Anda di halaman 1dari 39

KOMUNIKASI SENI

DR. Jaeni B Wastap


KOMUNIKASI SENI
PENGERTIAN
 Komunikasi seni adalah komunikasi estetik
 Esensi seni sebagai tindakan simbolik yang di
dalamnya terjadi proses komunikasi estetik tentang
nilai-nilai yang mereka miliki.
 Komunikasi estetik merupakan suatu bentuk relasi
nilai-nilai yang berkelindan dan dimaknai oleh pelaku
seni dan publiknya dalam suatu peristiwa seni
pertunjukan.
 Komunikasi estetik dalam seni pertunjukan tidak
sekadar perhatian terhadap bentuk, namun isi dan
penyajiannya yang memiliki makna dan nilai “indah”
bagi segenap masyarakat pendukungnya.
UNSUR KOMUNIKASI SENI
 Peserta komunikasi (pelaku dan publik)
 Media seni
 Pesan (makna, nilai-nilai)
PESERTA KOMUNIKASI SENI

KONTEKS SOSIAL BUDAYA

PELAKU PUBLIK

Logis-Material Partisipatif-Kolektif
Magis-Spiritual Kritis-Apresiatif
Snobis-Interaktif
Klasifikasi Publik Kelompok Masyarakat Makna Komunikasi
kritis-apresiatif Kelompok terpelajar, budayawan, Penyampaian nilai-
guru kesenian, pelaku seni, yang nilai; sejarah,
dikategorikan sebagai orang pendidikan, cermin
dewasa. hidup masyarakat,
dan hiburan

snobis-interaktif Individu-individu yang memiliki Aktualisasi diri dan


kemampuan ekonomi; para hiburan
pemuda, pengusaha kampung
(juragan), para kuwu (kepala
desa), kaum penggembira

partisipatif- Masyarakat lingkungannya yang Solidaritas,


kolektif berada di sekitar pementasan kekeluargaan, leisure
pertunjukan. time, dan hiburan.
SENI DALAM KONTEKS SOSIO-BUDAYA
• Seni (pertunjukan) merupakan bagian dari
ekspresi budaya, maka penting kiranya untuk
menempatkan hasil-hasil seni pertunjukan dalam
wilayah-wilayah kebudayaan aslinya.
• Karya seni itu ada karena ada seniman
penciptanya. Seniman ini bekerja berdasarkan
“ideologi” masyarakat tempat ia hidup
mengintegrasikan dirinya. Jadi konteks sosio-
budaya memegang peranan penting terhadap
terciptanya karya seni dan hidupnya karya seni
tersebut dalam masyarakat.
• Arti seni bagi seniman berbeda dengan pendekatan
yang ditinjau dari penikmat seni (individu, biasa, atau
kritikus seni), berbeda dengan tinjauan atas benda seni
itu sendiri, dan berbeda pula dengan respons
masyarakat umumnya.
• Konteks sosio-budaya seni pertunjukan ditekankan
pada pendekatan berdasarkan konteks sezaman
masyarakatnya.
• Benda seni hasil suatu zaman dalam masyarakat
tertentu dapat terus hidup ke zaman-zaman
berikutnya, begitu pula makna seni semula akan
mengalami perubahan pada konteks zaman dan
masyarakat sesudahnya, apalagi di masyarakat lain dan
pada zaman yang lain pula.
ENAM SISTEM DASAR SOSIOBUDAYA
• TIPE PERTAMA memiliki ciri-ciri dasar dalam
adaptasi ekologi dalam berkebun ubi atau keladi,
berburu, dan meramu. Dalam sistem sosial,
kelompok ini merupakan kelompok masyarakat
ata desa terpencil tanpa diferensiasi dan
stratifikasi yang berarti.
• Beberapa pengaruh budaya luar sangat sulit
menembusnya, bahkan tidak mengalami
pengaruh budaya padi, budaya perunggu, budaya
Hindu-Budha, dan Islam.
• TIPE KEDUA, masyarakat sosial budaya yang
memiliki ciri-ciri dasar dalam adaptasi ekologi
yang sudah mengenal perdagangan dan juga
ladang (budaya padi).
• Sistem sosial budaya ini menunjukkan masyarakat
tani dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial
yang sedang, sedangkan golongan atas yang
dianggap lebih dihargai berada di kota-kota.
• Orientasi masyarakatnya adalah kebudayaan kota
(kolonial dan republik). Sementara pengaruh
budaya luar hampir tidak mengalami, justru
isolasi dibuka oleh kaum Misionaris dan Zending.
• TIPE KETIGA, masyarakat sosial budaya yang
memiliki ciri-ciri dasar dalam adaptasi ekologi
yang telah mengenal berladang dan bersawah.
• Sistem sosialnya dibangun sebagaimana
masyarakat desa dengan diferensiasi dan
stratifikasi sedang, orientasinya kepada
masyarakat kota bekas negara dagang yang
kuat ciri islamnya, juga berorientasi pada
masyarakat pegawai kota dari masa kolonial
dan republik.
• TIPE KEEMPAT, masyarakat sosio budaya yang
memiliki ciri-ciri dasar dalam adaptasi ekologi
yang telah mengenal persawahan.
• Sistem sosialnya dibangun sebagaimana
masyarakat tani dengan diferensiasi dan
stratifikasi kompleks, orientasi kepada
masyarakat kota bekas negara dagang yang kuat
dengan ciri islam, juga berorientasi pada
masyarakat pegawai kota dari masa kolonial dan
republik.
• Masyarakat tipe ini memiliki pengaruh budaya
luar yang sangat kuat dan hampir semua
kebudayaan asing yang masuk Indonesia (Hindu-
Budha, Kristen, dan Islam) mempengaruhi
kehidupan masyarakat tersebut.
• TIPE KELIMA, masyarakat sosio-budaya yang
memiliki ciri-ciri dasar dalam adaptasi ekologi
yang berorientasi pada masyarakat kota
dengan sektor dagang dan industri yang masih
lemah.
• Sistem sosialnya sebagaimana sistem sosial
masyarakat kota dengan penggolongan yang
kompleks.
• TIPE KEENAM, merupakan masyarakat yang
memiliki ciri-ciri dasar dalam adaptasi ekologi
yang mengarah pada perkembangan
perdagangan dan perindustrian yang berarti,
tapi masih didominasi oleh sektor
pemerintahan (kepegawaian) dan politik, baik
di tingkat daerah maupun nasional.
• Sistem sosial masyarakat tipe ini merupakan
masyarakat campur-aduk suku-suku bangsa
dan campur-aduk bangsa-bangsa keturunan
asing (Cina, Arab, Eropa).
MEDIA SENI
MUSIK
• Musik menjadi bagian penting pertunjukan,
baik sebagai ilustrasi maupun pengiring pokok
dari bagian-bagian dalam struktur
pertunjukan.
• Musik dalam pertunjukan merupakan pula
penanda tokoh-tokoh peran yang muncul atau
mewakili pertunjukan seni dalam suatu
peristiwa seni.
TARI / GERAK
• unsur tari dalam peristiwa seni menjadi
bagian tak terpisahkan dari setiap
pertunjukannya.
• Unsur tari memiliki dua kategori; Pertama
adalah tarian mandiri yang dipertunjukan
secara khusus, dan kedua adalah tarian yang
melekat pada setiap pelaku pertunjukan
dalam sebuah peristiwa seni.
LAKON /DRAMATIK/ALUR CERITA
• Unsur lakon/dramatik/alur cerita menjadi
bagianpenyajian seni.
• Unsur lakon/dramatik/alur cerita dimaksud
merupakan bentuk penyajian yang
dikomunikasikan atau disampaikan lewat
akting, dialog, nyanyian, gerak tubuh
(gestura), melalu alur cerita (plot), musik,
bahkan rupa yang dirancang tanpa maupun
ada naskah sebelumnya.
RUPA/ARTISTIK
• kelengkapan unsur peristiwa seni akan memiliki
unsur rupa yang menjadi bagian dari visualisasi
pertunjukan.
• Unsur rupa merupakan salah satu unsur pewujud
pertunjukan atau rupa itu sendiri adalah
peristiwa seni yang memiliki makna komunikasi.
• Di pertunjukan teater misalnya, rupa sangat
dominan mewarnai setiap pertunjukan, di
antaranya: setting panggung, layar bergambar
(scenery) yang dilengkapi dengan plisir (borders)
dan sebeng (wings), lampu panggung dan stage
effects, tata rias dan kostum serta berbagai
asesoris lain.
INTERELASI ANTARUNSUR PERTUNJUKAN

Musikalitas

Tarian

Waktu

Publik
Pertunjukan
Teknologi
Panggung

Rias
Artistik
Busana
rupa
TEORI-TEORI KOMUNIKASI UNTUK SENI
FUNGSI TEORI
 Fungsi pertama teori adalah mengorganisasikan dan menyimpulkan pengetahuan tentang sesuatu
hal ini berarti bahwa dalam mengamati realitas kita tidak boleh melakukannya secara sepotong-
sepotong. Kita perlu mengorganisasikan dan mensintesiskan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan
dunia.
 Fungsi yang kedua adalah menjelaskan. Maksudnya adalah bahwa teori harus mampu membuat
suatu pénjelasan tentang hal yang diamatinya. Penjelasan ini tidak hanya berguna untuk
memahami pola-pola, hubungan-hubungan, tetapi juga untuk menginterpretasikan peristiwa-
peristiwa tertentu.
 Fungsi yang ketiga adalah pengamatan, menunjukkan bahwa teori tidak saja menjelaskan tentang
apa yang sebaiknya diamati tetapi juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya. Oleh
karena itulah teori yang baik adalah teori yang berisikan konsep-konsep operasional.
 Fungsi keempat adalah membuat prediksi. Meskipun kejadian yang diamati berlaku pada masa lalu,
namun bérdasarkan data dan hasil pengamatan ini harus dibuat suatu perkiraan tentang keadaan
yang bakal tejadi apabila hal-hal .yang digambarkan oleh teori juga tercerminkan dalam kehidupan
di masa sekarang.
 Fungsi yang kelima fungsi kontrol, bersifat normatif. Hal ini dikarenakan bahwa asumsi-asumsi teori
dapat kemudian berkembang menjadi norma-norma atau nilai-nilai yang dipegang dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, teori dapat berfungsi sebagai sarana pengendali atau
pengontrol tingkah laku kehidupan manusia.
CIRI TEORI YANG BAIK

 Memiliki Nilai Kegunaan; Prinsip yang digunakan oleh para ahli untuk
mengevaluasi teori adalah dilihat dari kegunaannya. Berkenaan dengan aspek ini
maka teori komunikasi hendaknya memiliki kegunaan yang sifatnya sepanjang
waktu, artinya mengena pada setiap jaman.
 Scope (Ruang Lingkup) ; Kriteria cakupan ini biasanya dimulai dalam pertanyaan
”Apakah ruang lingkup teori tersebut bersifat umum?” Ruang lingkup suatu teori
adalah kesimpulan perilaku komunikasi yang diuraikan yang handal tentang
beberapa kelas fenomena komunikasi yang jelas.
 Parsimony ; Teori harus sederhana, teori harus menyederhanakan realitas yang
sifatnya abstrak kedalam konsep yang bisa dipahami secara jelas dan singkat.
 Heurism; Aksioma umum menyebutkan bahwa teori yang baik adalah teori yang
mampu merangsang penelitian. ini berarti bahwa teori yang diciptakan dapat
merangsang timbulnya upaya-upaya penelitian selanjutnya. Hal ini dapat terjadi
apabila konsep-konsep dan penjelasan-penjelasan teori cukup jelas dan
operasional sehingga dapat dijadikan pegangan bagi penelitian-penelitian
selanjutnya.
 Falsifiability; Suatu paham atau pemikiran bahwa hasil pengamatan selalu akan
bersifat fals sebab realitas hanya sebagian kecil yang bisa diamati.
BEBERAPA TEORI KOMUNIKASI UNTUK SENI
TEORI MEDIA: Lazarfeld dan Laswell

 Teori media dari Laswell dianggap oleh para pakar komunikasi


sebagai salah satu teori komunikasi yang paling awal dalam
perkembangan teori komunikasi ( 1948).
 Laswell mengatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan
proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Who Says What
In Which Channel to Whom With What Effect ( Siapa Mengatakan
Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa ).
 Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Laswell itu merupakan
unsur-unsur proses komunikasi, yaitu : komunikator, pesan, media,
komunikan/penerima, efek.
 Fungsi komunikasi menurut Laswell adalah sebagai berikut: 1)
pengamatan lingkungan; 2) korelasi kelompok-kelompok dalam
masyarakat ketika menanggapi lingkungan ; 3) transmisi warisan
sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain.
TRIANGLE OF MEANING (Ogdens and Richards)
 Menunjukkan bagaimana simbol berfungsi berdasarkan pengalaman
seperti yang dikemukakan dalam teori Triangle of Meaning ( Ogdens and
Richards).
 Inti dari penggunaan bahasa adalah pada makna daripada persuasi
sebagai fokus dari Komunikasi dan Studi Retorika .
 Manusia menggunakan Simbol-simbol, seperti; kata, kesan, gesture,
gambar, atau suara untuk menunjukkan konsep atau ide. Tetapi uniknya,
simbol yang sama dapat mempunyai arti yang berbeda atau kata yang
berbeda dapat mempunyai makna yang sama.
 Ogden dan Richard menyatakan: bahwa makna ada pada manusia, bukan
pada kata.
 Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat
pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa yang
dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala sesuatu, bukan
hanya objek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran objek
fisik, tindakan atau peristiwa itu), namun juga gagasan yang abstrak.
DRAMATISM (Kenneth Burke)

 Merupakan bentuk retorika baru.


 Identifikasi pembicara dengan audien adalah cara terbaik untuk
memahami drama manusia daripada retorika aristoteles.
 Semua bentuk komunikasi sebagai cerita dan menawarkan paradigma
naratifnya sebagai cara baru memahami pribadi dan retorika publik.
 Bahasa adalah sebuah respon manusia yang merupakan tindakan penuh
arti dari suatu motif”.
 Bahwa hidup tidak seperti drama, tapi hidup adalah drama.
 Prinsip-prinsip komunikasinya berguna untuk memahami motivasi
manusia.
 Perspektif prinsip-prinsip tersebut tertuang dalam identifikasi,
dramatism pentad, dan penyesalan-siklus penebusan sebagai cara
untuk mengkaji yang dialamatkan pada publik.
• Identifikasi dalam dramatism Burke menggunakan kata subtansi sebagai payung untuk
menggambarkan karakteristik fisik seseorang, bakat, pekerjaan, latar belakang,
kepribadian, keyakinan, dan nilai. Sementara kata lain digunakan, yakni homophily untuk
menggambarkan kemiripan persepsi antara pelaku dan publik.
• Dramatism Pentad Burke, merupakan alat untuk menganalisis bagaimana persuasi
sebagai upaya komunikator meyakinkan pandangannya tentang realitas sebagai sebuah
kenyataan. Terdapat lima cabang metode yang menjadi perhatian kritis yang terdiri dari
unsur-unsur krusial dari drama manusia, yakni tindakan (act) berkaitan dengan respon,
adegan (scene) berkaitan dengan situasi, yang mewakili (agent) berkaitan dengan
subjek, perwakilan (agency) berkaitan dengan stimulus, dan maksud tujuan (purpose)
berkaitan dengan sasaran.
• Penyesalan – Siklus Penebusan merupakan proses penyimbolan terhadap bahasa
manusia sebagai akar dari semua bentuk retorika. Dalam hal ini, Burke meyakini bahwa
proses tersebut dapat memberikan kebebasan terhadap penyesalan sebagai alur cerita
dasar tentang drama manusia.

Dari ketiga prinsip-prinsip dramatism Burke


dihasilkan sebuah kritik retorika yang dapat digunakan dalam memahami peristiwa
dramatis. Kritik Burke ini juga dapat dijadikan sebagai evaluasi analisis kritis dalam
bidang komunikasi, terutama yang menyangkut interaksi simbolik.
PARADIGMA NARATIF (Walter Fisher)
 Pendapat Fisher dilatarbelakangi oleh sebuah pertanyaan apa esensi sifat
manusia?
 Komunikasi manusia menunjukkan sesuatu yang lebih mendasar daripada
rasionalitas, kuriositas atau dalam penggunaan simbol-simbol.
 Semua bentuk komunikasi yang menarik alasan kita adalah suatu jenis cerita
yang berkaitan dengan sejarah, budaya, atau karakter manusia itu sendiri.
 Hampir semua tipe komunikasi adalah cerita.
 Narasi sebagai tindakan simbolik dalam kata maupun tindakan yang memiliki
susunan dan makna bagi siapapun yang hidup, berkreasi, berinterpretasi.
 Narasi adalah akar komunikasi dalam ruang dan waktu.
 Narasi memuat setiap aspek dari kehidupan kita yang menunjukkan karakter,
motif, dan tindakan.
Perubahan Paradigma dari dunia rasional ke narasi seseorang

Paradigma dunia rasional Paradigma naratif


• Esensi orang adalah rasional • Esensi orang adalah pendongeng
• Kita membuat kebijakan pada • Kita buat kebijakan pada dasar
dasar argumentasi alasan terbaik, dimana perubahan
• Tipe situasi pembicaraan tergantung pada situasi
menentukan arah argumentasi komunikasi, media, dan genre
kita (filsafat, teknik, retorik, atau
• Rasionalitas ditentukan oleh artistik)
seberapa banyak kita mengetahui • Sejarah, biografi, budaya, dan
dan baiknya pendapat kita karakter menentukan apa yang
• Dunia adalah perangkat teka-teki menjadi alasan terbaik kita
logis yang dapat kita selesaikan • Rasionalitas naratif ditentukan oleh
dengan analisis rasional. koherensi dan ketepatan cerita
kita.
• Dunia merupakan perangkat cerita
dari dimana kita memilih hingga
mengkreasi kembali hidup kita.
KONVERGENSI SIMBOLIK (Ernest Bormann)

 Terdapat enam asumsi epistemologis teori ini :


(1) Makna, emosi dan motif bertindak ada pada isi pesan yang temvatakan
dengan jelas,
(2) Realitas diciptakan secara simbolik.
(3) Rantai fantasi menciptakan konvergensi simbolik dalam bentuk
dramatistik,
(4) Analisis tema fàntasi adalah metode pokok dalam menangkap relitas
simbolik,
(5) Tema fantasi dapat terjadi dalam berbagai wacana yang dikembangkan,
(6) Terdapat tiga Visi analog Master yakni : Righteous, social dan pragmatic.
 Teori Konvegensi siinbolik dibangun dengan berlandaskan pada gagasan
bahwa anggola-anggota kelompok harus bertukar fantasi untuk dapat
membentuk kelompok yang kohesif
 Fantasi diartikan sebagai interpretasi yang kreatif dan imajinatif terhadap
berbagai peristiwa yang memenuhi kebutuhan psikologis dan retoris
 Fantasi lebih diartikan sebagai cerita, satire, perumpamaan. kenangan masa
lalu. pengalaman atau lelucon yang memiliki muatan emosi.
KOMUNIKASI ESTETIK
 Komunikasi estetik memiliki sifat unik dan khas serta ditentukan oleh
pengalaman dan perasaan yang subjektif terkait nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat bersangkutan.
 Peristiwa komunikasi dalam seni pertunjukan yang di dalamnya
terdapat relasi nilai-nilai estetik (keindahan) sebagai pesan yang
bermakna antara seniman dan publiknya.
 Chandrasekhar (1987), bahwa komunikasi estetik terjadi karena relasi
harmonis antara unsur-unsur keindahan seni dengan kecerdasan,
perasaan, dan pengalaman individu dalam lingkungannya.
 Komunikasi estetik mengisyaratkan kita untuk menganalisis dan
menginterpretasikan komunikasi keindahan pada seni pertunjukan
sebagai relasi nilai-nilai.
 Caranya dibutuhkan usaha untuk terlebih dahulu menemukan nilai-
nilai estetik yang ada dalam setiap seni pertunjukan.
MAKNA

Nilai Sosial
Budaya

Pertunjukan
Seni

Nilai perasaan
dan
pengalaman

MAKNA
KONSTRUKSI KOMUNIKASI
 Keindahan merupakan sebuah realitas pertunjukan yang dikonstruksi oleh
masyarakat pendukungnya, baik pelaku maupun publiknya.
 Konstruksi menurut Barker (2000: 10) pada dasarnya sebuah usaha diskursif
maupun representatif yang sadar-diri (self-reflexive) yang bertujuan
menafsirkan dan menggambarkan dunia kekinian.
 Konsepsi Berger dan Luckmann (1990: 210) tentang konstruksi sosial,
dimana realitas sosial merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh
individu.
 Realitas komunikasi estetik pertunjukan merupakan realitas sosial dimana
individu sebagai manusia bebas untuk menafsirkan sesuatu yang ia rasa
indah atau tidak indah.
 Individu menjadi penentu dalam sebuah bentuk keindahan di dunia sosial-
budaya yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. Individu bukanlah
korban fakta sosial, namun sebagai mesin produksi sekaligus reproduksi yang
kreatif dalam mengkonstruksi keindahan pada seni pertunjukan dalam
kehidupan sosial-budaya.
Sutradara Publik (pemangku hajat)
PENYESUAIAN VISI
LAKON/TEMA

Proses

Sutradara atau
Pelaku lainnya ATURAN/
Pelaku/Seniman
RENCANA PESAN
PERTUNJUKAN
Proses
PERTUNJUKAN

Publik
PENETRALAN

Pelaku/Seni
man
KOMUNIKASI EKSPRESIF

 Di antara fungsi-fungsi komunikasi terdapat fungsi


komunikasi ekspresif baik pada pesan verbal maupun
nonverbal (Mulyana, 2007: 24) seperti dimiliki juga oleh
seni pertunjukan sandiwara Cirebon melalui laku, tindakan
dan ucap yang terdapat pada komunikasi estetik.
 laku, ekspresi-ekspresi ditunjukkan oleh tokoh peran yang
memiliki kemauan untuk berbuat sesuatu (will) dalam
sebuah adegan, seperti hasrat untuk saling mengenal
dengan seseorang, hasrat untuk berbuat jahat, hasrat untuk
saling sayang, dendam, protes dan lain-lain.
 Tindakan akan terrepresentasikan oleh gerak-gerak pada
tarian setiap tokoh, tindakan-tindakan seperti berkelahi,
memukul, menangkis, membacok, juga tindakan tokoh peran
ketika dalam adegan romantis, melalui nyanyian dengan
berpelukan, saling usap pipi, mengelus rambut, dan lain-lain.
 ucap, bisa kita dengar dan perhatikan dalam dialog-dialog,
yang mencerminkan ekspresi-ekspresi kejahatan dan
kelicikan maupun dialog-dialog yang yang mengekspresikan
kebaikan, santun, dan hormat. Demikian halnya dengan
dialog-dialog atau canda para bodor (pelawak) dengan
nyanyian yang mengekspresikan kelucuan, konyol bahkan
sedikit jorok yang membuat tawa penonton.
Laku, tindakan dan ucap dalam pertunjukan seni merupakan
ekspresi hidup keseharian yang distilasi melalui logika seni
dalam gaya (grand style, slaptic, komikal, dan lain-lain).
Ekspresi yang mewakili komunikasi seorang seniman (pelaku)
di atas panggung merupakan ”bentuk tingkah laku sesuai
dengan tema dan tuntutan pesan cerita bukanlah imitasi
realitas, melainkan penemuan realitas” Cassirer (1956:183).
Komunikasi dalam seni pertunjukan dapat menjadi wahana
penemuan ekspresi-ekspresi sosial budaya masyarakatnya,
yang kadang tersembunyi dalam kehidupan sehari-hari.
Ekspresi-ekspresi yang muncul di atas panggung merupakan
ekspresi simbolik yang pada gilirannya harus dimaknai sesuai
dengan kehidupan mereka (masyarakatnya).
KOMUNIKASI REFLEKTIF

 Komunikasi seni memiliki fungsi komunikasi ekspresif dan lebih


jauh memiliki nilai sebagai komunikasi reflektif atas
peristiwanya memasuki wilayah pemahaman di luar kesadaran.
 Kalimat ”di luar kesadaran” artinya berbeda dengan kehidupan
sehari-hari yang berarti seseorang hilang ingatan. Di luar
kesadaran dalam komunikasi estetik merupakan proses
komunikasi yang lebih mengarah pada proses emosional,
dimana publik seolah-olah menyerahkan diri agar dikuasai
keindahan.
 Ketidaksadaran merasakan keindahan dapat dikatakan sebagai
perangkat jiwa yang bekerja lewat olah batin atau olah rasa
(Jung,1949) sebagai perasaan dan pengalaman, tidak saja
secara individu namun secara kolektif sebagai arketipe (Kahija,
2006).
 Dalam pandangan timur, arketipe, diistilahkan sebagai
logika paradoksikal yang menuntut penghargaan atas
intuisi sebagai perangkat jiwa yang mampu menangkap
langsung kebenaran sebagaimana yang terdapat dalam
komunikasi estetik seni pertunjukan.

 Seni pertunjukan dapat menjadi seperangkat sikap,


kepercayaan, dan nilai yang dianut seseorang atau
sekelompok orang dalam asuhan suatu budaya
sebagaimana komunikasi estetik seni pertunjukan yang
bukan saja perpaduan kerja pancaindera dan rasa, namun
juga tentang nilai-nilai yang menjadi refleksi pandangan
dunia (Mulyana, 2004:32).
 Nilai menjadikan komponen yang evolutif dari kepercayaan yang
mencakup; kegunaan, kebaikan, estetika, dan kepuasan
(Mulyana 2007: 215-216). Terkait dengan itu, komunikasi
reflektif sebagai bagian dari nilai dalam komunikasi estetik seni
pertunjukan akan bersumber dari isu filosofis yang lebih besar
yang merupakan bagian dari lingkungan budaya masyarakat
pendukungnya.
 Komunikasi refleksi sebagai nilai dalam komunikasi seni
menyajikan tema-tema budaya masyarakat pendukungnya dan
dapat dimaknai nilai-nilainya tergantung pemahaman, apresiasi,
dan interpretasi menurut tafsir ”kita” dan mereka.
 (Bisa jadi pengungkapan tema-tema budaya lewat peristiwa
pertunjukan A bukan sesuatu yang luar biasa bagi masyarakat
yang bukan publiknya. Akan tetapi bagi publik pertunjukan B,
pengungkapan itu menjadi refleksi atas apa yang terjadi saat ini,
atas apa yang telah dilakukannya dalam masyarakat lingkungan
budayanya, hingga perilaku-perilaku dirinya.)
Terkait fungsinya yang ekspresif dan nilainya yang reflektif,
komunikasi estetik tidak semata-mata dikaitkan dengan
keindahan dan kesenangan hiburan secara langsung, tetapi
bagaimana karya seni dapat berperan dalam menopang
masyarakat manusia untuk menuju kemajuan.

Nyoman Kuta Ratna (2007) menegaskan bahwa efek


estetik bukanlah pada derajat penularan dan dampaknya,
melainkan intensifikasi dan pencerahannya terhadap budi
manusia. Inilah yang mendorong manusia untuk memiliki
sense of aesthetic, baik bagi dirinya maupun dalam
lingkungan masyarakat yang lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai