Anda di halaman 1dari 31

Petunjuk Teknis

Penilaian Untuk Tujuan Lelang


(SPI 366)

Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI)


Komite Penyusun Standar Penilaian Indonesia (KPSPI)
2017
Hak cipta © 2017 Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI).

Hak cipta dilindungi Undang-Undang, Dilarang menerjemahkan, mencetak ulang, reproduksi atau
menggunakan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronik, mekanik,
termasuk foto copy dan rekaman atau menyimpan dalam sistem penyimpanan dan penyediaan
informasi, tanpa izin tertulis dari KPSPI – MAPPI

KPSPI – MAPPI tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh pihak yang bertindak
atau menghentikan suatu tindakan dalam ketergantungan pada materi dalam buku ini, baik kerugian
yang disebabkan oleh kelalaian atau hal lainnya.

Undang-Undang nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta mengatur Sangsi Pelanggaran Pasal 113
dengan ancaman pidana penjara dan/atau pidana denda.

Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI)


Komite Penyusun Standar Penilaian Indonesia (KPSPI)

Jl. Kalibata Raya 11-12E Jakarta 12740, Indonesia, Ph.: +6221 7949079-80, Fax: 7949081
Office 18 Lantai 3 Unit 3F, Jl. TB Simatupang Kav. 18 Jakarta Selatan, Indonesia,
Ph.: +6221 22783000, 22783111
Email : kpspi@mappi.or.id; Website : http://www.mappi.or.id

Juknis SPI 366 1


1.0 Pendahuluan
1.1 Petunjuk teknis (Juknis) ini merupakan pedoman penilaian aset berwujud untuk
tujuan lelang. Juknis ini memberikan panduan mengenai Lingkup Penugasan,
Implementasi, Pelaporan Penilaian dan hal-hal lain yang dianggap perlu sesuai
sebagaimana yang diatur oleh Standar Penilaian Indonesia (SPI) 366.
1.2 Juknis ini tidak mengatur cara penulisan, namun memberikan gambaran terkait
dengan hal-hal teknis dalam proses penilaian yang dimaksud dalam Lingkup
Penugasan, hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada proses Implementasi dan
hal-hal yang perlu diungkapkan dalam Pelaporan Penilaian.
1.3 Pendekatan penilaian dengan metode penerapan serta pengungkapannya
dalam laporan menjadi cakupan pada Juknis ini dimana diharapkan Penilai
dapat menerapkan secara konsisten sehingga memiliki pola yang seragam
dalam praktek penilaian dan selanjutnya menghasilkan penilaian yang dapat
dipercaya (kredibel).
1.4 Jenis, isi dan kedalaman Pelaporan Penilaian sesuai dengan yang dinyatakan
di dalam Lingkup Penugasan yang disepakati dengan Pemberi Tugas dan
tertuang di dalam perjanjian kerja atau kontrak.
1.5 Penilai harus memiliki kompetensi dalam melaksanakan pekerjaan penilaian
untuk tujuan lelang sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam KEPI dan SPI.
Dalam pemenuhan dasar kompetensi tersebut, Penilai secara terus menerus
menjaga dan meningkatkan pengetahuannya melalui program CPD (Continuing
Professional Development) yaitu Pendidikan Profesional Lanjutan (PPL) yang
diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi Penilai dan lembaga kompeten lainnya
yang diakui oleh Asosiasi Profesi Penilai.
1.6 SPI 366 tentang Penilaian untuk Tujuan Lelang berikut Juknis ini digunakan
sebagai rujukan dalam melaksanakan penilaian aset tetap, baik yang termasuk
kelompok real properti maupun personal properti sebagaimana diatur dalam
SPI 366.
1.7 Juknis ini diterbitkan dan dapat dipergunakan sejak tanggal 1 Juli 2017 dan
berlaku efektif tanggal 1 September 2017.

2.0 Definisi dan Pengertian


2.1 Implementasi; merupakan prosedur yang harus dilaksanakan oleh Penilai
meliputi tahapan Investigasi, penerapan pendekatan penilaian dan penyusunan
kertas kerja penilaian (SPI 104).
2.2 Laporan Penilaian; merupakan suatu dokumen yang mencantumkan instruksi
penugasan, tujuan dan dasar penilaian, dan hasil analisis yang menghasilkan
opini nilai. Suatu laporan penilaian dapat juga menjelaskan proses analisis yang
dilakukan dalam pelaksanaan penilaian, dan menyatakan informasi penting
yang digunakan dalam analisis (SPI 105).
2.3 Lingkup Penugasan; merupakan dasar dalam pengaturan kesepakatan
penugasan penilaian, tingkat kedalaman investigasi, penentuan asumsi dan
batasan penilaian (SPI 103).
2.4 Nilai Likuidasi adalah sejumlah uang yang mungkin diterima dari penjualan suatu
aset dalam jangka waktu yang relatif pendek untuk dapat memenuhi jangka
Juknis SPI 366 2
waktu pemasaran dalam definisi Nilai Pasar. Pada beberapa situasi, Nilai
Likuidasi dapat melibatkan penjual yang tidak berminat menjual, dan pembeli
yang membeli dengan mengetahui situasi yang tidak menguntungkan penjual
(SPI 102 - 3.7).
Aset yang dimaksud dalam definisi di atas adalah aset atau kumpulan aset (as
group) yang dijual dapat dalam keadaan terpisah-pisah (a piecemeal) tanpa
mempertimbangkan keuntungan atau kerugian dari aset sebagai suatu bisnis
yang berjalan (as going concern).
2.5 Nilai Pasar, didefinisikan sebagai estimasi sejumlah uang yang dapat diperoleh
dari hasil penukaran suatu aset atau liabilitas pada tanggal penilaian, antara
pembeli yang berminat membeli dengan penjual yang berminat menjual, dalam
suatu transaksi bebas ikatan, yang pemasarannya dilakukan secara layak, di
mana kedua pihak masing-masing bertindak atas dasar pemahaman yang
dimilikinya, kehati-hatian dan tanpa paksaan (SPI 101 – 3.1).
2.6 Pendekatan Pasar; pendekatan ini mempertimbangkan penjualan dari properti
sejenis atau pengganti dan data pasar yang terkait, serta menghasilkan estimasi
nilai melalui proses perbandingan. Pada umumnya, properti yang dinilai (obyek
penilaian) dibandingkan dengan transaksi properti yang sebanding, baik yang
telah terjadi maupun properti yang masih dalam tahap penawaran penjualan
dari suatu proses jual beli.
2.7 Pendekatan Pendapatan; pendekatan ini mempertimbangkan pendapatan dan
biaya yang berhubungan dengan properti yang dinilai dan mengestimasikan
nilai melalui proses kapitalisasi. Kapitalisasi menghubungkan pendapatan
(umumnya pendapatan bersih) dengan suatu definisi jenis nilai melalui konversi
pendapatan menjadi estimasi nilai. Proses ini dapat menggunakan metode
kapitalisasi langsung atau metode Arus Kas Terdiskonto (Discounted Cash
Flow/DCF), atau keduanya.
2.8 Pendekatan Biaya; menetapkan nilai properti dengan mengestimasi biaya
perolehan tanah dan biaya pengganti pengembangan baru (sesuatu yang
dibangun) di atasnya dengan utilitas yang sebanding atau mengadaptasi
properti lama dengan penggunaan yang sama, tanpa mempertimbangkan
antara lain biaya akibat penundaan waktu pengembangan dan biaya lembur.
Untuk properti yang lebih tua, pendekatan biaya memperhitungkan estimasi
depresiasi termasuk penyusutan fisik dan keusangan lainnya (fungsional dan
eksternal). Biaya konstruksi dan depresiasi seharusnya ditentukan oleh hasil
analisis perkiraan biaya konstruksi dan depresiasi sesuai dengan kelaziman
yang ada di pasar atau dalam praktek penilaian.

PMK Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang


2.9 Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran
harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun
untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman Lelang
(Pasal 1 butir 1).

Juknis SPI 366 3


2.10 Barang adalah tiap benda atau hak yang dapat dijual secara lelang (Pasal 1
butir 2).
2.11 Lelang Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan atau penetapan
pengadilan, dokumen-dokumen lain yang dipersamakan dengan itu, dan/atau
melaksanakan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan (Pasal 1 butir
4).
2.12 Lelang Noneksekusi Wajib adalah Lelang untuk melaksanakan penjualan
barang yang oleh peraturan perundang-undangan diharuskan dijual secara
lelang (Pasal 1 butir 5).
2.13 Lelang Noneksekusi Sukarela adalah Lelang atas Barang milik swasta,
perorangan atau badan hukum/badan usaha yang dilelang secara sukarela
(Pasal 1 butir 6).
2.14 Nilai Limit adalah harga minimal barang yang akan dilelang dan ditetapkan
oleh Penjual (Pasal 1 butir 28).

3.0 Lingkup Penugasan (merujuk kepada SPI 103-5.3)


Penugasan penilaian pada tahap awal dimulai dengan memahami Lingkup Penugasan
sesuai dengan tujuan penilaian yang akan dilaksanakan. Persyaratan dari Lingkup
Penugasan sebagai mana dimaksud oleh SPI 103 – 5.3 harus digunakan Penilai secara
konsisten, dimana sistematika dan isinya dijelaskan sebagai berikut:

Juknis SPI 366 4


Referensi
Hal Penjelasan
SPI 103
Status Penilai 5.3.1.1 Sebuah pernyataan yang menyatakan apakah:
a) Identitas Penilai sebagai individu atau instansi/Kantor
Jasa Penilai Publik;
b) Penilai dalam posisi untuk memberikan penilaian
obyektif dan tidak memihak;
c) Penilai tidak mempunyai potensi benturan kepentingan
dengan subjek dan/atau objek penilaian;
d) Penilai harus memiliki kompetensi untuk melakukan
penilaian. Jika Penilai memerlukan bantuan tenaga ahli
atau Tenaga Penilai lainnya, maka sifat bantuan dan
sejauh mana pekerjaan dilakukan akan disepakati dan
diungkapkan dalam Lingkup Penugasan.
Jika Penilai memperoleh bantuan tenaga ahli dan/atau
Penilai lain dalam kaitannya penugasan penilaian untuk
tujuan sebagaimana diatur oleh SPI, maka sifat bantuan
dan sejauh mana pekerjaan dilakukan, disampaikan
dalam laporan. Contoh pernyataan yang dapat
dinyatakan adalah, ”Seluruh Penilai, ahli dan staf
pelaksana dalam penugasan ini adalah satu kesatuan
tim penugasan di bawah kordinator Penilai berizin atau
penanggung jawab laporan penilaian”
Bila terdapat ketentuan lain sebagaimana yang disebutkan
pada hurup a), b) dan c), sepanjang dibenarkan berdasarkan
ketentuan dan peraturan perundang-undangan, maka Penilai
harus menyatakannya dalam Lingkup Penugasan. Contoh,
bila penilaian dilakukan oleh Penilai internal dari institusi
perbankan.

Pemberi Tugas dan 5.3.1.2 Bila tidak dinyatakan lain oleh ketentuan dan peraturan
Pengguna Laporan perundang-undangan, maka Pemberi Tugas dan/atau
Pengguna Laporan adalah pemilik objek penilaian atau
pihak-pihak yang sah dan berkepentingan terhadap/untuk
pelaksanaan lelang.
Pemberi tugas dan pengguna laporan dapat berbeda
sepanjang diperlukan dan dibenarkan oleh ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sebagaimana yang dimaksud dalam KEPI dan SPI, nama
Pemberi Tugas dan Pengguna Laporan harus diungkapkan
secara jelas serta dilengkapi dengan alamat resmi.
Maksud dan Tujuan 5.3.1.3 Maksud dan Tujuan penilaian harus dinyatakan secara jelas.
Penilaian Maksud penilaian adalah memberikan dasar penilaian sesuai
dengan tujuan penilaian. Tujuan penilaian adalah alasan
Pemberi Tugas membutuhkan penilaian.
Penilaian ini dimaksudkan untuk memberikan opini Nilai Pasar
dan Nilai Likuidasi yang akan digunakan untuk tujuan lelang
atau penjualan aset secara cepat.
Selain penggunaan Nilai Pasar dan Nilai Likuidasi, Penilai
juga dapat menerapkan nilai lainnya sepanjang relevan.
Nilai lainnya yang dapat digunakan antara lain, Nilai
Realisasi Bersih, Nilai Realisasi Bersih Terbatas, Nilai Sisa dan

Juknis SPI 366 5


Referensi
Hal Penjelasan
SPI 103
Nilai Sekrap. Rujukan definisi dari masing-masing nilai
tersebut dapat dilihat dalam SPI 102.
Bila tidak dinyatakan lain maka kalimat lengkap yang dapat
dikutip adalah sebagai berikut: ”memberikan opini Nilai
Pasar dan Nilai Likuidasi yang akan dipergunakan untuk
tujuan lelang”.

Objek penilaian 5.3.1.4 Penilai harus mendapatkan informasi secara jelas dari
Pemberi Tugas mengenai objek penilaian yang akan dinilai.
Informasi objek penilaian yang perlu dinyatakan dalam
Lingkup Penugasan antara lain jenis, jumlah dan lokasi aset
yang menjadi objek penilaian.
Dalam hal Penilai tidak mendapatkan informasi yang
memadai untuk dinyatakan dalam Lingkup Penugasan, Penilai
dapat menggunakan informasi awal sekurang-kurangnya
jenis objek penilaian. Namun informasi ini untuk selanjutnya
harus dilengkapi setelah investigasi dilakukan.
Pernyataan objek penilaian sangat berhubungan dengan
kesimpulan nilai yang diopinikan. Penilai harus dapat
mengungkapkan dalam Lingkup Penugasan atas objek yang
dinilai secara rinci berdasarkan kelompok aset (al: tanah,
tanah dan bangunan, mesin dan peralatan, kendaraan),
lokasi, unit penilaian (as piecemeal) atau dapat menjadi satu
kesatuan (portfolio) dari beberapa aset yang dinilai. Contoh
a: bila menilai 10 (sepuluh) ruko secara bersamaan pada
lokasi yang sama, maka harus dinyatakan apakah nilai yang
hendak diopinikan adalah per satuan ruko atau sekaligus
sepuluh ruko sebagai satu kesatuan. Nilai satu ruko dijumlah
sebanyak sepuluh ruko akan dapat berbeda dengan
memberikan opini nilai sekaligus untuk sepuluh ruko.
Contoh b; mesin dan peralatan yang merupakan bagian dari
suatu instalasi produksi yang terintegrasi, dimana fungsinya
tergantung dari aset lain, maka opini nilai dapat sangat
berbeda bila dinilai secara terpisah. Mesin dan peralatan
mempunyai sifat beragam dan dapat dipindahkan, untuk
memperoleh opini nilai sesuai dengan kondisi aset yang
dimaksud, perlu dibuat asumsi al. aset dinilai in-situ atau ex-
situ.

Bentuk kepemilikan 5.3.1.5 Bukti penguasaan dan/atau kepemilikan properti harus


dinyatakan sesuai dengan informasi dari Pemberi Tugas.
Hubungan antara Pemberi Tugas dan kepemilikan objek
penilaian perlu disebutkan bila terdapat perbedaan.
Dasar Nilai 5.3.1.6 Dasar Nilai yang digunakan adalah Nilai Pasar dan Nilai
Likuidasi, dan harus didefinisikan sesuai dengan SPI 101-3.1
dan SPI 201-3.7.
Selain penggunaan Nilai Pasar dan Nilai Likuidasi, Penilai
juga dapat menerapkan nilai lainnya sepanjang relevan.
Nilai lainnya yang dapat digunakan antara lain, Nilai
Realisasi Bersih, Nilai Realisasi Bersih Terbatas, Nilai Sisa dan
Nilai Sekrap. Rujukan definisi dari masing-masing nilai
tersebut dapat dilihat dalam SPI 102.

Juknis SPI 366 6


Referensi
Hal Penjelasan
SPI 103
Bila dianggap perlu, penjelasan tentang definisi dasar nilai
yang digunakan dapat dilengkapi dengan penjelasan
sepanjang merujuk kepada SPI terkait.

Tanggal penilaian 5.3.1.7 Tanggal penilaian sebaiknya bersamaan dengan tanggal


inspeksi. Namun untuk kepentingan tertentu tanggal penilaian
dapat berbeda dengan tanggal pelaksanaan inspeksi
penilaian.
Dalam hal terdapat perbedaan tanggal penilaian dan
tanggal inspeksi, pada pelaksanaannya Penilai harus
melakukan konfirmasi tertulis apakah terdapat perbedaan
atas objek penilaian pada saat inspeksi atau investigasi
dilaksanakan dengan tanggal penilaian.

Mata uang yang 5.3.1.8 Mata uang yang digunakan adalah mata uang Rupiah.
digunakan Dalam hal terdapat alasan yang relevan sehingga perlu
digunakan mata uang selain rupiah, maka mata uang rupiah
harus tetap dinyatakan.
Tingkat kedalaman 5.3.1.9 Penilai harus mengungkapkan bahwa investigasi yang
investigasi dilakukan dibatasi hal-hal sebagai berikut :
a. Data dan informasi atas objek penilaian dan
kelengkapannya diperoleh dari Pemberi Tugas
dan/atau pemilik.

b. Penilai harus memastikan sampai sejauhmana inspeksi


dapat dilaksanakan dan perlu menyaratkan pemberi
tugas dan/atau pemilik objek penilaian:
• Untuk memberikan surat tugas atau persetujuan
inspeksi; dan
• Menandatangani berita acara inspeksi.
c. Penilai akan melakukan verififikasi terhadap
keseluruhan atau bagian dari objek penilaian, yang
diperlukan dan penting dalam pelaksanaan penilaian.
Bila diketahui pemeriksaan/verifikasi tidak dapat
dilakukan atau memiliki keterbatasan, maka hal ini harus
dinyatakan dalam Lingkup Penugasan;

d. Bila ditemukan adanya batasan tingkat kedalaman


investigasi, misalnya untuk aset tipikal dalam jumlah
banyak, maka inspeksi dapat dilakukan secara
sampling. Sedangkan jika aset dapat diinspeksi namun
dinformasikan tidak dapat diperiksa (misalnya Penilai
tidak dapat masuk kedalam lokasi), maka keterbatasan
ini perlu dicatatkan sebagai adanya pembatasan yang
berhubungan dengan asumsi khusus;

e. Dalam hal terdapat perbedaan objek penilaian atau


item lainnya yang dinyatakan dalam Lingkup
Penugasan dengan hasil investigasi, maka perbedaan
tersebut harus dinyatakan dalam Lingkup Penugasan
atau dapat dilakukan dengan berita acara perubahan
Lingkup Penugasan yang ditandatangani oleh Penilai
dan Pemberi Tugas dan/atau pemilik objek penilaian;

f. Apabila pelaksanaan inspeksi lapangan tidak dapat


dilakukan karena keberadaan objek penilaian tidak

Juknis SPI 366 7


Referensi
Hal Penjelasan
SPI 103
diketahui, maka penugasan dimaksud tidak dapat
diteruskan atau batal.

Sifat dan sumber 5.3.1.10 Data dan informasi lain yang dianggap dapat dipercaya
informasi yang dapat dalam mendukung pelaksanaan penilaian dalam juknis ini,
diandalkan antara lain dapat bersumber dari:
• Badan Pertanahan Nasional (BPN)
• Bank Indonesia,
• Badan Pusat Statistik (BPS),
• Sumber lain yang dapat dipercaya.
Konfirmasi bahwa 5.3.1.11 Pernyataan bahwa pekerjaan penilaian dilakukan
penilaian dilakukan berdasarkan Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) dan Standar
berdasarkan KEPI dan Penilaian Indonesia (SPI) yang berlaku.
SPI
Laporan Penilaian 5.3.2 Laporan penilaian yang akan disampaikan adalah laporan
terinci (lengkap) dalam bahasa Indonesia, dan susunan isi
laporan penilaian adalah sesuai dengan SPI 105 dan/atau
sebagaimana yang diatur dalam Juknis ini
Jumlah, kelengkapan, jangka waktu penyelesaian dokumen
laporan penilaian disesuaikan dengan kebutuhan Pemberi
Tugas dan seharusnya dicantumkan pada Lingkup Penugasan.

Persyaratan atas 5.3.3 Harus dinyatakan secara jelas kepada Pemberi Tugas pada
Persetujuan untuk saat penugasan diterima, bahwa persetujuan Penilai harus
Publikasi didapatkan atas setiap publikasi terhadap keseluruhan atau
sebagian dari laporan, atau referensi yang dipublikasikan.
Lingkup Penugasan harus memuat persyaratan mengenai hal
tersebut.

Batasan atau 5.3.4 Penilai seharusnya mencantumkan klausul bahwa Penilai tidak
pengecualian atas memiliki tanggung jawab kepada pihak ketiga, selama tidak
tanggung jawab menyimpang dari ketentuan dan perundang-undangan yang
kepada pihak selain berlaku.
Pemberi Tugas

Persyaratan adanya 5.3.5 Penilai harus mensyaratkan adanya pernyataan tertulis


pernyataan tertulis berupa surat representasi dari Pemberi Tugas mengenai
berupa surat kebenaran dan sifat informasi yang diberikan oleh Pemberi
representasi Tugas (lampiran 4).

Asumsi dan asumsi 5.3.6 Asumsi khusus harus dinyatakan secara jelas apabila
khusus terdapat ketidakpastian informasi berkaitan karakteristik
fisik, legal atau ekonomi dari properti, atau mengenai kondisi
eksternal properti seperti kondisi pasar atau tren atau
integritas data yang digunakan dalam analisis.
Apabila penilaian dilakukan dengan informasi yang
terbatas, laporan harus memuat seluruh penjelasan mengenai
keterbatasan tersebut. Salah satu keterbatsan tersebut
adalah, objek penilaian tidak dapat dilakukan pemeriksaan
(misalnya Penilai tidak dapat masuk kedalam lokasi)
sehingga Penilai harus mengikat Pemberi Tugas untuk dapat
menerapkan adanya asumsi khusus.
Seluruh penyimpangan dari standar dinyatakan dan
dijelaskan (bila ada).
Juknis SPI 366 8
Referensi
Hal Penjelasan
SPI 103
Biaya Jasa Penilaian 5.3.7 Biaya jasa Penilaian diperhitungkan dengan merujuk kepada
ketentuan yang diatur oleh Instansi yang berwenang atau
Asosiasi Profesi Penilai.
Lain-lain 5.3.8 Penilai Publik harus melakukan konfirmasi kepada Pemberi
Tugas bahwa objek penilaian tidak sedang atau telah atau
digantikan untuk dinilai oleh Penilai Publik lain untuk maksud,
tujuan dan pengguna laporan yang sama.

Dalam hal Penilai diminta untuk melakukan penilaian yang


pernah dilakukan oleh Penilai lain, Penilai wajib
mendapatkan pernyataan tertulis dari Pemberi Tugas untuk
dapat berkomunikasi dengan Penilai terdahulu. Dalam hal
Pemberi Tugas tidak memberikan persetujuan, maka Penilai
harus menolak penugasan tersebut.

Penilai dapat melengkapi Lingkup Penugasan di atas untuk penyampaian informasi


lainnya yang belum dinyatakan, misalnya untuk keperluan lelang (karena bisa saja
objek lelang dimiliki pihak lain), maka Penilai perlu menginformasikan hubungan hukum
Pemberi Tugas terhadap objek penilaian dan/atau pemiliknya.
Lingkup Penugasan harus dituangkan menjadi bagian dari kontrak atau perjanjian
pekerjaan diantara Penilai dan Pemberi Tugas.

4.0 Implementasi (merujuk kepada SPI 104)


4.1 Investigasi
Investigasi yang dilakukan dalam tugas penilaian harus didasarkan kepada
tujuan penilaian sesuai dengan Lingkup Penugasan yang diatur dalam perjanjian
tugas dan sesuai dengan Dasar Nilai yang akan dilaporkan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam prosedur Investigasi ini antara lain:
4.1.1 Proses pengumpulan data yang cukup dapat dilakukan dengan cara
inspeksi, penelaahan, penghitungan dan analisis yang dilakukan dengan
cara yang benar. Penilai harus menentukan batasan, sejauh mana data
yang dibutuhkan adalah cukup untuk tujuan penilaian.
4.1.2 Sebelum inspeksi dilakukan, Penilai harus memperoleh data awal, dapat
berupa daftar aset yang menjadi objek penilaian. Dalam pelaksanaan
inspeksi, Penilai harus membuat berita acara inspeksi yang
ditandatangani oleh Penilai dan Pemberi Tugas dan/atau pemilik objek
penilaian. Berita acara sekurang-kurangnya berisikan ringkasan hasil
inspeksi yang telah dilakukan. Dalam hal Pemberi Tugas dan/atau
pemilik objek penilaian tidak bersedia menandatangani berita acara
inspeksi, maka Penilai tidak meneruskan penugasan dimaksud atau
penugasan dihentikan.
4.1.3 Apabila setelah dilakukan Investigasi ternyata dijumpai hal-hal yang
tidak sesuai dengan apa yang diatur dalam Lingkup Penugasan yang
telah disepakati, seperti data dari Pemberi Tugas maupun pihak lain
tidak sesuai atau tidak memadai yang akan mengakibatkan hasil
penilaian tidak dapat diyakini dan dipercaya (credible), maka Lingkup
Penugasan harus disesuaikan yang sebelumnya didiskusikan kepada

Juknis SPI 366 9


Pemberi Tugas. Bila Lingkup Penugasan tidak dapat disesuaikan, maka
sebagai penggantinya dapat dinyatakan dengan berita acara
perubahan atas bagian tertentu dari Lingkup Penugasan yang
selanjutnya ditandatangani oleh Penilai dan Pemberi Tugas dan/atau
pemilik objek penilaian. Setiap perubahan yang dinyatakan dalam
kesepakatan berita acara menjadi bagian dari Lingkup Penugasan;
4.1.4 Penilai harus mempertimbangkan apakah informasi yang diperoleh
dapat dipercaya atau diandalkan, tanpa memengaruhi kredibilitas
hasil penilaian. Pertimbangan tersebut dapat dilakukan dengan
melakukan review, jika memiliki keraguan atas kredibilitas atau
keandalannya, maka informasi tersebut seharusnya tidak digunakan.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan Penilai dalam mereview data dan
informasi yang ada, seperti:
a) Materialitas informasi terhadap kesimpulan nilai;
b) Kompetensi pihak ketiga;
c) Independensi pihak ketiga terhadap objek penilaian atau
pengguna penilaian;
d) Sejauh mana informasi tersebut termasuk dalam domain publik.
4.1.5 Objek penilaian dalam penugasan ini diperhitungkan berdasarkan Nilai
Pasar dan Nilai Likuidasi. Nilai selain kedua dasar nilai yang disebutkan
ini dapat digunakan dengan tetap mempertimbangkan Nilai Pasar
sebagai rujukan.
4.1.6 Nilai Pasar dan Nilai Likuidasi dapat dipahami sebagai berikut:
4.1.6.1 Nilai Pasar adalah representasi nilai dalam pertukaran atau
sejumlah uang yang dapat diperoleh atas suatu aset jika aset
tersebut ditawarkan untuk dijual di pasar (terbuka) pada
tanggal penilaian, dan dalam kondisi yang sesuai dengan
persyaratan definisi Nilai Pasar;
4.1.6.2 Nilai Pasar diestimasi melalui penerapan pendekatan dan
prosedur penilaian sesuai dengan karakteristik aset, situasi
dan kondisi paling memungkinkan dimana aset tersebut
diperjualbelikan di pasar;
4.1.6.3 Konsep Nilai Pasar juga menganggap bahwa dalam
transaksi Nilai Pasar, suatu aset akan ditawarkan secara
bebas dan cukup lama di pasar dengan publikasi yang cukup
pula. Penawaran ini dianggap dilaksanakan sebelum tanggal
penilaian;
4.1.6.4 Salah satu konsep dalam definisi Nilai Pasar adalah “.....yang
pemasarannya dilakukan secara layak” (“after proper
marketing”). Konsep ini menjelaskan bahwa:
 Aset akan dipasarkan ke pasar dalam cara yang layak
agar penjualannya dapat terjadi pada tingkat harga
terbaik yang dapat diperoleh secara wajar sesuai dengan
definisi Nilai Pasar;

Juknis SPI 366 10


 Cara penjualan dianggap merupakan yang paling tepat
untuk mendapatkan harga terbaik di pasar dimana
penjual memiliki akses ke pasar;
 Jangka waktu pemasaran aset dapat bervariasi sesuai
dengan kondisi pasar, namun harus cukup waktu sehingga
aset dapat menarik perhatian pembeli potensial dalam
jumlah yang memadai. Waktu pemasaran atau waktu
ekspos (exposure time) ini dianggap terjadi sebelum
tanggal penilaian.
4.1.6.5 Waktu eskpos (exposure time) adalah estimasi waktu dari
suatu aset yang dinilai, dianggap telah ditawarkan dalam
suatu pasar hipotetis untuk dijual sesuai definisi Nilai Pasar
pada tanggal penilaian. Estimasi waktu (retrospektif) yang
didasarkan suatu analisis kejadian masa lalu dengan asumsi
adanya transaksi dalam pasar terbuka dan kompetitif;
4.1.6.6 Waktu ekspos penting terhadap proses penilaian
disebabkan:
 Waktu ekspos pasar yang dapat diterima adalah suatu
kondisi yang tergambarkan dalam definisi Nilai Pasar;
 Identifikasi yang tidak tepat dalam menentukan waktu
ekspos yang wajar terhadap opini Nilai Pasar, dapat
mengakibatkan kesimpulan nilai yang dihasilkan tidak
kredibel;
 Studi yang dilakukan terhadap kondisi pasar dan waktu
ekspos, diperoleh dari analisis aktivitas pasar yang sesuai;
 Pernyataan waktu ekspos yang beralasan adalah bagian
dari proses dalam mengevaluasi penggunaan
pembanding yang sesuai dan cukup;
 Memahami bahwa waktu ekspos membutuhkan suatu
pernyataan dan evaluasi terhadap adanya waktu
pemasaran yang terbatas dalam suatu transaksi
terlikuidasi;
 Analisis sebelumnya dari penjualan suatu objek
membutuhkan perbandingan waktu ekspos terkait dengan
opini nilai dan waktu yang dibutuhkan dalam suatu
penjualan.

Waktu ekspos - 1

NP
Tanggal hipotetis
Tanggal penilaian

NL
Tanggal hipotetis

Waktu ekspos - 2
Juknis SPI 366 11
NP : Nilai Pasar
Waktu dipercepat NL : Nilai Likuidasi
4.1.6.7 Waktu ekspos berbeda-beda untuk setiap jenis properti
dalam setiap kondisi pasar, bukan hal yang tetap dan tidak
boleh menjadi sesuatu yang terstandarisasi. Periode ekspos
yang wajar adalah fungsi dari harga, kondisi pasar, dan
karakteristik aset atau properti.
Dasar untuk opini dari waktu ekspos dapat
mempertimbangan satu atau lebih hal berikut:
• Informasi statistik tentang berapa lama jangka waktu
pasar untuk jenis properti yang sejenis;
• Informasi yang dikumpulkan melalui verifikasi data
penjualan;
• Wawancara dengan pelaku pasar;
• Informasi pasar dari jasa pengumpul data.
4.1.6.8 Mengumpulkan dan menganalisis berapa lama data di pasar
dari berbagai sumber diperlukan untuk pengembangan yang
tepat dari sebuah opini waktu ekspos;
4.1.6.9 Ketika mengevaluasi data pasar, Penilai harus fokus pada
periode ekspos yang dibutuhkan untuk menjual aset atau
properti dalam kisaran harga yang wajar dari Nilai Pasar.
Kedalaman analisis atas jumlah hari di pasar membutuhkan
pertimbangan dari jumlah hari pada saat harga tercapai
sesuai dengan Nilai Pasar, tidak termasuk waktu ekspos pada
harga yang tidak dianggap wajar oleh peserta pasar.
Contohnya, Sebuah rumah tinggal telah dipasarkan selama
dua tahun dengan harga Rp. 6 miliar, rupanya dianggap
tidak wajar dari sisi pelaku pasar. Kemudian pemilik
menurunkan harga menjadi Rp. 4 miliar dan akhirnya pemilik
mulai menerima penawaran, sehingga enam bulan kemudian
terjadi transaksi di harga Rp. 3 miliar. Meskipun waktu ekspos
yang sebenarnya 2,5 tahun, namun waktu ekspos yang wajar
untuk nilai Rp. 3 miliar dari harga Rp. 4 miliar adalah enam
bulan.
4.5.6.10 Data yang digunakan dalam pengembangan opini waktu
ekspos harus ditarik dari pasar objek penilaian, termasuk
pertimbangan jenis aset atau properti, lokasi, karakteristik
properti, pembeli khusus, dan segmen harga.
Contoh 1, misalkan penilaian ruko yang terletak pada
wilayah berkembang dengan permintaan yang tinggi
terhadap ruko sejenis. Riset pasar menunjukkan bahwa waktu
ekspos atas properti ruko di wilayah tersebut rata-rata
berkisar 60 sampai 90 hari. Sementara pasaran ruko dengan
spesifikasi yang sama pada wilayah lain ditawarkan dengan
waktu ekspos 120 hari sampai 180 hari. Penilai harus fokus
pada data yang sejenis dan sebanding dalam hal lokasi,
daya tarik pasar dan kisaran harga untuk dapat mendukung
opini dari waktu ekspos dengan benar.

Juknis SPI 366 12


Contoh 2, misalkan objek penilaian adalah sebuah bangunan
gudang dengan ketinggian 4,5 meter. Permintaan pasar dan
pesaing memiliki ketinggian 6 meter. Dengan
mempertimbangkan efek dari defisiensi fungsional ini pada
nilai dan harga sewa, Penilai perlu untuk mengevaluasi efek
pada pemasaran dan waktu ekspos. Pada umumnya untuk
properti dengan keusangan fungsional memerlukan waktu
yang lebih panjang untuk mendapatkan pembeli. Penilai
dapat mempertimbangkan data pasar untuk properti yang
telah dijual dengan permasalahan keusangan yang sama
atau mewawancarai pelaku pasar untuk mendukung opini
dari waktu ekspos.
4.1.6.11 Analisis penjualan dari properti yang dianggap ditawarkan
sebelum tanggal penilaian adalah hal yang mendasar dalam
penentuan Nilai Pasar dan kepentingan pemenuhan SPI;
4.1.6.12 Dalam rangka untuk merekonsiliasi harga yang terjadi
dengan opini nilai oleh Penilai, Penilai harus menganalisis
latar belakang pemasaran dan melihat kewajaran periode
ekspos yang terkait dengan penjualan. Ekspos yang tidak
memadai atau berlebihan di pasar merupakan faktor yang
harus dipertimbangkan dalam menganalisis penjualan
dengan anggapan transaksi telah terjadi;
4.1.6.13 Ekspos pasar yang terbatas merupakan faktor dalam
menentukan harga jual lebih rendah, yang sering dikenal
dengan istilah transaksi likuidasi. Faktor kedua dalam
transaksi likuidasi adalah bahwa penjual berada di bawah
paksaan ekstrim untuk menjual. Penilai harus memahami
jangka waktu ekspos yang wajar untuk mengetahui dan
mengevaluasi pengaruh dari ekspos pasar yang terbatas.
Analisis penjualan dari objek properti memerlukan
perbandingan waktu ekspos yang wajar terkait dengan opini
nilai dan periode ekspos yang berhubungan dengan
penjualan;
4.1.6.14 Ketika waktu eskpos ditentukan oleh Pemberi Tugas atau
ditetapkan dalam penugasan dan tidak berorientasi pasar,
opini nilai yang dihasilkan mungkin tidak akan konsisten
dengan Nilai Pasar;
4.1.6.15 Pada Nilai Likuidasi, waktu yang diberikan untuk
penyelesaian penjualan (waktu ekspos) tidak selalu sama
dengan pasar untuk jenis properti tersebut, namun waktunya
adalah terbatas dan ditentukan oleh Pemberi Tugas. Dengan
demikian, didalam penugasan ini waktu ekspos bukan
merupakan opini Penilai, tetapi lebih sebagai kondisi
penugasan;
4.2 Pendekatan Penilaian
Pendekatan dan metode penilaian yang sesuai untuk digunakan tergantung
kepada pertimbangan seperti, dasar nilai dan tujuan penilaian, tersedianya
Juknis SPI 366 13
informasi dan data, serta metode yang diterapkan oleh para pelaku dalam
pasar yang relevan.
4.2.1 Tujuan penilaian seperti yang dimaksud oleh SPI 366 dan Juknis ini
adalah penilaian untuk tujuan lelang, dimana objek penilaian dimaksud
akan ditransaksikan dalam pasar terbuka dengan waktu yang cukup
atau dalam pasar terbatas dalam waktu yang relatif singkat.
4.2.2 Objek penilaian dalam penentuan nilai aset untuk keperluan lelang,
meliputi antara lain:
1) Real properti dengan penggunaan atau peruntukan seperti untuk
pertanian, permukiman, industri atau komersial.
2) Mesin dan peralatan yang dapat atau tidak dapat dipisahkan
nilainya dari bangunan atau tanah bangunan
3) Mesin dan peralatan dapat terdiri dari mesin produksi yang berdiri
sendiri, atau aset yang tergolong ke dalam personal properti.
4.2.3 Penerapan pendekatan dan/atau metode penilaian dapat dilihat
sebagai berikut:

Objek Penilaian Pasar Pendapatan Biaya Keterangan

Tanah   -
Tanah & Bangunan   
Bangunan & SPL -  
Tanah & Tanaman   
Tanaman   
Personal Properti yang melekat
 - 
ke tanah/bangunan

Objek
Pasar Pendapatan Biaya Keterangan
Penilaian
Tanah Tanah kosong Tanah kawasan - • HBU
yang memiliki
• Untuk NL berlaku
potensi diskon
komersial
Tanah & Dihitung sebagai Properti Indikasi Nilai • HBU
Bangunan satu kesatuan komersial Pasar tanah dalam
• Untuk NL berlaku
dengan seperti, keadaan kosong
diskon
menggunakan data perkantoran, ditambah Biaya
yang sejenis dan hotel dan Reproduksi/
sebanding sebagainya Pengganti, Baru
(RCN) atas
bangunan yang
dikurang
penyusutan
Bangunan & - - RCN dikurang • Untuk NL berlaku
Sarana penyusutan diskon
Pelengkap
Tanah & Dihitung sebagai Digunakan Indikasi Nilai • HBU
Tanaman satu kesatuan pada tanaman Pasar tanah dalam
• Untuk NL berlaku
dengan yang keadaan kosong
diskon
menggunakan data dibudidayakan ditambah RCN

Juknis SPI 366 14


Objek
Pasar Pendapatan Biaya Keterangan
Penilaian
yang sejenis dan secara tanaman belum
sebanding, seperti komersial. menghasilkan
kelapa sawit dan yang disesuaikan
sebagainya dengan kondisi
tanaman
Tanaman Dihitung sebagai Digunakan RCN tanaman • Untuk NL berlaku
tegakan tanaman pada tanaman belum diskon
menggunakan data (tanpa tanah) menghasilkan
yang sejenis dan yang yang yang disesuaikan
sebanding, seperti dibudidayakan dengan kondisi
pohon mangga, secara tanaman
durian dan komersial.
sebagainya
Personal Properti Dihitung RCN personal • HBU
yang melekat ke menggunakan data properti yang
• Untuk NL berlaku
tanah/bangunan yang sejenis dan dikurang diskon
sebanding, seperti penyusutan
instalasi pipa,
instalasi listrik,
elevator dan
sebagainya
Penjelasan • Data-data yang • Data-data • Data dan • Estimai waktu
digunakan ekonomi informasi yang ekspos perlu
merupakan data yang digunakan dilakukan
pasar yang digunakan adalah data berdasarkan
sejenis dan merupakan pasar yang pengamatan
sebanding. data pasar relevan dan pasar;
yang sejenis wajar.
Gunakan jumlah dan • Untuk
data yang cukup sebanding. • Biaya kepentingan
dan hindari Reproduksi/Pen Nilai Likuidasi,
penggunaan • Gunakan gganti, Baru perlu
data yang bias tingkat (RCN) atas penyesuaian
dan kurang kapitalisasi bangunan dan waktu ekspos
relevan dan/atau peralatan terbatas
tingkat lainnya dapat terhadap waktu
diskonto bersumber dari ekspos normal
yang sesuai informasi dan (Nilai Pasar);
dan relevan data pasar atau
sumber lainnya • Teknik
Pertimbangkan yang sesuai dan penyesuaian
umur lazim digunakan lainnya dapat
ekonomis, digunakan
masa • Umur ekonomis dalam
proyeksi bangunan dan penyesuaian
sesuai aset tetap Nilai Pasar
karateristik lainnya dapat terhadap Nilai
masing- menggunakan Likuidasi
masing informasi dari sepanjang ada
properti Asosiasi Profesi alasan yang
Penilai atau wajar
sumber
informasi
lainnya yang
handal.
• Pengukuran
kondisi properti
dapat
menggunakan
SPI 362.

Juknis SPI 366 15


4.2.4 Penerapan pendekatan dan/atau metode penilaian untuk mengukur
nilai selain Nilai Pasar dan Nilai Likuidasi dapat disesuaikan dengan
masing-masing kriteria pengukuran dasar nilai yang digunakan.
Misalnya dalam penerapan Nilai Realisasi Bersih atau Nilai Realisasi
Bersih Terbatas, asumsi pengurangan biaya penjualan dan biaya
pengosongan lainnya digunakan asumsi yang wajar dengan tetap
berdasarakan obeservasi pasar. Contoh lain, seperti penerapan pada
Nilai Skrap yang menunjukan kondisi aset dalam keadaan skrap dan
dapat saja dalam keadaan terpisah-pisah. Asumsi masukan
penilaiannya (valuation input) harus asumsi yang berlaku di pasar.
4.2.5 Penerapan pendekatan penilaian dalam konteks Nilai Pasar sangat
terkait kepada pertimbangan Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (HBU).
Pertimbangan HBU dapat dilihat dari kondisi tanah dalam keadaan
kosong (as vacant) atau tanah dalam kondisi telah dikembangkan (as
improved).
Dalam analisisnya, Penilai harus mempertimbangkan kriteria yang
meliputi:
• Secara hukum diizinkan;
• Secara fisik dimungkinkan;
• Secara finansial menguntungkan;
• Menghasilkan nilai tertinggi (produktifitas maksimum) dari properti.
4.2.6 Pemahaman tentang konsep waktu ekspos memberikan dasar untuk
pemilihan dan penyesuaian data penjualan sebanding dengan
penugasan untuk Nilai Likuidasi;
4.2.7 Selisih perbedaan waktu ekspos dalam pemahaman waktu pemasaran
normal dan waktu pemasaran terbatas dapat diperkirakan selisih
koreksi kondisi terlikuidasi terhadap pasar normal. Rujukan kisaran
besaran koreksi (diskon) sebagai berikut:
Perkiraan
Kisaran
Kategori Properti* Kategori & Kriteria Waktu
Diskon
Ekspos**
Properti bersifat a. lokasi, jenis/tipe dan fungsi, banyak 3-6 bulan 10-19%
umum (residensial diminati investor atau pasarnya
dan komersial) relatif bagus

b. lokasi, jenis/tipe dan fungsi pada >6-9 bulan 20-40%


kondisi pasarnya normal, diminati
investor tetapi tidak secara
berlebihan, perlu pemasaran yang
cukup untuk menjualnya
c. lokasi, jenis/tipe dan fungsi pada >9 bulan >40%
kondisi pasarnya tidak normal atau
relatif tidak menarik investor, perlu
pemasaran dengan waktu yang
lebih panjang

Properti bersifat a. lokasi, jenis/tipe dan fungsi banyak 6-9 bulan 20-29%
khusus (non diminati investor atau pasarnya
residensial dan relatif bagus
komersial seperti
pabrik, peralatan, b. lokasi, jenis/tipe dan fungsi pada >9-12 bulan 30-50%
perkebunan) kondisi pasarnya normal, diminati
investor tetapi tidak secara

Juknis SPI 366 16


Perkiraan
Kisaran
Kategori Properti* Kategori & Kriteria Waktu
Diskon
Ekspos**
berlebihan, perlu pemasaran yang
cukup untuk menjualnya
c. lokasi, jenis/tipe dan fungsi pada >12 bulan >50%
kondisi pasarnya tidak normal atau
relatif tidak menarik investor, perlu
pemasaran dengan waktu yang
lebih panjang

* ) tidak termasuk personal property


**) untuk Nilai Pasar

Contoh, Nilai Pasar suatu rumah tinggal pada suatu lokasi diperkirakan
oleh Penilai memiliki waktu ekspos sekitar 7 bulan. Hasil analisis pasar
properti rumah tinggal yang diperoleh Penilai menunjukan bahwa
pasaran di wilayah objek penilaian berada pada kondisi normal yang
menurut informasi agen penjual kisaran properti terjual sejak mulai
dipasarkan berkisar 6-8 bulan. Tidak terdapat sesuatu yang negatif
dari properti rumah tinggal yang dinilai, sehingga kriteria dari kategori
aset yang ada masuk kategori ‘b’ dengan perkiraan waktu ekspos
sekitar >6-9 bulan dan kisaran diskon adalah 20-40%. Dengan
mempertimbangkan waktu ekspos yang ada Penilai dapat meyakini
kisaran diskon wajar untuk penetapan Nilai Likuidasi sebesar 30% atau
Nilai Likuidasi yang diperoleh adalah sebesar 70% dari Nilai Pasar.
Bila perkiraan waktu ekspos sekitar >6-9 bulan itu mewakili Nilai Pasar,
maka untuk nilai Likuidasi yang diambil menjadi 70% dapat
diperkirakan lebih cepat sekitar 3-5 bulan.
4.2.8 Perkiraan waktu ekspos yang dimaksud butir 4.2.7 merupakan acuan
untuk memperkirakan kisaran diskon Nilai Likuidasi, dimana waktu
eksposnya berkisar setengah dari waktu ekspos Nilai Pasar. Untuk
kepentingan Nilai Likuidasi, Penilai dapat menentukan perkiraan waktu
dan kisaran diskon kurang dari yang ditentukan, sepanjang didukung
informasi atau analisis pasar yang memadai.
4.3 Kertas Kerja Penilaian
a. Kertas kerja penilaian harus disimpan untuk jangka waktu yang wajar sesuai
dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku, apakah dalam
bentuk hardcopy atau softcopy.

b. Kertas kerja penilaian mencakup semua dokumen utama termasuk dokumen


investigasi dan analisis yang digunakan untuk memperoleh kesimpulan akhir,
serta salinan/copy dari setiap draft atau laporan akhir yang diberikan
kepada Pemberi Tugas.

5.0 Pelaporan Penilaian (merujuk kepada SPI 105-5.1)


Penugasan penilaian pada tahap akhir akan memberikan hasil dalam bentuk laporan
penilaian. Uraian berikut ini merupakan penjelasan Pelaporan Penilaian yang merujuk
kepada Lingkup Penugasan sebagaimana dimaksud oleh SPI yang harus digunakan
Penilai secara konsisten.

Juknis SPI 366 17


Referensi
Hal Penjelasan
SPI 105
Status Penilai 5.1.1 Bila tidak ditentukan lain, maka status Penilai dalam
kepentingan penugasan ini adalah Penilai independen
sebagaimana yang dimaksud oleh peraturan dan ketentuan
yang berlaku.
Penilai harus mencantumkan statusnya berikut dengan KJPP atau
institusinya.
Laporan penilaian ini wajib mencantumkan tanda tangan Penilai
yang bertanggung jawab sesuai dengan pengaturan dalam
KEPI dan SPI.
Jika Penilai memperoleh bantuan tenaga ahli dan/atau Penilai
lain dalam kaitannya penugasan penilaian untuk tujuan
sebagaimana diatur oleh SPI, maka sifat bantuan dan sejauh
mana pekerjaan dilakukan, disampaikan dalam laporan. Hal ini
disesuaikan dengan pernyataan di Lingkup Penugasan.
Pemberi Tugas dan 5.1.2 Laporan harus ditujukan kepada Pemberi Tugas sebagaimana
Pengguna Laporan yang dimaksud dalam Lingkup Penugasan.
Pencantuman nama Pemberi Tugas dan Pengguna Laporan
harus jelas dan dilengkapi dengan alamatnya.

Maksud dan Tujuan 5.1.3 Maksud dan Tujuan penilaian harus dinyatakan secara jelas dan
Penilaian harus konsisten dengan Lingkup Penugasan.
Tidak ada pernyataan lain yang dapat dicatatkan dalam
Pelaporan Penilaian tanpa ada dasar penugasannya secara
formal sesuai yang dinyatakan dalam Lingkup Penugasan. Bila
terdapat perbedaan Penilai harus menyesuaikannya.

Obyek penilaian 5.1.4 Penilaian untuk tujuan lelang sebagaimana yang dimaksud
pada SPI 366 dan Juknis ini harus dinyatakan dengan jelas
sesuai Lingkup Penugasan.
Pernyataan objek penilaian yang diungkapkan dalam Laporan
Penilaian didasarkan kepada hasil investigasi yang telah
dilakukan. Dalam hal terdapat perbedaan antara objek
penilaian yang disebutkan dalam Lingkup Penugasan dengan
hasil investigasi, maka Penilai harus menyesuaikan kembali
konsistensi pernyataan yang ada dalam Lingkup Penugasan.
Pernyataan objek penilaian yang diungkapkan dalam Laporan
Penilaian didasarkan kepada hasil investigasi yang telah
dilakukan.
Bentuk kepemilikan 5.1.5 Pengungkapan informasi hak kepemilikan atau penguasaan
dari objek penilaian harus dinyatakan sesuai dengan hasil
verifikasi terhadap salinan/copy dokumen kepemilikan dan
disesuaikan dengan inspeksi lapangan.
Hubungan antara Pemberi Tugas dan kepemilikan objek
penilaian perlu disebutkan bila terdapat perbedaan.

Dasar Nilai 5.1.6 Tujuan penilaian akan menentukan dasar nilai yang digunakan.
Dasar nilai harus dinyatakan dan didefinisikan secara lengkap
di dalam laporan penilaian.

Juknis SPI 366 18


Referensi
Hal Penjelasan
SPI 105
Tanggal penilaian 5.1.7 Tanggal penilaian harus dinyatakan di dalam laporan
sebagaimana dimaksud dalam Lingkup Penugasan dan
umumnya merupakan tanggal pada saat inspeksi dilakukan.
Penting bagi Penilai untuk memberikan pemahaman kepada
Pemberi Tugas dan Pengguna laporan bahwa nilai properti
dapat berubah sesuai dengan waktu, sehingga nilai yang
berlaku pada suatu waktu tertentu tidak berlaku pada waktu
yang lain.

Mata uang yang 5.1.8 Pernyataan penggunaan mata uang dalam Pelaporan Penilaian
digunakan harus sesuai dengan yang dinyatakan dalam Lingkup
Penugasan, dalam hal ini adalah Rupiah. Apabila dinyatakan
lain, maka Penilai harus mengikuti prosedur yang diatur dalam
SPI 105.

Tingkat kedalaman 5.1.9 Investigasi yang dilakukan meliputi inspeksi, penelaahan,


investigasi penghitungan dan analisis yang bertujuan untuk menghasilkan
kesimpulan penilaian yang dapat dipercaya. Untuk itu,
pelaksanaan investigasi sepanjang tidak diatur lain harus
dilakukan secara lengkap.
Bila Penilai menghadapi keterbatasan dalam melakukan
pemeriksaan atau verifikasi atas objek penilaian karena pemilik
aset tidak kooperatif, maka Penilai harus mengantisipasi kondisi
terbatas tersebut dengan menyatakannya dalam tingkat
kedalaman investigasi secara jelas. Hal-hal yang membatasi
dalam pelaksanaan penugasan, perlu mendapat perhatian
Penilai untuk meninjau kembali ketentuan yang ada dalam
Lingkup Penugasan. Asumsi khusus dibenarkan sepanjang wajar
dan relevan sebagai bagian yang akan menjadi kesepakatan
dengan Pemberi Tugas. Penilai harus memperoleh surat
pernyataan dari Pemberi Tugas terkait dengan informasi
spesifikasi dan kondisi teknis objek penilaian sebagai dasar
bagi Penilai untuk membuat asumsi dan/atau asumsi khusus.
Penilai dapat menolak setiap penugasan yang akan
menghasilkan opini nilai yang tidak dapat diyakini
karenadanya keterbatasan pelaksanaan penilaian.

Data dan informasi yang dianggap dapat dipercaya antara


Sifat dan sumber 5.1.10 lain bersumber dari:
informasi yang
dapat diandalkan • Badan Pertanahan Nasional (BPN)
• Bank Indonesia
• Badan Pusat Statistik (BPS)
• Bank Pemerintah
• Lembaga Riset yang diakui.

Juknis SPI 366 19


Referensi
Hal Penjelasan
SPI 105
Asumsi dan asumsi 5.1.11 • Seluruh asumsi dan / atau asumsi khusus yang dicantumkan
khusus dalam pelaporan penilaian harus sesuai dengan yang
dicantumkan dalam Lingkup Penugasan.
• Asumsi dan/atau asumsi khusus merupakan bagian dari
penentuan batasan tingkat kedalaman investigasi
• Asumsi khusus harus dinyatakan secara jelas.
• Asumsi khusus dibuat apabila terdapat ketidakpastian
informasi yang antara lain berkaitan dengan karakteristik
fisik, legal dan ekonomi dari properti, serta kondisi
eksternal properti seperti kondisi/tren pasar atau
kredibilitas data yang digunakan dalam analisis.
• Apabila penilaian dilakukan dengan informasi yang
terbatas, laporan harus memuat seluruh penjelasan
mengenai keterbatasan tersebut.
• Seluruh penyimpangan dari standar dinyatakan harus
dijelaskan.

Pendekatan 5.1.12 Pendekatan penilaian dan alasan pemilihannya pada proses


Penilaian implementasi harus diungkapkan secara jelas di dalam laporan
penilaian.
Pengutipan istilah dan rujukan penggunaannya mengikuti
sebagaimana diatur oleh SPI dan teori yang relevan.

Kesimpulan 5.1.13 Hasil penilaian untuk setiap objek penilaian dapat diungkapkan
Penilaian sebagai satu kesatuan atau secara terpisah, dengan
mencantumkan jumlah nominal masing-masing dalam mata uang.
Kesimpulan penilaian ditampilkan secara jelas, mudah
dimengerti dan tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Kesimpulan penilaian disusun bersamaan dengan pencatuman
tanda tangan Penilai sebagai penanggung jawab.

Persetujuan 5.1.14 Apabila terdapat kebutuhan akan pernyataan untuk


publikasi dipublikasikan, hal ini harus dituangkan dalam dokumen terpisah
yang dapat merupakan lampiran dari laporan penilaian.
Limitasi pengungkapan penilaian berdasarkan informasi atau
instruksi yang terbatas seharusnya dimasukkan.
Keterbukaan informasi seharusnya dapat dilihat dari
kesepakatan yang tercantum dalam Lingkup Penugasan.

Konfirmasi bahwa 5.1.15 Sesuai dengan ketentuan yang berlaku Penilai wajib tunduk
penilaian kepada KEPI dan SPI.
dilakukan
berdasarkan Setiap penugasan dan pelaporan penilaian harus dikonfirmasi
kepada KEPI dan bahwa penilaian dimaksud dilakukan berdasarkan kepada KEPI
SPI dan SPI dan ketentuan lainnya sepanjang relevan.

Diskripsi uraian 5.1.16 Uraian properti didiskripsikan secara jelas dalam mendukung
properti analisis, opini dan kesimpulan dalam laporan.

Juknis SPI 366 20


Referensi
Hal Penjelasan
SPI 105
Tinjauan pasar 5.1.17 Penilai harus memberikan gambaran mengenai tingkat
permintaan/penawaran, tren harga dan indikator pasar
lainnya untuk memberikan gambaran pasar dari properti yang
dinilai.
Lembar Pernyataan Penilai harus mencantumkan nama semua
Pernyataan Penilai 5.1.18 Penilai dan tenaga ahli yang terlibat (termasuk penanggung
(Compliance jawab laporan), nomor izin Penilai Publik (bagi Penilai Publik),
Statement) nomor keanggotaan asosiasi (bagi semua tim Penilai), kualifikasi
profesional (bagi tenaga ahli) dan jabatan dalam penugasan
(termasuk tim dari konsorsium bila ada). Pernyataan ini
merupakan bukti personal yang mengindikasikan keaslian
penilaian yang dilaksanakan dan bersifat sebagai pernyataan
tanggung jawab atas isi, analisis dan kesimpulan penilaian.
Pernyataan Penilai dapat merujuk kepada SPI 105 dan/atau
petunjuk teknis ini (Lampiran 2).
Kondisi dan Syarat 5.1.19 Menyatakan ada batasan dalam penyampaian kesimpulan
Pembatas penilaian.
Petunjuk teknis ini memberikan acuan rujukan yang dapat
dijadikan dasar kutipan dalam menentukan Kondisi dan Syarat
Pembatas (Lampiran 3).

Nama, kualifikasi 5.1.20 Lembar Surat Pengantar perlu mencantumkan nama


profesional dan penanggung jawab laporan, nomor izin Penilai Publik dan
tanda tangan jabatannya.
Penilai
Tanda tangan dimaksud berupa tulisan tangan (tanda tangan
basah).

Rujukan sistematika dan isi laporan penilaian dapat dilihat pada Lampiran 1.

Lampiran 1:
Sistematika dan Isi Laporan Penilaian (bentuk penomoran tidak terikat)
Juknis SPI 366 21
Sistematika Laporan Gambaran Isi
Bagian I - Pendahuluan 1. Halaman Judul (cover)
1. Halaman Judul Halaman judul memuat nama pekerjaan, nama Pemberi Tugas
2. Surat Pengantar dan nama kantor dan alamat Penilai.
3. Daftar Isi
4. Pernyataan Penilai 2. Surat Pengantar
5. Ringkasan Penilaian Surat Pengantar secara formal menghantar laporan Penilaian
kepada Pemberi Tugas dan merupakan bagian tak terpisahkan
dari Laporan Penilaian. Surat Pengantar dimaksudkan sebagai
catatan permanen yang mengidentifikasikan Penilai dan
Pengguna Laporan. Surat ini seharusnya ditulis dalam format
surat bisnis yang layak dan seringkas mungkin serta dapat
meliputi elemen sebagai berikut:
• Tanggal surat adalah tanggal laporan penilaian diterbitkan.
• Nama penugasan dan alamatnya dalam deskripsi ringkas.
• Dasar penugasan merujuk kepada perjanjian kerja/kontrak
berikut dengan amandemen/adendumnya atau berita acara
tambahan (bila ada).
• Deskripsi ringkas bahwa Penilai telah melakukan investigasi
atas properti yang diperlukan (bila relevan).
• Referensi bahwa surat tersebut diiikuti oleh laporan Penilaian
dan identifikasi jenis Penilaian dan format laporan.
• Dasar penilaian yang digunakan di dalam laporan dan
definisinya.
• Tanggal Penilaian dan opini nilai (dalam angka dan huruf)
disertai tanda tangan Penilai Publik sebagai penanggung
jawab Laporan.
3. Daftar Isi
Menyatakan pembagian utama dari laporan diikuti dengan sub-
bagiannya
4. Pernyataan Penilai
Lembar Pernyataan Penilai penempatannya adalah setelah
Surat Pengantar, dengan mencantumkan tanda tangan Penilai
dan tanggalnya (lihat pada lampiran 2).
Pernyataan Penilai ini penting karena menjelaskan posisi Penilai,
sehingga melindungi baik integritas Penilai maupun validitas
penilaian.
5. Ringkasan Penilaian
Apabila laporan penilaian panjang dan kompleks, ringkasan
dari hal utama dan kesimpulan penting di dalam penilaian
menjadi berguna. Ringkasan ini sering disebut juga sebagai
Ringkasan Eksekutif (Executive Summary) yang akan
memudahkan pengguna laporan dan memungkinkan Penilai
untuk memberi penekanan kepada hal-hal utama yang
dipertimbangkan dalam mencapai opini nilai final.
Berikut adalah pedoman isi dari Ringkasan Penilaian:
• Identifikasi ringkas dari properti
• Identifikasi jenis penilaian (normal atau terbatas) dan format
laporan (laporan terinci, ringkas atau terbatas)
• Tanggal penilaian dan tanggal inspeksi
• Asumsi khusus (bila ada)
• Kesimpulan nilai disertai tanda tangan Penilai yang
bertanggung jawab
Bagian II – Definisi dan Lingkup Penugasan merupakan penjelasan atas sejauh
Definisi & Lingkup mana suatu pekerjaan penilaian berikut pelaporannya telah
Penugasan dilakukan oleh Penilai. Definisi dan Lingkup Penugasan dimaksud
1. Status Penilai diuraikan sebagaimana yang diatur pada SPI 105-5.1.1 s/d 5.1.12

Juknis SPI 366 22


Sistematika Laporan Gambaran Isi
2. Pemberi Tugas dan dan 5.1.15 (secara bersamaan dapat dibaca pada bagian ke-3 dan
Pengguna Laporan 5 dari juknis ini) sebagai berikut:
3. Maksud dan Tujuan
Penilaian 1. Status Penilai
4. Obyek Penilaian Penilai harus mencatumkan statusnya berikut dengan KJPP atau
5. Hak Kepemilikan institusinya. Prosedur lengkap dapat dilihat pada bagian 5 dari
6. Dasar Nilai Juknis ini.
7. Tanggal Penilaian 2. Pemberi Tugas dan Pengguna Laporan
8. Penggunaan Mata Uang Laporan ditujukan kepada Pemberi Tugas yang sekaligus
9. Tingkat Kedalaman sebagai pengguna laporan, yaitu pihak yang memberikan
Investigasi penugasan kepada Penilai. Pemberi Tugas dapat berupa
10. Sifat dan sumber individu atau entitas atau sekelompok orang secara bersama-
informasi sama. Apabila berupa entitas, harus disertai dengan nama
11. Asumsi Umum dan Khusus individu yang berhak mewakili.
12. Pendekatan Penilaian
13. Standar Penilaian 3. Maksud dan Tujuan Penilaian
Maksud dan Tujuan Penilaian harus dijelaskan sehingga
Pengguna Laporan memahami konteks dilakukannya penilaian.
4. Obyek Penilaian
Dapat disusun secara informatif dimana minimal terdapat
informasi tentang jenis properti, lokasi dan volume (ukuran dan
jumlah).
5. Hak Kepemilikan
Pengungkapan informasi hak kepemilikan atau penguasaan dari
objek penilaian.
6. Dasar Nilai
(lihat penjelasan pada bagian 5)
7. Tanggal Penilaian
Bila tidak diatur berbeda, tanggal penilaian yang digunakan
harus konsisten sebagaimana yang diinstruksikan dalam Lingkup
Penugasan.
8. Penggunaan Mata Uang
Dinyatakan sebagaimana yang disebutkan dalam Lingkup
Penugasan.
9. Tingkat Kedalaman Investigasi
Diungkapkan berdasarkan apa yang telah diatur pada Lingkup
Penugasan. Bila ada penyesuaian dan perubahan, Penilai harus
mengungkapkannya dalam Laporan Penilaian.
10. Sifat dan Sumber Informasi
Dapat dirujuk sebagaimana telah diungkapkan dalam Lingkup
Penugasan.
11. Asumsi Umum dan Khusus
Pengungkapan seluruh asumsi umum dan asumsi khusus selain
harus konsisten dengan apa yang tertera di dalam Lingkup
Penugasan, Penilai juga dapat menyampaikan hal-hal yang
dianggap relevan dalam Laporan Penilaian.
12. Pendekatan Penilaian
Penggunaan pendekatan penilaian yang digunakan agar
diuraikan secara lengkap, wajar dan beralasan.
13. Penggunaan Standar
Penilaian untuk kepentingan pada Juknis ini menggunakan KEPI
dan SPI
Bagian III – 1. Tinjauan Properti sebagai Obyek Penilaian

Juknis SPI 366 23


Sistematika Laporan Gambaran Isi
Presentasi Data Uraian umum properti sebagai obyek penilaian diuraikan secara
1. Tinjauan Properti sebagai informatif. Uraian tersebut didasarkan hasil identifikasi dan
Obyek Penilaian investigasi Penilai yang dapat memberikan gambaran secara
2. Analisis Lingkungan lengkap dari properti yang dinilai.
3. Deskripsi Tapak
4. Deskripsi Bangunan dan 2. Analisis Lingkungan
Pengembangan lainnya Fakta berkaitan dengan kota dan lingkungan sekitarnya
5. Deskripsi Personal (Neighborhood Analysis) yang dalam anggapan Penilai
Properti berkaitan dengan masalah penilaian seharusnya
6. Deskripsi Kerugian Non dipertimbangkan dan dilaporkan.
Fisik Analisis lingkungan dapat meliputi gambaran dari lokasi properti,
7. Tinjauan Pasar aksesibilitas dan fasilitas yang tersedia pada lingkungan dimana
8. Karateristik ekonomi dan obyek properti berada.
keuangan (disesuaikan Penilai selalu mendasari analisisnya dengan data dan informasi
dengan pendekatan yang mendukung pernyataan opini penilaian secara umum. Hal-
pendapatan yg hal yang yang berpengaruh secara positif dan negatif yang
digunakan) dapat memengaruhi opini nilai harus disertakan dalam proses
9. Informasi relevan lainnya analisis dan pelaporan penilaian.
(bila ada) Informasi lainnya yang perlu disampaikan, seperti parameter
pengembangan (eksisting dan batasan) meliputi peruntukan, KLB,
KDB, GSB dan batas ketinggian bangunan.
3. Deskripsi Tapak
• Karakteristik fisik
• Situasi dan tata letak tanah, luas tanah dan bentuk
• Kondisi tanah
• Fasilitas
• Pengembangan yang menguntungkan maupun merugikan
tapak
• Karakteristik Legal
• Peruntukan, restriksi pengembangan, kemungkinan perubahan
peruntukan
4. Deskripsi Bangunan dan Pengembangan lainnya
Tidak hanya terbatas kepada bangunan, namun obyek
penilaian lainnya seperti ruang atas tanah dan bawah tanah
merupakan bagian yang seharusnya diuraikan. Uraian masing-
masing obyek penilaian antara lain :
• Jenis aset (untuk masing-masing bangunan, atau aset lainnya)
• Spesifikasi
• Jumlah dan ukuran unit
• Fasilitas pendukung
• Kondisi dan umur (bila ada)
• Fasilitas dan servis (listrik, gas, telepon, air bersih, drainase)
5. Deskripsi Personal Properti
Dapat meliputi benda yang berkaitan dengan tanah, seperti
utilitas dan sarana pelengkap bangunan (Personal Properti yang
melekat pada tanah/bangunan),
6. Tinjauan Pasar
Uraian dan kajian pasar dapat meliputi:
• Pasar real estat tertentu atau submarket yang ada
• Tingkat permintaan dan trendnya (prediksi peningkatan atau
penurunan)
• Keseimbangan permintaan dan penawaran.
7. Karakteristik Ekonomi dan Keuangan (bila ada)
• Data keuangan yang meliputi pendapatan dan pengeluaran
serta seluruh parameter yang mempengaruhi
Juknis SPI 366 24
Sistematika Laporan Gambaran Isi
• Pajak properti
• Asuransi properti
• CAPEX
• Kewajiban pengembangan.
8. Informasi Relevan Lainnya
Fakta lainnya yang terjadi dan mempengaruhi analisis, estimasi
atau kesimpulan penilaian dapat dinyatakan di dalam laporan
Bagian IV– 1. Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (Highest & Best Use - HBU)
Analisis Data dan Ke-4 kriteria yaitu secara legal, fisik, kelayakan keuangan dan
Kesimpulan produktifitas maksimum dibahas dalam kaitannya dengan
1. Penggunaan Tertinggi properti yang dinilai. Pola penggunaan tanah, regulasi
dan Terbaik peruntukan, profitabilitas dari pengembangan yang ada atau
2. Nilai tanah alternatif seharusnya dibahas di dalam laporan.
3. Implementasi Penggunaan
Pendekatan Penilaian Analisis dan penulisan HBU dapat disesuikan dengan standar
4. Rekonsiliasi dan teknis tentang HBU (SPI 360).
Kesimpulan 2. Nilai Tanah
5. Kondisi dan Syarat Pada bagian penilaian tanah di dalam laporan penilaian, data
Pembatas pasar disajikan bersamaan dengan analisis data dan alasan
yang mengarah kepada opini nilai tanah. Faktor yang
mempengaruhi nilai tanah seharusnya disajikan dalam cara
yang jelas dan akurat.
3. Implementasi Penggunaan Pendekatan Penilaian
Penilai mengembangkan pendekatan yang sesuai diterapkan
dalam penugasan dan penentuan indikasi nilai. Penerapan dari
setiap pendekatan dijelaskan berikut data faktual, analisis dan
alasan yang mengarah kepada indikasi nilai yang dinyatakan
di dalam laporan. Ketiga pendekatan penilaian yang meliputi,
Pendekatan Pasar, Pendekatan Pendapatan dan Pendekatan
Biaya diuraikan secara ringkas dan jelas untuk memberikan
pemahaman kepada pengguna laporan.
4. Rekonsiliasi dan Kesimpulan
Apabila Penilai menggunakan lebih dari satu pendekatan
penilaian maka Penilai perlu melakukan rekonsiliasi dalam
pengambilan kesimpulan hasil penilaian (nilai).
5. Kondisi dan Syarat Pembatas
Menyatakan semua pembatas yang mendasari kesimpulan nilai
(lihat lampiran 3).
Lampiran
1. Deskripsi properti terinci (apabila belum dimasukkan dalam bagian presentasi data)
2. Rincian hasil penilaian
3. Foto
4. Peta
5. Informasi lain yang relevan

Juknis SPI 366 25


Lampiran 2 :
Pernyataan Penilai
Setiap laporan Penilaian properti harus memuat Pernyataan Penilai (compliance
statement) yang ditandatangani dengan bentuk kurang lebih sebagai berikut:
Dalam batas kemampuan dan keyakinan kami sebagai Penilai Publik, Penilai Pelaksana
dan tim pendukung lainnya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:
1. Pernyataan dalam laporan Penilaian ini, sebatas pengetahuan kami, adalah benar
dan akurat.
2. Analisis, opini, dan kesimpulan yang dinyatakan di dalam Laporan Penilaian ini
dibatasi oleh asumsi dan batasan-batasan yang diungkapkan di dalam Laporan
Penilaian, yang mana merupakan hasil analisis, opini dan kesimpulan Penilai yang
tidak berpihak dan tidak memiliki benturan kepentingan.
3. Kami tidak mempunyai kepentingan baik sekarang maupun di masa yang akan
datang terhadap properti yang dinilai, maupun memiliki kepentingan pribadi atau
keberpihakan kepada pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap
properti yang dinilai.
4. Penunjukan dalam penugasan ini tidak berhubungan dengan opini Penilaian yang
telah disepakati sebelumnya dengan Pemberi Tugas
5. Biaya jasa profesional tidak dikaitkan dengan nilai yang telah ditentukan
sebelumnya atau gambaran nilai yang diinginkan oleh Pemberi Tugas, besaran
opini nilai, pencapaian hasil yang dinyatakan, atau adanya kondisi yang terjadi
kemudian (subsequent event) yang berhubungan secara langsung dengan
penggunaan yang dimaksud.
6. Penilai telah mengikuti persyaratan pendidikan profesional yang
ditetapkan/dilaksanakan oleh Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI).
7. Penilai memiliki pengetahuan yang memadai sehubungan dengan properti
dan/atau jenis industri yang dinilai.
8. Penilai telah melaksanakan ruang lingkup sebagai berikut:
 Identifikasi masalah (identifikasi batasan, tujuan dan obyek, definisi Penilaian,
dan tanggal Penilaian);
 Pengumpulan data dan wawancara;
 Analisis data;
 Estimasi nilai dengan menggunakan pendekatan Penilaian;
 Penulisan laporan.
9. Penilai telah/tidak melakukan inspeksi lapangan yang merupakan obyek Penilaian
(apabila lebih dari 1 orang menandatangani pernyataan ini, harus dibuat terinci
mengenai individu mana yang melakukan inspeksi lapangan).
10. Tidak seorangpun selain yang bertandatangan di bawah ini, yang telah terlibat
dalam pelaksanaan inspeksi, analisis, pembuatan kesimpulan, dan opini
sebagaimana yang dinyatakan dalam laporan Penilaian ini.
11. Analisis, opini, dan kesimpulan yang dibuat oleh Penilai, serta laporan Penilaian
telah dibuat dengan memenuhi ketentuan KEPI dan SPI yang berlaku.

Juknis SPI 366 26


Pernyataan Penilai yang ditandatangani merupakan bagian integral dari laporan
Penilaian. Penilai yang menandatangani bagian lainnya dari laporan Penilaian,
termasuk surat pengantar (letter of transmittal) juga harus menandatangani pernyataan
ini.
Apabila Penilai yang menandatangani laporan bergantung kepada pekerjaan yang
dilakukan oleh Penilai/tenaga ahli lainnya yang tidak menandatangani pernyataan
Penilai, maka Penilai yang menandatangani bertanggung jawab atas keputusan untuk
bergantung kepada pekerjaan mereka, dan disyaratkan untuk memiliki alasan yang
kuat untuk mempercayai kompetensi dari Penilai/tenaga ahli lainnya tersebut.
Nama dari individu yang terlibat dalam Penilaian namun tidak menandatangani lembar
Pernyataan Penilai harus dinyatakan.

Juknis SPI 366 27


Lampiran 3 :
Syarat Pembatas
Berikut adalah contoh dari syarat pembatas yang harus disesuaikan dengan maksud
dan tujuan penilaian:
1. Informasi yang telah diberikan oleh pihak lain kepada Penilai seperti yang
disebutkan dalam laporan Penilaian dianggap layak dan dipercaya, tetapi Penilai
tidak bertanggung jawab jika ternyata informasi yang diberikan itu terbukti tidak
sesuai dengan hal yang sesungguhnya. Informasi yang dinyatakan tanpa
menyebutkan sumbernya merupakan hasil penelaahan kami terhadap data yang
ada, pemeriksaan atas dokumen ataupun keterangan dari instansi pemerintah yang
berwenang. Tanggung jawab untuk memeriksa kembali kebenaran informasi
tersebut sepenuhnya berada dipihak Pemberi Tugas.
2. Kecuali diatur berbeda oleh peraturan dan perundangan yang ada, maka
penilaian dan laporan Penilaian bersifat rahasia dan hanya ditujukan terbatas
untuk Pemberi Tugas yang dimaksud dan penasehat profesionalnya dan disajikan
hanya untuk maksud dan tujuan sesuai dengan yang dicantumkan pada laporan
Penilaian. Kami tidak bertanggung jawab kepada pihak lain selain Pemberi Tugas
dimaksud. Pihak lain yang menggunakan laporan ini bertanggung jawab atas
segala risiko yang timbul.
3. Nilai yang dicantumkan dalam laporan ini serta setiap nilai lain dalam Laporan
yang merupakan bagian dari properti yang dinilai hanya berlaku sesuai dengan
maksud dan tujuan Penilaian. Nilai yang digunakan dalam laporan Penilaian ini
tidak boleh digunakan untuk tujuan Penilaian lain yang dapat mengakibatkan
terjadinya kesalahan.
4. Kami telah mempertimbangkan kondisi properti dimaksud, namun demikian tidak
berkewajiban untuk memeriksa struktur bangunan ataupun bagian-bagian dari
properti yang tertutup, tidak terlihat dan tidak dapat dijangkau. Kami tidak
memberikan jaminan bila ada pelapukan, rayap, gangguan hama lainnya atau
kerusakan yang tidak terlihat. Penilai tidak berkewajiban untuk melakukan
pemeriksaan terhadap fasilitas lingkungan dan lainnya. Kecuali diinformasikan lain,
Penilaian kami didasarkan pada asumsi bahwa seluruh aspek ini dipenuhi dengan
baik.
5. Kami tidak melakukan penyelidikan atas kondisi tanah dan fasilitas lingkungan
lainnya, untuk suatu pengembangan baru. Apabila tidak diinformasikan lain,
Penilaian kami didasarkan pada kewajaran, dan untuk suatu rencana
pengembangan tidak ada pengeluaran tidak wajar atau keterlambatan dalam
masa pembangunan.
6. Kami tidak melakukan penyelidikan atas masalah lingkungan yang berkaitan
dengan pencemaran. Apabila tidak diinformasikan lain, Penilaian kami didasarkan
pada asumsi mengenai tidak adanya pencemaran yang dapat berpengaruh
terhadap nilai.
7. Gambar, denah ataupun peta yang terdapat dalam laporan ini disajikan hanya
untuk kemudahan visualisasi saja. Kami tidak melaksanakan survei/pemetaan dan
tidak bertanggung jawab mengenai hal ini.

Juknis SPI 366 28


8. Keterangan mengenai rencana tata kota diperoleh dari Rencana Umum Tata Ruang
Kota dan Pernyataan Tertulis yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
Kecuali diinstruksikan lain, kami beranggapan bahwa properti yang dinilai tidak
terpengaruh oleh berbagai hal yang bersifat pembatasan-pembatasan dan
properti maupun kondisi penggunaan baik saat ini maupun yang akan datang tidak
bertentangan dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
9. Semua bukti kepemilikan, legalitas dan perijinan yang ada didasarkan kepada
informasi dan data yang diberikan Pemberi Tugas dan/atau Pengguna Laporan
(bila dinyatakan lain sebutkan). Oleh karena itu, kami tidak melakukan pengukuran
ulang terhadap luasan properti secara rinci, melainkan didasarkan kepada data
sertifikat, gambar bangunan dan data lainnya yang diterima dari Pemberi Tugas.

Juknis SPI 366 29


Lampiran 4:
Surat Representasi
Penilai harus memperoleh surat representasi dari Pemberi Tugas yang ditujukan kepada
Penilai untuk menyatakan kebenaran informasi yang diberikan. Surat representasi
dimaksud diterima Penilai setelah investigasi dilakukan atau sebelum laporan
diterbitkan.

No. .......................
............., (tanggal surat)

Kepada Yth.
(sebutkan nama dan alamat KJPP/Instansi Penilai)

Up. (sebutkan nama rekan penanggung jawab laporan)

Perihal: Surat Pernyataan atas penugasan penilaian (sebutkan objek penilaian) yang
berlokasi (sebutkan alamat lokasi) milik (sebutkan nama pemilik properti)

Dengan hormat,

Merujuk kepada kontrak (sebutkan nomor kontrak) tanggal (sebutkan tanggal kontrak)
mengenai perjanjian/kontrak Pekerjaan Penilaian ………. yang disebutkan di atas
maka berikut adalah pernyataan dari (sebutkan nama Pemberi Tugas) atas penugasan
dimaksud, sebagai berikut :
a. Bahwa seluruh informasi dan pernyataan baik secara lisan maupun tulisan serta
dokumen baik dalam bentuk asli maupun foto copy dan/atau salinan yang kami
sampaikan kepada (sebutkan nama KJPP) yang kemudian digunakan dalam analisis
dalam pemberian opini nilai adalah benar-benar berasal dari (sebutkan nama
Pemberi Tugas), lengkap dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada
tanggal penilaian sampai dengan dikeluarkannya laporan penilaian.
b. Bahwa atas isi dan segala sesuatu yang terdapat dan/atau yang digunakan dalam
penugasan penilaian, kami (sebutkan nama Pemberi Tugas) memberikan
pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada (sebutkan nama KJPP) termasuk
didalamnya anggota rekan dan seluruh staff yang ada dari tuntutan kerugian
harta, gugatan dan tanggung jawab (semuanya dalam bentuk apapun juga) baik
secara sendiri-sendiri maupun institusi yang timbul secara langsung maupun tidak
langsung terhadap pihak manapun juga apabila hal itu diakibatkan oleh kesalahan
penyampaian data dan informasi apakah yang disampaikan secara verbal
dan/atau dalam bentuk asli, foto kopi, dan/atau salinan dari kami.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya untuk kepentingan


penilaian yang dibuat oleh (sebutkan nama KJPP).

Hormat kami,
(nama Pemberi Tugas)

(nama lengkap dan tanda tangan dilengkapi stempel perusahaan)


(jabatan)

Juknis SPI 366 30

Anda mungkin juga menyukai