Anda di halaman 1dari 17

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

KEAMANAN DAN
KESELAMATAN TUGAS
MODUL
KEPOLISIAN
10 JP (450 menit)

Pendahuluan

Keberadaan polisi selaku simbol pemeliharaan keamanan dan


ketertiban masyarakat, aparat penegak hukum, perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat harus disikapi
dengan adil, agar ketika melaksanakan tugasnya polisi selaku individu
juga mendapatkan jaminan keselamatan sehingga dapat terhindar dari
ancaman bahaya.
Dalam kaitan tugas tersebut yang meliputi tindakan preemtif,
preventif maupun represif, Polisi dituntut untuk selalu mencoba
menggunakan metode tanpa kekerasan terlebih dahulu dalam setiap
situasi. Polisi dituntut meningkatkan respons mereka secara bertahap,
dan mencoba meminimalisir kerusakan dan cedera sejauh mungkin.
Perbaikan sistem untuk memberikan perlindungan bagi polisi
dalam menjalankan tugas harus didukung oleh sarana dan prasarana
yang memadai. Guna meminimalisasi polisi menjadi korban dalam
menjalankan tugas, setiap polisi harus diberi pelatihan yang intensif
serta dibekali dengan senjata yang memadai agar dapat melindungi
dirinya saat bertugas. Tentu saja pelatihan dasar bagi polisi saat
pendidikan sudah memuat materi perlindungan diri, seiring dengan
meningkatnya modus kejahatan saat ini semakin berkembang.

Standar Kompetensi

Memahami konsep keamanan dan keselamatan petugas.

KEAMANAN DAN KESELAMATAN TUGAS KEPOLISIAN 1


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

KONSEP KEAMANAN DAN


MODUL
01 KESELAMATAN PETUGAS
2 JP (90 Menit)

Pengantar

Dalam modul ini membahas tentang pengertian konsep keamanan


dan keselamatan petugas dalam pelaksanaan tugas baik berupa cara
bertindak (CB) teknis maupun CB taktis.
Tujuan diberikannya materi ini adalah agar peserta didik
memahami secara konsep keamanan dan keselatan petugas dalam
pelaksanaan tugas, guna meminimalisir kesalahan didalam
melaksanakan tugas dilapangan.

Kompetensi Dasar

Memahami konsep keamanan dan keselamatan petugas dalam


pelaksanaan tugas.
Indikator Hasil belajar:
1. Menjelaskan pengertian keamanan dan keselamatan petugas
dalam pelaksanaan tugas.
2. Menjelaskan pengertian yang terkait dengan penggunaan kekuatan
dalam tindakan kepolisian.
3. Menjelaskan tujuan penggunaan kekuatan.
4. Menjelaskan prinsip dalam penggunaan kekuatan.
5. Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
kekuatan.
6. Menjelaskan tahapan dalam penggunaan kekuatan.

KEAMANAN DAN KESELAMATAN TUGAS KEPOLISIAN 2


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Materi Pelajaran

Pokok Bahasan:
Kosep keamanan dan keselamatan petugas.
Subpokok Bahasan:
1. Pengertian keamanan dan keselamatan.
2. Pengertian penggunaan kekuatan.
3. Tujuan penggunaan kekuatan.
4. Prinsip dalam penggunaan kekuatan.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan kekuatan.
6. Tahapan dalam penggunaan kekuatan.

Metode Pembelajaran

1. Metode Ceramah.
Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang
Konsep keamanan dan keselamatan Petugas.
2. Metode Brainstorming (curah pendapat).
Metode ini digunakan untuk meng-eksplore pendapat peserta
didik tentang pemahaman awal materi yang akan dibahas.
3. Metode Tanya jawab.
Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materi yang
disampaikan.
4. Metode Diskusi.
Metode ini digunakan untuk mendiskusikan terkait materi tentang
materi yang disampaikan.
5. Metode Penugasan.
Metode ini digunakan untuk menemukan metode latihan dalam
menggunakan kekuatan.

Alat / Media, Bahan, dan Sumber

KEAMANAN DAN KESELAMATAN TUGAS KEPOLISIAN 3


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1. Alat/media:
a. Panaboard.
b. Laptop.
c. Proyektor.
d. Papan Flipchart.
2. Bahan:
a. Kertas Flipchart.
b. Alat tulis.
3. Sumber belajar:
a. Kode Etik PBB Petugas Penegak Hukum dan Penggunaan
Kekuatan. Ketrampilan Keselamatan Polri. Keterampilan
Keselamatan (Pedoman Instruktur). ICITAP & POLRI.
b. Marfuatul Latifah. (2017). Jaminan Keselamatan Bagi Polisi
Dalam Menjalankan Tugas (Pusat Penelitian, Badan Keahlian
DPR RI). Jakarta: Majalah Info Hukum.

c. Prosedur Tetap Kepolisian Negara Republik Indonesia


(Protap/I/2010). Penaggulangan Anarki. Jakarta: Mabes Polri.

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap Awal: 10 menit.


a. Ketua kelas laporan tentang kesiapan peserta didik untuk
menerima pelajaran.
b. Pendidik memperkenalkan diri.
c. Pendidik melakukan pencairan suasana kelas agar tercipta
hubungan timbal balik.
d. Pendidik menyampaikan kompetensi dan indikator hasil
belajar
2. Tahap Inti : 70 menit
a. Pendidik menyampaikan materi konsep keamanan dan
keselamatan petugas.
b. Peserta didik memperhatikan, mencatat hal-hal penting,
bertanya jika ada materi yang belum dimengerti/dipahami.
c. Pendidik menugaskan kepada peserta didik untuk membuat
resume materi yang telah disampaikan.
d. Peserta didik merespon secara aktif proses pembelajaran.

KEAMANAN DAN KESELAMATAN TUGAS KEPOLISIAN 4


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

e. Pendidik mengambil kesimpulan dari hasil belajar.

3. Tahap Akhir : 10 menit.


a. Penguatan materi.
Pendidik memberikan ulasan secara umum terkait dengan
proses pembelajaran.
b. Pengecekan penguasaan materi.
Pendidik mengecek penguasaan materi dengan cara
bertanya secara lisan dan acak kepada peserta didik.
c. Learning Point.
Pendidik merumuskan dan menyimpulkan materi
pembelajaran yang telah disampaikan.

Tagihan/tugas
Peserta didik mengumpulkan hasil rangkuman materi yang telah
disampaikan pendidik kepada pendidik melalui ketua kelas.

Lembar Kegiatan
--------------.

Bahan Bacaan

KEAMANAN DAN KESELAMATAN TUGAS KEPOLISIAN 5


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

KONSEPSI KEAMANAN DAN KESELAMATAN PETUGAS

Keamanan berasal dari kata pokok ”aman” yang berarti : bebas,


terlindung dari bahaya, selamat, tidak membahayakan, yakin, dapat
dipercaya, dapat diandalkan. Sedangkan ”keamanan memiliki arti
“suasana aman” ketenteraman, ketenangan (Peter Salim, 2002).
Dalam literatur kepolisian, pengertian keamanan secara
umum adalah keadaan atau kondisi bebas dari gangguan fisik
maupun Pshikis terlindunginya keselamatan jiwa dan
terjaminnya_harta benda dari segala macam ancaman gangguan dan
bahaya” (Awaloedin Djamin, 2004). Sudah barang tentu pemahaman
ini berbeda dengan pengertian keamanan (security) pada awalnya,
karena pengertian ini lebih mengacu pada pengertian “keamanan dan
ketertiban masyarakat” yang kita biasa gunakan atau juga
disebut keamanan umum (publik security).dalam ini istilah lama
seperti publik order atau law and order telah mengalami perluasan,
di mana order tidak hanya menyangkut ketertiban seperti digunakan
oleh bahasa kita sehari-hari, akan tetapi sudah menyangkut keamanan
1. Pengertian Keamanan Dan Keselamatan Menurut Para Ahli.
a. Buzan dan Hansen menyatakan bahwa keamanan
merupakan upaya untuk mengamankan sesuatu: apakah itu
negara, individu, kelompok etnik, lingkungan hidup atau
bahkan keberlangsungan planet bumi itu sendiri.
b. Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah
kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan
dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang
kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan,
dan kondisi pekerja.
Keamanan dan keselamatan merupakan istilah yang sering
digunakan dalam kaitan seseorang melaksanakan suatu aktifitas.
Keamanan adalah keadaan bebas dari bahaya atau merupakan
suatu usaha untuk menghindari timbulnnya atau adanya
ancaman. Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang
terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan.
Dari pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan keamanan
dan keselamatan petugas adalah suatu upaya agar petugas
dapat terhindat dari bahaya atau ancaman baik yang di sengaja
maupun tidak disengaja dalam melaksanakan tugas.
2. Pengertian- Pengertian Yang Terkait Penggunaan Kekuatan
Dalam Tindakan Kepolisian.
a. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya
disingkat Polri adalah alat negara yang berperan dalam
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan

KEAMANAN DAN KESELAMATAN TUGAS KEPOLISIAN 6


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam


rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.
b. Tindakan Kepolisian adalah upaya paksa dan/atau tindakan
lain yang dilakukan secara bertanggung jawab menurut
hukum yang berlaku untuk mencegah, menghambat, atau
menghentikan tindakan pelaku kejahatan yang mengancam
keselamatan atau membahayakan jiwa raga, harta benda
atau kehormatan kesusilaan guna mewujudkan tertib dan
tegaknya hukum serta terbinanya ketenteraman
masyarakat.
c. Penggunaan Kekuatan adalah segala penggunaan/
pengerahan daya, potensi; atau kemampuan anggota Polri
dalam rangka melaksanakan tindakan kepolisian.
d. Mempertahankan diri dan/atau masyarakat adalah tindakan
yang diambil oleh anggota Polri untuk melindungi diri sendiri
atau masyarakat, atau harta benda atau kesusilaan dari
bahaya yang mengancam secara langsung.
e. Tindakan pasif adalah tindakan seseorang atau sekelompok
orang yang tidak mencoba menyerang, tetapi tindakan
mereka mengganggu atau dapat mengganggu ketertiban
masyarakat atau keselamatan masyarakat, dan tidak
mengindahkan perintah anggota Polri untuk menghentikan
pelaku tersebut. Contoh dari tindakan pasif adalah dengan
duduk-duduk, saat diangkat oleh petugas malah
melemaskan atau memberatkan badan, berdiri atau duduk
dengan saling mengaitkan tangan/lengan dengan orang lain
untuk menutupi jalan juga dapat disebut sebagai tindakan
pasif.
f. Tindakan aktif adalah tindakan seseorang atau sekelompok
orang untuk melepaskan diri atau melarikan diri dari anggota
Polri tanpa menunjukkan upaya menyerang anggota Polri.
Biasanya dengan manarik diri atau mendorong petugas.
g. Tindakan agresif adalah tindakan seseorang atau
sekelompok orang untuk menyerang anggota Polri,
masyarakat, harta benda atau kehormatan kesusilaan.
h. Respon adalah kekuatan yang digunakan oleh anggota Polri
untuk mempengaruhi atau menetralisir tindakan-tindakan
fisik yang melanggar hukum yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang, atau sebuah tindakan yang
dilakukan oleh seorang anggota Polri untuk mengendalikan
suatu situasi.

i. mengenai gerakan pasukan ada dalam aturan yang lain,


misalnya dalam Protap/Perkap PHH dan Anti Anarkis.

KEAMANAN DAN KESELAMATAN TUGAS KEPOLISIAN 7


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Tujuan Penggunaan Kekuatan Dalam Tindakan Kepolisian.


Istilah “Kekuatan” yang dimaksud dalam Perkap 1/ 2009 ini
adalah kekuatan individu atau sekelompok anggota Polri yang
berbeda dengan aturan gerakan pasukan. Tujuan penggunaan
kekuatan dalam tindakan kepolisian adalah:
a. Mencegah, menghambat, atau menghentikan tindakan
pelaku kejahatan atau tersangka yang sedang berupaya
atau sedang melakukan tindakan yang bertentangan
dengan hukum.
b. Mencegah pelaku kejahatan atau tersangka melarikan diri
atau melakukan tindakan yang membahayakan anggota
Polri atau masyarakat.
c. Melindungi diri atau masyarakat dari ancaman perbuatan
atau perbuatan pelaku kejahatan atau tersangka yang dapat
menimbulkan luka parah atau mematikan.
d. Melindungi kehormatan kesusilaan atau harta benda diri
sendiri atau masyarakat dari serangan yang melawan hak
dan/atau mengancam jiwa manusia.
4. Prinsip-Prinsip Penggunaan Kekuatan Dalam Tindakan
Kepolisian.
Prinsip-prinsip penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian
meliputi.
a. Legalitas, yang berarti bahwa semua tindakan kepolisian
harus sesuai dengan hukum yang berlaku. Artinya bahwa
penggunaan prinsip legalitas dalam tindakan kepolisian
ditujukan untuk mencapai tujuan penegakan hukum yang
sah.
b. Nesesitas, yang berarti bahwa penggunaan kekuatan dapat
dilakukan bila memang diperlukan dan tidak dapat
dihindarkan berdasarkan situasi yang dihadapi.
Penggunaan prinsip nesesitas dapat diterapkan dalam
kondisi:
1) Memang diperlukan dan tidak dapat dihindarkan
berdasarkan situasi yang dihadapi.
2) Satu tingkatan kekuatan tertentu digunakan ketika
semua cara kendali yang lebih rendah dianggap tidak
akan berhasil atau telah dicoba.
c. Proporsionalitas, yang berarti bahwa penggunaan kekuatan
harus dilaksanakan secara seimbang antara ancaman yang
dihadapi dan tingkat kekuatan atau respon anggota Polri,
sehingga tidak menimbulkan kerugian/korban/penderitaan
yang berlebihan. Keseimbangan tidaklah berarti bahwa
ketika lawan menggunakan tangan kosong, maka polisi
harus menggunakan tangan kosong juga. Polisi bisa saja

KEAMANAN DAN KESELAMATAN TUGAS KEPOLISIAN 8


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

menggunakan tongkat untuk menangani ancaman tangan


kosong. Yang dilihat keseimbangannya adalah antara
ancaman dengan respon polisi, bukan jenis senjata yang
digunakan.
d. Kewajiban umum, yang berarti bahwa anggota Polri diberi
kewenangan untuk bertindak atau tidak bertindak menurut
penilaian sendiri, untuk menjaga, memelihara ketertiban dan
menjamin keselamatan umum.
e. Preventif, yang berarti bahwa tindakan kepolisian
mengutamakan pencegahan.
f. Masuk akal (reasonable), yang berarti bahwa tindakan
kepolisian diambil dengan mempertimbangkan secara logis
situasi dan kondisi dari ancaman atau perlawanan pelaku
kejahatan terhadap petugas atau bahayanya terhadap
masyarakat. Penggunaan prinsip masuk akal (reasonable)
dapat diterapkan dengan mempertimbangkan jumlah
kekuatan dengan tingkat ancaman yang dihadapi dan
dilaksanakan dengan hati-hati.
5. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penggunaan
Kekuatan.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam Penggunaan
Kekuatan adalah memilih tingkat kekuatan yang sesuai, dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Petugas harus selalu menentukan dengan cepat tingkat
kekuatan seperti apa yang sesuai dengan situasi tertentu.
Pada bagian ini kita akan melihat berbagai hal yang harus
diingat dan dipertimbangkan serta Model Penggunaan
Kekuatan yang akan mempermudah proses penentuan jenis
kekuatan yang sesuai. Dalam kejadian penggunaan
kekuatan, urutan prioritas yang harus dijaga
keselamatannya adalah:
1) Korban dan orang lain yang tidak bersalah.
2) Diri petugas sendiri.
3) Pelaku tindak kejahatan.
Jadi, prioritas pertama adalah si korban tindak kejahatan
dan orang lain yang tak bersalah; Kedua adalah diri petugas
sendiri dan ketiga atau terakhir adalah si pelaku tindak
kejahatan tersebut.
b. Kekuatan digunakan untuk memastikan tersangka mematuhi
hukum dan Mengatasi atau menghentikan tindakan
tersangka. Seorang anggota polisi tidak pernah
menggunakan kekuatan dengan tujuan untuk menyakiti atau
membunuh, apalagi untuk membalas rasa sakit hati atau

KEAMANAN DAN KESELAMATAN TUGAS KEPOLISIAN 9


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dendam.
c. Seorang anggota polisi akan melihat tindakan tersangka dan
situasi-situasi lainnya sebagai dasar untuk merespon
dengan jumlah dan tingkat kekuatan yang beralasan dan
masuk akal. Situasi keseluruhan mencakup:
1) Sifat dari pelanggaran yang dilakukan tersangka.
2) Tindakan-tindakan pihak ketiga.
3) Perbandingan kemampuan tersangka dengan
petugas.
4) Kemungkinan atau ketersediaan kekuatan/tindakan
alternatif.
Untuk menentukan tingkat kekuatan yang diperlukan, selain
tindakan tersangka, situasi keseluruhan yang perlu
dipertimbangkan mencakup: sifat dari pelanggaran atau
kejahatan yang dilakukan tersangka, informasi tentang
tersangka, seperti jenis senjata yang dimiliki, penganiayaan
yang telah dilakukan, dan lain-lainnya, yang dapat
digunakan oleh petugas untuk menangani tersangka.
Hal lainnya seperti tindakan pihak ketiga serta keterbatasan
fisik petugas (misalnya perbandingan relatif ukuran tubuh
petugas dibandingkan tersangka, umur, jenis kelamin, dan
lain-lain) juga mesti dipertimbangkan. Seorang anggota
polisi laki-laki dengan tubuh yang besar mungkin akan
menggunakan jenis kendali berbeda dibanding dengan
seorang anggota polisi wanita bertubuh rata-rata ketika
menangani tersangka yang sama; Dalam suatu situasi,
seorang Polki mungkin menggunakan kendali tangan
kosong keras, tetapi seorang Polwan, mengetahui
keterbatasan fisik yang dimilikinya, mungkin akan
menggunakan semprotan OC dalam situasi tersebut.
d. Respon harus profesional dan didasarkan pada persepsi
yang beralasan dan masuk akal terhadap tindakan
tersangka dan situasi-situasi lainnya. Perasaan marah tidak
boleh dilibatkan dalam proses menentukan jenis respon
yang diperlukan. Respon harus profesional berdasarkan
penilaian yang masuk akal.
e. Petugas dapat menggunakan kekuatan apa saja yang
diperlukan, beralasan serta masuk akal dalam suatu situasi
untuk melindungi dirinya sendiri atau orang lain yang tidak
bersalah dari luka/cedera fisik yang akan segera terjadi.
f. Petugas disarankan menggunakan semua tingkatan yang
lebih rendah sebelum menggunakan pilihan yang lebih
tinggi, kecuali ketika tingkat kekuatan yang lebih tinggi
tersebut memang diperlukan untuk mencegah timbulnya

KEAMANAN DAN KESELAMATAN TUGAS KEPOLISIAN 10


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

korban luka/cedera fisik.


g. Kekuatan TIDAK BOLEH berlebihan dari yang diperlukan
untuk mencapai tujuan hukum yang sah dan harus berhenti
ketika perlawanan tersangka berhenti.
h. Petugas dibenarkan menggunakan kekuatan yang sesuai
dengan peraturan untuk, antara lain:
1) Menjaga kedamaian/ketentraman.
2) Mencegah kejahatan, bunuh diri, atau luka yang
disebabkan diri sendiri.
3) Melakukan penangkapan tersangka yang melawan.
4) Melakukan penggeledahan dan penyitaan.
5) Mencegah orang yang telah berada dalam tahanan
agar tidak melarikan diri.
6) Bertindak untuk membela diri.
7) Melindungi anggota masyarakat dari kekerasan yang
melanggar hukum terhadap orang atau harta.
6. Tahapan-Tahapan Penggunaan Kekuatan Dalam Tindakan
Kepolisian.
Tahapan penggunaan kekuatan terbagi menjadi:
a. Tahap 1.
Kekuatan yang memiliki dampak deterrent/ pencegahan.
b. Tahap 2.
Perintah lisan.
c. Tahap 3.
Kendali tangan kosong lunak.
d. Tahap 4.
Kendali tangan kosong keras.
e. Tahap 5.
Kendali senjata tumpul, senjata kimia antara lain gas air
mata, semprotan cabe (OC Spray) atau alat lain sesuai
standar Polri.
f. Tahap 6.
Kendali dengan menggunakan senjata api atau alat lain
yang menghentikan tindakan atau perilaku pelaku kejahatan
atau tersangka yang dapat menyebabkan luka parah atau
kematian anggota Polri atau anggota masyarakat.

Pelaksanaanaan tahapan penggunaan kekuatan dalam tindakan

KEAMANAN DAN KESELAMATAN TUGAS KEPOLISIAN 11


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kepolisian:
a. Tingkat 1 (satu)
Pada respon tingkat satu, yang dilakukan oleh anggota Polri
hanya ditujukan untuk pencegahan/deterrent. Tindakan
yang dilakukan oleh anggota Polri tidak memiliki potensi
menimbulkan cedera/luka fisik. Tingkat kekuatan ini
diterapkan dengan bentuk:
a) Kehadiran anggota Polri, yang dapat diketahui melalui:
b) Seragam Polisi atau rompi atau jaket bertuliskan
“POLISI”.
c) Kendaraan bertanda POLRI.
d) Lencana kewenangan Polri atau.
e) Identifikasi lisan dengan meneriakkan kata “POLISI”.
1) Kehadiran polisi dapat berupa patroli rutin,
operasi khusus, atau dengan menunjukkan
peralatan kepolisian.
2) Dalam banyak situasi, kehadiran polisi saja telah
membuat calon pelaku kejahatan mengurungkan
niatnya.
3) Supaya kehadiran anggota Polri memiliki efek
semacam itu, dia harus memiliki hubungan yang
baik dengan masyarakat.
4) Jika masyarakat melihat anggota Polri sebagai
pelindung masyarakat yang profesional dan adil,
kehadiran polisi berseragam saja biasanya sudah
dapat menciptakan suasana yang tenang dan
patuh hukum.
b. Tingkat 2 (dua)
Pada respon tingkat dua yang dilakukan anggota Polri
adalah tindakan yang tidak ada potensi luka/cedera fisik.
Kekuatan ini berupa ”Perintah/Komunikasi Lisan”.
Kebanyakan situasi dapat diselesaikan melalui
keterampilan-keterampilan komunikasi atau arahan lisan
yang efektif. Hal-hal berikut sangat penting untuk diingat
terkait dengan perintah lisan:
1) Dalam konfrontasi lisan, rasa takut dan amarah harus
diredam terlebih dahulu sebelum orang tersebut dapat
memahami perintah anggota Polri.
2) Perintah lisan menuntut adanya keterampilan
komunikasi efektif dan kesabaran. Sikap yang
profesional dan percaya diri dalam menggunakan
perintah lisan membuat pengendalian situasi menjadi

KEAMANAN DAN KESELAMATAN TUGAS KEPOLISIAN 12


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

jauh lebih mudah.


3) Pada setiap tahapan penggunaan kekuatan yang
dilakukan dapat diikuti dengan komunikasi
lisan/ucapan dengan cara membujuk, memperingatkan
dan memerintahkan untuk menghentikan tindakan
pelaku kejahatan/ tersangka (Bab II, Pasal 7, ayat (1)).
Keuntungan memberikan perintah lisan adalah:
1) Pemahaman Publik dan Profesionalisme.
Masyarakat yang menyaksikan kejadian tersebut akan
mengerti bahwa anggota Polri sedang melaksanakan
tugas, tidak sedang melakukan penganiayaan, dan
melihat bahwa Anggota Polri melaksanakan tugasnya
secara professional.
2) Tersangka mengerti apa yang kita inginkan darinya.
Begitu anggota Polri menentukan bahwa dia harus
menggunakan kekuatan fisik, tingkat kekuatan yang
digunakan tergantung pada persepsi anggota Polri
bersangkutan atas perlawanan dan bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh perlawanan tersebut. Seseorang
harus menentukan apakah perlawanan tersebut
membuat dirinya atau orang lain mengalami luka fisik
atau kematian. Persepsi masing-masing anggota Polri
atas bahaya yang dapat ditimbulkan oleh suatu tingkat
perlawanan didasarkan pada pelatihan yang telah
diterimanya, pengalaman, dan pengetahuan teknik-
teknik kendali fisik yang dikuasainya.
c. Tingkat 3 (tiga).
Pada respon tingkat tiga yang dilakukan anggota Polri
adalah penggunaan kendali tangan kosong lunak yang
berdampak sangat kecil kemungkinannya menimbulkan
luka/cedera fisik. Banyak teknik kendali yang dapat
digolongkan sebagai Kendali Tangan Kosong Lunak. Teknik
tangan kosong lunak biasanya menggunakan telapak
tangan yang terbuka. Sebagian teknik ini bisa berupa
sesuatu yang ringan seperti gerakan-gerakan untuk
membimbing orang dengan baik hingga teknik-teknik yang
lebih dinamis, seperti teknik kuncian “Clamp”. Teknik
kendali tangan kosong lunak dapat dimanfaatkan untuk
tingkat perlawanan lainnya. Di tingkat ini, potensi terjadinya
cedera/luka fisik kecil.
Teknik-teknik tangan kosong lunak terdiri dari:
1) Kendali-kendali persendian/kuncian.
2) Teknik-teknik pengawalan.

KEAMANAN DAN KESELAMATAN TUGAS KEPOLISIAN 13


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d. Tingkat 4 (empat).
Pada respon tingkat empat yang dilakukan anggota Polri
adalah penggunaan kendali tangan kosong keras yang
kemungkinannya dapat menimbulkan luka atau cedera fisik.
Tingkat ini digunakan untuk tingkat perlawanan yang lebih
tinggi, seperti perlawanan aktif atau agresif. Kendali tangan
kosong keras digunakan ketika bentuk-bentuk kendali yang
lebih rendah telah gagal atau tidak dapat diterapkan karena
tingkat perlawa-nan pelaku dianggap berada pada tingkat
yang berbahaya. Penggunaan teknik-teknik ini mungkin
menyebabkan luka ringan, tetapi luka ringan ini jauh lebih
baik daripada luka yang mungkin dapat ditimbulkan jika
kekuatan yang lebih tinggi digunakan.
Kekuatan tangan kosong keras terdiri dari teknik-teknik
pukulan yang dapat dilakukan dengan menggunakan
kepalan tangan, lengan bawah, tungkai kaki atau kaki. Titik-
titik sasaran yang disarankan adalah bagian tubuh yang
memiliki banyak massa otot, seperti tungkai kaki, lengan,
dan pundak. Jika dilakukan dengan benar, pukulan-pukulan
ini akan menimbulkan gelombang kejut alir (keram otot),
sehingga menghambat tindakan/aksi otot. Terkadang
mungkin perlu memukul bagian-bagian yang memiliki resiko
cedera lebih besar, seperti sendi-sendi atau bagian tulang.
e. Tingkat 5 (lima).
Pada respon tingkat lima yang dilakukan anggota Polri
adalah penggunaan kendali senjata tumpul dan senjata
kimia yang berupa gas air mata, semprotan cabe dan alat
lain sesuai standar Polri. Senjata-senjata tersebut dikenal
sebagai senjata tingkat menengah (intermediate weapons)
yang tinggi kemungkinannya menyebabkan luka/cedera
fisik. Kekuatan tingkat lima dapat mencakup alat kendali apa
saja yang telah diijinkan oleh Polri atau alat untuk menahan,
yang diharapkan tidak akan mengakibatkan kematian jika
digunakan secara benar oleh anggota Polri. Penggunaan
kekuatan kendali senjata tumpul dapat dibenarkan ketika
anggota Polri bersangkutan meyakini bahwa dia tidak akan
dapat mengendalikan situasi/mengatasi perlawanan tanpa
menggunakan senjata tingkat menengah tersebut.
Anggota Polri diberi kewenangan secara hukum membawa
dan menggunakan tongkat T atau tongkat kepolisian lainnya
sebagai senjata untuk memukul dengan ketentuan:
1) Anggota Polri tersebut telah mendapatkan pelatihan
dan sertifikasi penggunaan tongkat kepolisian.
2) Senjata menengah yang digunakan dalam konfrontasi
yang melibatkan kekerasan fisik dimana tingkat

KEAMANAN DAN KESELAMATAN TUGAS KEPOLISIAN 14


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kekuatan yang lebih tinggi tidak diperlukan atau tidak


sesuai, dan tingkat kekuatan yang lebih rendah tidak
sesuai dan tidak efektif.
3) Tongkat polisi tidak boleh digunakan untuk memukul
seseorang yang telah dapat dikendalikan.
Pada situasi dimana tongkat kepolisian tidak tersedia,
anggota Polri dapat menggunakan tongkat lain, dengan
ketentuan bahwa penggunaan tongkat lain tersebut tidak
melebihi dari kekuatan yang diperlukan dan penggunaan
kekuatan yang lebih rendah tidak sesuai dan tidak efektif
untuk menangani ancaman yang ditunjukkan tersangka.
f. Tingkat 6 (enam)
Pada respon tingkat enam yang dilakukan anggota Polri
adalah penggunaan kendali senjata api atau alat lain yang
menghentikan tindakan atau perilaku pelaku kejahatan atau
tersangka yang dapat menyebabkan luka parah atau
kematian anggota Polri atau anggota masyarakat. Sehingga
besar kemungkinannya menimbulkan luka/cedera fisik
parah, atau bahkan kematian.
Tingkat kekuatan yang digunakan pada respon tingkat enam
diterapkan ketika (Bab II, Pasal 8, ayat (1)):
1) Tindakan pelaku kejahatan atau tersangka dapat
secara segera menimbulkan luka parah atau kematian
bagi anggota Polri atau masyarakat.
2) Anggota Polri tidak memiliki alternatif lain yang
beralasan dan masuk akal untuk menghentikan
tindakan/perbuatan pelaku kejahatan atau tersangka
tersebut.
3) Anggota Polri sedang mencegah larinya pelaku
kejahatan atau tersangka yang merupakan ancaman
segera terhadap jiwa anggota Polri atau masyarakat.
4) Penggunaan kekuatan kendali senjata api atau alat
lain HANYA dibenarkan ketika kekuatan tersebut
merupakan SATU-SATUNYA pilihan yang tersedia
bagi anggota Polri, dan kekuatan tersebut secara
beralasan dan masuk akal memiliki kemungkinan
untuk “menghentikan” tindakan pelaku kejahatan yang
menunjukkan ancaman segera luka parah atau
kematian.
Tindakan tersangka yang dapat dimasukkan sebagai contoh
tindakan yang dapat secara segera menyebabkan luka
parah atau kematian antara lain:
1) Melepaskan tembakan ke seseorang atau di tempat

KEAMANAN DAN KESELAMATAN TUGAS KEPOLISIAN 15


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

yang padat.
2) Secara sengaja menabrakkan mobil ke seseorang.
3) Menusuk seseorang dengan pisau.
4) Melakukan tindakan yang membahayakan kehormatan
(perkosaan), atau bahkan secara sengaja mendorong
seseorang ke jalur bus yang tengah lewat.
5) Beberapa contoh lain adalah tindakan membakar
stasiun pompa bensin atau meledakkan gudang
senjata.
Maksud penggunaan kekuatan tingkat enam oleh anggota
Polri ini tidaklah untuk membunuh, tetapi digunakan sebagai
satu-satunya cara yang masuk akal untuk
“MENGHENTIKAN ANCAMAN” yang secara segera dapat
menimbulkan luka parah atau kematian, yang ditunjukkan
oleh pelaku kejahatan. Kekuatan ini tidak terbatas hanya
pada penggunaan senjata api, tetapi tindakan apa saja yang
diambil oleh anggota Polri yang, secara masuk akal, akan
dapat menghentikan tindakan tersangka yang dapat
menyebabkan luka parah atau kematian bagi anggota Polri
atau anggota masyarakat.

Rangkuman

1. Keamanan dan keselamatan petugas adalah suatu upaya agar


petugas dapat terhindat dari bahaya atau ancaman baik yang di
sengaja maupun tidak disengaja dalam melaksanakan tugas.
2. Tujuan penggunaan kekuatan adalah untuk mencegah,
menghambat, atau menghentikan tindakan pelaku kejahatan atau
tersangka yang sedang berupaya atau sedang melakukan
tindakan yang bertentangan dengan hukum, mencegah pelaku
kejahatan atau tersangka melarikan diri atau melakukan tindakan
yang membahayakan anggota Polri atau masyarakat, melindungi
diri atau masyarakat dari ancaman perbuatan atau perbuatan
pelaku kejahatan atau tersangka yang dapat menimbulkan luka
parah atau mematikan, melindungi kehormatan kesusilaan atau
harta benda diri sendiri atau masyarakat dari serangan yang
melawan hak dan/atau mengancam jiwa manusia
3. Prinsip penggunaan kekuatan meliputi:legalitas, nesesitas,
proporsionalitas, kewajiban umum, preventif, masuk akal
(rasionable).
4. Tahapan penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian:
kekuatan yang memiliki dampak deterrent/ pencegahan, perintah
lisan, kendali tangan kosong/ lunak, kendali tangan kosong keras,

KEAMANAN DAN KESELAMATAN TUGAS KEPOLISIAN 16


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kendali senjata tumpul dan kendali senjata api.

Latihan
1. Jelaskan pengertian-pengertian yang berhubungan dengan
keamanan dan keselamatan petugas dalam pelaksanaan tugas !
2. Jelaskan pengertian yang terkait dengan penggunaan kekuatan
dalam tindakan kepolisian !
3. Jelaskan tujuan penggunaan kekuatan !
4. Jelaskan prinsip-prinsip dalam penggunaan kekuatan !
5. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
kekuatan !
6. Jelaskan tahapan dalam penggunaan kekuatan !

KEAMANAN DAN KESELAMATAN TUGAS KEPOLISIAN 17


SEKOLAH INSPEKTUR POLISI

Anda mungkin juga menyukai