Anda di halaman 1dari 14

DIT SAMAPTA POLDA KALIMANTAN BARAT

PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM


MODUL TINDAKAN KEPOLISIAN

4 JP (180 menit)

Pendahuluan
Dalam melaksanakan tindakan kepolisian sesuai tugas pokok
pada fungsi-fungsi kepolisian, tidak menutup kemungkinan petugas
Polri dihadapkan pada kejadian yang melibatkan kontak fisik yang
dapat mengakibatkan luka atau cedera bahkan hidup atau matinya
seseorang, termasuk petugas Polri itu sendiri. Dalam situasi tersebut
anggota Polri dituntut keberanian mengambil keputusan untuk
melakukan tidakan kepolisian. Kondisi psikologis dalam situasi
tersebut sangat mempengaruhi keputusan yang diambil, sehingga
sering terjadi pada kejadian-kejadian tertentu seorang anggota polisi
menggunakan kekuatan yang berlebihan sehingga menjadi sorotan
masyarakat, media dan anggota DPR, bahkan dikategorikan sebagai
pelanggaran HAM.
Meskipun pelanggaran yang diakibatkan oleh penggunaan
kekuatan berlebihan oleh anggota polisi tidak mungkin dapat
sepenuhnya dihilangkan, namun keberadaan kebijakan penggunaan
kekuatan yang jelas dan mudah dipahami serta dapat menjadi acuan
hukum sangat dibutuhkan oleh anggota Polri.
Untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan mengenai
penggunaan kekuatan dalam melakukan tindakan kepolisian, maka
perlu diberikan bekal kepada setiap anggota Polri mengenai
penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian sebagaiman
diamanatkan dalam Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang.

Standar Kompetensi

Memahami dan mampu menerapkan penggunaan kekuatan dalam


tindakan kepolisian

PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN 1


DIKBANGSPES BINTARA FT SABHARA BIDANG SAMAPTA
DIT SAMAPTA POLDA KALIMANTAN BARAT

Kompetensi Dasar

1. Memahami konsep penggunaan kekuatan dalam tindakan


kepolisian.
Indikator hasil belajar:
a. Menjelaskan pengertian-pengertian yang terkait dengan
penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian.
b. Menyebutkan dasar hukum yang mendasari penggunaan
kekuatan dalam tindakan kepolisian.
c. Menjelaskan tujuan penggunaan kekuatan dalam tindakan
kepolisian.
d. Menjelaskan prinsip-prinsip penggunaan kekuatan dalam
tindakan kepolisian.
e. Menjelaskan tahap-tahap penggunaan kekuatan dalam
tindakan Kepolisian.
f. Menjelaskan aturan umum dalam penggunaan kekuatan.

2. Memahami dan terampil menggunakan kekuatan eskalasi dan


deeskalasi penggunaan kekuatan.
Indikator hasil belajar:
a. Menjelaskan eskalasi dan de eskalasi kekuatan anggota
Polri.
b. Menjelaskan ketentuan pertanggungjawaban penggunaan
kekuatan dalam tindakan Kepolisian.
c. Menjelaskan ketentuan penggunaan kekuatan/tindakan
keras dengan senjata api.
d. Menjelaskan hal-hal yang harus dipertimbangkan sebelum
melakukan tembakan peringatan.

Materi Pelajaran

1. Pokok Bahasan 1:
konsep penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian.
Sub Pokok Bahasan 2:
a. Pengertian-pengertian yang terkait dengan penggunaan
kekuatan dalam tindakan kepolisian.
b. Dasar hukum yang mendasari penggunaan kekuatan dalam
tindakan kepolisian.
c. Tujuan penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian.
d. Prinsip-prinsip penggunaan kekuatan dalam tindakan
kepolisian.

PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN 2


DIKBANGSPES BINTARA FT SABHARA BIDANG SAMAPTA
DIT SAMAPTA POLDA KALIMANTAN BARAT

e. Tahap-tahap penggunaan kekuatan dalam tindakan


Kepolisian.

2. Pokok Bahasan 2:
Penggunaan kekuatan eskalasi dan deeskalasi penggunaan
kekuatan
Sub Pokok Bahasan 2:
a. Eskalasi dan de eskalasi kekuatan anggota Polri.
b. Ketentuan pertanggungjawaban penggunaan kekuatan
dalam tindakan Kepolisian.
c. Ketentuan penggunaan kekuatan/tindakan keras dengan
senjata api.
d. Hal-hal yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan
tembakan peringatan.

Metode Pembelajaran

1. Metode ceramah
Ceramah digunakan untuk menjelaskan materi tentang
penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian.
2. Metode tanya jawab
Digunakan dalam setiap penjelasan pendidik yang belum
dimengerti peserta didik serta permasalahan yang muncul dalam
proses pembelajaran maupun berdasarkan pengalaman peserta
didik.
3. Metode demonstrasi
Metode ini digunakan pendidik untuk mendemonstrasikan
tahapan penggunaan kekuatan.

Alat/media, Bahan dan Sumber Belajar

1. Alat/media:
a. White Board dan papan flipchart.
b. Komputer/Laptop.
c. LCD dan Screen.
d. Laserpoint.
e. Senjata api.
f. Senjata listrik.
g. Tongkat T
h. Borgol/kabel ties.
PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN 3
DIKBANGSPES BINTARA FT SABHARA BIDANG SAMAPTA
DIT SAMAPTA POLDA KALIMANTAN BARAT

i. Gas air mata(OC Spray).


2. Bahan
a. Alat tulis.
b. Kertas Flipchart/HVS.
3. Sumber Belajar:
a. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan Dalam
Tindakan Kepolisian
b. Perkabaharkam Nomor 2 tahun 2017

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal : 10 menit


a. Pendidik melaksanakan apersepsi:
1) Perkenalan.
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
3) Menyampaikan tugas yang harus diselesaikan
perserta didik selama pembelajaran.
b. Peserta didik menyimak, menanggapi dan melaksanakan
instruksi pendidik.

2. Tahap inti : 160 menit.


Tahap inti 1 : 45 menit
a. Pendidik menyampaikan materi tentang penggunaan
kekuatan dalam tindakan kepolisian.
b. Pendidik memberikan kesempatan kepada Serdik untuk
bertanya tentang materi yang belum dimengerti.
Tahap inti 2 : 115 menit
a. Pendidik memberikan contoh penggunaan kekuatan dalam
tindakan kepolisian tahap 1 s.d. 6.
b. Pendidik menugaskan peserta didik untuk mendiskusikan
situasi yang diberikan oleh pendidik.
c. Peserta didik melaksanakan diskusi sesuai persoalan yang
diberikan.
d. Pendidik membahas hasil diskusi peserta didik dan
memberikan saran masukan untuk penyempurnaan.

3. Tahap Akhir: 10 menit.


a. Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara
umum.
b. Pendidik mengecek penguasaan materi dengan bertanya

PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN 4


DIKBANGSPES BINTARA FT SABHARA BIDANG SAMAPTA
DIT SAMAPTA POLDA KALIMANTAN BARAT

secara lisan dan acak kepada peserta didik.


c. Pendidik merumuskan learning point/koreksi dan
menyimpulkan materi pelatihan yang disampaikan kepada
peserta pelatihan.

Tagihan / Tugas

Peserta didik mengumpulkan resume dari materi yang telah


disampaikan sehari setelah proses pembelajaran

Lembar Kegiatan

Peserta didik membuat resume dari materi yang telah disampaikan.

PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN 5


DIKBANGSPES BINTARA FT SABHARA BIDANG SAMAPTA
DIT SAMAPTA POLDA KALIMANTAN BARAT

Bahan Bacaan

POKOK BAHASAN 1
KONSEP PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN
KEPOLISIAN

1. Pengertian-pengertian yang Terkait dengan Penggunaan


Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian
a. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya
disingkat Polri adalah alat negara yang berperan dalam
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.
b. Tindakan Kepolisian adalah upaya paksa dan/atau tindakan
lain yang dilakukan secara bertanggung jawab menurut
hukum yang berlaku untuk mencegah, menghambat, atau
menghentikan tindakan pelaku kejahatan yang mengancam
keselamatan, atau membahayakan jiwa raga, harta benda
atau kehormatan kesusilaan, guna mewujudkan tertib dan
tegaknya hukum serta terbinanya ketenteraman
masyarakat.
c. Penggunaan Kekuatan adalah segala
penggunaan/pengerahan daya, potensi atau kemampuan
anggota Polri dalam rangka melaksanakan tindakan
kepolisian.
d. Mempertahankan diri dan/atau masyarakat adalah tindakan
yang diambil oleh anggota Polri untuk melindungi diri sendiri
atau masyarakat, atau harta benda atau kehormatan
kesusilaan dari bahaya yang mengancam secara langsung.
e. Tindakan pasif adalah tindakan seseorang atau sekelompok
orang yang tidak mencoba menyerang, tetapi tindakan
mereka mengganggu atau dapat mengganggu ketertiban
masyarakat atau keselamatan masyarakat, dan tidak
mengindahkan perintah anggota Polri untuk menghentikan
perilaku tersebut.
f. Tindakan aktif adalah tindakan seseorang atau sekelompok
orang untuk tidak melepaskan diri atau melarikan diri dan
anggota Polri tanpa menunjukkan upaya menyerang
anggota Polri.
g. Tindakan agresif adalah tindakan seseorang atau
sekelompok orang untuk menyerang anggota Polri,
masyarakat, harta benda atau kehormatan kesusilaan.
h. Respon adalah kekuatan yang digunakan oleh anggota Polri
untuk mempengaruhi atau menetralisir tindakan-tindakan

PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN 6


DIKBANGSPES BINTARA FT SABHARA BIDANG SAMAPTA
DIT SAMAPTA POLDA KALIMANTAN BARAT

fisik yang melanggar hukum yang dilakukan oleh seseorang


atau sekelompok orang, atau sebuah tindakan yang
dilakukan oleh seorang anggota Polri untuk mengendalikan
suatu situasi.

2. Dasar Hukum yang Mendasari Penggunaan Kekuatan dalam


Tindakan Kepolisian
a. Peraturan kepala kepolisian negara republik Indonesia nomor
1 tahun 2009 tentang penggunaan kekuatan dalam tindakan
kepolisian
b. Perkabaharkam Nomor 2 tahun 2017 tentang penggunaan
senjata listrik dalam tugas patroli

3. Tujuan penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian


a. mencegah, menghambat, atau menghentikan tindakan
pelaku kejahatan atau tersangka yang sedang berupaya
atau sedang melakukan tindakan yang bertentangan
dengan hukum.
b. mencegah pelaku kejahatan atau tersangka melarikan diri
atau melakukan tindakan yang membahayakan anggota
Polri atau masyarakat.
c. melindungi diri atau masyarakat dari ancaman perbuatan
atau perbuatan pelaku kejahatan atau tersangka yang dapat
menimbulkan luka parah atau mematikan. atau
d. melindungi kehormatan kesusilaan atau harta benda diri
sendiri atau masyarakat dari serangan yang melawan hak
dan/atau mengancam jiwa manusia.

4. Prinsip-prinsip Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan


Kepolisian
a. legalitas, yang berarti bahwa semua tindakan kepolisian
harus sesuai dengan hukum yang berlaku.
b. nesesitas, yang berarti bahwa penggunaan kekuatan dapat
dilakukan bila memang diperlukan dan tidak dapat
dihindarkan berdasarkan situasi yang dihadapi.
c. proporsionalitas, yang berarti bahwa penggunaan kekuatan
harus dilaksanakan secara seimbang antara ancaman yang
dihadapi dan tingkat kekuatan atau respon anggota Polri,
sehingga tidak menimbulkan kerugian/korban/penderitaan
yang berlebihan.
d. kewajiban umum, yang berarti bahwa anggota Polri diberi
kewenangan untuk bertindak atau tidak bertindak menurut
penilaian sendiri, untuk menjaga, memelihara ketertiban dan
menjamin keselamatan umum.
e. preventif, yang berarti bahwa tindakan kepolisian
mengutamakan pencegahan.

PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN 7


DIKBANGSPES BINTARA FT SABHARA BIDANG SAMAPTA
DIT SAMAPTA POLDA KALIMANTAN BARAT

f. masuk akal (reasonable), yang berarti bahwa tindakan


kepolisian diambil dengan mempertimbangkan secara logis
situasi dan kondisi dari ancaman atau perlawanan pelaku
kejahatan terhadap petugas atau bahayanya terhadap
masyarakat.

5. Tahap-tahap Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan


Kepolisian
a. Tahap 1 : Kekuatan yang memiliki dampak deterrent/
pencegahan.
b. Tahap 2 : Perintah lisan.
c. Tahap 3 : Kendali tangan kosong lunak.
d. Tahap 4 : Kendali tangan kosong keras.
e. Tahap 5 : Kendali senjata tumpul, senjata kimia antara
lain gas air mata, semprotan cabe (OC
Spray) atau alat lain sesuai standar Polri.
f. Tahap 6 : Kendali dengan menggunakan senjata api
atau alat lain yang menghentikan tindakan
atau prilaku pelaku kejahatan atau tersangka
yang dapat menyebabkan luka parah atau
kematian anggota Polri atau anggota
masyarakat.

PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN 8


DIKBANGSPES BINTARA FT SABHARA BIDANG SAMAPTA
DIT SAMAPTA POLDA KALIMANTAN BARAT

POKOK BAHASAN 2
ESKALASI DAN DE ESKALASI PENGGUNAAN
KEKUATAN

1. Eskalasi dan De eskalasi Kekuatan Anggota Polri


Anggota Polri harus memilih tingkat kekuatan berdasarkan tingkat
ancaman dari pelaku kejahatan atau tersangka dengan
memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan kekuatan
sebagaimana diberikan di Peraturan Kapolri No.1 Tahun 2009.
a. Eskalasi kekuatan anggota Polri
Tingkat kekuatan yang digunakan oleh anggota Polri
ditentukan oleh anggota Polri tersebut pada saat kekuatan
digunakan, berdasarkan tingkat perlawanan/ancaman
pelaku.
Jika pelaku meningkatkan tingkat perlawanannya, maka
anggota Polri dapat menaikkan (eskalasi) tingkat kekuatan
yang digunakan untuk mengendalikan pelaku.
b. Deeskalasi kekuatan anggota Polri
Jika pelaku menurunkan atau berhenti melawan, anggota
Polri tersebut harus menurunkan (deeskalasi) tingkat
kekuatan yang digunakannya, dengan cara :
1) Anggota Polri tidak diharuskan menggunakan tingkat
kekuatan yang sama persis dengan tingkat perlawanan
yang ditunjukkan pelaku.
2) Anggota Polri harus menggunakan kekuatan minimum
yang diperlukan untuk menangani dan mengendalikan
perlawanan pelaku yang melanggar hukum.

2. Ketentuan Pertanggungjawaban Penggunaan Kekuatan dalam


Tindakan Kepolisian
a. Setiap individu anggota Polri wajib bertanggung jawab atas
pelaksanaan penggunaan kekuatan dalam tindakan
kepolisian yang dilakukannya.
b. Dalam hal pelaksanaan penggunaan kekuatan dalam
tindakan kepolisian yang didasarkan pada perintah
atasan/pimpinan, anggota Polri yang menerima perintah
tersebut dibenarkan untuk tidak melaksanakan perintah, bila
perintah atasan/pimpinan bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan.
c. Penolakan pelaksanaan perintah atasan/pimpinan untuk
menggunakan kekuatan dalam tindakan kepolisian, harus
dapat dipertanggungjawabkan dengan alasan yang masuk
akal.
d. Atasan/pimpinan yang memberi perintah kepada anggota
Polri untuk melaksanakan penggunaan kekuatan dalam

PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN 9


DIKBANGSPES BINTARA FT SABHARA BIDANG SAMAPTA
DIT SAMAPTA POLDA KALIMANTAN BARAT

tindakan kepolisian, harus turut bertanggung jawab atas


resiko/akibat yang terjadi sepanjang tindakan anggota
tersebut tidak menyimpang dari perintah atau arahan yang
diberikan.
e. Pertanggungjawaban atas resiko yang terjadi akibat
keputusan yang diambil oleh anggota Polri ditentukan
berdasarkan hasil penyelidikan/penyidikan terhadap peristiwa
yang terjadi oleh Tim Investigasi.
f. Tim Investigasi sebagaimana dimaksud di atas dibentuk
sesuai ketentuan yang berlaku.

3. Ketentuan Penggunaan Kekuatan/Tindakan Keras Dengan


Senjata Api
Setiap petugas Polri dalam melakukan tindakan dengan
menggunakan kekuatan/tindakan keras harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Tindakan dan cara-cara tanpa kekerasan harus diusahakan
terlebih dahulu.
b. Tindakan keras hanya diterapkan bila sangat diperlukan.
c. Tindakan keras hanya diterapkan untuk tujuan penegakan
hukum yang sah.
d. Tidak ada pengecualian atau alasan apapun yang
dibolehkan untuk menggunakan kekerasan yang tidak
berdasarkan hukum.
e. Penggunaan kekuatan dan penerapan tindakan keras harus
dilaksanakan secara proporsional dengan tujuannya dan
sesuai dengan hukum.
f. Penggunaan kekuatan, senjata atau alat dalam penerapan
tindakan keras harus berimbang dengan ancaman yang
dihadapi.
g. Harus ada pembatasan dalam penggunaan senjata/alat atau
dalam penerapan tindakan keras.
h. Kerusakan dan luka-luka akibat penggunaan
kekuatan/tindakan keras harus seminimal mungkin.
Penggunaan senjata api hanya boleh digunakan bila benar-benar
diperuntukkan untuk melindungi nyawa manusia.
Senjata api bagi petugas hanya boleh digunakan untuk:
a. Membela diri dari ancaman kematian dan/atau luka berat.
b. Membela orang lain terhadap ancaman kematian dan/atau
luka berat.
c. Mencegah terjadinya kejahatan berat atau yang
mengancam jiwa orang.
d. Menahan, mencegah atau menghentikan seseorang yang
sedang atau akan melakukan tindakan yang sangat
membahayakan jiwa.
e. Menangani situasi yang membahayakan jiwa, dimana

PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN 10


DIKBANGSPES BINTARA FT SABHARA BIDANG SAMAPTA
DIT SAMAPTA POLDA KALIMANTAN BARAT

langkah-langkah yang lebih lunak tidak cukup.


Setiap anggota Polri dalam melakukan tindakan kepolisian
dengan menggunakan senjata api harus memedomani prosedur
penggunaan senjata api sebagai berikut :

a. Petugas memahami prinsip penggunaan kekuatan dalam


penegakan hukum: legalitas, nesesitas, proporsionalitas,
kewajiban umum, preventif, dan masuk akal (reasonable).
b. Sebelum menggunakan senjata api, petugas harus
memberikan peringatan yang jelas dengan cara:
1) Menyebutkan dirinya sebagai petugas atau anggota
Polri yang sedang bertugas.
2) Memberi peringatan dengan ucapan secara jelas dan
tegas kepada sasaran untuk berhenti, angkat tangan,
atau meletakkan senjatanya. dan
3) Memberi waktu yang cukup agar peringatan dipatuhi.

c. Dalam keadaan yang sangat mendesak dimana penundaan


waktu diperkirakan dapat mengakibatkan kematian atau luka
berat bagi petugas atau orang lain disekitarnya, peringatan
sebagaimana dimaksud pada huruf b tidak perlu dilakukan.
Setelah melakukan penindakan dengan menggunakan
senjata api, petugas wajib:
1) Mempertanggungjawabkan tindakan penggunaan
senjata api.
2) Memberi bantuan medis bagi setiap orang yang terluka
tembak.
3) Memberitahukan kepada keluarga atau kerabat korban
akibat penggunaan senjata api.
4) Membuat laporan terinci dan lengkap tentang
penggunaan senjata api.
Dalam hal terdapat pihak yang merasa keberatan atau
dirugikan akibat penggunaan senjata api oleh petugas
maka:
1) Petugas wajib membuat penjelasan secara rinci
tentang alasan penggunaan senjata api, tindakan yang
dilakukan dan akibat dari tindakan yang telah
dilakukan.
2) Pejabat yang berwenang wajib memberikan
penjelasan kepada pihak yang merasa dirugikan. dan
3) Tindakan untuk melakukan penyidikan harus
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

4. Hal-hal yang Harus Dipertimbangkan Sebelum Melakukan


Tembakan Peringatan

PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN 11


DIKBANGSPES BINTARA FT SABHARA BIDANG SAMAPTA
DIT SAMAPTA POLDA KALIMANTAN BARAT

a. Dalam hal tindakan pelaku kejahatan atau tersangka dapat


menimbulkan bahaya ancaman luka parah atau kematian
terhadap anggota Polri atau masyarakat atau dapat
membahayakan keselamatan umum dan tidak bersifat
segera, anggota Polri diperbolehkan melepaskan tembakan
peringatan.
b. Tembakan peringatan harus dilakukan secara aman,
beralasan dan masuk akal untuk menghentikan tindakan
pelaku kejahatan atau tersangka, serta tidak menimbulkan
ancaman atau bahaya bagi orang-orang di sekitarnya.
c. Tembakan peringatan hanya dilepaskan ke udara atau ke
tanah dengan kehati-hatian yang tinggi (tidak menimbulkan
recochet) apabila alternatif lain yang sudah dilakukan tidak
berhasil, dengan tujuan :
1) Untuk menurunkan moril pelaku kejahatan atau
tersangka yang akan menyerang anggota Polri atau
masyarakat.
2) Untuk memberikan peringatan sebelum tembakan
diarahkan kepada pelaku kejahatan atau tersangka.
d. Tembakan peringatan tidak diperlukan ketika menangani
bahaya ancaman yang dapat menimbulkan luka parah atau
kematian yang bersifat segera, sehingga tidak
memungkinkan untuk dilakukan tembakan peringatan.
e. Kenapa tembakan peringatan hanya diperbolehkan dengan
syarat yang sangat ketat dan sangat disarankan untuk tidak
dilakukan, bahkan di negara maju dilarang? Apa saja
berbagai kemungkinan yang ditimbulkan dari tembakan
peringatan?
1) Setiap tembakan peringatan dapat menimbulkan hal-
hal yang tidak diinginkan.
2) Melepaskan tembakan peringatan seringkali hanya
akan membuat pelaku semakin berupaya untuk
melarikan diri.
3) Dalam beberapa situasi, misalnya huru-hara dan
ketidaktertiban sipil skala besar, tembakan peringatan
mungkin hanya akan menimbulkan kebingungan dan
dapat membuat panik massa, yang secara tidak
sengaja akan dapat menimbulkan lebih banyak
luka/cedera atau kerusakan harta benda.
4) Pada dasarnya, tembakan peringatan sangat tidak
dianjurkan, kecuali jika tembakan peringatan tersebut
membawa manfaat dalam upaya penegakan hukum
dan dilepaskan secara sangat berhati-hati dengan
mempertimbangkan semua situasi, sebagaimana
disyaratkan oleh Peraturan Kapolri No. 1 Tahun 2009.

PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN 12


DIKBANGSPES BINTARA FT SABHARA BIDANG SAMAPTA
DIT SAMAPTA POLDA KALIMANTAN BARAT

Rangkuman
1. Penggunaan Kekuatan adalah segala penggunaan/pengerahan
daya, potensi atau kemampuan anggota Polri dalam rangka
melaksanakan tindakan kepolisian berupa mencegah,
menghambat, atau menghentikan tindakan pelaku kejahatan
atau tersangka yang sedang berupaya atau sedang melakukan
tindakan yang bertentangan dengan hukum

2. Eskalasi kekuatan anggota Polri


a. Tingkat kekuatan yang digunakan oleh anggota Polri
ditentukan oleh anggota Polri tersebut pada saat kekuatan
digunakan, berdasarkan tingkat perlawanan/ancaman
pelaku.
b. Jika pelaku meningkatkan tingkat perlawanannya, maka
anggota Polri dapat menaikkan (eskalasi) tingkat kekuatan
yang digunakan untuk mengendalikan pelaku.

3. Deeskalasi kekuatan anggota Polri


Jika pelaku menurunkan atau berhenti melawan, anggota Polri
tersebut harus menurunkan (deeskalasi) tingkat kekuatan yang
digunakannya.

4. Dalam hal pelaksanaan penggunaan kekuatan dalam tindakan


kepolisian yang didasarkan pada perintah atasan/pimpinan,
anggota Polri yang menerima perintah tersebut dibenarkan untuk
tidak melaksanakan perintah, bila perintah atasan/pimpinan
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

5. Dalam hal tindakan pelaku kejahatan atau tersangka dapat


menimbulkan bahaya ancaman luka parah atau kematian
terhadap anggota Polri atau masyarakat atau dapat
membahayakan keselamatan umum dan tidak bersifat segera,
anggota Polri diperbolehkan melepaskan tembakan peringatan

PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN 13


DIKBANGSPES BINTARA FT SABHARA BIDANG SAMAPTA
DIT SAMAPTA POLDA KALIMANTAN BARAT

Soal Latihan
1. Jelaskan pengertian-pengertian yang terkait dengan
penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian!
2. Jelaskan dasar hukum yang mendasari penggunaan kekuatan
dalam tindakan kepolisian!
3. Jelaskan tujuan penggunaan kekuatan dalam tindakan
kepolisian!
4. Jelaskan prinsip-prinsip penggunaan kekuatan dalam tindakan
kepolisian!
5. Jelaskan tahap-tahap penggunaan kekuatan dalam tindakan
kepolisian!
6. Jelaskan eskalasi dan de eskalasi kekuatan anggota Polri!
7. Jelaskan ketentuan pertanggungjawaban penggunaan
kekuatan dalam tindakan kepolisian!
8. Jelaskan ketentuan penggunaan kekuatan/tindakan keras
dengan senjata api!
9. Jelaskan hal-hal yang harus dipertimbangkan sebelum
melakukan tembakan peringatan!

PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN 14


DIKBANGSPES BINTARA FT SABHARA BIDANG SAMAPTA

Anda mungkin juga menyukai