Anda di halaman 1dari 36

4.

ANALISA & PERHITUNGAN

4.1 Oil Heater


Oil Heater merupakan suatu peralatan yang berfungsi untuk memanaskan
oli atau dapat juga disebut sebagai peralatan pemanas oli. Oil Heater sendiri
terdiri dari beberapa bagian, diantaranya, burner untuk memanaskan oli, blower
yang berfungsi untuk menyuplai udara dari luar, dan pipa untuk mengalirkan
fluida oli. Oil heater tersebut terhubung dengan beberapa bagian lainnya seperti,
tanki oli sebagai tempat menampung fluida oli, dan pompa untuk memompa oli
agar dapat bersirkulasi secara tertutup melalui perpipaan yang menghubungkan oil
heater dengan mesin BMB dan mesin EKOMAT (gambar 1.1 dan 1.2). Semua
bagian di atas terkait satu sama lain dalam melakukan kinerja untuk memanaskan
oli tersebut.

Gambar 4.1. Burner dan blower


Sumber: Alpha Omega, CV. (2008)

Oil Heater yang dimiliki oleh CV. X berjumlah 2 unit. Semuanya


digunakan untuk menunjang produksi mesin-mesin yang ada, seperti halnya mesin
BMB (mesin BMB I, mesin BMB II, mesin BMB III), dan mesin carbon
(EKOMAT I, EKOMAT II). Berdasarkan pembagian di perusahaan ini, oil heater
yang pertama digunakan untuk menunjang proses produksi mesin BMB I, mesin
BMB II, dan mesin carbon (EKOMAT I dan EKOMAT II). Sedangkan untuk oil
heater yang kedua digunakan untuk mesin BMB III.
Oil heater di CV. X memiliki siklus tertutup (closed system) seperti
terlihat dalam skema berikut :

29
Universitas Kristen Petra
Keterangan gambar :
Panjang Pipa Utama (BMB) : EKOMAT :
A–B = 330 cm C – D2 = 3340 cm
B–C = 90 cm D2 – E2 = 3525 cm
C – D1 = 70 cm E2 – F2 = 25 cm
D1 – E1 = 1227 cm F2 – G2 = 210 cm
E1 – F1 = 1585 cm G2 – H2 = 640 cm
F1 – G1 = 343 cm H2 – I2 = 800 cm
G1 – H1 = 834 cm I2 – J2 = 300 cm
H1 – I1 = 380 cm J2 – K2 = 380 cm
J1 – K1 = 400 cm K2 – L2 = 230 cm
K1 – L1 = 780 cm L2 – M2 = 3415 cm
L1 – M1 = 417 cm M2 – N = 3775 cm
M1 – N = 2764 cm G2 – G21 = 605 cm
N–O = 90 cm K2 – K21 = 519 cm
O–P = 1350.5cm G21 – K21 = 800 cm
P–Q = Expansion Tank Printing Gravure :
Q–S = 539 cm E2 – E21 = 1330 cm
S–T = 78 cm E21 – E23 = 997 cm
T–U = 115 cm E23 – E24 = 2265 cm
U–V = 95 cm E24 – E25 = 943 cm
Inlet Heat Exchanger : E25 – J2 = 892 cm
F1 – F12 = 574 cm Heat Exchanger – EKOMAT II :
G1 – G12 = 605 cm H21 – H22 = 898 cm (= I21 – I22)
H1 – H12 = 560 cm H22 – H23 = 12 cm (= I22 – I23)
I1 – I12 = 622 cm H23 – H24 = 12 cm (= I23 – I24)
Outlet Heat Exchanger : H24 – H25 = 12 cm (= I24 – I25)
J1 – J12 = 252 cm H25 – H26 = 12 cm (= I25 – I26)
K1 – K12 = 250 cm H26 – H27 = 25 cm (= I26 – I27)
L1 – L12 = 282 cm H27 – H28 = 12 cm (= I27 – I28)
M1 – M12 = 292 cm H28 – H29 = 12 cm (= I28 – I29)
H29 – H30 = 25 cm (= I29 – I30)

32
Universitas Kristen Petra
Panas yang dibutuhkan oleh tiap mesin di CV. X berbeda-beda. Untuk
mesin carbon (EKOMAT I dan EKOMAT II), membutuhkan suhu ± 110°C.
Sedangkan untuk mesin BMB, suhu yang dibutuhkan relatif tergantung dengan
kebutuhan. Misalnya untuk proses coating kertas, dryer 1 dan 2 membutuhkan
suhu ± 65°C, sedangkan dryer 3 dan 4 membutuhkan suhu ± 130°C. Perbedaan
suhu yang dibutuhkan antara dryer 1,2 dengan dryer 3,4 disebabkan proses
coating dari kertas yang berbeda. Untuk permulaan proses coating pada kertas,
biasanya diawali dengan ketebalan 2 mm, sehingga panas yang dibutuhkan untuk
melakukan proses tersebut tidak terlalu tinggi yaitu ± 65°C yang dilakukan oleh
dryer 1 dan 2. Setelah ketebalan 2 mm pada kertas, dilanjutkan dengan ketebalan
4 mm dimana membutuhkan panas yang lebih tinggi berkisar ± 130°C yang
dilakukan oleh dryer 3 dan 4. Dengan kebutuhan panas yang dibutuhkan masing-
masing mesin (mesin carbon dan mesin BMB), maka suhu pemanasan oli pada oil
heater perlu diatur/disesuaikan agar kebutuhan panas pada mesin carbon dan
mesin BMB dapat terpenuhi. Pada CV. X, untuk menunjang permintaan
kebutuhan mesin carbon dan mesin BMB yaitu ± 110°C dan ± 130°C, suhu di oil
heater harus di-set/diatur pada posisi ± 240-250°C.

4.2 Menentukan Insulation


Pipa yang diberi insulation adalah pipa – pipa penghubung dari oil heater
menuju dryer tiap mesin begitu juga sebaliknya. Temperatur permukaan pipa
yang akan diberi insulation sebesar 185 – 245 °C.

33
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.1 Perbandingan Material Insulation

Resistance to Forms
Temperature
Material
Range
Moisture Fire Mechanical Rigid Plastic Loose Flexible

deg. C

Glass Fibre -185 to 540 Excellent Excellent Poor Yes - Yes Mat

up to 600
Rock Wool rigid Good Excellent Fair Yes Yes Mat
to 750 flex

Ceramic 1600 Moderate Excellent Fair Yes Sprayed Yes Mat

Calcium
200 to 1000 Good Good Fair Yes - - -
Silicate

Magnesia up to 315 Poor Fair Poor Yes Yes - -

Diatomaceous
850 to 1000 Poor Fair Poor Yes Yes Yes -
Earth

Exfoliated Sprayed
to 1100 Good Good Good Yes Yes -
vermiculite Dispensed

Foamed Glass -240 to 425 Excellent Excellent Good Yes - - -

Sprayed
Polyurethane -240 to 110 Good Good Fair Yes - -
Dispensed

Isocyanurate Sprayed
-240 to110 Good Good Fair Yes - -
Foam Dispensed

Sprayed
Polystyrene -240 to 75 Good Good Fair Yes - -
Dispensed

Cork -155 to 90 Good Fair Fair Yes - Yes -

Flax up to 320 Good Fair - Yes - - -

34
Universitas Kristen Petra
Cellulose Good Fair Fair Yes Yes - -

Wool up to 250 Good Fair - - - Yes Yes

Aluminium
up to 600 Excellent Excellent Poor - - Yes
foil

Pada tabel 4.1 dapat dilihat ada beberapa material yang dapat bekerja pada
temperatur 185 – 245 °C. Selain temperatur kerja, pemilihan material insulation
juga berdasarkan pada kemudahan pemasangan, perawatannya serta kesediannya
maupun harganya di Indonesia. Sehingga insulation yang dipilih adalah rockwool.
Material ini dapat bekerja pada temperatur sampai dengan 600 °C, mudah
pemasangannya dan perawatannya. Selain itu, material ini mudah ditemui di
pasaran dan harganya pun tidak mahal jika dibandingkan dengan material yang
lain. Insulation rockwool yang nantinya dipilih, akan diberi aluminium foil.
Penambahan aluminium foil ini dilakukan untuk menjaga lifetime dari rockwool.

4.2.1 Menghitung nilai koefisien konveksi udara bebas.


Konveksi yang terjadi dari pipa ke lingkungan sekitar termasuk free
convection (eksternal flow). Dimana proses terjadinya konveksi ini tanpa
menggunakan bantuan fan, blower, dll. Data temperatur yang diambil adalah
temperatur rata – rata selama 10 hari (burner diatur pada suhu 250 °C).
Data lapangan:
D outside pipe = 4 inch
= 11,12 cm
Tsurr = 34 °C Tsurface = 245 °C
= 307 °K = 518 °K
Tsurr  Tsurface 1
Tf  β 
2 Tf
307  518
 = 2,424 x 10-3 1
2 K
= 412,5 °K

35
Universitas Kristen Petra
Properti pada Tf = 413, 5 °K (lampiran 1):
 k = 34,575 x 10-3 W/m. °K
 Pr = 0,689
 υ = 27,9 x 10-6 m2/s
 . (Tsurface - Tsurr).  3
Ra =g Pr
2
2,424 x10 3. (518 - 307). (11,12 x 10 -2 ) 3
= 9,8 0,689
(27,9 x10 6 ) 2
= 6.098.936,45
2
 0,387 xRa1 / 6 
Nu = 0,6  9 / 16 8 / 27 
 (1  (0,559 / Pr) ) 
2
 5,231 
= 0,6  
 1,2074 

= 24,329
Nu.k
h =

24,329 x34,575.10 3
=
11,12.10  2
= 7,587 W/(m.°K)2
Dengan koevisien konveksi 7,587 W/(m.°K)2, serta konduktivitas
insulation jenis rockwool 0,06 W/m2.°K (referensi), maka dapat diketahui r kritis.
Apabila jari – jari dalam pipa, kurang dari r kritisnya maka dengan penambahan
tebal isolasi akan menurunkan resistensi termal dan meningkatkan perpindahan
panas. Sedangkan jika jari -jari dalam pipanya, lebih besar dari r kritisnya maka
penambahan tebal isolasi akan meningkatkan resistensi termal dan menurunkan
perpindahan panas.
kinsulation
rcritis =
h
0,06
=
7,587
= 0,00791 m

36
Universitas Kristen Petra
r kritis untuk pipa oil heater 4 inch apabila menggunakan isolasi rockwool
adalah 7,91 mm. Sedangkan jari – jari dalam pipa ini 106,2 mm. Maka ri > rcritis,
sehingga penambahan r (ketebalan) maka akan meningkatkan resistensi termal (R)
atau menurunkan nilai q.

4.2.2 Menentukan Diameter Insulation


Ketebalan aluminium foil yang digunakan adalah 0,2 mm dengan nilai
konduktivitas 235 W/m.K (referensi). Diameter Insulation yang dianalisa ada 4
yaitu 25 mm, 50 mm, 75 mm, dan 100 mm. Dari keempat diameter rockwool ini,
dicari resistensi thermal (Rtotal) terbesar yang meminimalkan perpindahan panas
dari pipa ke lingkungan.
Tebal insulation 1 (25 milimeter)
Data:
 Referensi
 kpipe = 15 W/m2.K (lampiran 2)
 krockwool = 0,06 W/m2.K (lampiran 4)
 kaluminium foil = 235 W/m.K (lampiran 3)
 Asumsi
 Lpipe = 1 meter
 Alat ukur
 r1 = 0,051 meter (jari – jari dalam pipa)
 r2 = 0,0556 meter (jari – jari luar pipa)
 Direncanakan
 r3 = 0,0806 meter (jari – jari luar pipa + tebal isolasi)
 r4 = 0,0808 meter (r3 + aluminium foil)
Resistensi Termal Konduksi
Pipa mengalami hambatan termal dari jari – jari luar pipa adalah sebagai
berikut:

37
Universitas Kristen Petra
ln( r 3 / r 2)
Rinsulation =
2. .kinsulation.Lpipe
ln( 0,0806 / 0,0556)
=
2. .0,06.1
= 0,9854 ºK/W
ln( r 4 / r 2)
Raluminium foil =
2. .k alu min ium  foil .Lpipe

ln( 0,0808 / 0,0806)


=
2. .235.1
= 1,678 . 10-6 ºK/W
Resistensi Termal Konveksi
Setelah diberi insulation dan aluminium foil, maka pipa akan mengalami
konveksi dari aluminium foil ke udara sekitar.
Data:
 Tsurr = 34 °C (alat ukur)
= 307 °K
 Tsurface = 36 °C (direncanakan)
= 309 °K
Sehingga data properti dimbil pada suhu:
Tsurr  Tsurface
Tf 
2
307  309

2
= 308 °K

38
Universitas Kristen Petra
Properti pada Tf = 413, 5 °K (Lampiran 1):
 k = 19,492 x 10-3 W/m. °K
 Pr = 0,72
 υ = 6,63 x 10-6 m2/s
1
β 
Tf

= 3,247 x 10-3 1
K
 . (Tsurface - Tsurr).  3
Ra =g Pr
2
3,247 x10 3.(309 - 307).(16,16 x 10 -2 ) 3
= 9,8 0,72
(6,63 x10  6 ) 2
= 4.391.712,08
2
 0,387 xRa1 / 6 
Nu = 0,6  9 / 16 8 / 27 
 (1  (0,559 / Pr) ) 
2
 4,952 
= 0,6  
 1,2 

= 22,238
Nu.k
h =

22,238 x19,492.10 3
=
0,1616
= 2,682 W/(m.°K)2
Dengan h = 2,682 W/(m.°K)2, maka resistensi termal konveksinya adalah:
1
Rkonveksi =
h. A3
1
=
2,682.(2. .r 4.L)
= 0,7348 ºK/W
Resistensi Termal Total
Jadi resistensi termal pipa total adalah:
RTOTAL = Rinsulation + Raluminium foil + Rkonveksi
= 0,9854 + 1,678 . 10-6 + 0,7348

39
Universitas Kristen Petra
= 1,7272 ºK/W
Dengan cara yang sama seperti diatas, maka dapat diperoleh:
Tabel 4.2 Perbandingan Tebal Insulation
Raluminium
INSULATION Rrockwool Rkonveksi RTOTAL
foil
1.6793E-
Rockwool tebal 25mm 0.9854 0.7348 1.720
06
1.2821E-
Rockwool tebal 50 mm 1.6475 0.5795 2.227
06
1.0369E-
Rockwool tebal 75 mm 2.0920 0.4797 2.572
06
Rockwool tebal 100 8.7039E-
2.4458 0.4096 2.855
mm 07
Rockwool tebal 125 7.4997E-
2.7188 0.3579 3.077
mm 07
Rockwool tebal 150 6.5882E-
2.9330 0.3179 3.251
mm 07
Rockwool tebal 175 5.8743E-
3.1029 0.2862 3.389
mm 07
Rockwool tebal 200
3.2825 5.3E-07 0.2602 3.543
mm
Rockwool tebal 225 4.8279E-
3.3046 0.2388 3.543
mm 07
Rockwool tebal 250 4.4331E-
3.2931 0.2205 3.514
mm 07

Gambar 4.4 Grafik RT terhadap L

Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.4, rockwool berdiameter 200 mm


memiliki nilai resistensi termal terbesar. Tetapi jika pemakaian insulation (tebal

40
Universitas Kristen Petra
200 mm) dibandingkan dengan diameter pipa (4 inch), hal ini sangatlah tidak
efisien karena tebal insulation lebih besar dari diameter pipa. Melihat grafik RT
terhadap L berbentuk asimtot. Kecenderungan orang dalam menentukan titik
optimum pada grafik jenis ini, maka dapat dilakukan hal yang sama dalam
menentukan ketebalan optimum.
Ketebalan optimum = 63% x RT terbesar
= 63% x 3,543
= 2,23
Jadi, ketebalan insulation optimum adalah rockwool ketebalan 50 mm dengan
resistensi termal 2,227.

4.3 Pemanfaatan Panas Gas Buang


Gas buang burner ini dipakai untuk proses pengeringan chipboard. Salah
satu kandungan gas buang ini adalah CO2. oleh karena itu, gas buang ini tidak bisa
dimanfaatkan langsung karen CO2 merupakan gas yang beracun bagi manusia.
Selain itu unsur carbon ini dapat merusak chipboard yang akan dikeringkan. Oleh
karena itu, digunakan penukar kalor. Fluida dari penukar kalor ini adalah udara
lingkungan. Udara lingkungan dipilih karena udara inilah yang nantinya dapat
langsung memanaskan chipboard (tanpa perantara). Untuk proses pengeringan ini,
diberikan 2 alternatif disain penukar kalor.

4.3.1 Alternatif 1
Desain penukar kalor alternatif 1 adalah counter flow double pipe heat
exchanger.

Gambar 4.5 Counter Flow Double Pipe Heat Exchanger


Sumber: Incropera (2002, p. 255)

41
Universitas Kristen Petra
4.3.1.1 Menentukan suhu yang diinginkan
Pada sebelumnya, CV X. menggunakan halogen (1,5 Kw) selama ± 7,5
jam untuk mengeringkan chipboard. Dari halogen yang digunakan ini, didapat
enerji yang digunakan:
Qhalogen = 1.500 watt x (7,5 x 3600)s
Qhalogen = 40,5 MJ
Yang direncanakan:
Kapasitas = 1800 lembar Tmula-mula = 30 ºC
mchipboard = 0,345 kg/lembar Takhir = 80 ºC
mkertas total = 621 kg myg diuapkan = 1,5 g/lembar
Cp = 1,34 kJ/kg. ºK = 2,7 kg
Tsurr  Tsurface
Tf 
2
34  80

2
= 55 ºC
Dari interpolasi Lampiran 5: hfg = 2370,7 kJ/kg
Qsensibel = m. Cp. (Takhir – Tmula2) Qlaten = m. hfg
= 621 x 1,34 x (80 – 30) = 2,7 x 2370,7
= 41.607 kJ = 6.400,89 kJ
QTotal = Qsensibel + Qlaten
= 41.607 + 6.400,89
= 48.007,89 kJ
Jadi Qhalogen < QTotal yg direncanakan, sehingga suhu 80ºC ini bisa
mengeringkan chipboard/menggantikan penggunaan halogen. Dari perhitungan,
temperatur udara yang dibutuhkan (80 ºC) ini dilakukan percobaan untuk
mendapatkan besaran moisture contentnya. Dan hasilnya adalah sebagai berikut:
 Lama proses 0,5 jam = 8,3 %
 Lama proses 1 jam = 7,8 %
 Lama proses 1,5 jam = 7,4 %
 Lama proses 2 jam = 7,2 %

42
Universitas Kristen Petra
Moisture content chipboard yang diharapkan oleh pihak perusahaan adalah 7 –
8%. Lama proses yang dipilih adalah 2 jam karena moisture contentnya lebih
rendah.

4.3.1.2 Kebutuhan Udara Pengering


Proses pengeringan direncanakan dalam 2 jam sehingga:
48.007,89
QTotal =
tpengeringan
48.007,89
=
2 x3.600
= 6,668 kW
Data:
Cpudara = 1008 J/kg. K (lampiran 1)
Tudara hot = 80 °C (direncanakan)
Tudara cold = 30 °C
.
QTotal = [ m x Cp x (Thot – Tcold)]udara
6.668 = m x 1008 x 50
.
m = 0,132 kg/s
Jadi kebutuhan udara pengering adalah 0,132 kg/s

4.3.1.3 Kapasitas Udara Pengering


.
. m
V =
ud
0,24
=
1,1414
= 0,116 m3/s
Jadi debit udara pengering adalah 0,116 m3/s

.
4.3.1.4 Menentukan m Gas Buang
Oil heater ini berbahan bakar LNG. Dalam proses pembakarannya
menggunakan udara sekitar yang disuplai oleh blower. Sehingga dalam

43
Universitas Kristen Petra
. . .
menentukan m gas buang adalah jumlah dari m LNG dan m udara yang
dikonsumsi burner.
Data:
.
 V LNG = 18 m3/jam (alat ukur)
 ρLNG = 415 kg/m3 ( referensi)
 vudara = 16 m/s (alat ukur)
 Aducting = 0,05605 m2 (alat ukur)
 Ρudara =1,1581 kg/m3 (interpolasi pada lampiran 1)
. .
m LNG = V x ρLNG
= 18 x 415
= 7.470 kg/jam
= 2,075 kg/s
.
m udara = v x ρudara x Aducting
= 16 x 1,1581 x 0,05605
= 1,039 kg/s
. . .
m gas buang = m udara + m LNG
= 1,039 + 2,075
= 3,114 kg/s

4.3.1.5 Menentukan Temperatur Gas Buang Minimal


Karena saluran gas buang terbuat dari logam, maka pengaturan
temperatur gas buang keluar dari penukar kalor harus tepat agar saluran gas buang
tidak mengalami korosi akibat adanya uap air dari proses pembakaran. Oleh
karena itu, temperatur minimal ini ditentukan dengan cara mencari temperatur
dew point/saat gas buang terkondensasi.
Combaining equation:
CH4 + 202 + N2 → CO2 + 2H2O + N2
Asumsi :
 Pembakaran sempurna,
 LNG mengandung 100% methana.

44
Universitas Kristen Petra
Komposisi udara yang dibutuhkan untuk 100 mol methana:
 Oksigen = 200 mol O2/100 mol fuel
 Nitrogen = 3,76 x 200
= 752 mol N2/100 mol fuel
Analisa hasil pembakaran:
Berat (mol) Wet gas Dry gas
CO2 100 9,51 11,74
N2 752 71,48 88,26
H2O 200 + 19,01 + - +
TOTAL 1052 100 100

Temperatur dew point dari gas buang:


Pv Pbar

= 19,2 kPa
Dari tabel thermodinamika → Tdew point = 58, 92° C
Untuk menghindari terkondensasinya gas buang karena adanya SO2 dan
SO3 pada gas buang, maka suhu dew point ditambah 80 °C sehingga menjadi:
Tdew point = 58, 92°C + 80 °C
= 138,92 °C
≈ 139 °C
Jadi temperatur minimal dari gas buang saat keluar dari penukar panas
adalah 139 °C.

4.3.1.6 Energi Gas Buang


Energi yang dapat dihasilkan oleh gas buang ini adalah:
Qgas buang = [m x Cp x (Tin – Tout)]gas buang
= 3,114 x 1,01 x (235 - 139)
= 302 kW
Jadi energi yang dapat dihasilkan oleh gas buang burner adalah sebesar
302 kW.

45
Universitas Kristen Petra
4.3.1.7 Menentukan Persamaan Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan
Data:
 Diameter outside copper pipe = 3”
= 0,0762 m (direncanakan)
 Diameter inside copper pipe = 0,072 m (direncanakan)
 kcopper pipe = 386 W/m. ºC (Lampiran 2)
.
 m gas buang = 0,3114 kg/s (perhitungan)
.
 m udara pengering = 0,132 kg/s (perhitungan)
 Tebalducting = 0,004 m (alat ukur)
 kducting = 15 W/m. ºC (Lampiran 2)
 Luasducting =Ae = 3,296 m2 (alat ukur)
 Rf,i = 0,0002 m2. ºC/W (Lampiran 7)
 Rf,o = 0,0004 m2. ºC/W (Lampiran 7)
Ui =
1
1 ln( Do / Di ) x( Ai)  .Di.Lpipe Lduct. .0,072.Lpipe  Rf , ixAi Rf , oxAi 
     
hi 2. .kpipe.Lpipe ho.( Ao) kduct. Ae  Ai Ao 

Koefisien konveksi dalam pipa:


Konveksi didalam pipa termasuk forced convection, karena
menggunakan blower. Fluida didalam pipa adalah udara dengan data properti
(interpolasi pada lampiran 1) sebagai berikut:
(Saat T = 30 ºC)
 k = 0,026 W/m.ºC
 ρ = 1,164 kg/m3
 µ = 1,872 . 10-5 kg/m.s
 Pr = 0,728
 υ = 1,608 . 10-5 m2/s
.
m
Vm =
 . Ac

46
Universitas Kristen Petra
0,132
=
1,164 x (0,25 xx 0,072 2 )
= 27,853 m/s
Vm.Dh
Re =

27,853x 0,072
=
1,608.10 5
= 124.713,23 (turbulen)
Persamaan Dittus – Boelter:
Nu = 0,023 x Re0,8 x Pr0,4
= 241,719
k.Nu
hi =
Dh
0,026 x 241,719
=
0,072
= 87,287 W/m2. ºC
Koefisien konveksi diluar pipa:
Konveksi diluar pipa termasuk forced convection juga karena
menggunakan blower. Sedangkan penampangnya adalah ducting. Fluidanya
adalah gas buang dengan data properti sebagai berikut:
 Tinggi ductinginside =a = 0,332 m (alat ukur)
 Lebar ductinginside =b = 0,502 m (alat ukur)
 εcopper = 0,00015 cm (referensi)
 ε/d = 1,969 .10-3 (perhitungan)
 f = 0,024 (Lampiran 6)
(Pada Lampiran 1 saat T = 235 ºC)
 k = 0,0401 W/m.ºC
 ρ = 0,696 kg/m3
 Pr = 0,695
 υ = 3,9 . 10-5 m2/s
2.a.b
Dhduct =
ab

47
Universitas Kristen Petra
2 x0,332 x 0,502
=
0,332 x 0,502
= 0,39967 m
Dhtotal = Dhduct - Doutside pipe
= 0,39967 – 0,0762
= 0,324 m
.
m
Vm =
 . Ac
3,114
=
0,696.((0,332 x0,502)  (x0,0762 2 ))
= 30,145 m/s
Vm.Dh
Re =

30,145 x0,324
=
3,9.10 5
= 250.435,385 (turbulen)
Persamaan Gnielinski:
( f / 8) x(Re  1000) x Pr
Nu =
1  12,7( f / 8) 0,5 x (0,69544 2 / 3  1)
= 611,558
k.Nu
ho =
Dh
0,0401x 611,558
=
0,324
= 75,69 W/m2. ºC

Ai = π x 0,072 x Lpipe
Ao = π x 0,0762 x Lpipe
Ui =
1
1 ln( Do / Di ) x( Ai)  .Di.Lpipe Lduct. .0,072.Lpipe  R f ,i xAi R f ,o xAi 
      
hi 2. .kpipe.Lpipe ho.( Ao) kduct. Ae  Ai Ao 

48
Universitas Kristen Petra
1
1 ln( 0,0762 / 0,072 ) x ( Ai )  .0,072 .L pipe 0,004 . .0,072 .Lpipe  0,0002 xAi 0,0004 xAi 
     
87 ,287 2. .386 .L pipe 75,69 .( Ao ) 15 x3,962  Ai Ao 

=
1
11,456 x10 3
 5,288 x10 6
 0,012  1,522 x10 5 Lpipe  0,0002  0,00038
1
=
0,024  1,522x10 5 Lpipe

4.3.1.8 Menentukan Heat Loss dari Ducting Gas Buang


Ducting gas buang tidak terisolasi, sehingga menyebabkan heat loss ke
lingkungan.
Ducting Bagian Samping Kanan & Kiri:
Data:
 Tsurface = 173,5 ºC (alat ukur)
 Tlingkungan = 40 ºC (alat ukur)
 Panjang = δ = 0,34 m (alat ukur)
 Tinggi ductingoutside =a = 0,34 m (alat ukur)
 Lebar ductingoutside =b = 0,51 m (alat ukur)
 g = 9,8 m/s (referensi)
173,5  40
Tf =
2
= 106,75 ºC
Data interpolasi pada lampiran 1 saat Tf = 106,75 ºC
 k = 0,03142 W/m.ºC
 ρ = 0,92957 kg/m3
 Pr = 0,7098
 υ = 2,3789 x 10-5 m2/s

β = 1
Tf
= 9,368 x 10-3 1/ºK

49
Universitas Kristen Petra
 . (Tsurface - Tsurr).  3
Ra =g Pr
2
9,368 x10 3. (173,5 - 40). 0,34 3
= 9,8 x 0,7098
(2,379 x10 5 ) 2
= 604.170.841,8
Nu = 0,59 Ra1/4
= 92,5
2.a.b
Dh =
ab
2 x0,34 x0,51
=
0,34  0,51
= 0,408 m
k.Nu
h =
Dh
0,03142 x92,5
=
0,408
= 7,123 W/m2. ºC
qloss = h x A x ∆T
= 7,123 x (2 x 0,34) x (173,5 – 40)
= 646,626 Watt
Jadi qloss bagian samping 2 sisi adalah 2x646,626 = 1293,324 Watt.
Ducting Bagian Atas:
Data:
 Tsurface = 176 ºC (alat ukur)
 Tlingkungan = 40 ºC (alat ukur)
 Panjang = δ = 0,51 m (alat ukur)
 Dh = 0,408 m (perhitungan)
 g = 9,8 m/s (referensi)
176  40
Tf =
2
= 108 ºC
Data pada lampiran 1 saat Tf = 108 ºC
 k = 0,03151 W/m.ºC

50
Universitas Kristen Petra
 ρ = 0,92656 kg/m3
 Pr = 0,7096
 υ = 2,3352 x 10-5 m2/s

β = 1
Tf
= 9,259 x 10-3 1/ºK
 . (Tsurface - Tsurr).  3
Ra =g Pr
2
9,259 x10 3 x(176 - 40)x 0,513
= 9,8 x x0,7098
(2,3352 x10 5 ) 2
= 2.007.264.131
Nu = 0,15 Ra1/3
= 189,217
k.Nu
h =
Dh
0,03151x189,217
=
0,408
= 14,613 W/m2. ºC
qloss = h x A x ∆T
= 14,613 x (2 x 0,51) x (176 – 40)
= 2027,157 Watt
Ducting Bagian Bawah:
Data:
 Tsurface = 170 ºC (alat ukur)
 Tlingkungan = 40 ºC (alat ukur)
 Panjang = δ = 0,51 m (alat ukur)
 Dh = 0,408 m (perhitungan)
 g = 9,8 m/s (referensi)
170  40
Tf =
2
= 105 ºC
Data pada lampiran 1 saat Tf = 105 ºC
 k = 0,0313 W/m.ºC

51
Universitas Kristen Petra
 ρ = 0,9338 kg/m3
 Pr = 0,7266
 υ = 2,36 x 10-5 m2/s

β = 1
Tf
= 9,524 x 10-3 1/ºK
 . (Tsurface - Tsurr).  3
Ra =g Pr
2
9,524 x10 3 x(170 - 40)x 0,513
= 9,8 x x0,7266
(2,36 x10 5 ) 2
= 2.099.765.185
Nu = 0,27 Ra1/4
= 57,797
k.Nu
h =
Dh
0,0313x57,797
=
0,408
= 4,434 W/m2. ºC
qloss = h x A x ∆T
= 4,434 x (2 x 0,51) x (170 – 40)
= 587,95 Watt
Jadi qloss Total yang hilang ke lingkungan adalah:
= qloss samping + qloss atas + qloss bawah
= 3.908,431 Watt

4.3.1.9 Perhitungan Penukar Kalor


Pada penukar kalor, terjadi proses perpindahan panas dari gas buang
yang bersuhu tinggi ke udara lingkungan yang memiliki suhu rendah. Udara
lingkungan mengalir didalam pipa dan gas buang mengalir diluar pipa (didalam
ducting).
Data:
.
 m udara pengering = 0,132 kg/s (perhitungan)

52
Universitas Kristen Petra
 Cpudara = 1,007 kJ/kg.K (interpolasi lampiran 1)
 Tudara in = 30 °C (alat ukur)
 Tudara out = 80 °C (perencanaan)
.
 m gas buang = 3,114 kg/s (perhitungan)
 Cpudara = 1,023 kJ/kg.K (interpolasi lampiran 1)
 Tudara in = 235 °C (alat ukur)
Qudara pengering = [m x Cp x (Tin – Tout)]udara pengering
= 0,132 x 1.007 x (80 – 30)
= 6,646 kW
Qgas buang = [m x Cp x (Tin – Tout)]gas buang
6,646 = 3,114 x 1,023 x (235 - Tout)
Tout = 233 °C
∆T1 = Th-in – Tc-out ∆T2 = Th-out – Tc-in
= 235 – 80 = 233 - 30
= 155 °C = 203 °C
T 1  T 2
∆Tlm =
ln( T1 / T 2)
155  203
=
ln(155 / 203)
= 177,922°C
.
Q = Ui x As x ∆Tlm
x 0,0762 xLpipex177,922
6.646 + 3.908,431 =
0,024  1,522 x10 5 Lpipe
0,0762 Lpipe
18,882 =
0,024  1,522 x10 5 Lpipe
0,453 + 2,874x10-4Lpipe = 0,0762Lpipe
0,076Lpipe = 0,453
Lpipe = 5,96 m
Jadi panjang pipa penukar kalor (didalam ducting) adalah 5,96 meter.
Karena panjang dari ducting yang memungkinkan dimodifikasi menjadi penukar
kalor hanya 2 meter, maka pipa penukar kalor ini dibagi menjadi 3 bagian dengan

53
Universitas Kristen Petra
tiap bagian memiliki panjang 2 meter. Tiap bagian disambung dengan
menggunakan elbow seperti pada gambar 4.6

Gambar 4.6 Desain perpipaan sistem Pengering Alternatif 1

4.3.1.10 Perhitungan Pressure Drop


Perhitungan pressure drop, di alternatif 1 penukar kalor ini terdiri dari
head loss mayor dan head loss minor dengan perhitungan:

54
Universitas Kristen Petra
4.3.1.10.1 Head Loss Mayor
Data:
 Dcopper = 3 inch
= 0,0762 cm (referensi)
.
 V = 0,116 m3/s (perhitungan)
.
 m = 0,132 kg/s (perhitungan)
 εcopper = 0,0000015 m (referensi)
 Lpipe = 22,96 m (perhitungan)
Udara saat T = 30°C
 ρ = 1,1414 kg/m3 (lampiran 1)
 µ = 1,87 x 10-5 kg/m.s (lampiran 1)
Perhitungan kecepatan:
.
v = V /A
0,116
=
(x 0,25 x 0,0762 2 )
= 25,437 m/s
Perhitungan Bilangan Reynold:
 V  D
Re =

1,1414 x 25,437 x 0,0762
=
1,87 x10 5
= 118.306,72 (turbulen)
Friction:
Nilai friction diperoleh dari diagram moody yang didasarkan atas
bilangan reynold dan ε/D (jenis pipa dibagi diameter pipa).
ε/D = 0,00002
f = 0,0156
Perhitungan Pressure Drop:
L  .v 2
ΔP = f. .
D 2

55
Universitas Kristen Petra
22,96 1,1414 x 25,437 2
= 0,0156. .
0,0762 2
= 1.735,726 Pa

4.3.1.10.2 Head Loss minor


Perhitungan head loss minor ini termasuk elbow 90°C (3inch) yang
dipakai dengan jumlah total 9 buah dan return bend yang berjumlah 2 buah.
Data:
 v = 25,437 m/s (perhitungan)
 Kelbow 90°C = 0,34 (Lampiran 8)
 Kreturn bend = 0,35 (Lampiran 8)
 nelbow 90°C = 9 buah (perhitungan)
 nbend = 2 buah
Perhitungan Pressure Drop:
 v2 
ΔPelbow 90°C = nx  .K . 
 2 

 25, 437 2 
= 9 x1,1414 x0,34 x 
 2 
= 1.129,955 Pa
 v2 
ΔPbend 
= nx  .K . 
 2 

 25,437 2 
= 2 x1,1414 x 0,35 x 
 2 
= 258,486 Pa
ΔPminor = ΔPelbow 90°C + ΔPbend
= 1.129,955 + 258,486
= 1.388,441 Pa

Jadi pressure drop total:


ΔP = ΔPmayor + ΔPminor
= 1.735,726 + 1.388,441

56
Universitas Kristen Petra
= 3.124,167 Pa

4.3.1.11 Daya Blower


Dengan total pressure drop 3.124,167 Pa dan kebutuhan debit udara
pengering 0,116 m3/s, maka daya blower yang dibutuhkan adalah:
. .
W = V x ΔP
= 0,116 x 3.124,167
= 362,4 Watt
= 0,486 HP ≈ 0,5 HP
Daya blower yang dibuthkan adalah 0,486 HP tapi karena di pasaran
tidak tersedia maka dapat digunakan blower 0,5 HP.

4.3.2 Alternatif 2
Desain penukar kalor alternatif 2 adalah shell and tubes heat exchanger.
Data:
 Th,i = 235°C (alat ukur)
 Th,o = 200°C (asumsi)
 Tc,i = 30°C (alat ukur)
 Tc,o = 80°C (direncanakan)

4.3.2.1 Analisa LMTD


Beda suhu rata – rata pada penukar kalor:
Th ,i  Tc ,o   Th,o  Tc ,i 
∆Tlm =
 T  Tc ,o 
ln  h ,i 

 Th ,o  Tc ,i 

=
235  80   200  30 
 235  80 
ln  
 200  30 
= 162,385°C
Aliran cross flow dengan:
Th ,o  Th , i  T c ,i  Tc ,o 
P = F =
(Tc ,i  Th,i ) (Th ,o  Th,i )

57
Universitas Kristen Petra
=
200  235 =
30  80
(30  235) (200  235)
= 0,15 = 1,43
Maka nilai correction faktornya (F) = 0,98. (lampiran??). Sehingga ∆Tlm = ∆Tlm x
F = 162,385 x 0,98 = 159,137°C

4.3.2.2 Konveksi dalam pipa


Pada bagian dalam pipa terjadi proses perpindahan panas secara konveksi
dari dinding pipa ke udara yang mengalir didalamnya.
Data:
.
 m udara pengering = 0,132 kg/s (perhitungan)
Tc ,i  Tc ,o 30  80
Properti udara pada Tf = = = 55°C
2 2
 k = 0,028 W/m.ºC (lampiran 1)
 ρ = 1,076 kg/m3 (lampiran 1)
 Pr = 0,722 (lampiran 1)
 µ = 1,986 x 10-5 m2/s (lampiran 1)
Pipa yang direncanakan adalah copper 1,5 inchi (direncanakan), maka:
 Di = 0,041 m
 Do = 0,048 m
Perhitungan Bilangan Reynold:
 V  D
Re =

.
  n  Di 2 . m
Jika Ai = ; dan V =
4 Ai. ud
Maka akan didapat persamaan:
.
4. mud
Re =
  n  Dix ud

4. x 0,132
=
  n  0,041x1,986 x10 5

58
Universitas Kristen Petra
206.405,35
=
n
Asumsi alirannya turbulen
Perhitungan h:
Nu = 0,023 x Re0,8 x Pr0,4
360,512
=
n 0 ,8
Maka:
k.Nu
hi =
Di
 246,2 
0,028 x 0,8 
=  n 
0,041
246, 2
= W/m.ºC
n 0 ,8

4.3.2.3 Konveksi Luar pipa


Susunan pipa yang direncanakan adalah staggered, dimana perpindahan
panasnya lebih baik jika dibandingkan dengan susunan jenis aligned.
Data:
.
 m gas buang = 3,114 kg/s (perhitungan)
 Aducting = (0,502 x 0,332) m
= 0,167 m2 (perhitungan)
Properti udara pada lampiran 1 saat 235°C
 k = 0,04 W/m.ºC
 ρ = 0,696 kg/m3
 Pr = 0,695
 υ = 3,9 . 10-5 m2/s
.
m
v =
 . Ao

3,114
=
0,696 x0,167

59
Universitas Kristen Petra
= 26,791 m/s
Vmax akan terjadi pada daerah A2, bila:
2
2 S  S  Do
SD = SL   T   T
 2  2

Perbandingan nilai konstanta pipa penukar kalor:

ST
= 1,5  ST = 0,072 m
Do

SL
= 1,5  SL = 0,072 m
Do
2
2 S  S T  Do
SD = SL  T  SD =
 2  2

2
 0,072 
2 0,072  0,048
= 0,072    =
 2  2
= 0,0805 m = 0,06 m
Vmax terjadi pada daerah A2 karena
2
2 S  S  Do
SD = SL  T   T  0,0805  0,06
 2  2

ST
Vmax = .v
S T  Do

0,072
= x 26,791
0,072  0,048
= 80,373 m/s
v max .Do
ReD,max =

80,373 x 0,048
=
3,9 x10 5
= 98.920,615 (turbulen)

ST S
Dengan = 1,5 dan L = 1,5 maka didapat konstanta pipa penukar kalor:
Do Do

60
Universitas Kristen Petra
 C1 = 0,46
 m = 0,562
NuD = 1,13.C1.ReD,maxm.Pr1/3
= 1,13 x 0,46 x 98.920,6150,562 x 0,6951/3
= 295,472
Sehingga,
k.Nu
ho =
Do
0,04 x 295,472
=
0,048
= 246,226 W/m.ºC

4.3.2.4 Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan


Konduksi pipa sangat kecil sehingga dalam perhitungan koefisien
perpindahan panas dapat diabaikan.
Data:
 Rf,i = diabaikan karena nilainya kecil sekali.
 Rf,o = 0,0004 m2.K/W (Lampiran 7)
 Kcopper = 386 W/m. ºC (referensi)
 Ai = π.Di.L.n → 0,129 L.n m2
 Ao = π.Do.L.n → 0,151 L.n m2
246, 2
 hi = W/m.ºC
n 0 ,8
 ho = 246,226 W/m.ºC (perhitungan)
D
ln  o  R
1
=
1  Di  f .o 1
  
U. A h. Ai 2. .k.L.n Ao h. Ao
ln  0,048 0,041
1   0,0004  1
=  
 246,2  2. .386.L.n 0,151.L.n 246,226 x 0,151L.n 
 0,8 x0,129 L.n 
 n 
1 6,5 x10 5 2,65 x10 3 0,027
=   

31,76 L.n 0, 2 L.n .L.n L.n

61
Universitas Kristen Petra
1 1 0,03 
=   

L  31,76n 0,2
 n 

4.3.2.5 Menentukan Jumlah Pipa


Panjang pipa (L) yang memungkinkan dipasang pada ducting gas buang
adalah 0,51 m sehingga:
.
Q = U.A. ∆Tlm
.
Q  1 
1 =  
Tlm  U .A 

6.668 1  1 0,03 
1 =   

159,137 0,51  31,76n 
0,2
n 

 2,587 2,465 
1 =  0,2  
 n n 
n = 126 buah
Jadi jumlah pipa/tubes yang direncanakan adalah 126 buah dengan
panjang masing – masing 0,51 meter. Sehingga total membutuhkan pipa dengan
panjang total 64,26 meter. Susunan pipa yang digunakan adalah 28 kolom dimana
kolom ganjil terdiri dari 4 baris sedangkan kolom genap terdiri dari 5 baris seperti
pada gambar 4.7. Maka penukar kalor ini memiliki panjang 199,2 cm dan tinggi
33,6 cm. Dimensi penukar kalor ini sesuai dengan dimensi ducting dengan
panjang 2 meter dan tinggi 34 cm.

Gambar 4.7 Desain Tubes

62
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.8 Disain Perpipaan Sistem Pengering Alternatif 2

4.3.2.6 Perhitungan Pressure Drop


Perhitungan pressure drop di alternatif 2 penukar kalor ini terdiri dari head
loss mayor dan head loss minor dengan perhitungan yang sama dengan alternatif
1. Karena pada alternatif 2 menggunakan shell and tubes maka dibutuhkan
entrance dan exit sebagai penghubung diameter pipa utama (3inch) dengan
diameter tube (1,5 inch) seperti pada gambar 4.8.

63
Universitas Kristen Petra
4.3.2.6.1 Head Loss Mayor
Data:
 Dicopper 1,5 inch = 0,041 m (direncanakan)
 Docopper 1,5 inch = 0,048 m (direncanakan)
.
 V = 0,116 m3/s (perhitungan)
.
 m = 0,132 kg/s (perhitungan)
 εcopper = 0,0000015 m (referensi)
 Lpipe 3 inch = 17 m (perhitungan)
 v = 25,437 m/s
 Re = 118.306,72 (turbulen)
 Ltubes 1,5 inch = 0,51 meter (perhitungan)
 n tubes = 126 buah
 Atubes = 0,25xπx(Di)2
= 1,32.10-3 m2
Udara saat T = 30°C
 ρ = 1,1414 kg/m3 (lampiran 1)
 µ = 1,87 x 10-5 kg/m.s (lampiran 1)
Pressure drop pipa 3 inch (section):
Dengan ε/D = 0,00002 maka didapat f = 0,0156 (perhitungan) sehingga
pressure dropnya:
L  .v 2
ΔP = f. .
D 2
17 1,1414 x 25,437 2
= 0,0156. .
0,0762 2
= 1.285,163 Pa
Pressure drop tubes copper 1,5 inch:
.
v = V /(Axn)
0,116
=
(x 0,25 x0,0762 2 x126)
= 0,2 m/s

64
Universitas Kristen Petra
206.405,35
Dengan ε/D = 0,000037 dan Re = = 1.638,138 maka didapat:
n
64
f =
Re
= 0,04
Pressure dropnya,
n.L  .v 2
ΔP = f. .
D 2
126 x0,51 1,1414 x0,2 2
= 0,04. .
0,041 2
= 1,43 Pa
Sehingga pressure drop mayor totalnya = 1.285,163 + 1,43 = 1.286,593 Pa

4.3.2.6.2 Head Loss minor


Perhitungan head loss minor ini termasuk elbow 90°C (3inch) yang
dipakai dengan jumlah total 6 buah, entrance dan exit (masing – masing 1 buah).
Data:
 v = 25,437 m/s (perhitungan)
 Kelbow 90°C = 0,34 (Lampiran 8)
 nelbow 90°C = 6 buah (perhitungan)
 Kentrance = 0,5 (Lampiran 9)
 nentrance = 1 buah
 Kexit = 1 (Lampiran 10)
 nexit = 1 buah
Perhitungan Pressure Drop:
 v2 
ΔPelbow 90°C = nx  .K . 
 2 

 25,437 2 
= 6 x1,1414 x 0,34 x 
 2 
= 753,3 Pa
Pada saat entrance, suhu udara 30°C (ρ = 1,1414 kg/m3) sedangkan pada
saat exit suhu udara menjadi 80 °C (ρ = 0,9994 kg/m3).

65
Universitas Kristen Petra
 v2 
ΔPentrance = nx  .K . 
 2 

 25,437 2 
= 1x1,1414 x0,5 x 
 2 
= 184,633 Pa
 v2 
ΔPexit = nx  .K . 
 2 

 0,2 2 
= 1x 0,9994 x1x 
 2 
= 0,02 Pa
ΔPminor = ΔPelbow 90°C + ΔPentrance + ΔPexit
= 753,3 + 184,633 + 0,02
= 937,953 Pa
Jadi pressure drop total:
ΔP = ΔPmayor + ΔPminor
= 1.286,893 + 937,953
= 2.224,546 Pa

4.3.2.7 Daya Blower


Dengan total pressure drop 2.224,546 Pa dan kebutuhan debit udara
pengering 0,116 m3/s, maka daya blower yang dibutuhkan adalah:
. .
W = V x ΔP
= 0,116 x 2.224,546
= 258,047 Watt
= 0,35 HP ≈ 0,5 HP
Daya blower yang dibuthkan adalah 0,35 HP tapi karena di pasaran tidak
tersedia maka dapat digunakan blower 0,5 HP.

66
Universitas Kristen Petra

Anda mungkin juga menyukai