DISUSUN OLEH :
KELAS : 2B TRJT
NIM : 42221037
2. Dasar Teori
Q-meter adalah salah satu instrument ukur untuk mengukur factor
kualitas (Q-faktor) dan nilai induktansi sebuah lilitan (indukctor). Resistansi
lilitan dan kapasitansi sebuah kapasitor. Besarnya nilai reaktansi sebuah inductor
ditentukan oleh frekuensi dimana inductor tersebut bekerja.
pada frekuensi tinggi, sebuah lilitan mempunyai rangkaian ekivalen
seperti pada gambar 1. Sebuah lilitan (kumparan) selain mempunyai sifat
sebagai sebuah inductor, padanya terdapat juga kapasitif parasitic yang timbul
diantara lilitan suatu dengan lainnya serta rugi-rugi ‘ohmic’ dari inductor.
Keterangan:
L1 = induktansi diri lilitan (self indukctive)
Rs = resistansi seri lilitan yang menimbulkan rugi-rugi dalam
Lilitan (nilai resistansi menggambar ukuran kualitas sebuah inductor)
Cp = kapasitansi paralel yang dibangkitkan antara lilitan yang berdekatan.
1. Q= 𝒙 𝒍 𝟐𝝅𝑭𝑳
𝑹𝒔
= 𝑹𝒔
Lilitan akan berosonansi dengan dirinya sendiri bila.
2.
xl = XCP
𝟏
3. FO =
𝟐𝝅√𝑳𝑪
Dalam percobaan, harga kapasitansi parasistik paralel dan lilitan dianggap cukup
kecil untuk dapat diabaikan. Untuk mengetahui harga induktansi dari lilitan yang
akan di ukur, maka lilitan tersebut di resonansikan dengan variable kapasitor yang
terdapat dalam Q-meter.
Saat lilitan beresonansi dengan kapasitor internal Q-meter, maka harga factor
kualitas Q pada meter akan besar dan menunjuk pada harga tertentu. Bila frekuensi
diketahui dan harga variable kapasitor yang terbaca pada Q-meter diketahui, maka
nilai induktansi lilitan akan diketahui.
Dengan diperolehnya harga industansi dari lilitan serta diketahui harga factor
kualitas Q (hasul ukur), maka nilai resistansi seri dalam lilitan dapat dihitung.
4. Atur sekala batas ukur induktansi pada tombol kiri bawah [2] Q- meter
dan skala factor kualtias Q pada kanan bawah [17] Q-meter.
5. On-kan Q-meter [1]. Putar perlahan-lahan pengatur nilai variable kapasitor
[16] sehingga diperoleh simpangan maksimum pada jarum meter. Posisi jarum
penunjuk pada ∆C [15] pada posisi 0 pF.
Besarnya harga induktansi sebuah lilitan ditentukan oleh jumlah lilitan (N), diameter
lilitan (d), Panjang lilitan (p) diameter kawat lilitan (r) serta inti lilitan. Sebuah lilitan
yang mempunyai dimensi yang sama tetapi mempunyai inti lilitan yang berbeda
(ferrit atau udara) akan mempunyai harga factor kualitas Q dan harga induktansi
yang berbeda pula.
3.
Alat dan bahan
Q-meter (HP-…….) : 1 buah
Koker diameter r = 4mm : 1 buah
Koker diameter 1 = 8 mm : 1 buah
Jangka Sorong : 1 buah
Cutter : 1 buah
Solder : 1 buah
Timah
Kawat email 0,2 mm & 0,4 mm masing – masing 40 cm
4.
Langkah percobaan
1. Buatlah sebuah lilitan dari kawat email diameter 0,2 mm pada koker 4mm
(inti udara) dan pada koker 8 mm (inti udara) dengan jumlah lilitan masing-
masing 10 lilitan. Upayakan agar ada sisa kawat pada ujung koker agar
mudah dikoneksikan pada terminal Q-meter.
2. Pasangkan lilitan tersebut pada termiuanl pengukuran Q-meter seperti
gambar berikut. Lihat panel atas q-meter [8].
3. Atur sekala pengatur frekuensi [3] sehingga garis penunjuk tepat pada huruf
L warna biru pada display. (lihat gambar 4).
4. Harga yang tunjukkan oleh jarum meter menyatakan harga factor kualitats Q
dari lilitan [9].
5. Baca harga induktansdi lilitan pada panel display pemutar variable kapasitor
yang berwarna biru [12]. Nilai induktansi lilitan adalah harga yang tertera
pada display dikalikan dengan factor pengali sesuai batas ukur pada tombol
yang tentukan semula [2].
6. Ulangi Langkah 1 dan 2 untuk dengan inti koker adalah ferrit. Catat hasilnya.
7. Lakukan hal yang sama untuk diameter 0,4 mm.
8. Metode kedua dapat dilakukan dengan cara sebagai beikut. Tentukan harga
frekunesi kerja pada frekuensi 10 mhz. [5] dan [6].
9. Putar variable kapasitor [16] sehingga diperoleh simpangan maksimum pada
jarum pada Q-meter.
10. Catat nilai variable kapasitor sesuai penunjukan pada panel display warna
hitam [14].
11. Dengan menggunakan persamaan (3) pada dasar teori, hitunglah harga
induktif dari lilitan.
12. Buatlah Analisa dan kesimpulan dari percobaan yang saudara lakukan.
6.
Analisa data
𝑋𝐿 𝑊.𝐿 2𝜋𝐹𝐿 𝑑𝑦
𝑄=𝑅 = 𝑅 =𝑅 𝑅 = 𝑑𝑥
a. Diketahui
F = 9 MHz = 10−6 Hz
L = 1,68 𝜇H = 1,68 ∗ 10−6 H
Q = 111
Penyelesaian
2𝜋= 2.3,14.(9.10−6) . (1,68.10−6) 94.953 =
R Q = 111 0,8 55Ω
b. Diketahui :
F = 10 MHz = 10−6 Hz
L = 2,24 𝜇H = 2,24 ∗ 10−6 Hz
Q = 117
Penyelesaian
2𝜋 2.3,14.(10.10−6) . (2,24.10−6) 140,672
RQ = 117 = 117 = 1,202Ω
c. Diketahui
:
F = 11 MHz = 10−6 Hz
L = 1,37𝜇H = 1,37∗ 10−6 Hz
Q = 125
Penyelesaian
2𝜋 2.3,14.(11.10−6) . (1,37.10−6) 94,639
RQ = 125 = 125 = 0,757 Ω
d. Diketahui
:
F = 12 MHz = 10−6 Hz
L = 2,55 𝜇H = 32,55 ∗ 10−6 Hz
Q = 140
Penyelesaian
2𝜋 2.3,14.(12.10−6) . (2,55.10−6) 192,168
R = Q 140 = 140 = 1,372 Ω
e. Diketahui
:
F = 13MHz = 10−6 Hz
L = 3,5 𝜇H = 3,5 ∗ 10−6 H
Q = 150
Penyelesaian
2𝜋 2.3,14.(13.10−6) . (3,5.10−6) 285,74
RQ = 150 =150 =1,904 Ω
f. Diketahui :
F = 10 MHz = 10−6 Hz
L = 1,14 𝜇H = 1,14 ∗ 10−6 H
Q = 123
Penyelesaian
2𝜋 2.3,14.(10.10−6) . (1,14.10−6) = 71,592
R =Q 123 123 = 0,582 Ω
g. Diketahui :
F = 11 MHz = 10−6 Hz
L= 1,37 𝜇H = 1,37 ∗
10−6 H
Q = 125
Penyelesaian
2𝜋 2.3,14.(11.10−6) . (1,37.10−6) = 94,639 =
RQ = 125 125 0,757 Ω
h. Diketahui
:
F = 12 MHz = 10−6 Hz
L = 1,32𝜇H = 1,32 ∗ 10−6 H
Q = 159
Penyelesaian
2𝜋 2.3,14.(12.10−6) . (1,32.10−6) = 99,475
R Q= 159 159 =0,625Ω
I. Diketahui :
F = 13 MHz = 10−6 Hz
L = 1,76 𝜇H = 1,76 ∗ 10−6 H
Q = 136
Penyelesaian :
2𝜋 2.3,14.(13.10−6) . (1,76.10−6) = 143,686
R =
Q 136 136 = 1,056 Ω
j. Diketahui :
F = 14 MHz = 10−6 Hz
L = 2,7 𝜇H = 2,7 ∗ 10−6 H
Q = 160
Penyelesaian :
2𝜋 2.3,14.(14.10−6) . (2,7.10−6) = 237,384
R =
Q 160 160 = 1,483 Ω
7.
Kesimpulan
Dari hasil pratikum didapatkan data bahwa semakin besar nilai frekuensi
semakin besar pula nilai Q dan R itu terjadi Ketika yang diukur memiliki bahan
inti feritik, sedangkan jika bahan inti udara nilai frekuensi semakin besar maka
nilai Q juga berambah besar. Namun pada nilai R nya mengalami penurunan.