SPI 201
PENILAIAN UNTUK PELAPORAN KEUANGAN
1.0 Pendahuluan
1.1 Petunjuk teknis (Juknis) ini membahas mengenai pedoman penilaian aset
berwujud terkait dengan revaluasi dalam rangka pelaporan keuangan, serta
tujuan perpajakan. Juknis ini memberikan panduan mengenai Lingkup
Penugasan, Implementasi dan Pelaporan Penilaian untuk penilaian dengan
tujuan pelaporan keuangan sebagaimana diatur pada SPI 201 atau untuk tujuan
perpajakan.
1.2 Aset Berwujud yang dibahas dalam juknis ini mencakup aset tetap dan
properti investasi.
1.3 Juknis ini tidak mengatur cara penulisan, namun memberikan gambaran terkait
dengan hal-hal teknis dalam proses penilaian yang dimaksud dalam Lingkup
Penugasan, hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada proses Implementasi dan
hal-hal yang perlu diungkapkan dalam Pelaporan Penilaian.
1.5 Jenis, isi dan kedalaman Pelaporan Penilaian sesuai dengan yang dinyatakan di
dalam Lingkup Penugasan yang disepakati dengan Pemberi Tugas dan tertuang
di dalam kontrak atau perjanjian kerja.
1.7 Sepanjang sesuai dan relevan, SPI 201 berikut Juknis ini dapat juga digunakan
sebagai rujukan dalam melaksanakan revaluasi aset tetap untuk tujuan
perpajakan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
79/PMK.03/2008 juncto Nomor 191/PMK.010/2015 juncto Nomor
233/PMK.03/2015 berikut Peraturan Dirjen Pajak Nomor Per-37/PJ/2015 dan
peraturan perundang terkait.
1.9 Juknis ini diterbitkan dan dapat dipergunakan sejak tanggal 1 Februari 2016.
Aset Tetap yang dimaksud dalam Juknis ini adalah sama dengan
terminologi Aktiva Tetap dalam konteks perpajakan.
2.1.2 Properti Investasi adalah properti (tanah dan bangunan atau bagian dari
suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau
lessee melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk
kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak untuk:
Definisi Aset Tetap dan Properti Investasi diatas sesuai dengan PSAK 16 dan
PSAK 13.
2.5 Nilai Wajar adalah estimasi harga yang akan diterima dari penjualan aset atau
dibayarkan untuk transfer liabilitas dalam transaksi yang teratur di antara
pelaku pasar pada tanggal pengukuran (SPI 102 – 3.19).
Definisi Nilai Wajar ini sesuai dengan definisi pada PSAK 68 atau IFRS 13.
2.6 Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (Highest and Best Use - HBU), didefinisikan
sebagai penggunaan yang paling mungkin dan optimal dari suatu aset, yang
secara fisik dimungkinkan, telah dipertimbangkan secara memadai, secara
hukum diizinkan, secara finansial layak, dan menghasilkan nilai tertinggi dari
aset tersebut (KPUP - 12.1).
2.10 Penilaian aset untuk tujuan pelaporan keuangan dimaksudkan untuk memberi
gambaran mengenai nilai aset yang sebenarnya (riil) dari entitas, dibandingkan
dengan nilai buku yang lebih berupa pencatatan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan.
Penugasan penilaian pada tahap awal dimulai dengan memahami Lingkup Penugasan
sesuai dengan tujuan penilaian yang akan dilaksanakan.
Selain pemberian opini Nilai Wajar sesuai dengan yang diatur SPI 201, terdapat
pekerjaan tambahan (lihat SPI 364) yang dapat diminta oleh pemberi tugas dan harus
dinyatakan secara jelas di dalam Lingkup Penugasan.
Persyaratan dari Lingkup Penugasan sebagaimana dimaksud dalam SPI 103 – 5.3
harus digunakan Penilai secara konsisten, dimana sistematika dan isinya dijelaskan
sebagai berikut :
Referensi
Hal Penjelasan
SPI 103
Pemberi Tugas 5.3.1.2 Bila tidak dinyatakan lain oleh peraturan dan
dan Pengguna perundangan yang berlaku, maka Pemberi Tugas dan
Laporan Pengguna Laporan adalah Entitas Pemilik
Aset/Manajemen.
Objek penilaian 5.3.1.4 Penilai harus mendapatkan informasi secara jelas dari
Pemberi Tugas atas objek penilaian yang akan dinilai.
Dasar Nilai 5.3.1.6 Berdasarkan SPI 102 - 3.19 dan SPI 201 – 5.2 dasar
nilai yang digunakan adalah Nilai Wajar. Dasar Nilai ini
harus didefinisikan sesuai dengan SPI.
Sifat dan 5.3.1.10 Data dan informasi lain yang dianggap dapat
sumber dipercaya dalam mendukung pelaksanaan penilaian
informasi yang dalam juknis ini dapat bersumber dari :
dapat Badan Pertanahan Nasional,
diandalkan
Bank Indonesia,
Badan Pusat Statistik (BPS),
Asosiasi Profesi Penilai di Indonesia maupun di Luar
Negeri,
Sumber lainnya yang dapat dipercaya.
Asumsi dan 5.3.6 Asumsi dan metode yang mendasari opini nilai sesuai
asumsi khusus dengan sifat dari data masukan/input penilaian harus
dijelaskan, sehingga Entitas Pemberi Tugas dapat
membuat klasifikasi aset ke dalam Hirarki Nilai Wajar
yang disyaratkan sesuai dengan SPI 201-6.3.
4.1 Investigasi
4.1.1 Proses pengumpulan data yang cukup dapat dilakukan dengan cara
inspeksi, penelaahan, penghitungan dan analisis yang dilakukan
dengan cara yang benar. Penilai harus menentukan batasan, sejauh
mana data yang dibutuhkan adalah cukup untuk tujuan penilaian.
4.1.7 Hirarki Nilai Wajar memberikan prioritas tertinggi kepada harga yang
langsung dikutip dari pasar atau harga kuotasian (tanpa penyesuaian)
di pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik (input level 1)
kemudian input yang dapat diobservasi dari pasar/data pasar baik
secara langsung maupun tidak langsung (input level 2) dan prioritas
terendah untuk input yang tidak dapat diobservasi dari pasar (input
level 3) yang umumnya terkait dengan properti khusus atau properti
dengan pasar yang terbatas.
4.2.1 Tujuan penilaian pada SPI 201 dan Juknis ini adalah pelaporan
keuangan, dimana sesuai dengan Hirarki Nilai Wajar yang dijelaskan
pada 4.1.7, pendekatan penilaian yang relevan dibutuhkan didalam
menentukan Nilai Wajar level 2 dan level 3, dikarenakan adanya
penyesuaian yang dibutuhkan dalam menentukan opini Nilai Wajar.
Tanah HBU
Personal Properti
HBU
Berwujud
Contoh:
Pabrik yang terletak di lokasi yang sudah berkembang menjadi
residensial mengindikasikan penggunaan tidak memenuhi HBUnya,
sehingga dinilai sebagai tanah kosong berdasarkan penggunaan
alternatif untuk pengembangan perumahan (HBU as though vacant)
dan ditambahkan dengan Nilai Sisa (jika ada) dari bangunan pabrik
dan Nilai Wajar dari mesin dan peralatan dengan asumsi dinilai ex-
situ.
4.2.6 Apabila aset tergolong ke dalam aset non operasional, maka Penilai
akan menentukan HBU tanah untuk penggunaan alternatif yang
mungkin berbeda dengan penggunaan sebelumnya.
4.2.7 Khusus untuk penilaian aset sektor publik, yang umumnya tergolong
sebagai properti khusus, maka Penilai akan menghitung Nilai Wajar
aset sebagai Nilai Wajar tanah (HBU – penggunaan alternatif) + Nilai
Wajar bangunan (lihat DRC pada SPI 350) + Nilai Wajar Mesin in situ.
Hal ini didasarkan kepada pertimbangan bahwa untuk kepentingan
aset sektor publik, harus menggunakan lokasi yang ditentukan
Pemerintah dan umumnya memiliki perijinan khusus, sehingga tidak
dimungkinkan untuk hanya dibangun di lokasi dengan peruntukan
yang sesuai (industri). Dalam hal ini, Penilai akan menggunakan asumsi
khusus bahwa pengembangan di atas tanah telah mencerminkan HBU
Contoh:
Gardu Induk yang terletak di lokasi komersial, akan dinilai dengan
asumsi khusus bahwa pengembangan sebagai gardu telah
memenuhi HBU sesuai dengan pengembangan di lokasi sekitarnya
yaitu komersial, sehingga tanah dinilai sebagai tanah komersial
tanpa memperhitungkan biaya pembongkaran karena gardu akan
diteruskan penggunaannya. Sedangkan untuk bangunan serta
mesin dan peralatan akan dinilai sesuai dengan penggunaan yang
ada sebagai gardu dengan asumsi in-situ.
Input data yang digunakan dalam setiap level dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Objek
Pasar Pendapatan Biaya Keterangan
Penilaian
Level 1 Dikutip langsung NA NA HBU
tanpa
penyesuaian
Level 2 Dihitung sebagai Properti komersial Indikasi Nilai Wajar HBU
satu kesatuan seperti, tanah dalam
dengan perkantoran, hotel keadaan kosong
menggunakan dan properti ditambah Biaya
data yang sejenis penghasil Pengganti Baru
dan sebanding pendapatan; (RCN) bangunan
dari pasar. dengan dan/atau personal
menggunakan data properti berwujud
masukan yang yang disesuaikan
dapat diobservasi dengan penyusutan
dari pasar. fisik, fungsi dan
eksternal, dengan
menggunakan data
masukan yang
dapat diobservasi
dari pasar.
Level 3 - Proxy dari properti RCN dikurangi HBU
penghasil dengan penyusutan, hipotetis
pendapatan dimana data
hipotetis yang masukan tidak
dimungkinkan dapat diobservasi
dikembangkan di dari pasar.
lokasi dengan
karakteristik yang
mirip.
Referensi
Hal Penjelasan
SPI 105
Dasar Nilai 5.1.6 Tujuan penilaian akan menentukan dasar nilai yang
digunakan. Dasar nilai harus dinyatakan dan
didefinisikan secara lengkap di dalam laporan
penilaian.
Asumsi dan 5.1.11 Asumsi dan metode yang mendasari opini nilai
asumsi sesuai dengan sifat dari data masukan/input
khusus penilaian harus dijelaskan, sehingga Entitas
Pemberi Tugas dapat membuat klasifikasi aset ke
dalam Hirarki Nilai Wajar yang disyaratkan sesuai
dengan SPI 201-6.3.
Rujukan sistematika dan isi laporan penilaian dapat dilihat pada Lampiran 3.
Diagram A
Aset Tetap
HBU as
HBU as vacant
improved
Nilai Wajar
Nilai Wajar
asset*
tanah (existing use)
(alternative
*satu kesatuan tanah, bangunan, mesin
+
use)
Nilai Sisa
bangunan +
Mesin ex-situ
Aset Tetap
HBU as
HBU as vacant
improved
Nilai Wajar
bangunan +
mesin in situ
Ya Tidak
*Observable inputs termasuk data pasar (harga dan informasi lainnya) yang tersedia secara publik
‡ Unobservable inputs termasuk data entitas sendiri (proyeksi, budget dsb)
Ilustrasi - A
Penilaian Bangunan Gudang di Lokasi Komersial
Ilustrasi - B
Penilaian Bangunan Pabrik dengan excess land di Zona Transisi yang sudah
mengarah ke Komersial.
Asumsi (i) Pabrik masih memiliki ijin untuk beroperasi dan memenuhi HBU as
improved
Indikasi Nilai Wajar Pabrik Rp 25,000,000,000,-
Tanah (asumsi peruntukan tanah industri) Rp 12,000,000,000,- (a1)
Bangunan Rp 5,000,000,000,-
Mesin & Peralatan (in situ) Rp 8,000,000,000,-
Asumsi (ii) Pabrik masih memiliki ijin untuk beroperasi tapi tidak memenuhi HBU
Indikasi Nilai Wajar Pabrik Rp 27,000,000,000,-
Tanah (asumsi HBU untuk penggunaan alternatif) Rp 27,000,000,000,- (a2)
Bangunan (Nilai Sisa) Rp 1,000,000,000,-
Mesin & Peralatan (ex situ) Rp 5,000,000,000,-
Asumsi (ii)
Nilai Wajar Aset Rp 32,000,000,000,-
Tanah Rp 32,000,000,000,- (a2+b)
Bangunan (Nilai Sisa) Rp 1,000,000,000,-
Mesin & Peralatan (ex situ) Rp 5,000,000,000,-
Ilustrasi - C
Penilaian Aset Publik (Infrastruktur) berupa Gardu Induk yang berlokasi di Zona
Komersial
v. Ringkasan Penilaian
Apabila laporan penilaian panjang dan kompleks,
ringkasan dari hal utama dan kesimpulan penting
di dalam penilaian menjadi berguna. Ringkasan ini
sering disebut juga sebagai Ringkasan Eksekutif
(Executive Summary) yang akan memudahkan
pengguna laporan dan memungkinkan Penilai
untuk memberi penekanan kepada hal-hal utama
yang dipertimbangkan dalam mencapai opini nilai
final.
Pernyataan Penilai
3. Kami tidak mempunyai kepentingan baik sekarang atau di masa yang akan
datang terhadap properti yang dinilai, maupun memiliki kepentingan pribadi
atau keberpihakan kepada pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan
terhadap properti yang dinilai.
5. Biaya jasa profesional tidak dikaitkan dengan nilai yang telah ditentukan
sebelumnya atau gambaran nilai yang diinginkan oleh Pemberi Tugas,
besaran opini nilai, pencapaian hasil yang dinyatakan, atau adanya kondisi
yang terjadi kemudian (subsequent event) yang berhubungan secara
langsung dengan penggunaan yang dimaksud.
10. Tidak seorangpun selain yang bertandatangan di bawah ini, yang telah
terlibat dalam pelaksanaan inspeksi, analisis, pembuatan kesimpulan, dan
opini sebagaimana yang dinyatakan dalam laporan Penilaian ini.
11. Analisis, opini, dan kesimpulan yang dibuat oleh Penilai, serta laporan
Penilaian telah dibuat dengan memenuhi ketentuan Kode Etik Penilai
Indonesia (KEPI) dan SPI yang berlaku.
Nama dari individu yang terlibat dalam Penilaian namun tidak menandatangani
lembar Pernyataan Penilai harus dinyatakan.
Syarat Pembatas
Berikut adalah contoh dari syarat pembatas yang harus disesuaikan dengan
maksud dan tujuan penilaian :
1. Informasi yang telah diberikan oleh pihak lain kepada Penilai seperti yang
disebutkan dalam laporan Penilaian dianggap layak dan dipercaya, tetapi
Penilai tidak bertanggung jawab jika ternyata informasi yang diberikan itu
terbukti tidak sesuai dengan hal yang sesungguhnya. Informasi yang
dinyatakan tanpa menyebutkan sumbernya merupakan hasil penelaahan kami
terhadap data yang ada, pemeriksaan atas dokumen ataupun keterangan dari
instansi pemerintah yang berwenang. Tanggung jawab untuk memeriksa
kembali kebenaran informasi tersebut sepenuhnya berada dipihak Pemberi
Tugas.
2. Kecuali diatur berbeda oleh peraturan dan perundangan yang ada, maka
penilaian dan laporan Penilaian bersifat rahasia dan hanya ditujukan terbatas
untuk Pemberi Tugas yang dimaksud dan penasehat profesionalnya dan
disajikan hanya untuk maksud dan tujuan sesuai dengan yang dicantumkan
pada laporan Penilaian. Kami tidak bertanggung jawab kepada pihak lain selain
Pemberi Tugas dimaksud. Pihak lain yang menggunakan laporan ini
bertanggung jawab atas segala risiko yang timbul.
3. Nilai yang dicantumkan dalam laporan ini serta setiap nilai lain dalam Laporan
yang merupakan bagian dari properti yang dinilai hanya berlaku sesuai dengan
maksud dan tujuan Penilaian. Nilai yang digunakan dalam laporan Penilaian ini
tidak boleh digunakan untuk tujuan Penilaian lain yang dapat mengakibatkan
terjadinya kesalahan.
5. Kami tidak melakukan penyelidikan atas kondisi tanah dan fasilitas lingkungan
lainnya, untuk suatu pengembangan baru. Apabila tidak diinformasikan lain,
Penilaian kami didasarkan pada kewajaran, dan untuk suatu rencana
pengembangan tidak ada pengeluaran tidak wajar atau keterlambatan dalam
masa pembangunan.
7. Gambar, denah ataupun peta yang terdapat dalam laporan ini disajikan hanya
untuk kemudahan visualisasi saja. Kami tidak melaksanakan survei/pemetaan
dan tidak bertanggung jawab mengenai hal ini.
8. Keterangan mengenai rencana tata kota diperoleh dari Rencana Umum Tata
Ruang Kota dan Pernyataan Tertulis yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang. Kecuali diinstruksikan lain, kami beranggapan bahwa properti
yang dinilai tidak terpengaruh oleh berbagai hal yang bersifat pembatasan-
pembatasan dan properti maupun kondisi penggunaan baik saat ini maupun
yang akan datang tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan yang
berlaku.
9. Semua bukti kepemilikan, legalitas dan perijinan yang ada didasarkan kepada
informasi dan data yang diberikan Lembaga Petanahan selaku pemberi
tugas/pengguna laporan (bila dinyatakan lain sebutkan). Oleh karena itu, kami
tidak melakukan pengukuran ulang terhadap luasan properti secara detail,
melainkan data dari sertifikat & gambar bangunan yang diterima dari Pemberi
Tugas.
No. .......................
............., (tanggal surat)
Kepada Yth.
(sebutkan nama dan alamat KJPP/Instansi Penilai)
Dengan hormat,
a. Bahwa seluruh informasi dan pernyataan baik secara lisan maupun tulisan serta
dokumen baik dalam bentuk asli, foto copy dan/atau salinan yang kami
sampaikan kepada (sebutkan nama KJPP) yang kemudian di tuangkan dalam
bentuk laporan adalah benar-benar berasal dari (sebutkan nama Pemberi
Tugas), akurat, lengkap dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya serta
tidak mengalami perubahan lagi sampai dengan dikeluarkannya laporan
tersebut.
b. Bahwa atas isi dan segala sesuatu yang terdapat dalam laporan ini kami
(sebutkan nama Pemberi Tugas), memberikan pembebasan tanggung jawab
sepenuhnya kepada (sebutkan nama KJPP) termasuk didalamnya anggota
Partner dan seluruh staff yang ada dari tuntutan kerugian harta, gugatan dan
tanggung jawab (semuanya dalam bentuk apapun juga) baik secara sendiri-
sendiri maupun institusi yang timbul secara langsung maupun tidak langsung
oleh karena laporan ini terhadap pihak manapun juga apabila hal itu
diakibatkan oleh kesalahan penyampaian informasi atas dokumen – dokumen,
penyataan-pernyataan dan keterangan-keterangan baik dalam bentuk asli, foto
kopi, dan/atau salinan dari kami.
Hormat kami,
(nama Pemberi Tugas)
***********