Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ananda Ayu Nabila

Kelas : S1 Farmasi (A)

Nim : 22110044

ESSAY

Peran yang dijalankan oleh farmasi

Sebelum kita membahas apa peran farmasi, lebih baik kita tahu terlebih dahulu apa sih
farmasi itu? Baiklah teman-teman saya akan sedikit bercerita, apa sih sebenarnya peran
seorang farmasi itu? Sebagian teman-teman mungkin akan menjawab peran farmasi
adalah meracik dan menyediakan obat. Farmasi atau yang biasa disebut dalam
masyarakat Indonesia sebagai apoteker adalah sarjana farmasi yang sudah lulus sebagai
Apoteker dan sudah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Adapun peran-peran yang
dijalankan oleh farmasi di masyarakat yaitu memberikan pelayanan kefarmasian kepada
pasien, berinteraksi secara langsung atau patient care.

Nah, teman-teman sekarang sudah mengetahui siapa sebenarnya farmasi itu kan.
Sekarang kita akan membahas peran seorang farmasi atau apoteker. Selain meracik dan
menyediakan obat, peran apoteker telah diungkapkan dalam 9 Stars of Pharmacist oleh
World Health Organization (WHO), yakni care-giver, decision-maker, communicator,
manager, leader, life long learner, teacher, research, dan enterpreneur.

Dimana seorang apoteker harus dapat menjadi komunikator yang baik. Maksudnya
adalah saat seorang apoteker telah turun ke masyarakat, seorang apoteker dapat
menyampaikan informasi tentang obat kepada orang lain terutama pasien. Misalnya,
apabila seorang pasien yang hendak mengambil atau membeli resep di apotek, si
apoteker dapat memberitahu tentang obat yang ia berikan pada pasien tersebut, seperti
nama obat, kegunaan obat, efek samping obat, aturan pemakaian obat, dan hal yang
lainnya agar si pasien tidak mendapatkan dampak negatif (keracunan) akibat salah
pengonsumsian obat. Hal itu bisa saja terjadi jika si pasien tidak memeroleh info yang
benar tentang obat.

Begitulah pentingnya apoteker sebagai komunikator yang baik. Pelatihan apoteker


untuk menjadi komunikator dapat diperoleh apoteker ketika masih dalam perkuliahan.
Dalam perkuliahan diajarkan untuk seorang apoteker meracik obat, apoteker diajarkan
juga cara memberikan obat dalam resep terhadap pasien. Selain itu, komunikator yang
baik dapat diperoleh ketika calon sarjana farmasi melakukan KKN (Kuliah Kerja
Nyata), mereka dilatih dan diuji langsung dengan menurunkan mereka di tengah
masyarakat. Dari artikel yang pernah saya baca, terdapat dua komunikasi apoteker
dalam pemberian mfo terhadap pasien, yakni komunikasi verbal dan komunikasi
nonverbal.

Komunikasi verbal adalah tanya jawab antara apoteker dan pasien baik secara tertulis
maupun tidak tertulis. Saat apoteker berkomunikasi dengan pasien, apoteker harus
mencoba menciptakan suasana yang tenang dan santai. Inilah pentingnya apoteker
sebagai komunikator untuk menciptakan suasana yang nyaman saat terjadi komunikasi
kepada pasien, sehingga pasien dapat menerima informasi dengan baik. Selain
komunikasi verbal, terdapat komunikasi nonverbal, yaitu apoteker harus melihat
berbagai tanda nonverbal, contohnya tanda cemas, marah, atau malu. Komunikasi ini
juga sangat penting seperti halnya dengan komunikasi verbal. Buruknya hubungan
apoteker dengan pasien merupakan hasil dari komunikasi nonverbal yang buruk.
Kesimpulan

Jadi, calon farmasi atau apoteker sekarang paham kan betapa pentingnya komunikasi
dalam dunia medis, khususnya dalam dunia apoteker. Betapa banyaknya manfaat yang
diperoleh saat apoteker dapat menyampaikan informasi tentang obat dengan baik,
sehingga berdampak positif terhadap pasien, Mungkin untuk peran farmasi sebagai
komunikator dapat membuat indonesia lebih baik lagi yaitu dengan cara seorang
farmasis dapat terjun langusung ke dalam penjualan obat di apotek, tidak memberikan
obat berbahaya tanpa adanya resep dari dokter dan apoteker dapat bekerja sama secara
langsung dalam penyembuhan pasien. Maka masa depan lebih baik lagi jika kita
membangunnya dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai