuk menghadapi masa depan
tetapi prinsip pengelolaannya tidak banyak hal yang telah berubah. ibaratkan
didominasi keluarga seperti dalam bisnis Teater Koma sebagai ikan, maka
keluarga, pendapat Riantiarno bahkan sekarang dan di masa datang tetap akan
seringkali dikalahkan oleh pendapat berada di dalam air (baca masyarakat)
anggota lain yang bukan dari keuarga yang selalu mengalami perubahan atau
Riantiarno. pergantian temperatur. Untuk itu dalam
Sistim pemasaran yang dilakukan dinamika perkembangan kehidupan
oleh Teater Koma adalah suatu upaya masyarakat kiranya Teater Koma
bagaimana cara merangkul penonton?. haruslah menentukan strategi, pertama
Satu setengah bulan sebelum hari yang perlu dijalankan untuk menemukan
pertama pementasan, Teater Koma sudah pola pendekatan pengelolaan seni
mengirimkan direct mail kepada yang pertunjukan (teater) secara moderen yaitu
dianggap sebagai calon penonton. dengan cara melakukan perencanaan
Semacam pemberitahuan bahwa kelom- strategis. Perencanaan tersebut meliputi
pok Teater Koma tengah menyiapkan juga mengidentifikasi jurang pemisah
sebuah produksi baru. Di dalam direct antara budaya lama organisasi dengan
mail itu ditulis judul lakon, synopsis, budaya baru yang dikehendaki. Lebih
kapan dan di mana lakon dimainkan, penting lagi yang harus ditekankan
berapa hari waktu pementasannya, nama- adalah kesadaran kolektif dari yang
nama pemain, pengarang lakon dan terlibat pengelolaan Teater Koma.
sutradara. Diantaranya sutradara, tim artistik, dan
Cara pemberitahuan semacam ini tim produksi pendukung.
terbukti ampuh, Teater Koma telah Kesadaran kolektif yang dimaksud
memiliki kurang lebih 3000 nama dan adalah bagi seniman pencipta (sutradara)
alamatnya. Meteka bisa dianggap harus menyadari perlunya prinsip
penonton tetap Teater Koma, dan managemen, dua wilayah kerja harus
semakin lama namanama itu semakin memiliki visi dan misi yang sama.
bertambah. Sebab setiap pembeli karcis Wilayah kerja tim artistik harus mampu
selalu ditanya: apakah sudah menerima bekerja sama dengan sutradara demi
pemberitahuan? Jika belum, maka mere- lancarnya proses produksi, begitu juga
ka akan segera mendaftarkan namanya wilayah kerja tim non artistik dalam
untuk bisa dikirim direct mail pada keterlibatannya pengelolaan sebuah
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

proses produksi harus harus memahami ________, 1993, "Managemen Moderen


keperluan-keperluan dari seniman dan Pengelolaan Teater", Makalah Se-
pencipta, sebaliknya bukan menjadi minar, Surakarta: Taman Budaya Jawa
penghambat. Dengan demikian akan Tengah.
terjadi keselarasan kerja dalam satu tim
Riantiarno, 1993, “Perjalanan Teater Pasar
kerja kolektif yang selaras dan kompak
Harus Diciptakan”, Makalah Seminar,
selama proses dilakukan.
Surakarta, Taman Budaya Jawa Tengah
Daftar Pustaka Rustandi, Aton, 1999, “Menimbang Keber-
adaan ‘Non Artis’ dalam Studi Ke-
senian”, Makalah Seminar, Surakarta:
Benny, Yohanes, 1999, "Oposisi Bahasa Da- STSI.
lam Teater Orba, dalam Teater Indo-
nesia: Konsep, Sejarah, Problema," Soedarsono, 1999, Seni Pertunjukan
Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta. Indonesia dan Pariwisata, Bandung:
Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Black dan Champion, 1992, Metode dan Ma-
salah Penelitian Sosial, Bandung: Eresco. Timpe, A., Dale, 1999, Kinerja, Seri Manage-
men Sumber Daya Manusia, Jakarta:
Esthu, Soedarsono, 1993, "Manajemen Mo- Gramedia.
deren dan Pengelolaan Teater", Maka-
lah Seminar, Surakarta: Tamkan Budaya N.N., 1999, Managemen Organisasi Budaya
Jawa Tengah. (Angkatan I Kelola Project), Jakarta:
Lembaga Managemen PPM.
Handari Nawawi (et. a/.)., 1992, Instrumen Pe-
nelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Hasan Bisri, M., 2000, "Pengelolaan Orga-
nisasi Seni Pertunjukan," Harmonia
Jur-nal Pengetahuan dan Pemikiran Seni,
Vol. I No. 1 Mei - Agustus, Jurusan
Sendra-tasik, FBS, UNNES.
Jazuli M., 1995, Managemen Produksi Seni Per-
tunjukan, Surakarta: Yayasan Resi Tu-
juh Satu.
Kayam Umar, 1981, Seni Tradisi Masyarakat,
Jakarta: Sinar Harapan
Koentjaraningrat, 1984, Metode-Metode Pe-
nelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia.
________, 1999, Dalang Pertunjukan Wa-
jang Kulit, Surabaya: Universitas
Airlangga.
Murgiyanto, Sal, 1985, Managemen Pertun-
jukan, Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.

Vol. VI No. 3/September-Desember 2005

Anda mungkin juga menyukai