Anda di halaman 1dari 5

NAMA : RISTIAN DEWI JUDA

NIM : 020319685

TUGAS KMB PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS 12 SYARAF

Nervus Olfaktorius (N. I)


Nervus Olfaktorius merupakan saraf sensorik yang terdepat di hidung. Lokasi Saraf ini lebih
tepatnya yaitu pada membran mukosa di bagian atas membran hidung (diatas konka nasalis
superior). Fungsi dari nervus olfaktorius yaitu sebagai penciuman. Aroma berbagai benda seperti
bunga ataupun masakan akan dihantarkan ke otak sehingga kita dapat mengetahui aroma apa yang
di cium. Beberapa orang dapat mengalami gangguan penciuman yang sering disebut sebagai
anosmia atau hiposmia. pemeriksaan nervus Olfaktorius dapat dilakukan dengan menutup mata, lalu
mencium berbagai aroma, pemeriksaan dilakukan dengan menutup salah satu lubang hidung dan
dilakukan secara bergantian.

1.Normosmia: kemampuan menghidu normal, tidak terganggu.

2. Hiposmia: kemampuan menghidu menurun, berkurang.

3. Hiperosmia: meningkatnya kemampuan menghidu, dapat dijumpai pada penderita hiperemesis


gravidarum atau pada migren.

4. Parosmia: tidak dapat mengenali bau-bauan, salah hidu.

5. Kakosmia: persepsi adanya bau busuk, padahal tidak ada.

6. Halusinasi penciuman: biasanya berbentuk bau yang tidak sedap, dapat dijumpai pada serangan
epilepsi yang berasal dari girus unsinat pada lobus temporal, dan sering disertai gerak mengecap-
ngecap (epilepsi jenis parsial kompleks).

Nervus Optikus (N II)


Seperti namanya Optik, Nervus ini berhubungan dengan mata kita. Panjang Nervus Optikus
ini kurang lebih 4 cm. Nervus ini juga bersifat sensorik yaitu menyampaikan atau membawa
rangsangan penglihatan ke otak.

Pemeriksaan Nervus Optikus biasanya dilakukan dengan menggunakan visus. Dimana


seseorang akan disuruh untuk melihat huruf yang di tunjuk dalam jarak 6 meter. Seseorang yang
penglihatannya normal, nilai visusnya adalah 6/6.

Kelumpuhan nervus III dapat menyebabkan terjadinya ptosis, yaitu kelopak mata terjatuh,
mata tertutup, dan 11 tidak dapat dibuka. Hal ini disebabkan oleh kelumpuhan m. Levator
palpebrae. Kelumpuhan m. Levator palpebra yang total mudah diketahui, karena kelopak mata sama
sekali tidak dapat diangkat, mata tertutup. Pada kelumpuhan ringan pemeriksa dapat
membandingkan celah mata; pada sisi yang lumpuh celah mata lebih kecil dan kadang-kadang kita
lihat dahi dikerutkan (m. Frontalis) untuk mengkompensasi menurunnya kelopak mata. Pemeriksa
juga dapat menilai kekuatan m.levator palpebrae dengan meminta klien menutup mata, kemudian
disuruh untuk membukanya. Waktu klien membuka mata, pemeriksa menahan gerakan ini dengan
jalan memegang (menekan enteng) pada kelopak mata. Dengan demikian dapat dinilai kekuatan
mengangkat kelopak mata (m. Levator palpebrae). Pada pemeriksaan ini, untuk meniadakan tenaga
kompensasi dari m. Frontalis perlu diberi tekanan pada alis mata dengan tangan satu lagi.
5INTERPRETASI: Ptosis dapat dikumpai pada miastenia gravis atau pada sindrom Horner.

Nervus Okulomotorius (N III)


Nervus Okulomotorius juga merupakan jenis saraf yang mempersarafi  organ mata. Namun
nervus ini bersifat motorik, motorik merupakan suatu impuls yang disampaikan dari otak sehingga
organ atau jaringan tertentu dapat bergerak. Pergerakan yang ditimbulkan dari nervus ini dapat kita
lihat pada bola mata kita yang bergerak.

Pergerakan bola mata biasanya keatas atau ke sisi mata. Selain itu nervus ini berfungsi dalam
pergerakan kelopak mata kita.

Otot polos yang mengecilkan pupil (pupilokostriktor) disarafi oleh serabut parasimpatis dari
nervus III, sedangkan otot yang melebarkan pupil (pupilodilator) disarafi oleh serabut simpatis
(torakolumbal) Bila pupil mengecil disebut miosis. Bila membesar (melebar) disebut midriasis. Miosis
dapat dijumpai pada waktu tidur, pada tingkat tertentu dari koma, pada iritasi nervus III dan pada
kelumpuhan saraf simpatis (sindrom Horner). Midriasis dapat dijumpai pada kelumpuhan nervus III,
12 misalnya oleh desakan tumor atau hematom dan pada fraktur dasar tulang tengkorak. Obat-
obatan seperti homatropin (yang diteteskan ke mata) dan ekstrak beladona dapat menyebabkan
midriasis. Besarnya pupil dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama intensitas cahaya. Di dalam gelap
pupil lebih lebar dibanding dalam keadaan terang-benderang. Bila pada trauma kapitis didiapatkan
midriasis pada satu mata (jadi ada anisokori) dan hemiparesis pada sisi kontralateral, maka
kemungkinan perdarahan epidural

Nervus Troklearis (N. IV)


Selain Nervus Okulomotorius dan Nervus Optikus, Nervus Troklearis juga bermanfaat bagi
mata. Nervus troklearis ini bersifat motorik, jadi menghantarkan perintah dari otak. Pergerakan yang
dapat dilakukan oleh saraf ini yaitu memutar mata dan menggerakan bola mata.

Pemeriksaan nervus troklearis dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan nervus


okulomotoris, yaitu dengan menyuruh orang yang akan diperiksa untuk melihat tangan kita. Lalu kita
gerakan tangan kita keatas dan kesamping.

Nervus Trigeminus (V)


Seperti namanya “tri”, saraf ini terbagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu nervus optalmikus,
nervus maksilaris, dan nervus mandibularis. Serabut-serabut saraf ini banyak menjalar ke kuliit
kepala, muka, mulut, gigi, rongga hidung, sinus paranasalis, dan serabut otot mengunyah. Refleks
akomodasi dianggap positif bila terlihat pupil mengecil. Pada kelumpuhan nervus III refleks ini
negatif.
nervus Optalmikus, merupakan saraf yang berfungsi untuk mempersarafi kulit kepala area
depan, selapatu lendir di kelopak mata, kelopak mata atas, dan bola mata. Untuk melakukan
pemeriksaan pada saraf ini yaitu dapat menggunakan kapas.

Suruh seseorang yang diperiksa untuk melihat ke atas, lalu usapkan kapas pada bola mata.
Orang yang memiliki saraf normal, akan sepontan menutup kelopak mata. Jangan lupa gunakan
kapas yang bersih, dan jangan terlalu keras ketika mengusapnya.Selain itu, untuk memeriksa
persarafan yang ada di kulit wajah, dapat menggunakan kapas dan benda kasar (seperti paku). Suruh
seseorang yang akan diperiksa untuk menutup mata, lalu usapkan benda tadi pada area wajah,
minta ia untuk menyebutkan benda yang barusan di usapkan.

Nervus maksilaris, merupakan nervus trigeminus yang mempesarafi gigi bagian atas, batang
hidung, palatum, bibir bagian atas, dan maksilaris. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada nervus
ini yaitu dengan menyuruhnya untuk membuka mulut, dan merapatkan gigi atas dengan gigi bagian
bawah.

nervus mandibularis, nervus ini memiliki saraf sensoris dan motorik. Nervus mandibularis
mempersarafi otot pengunyah, gigi bagian bawah, kulit temporalis bagian bawah, serta dagu.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu dengan menyruh untuk mengunyah (pemeriksa harus
melihat apakah ia tampak mnegunyah atau tidak).

Nervus Abdusen (N VI)


Nervus abdusen adalah nervus yang mempersarafi bola mata kita, sama halnya dengan
nervus Optikus, Okulomotorius, dan troklearis. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada seseorang,
yaitu dengan menyuruhnya untuk melihat pergerakan tangan kita. Gerakan tangan ke samping
sejauh mungkin, dan tanyakan apakah ia masih melihat tangan kita atau tidak.

Bila klien tidak dapat menggerakkan mata ke arah lateral, parese m rectus lateralis yang
dipersarafi N cranialis VI. Bila klien tidak dapat menggerakkan mata ke arah medial bawah, parese m
obliqus superior yang dipersarafi N cranialis IV. Bila klien tidak dapat menggerakkan mata ke arah
selain lateral dan medialbawah, parese N cranialis III.

Nervus Fasialis (N VII)


Nervus Fasialis merrupakan nervus yang mempersarafi otot-otot muka kita, selain itu juga
mempersarafi bagian kulit kepala, dan serabut pengecap (2/3 dari anterior lidah). Pemeriksaan yang
dapat dilakukan untuk nervus fasialis yaitu dengan melakukan ekspresi wajah.

Selain itu, minta untuk mengangkat alis wajah, menutup mata dengan kuat, tersenyum
sambil memperlihatkan gigi, serta mengembungkan pipi. Sedangkan untuk pemeriksaan perasa
lidah, gunakan garam atau gula.

Nervus Koklea Vestiblaris (N VIII)


Pada persarafan ini, terdiri dari dua saraf yaitu koklearis yang merupakan saraf dalam
pendengaran, serta saraf vestibularis yang mempersarafi keseimbangan.
Di pelayanan kesehatan, pemeriksaan dilakukan dengan alat yang bernama garfutala.
Pemeriksaan ini biasanya terdiri dari 3 jenis yaitu tes rinne, swabach, dan tes wibber. Namun tes
sederhananya dapat menggunakan kertas yang masih bagus, dengan menggesekannya atau
meremasnya di dekat telinga, sampai menimbulkan suara.

Untuk tes saraf keseimbangan, mintalah untuk berdiri lalu suruhlah berjalan. Lalu, minta
untuk berbalik (balik kanan boleh juga). Seseorang yang mengalami gangguan keseimbangan,
tubuhnya akan tampak goyang seperti terjadi gempa bumi (sulit mempertahankan
keseimbangannya).

Dalam melakukan tes keseimbangan, pastikan sahabat untuk tidak terlalu jauh dari orang
tersebut. Untuk menjaga agar tidak jatuh ketika tubuhnya goyang.

Nervus Faringeus (N IX)


Pada nukleus glosofaringeus terdapat 3 buah nukleus yaitu, motorik, sensorik, dan
salivatoris. Seseorang yang mengalami gangguan pada nerveus ini, akan menimbulkan gangguan
pada palatum mole, dan ketika menelan air liur sering kali masuk ke paru-paru.

Pemeriksaan pada nervus Faringeus dapat dilakukan dengan menyentuh area dinding faring.
Untuk melihat area yang akan disentuh, buka mulut yang akan diperiksa, gunakan senter untuk
memperjelas, disana akan terlihat bagian yang tampak menggelantung. Sentuh area tersebut, dan
lihat reaksinya.

Efek yang ditimbulkan dari sentuhan tersebut, biasanya rasa ingin muntah yang disebut
sebagai (Reflex Gag). Selain itu, pemeriksaan pengecap perlu dilakukan. Gangguan saraf ini, juga
dapat menimbulakan gangguan pengecapan lidah bagian belakang

Nervus vagus (N X)
Nervus vagus merupakan saraf motori dan sensorik yang mempersarafi jantung dan traktus
respiratorius. Kerusakan saraf ini dapat menimbulkan seseorang mengalami gangguan menelan,
suara akan terdengar seraka karena pita suara terganggu. Selain itu, juga dapat mengalami gangguan
pada pengecapan.

Pemeriksaan nervus vagus biasanya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan nervus


faringeus. Untuk pemeriksaan nervus vagus, letakan tangan pada leher orang yang akan diperiksa.
Lalu, minta ia untuk menelan air liur, rasakan pergerakan di area leher tersebut. Jangan menekan
terlalu dalam saat melakukan pemeriksaan.

Nervus aksesorius (N XI)


Nervus Aksesorius Merupakan nervus tambahan yang  yang mempersarafi otot-otot
sternokleidomastoideus dan trapezius. Kelumpuhan saraf ini dapat mengakibatkan gangguan pada
pergerakan kepala dan bahu. Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu dengan meminta
menggerakan kepala ke kanan dan ke kiri, serta meminta menggerakan bahu keatas.
Nervus Hipoglosus (N XII)
Ini merupakan nervus terakhir dalam 12 nervus kranial. Nervus ini merupakan saraf motorik
yang berfungsi dalam menggerakan otot lidah. Kerusakan nervus hipoglosus dapat mengakibatkan
mulut tertarik ke bagian yang sehat, dan jika lidah di julurkan maka akan berbelok ke bagian yang
lumpuh.

Pemeriksaan nervus hipoglosus dapat dilakukan dengan meminta menjulurkan lidah, dan
menggerakan lidah ke kanan dan ke kiri.

Anda mungkin juga menyukai