Desainlah jembatan beton bertulang balok T tumpuan sederhana dengan panjang bentang 20 m.
Jembatan ini terdiri dari dua lajur jalan raya dengan tebal perkerasan aspal 10 cm serta memiliki
pembatas pada kedua sisi dengan berat 7.56 kN/m. Mutu beton dan baja yang digunakan adalah f'c
= 30 MPa dan fy = 410 MPa.
SOLUSI
Desain struktur atas jembatan pada kasus ini meninjau dua kasus desain, yaitu desain plat dek
jembatan dan desain girder jambatan (balok T). Desain balok T mencakup desain balok interior dan
balok eksterior.
1. Pemilihan Dimensi Penampang Komponen Struktur Atas
Tip e struktur yang akan didesain adalah tipe struktur jembatan beton bertulang. Berdasarkan BMS
Tabel 3.6.2.2.1-1, tipe struktur atas jembatan bertulang dikategorikan sebagai tipe (e).
Tebal minimum pelat dek yang digunakan diatur dala Pasal 6.7.1.2 yaitu minimal 200 mm. Pada
kasus ini, digunakan tebal plat dek 250 mm.
Konfigurasi girder pada arah tegak lurus jembatan dipengaruhi oleh metode analisis beban hidup
yang digunakan. Pada standar BMS terdapat dua metode analisis yang digunakan yaitu metode
analisis yaitu metode analisis pendekatan (Pasal 3.5.3.2.2) dan metode analisis rinci (Pasal
3.5.3.2.3). Pada kasus ini, metode analisis struktur akibat beban hidup yang digunakan adalah
metode pendekatan, sehingga berdasarkan metode pendekatan pada Tabel 3.6.2.2b-1, untuk tipe
struktur (e), spasi antar girder adalah besar sama dengan 1100 mm tetapi tidak boleh lebih besar
dari 4900 mm.
1100 S 4900
Oleh karena itu, pada kasus ini dicoba spasi antar girder sebesar 2000 mm. Karena lebar jalan
minimal adalah 3500 mm dan jalan yang didesain terdiri dari dua lajur, maka diperlukan 5 girder (2
balok eksetrerior dan 3 balok interior). Panjang plat kantilever pada sisi luar balok eksterior
ditentukan berdasarkan Tabel 3.6.2.2.2d-1 yaitu:
-300 d e 1700
dimana de adalah jarak antara as balok eksterior ke sisi dalam kerb atau pembatas jalan, de bernilai
positif jika balok eksterior berada di sisi dalam kerb atau pembatas jalan dan bernilai negatif jika
balok eksterior berada di sisi luar kerb atau pembatas jalan. Oleh karena itu, pada kasus ini
digunakan panjang katilever 1200 mm. Detail dimensi melintang jembatan adalah seperti pada
gambar di bawah ini:
2. Perhitungan Gaya Dalam Sttruktur dan Kombinasi Pembebanan
BMS Pasal 3.6.2.6 mengizinkan bahwa untuk menghitung ketahanan lentur akibat beban permaneni
bisa dilakukan dengan hanya berdasarkan luas tributari. Efek beban dari kerb atau pembatas jalan
diperhitungkan dengan cara membagi berat kerb atau pembatas jalan tersebut ke semua girder
jembatan dengan syarat bahwa kerb atau pembatas jalan tersebut dipasang setelah plat dek
mengeras. Oleh karena itu, dimensi balok T yang diperhitungkan dalam analisis adalah seperti pada
gambar di bawah ini:
Jumlah girder nb := 5
2
Luas penampang balok T Ag := b w tw + ts bef = 1220000 mm
kN
Berat girder Wg := Ag γc = 29.28
m
kN n barrier kN
Berat pembatas jalan Wb := 7.56 = 3.024
m nb m
kN
Berat aspal Wa := ta b ef γa = 4
m
Beban mati komponen struktural adalah:
kN
MS := Wg + Wb = 32.304
m
Beban mati perkerasan adalah:
kN
MA := Wa = 4
m
Karena beban merata, maka momen akibat beban MS dan MA ditentukan dengan
persamaan-persamaan berikut:
MS Lb
Reaksi tumpuan kiri akibat beban MS VAMS := = 323.04 kN
2
MA Lb
Gaya geser balok akibat beban MA VMA := = 40 kN
2
1 2
M S( x) := VAMS x - MS x
2
1 2
Momen MS maksimum MSmax := MS Lb = 1615.2 kN m
8
1 2
Momen MA maksimum MAmax := MA Lb = 200 kN m
8
MS Lb
Gaya geser balok akibat beban MS VMS := = 323.04 kN
2
MA Lb
Gaya geser balok akibat beban MA VMA := = 40 kN
2
Pada kasus beban Truk SNI, momen maksimum pada jembatan bentang sederhana selalu terjadi
tepat di bawah sumbu tengah P2, dengan resultan gaya berat sumbu truk PR berada antara sumbu
tengah dan belakang dengan konfigurasi gaya seperti pada gambar di bawah ini:
P3 d 2 - P1 d 1
x2 := - = 1.3 m
PR
x2
x1 := = 0.65 m
2
Lb Lb Lb
P1 d 1 + d2 + - x1 - d 2 + P2 d 2 + - x1 - d 2 + P3 - x1 - d 2
RA :=
2 2 2 = 266.25 kN
Lb
Lb
M Truk_max := RA + x1 - P1 d 1 = 1935.563 kN m
2
Dari perhitugan di atas, diketahui bahwa posisi momen maksimum untuk beban truk pada jembatan
dengan tumpuan sederhana selalu berada pada posisi L/2+0.65 m (asumsi truk bergerak dari kiri ke
kanan). Untuk keperluan perencanaan, diperlukan diagram momen di sepanjang bentang balok. Cara
sederhana untuk menganalisis gaya dalam akibat beban bergerak adalah dengan metode garis
pengaruh. Metode ini banyak dijelaskan pada buku-buku analisis struktur. Pada kasus ini, metode ini
akan dibahas secara ringkas dengan uraian sebagai berikut:
x ( L - x) x ( L - x)
y1_L_R( x , L) :=
L L
x ( L - x) L - x - 4 x ( x - L + 4 )
(
y2_L_R y1 , x , L :=) -
L L-x L
x ( L - x) L - x - 9 x ( x - L + 9 )
(
y3_L_R y1 , x , L :=) -
L L-x L
x ( L - x) m x ( x - L + 4 ) x ( x - L + 9 ) m
M LR( x , L) := P1 + P2 - m + P3 -
L L L
2
1350 kN m x 500 kN m x
M LR( x , L) expand 500 kN m x - - (Persamaan 1)
L L
L := Lb
1
m
M LR( 0 , L) = 0 kN m
2
x ( L - x) x
y1_R_L( x , L) := expand x -
L L
2
x ( L - x) x - 4 4 x
x
(
y2_R_L y1 , x , L :=) L
expand x + L - L - 4
x
2
x ( L - x) L - x - 5 5 x
x
(
y3_R_L y1 , x , L :=) L
expand x - L - L
L-x
x 2 2 2
M RL( x , L) := P1 x - m + P2 x + 4 x - x - 4 m + P3 x - 5 x - x m
L L L L L
1065 kN m x 2
M RL( x , L) expand - 25 kN m x - 900 kN m (Persamaan 2)
2
Perlu diperhatikan bahwa Persamaan 1 hanya berlaku untuk bentang 0.33L dan Persamaan 2 hanya
berlaku untuk bentang 0.33L < x 0.53L dan untuk momen pada bentang 0.53L < x L (daerah sekitar
tengah bentang hingga tumpuan kanan) ditentukan berdasarkan konsep simetris pada diagram momen
dari tumpaun kiri hingga tengah bentang . Jika momen dengan metode garis pengaruh (cara manual) diplot
bersamaan dan dibandingkan dengan momen hasil perhitungan secara komputerisasi, diperoleh
perbandingan sebagai berikut:
Karena beban truk bergerak, maka gaya geser terbesar berada di satu tumpuan jembatan dan yang
terkecil, bernilai 0, terdapat di tumpuan lainnya. Gaya geser yang terjadi dapat ditentukan dengan
menurunkan Persamaan 1. Dengan demikian, besarnya gaya geser yang terjadi akibat beban truk
adalah:
1350 kN x 500 kN x
2
Vmax( x, L) :=
d
500 kN x - - 500 kN - 1350 kN - 1000 kN x
dx L L L L
Vmax( 0 , L) = 432.5 kN
Untuk kasus beban fatig, konfigurasi gandar truk ditentukan berdasarkan Pasal 8.11.1 pada standar
pembebanan jembatan yaitu jarak gandar tengah dan gandar belakang merupakan jarak konstan
sebesar 5000 mm.
d1_fatig := 5000 mm
d2_fatig := 5000 mm
P3 d2_fatig - P1 d 1_fatig
x2_fatig := - = 1.75 m
PR
x2_fatig
x1_fatig := = 0.875 m
2
d1 := d 1_fatig
d2 := d 2_fatig
x1 := x1_fatig
x2 := x2_fatig
Lb Lb Lb
P1 d 1 + d 2 + - x1 - d 2 + P2 d 2 + - x1 - d 2 + P3 - x1 - d 2
RA_fatig :=
2 2 2
Lb
RA_fatig = 271.875 kN
Lb
M Truk_fatig_max := R A_fatig + x1 - P1 d 1 = 1831.641 kN m
2
x ( L - x) x ( L - x)
y1_fatig_L_R ( x , L) :=
L L
x ( L - x) L - x - 5 x ( x - L + 5 )
(
y2_fatig_L_R y1 , x , L := ) -
L L-x L
x ( L - x) L - x - 10 x ( x - L + 10)
(
y3_fatig_L_R y1 , x , L := ) -
L L-x L
x ( L - x) m x ( x - L + 5 ) x ( x - L + 10) m
M LR_fatig( x, L) := P1 + P2 - m + P3 -
L L L
865 kN m x 2
M LR( x , L) expand - 25 kN m x (Persamaan 3)
2
2
x ( L - x) x
y1_fatig_R_L ( x , L) := expand x -
L L
2
x ( L - x) x - 5 5 x
x
(
y2_fatig_R_L y1 , x , L :=) L
x
expand x +
L
-
L
-5
2
x ( L - x) L - x - 5 5 x
x
(
y3_fatig_R_L y1 , x , L :=) L
L-x
expand x -
L
-
L
x2 5 x x
2 5 x x2
M RL_fatig( x, L) := P1 x -
m + P2 x + - - 5 m + P3 x -
- m
L L L L L
2175 kN m x 2
M RL_fatig( x, L) expand - 25 kN m x - 1125 kN m (Persamaan 4)
4
Vmax_fatig( 0 , L) = 432.5 kN
Efek beban lalu lintas perlu ditinjau pada balok eksterior dan balok Interior. Pada kasus ini, efek
beban lalu lintas yang ditinjau adalah efek dari beban truk dengan metode analisis yang digunakan
adalah analisis pendekatan seperti yang diatur pada BMS Pasal 3.6.2. Langkah-langkah penerapan
metode pendekatan adalah sebagai berikut:
1. Efek beban kendaraan ditinjau berdasarkan standar beban truk seperti yang ditetapkan dalam
SNI 1725-2016 (Standar Pembebanan untuk Jembatan) Pasal 8.4.1.
2. Efek beban kendaraan pada girder penumpu dek ditentukan dengan mengalikan gaya dalam yang
diperoleh pada tahap 1 dengan faktor distribusi (DF) yang dihitung secara terpisah yang terdiri dari:
· Faktor distribusi momen balok interior (gmi)
· Faktor distribusi geser balok interior (gvi)
· Faktor distribusi momen balok eksterior (gmi)
· Faktor distribusi geser balok eksterior (gvi)
Semua faktor distribusi pada kasus ini ditentukan berdasarkan Pasal 3.6.2.2. Perlu diperhatikan
bahwa faktor distribusi hanya bisa diterapkan untuk beban kendaraan truk saja.
Faktor distribusi beban hidup ditetapkan dalam BMS Pasal 3.6.2.2.2. Untuk faktor distribusi beban
hidup ditentukan brdasarkan Tabel 3.6.2.2.2b-1.
Modulus elastisitas beton Ec := 25743 MPa
Eb
Rasio modulus elastisitas balok dan dek n := =1
Ed
( )
2
Luas penampang 1 A1 := b w hb - ts = 720000 mm
h b - ts
Titik berat penampang 1 y1 := = 600 mm
2
1
( )
3 4
Momen inersia penampang 1 Ix1 := b h - t = 0.086 m
12 w b s
2
Luas penampang 2 A2 := b ef ts = 500000 mm
ts
Titik berat penampang 2 y2 := hb - = 1325 mm
2
1 3 4
Momen inersia penampang 2 Ix2 := b ef ts = 0.003 m
12
A1 y1 + A2 y2
Tititk berat penampang terhadap sumbu Y Y := = 0.897 m
A1 + A2
d2 := Y - y2 = -427.869 mm
2 2
Momen Inersia Ix := Ix1 + Ix2 + A1 d 1 + A2 d 2
4
Ix = 244106625683.06 mm
ts
Ekesentrisitas girder eg := h b - Y - = 427.869 mm
2
Faktor distribusi momen balok eksterior satu lajur terbebani ditentukan berdasarkan Tabel
3.6.2.2.2d-1. Untuk satu lajur terbebani, faktor distribusi beban ditentukan dengan menggunakan
aturan tuas. Prinsip dasar pengguaan aturan tuas dapat dilihat pada peraturan bagian 3, Lampiran B.
1185
Re = R
2000
Re := 0.59 R
Berdasarkan SNI Pembebanan Jembatan 2016, jika menggunakan aturan tuas, faktor distribusi
momen balok eksterior harus dikalikan dengan faktor kepadatan lajur m Tabel 14 SNI Pembebanan
Jembatan. Dengan demikian, faktor distribusi momen untuk balok eksterior dengan satu lajur
terbebani adalah:
Untuk dua lajur dibebani, faktor distribusi beban ditentukan sebagai berikut:
( )
gme_2 := e max gmi_1 , gmi_2 = 0.607
Faktor distribusi geser balok interior ditentukan berdasarkan Tabel 3.6.2.2.3a-1. Untuk kasus ini,
perhitungan faktor distribusi geser balok interior adaah sebagai berikut:
Faktor distribusi geser satu lajur terbebani:
Sg
gvi_1 := 0.36 + = 0.623
7600 mm
Faktor distribusi geser balok eksterior ditentukan berdasarkan Tabel 3.6.2.2.3b-1. Untuk kasus ini,
perhitungan faktor distribusi geser balok eksterior adaah sebagai berikut:
Faktor distribusi geser satu lajur terbebani untk balok eksterior ditentukan dengan aturan tuas,
sehingga faktor distribusi geser balok eksterior dengan satu lajur terbebani sama dengan faktor
distribusi momen untuk balok eksterior satu lajur terbebani.
gve_1 := gme_1 = 0.708
de
gve_2 := 0.6 +
(
max gvi_1 , gvi_2 = 0.566
3600 mm
)
Dengan demikian, diperoleh faktor distribusi beban hidup untuk balok eksterior dan interior sebagai
berikut:
Kombinasi pembebanan ditentukan dengan mengacu kepada standar pembebanan untuk jembatan
tahun 2016 yang dirangkum pada Tabel 1 pada peraturan tersebut.
2.3.1 Kombinasi Pembebanan Kuat 1
( ) (
M Kuat_1_I := 1.3 MSmax + 2 MAmax + FBD max gmi_1 , gmi_2 1.8 M Truk_max = 5220077.133 kN mm )
Geser Balok Interior:
( ) (
VKuat_1_I := 1.3 VMS + 2 VMA + FBD max gvi_1 , gvi_2 1.8 Vmax( 0 , L) = 1229.253 kN )
Momen Balok Eksterior:
( ) (
M Kuat_1_E := 1.3 MSmax + 2 MAmax + FBD max gme_1 , gme_2 1.8 M Truk_max = 5706445.105 kN mm )
Geser Balok Eksterior:
( ) (
VKuat_1_E := 1.3 VMS + 2 VMA + FBD max gve_1 , gve_2 1.8 Vmax( 0 , L) = 1216.483 kN )
2.3.2 Kombinasi Pembebanan Ekstrem 1
( ) (
M Ekstrem_1_I := 1.3 MSmax + 2 MAmax + FBD max gmi_1 , gmi_2 0.5 M Truk_max = 3255403.648 kN mm )
Geser Balok Interior:
( ) (
VEkstrem_1_I := 1.3 VMS + 2 VMA + FBD max gvi_1 , gvi_2 0.5 Vmax( 0 , L) = 702.536 kN )
Momen Balok Eksterior:
( ) (
M Ekstrem_1_E := 1.3 MSmax + 2 MAmax + FBD max gme_1 , gme_2 0.5 M Truk_max = 3390505.862 kN mm )
Geser Balok Interior:
( ) (
VEkstrem_1_E := 1.3 VMS + 2 VMA + FBD max gve_1 , gve_2 0.5 Vmax( 0 , L) = 698.989 kN )
2.3.3 Kombinasi Pembebanan Layan 2
( ) (
M Layan_2_I := 1 MSmax + 1 MAmax + FBD max gmi_1 , gmi_2 1.3 M Truk_max = 3779873.485 kN mm )
Geser Balok Interior:
( ) (
VLayan_2_I := 1 VMS + 1 VMA + FBD max gvi_1 , gvi_2 1.3 Vmax( 0 , L) = 889.758 kN )
Momen Balok Eksterior:
( ) (
M Layan_2_E := 1 MSmax + 1 MAmax + FBD max gme_1 , gme_2 1.3 M Truk_max = 4131139.243 kN mm )
Geser Balok Eksterior:
( ) (
VLayan_2_E := 1 VMS + 1 VMA + FBD max gve_1 , gve_2 1.3 Vmax( 0 , L) = 880.535 kN )
( )
M Fatig_I := FBD max gmi_1 , gmi_2 0.75 M Truk_max = 1133465.472 kN mm
( ) ( )
VFatig_I := FBD max gvi_1 , gvi_2 0.75 Vmax_fatig( 0 , L) = 303.876 kN
( )
M Fatig_E := FBD max gme_1 , gme_2 0.75 M Truk_max = 1336118.794 kN mm
( ) ( )
VFatig_E := FBD max gve_1 , gve_2 0.75 Vmax_fatig( 0 , L) = 298.555 kN
3. Desain Tulangan
Sebelumnya sudah ditentukan gaya dalam momen dan geser terfaktor pada kondisi batas kuat I.
Berdasarkan SNI Pembebanan Jembatan Pasal 6, beban tarfaktor tersebut harus dikalikan dengan faktor
pengubah respon, ηi. yang terdiri dari faktor pengubah respon terkait dengan daktilitas ηD, faktor pengbah
respon terkait dengan redundansi ηR, dan faktor pengubah respon terkait dengan klasifikasi operasional
ηI. NIlai pengubah respon tersebut ditentukan berdasarkan Pasal 5 pada SNI Pembebanan Jembatan,
yang pada kasus ini semua faktor pengubah respon tersebut bernilai 1. Dengan demikian:
ηD := 1
ηR := 1
ηI := 1
Pada kasus ini, balok eksterior dan interior didesain sama menggunakan gaya dalam terbesar dari
kedua balok tersebut. Rekapitulasi gaya dalam terfaktor pada balok ekterior dan interior dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Dari tabel di atas terlihat bahwa untuk desain tulangan lentur ditentukan berdasarkan gaya dalam
pada balok eksterior sedangkan desain tulangan geser ditentukan berdasarkan gaya dalam pada
balok interior.
M u_kuat_I := 1
Momen ultimit η η η MKuat_1_E = 5706445.105 kN mm
D R I
Vu_kuat_I := 1
Gaya geser ultimit η η η VKuat_1_E = 1216.483 kN
D R I
3,1,1,1 Penentuan Kebutuhan Luas Tulangan Lentur:
1 2 2
Luas tulangan geser Ab_kuat_1 := π Db = 804.248 mm
4
Lebar efektif bef = 2 m
As_req
Jumlah tulangan yang diperlukan nb_req_kuat_1 := = 15.801
Ab_kuat_1
2
Luas tulangan lentur total As := n b_kuat_1 Ab_kuat_1 = 12867.964 mm
As fy
Tin ggi blok tegangan tekan atrial_1 := = 103.448 mm
0.85 fc_aksen b ef
fc_aksen - 28 MPa
β1 := 0.85 - 0.05 = 0.836
7 MPa
atrial_1
ctrial_1 := = 123.784 mm
Letak sumbu netral β1
atrial_1
Momen nominal ϕMn := As fy d - = 6485493.39 kN mm
2
Nilai faktor reduksi kekuatan lentur ϕb yang digunakan sebelumnya adalah 0.9. Hal ini perlu diperiksa
ulang. Penentuan nilai faktor reduksi kekuatan lentur ditetapkan pada Pasal 6.2.3.1.1 pada BMS.
Untuk beton non prategang, nilai ϕb adalah 0.9 jika regangan yang terjadi pada tulangan tarik terluar
besar sama dengan 0.005. Pada kasus ini, regangan pada tulangan tarik terluar adalah:
atrial_1
ctrial_2 := = 0.124 m
Letak sumbu netral β1
Karena regangan yang terjadi adalah 0.029 dan lebih besar dari 0.005, maka penggunaan nilai faktor
reduksi kekuan lentur sebesar 0.9 sudah tepat.
Dimensi tulangan tekan ditentukan berdasarkan luas tulangan minimum.
Batasalan luas tulangan lentur diatur dalam Pasal 6.6.3.3, dengan batasan minimal adalah yang
terbesar dari:
1) 1.33 kali momen terfaktor yang dihasilkan dari kombinasi beban terfaktor untuk satu level kekuatan
tertentu, dan
2) Momen penampang retak Mcr:
Sc
( )
M cr = γ3 γ1 fr + γ2 fcpe Sc - M dnc - 1
Snc
bef = 2000 mm
hb = 1450 mm
bw = 600 mm
ts = 250 mm
( )
2
2 Acs_2 := bw h b - ts = 0.72 m
Acs_1 := bef ts = 0.5 m
ts ( hb - ts)
ycs_2 := = 600 mm
( )
3
ycs1 := h b - ts + = 1.325 10 mm 2
2
1 1
( )
3 3
Ix1_cs1 := b t Ix2_cs2 := b h - t
12 ef s 12 w b s
-3 4 4
Ix1_cs1 = 2.604 10 m Ix2_cs2 = 0.086 m
2 2 4
Ix_g := Ix1_cs1 + Ix2_cs2 + Acs_1 d cs_1 + Acs_2 d cs_2 = 244106625683.06 mm
Untuk balok T beton bertulang, fcpe = 0 dan Sc = Snc. Oleh karena itu, persamaan untuk menghitung
momen retak menjadi:
Ig
M cr = 0.75 1.6 fr
yt
Momen inersia penampang balok T Ig := Ix_g
Ig
M cr := 0.75 1.6 fr = 1073042.086 kN mm
yt
Dengan demikian, persyaratan tulangan minimum:
Cek_Tulangan_Minimum := (
"OK" if ϕMn min M cr , 1.33 M u_kuat_I ) = "OK"
Luas tulangan tekan ditetukan berdasarkan nilai terkecil dari M cr atau 1.33 M u_kuat_I. Sehingga, luas
tulangan tekan yang diperlukan adalah:
(
min M cr , 1.33 M u_kuat_I ) 2
As_aksen_req := = 2389.558 mm
ϕb fy j d
digunakan tulangan D32, dengan jumlah tulangan:
As_aksen_req
nAs_aksen_req := = 2.971
1 2
π Db_tekan
4
nAs_aksen := 4
Pemeriksaan terhadap lendutan dan lawan lendut ditentukan berdasarkan Pasal 6.6.5.2 dimana
deformasi dihitung berdasarkan momen inersia penampang retak.
Momen maksimum tahap deformasi dihitung M a := MSmax + MAmax = 1815200 kN mm
Es
Rasio modulus elastisitas baja teradap beton n := = 7.769
Ec
ts y
( )
b ef - b w ts y - + b w y - n As ( d - y) = 0
2 2 d = 1.281 m
solve 315.5
( 2000 - 600 ) 250 y -
250 y
+ 600 y - n 12867.964 ( 1281 - y)
2 2 float , 4 -1815.0
( bef - bw) ts
3 3 2
b w y ts
+ ( b ef - b w) ts y - + n As ( d - y) = 0.114 m
2 4
Icr := +
3 12 2
3 M 3
Mcr cr 4
Ie := Ig + 1 - Icr = 0.141 m
Ma Ma
Deformasi seketika akibat beban mati berdasarkan momen inersia gross:
2
M a Lb
∆DL_gross := 5 = 0.012 m
48 Ec Ig
2
M a Lb
∆DL_efektif := 5 = 0.021 m
48 Ec Ie
Berdasarkan standar BMS Pasal 6.6.5.2, deformasi jangka panjang yang memperhitungkan efek
rangkak ditentukan dengan mengalikan deformasi seketika akibat beban mati dengan faktor pengali
sebagi berikut:
· Faktor perbesaran deformasi sebesar 4 jika deformasi seketika ditentukan menggunakan Ig.
· Faktor perbesaran deformasi sebesar 3-1.2(As'/A.s) jika deformasi seketika ditentukan dengan
menggunakan Ie.
As_aksen
∆DL_ef := 3 - 1.2 ∆DL_efektif = 0.056 m
As
Lokasi penampang geser kritis ditentukan berdasarkan Pasal 6.6.4.3.2 yang menyatakan bahwa
lokasi penampang kritis untuk geser diambil sebesar dv dari muka dalam tumpuan dimana dv adalah
tinggi geser efektif yang diambil sebagai jarak antara resultan gaya tarik dan tekan akibat lentur
dengan nilai tidak boleh kurang dari yang terbesar antara 0.9de (de ditentukan pada Persamaan
6.6.4.2.9-2) dan 0.72h.
atrial_1
Tin ggi geser efektif dv := d - = 1.229 m
2
Batas atas dv_1 := 0.72 h b = 1.044 m
Untuk beton non prategang, nilai de sama dengan ds (pada kasus ini, notasi ds diganti dengan
d).
Batas bawah dv_2 := 0.9 d = 1.153 m
dv_used := (
d v if max d v_1 , d v_2 d v ) = 1.229 m
(
max dv_1 , d v_2 ) otherwise
Dengan mengasumsikan balok di atas bearing dengan dimensi 30 cm x 30 cm, maka penampang
kritis terletak paa jarak:
30 cm
x := + d v_used = 1.379 m
2
Langkah selanjutnya adalah penentuan gaya geser pada jarak 1.379 m dari garis tengan bearing.
Gaya geser ini mudah ditentukan dengan menggunakan konsep garis pengaruh. Untuk kasus beban
mati merata (MS dan MA), gaya geser pada titik kritis adalah:
( )
2
MA Lb - x
Vcr_MA := = 34.673 kN
2 Lb
( )
2
MS Lb - x
Vcr_MS := = 280.02 kN
2 Lb
Untuk beban truk, gaya geser di lokasi kritis, ditentukan dengan cara menginterpolasi nilai gaya
geser dari diagram gaya geser,
x := 1.379
( L - x)
Vcr_truk := Vmax( 0 , L) = 402.679 kN
L
Faktor beban dinamis FBD := 1.3
Geser Balok Interior:
( ) (
VKuat_1_I_cr := 1.3 Vcr_MS + 2 Vcr_MA + FBD max gvi_1 , gvi_2 1.8 Vcr_truk = 1112.389 kN )
Geser Balok Interior:
( ) (
VKuat_1_E_cr := 1.3 Vcr_MS + 2 Vcr_MA + FBD max gve_1 , gve_2 1.8 Vcr_truk = 1100.499 kN )
Tahanan geser nominal ditentukan berdasarkan Pasal 6.6.4.3.3 yaitu nilai terkecil dari:
· Vn = Vc + Vs + Vp
· Vn = 0.25fc'bvdv + Vp
Penentuan kuat geser nominal bisa ditentukan menggunakan salah satu dari tiga metode yang
terdapat dalam peraturan Pasal 6.6.4.3.4.1, 6.6.4.3.4.2 dan Pasal 6.6.4.3.4.3. Pada kasus ini
digunakan prosedur yang disederhanakan untuk penampang nonprategang seperti yang ditetapkan
pada Pasal 6.6.4.3.4.1.
Faktor reduksi kekuatan geser ϕv := 0.9
β := 2
1
Kuat geser beton Vc := β fc_aksen MPa b w d v = 673.302 kN
12
(
Vu := max VKuat_1_I_cr , VKuat_1_E_cr = 1112.389 kN )
Berdasarkan Pasal 6.6.4.2.3, tulangan transversal harus disediakan ketika Vu > 0.5ϕ(Vc+Vp).
Karena balok pada kasus ini adalah nonprategang, maka Vp = 0.
Cek_Tulangan_Geser := "Perlu Tulangan Geser" if Vu > 0.5 Vc = "Perlu Tulangan Geser"
Karena gaya geser terfaktor yang terjadi pada penampang kritis adalah 1112.389 kN dan kontribusi
beton dalam menahan gaya geser hanya 673.302 kN, maka selisih antara gaya dalam dan
kapasitas geser penampang dari maetrial beton akan dipikul oleh baja tulangan geser yang dihitung
sebagai berikut:
Vc
(
ϕVs_req := max VKuat_1_I_cr , VKuat_1_E_cr -
ϕv
)
= 364.275 kN
Pasal 6.6.4.2.6 mengizinkan penggunaan tulangan geser yang tegak lurus terhadap sumbu
longitudinal balok dan pada kasus ini, digunakan jumlah tulangan seperti yang disyaratkan pada
Pasal 6.6.4.2.5. Digunakan snegkan tertutup:
Av fy
Sv_max := = 604.441 mm
0.083 fc_aksen MPa bw
Spasi maksimum antar tulangan geser dibatasi pada jarak tertentu seperti yang ditetapkan pada
Pasal 6.6.4.2.7.
Vu
Tegangan geser pada penampang vu := = 1.676 MPa
ϕv b w d v
1
( )
Spasi_Tul_Geser_Max := min 0.8 d v , 600 mm if vu < fc_aksen = 600 mm
8
min( 0.4 d v , 300 mm) otherwise
Karena menggunakan prosedur Pasal 6.6.4.3.4.1, maka β = 2 dan θ = 45o. Dan karena tulangan
yang digunakan vertikal, maka α = 90o. Sehingga Persamaan (6.6.4.3.3-4) pasa peraturan tereduksi
menjadi:
Av fy dv
Vs := = 1013.358 kN
Sv
( )
ϕVn := ϕv Vs + Vc = 1517.994 kN
Untuk penentuan spasi tulangan di sepanjang bentang, diperlukan diagram kombinasi gaya geser
paa syarat batas kuat I. Untuk mempermudah desain dan pengerjaan di lapangan, zona pemasangan
tulangan geser di bagi menjadi dua zona, yaitu zona tumpuan dan zona tengah bentang. Zona
tumpuan diambil sejauh 1/4L dari kedua ujung tumpuan dan sis a di bagian tengah 0.5L merupakan
bagian tengah bentang.
Sv := 300 mm
Av fy dv
Vs := = 675.572 kN
Sv
( )
ϕVn := ϕv Vs + Vc = 1213.987 kN
Vu := 796.87 kN
(
max gme_1 , gme_2 )
M fat := 1 MSmax + 1MAmax + 1.3 0.75M Truk_fatig_max = 2868851.27 kN mm
1.2
(
max gme_1 , gme_2 )
M LL_fat := FBD 0.75M Truk_fatig_max = 1053651.27 kN mm
1.2
M fat Yb
fb := = 10.543 MPa
Ix_g
2
As = 12867.964 mm
As
ρ := = 0.017
bw d
n = 7.769
2
k := ( n ρ) + 2 n ρ - n ρ = 0.396
k
j := 1 - = 0.868
3
M LL_fat
∆f := = 73.649 MPa
As j d
M perm_loads
fperm_loads := = 126.881 MPa
As j d