Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS EFEKTIVITAS, KONTRIBUSI DAN LAJU

PERTUMBUHAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN GARUT


Neng Mulya Kamelia1; Muslim Al Kautsar2; Eliya Fatma Harahap3

Universitas Garut
1

24022118169@fekon.uniga.ac.id

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektivitas, Kontribusi dan Laju
Pertumbuhan masing-masing jenis pajak daerah di Kabupaten Garut. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti
menggunakan data kualitatif berupa informasi hasil wawancara. Sedangkan sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder berupa
laporan realisasi pendapatan daerah dari tahun 2017 sampai 2021 yang diterbitkan
oleh BAPENDA Kabupaten Garut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pajak
restoran menjadi jenis pajak paling efektif, sedangkan yang efektivitasnya paling
rendah adalah BPHTB. PBB-P2 memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan
pajak daerah, sedangkan yang memberikan kontribusi terkecil adalah pajak sarang
burung walet. Pajak reklame menjadi jenis pajak daerah yang pertumbuhannya
paling pesat, sedangkan yang paling lambat pertumbuhannya adalah pajak mineral
bukan logam dan batuan. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan
tipologi klassen dan MDS diperoleh hasil bahwa pajak penerangan jalan dan PBB-
P2 masuk dalam kuadran prima atau menjadi pajak daerah unggulan di Kabupaten
Garut.

Kata Kunci: pajak daerah, efektivitas, kontribusi dan laju pertumbuhan.

1 Pendahuluan

Pembangunan daerah diselenggarakan oleh pemerintah untuk mendorong pemerataan


pembangunan dalam rangka memaksimalkan potensi yang dimiliki. Dana yang dibutuhkan oleh
pemerintah dalam menyelenggarakan pembangunan daerah cukup besar. Sehingga, untuk
membiayai proses pembangunan tersebut pemerintah harus menggali semua sumber pendapatan
daerahnya. Pendapatan daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana
perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004.

PAD merupakan pendapatan yang diperoleh daerah yang diambil berdasarkan peraturan daerah.
Komponen penerimaan PAD terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain- lain pendapatan asli daerah yang sah. Pajak daerah
adalah komponen yang berkontribusi besar bagi penerimaan PAD. Pajak daerah ini memiliki
prospek yang sangat baik terhadap pembangunan daerah. Dengan demikian, potensi pajak
daerah harus dikelola dengan baik untuk mengoptimalkan dan meningkatkan kontribusinya
sebagai sumber pendapatan asli daerah.
Jurnal Mahasiswa Ekonomi Neng Mulya Kamelia1, et. al.
Vol. ##; No. ##; Tahun ####
Halaman ###-###

Kabupaten Garut sebagai daerah otonom harus mampu menggali potensi yang dimiliki untuk
meningkatkan pendapatan asli daerah, sehingga dapat membuktikan bahwa Kabupaten Garut
sudah mandiri dalam mendanai kegiatan pemerintahan dan pembangunannya. Namun, pada
tahun anggaran 2020 target PAD Kabupaten Garut mengalami penurunan sebesar Rp 56,379
miliar (turun 11,25%) dari target awal Rp 501,054 miliar turun menjadi Rp 444,675 miliar.
Penurunan PAD terjadi karena turunnya target pajak daerah dan retribusi daerah. Pemerintah
Kabupaten Garut menurunkan target pajak daerah tahun 2020 menjadi Rp 105 miliar dari target
awal sebesar 160 miliar, karena melemahnya pendapatan pajak akibat pandemi covid-19. Selain
itu, realisasi penerimaan pajak daerah pada tahun 2017-2019 tidak mencapai target yang telah
ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti jadwal pemantauan dan evaluasi
yang kurang intensif dan lainnya.

2 Tinjauan Pustaka

2.1 Pajak Daerah

Siahaan (2016:10) menyebutkan bahwa pajak daerah adalah pajak yang ditetapkan dan dipungut
oleh pemerintah sesuai dengan peraturan daerah, dan dipakai untuk mendanai penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan di daerah. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Garut
Nomor 1 Tahun 2016 jenis pajak daerah terdiri atas: pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan,
pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir,
pajak air tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan,
dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

2.2 Efektivitas

Menurut Mahmudi (2015:86) bahwa: “Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan
tujuan”. Dalam hal ini, efektivitas digunakan untuk mengukur pencapaian pemerintah dalam
memungut atau menarik pajak daerah yang dibandingkan dengan target yang telah ditentukan
sebelumnya. Apabila sasaran dan tujuan akhir kebijakan tercapai dalam proses kegiatan maka
dapat dikatakan efektif. Rumus yang digunakan untuk mengukur efektivitas yaitu:

Realisasi Penerimaan Pajak Daerah


Efektivitas =
Target Pajak Daerah
× 100%
2.3 Kontribusi

Kontribusi merupakan sumbangan yang diberikan oleh badan atau orang pribadi untuk tujuan
tertentu. Mahmudi (2019:143) menyatakan bahwa: “Kontribusi merupakan perbandingan antara
penerimaan pajak dengan penerimaan PAD (Pendapatan Asli Daerah)”. Dalam penelitian ini
kontribusi digunakan untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana setiap jenis pajak daerah
dapat memberikan sumbangan terhadap total pendapatan pajak daerah. Rumus yang digunakan
untuk menghitung kontribusi yaitu:

Realisasi Penerimaan Pajak Daerah


Kontribusi =
Realisasi Penerimaan PAD
× 100%

2.4 Laju Pertumbuhan

www.jurnal.uniga.ac.id 2
Jurnal Mahasiswa Ekonomi Neng Mulya Kamelia1, et. al.
Vol. ##; No. ##; Tahun ####
Halaman ###-###

Kemampuan pemerintah dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah setiap tahunnya dapat
diukur dengan menghitung laju pertumbuhannya. Mahmudi (2019:137) menyatakan bahwa:
“Laju pertumbuhan merupakan gambaran untuk mengetahui kinerja anggaran pemerintah
selama beberapa periode”. Laju pertumbuhan dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
dan mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan serta mempertahankan
keberhasilan dari penerimaan setiap jenis pajak daerah. Rumus yang digunakan untuk mengukur
laju pertumbuhan yaitu:

Pendapatan t - Pendapatan (t-1)


Pertumbuhan Pendapatan = x 100%
Pendapatan (t-1)

2.5 Pemetaan Potensi

Potensi pajak daerah dapat dilihat melalui pemetaan potensi pajak daerah itu sendiri. Alat
analisis MDS dan tipologi klassen digunakan untuk membentuk pemetaan potensi pajak
daerah berdasarkan hasil perhitungan efektivitas, kontribusi dan laju pertumbuhan pajak
daerah. Apakah masuk dalam kuadran I, kuadran II, kuadran III atau kuadran IV.

3 Metode Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah pajak daerah yang dipungut di Kabupaten Garut. Metode yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa hasil wawancara
dengan informan. Yang mana informan dipilih dengan teknik purposive sampling. Sementara
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder yang diperoleh
dari laporan realisasi pendapatan daerah dari tahun 2017-2021 yang diterbitkan oleh BAPENDA
Kabupaten Garut. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan, dokumentasi dan wawancara.

Data yang telah diperoleh kemudian akan direduksi untuk memberikan gambaran yang lebih
jelas. Kemudian data akan diolah menggunakan rumus yang telah ditentukan untuk mengetahui
efektivitas, kontribusi dan laju pertumbuhan setiap jenis pajak daerah. Hasil dari pengolahan
data kemudian akan disajikan dalam bentuk deskriptif agar lebih jelas dan mudah dipahami .
Peneliti juga akan melakukan pemetaan potensi pajak daerah menggunakan hasil perhitungan
efektivitas, kontribusi dan laju pertumbuhan. Untuk pemetaan potensi sendiri digunakan alat
analisis berupa Tipologi klassen yang didasarkan pada rata-rata laju pertumbuhan dan rata-rata
proporsi setiap jenis pajak daerah. Selain itu, digunakan juga alat analisis MDS yang dilakukan
dengan menginput data berupa rata-rata efektivitas, kontribusi dan laju pertumbuhan ke dalam
aplikasi SPSS, yang nantinya akan diolah secara otomatis dan menghasilkan perceptual map
yang diukur dengan nilai Stress dan R Square.

4 Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1 Efektivitas Setiap Jenis Pajak Daerah di Kabupaten Garut

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui rata-rata efektivitas setiap jenis pajak daerah
selama 5 tahun terakhir, yang disajikan pada tabel berikut:

Tabel 1: Rekapitulasi Efektivitas Setiap Jenis Pajak Daerah Kabupaten Garut

www.jurnal.uniga.ac.id 3
Jurnal Mahasiswa Ekonomi Neng Mulya Kamelia1, et. al.
Vol. ##; No. ##; Tahun ####
Halaman ###-###

N Jenis Pajak 2017 2018 2019 2020 2021 Rata-rata


o
1 Pajak Hotel 90% 105% 105% 121% 118% 108%
2 Pajak Restoran 108% 131% 121% 110% 125% 119%
3 Pajak Hiburan 102% 123% 100% 101% 34% 92%
4 Pajak Reklame 97% 116% 112% 113% 111% 110%
5 Pajak Penerangan Jalan 101% 101% 102% 101% 104% 102%
6 Pajak Mineral Bukan Logam 107% 57% 74% 153% 59% 90%
dan Batuan
7 Pajak Parkir 83% 144% 120% 104% 68% 104%
8 Pajak Air Tanah 23% 107% 80% 105% 105% 84%
9 Pajak Sarang Burung Walet 103% 100% 100% 110% 102% 103%
10 Pajak Bumi dan Bangunan 102% 97% 97% 123% 103% 104%
Perkotaan / Perdesaan
11 Bea Perolehan Hak atas 79% 74% 50% 100% 108% 82%
Tanah dan Bangunan

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui, bahwa pajak restoran, pajak hotel, pajak reklame,
pajak penerangan jalan, pajak parkir, pajak sarang burung walet, dan PBB-P2 masuk dalam
kriteria “Sangat Efektif” karena rata-rata persentasenya >100%. Selanjutnya BPHTB dan pajak
air tanah masuk dalam kriteria “Cukup Efektif”. Sementara pajak hiburan dan pajak mineral
bukan logam dan batuan masuk dalam kriteria “Efektif”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
grafik yang disajikan dalam gambar berikut:

Efektivitas Pajak Daerah 2017-2021


140%
120%
100%
80%
60% Total Efektivitas
40% 2017-2021
20%
0%
el n J i r
t ra PJ rk W TB
Ho bu Pa SB H
ak Hi k ja
k BP
j k ja Pa
Pa ja Pa
Pa
Gambar 1: Efektivitas Pajak Daerah

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui, bahwa pajak restoran menjadi pajak yang
efektivitasnya paling tinggi dan BPHTB menjadi pajak yang efektivitasnya paling rendah.
Sementara permasalahan yang terjadi adalah tidak tercapainya target pajak daerah di Kabupaten
Garut dari tahun 2017-2021. Meskipun secara keseluruhan target pajak daerah tidak tercapai,
tetapi jika dilihat dari setiap jenisnya terdapat beberapa pajak yang selalu melebihi target salah
satunya yaitu pajak restoran. Hal ini karena target yang ditetapkan untuk pajak restoran tidak
terlalu besar hanya berkisar di angka belasan miliar, sehingga realisasinya dapat memenuhi
bahkan melebihi target. Berbeda dengan target yang ditetapkan untuk BPHTB yang berkisar di
angka puluhan miliar, besarnya penetapan target ini menyebabkan realiasi penerimaan BPHTB
dari tahun 2017-2019 tidak mencapai target. Sehingga dapat diketahui, bahwa tingginya

www.jurnal.uniga.ac.id 4
Jurnal Mahasiswa Ekonomi Neng Mulya Kamelia1, et. al.
Vol. ##; No. ##; Tahun ####
Halaman ###-###

efektivitas pajak restoran tidak dapat menjamin tercapainya target pajak daerah apabila target
dan realisasi jenis pajak tersebut kecil, sebaliknya ketika efektivitas dari BPHTB kecil maka
target penerimaan pajak daerah tidak tercapai karena target dan realisasi jenis pajak tersebut
sangat besar. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustoffa
(2018) yang menyebutkan bahwa jenis pajak yang paling efektif adalah pajak hotel, sedangkan
jenis pajak yang efektivitasnya paling rendah adalah pajak parkir. Begitu juga penelitian yang
dilakukan oleh Herjanti & Teg (2020) yang menyebutkan bahwa jenis pajak yang paling efektif
adalah pajak hiburan. Perbedaan ini terjadi karena penelitian yang dilakukan oleh Mustoffa
(2018) terjadi di kota besar yang notabenya kebanyakan pembangunan hotel, kemudian
penelitian dari Herjanti & Teg (2020) dilakukan di Kota Bogor yang banyak tempat wisata dan
hiburan, sementara peneliti melakukan penelitian di Kabupaten Garut yang lebih banyak
pembangunan restoran atau rumah makan.

4.2 Kontribusi Setiap Jenis Pajak Daerah di Kabupaten Garut

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui rata-rata kontribusi setiap jenis pajak
daerah selama 5 tahun terakhir, yang disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2: Rekapitulasi Kontribusi Setiap Jenis Pajak Daerah Kabupaten Garut


N Jenis Pajak 2017 2018 2019 2020 2021 Rata-rata
o
1 Pajak Hotel 6% 6% 7% 5% 5% 6%
2 Pajak Restoran 10% 12% 15% 11% 12% 12%
3 Pajak Hiburan 3% 4% 5% 2% 1% 3%
4 Pajak Reklame 3% 4% 4% 4% 4% 4%
5 Pajak Penerangan Jalan 24% 23% 23% 24% 23% 23%
6 Pajak Mineral Bukan Logam 3% 1% 1% 1% 1% 2%
dan Batuan
7 Pajak Parkir 0,33% 0,45% 0,68% 0,42% 0,26% 0,43%
8 Pajak Air Tanah 0,81% 0,52% 0,52% 0,36% 0,35% 0,53%
9 Pajak Sarang Burung Walet 0,01% 0,01% 0,01% 0,01% 0,01% 0,01%
10 Pajak Bumi dan Bangunan 33% 32% 32% 35% 33% 33%
Perkotaan / Perdesaan
11 Bea Perolehan Hak atas 16% 17% 13% 16% 19% 16%
Tanah dan Bangunan

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui, bahwa pajak bumi dan bangunan perdesaan
dan perkotaan memberikan kontribusi sebesar 33% dan masuk dalam kriteria “Cukup
Baik”. Kemudian pajak penerangan jalan masuk dalam kriteria “Sedang”. Selanjutnya
pajak restoran dan BPHTB masuk dalam kriteria “Kurang”. Sedangkan pajak hotel,
pajak hiburan, pajak reklame, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir,
pajak air tanah dan pajak sarang burung walet masuk dalam kriteria “Sangat Kurang”.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik yang disajikan dalam gambar berikut:

www.jurnal.uniga.ac.id 5
Jurnal Mahasiswa Ekonomi Neng Mulya Kamelia1, et. al.
Vol. ##; No. ##; Tahun ####
Halaman ###-###

Kontribusi Pajak Daerah 2017-2021


35%
30%
25%
20%
15% Total Kontribusi
10% 2017-2021
5%
0%
t el ra
n
PJ
J
rk
i r W B
Ho bu Pa SB PHT
ja
k Hi ja
k j ak B
Pa k Pa
ja Pa
Pa
Gambar 2: Kontribusi Pajak Daerah

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui, bahwa pajak bumi dan bangunan perdesaan
dan perkotaan merupakan jenis pajak yang kontribusinya paling besar dan pajak sarang
burung walet menjadi pajak yang berkontribusi paling sedikit. Meskipun target pajak
daerah di Kabupaten Garut secara keseluruhan tidak tercapai dari tahun 2017-2019,
tetapi penerimaannya selalu meningkat. Hal ini disebabkan karena penerimaan atau
realisasi PBB-P2 di Kabupaten Garut selama tiga tahun terakhir selalu meningkat,
dimana peningkatan realisasi pajak ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan
realisasi pajak daerah, karena kontribusi atau sumbangan yang diberikan oleh PBB-P2
cukup besar terhadap total pendapatan pajak daerah bahkan pada tahun 2021 jumlah
realisasi PBB-P2 mencapai angka 42,1 miliar. Kontribusi yang diberikan oleh PBB-P2
sangat jauh berbeda dengan kontribusi yang diberikan oleh pajak sarang burung walet,
perbedaannya pun cukup signifikan dimana pajak sarang burung walet hanya
memberikan kontribusi di kisaran belasan juta sementara PBB-P2 berkontribusi di
kisaran puluhan miliar. Sehingga ketika kontribusi PBB-P2 meningkat maka
penerimaan pajak daerah juga akan meningkat. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Mustoffa (2018) yang menyebutkan kontribusi pajak
penerangan jalan sangat tinggi sedangkan kontribusi paling rendah adalah pajak parkir.
Perbedaan ini terjadi karena pemungutan dan pengawasan pajak daerah yang dilakukan
oleh DPKAD Kabupaten Ponorogo berbeda dengan pemungutan dan pengawasan pajak
daerah yang dilakukan oleh BAPENDA Kabupaten Garut.

4.3 Laju Pertumbuhan Setiap Jenis Pajak Daerah di Kabupaten Garut

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui rata-rata laju pertumbuhan setiap jenis pajak daerah
selama 5 tahun terakhir, yang disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3: Rekapitulasi Laju Pertumbuhan Setiap Jenis Pajak Daerah Kabupaten Garut
N Jenis Pajak 2017 2018 2019 2020 2021 Rata-rata
o
1 Pajak Hotel 6% 15% -32% 8% -1%
2 Pajak Restoran 34% 23% -34% 18% 10%
3 Pajak Hiburan 58% 34% -63% -41% -3%
4 Pajak Reklame 27% 8% -6% 17% 11%

www.jurnal.uniga.ac.id 6
Jurnal Mahasiswa Ekonomi Neng Mulya Kamelia1, et. al.
Vol. ##; No. ##; Tahun ####
Halaman ###-###

5 Pajak Penerangan Jalan 8% 4% -6% 5% 3%


6 Pajak Mineral Bukan -39% -8% -16% -6% -17%
Logam dan Batuan
7 Pajak Parkir 55% 56% -46% -32% 8%
8 Pajak Air Tanah -13% -15% -38% 6% -15%
9 Pajak Sarang Burung 0,00% 9,05% -9,54% 2,29% 0,45%
Walet
10 Pajak Bumi dan Bangunan 9% 2% -2% 4% 3%
Perkotaan / Perdesaan
11 Bea Perolehan Hak atas 19% -24% 15% 29% 10%
Tanah dan Bangunan

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui, bahwa semua jenis pajak daerah di Kabupaten Garut
selama lima tahun terakhir masuk dalam kriteria “Tidak Berhasil” karena rata-rata
persentasenya <30%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik yang disajikan dalam
gambar 4.3 berikut:

Laju Pertumbuhan Pajak Daerah 2017-2021


15%
10%
5%
Total Laju Per-
0% tumbuhan 2017-
2021
-5% otel an J i r
ur PJ rk W
H b Pa SB
-10%ja
k Hi j ak j ak
Pa j ak Pa Pa
-15% Pa
-20%
Gambar 3: Laju Pertumbuhan Pajak Daerah

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui, bahwa jenis pajak daerah yang laju
pertumbuhannya paling pesat adalah pajak reklame dan jenis pajak daerah yang paling
lambat laju pertumbuhannya adalah pajak mineral bukan logam dan batuan. Adanya
penurunan target pajak daerah akibat pandemi covid-19 pada tahun anggaran 2020
menyebabkan turunnya target dari setiap jenis pajak daerah. Apabila target pajak
diturunkan maka penerimaan atau realisasi yang seharusnya bertam bah dari tahun
sebelumnya malah berkurang. Meskipun realisasi pajak reklame pada tahun 2020 turun
dari tahun sebelumnya, akan tetapi selama tiga tahun terakhir penerimaannya selalu
meningkat dan pada tahun 2021 juga mengalami peningkatan, sehingga kinerja
pendapatan pajak rekalme selama lima tahun terakhir cenderung meningkat. Sementara
penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan terus mengalami penurunan selama
lima tahun terakhir, sehingga kinerja pendapatannya cenderung turun. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Herjanti & Teg (2020) yang
menyebutkan bahwa pajak reklame merupakan jenis pajak yang pertumbuhannya paling
pesat di Kabupaten Bogor. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian antara penelitian
peneliti dengan penelitian sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan

www.jurnal.uniga.ac.id 7
Jurnal Mahasiswa Ekonomi Neng Mulya Kamelia1, et. al.
Vol. ##; No. ##; Tahun ####
Halaman ###-###

pemerintah dalam meningkatkan serta mempertahankan keberhasilan dari penerimaan


pajak reklame masih belum berhasil.

4.4 Potensi Setiap Jenis Pajak Daerah di Kabupaten Garut

1) Tipologi Klassen

Tipologi Klassen dalam penelitian ini digunakan sebagai alat untuk mengetahui potensi
dari setiap jenis pajak daerah. Adapun cara menggunakan tipologi klassen yaitu dengan
cara menghitung rata-rata proporsi dan pertumbuhan setiap jenis pajak daerah. Hasil
perhitungan proporsi dan pertumbuhan setiap jenis pajak daerah di Kabupaten Garut selama
tahun 2017 sampai dengan tahun 2021 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4: Hasil Perhitungan ∆ Yi dan ∆ Y


No Jenis Pajak Daerah ∆Yi ∆Y
1 Pajak Hotel 0,6453 0,1039
2 Pajak Restoran 1,3271 (0,2557)
3 Pajak Hiburan 0,3429 (0,0154)
4 Pajak Reklame 0,4108 (0,7514)
5 Pajak Penerangan Jalan 2,5627 (0,4780)
6 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 0,1710 0,5226
7 Pajak Parkir 0,0471 0,3612
8 Pajak Air Tanah 0,0586 0,8643
9 Pajak Sarang Burung Walet 0,0010 (0,3011)
10 Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan / Perdesaan 3,6354 (0,6378)
11 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 1,7981 0,0329

Berdasarkan tabel diatas dapat dibuat pemetaan untuk mengetahui potensi setiap jenis pajak
daerah di Kabupaten Garut, pemetaan potensi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

KUADRAN 1 KUADRAN 2
PRIMA PERKEMBANGAN

KUADRAN 3 KUADRAN 4
POTENSIAL TERBELAKANG
1. Pajak Restoran 1. Pajak Hotel
2. Pajak Penerangan Jalan 2. Pajak hiburan
3. Pajak Bumi dan Bangunan 3. Pajak Reklame
Perdesaan dan Perkotaan 4. Pajak Mineral Bukan Logam
4. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan dan Batuan
Bangunan 5. Pajak Parkir
6. Pajak Air Tanah
7. Pajak Sarang Burung Walet
Gambar 4: Pemetaan Potensi Pajak Daerah

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui, bahwa dari sebelas jenis pajak yang ada di
Kabupaten Garut tidak ada satu jenis pun yang masuk ke dalam kuadran prima dan
perkembangan. Dimana dalam penelitian ini, tipologi klassen didasarkan pada dua komponen
utama yaitu laju pertumbuhan dan kontribusi. Jika dilihat dari hasil perhitungan, PBB-P2,
BPHTB dan PPJ merupakan jenis pajak yang berkontribusi besar terhadap total penerimaan
pajak daerah. Sedangkan untuk laju pertumbuhan ketiga jenis pajak tersebut mengalami

www.jurnal.uniga.ac.id 8
Jurnal Mahasiswa Ekonomi Neng Mulya Kamelia1, et. al.
Vol. ##; No. ##; Tahun ####
Halaman ###-###

fluktuasi selama lima tahun terakhir. Dimana untuk PBB-P2 laju pertumbuhannya terus
menurun dari tahun 2018-2020 dan pada tahun 2021 hanya mengalami peningkatan sebesar 6%,
hal ini karena masih ada wajib pajak yang tidak membayar kewajibannya, padahal jumlah wajib
pajak yang terdaftar selalu bertambah kecuali pada tahun 2020. Kemudian untuk BPHTB laju
pertumbuhannya terus berfluktuasi, terutama pada tahun 2019 mengalami penurunan yang
sangat signifikan sebesar 43%. Hal ini disebabkan oleh pendataan objek pajak BPHTB yang
mengalami kendala karena banyak wajib pajak yang tidak melaporkan kewajibannya tepat
setelah transaksi jual beli dilakukan. Sementara untuk PPJ sendiri laju pertumbuhannya juga
terus berfluktuasi, dimana pada tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 6% karena perubahan
target yang dilakukan pemerintah serta adanya kebijakan pembebasan pembayaran tagihan
listrik bagi masyarakat pemakaian dibawah 50 va dalam rangka menjaga kemampuan konsumsi
masyarakat akibat pandemi covid-19 yang mana hal ini berpengaruh terhadap pendapatan pajak
penerangan jalan. Hal tersebut menyebabkan ketiga jenis pajak ini masuk dalam kuadran
potensial. Menurut Mahmudi (2019) jenis pajak yang masuk dalam kuadran potensial
merupakan jenis pajak yang memberikan kontribusi tinggi terhadap pajak daerah, tetapi
pertumbuhannya cenderung menurun dan lambat.

Selanjutnya, berdasarkan hasil pengolahan data dengan analisis tipologi klassen yang masuk
dalam kuadran terbelakang adalah pajak hotel, pajak hiburan, pajak reklame, pajak mineral
bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah dan pajak sarang burung walet. Jenis
pajak yang masuk dalam kuadran ini merupakan jenis pajak yang laju pertumbuhannya lambat,
hal ini diakibatkan oleh jumlah wajib pajaknya yang tidak berkembang bahkan tidak bertambah
setiap tahunnya. Selain itu, kontribusi yang diberikan oleh jenis pajak dalam kuadran ini cukup
rendah terhadap penerimaan pajak daerah. Sehingga jenis pajak ini akan menjadi kelemahan
bagi daerah Kabupaten Garut dalam meningkatkan perekonomiannya. Untuk memperbaiki
kondisi ini, maka pemerintah Kabupaten Garut harus mencari strategi untuk meningkatkan
kualitas masyarakatnya melalui program pendidikan dan pelatihan

2) Mutidimensional Scaling (MDS)

Dalam melakukan pemetaan potensi setiap jenis pajak daerah, didasarkan pada efektivitas,
kontribusi dan laju pertumbuhan setiap jenis pajak yang telah dihitung sebelumnya. Untuk
melihat apakah perceptual map yang dihasilkan telah sesuai atau tidak, maka dapat dilihat
melalui nilai stress dan R-square yang ditunjukkan pada gambar berikut:

                For  matrix

    Stress  =   ,00989      RSQ =  ,95236

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa nilai stress = 0,00989, maka kesesuaian
penelitian berada pada tingkat yang sempurna. Sehingga perceptual map yang dihasilkan dalam
penelitian ini, diasumsikan dapat menggambarkan jarak antar objek sesuai dengan
kebenarannya. Kemudiaan nilai RSQ = 0,95236, hal ini menunjukkan bahwa jarak yang
ditunjukkan dalam perceptual map memiliki kecocokan yang sempurna. Setelah meninjau nilai
stress dan RSQ, selanjutnya adalah melihat bagaimana potensi setiap jenis pajak daerah di
Kabupaten Garut melalui perceptual map atau peta persepsi. Potensi setiap jenis pajak daerah
berdasarkan perceptual map dapat dilihat pada gambar berikut:

www.jurnal.uniga.ac.id 9
Jurnal Mahasiswa Ekonomi Neng Mulya Kamelia1, et. al.
Vol. ##; No. ##; Tahun ####
Halaman ###-###

Gambar 5: Perceptual Map Potensi Pajak Daerah

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui, bahwa pajak penerangan jalan dan PBB-P2 masuk
dalam kuadran prima atau menjadi pajak daerah unggulan di Kabupaten Garut, hal ini diperkuat
dengan adanya data dari BAPENDA yang menunjukkan bahwa penerimaan dari pajak
penerangan jalan dan PBB-P2 masing-masing adalah Rp 203.400.751.421,- dan Rp
143.425.438.246,- selama lima tahun terakhir. Dari pendapatan tersebut diperoleh kontribusi
sebesar 23% dan 33%, efektivitas sebesar 102% dan 104% serta laju pertumbuhan sebesar 3%
dan 10% untuk kedua jenis pajak tersebut, sehingga pajak penerangan jalan dan PBB-P2
menjadi pajak daerah unggulan di Kabupaten Garut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh
Mustoffa (2018) yang menyebutkan bahwa pajak penerangan jalan menjadi pajak daerah
unggulan di Kabupaten Ponorogo. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian antara hasil
penelitian peneliti dengan penelitian sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pajak
penerangan jalan dan pajak bumi dan bangunan sesuai dengan teori yang disampaikan oleh
(Siahaan, 2016) yang menyebutkan bahwa pajak daerah memiliki fungsi untuk mengisi kas
daerah yang nantinya akan digunakan untuk pembangunan daerah. Dengan adanya kontribusi
dari pajak penerangan jalan dan PBB-P2, maka pembangunan di Kabupaten Garut dapat
terlaksana karena adanya suntikan dari masyarakat berupa setoran pajak kepada Badan
Pendapatan Daerah Kabupaten Garut.

Sementara, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan masuk dalam kuadran berkembang.
Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Garut memiliki kualitas SDM yang memadai, namun
belum mampu mengelola seluruh potensi BPHTB yang sangat tinggi. Langkah yang paling
efektif untuk mengatasi kondisi ini yaitu dengan mengelola penerimaan BPHTB secara berkala
dan berkesinambungan, melakukan kerjasama dengan pihak ketiga untuk mengelola sumber
daya yang ada serta memberikan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan sumber daya
manusia.

Selanjutnya, berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan analisis MDS terdapat
empat jenis pajak daerah yang masuk dalam kuadran potensial di Kabupaten Garut yaitu pajak
restoran, pajak reklame, pajak hotel dan pajak parkir. Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dahri (2015) yang menyatakan bahwa berdasarkan analisis
tipologi klassen jenis pajak yang potensial adalah BPHTB. Perbedaan ini terjadi karena
perbedaan tipologi daerah, sehingga potensi pajak daerah yang dimiliki oleh Kabupaten Garut
akan berbeda dengan potensi yang dimiliki oleh Kota Palopo. Kemudian untuk pajak hiburan,
pajak air tanah, pajak mineral bukan logam dan batuan serta pajak sarang burung walet masuk
dalam kuadran terbelakang. Sehingga pemerintah Kabupaten Garut harus terus berupaya dalam

www.jurnal.uniga.ac.id 10
Jurnal Mahasiswa Ekonomi Neng Mulya Kamelia1, et. al.
Vol. ##; No. ##; Tahun ####
Halaman ###-###

menggali setiap potensi yang ada untuk memaksimalkan penerimaan keempat jenis pajak daerah
tersebut. Menurut Rosidin (2015:443) upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah
daerah untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah melalui optimalisasi, intensifikasi dan
ekstensifikasi pajak yaitu dengan memperluas basis pemungutan, meningkatkan efisiensi
administrasi dan menekan biaya pemungutan, melakukan perencanaan yang baik dan
memperkuat proses pemungutan pajak.

5 Simpulan dan Saran

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pajak restoran menjadi jenis pajak paling efektif di Kabupaten Garut, sedangkan jenis
pajak yang efektivitasnya paling rendah adalah BPHTB. Pajak hiburan dan pajak mineral
bukan logam dan batuan masuk dalam kriteria “Efektif”. Pajak air tanah masuk dalam
kriteria “Cukup Efektif”. Kemudian sisanya masuk dalam kritera “Sangat Efektif”.
2. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan memberikan kontribusi terbesar
dalam penerimaan pajak daerah di Kabupaten Garut, sedangkan jenis pajak daerah yang
memberikan kontribusi terkecil adalah pajak sarang burung walet. Pajak penerangan jalan
masuk dalam kriteria “Sedang”. Kemudian pajak restoran dan BPHTB masuk dalam
kriteria “Kurang”. Sedangkan sisanya masuk dalam kriteria “Sangat Kurang”.
3. Pajak reklame menjadi jenis pajak daerah yang pertumbuhannya paling pesat, sedangkan
jenis pajak daerah yang paling lambat pertumbuhannya adalah pajak mineral bukan
logam dan batuan. Laju pertumbuhan dari sembilan jenis pajak lainnya masuk dalam
kriteria “Tidak Berhasil”.
4. Pemetaan potensi pajak daerah menggunakan pendekatan tipologi klassen menghasilkan
empat jenis pajak di posisi potensial yaitu pajak restoran, pajak penerangan jalan, PBB-
P2 dan BPHTB. Tujuh jenis pajak di posisi terbelakang yaitu pajak hotel, pajak hiburan,
pajak reklame, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah dan
pajak sarang burung walet. Sedangkan pemetaan potensi pajak daerah menggunakan
pendekatan multidimensional scalling menghasilkan dua jenis pajak di posisi prima yaitu
pajak penerangan jalan dan PBB-P2. Satu jenis pajak di posisi berkembang yaitu BPHTB.
Empat jenis pajak di posisi potensial yaitu pajak hotel, pajak restoran, pajak parkir dan
pajak reklame. Empat jenis pajak di posisi terbelakang yaitu pajak hiburan, pajak air
tanah, pajak mineral bukan logam dan batuan serta pajak sarang burung walet.

5.1 Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian yang telah diuraikan, maka peneliti
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Garut diharapkan lebih memperhatikan
potensi-potensi yang ada untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah.
2. Bagi Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kabupaten Garut agar penerimaan
pajak daerah dapat optimal, maka BAPENDA harus mampu memaksimalkan
intensifikasi, ekstensifikasi promosi, ekspansi, pengembangan dan edukasi.

www.jurnal.uniga.ac.id 11
Jurnal Mahasiswa Ekonomi Neng Mulya Kamelia1, et. al.
Vol. ##; No. ##; Tahun ####
Halaman ###-###

3. Bagi Wajib Pajak, diharapkan dapat memenuhi kewajibannya dalam membayar


pajak sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan.
4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan dengan
memperluas objek penelitian.

Daftar Pustaka

Herjanti, S., & Teg, I. W. T. (2020). Analisis Efektivitas dan Laju Pertumbuhan Pajak Daerah
serta Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bogor Periode 2013-2017.
Jurnal Ilmiah Akuntansi, 8(1), 37–48. Retrieved April 28, 2022, from
https://jurnal.ibik.ac.id/index.php/jiakes/article/view/ 289.
Kautsar, M. Al, Basith, A. A., & Gunawan, L. (2020). Analisis Kontribusi, Efektivitas dan Laju
Pertumbuhan Penerimaan Pajak Parkir terhadap Pendapatan Pajak Daerah di Kabupaten
Garut. Jurnal Wacana Ekonomi, 20(01), 026–037. Retrieved November 19, 2021, from
https://journal.uniga.ac.id/index.php/JA/article/view/1124.
Mahmudi. (2015). Manajemen Kinerja Sektor Publik (Edisis Ketiga). UPP STIM YKPN.
Mahmudi. (2019). Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Edisi Keempat). UPP
STIM YKPN.
Mustoffa, A. F. (2018). Kontribusi Dan Efektifitas Pajak Daerah Kabupaten Ponorogo. Jurnal
Akuntansi Dan Pendidikan, 7(1), 1–14. Retrieved November, 2021, from http://e-
journal.unipma.ac.id/index.php/assets/article /view/1634.
Siahaan, M. P. (2016). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Edisi Revisi). Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. http://www.rajagrafindo.co.id.

www.jurnal.uniga.ac.id 12

Anda mungkin juga menyukai