Anda di halaman 1dari 26

DESAIN STRUKTUR JEMBATAN BETON BERTULANG

Desainlah jembatan beton bertulang balok T tumpuan sederhana dengan panjang bentang 20 m.
Jembatan ini terdiri dari dua lajur jalan raya dengan tebal perkerasan aspal 10 cm serta memiliki
pembatas pada kedua sisi dengan berat 7.56 kN/m. Mutu beton dan baja yang digunakan adalah f'c
= 30 MPa dan fy = 410 MPa.

SOLUSI
Desain struktur atas jembatan pada kasus ini meninjau dua kasus desain, yaitu desain plat dek
jembatan dan desain girder jambatan (balok T). Desain balok T mencakup desain balok interior dan
balok eksterior.
1. Pemilihan Dimensi Penampang Komponen Struktur Atas
Tip e struktur yang akan didesain adalah tipe struktur jembatan beton bertulang. Berdasarkan BMS
Tabel 3.6.2.2.1-1, tipe struktur atas jembatan bertulang dikategorikan sebagai tipe (e).

1.1 Penentuan Dimensi Balok T

Tin ggi balok minimum berdasarkan AASHTO Pasal 2.5.2.6.3 adalah:

Panjang rencana jembatan Lb := 20 m

Tin ggi balok T minimum hmin := 0.07 Lb = 1400 mm

Tin ggi balok T yang digunakan hb := 1450 mm

Lebar balok T yang digunakan bw := 600  mm

Tebal minimum pelat dek yang digunakan diatur dala Pasal 6.7.1.2 yaitu minimal 200 mm. Pada
kasus ini, digunakan tebal plat dek 250 mm.

Tebal dek ts := 250  mm

1.2 Penentuan Jarak Antar Balok dan Lebar Jalan

Konfigurasi girder pada arah tegak lurus jembatan dipengaruhi oleh metode analisis beban hidup
yang digunakan. Pada standar BMS terdapat dua metode analisis yang digunakan yaitu metode
analisis yaitu metode analisis pendekatan (Pasal 3.5.3.2.2) dan metode analisis rinci (Pasal
3.5.3.2.3). Pada kasus ini, metode analisis struktur akibat beban hidup yang digunakan adalah
metode pendekatan, sehingga berdasarkan metode pendekatan pada Tabel 3.6.2.2b-1, untuk tipe
struktur (e), spasi antar girder adalah besar sama dengan 1100 mm tetapi tidak boleh lebih besar
dari 4900 mm.
1100  S  4900
Oleh karena itu, pada kasus ini dicoba spasi antar girder sebesar 2000 mm. Karena lebar jalan
minimal adalah 3500 mm dan jalan yang didesain terdiri dari dua lajur, maka diperlukan 5 girder (2
balok eksetrerior dan 3 balok interior). Panjang plat kantilever pada sisi luar balok eksterior
ditentukan berdasarkan Tabel 3.6.2.2.2d-1 yaitu:

-300  d e  1700
dimana de adalah jarak antara as balok eksterior ke sisi dalam kerb atau pembatas jalan, de bernilai
positif jika balok eksterior berada di sisi dalam kerb atau pembatas jalan dan bernilai negatif jika
balok eksterior berada di sisi luar kerb atau pembatas jalan. Oleh karena itu, pada kasus ini
digunakan panjang katilever 1200 mm. Detail dimensi melintang jembatan adalah seperti pada
gambar di bawah ini:
2. Perhitungan Gaya Dalam Sttruktur dan Kombinasi Pembebanan

2.1 Gaya Dalam pada Balok T Akibat Beban Permanen

2.1.1 Momen Tak Terfaktor

BMS Pasal 3.6.2.6 mengizinkan bahwa untuk menghitung ketahanan lentur akibat beban permaneni
bisa dilakukan dengan hanya berdasarkan luas tributari. Efek beban dari kerb atau pembatas jalan
diperhitungkan dengan cara membagi berat kerb atau pembatas jalan tersebut ke semua girder
jembatan dengan syarat bahwa kerb atau pembatas jalan tersebut dipasang setelah plat dek
mengeras. Oleh karena itu, dimensi balok T yang diperhitungkan dalam analisis adalah seperti pada
gambar di bawah ini:

Data-data yang diperlukan:


kN
Berat volume beton γc := 24
3
m
kN
Berat volume aspal γa := 20
3
m
Tebal aspal ta := 100  mm

Lebar balok bw = 600  mm

Lebar sayap bef := 2000 mm

Tin ggi balok hb = 1450 mm

Tebal plat dek ts = 250  mm

Tin ggi web tw := hb - ts = 1200 mm

Jumlah pembatas jalan nbarrier := 2

Jumlah girder nb := 5
2
Luas penampang balok T Ag := b w tw + ts bef = 1220000  mm
kN
Berat girder Wg := Ag γc = 29.28
m
kN n barrier kN
Berat pembatas jalan Wb := 7.56  = 3.024
m nb m

kN
Berat aspal Wa := ta b ef  γa = 4 
m
Beban mati komponen struktural adalah:
kN
MS := Wg + Wb = 32.304
m
Beban mati perkerasan adalah:
kN
MA := Wa = 4 
m
Karena beban merata, maka momen akibat beban MS dan MA ditentukan dengan
persamaan-persamaan berikut:
MS Lb
Reaksi tumpuan kiri akibat beban MS VAMS := = 323.04 kN
2
MA Lb
Gaya geser balok akibat beban MA VMA := = 40 kN
2
1 2
M S( x) := VAMS x -  MS x
2
1 2
Momen MS maksimum MSmax :=  MS Lb = 1615.2 kN m
8
1 2
Momen MA maksimum MAmax :=  MA Lb = 200  kN m
8

2.1.2 Geser Tak Terfaktor

MS Lb
Gaya geser balok akibat beban MS VMS := = 323.04 kN
2
MA Lb
Gaya geser balok akibat beban MA VMA := = 40 kN
2

2.2 Gaya Dalam pada Balok T Akibat Beban Lalu Lintas


Berat sumbu roda belakang P1 := 225  kN

Berat sumbu roda tengah P2 := 225  kN

Berat sumbu roda depan P3 := 50 kN

Resutan gaya beban truk PR := P1 + P2 + P3 = 500  kN

Jarak antar sumbu P3-P2 (roda depan-tengah) d1 := 4  m

Jarak antar sumbu P2-P1 (roda tengah-belakang) d2 := 5  m

Pada kasus beban Truk SNI, momen maksimum pada jembatan bentang sederhana selalu terjadi
tepat di bawah sumbu tengah P2, dengan resultan gaya berat sumbu truk PR berada antara sumbu
tengah dan belakang dengan konfigurasi gaya seperti pada gambar di bawah ini:
 P3  d 2 - P1  d 1 
x2 := -  = 1.3 m
PR
 
x2
x1 := = 0.65 m
2
  Lb   Lb   Lb 
P1  d 1 + d2 +  - x1 - d 2 + P2  d 2 + - x1 - d 2 + P3   - x1 - d 2
RA :=
  2   2   2  = 266.25 kN
Lb

 Lb 
M Truk_max := RA  + x1  - P1  d 1 = 1935.563  kN m
 2 
Dari perhitugan di atas, diketahui bahwa posisi momen maksimum untuk beban truk pada jembatan
dengan tumpuan sederhana selalu berada pada posisi L/2+0.65 m (asumsi truk bergerak dari kiri ke
kanan). Untuk keperluan perencanaan, diperlukan diagram momen di sepanjang bentang balok. Cara
sederhana untuk menganalisis gaya dalam akibat beban bergerak adalah dengan metode garis
pengaruh. Metode ini banyak dijelaskan pada buku-buku analisis struktur. Pada kasus ini, metode ini
akan dibahas secara ringkas dengan uraian sebagai berikut:

Kasus I, Truk bergerak dari kiri ke kanan:

x ( L - x) x ( L - x)
y1_L_R( x , L) := 
L L

x ( L - x) L - x - 4 x ( x - L + 4 )
(
y2_L_R y1 , x , L :=)   -
L  L-x  L

x ( L - x) L - x - 9 x ( x - L + 9 )
(
y3_L_R y1 , x , L :=)   -
L  L-x  L
x ( L - x)  m x ( x - L + 4 )   x ( x - L + 9 )   m
M LR( x , L) := P1 + P2  -   m + P3  - 
L  L   L 
2
1350 kN m x 500  kN m x
M LR( x , L) expand  500  kN m x - - (Persamaan 1)
L L

L := Lb   
1
 
m

M LR( 0 , L) = 0  kN m

M LR( 0.33 L , L) = 1765.5 kN m

2
x ( L - x) x
y1_R_L( x , L) := expand  x -
L L

2
x ( L - x) x - 4 4 x
 
x
(
y2_R_L y1 , x , L :=) L
 expand  x + L - L - 4
 x 
2
x ( L - x) L - x - 5 5 x
 
x
(
y3_R_L y1 , x , L :=) L
 expand  x - L - L
 L-x 
 x  2    2  2
M RL( x , L) := P1  x -   m + P2   x + 4  x - x - 4  m + P3   x - 5  x - x   m
 L  L L   L L
1065 kN m x 2
M RL( x , L) expand  - 25 kN m x - 900  kN m (Persamaan 2)
2

M RL , L = 1137.5 kN m


L
4 

M RL , L = 1925 kN m


L
2 
M RL( 0.53 L , L) = 1935.5 kN m

Perlu diperhatikan bahwa Persamaan 1 hanya berlaku untuk bentang 0.33L dan Persamaan 2 hanya
berlaku untuk bentang 0.33L < x  0.53L dan untuk momen pada bentang 0.53L < x  L (daerah sekitar
tengah bentang hingga tumpuan kanan) ditentukan berdasarkan konsep simetris pada diagram momen
dari tumpaun kiri hingga tengah bentang . Jika momen dengan metode garis pengaruh (cara manual) diplot
bersamaan dan dibandingkan dengan momen hasil perhitungan secara komputerisasi, diperoleh
perbandingan sebagai berikut:

Karena beban truk bergerak, maka gaya geser terbesar berada di satu tumpuan jembatan dan yang
terkecil, bernilai 0, terdapat di tumpuan lainnya. Gaya geser yang terjadi dapat ditentukan dengan
menurunkan Persamaan 1. Dengan demikian, besarnya gaya geser yang terjadi akibat beban truk
adalah:
 1350 kN x 500  kN x
2
Vmax( x, L) :=
d 
500  kN x - -   500  kN - 1350 kN - 1000 kN x
dx  L L  L L

Vmax( 0 , L) = 432.5 kN

Untuk kasus beban fatig, konfigurasi gandar truk ditentukan berdasarkan Pasal 8.11.1 pada standar
pembebanan jembatan yaitu jarak gandar tengah dan gandar belakang merupakan jarak konstan
sebesar 5000 mm.
d1_fatig := 5000 mm

d2_fatig := 5000 mm

 P3  d2_fatig - P1  d 1_fatig 
x2_fatig := -  = 1.75 m
PR
 
x2_fatig
x1_fatig := = 0.875 m
2
d1 := d 1_fatig

d2 := d 2_fatig

x1 := x1_fatig

x2 := x2_fatig
  Lb   Lb   Lb 
P1  d 1 + d 2 +  - x1 - d 2 + P2   d 2 + - x1 - d 2 + P3   - x1 - d 2
RA_fatig :=
  2   2   2 
Lb
RA_fatig = 271.875  kN

 Lb 
M Truk_fatig_max := R A_fatig  + x1 - P1 d 1 = 1831.641 kN m
 2 

x ( L - x) x ( L - x)
y1_fatig_L_R ( x , L) := 
L L

x ( L - x) L - x - 5 x ( x - L + 5 )
(
y2_fatig_L_R y1 , x , L := )   -
L  L-x  L

x ( L - x) L - x - 10  x ( x - L + 10)
(
y3_fatig_L_R y1 , x , L := )   -
L  L-x  L

x ( L - x)  m x ( x - L + 5 )   x ( x - L + 10)   m
M LR_fatig( x, L) := P1  + P2 -   m + P3  - 
L  L   L 
865  kN m x 2
M LR( x , L) expand  - 25 kN m x (Persamaan 3)
2

2
x ( L - x) x
y1_fatig_R_L ( x , L) := expand  x -
L L
2
x ( L - x) x - 5 5 x
 
x
(
y2_fatig_R_L y1 , x , L :=) L

 x 
expand  x +
L
-
L
-5

2
x ( L - x) L - x - 5 5 x
 
x
(
y3_fatig_R_L y1 , x , L :=) L

 L-x 
expand  x -
L
-
L

 x2   5 x x
2   5  x x2 

M RL_fatig( x, L) := P1  x -  
 m + P2  x + - - 5  m + P3  x -
 - m
 L  L L   L L

2175 kN m x 2
M RL_fatig( x, L) expand  - 25 kN m x - 1125 kN m (Persamaan 4)
4

M RL_fatig , L = 968.75 kN m


L
4 

M RL_fatig , L = 1812.5 kN m


L
2 
M RL_fatig( 0.54375  L , L) = 1831.641 kN m

Gaya geser maksimum fatig adalah:

d  865  kN x 865  kN


- 25 kN x  
2
Vmax_fatig( x , L) :=  2 - 50 kN x
dx   2

Vmax_fatig( 0 , L) = 432.5 kN

2.2 Faktor Distribusi Beban Hidup

Efek beban lalu lintas perlu ditinjau pada balok eksterior dan balok Interior. Pada kasus ini, efek
beban lalu lintas yang ditinjau adalah efek dari beban truk dengan metode analisis yang digunakan
adalah analisis pendekatan seperti yang diatur pada BMS Pasal 3.6.2. Langkah-langkah penerapan
metode pendekatan adalah sebagai berikut:
1. Efek beban kendaraan ditinjau berdasarkan standar beban truk seperti yang ditetapkan dalam
SNI 1725-2016 (Standar Pembebanan untuk Jembatan) Pasal 8.4.1.
2. Efek beban kendaraan pada girder penumpu dek ditentukan dengan mengalikan gaya dalam yang
diperoleh pada tahap 1 dengan faktor distribusi (DF) yang dihitung secara terpisah yang terdiri dari:
· Faktor distribusi momen balok interior (gmi)
· Faktor distribusi geser balok interior (gvi)
· Faktor distribusi momen balok eksterior (gmi)
· Faktor distribusi geser balok eksterior (gvi)
Semua faktor distribusi pada kasus ini ditentukan berdasarkan Pasal 3.6.2.2. Perlu diperhatikan
bahwa faktor distribusi hanya bisa diterapkan untuk beban kendaraan truk saja.

Faktor Distribusi Beban Hidup Balok Interior

Faktor distribusi beban hidup ditetapkan dalam BMS Pasal 3.6.2.2.2. Untuk faktor distribusi beban
hidup ditentukan brdasarkan Tabel 3.6.2.2.2b-1.
Modulus elastisitas beton Ec := 25743  MPa

Modulus elastisitas balok Eb := Ec


Modulus elastisitas dek Ed := Ec

Eb
Rasio modulus elastisitas balok dan dek n := =1
Ed

Momen inersia balok

( )
2
Luas penampang 1 A1 := b w hb - ts = 720000 mm

h b - ts
Titik berat penampang 1 y1 := = 600  mm
2
1
( )
3 4
Momen inersia penampang 1 Ix1 := b  h - t = 0.086 m
12 w b s
2
Luas penampang 2 A2 := b ef  ts = 500000 mm
ts
Titik berat penampang 2 y2 := hb - = 1325 mm
2
1 3 4
Momen inersia penampang 2 Ix2 :=  b ef  ts = 0.003 m
12
A1  y1 + A2 y2
Tititk berat penampang terhadap sumbu Y Y := = 0.897 m
A1 + A2

Jarak titik berat penampang total ke penampang i d1 := Y - y1 = 297.131  mm

d2 := Y - y2 = -427.869  mm
2 2
Momen Inersia Ix := Ix1 + Ix2 + A1 d 1 + A2 d 2

4
Ix = 244106625683.06  mm
ts
Ekesentrisitas girder eg := h b - Y - = 427.869  mm
2

Luas penampang balok Ab := Ag


Kg := n   Ix + Ab  eg
2
Parameter kekakuan longitudinal
 
4
Kg = 467454166666.667  mm

Spasi antar girder Sg := 2000 mm

2.2.1 Faktor Distribusi Momen Balok Interior

Faktor distribusi momen balok interior satu lajur terbebani:

0.4 0.3 0.1


 Sg   Sg   Kg 
gmi_1 := 0.06 +       = 0.444
 4300 mm   Lb   L  t 3 
 b s 
Faktor distribusi momen balok interior dua lajur terbebani

0.6 0.2 0.1


 Sg   Sg   Kg 
gmi_2 := 0.075 +       = 0.601
 2900 mm   Lb   L  t 3 
 b s 
9 2
Catatan: Nilai Kg harus memenuhi syarat batas 4 10  Kg  3  10

2.2.2 Faktor Distribusi Momen Balok Eksterior

Faktor distribusi momen balok eksterior satu lajur terbebani ditentukan berdasarkan Tabel
3.6.2.2.2d-1. Untuk satu lajur terbebani, faktor distribusi beban ditentukan dengan menggunakan
aturan tuas. Prinsip dasar pengguaan aturan tuas dapat dilihat pada peraturan bagian 3, Lampiran B.

1185
Re = R
2000

Re := 0.59 R

Berdasarkan SNI Pembebanan Jembatan 2016, jika menggunakan aturan tuas, faktor distribusi
momen balok eksterior harus dikalikan dengan faktor kepadatan lajur m Tabel 14 SNI Pembebanan
Jembatan. Dengan demikian, faktor distribusi momen untuk balok eksterior dengan satu lajur
terbebani adalah:

Faktor kepadatan lajur m := 1.2


gme_1 := 0.59 m = 0.708

Untuk dua lajur dibebani, faktor distribusi beban ditentukan sebagai berikut:

Jarak antara as girder eksterior dengan sisi dalam kerb de := 670  mm


de
e := 0.77 + = 1.011
2775 mm

Faktor distribusi momen balok interior dua lajur terbebani

( )
gme_2 := e max gmi_1 , gmi_2 = 0.607

2.2.3 Faktor Distribusi Geser Balok Interior

Faktor distribusi geser balok interior ditentukan berdasarkan Tabel 3.6.2.2.3a-1. Untuk kasus ini,
perhitungan faktor distribusi geser balok interior adaah sebagai berikut:
Faktor distribusi geser satu lajur terbebani:

Sg
gvi_1 := 0.36 + = 0.623
7600 mm

Faktor distribusi geser dua lajur terbebani:


2
Sg  Sg 
gvi_2 := 0.2 + -  = 0.721
3600 mm  10700  mm 

2.2.4 Faktor Distribusi Geser Balok Eksterior

Faktor distribusi geser balok eksterior ditentukan berdasarkan Tabel 3.6.2.2.3b-1. Untuk kasus ini,
perhitungan faktor distribusi geser balok eksterior adaah sebagai berikut:
Faktor distribusi geser satu lajur terbebani untk balok eksterior ditentukan dengan aturan tuas,
sehingga faktor distribusi geser balok eksterior dengan satu lajur terbebani sama dengan faktor
distribusi momen untuk balok eksterior satu lajur terbebani.
gve_1 := gme_1 = 0.708

Faktor distribusi geser dua lajur terbebani:

 de 
gve_2 :=  0.6 +

(
  max gvi_1 , gvi_2 = 0.566
3600 mm 
)
Dengan demikian, diperoleh faktor distribusi beban hidup untuk balok eksterior dan interior sebagai
berikut:

Faktor Distribusi Faktor Distribusi


No Balok Interior Balok Eksterior
gmi gvi gme gve
1 0.444 0.623 0.708 0.708
2 0.601 0.721 0.607 0.566
Max 0.601 0.721 0.708 0.708

2.3 Kombinasi Pembebanan

Kombinasi pembebanan ditentukan dengan mengacu kepada standar pembebanan untuk jembatan
tahun 2016 yang dirangkum pada Tabel 1 pada peraturan tersebut.
2.3.1 Kombinasi Pembebanan Kuat 1

Momen Balok Interior:

Faktor beban dinamis FBD := 1.3

( ) (
M Kuat_1_I := 1.3 MSmax + 2  MAmax + FBD max gmi_1 , gmi_2  1.8 M Truk_max = 5220077.133  kN mm )
Geser Balok Interior:

( ) (
VKuat_1_I := 1.3 VMS + 2  VMA + FBD max gvi_1 , gvi_2  1.8 Vmax( 0 , L) = 1229.253 kN )
Momen Balok Eksterior:

Faktor beban dinamis

( ) (
M Kuat_1_E := 1.3 MSmax + 2  MAmax + FBD max gme_1 , gme_2  1.8 M Truk_max = 5706445.105  kN mm )
Geser Balok Eksterior:

( ) (
VKuat_1_E := 1.3 VMS + 2  VMA + FBD max gve_1 , gve_2  1.8 Vmax( 0 , L) = 1216.483 kN )
2.3.2 Kombinasi Pembebanan Ekstrem 1

Momen Balok Interior:

( ) (
M Ekstrem_1_I := 1.3 MSmax + 2  MAmax + FBD max gmi_1 , gmi_2  0.5 M Truk_max = 3255403.648  kN mm )
Geser Balok Interior:

( ) (
VEkstrem_1_I := 1.3 VMS + 2  VMA + FBD max gvi_1 , gvi_2  0.5 Vmax( 0 , L) = 702.536  kN )
Momen Balok Eksterior:

( ) (
M Ekstrem_1_E := 1.3 MSmax + 2  MAmax + FBD max gme_1 , gme_2  0.5 M Truk_max = 3390505.862  kN mm )
Geser Balok Interior:

( ) (
VEkstrem_1_E := 1.3 VMS + 2  VMA + FBD max gve_1 , gve_2  0.5 Vmax( 0 , L) = 698.989  kN )
2.3.3 Kombinasi Pembebanan Layan 2

Momen Balok Interior:

( ) (
M Layan_2_I := 1  MSmax + 1  MAmax + FBD max gmi_1 , gmi_2  1.3 M Truk_max = 3779873.485  kN mm )
Geser Balok Interior:

( ) (
VLayan_2_I := 1 VMS + 1  VMA + FBD max gvi_1 , gvi_2  1.3 Vmax( 0 , L) = 889.758  kN )
Momen Balok Eksterior:

( ) (
M Layan_2_E := 1  MSmax + 1  MAmax + FBD max gme_1 , gme_2  1.3 M Truk_max = 4131139.243  kN mm )
Geser Balok Eksterior:

( ) (
VLayan_2_E := 1 VMS + 1  VMA + FBD max gve_1 , gve_2  1.3 Vmax( 0 , L) = 880.535  kN )

2.3.4 Kombinasi Pembebanan Fatik

Faktor pembebanan dinamis fatig FBD := 1.3

Momen Balok Interior:

( )
M Fatig_I := FBD max gmi_1 , gmi_2  0.75 M Truk_max = 1133465.472  kN mm

Geser Balok Interior:

( ) ( )
VFatig_I := FBD max gvi_1 , gvi_2  0.75 Vmax_fatig( 0 , L) = 303.876  kN

Momen Balok Interior:

( )
M Fatig_E := FBD max gme_1 , gme_2  0.75 M Truk_max = 1336118.794  kN mm

Geser Balok Interior:

( ) ( )
VFatig_E := FBD max gve_1 , gve_2  0.75 Vmax_fatig( 0 , L) = 298.555  kN
3. Desain Tulangan

3.1 Desain Tulangan Kondisi Batas Kuat I

3.1.1 Desain Tulangan Lentur

Sebelumnya sudah ditentukan gaya dalam momen dan geser terfaktor pada kondisi batas kuat I.
Berdasarkan SNI Pembebanan Jembatan Pasal 6, beban tarfaktor tersebut harus dikalikan dengan faktor
pengubah respon, ηi. yang terdiri dari faktor pengubah respon terkait dengan daktilitas ηD, faktor pengbah
respon terkait dengan redundansi ηR, dan faktor pengubah respon terkait dengan klasifikasi operasional
ηI. NIlai pengubah respon tersebut ditentukan berdasarkan Pasal 5 pada SNI Pembebanan Jembatan,
yang pada kasus ini semua faktor pengubah respon tersebut bernilai 1. Dengan demikian:

ηD := 1

ηR := 1

ηI := 1

Pada kasus ini, balok eksterior dan interior didesain sama menggunakan gaya dalam terbesar dari
kedua balok tersebut. Rekapitulasi gaya dalam terfaktor pada balok ekterior dan interior dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:

Gaya Dalam Terfaktor


Kondisi Momen Momen Geser Geser
No
Batas Interior Eksterior Interior Eksterior
(kN.m) (kN.m) (kN) (kN)
1 Kuat I 5220.10 5706.45 1229.25 1216.48
2 Ekstrem I 3255.40 3390.51 702.54 698.99
3 Layan 1 3779.87 4131.14 889.76 880.54
4 Fatig 1133.47 1336.12 303.88 298.56

Dari tabel di atas terlihat bahwa untuk desain tulangan lentur ditentukan berdasarkan gaya dalam
pada balok eksterior sedangkan desain tulangan geser ditentukan berdasarkan gaya dalam pada
balok interior.

M u_kuat_I :=  1 
Momen ultimit  η  η  η   MKuat_1_E = 5706445.105  kN mm
 D R I

Vu_kuat_I :=  1 
Gaya geser ultimit  η  η  η   VKuat_1_E = 1216.483 kN
 D R I
3,1,1,1 Penentuan Kebutuhan Luas Tulangan Lentur:

Tegangan leleh baja fy := 410  MPa

Kuat tekan beton fc_aksen := 30 MPa

Faktor lengan gaya cople j := 0.95

Tebal selimut beton cb := 50 mm


Tulangan geser Dv := 16 mm

Asumsi tinggi efektif d := 1281mm

Faktor reduksi kekuatan ϕb := 0.9


M u_kuat_I 2
Luas tulangan perlu As_req := = 12707.688  mm
ϕb  fy j  d

Digunakan tiga lapis tulangan diameter 32 mm:

Diameter tulangan lentur Db := 32 mm

1 2 2
Luas tulangan geser Ab_kuat_1 :=  π Db = 804.248  mm
4
Lebar efektif bef = 2 m

As_req
Jumlah tulangan yang diperlukan nb_req_kuat_1 := = 15.801
Ab_kuat_1

Digunakan jumlah tulangan nb_kuat_1 := 16

2
Luas tulangan lentur total As := n b_kuat_1  Ab_kuat_1 = 12867.964  mm

As fy
Tin ggi blok tegangan tekan atrial_1 := = 103.448  mm
0.85 fc_aksen b ef
fc_aksen - 28 MPa
β1 := 0.85 - 0.05 = 0.836
7  MPa
atrial_1
ctrial_1 := = 123.784  mm
Letak sumbu netral β1

 atrial_1 
Momen nominal ϕMn := As fy  d -  = 6485493.39 kN mm
 2 

Cek_Kapsitas_Lentur := "OK" if ϕM n  M u_kuat_I = "OK"

"NOT OK" otherwise

Nilai faktor reduksi kekuatan lentur ϕb yang digunakan sebelumnya adalah 0.9. Hal ini perlu diperiksa
ulang. Penentuan nilai faktor reduksi kekuatan lentur ditetapkan pada Pasal 6.2.3.1.1 pada BMS.
Untuk beton non prategang, nilai ϕb adalah 0.9 jika regangan yang terjadi pada tulangan tarik terluar
besar sama dengan 0.005. Pada kasus ini, regangan pada tulangan tarik terluar adalah:

atrial_1
ctrial_2 := = 0.124 m
Letak sumbu netral β1

Regangan ultimit beton εcu := 0.003


d - atrial_1
Regangan pada baja εs :=  ε cu = 0.029
ctrial_2

Karena regangan yang terjadi adalah 0.029 dan lebih besar dari 0.005, maka penggunaan nilai faktor
reduksi kekuan lentur sebesar 0.9 sudah tepat.
Dimensi tulangan tekan ditentukan berdasarkan luas tulangan minimum.

3.1.1.2 Pemeriksaan Luas Tulangan Minimum

Batasalan luas tulangan lentur diatur dalam Pasal 6.6.3.3, dengan batasan minimal adalah yang
terbesar dari:
1) 1.33 kali momen terfaktor yang dihasilkan dari kombinasi beban terfaktor untuk satu level kekuatan
tertentu, dan
2) Momen penampang retak Mcr:

  Sc 
( )
M cr = γ3   γ1  fr + γ2  fcpe Sc - M dnc  - 1 
  Snc 
bef = 2000 mm

hb = 1450 mm

bw = 600  mm

ts = 250  mm

( )
2
2 Acs_2 := bw h b - ts = 0.72 m
Acs_1 := bef  ts = 0.5 m
ts ( hb - ts)
ycs_2 := = 600  mm
( )
3
ycs1 := h b - ts + = 1.325  10  mm 2
2
1 1
( )
3 3
Ix1_cs1 := b t Ix2_cs2 := b  h - t
12 ef s 12 w b s
-3 4 4
Ix1_cs1 = 2.604  10 m Ix2_cs2 = 0.086 m

Acs_1 ycs1 + Acs_2 ycs_2


Yb := = 897.131  mm
Acs_1 + Acs_2

dcs_1 := ycs1 - Yb = 0.428 m

dcs_2 := ycs_2 - Yb = -0.297 m

2 2 4
Ix_g := Ix1_cs1 + Ix2_cs2 + Acs_1 d cs_1 + Acs_2 d cs_2 = 244106625683.06  mm
Untuk balok T beton bertulang, fcpe = 0 dan Sc = Snc. Oleh karena itu, persamaan untuk menghitung
momen retak menjadi:

M cr = γ3  γ1 fr Snc

Dengan γ1 = 1.6 dan γ3 = 0.75, maka:

M cr = 0.75 1.6 fr Snc

 Ig 
M cr = 0.75 1.6 fr  
 yt 
Momen inersia penampang balok T Ig := Ix_g

Jarak tititk berat ke sisi tekan terluar yt := Yb

Modulus retak penampang fr := 0.6 30 MPa = 3.286 MPa

 Ig 
M cr := 0.75 1.6 fr   = 1073042.086  kN mm
 yt 
Dengan demikian, persyaratan tulangan minimum:

1.33 M u_kuat_I = 7589571.99 kN mm ϕMn = 6485493.39 kN mm

Cek_Tulangan_Minimum := (
"OK" if ϕMn  min M cr , 1.33 M u_kuat_I ) = "OK"

"NOT OK" otherwise

Luas tulangan tekan ditetukan berdasarkan nilai terkecil dari M cr atau 1.33 M u_kuat_I. Sehingga, luas
tulangan tekan yang diperlukan adalah:

(
min M cr , 1.33 M u_kuat_I ) 2
As_aksen_req := = 2389.558 mm
ϕb  fy j  d
digunakan tulangan D32, dengan jumlah tulangan:

Diameter tulangan tekan Db_tekan := 32 mm

As_aksen_req
nAs_aksen_req := = 2.971
1 2
 π Db_tekan
4
nAs_aksen := 4

As_aksen := nAs_aksen   π Db_tekan  = 3216.991  mm


1 2 2
Luas tulangan tekan
4 

3.1.1.3 Pemeriksaan Terhadap Lendutan dan Lawan Lendut

Pemeriksaan terhadap lendutan dan lawan lendut ditentukan berdasarkan Pasal 6.6.5.2 dimana
deformasi dihitung berdasarkan momen inersia penampang retak.
Momen maksimum tahap deformasi dihitung M a := MSmax + MAmax = 1815200  kN mm

Modulus elasitistas baja Es := 200000 MPa

Modulus elastisitas beton Ec := 4700 fc_aksen MPa = 25742.96 MPa

Es
Rasio modulus elastisitas baja teradap beton n := = 7.769
Ec

Letak sumbu netral:

 ts  y
( )
b ef - b w  ts  y -  + b w y - n  As ( d - y) = 0
 2 2 d = 1.281 m

solve  315.5 
( 2000 - 600 )  250   y -
250  y
 + 600  y - n  12867.964  ( 1281 - y)  
 2  2 float , 4  -1815.0 

Letak sumbu netral y := 315.5 mm

Momen inersia penampang retak:

( bef - bw) ts
3 3 2
b w y  ts 
+ ( b ef - b w)  ts  y -  + n  As ( d - y) = 0.114 m
2 4
Icr := +
3 12  2

Momen inersia efektif:


4
Ie  Ig Ig = 0.244 m

3   M  3
 Mcr   cr  4
Ie :=    Ig + 1 -    Icr = 0.141 m
 
 Ma    Ma  
Deformasi seketika akibat beban mati berdasarkan momen inersia gross:
2
M a  Lb
∆DL_gross := 5  = 0.012 m
48 Ec Ig

Deformasi seketika akibat beban mati berdasarkan momen inersia efektif:

2
M a  Lb
∆DL_efektif := 5  = 0.021 m
48 Ec Ie

Berdasarkan standar BMS Pasal 6.6.5.2, deformasi jangka panjang yang memperhitungkan efek
rangkak ditentukan dengan mengalikan deformasi seketika akibat beban mati dengan faktor pengali
sebagi berikut:
· Faktor perbesaran deformasi sebesar 4 jika deformasi seketika ditentukan menggunakan Ig.
· Faktor perbesaran deformasi sebesar 3-1.2(As'/A.s) jika deformasi seketika ditentukan dengan
menggunakan Ie.

∆DL_g := 4 ∆DL_gross = 0.048 m

  As_aksen 
∆DL_ef := 3 - 1.2    ∆DL_efektif = 0.056 m
As
  

3.1.2 Desain Tulangan Geser

3.1.2.1 Letak Penampang Geser Kritis

Lokasi penampang geser kritis ditentukan berdasarkan Pasal 6.6.4.3.2 yang menyatakan bahwa
lokasi penampang kritis untuk geser diambil sebesar dv dari muka dalam tumpuan dimana dv adalah
tinggi geser efektif yang diambil sebagai jarak antara resultan gaya tarik dan tekan akibat lentur
dengan nilai tidak boleh kurang dari yang terbesar antara 0.9de (de ditentukan pada Persamaan
6.6.4.2.9-2) dan 0.72h.

atrial_1
Tin ggi geser efektif dv := d - = 1.229 m
2
Batas atas dv_1 := 0.72 h b = 1.044 m

Untuk beton non prategang, nilai de sama dengan ds (pada kasus ini, notasi ds diganti dengan
d).
Batas bawah dv_2 := 0.9 d = 1.153 m

dv_used := (
d v if max d v_1 , d v_2  d v ) = 1.229 m

(
max dv_1 , d v_2 ) otherwise

Dengan mengasumsikan balok di atas bearing dengan dimensi 30 cm x 30 cm, maka penampang
kritis terletak paa jarak:

30 cm
x := + d v_used = 1.379 m
2

Langkah selanjutnya adalah penentuan gaya geser pada jarak 1.379 m dari garis tengan bearing.
Gaya geser ini mudah ditentukan dengan menggunakan konsep garis pengaruh. Untuk kasus beban
mati merata (MS dan MA), gaya geser pada titik kritis adalah:
( )
2
MA Lb - x
Vcr_MA := = 34.673 kN
2  Lb

( )
2
MS Lb - x
Vcr_MS := = 280.02 kN
2  Lb

Untuk beban truk, gaya geser di lokasi kritis, ditentukan dengan cara menginterpolasi nilai gaya
geser dari diagram gaya geser,

x := 1.379
( L - x)
Vcr_truk := Vmax( 0 , L)  = 402.679  kN
L
Faktor beban dinamis FBD := 1.3
Geser Balok Interior:

( ) (
VKuat_1_I_cr := 1.3 Vcr_MS + 2  Vcr_MA + FBD max gvi_1 , gvi_2  1.8 Vcr_truk = 1112.389 kN )
Geser Balok Interior:

( ) (
VKuat_1_E_cr := 1.3 Vcr_MS + 2  Vcr_MA + FBD max gve_1 , gve_2  1.8 Vcr_truk = 1100.499 kN )
Tahanan geser nominal ditentukan berdasarkan Pasal 6.6.4.3.3 yaitu nilai terkecil dari:
· Vn = Vc + Vs + Vp
· Vn = 0.25fc'bvdv + Vp

Penentuan kuat geser nominal bisa ditentukan menggunakan salah satu dari tiga metode yang
terdapat dalam peraturan Pasal 6.6.4.3.4.1, 6.6.4.3.4.2 dan Pasal 6.6.4.3.4.3. Pada kasus ini
digunakan prosedur yang disederhanakan untuk penampang nonprategang seperti yang ditetapkan
pada Pasal 6.6.4.3.4.1.
Faktor reduksi kekuatan geser ϕv := 0.9

β := 2
1
Kuat geser beton Vc :=  β fc_aksen MPa  b w d v = 673.302  kN
12

(
Vu := max VKuat_1_I_cr , VKuat_1_E_cr = 1112.389 kN )
Berdasarkan Pasal 6.6.4.2.3, tulangan transversal harus disediakan ketika Vu > 0.5ϕ(Vc+Vp).
Karena balok pada kasus ini adalah nonprategang, maka Vp = 0.
Cek_Tulangan_Geser := "Perlu Tulangan Geser" if Vu > 0.5 Vc = "Perlu Tulangan Geser"

"Tulangan Minimum" otherwise

Karena gaya geser terfaktor yang terjadi pada penampang kritis adalah 1112.389 kN dan kontribusi
beton dalam menahan gaya geser hanya 673.302 kN, maka selisih antara gaya dalam dan
kapasitas geser penampang dari maetrial beton akan dipikul oleh baja tulangan geser yang dihitung
sebagai berikut:
Vc
(
ϕVs_req := max VKuat_1_I_cr , VKuat_1_E_cr -
ϕv
)
= 364.275  kN

Pasal 6.6.4.2.6 mengizinkan penggunaan tulangan geser yang tegak lurus terhadap sumbu
longitudinal balok dan pada kasus ini, digunakan jumlah tulangan seperti yang disyaratkan pada
Pasal 6.6.4.2.5. Digunakan snegkan tertutup:

Diameter tulangan Dv = 0.016 m


1 2 2
Luas tulangan Av := 2   π Dv = 402.124  mm
4
Dengan spasi antar tulangan adalah:

Av fy
Sv_max := = 604.441  mm
0.083 fc_aksen MPa  bw

Digunakan spasi antar tulanga geser Sv := 200  mm

Spasi maksimum antar tulangan geser dibatasi pada jarak tertentu seperti yang ditetapkan pada
Pasal 6.6.4.2.7.
Vu
Tegangan geser pada penampang vu := = 1.676 MPa
ϕv b w d v
1
( )
Spasi_Tul_Geser_Max := min 0.8 d v , 600  mm if vu <  fc_aksen = 600  mm
8
min( 0.4 d v , 300  mm) otherwise

Cek_Spasi_Tulangan_yang_Digunakan := "OK" if Sv  Spasi_Tul_Geser_Max = "OK"

"NOT OK" otherwise

Karena menggunakan prosedur Pasal 6.6.4.3.4.1, maka β = 2 dan θ = 45o. Dan karena tulangan
yang digunakan vertikal, maka α = 90o. Sehingga Persamaan (6.6.4.3.3-4) pasa peraturan tereduksi
menjadi:
Av fy dv
Vs := = 1013.358 kN
Sv

( )
ϕVn := ϕv Vs + Vc = 1517.994 kN

Cek_Kuat_Geser := "OK" if ϕVn  Vu = "OK"

"NOT OK" otherwise

Untuk penentuan spasi tulangan di sepanjang bentang, diperlukan diagram kombinasi gaya geser
paa syarat batas kuat I. Untuk mempermudah desain dan pengerjaan di lapangan, zona pemasangan
tulangan geser di bagi menjadi dua zona, yaitu zona tumpuan dan zona tengah bentang. Zona
tumpuan diambil sejauh 1/4L dari kedua ujung tumpuan dan sis a di bagian tengah 0.5L merupakan
bagian tengah bentang.

Sv := 300  mm
Av fy dv
Vs := = 675.572  kN
Sv

( )
ϕVn := ϕv Vs + Vc = 1213.987 kN

Vu := 796.87 kN

Cek_Kuat_Geser := "OK" if ϕVn  Vu = "OK"

"NOT OK" otherwise

3.2 Pemeriksaan Terhadap Persyaratan Fatik

(
max gme_1 , gme_2 )
M fat := 1  MSmax + 1MAmax +  1.3 0.75M Truk_fatig_max = 2868851.27 kN mm
1.2

(
max gme_1 , gme_2 )
M LL_fat :=  FBD 0.75M Truk_fatig_max = 1053651.27 kN mm
1.2
M fat Yb
fb := = 10.543 MPa
Ix_g

0.25 fc_aksen MPa = 1.369 MPa

2
As = 12867.964  mm
As
ρ := = 0.017
bw d

n = 7.769
2
k := ( n  ρ) + 2 n  ρ - n ρ = 0.396

k
j := 1 - = 0.868
3
M LL_fat
∆f := = 73.649 MPa
As j  d

γ∆f := 0.75 ∆f = 55.237 MPa

M perm_loads := 1 MSmax + 1MAmax = 1815200  kN mm

M perm_loads
fperm_loads := = 126.881  MPa
As j  d

fmin := γ∆f + fperm_loads = 182.117  MPa

∆FTH := 166  MPa - 0.33 fmin = 105.901  MPa

Anda mungkin juga menyukai