Hasil Keputusan BMK

HASIL KEPTUSAN
BMK KE XIV
Dalam Rangka Haul

KH. Abdul ahid Zuhdi Ke XV
Dan
Nyai HJ. Badrotun Muniroh Ke XVII
Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul W ahid 1

2 Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul Wahid
DAFTAR ISI
MUQODDIMAH ...................................................................................................... 4
JALSAH I ................................................................................................................. 5
1. PEMBATALAN PERKAWINAN | MA’HAD ALY FAIDHU DZIL JALAL ...... 5
2. SPANDUK KU HILANG | PP. MIFTAHUL ULUM JOGOLOYO.................. 11
3. BEDA ITU .....? | PP. AL KHOZINY ........................................................... 12
JALSAH II ............................................................................................................. 13
1. SUJUD MASSAL PASCA TRAGEDI KANJURUHAN | PP. LIRBOYO ........ 13
2. DILEMA BAGIAN AMIL ZAKAT | PP. AL ANWAR................................... 18
3. PBAK | PP. DARUSSALAM ........................................................................ 18
JALSAH III ............................................................................................................ 20
1. ANAK JALANAN | PP. SYAIKHONA CHOLIL ........................................... 20
2. WARISAN NAMA (LBI).............................................................................. 24
3. GELAR AL-HAFIDZ (PP. SIDOGIRI).......................................................... 26

MUQODDIMAH
ْ َ ّ ٌَ ْ ّ َ ُّ ََ َ ََ
‫َﺘَﻔﻘ ُﻬﻮا ِ ا ﻳْ ِﻦ‬# ‫ﻓﻠ ْﻮﻻ ﻔ َﺮ ِﻣﻦ ﻓِ ْﺮﻗ ٍﺔ ﻣﻨ ُﻬ ْﻢ َﻃﺎﺋِﻔﺔ‬
‫ﻢ ور*ﺔ اﷲ و'ﺮ&ﺗﻪ‬,‫ﺴﻼم ﻋﻠﻴ‬2‫ا‬
ْ َُ َ ْ َْ ْ ُ ََ ُ َ َ ُ َ َ ْ َ ْ ُْ َ َ َ َ َ َ ََ ُ ْ ْ
‫ َو َﺻﺤ ِﺒ ِﻪ‬،‫ َﻦ‬Nْ ‫ اﻟﻄﺎ ِﻫ ِﺮ‬E‫آ‬
ِ ِ ‫ َو‬،‫ﻤ ٍﺪ‬G ‫ َﺳﻴ ِﺪﻧﺎ‬7
ِ ‫ﺮﺳﻮ ِل اﻷ ِﻣ‬2‫ ا‬3 ‫ﺴﻼم‬2‫ﺼﻼة وا‬2‫ وا‬،7
ِ ‫ ِﺒ‬9‫ﻤﺴ‬2‫اط ا‬
َ
ِ <2‫ا‬ =‫ َوﻫ َﺪى ِإ‬،‫ع ِﻣ َﻦ ا ّ ِ ﻳْ ِﻦ‬C ‫ ﻣﺎ‬3 ‫ﷲ‬ ِ ‫َﻤﺪ‬D‫ا‬
ْ َ َْ َْ َ
:‫ﻌ ُﺪ‬Sَ ‫ أﻣﺎ‬.7 ‫ ِﻌ‬V‫أ‬
Al-hamdulillah Robbil 'Alamin, puji syukur kami haturkan ke hadirat Allah atas segala nikmat
yang dikaruniakan kepada kami sehingga kami keluarga besar Pondok Pesantren Fadllul Wahid
dapat menyelenggarakan agenda tahunan “Bahtsul Masa'il Kubro Ke XIV dalam rangka Haul KH.
ABDUL WAHID ZUHDI ke XV".
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Sholla
Allahu 'Alaihi Wa sallam.
Selanjutnya, kami mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan turut mensukseskan acara bahtsul masa'il kubro ini, terlebih kepada masyayikh PP.
Fadllul Wahid, Mushahhih, Notulen, dan semua peserta dan panitia, sehingga dalam kesempatan
ini bisa menyajikan hasil-hasil keputusan pada acara tersebut. Semoga buku kecil ini dapat berguna
dan bermanfaat pada para santri dan kaum muslimin dalam menghadapi problem dan
permasalahan yang sering bermunculan pada masa-masa modern ini.
Namun kami tidak menutup kemungkinan, bahwa dalam buku ini masih ada kekurangan dan
bahkan kesalahan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan.
Akhirnya, hanya kepada Allah kita semua bertawakkal dan memohon pertolongan.
‫ﻢ ور*ﺔ اﷲ و'ﺮ&ﺗﻪ‬,‫ﺴﻼم ﻋﻠﻴ‬2‫وا‬
Ngangkruk, 28 Jumada Al Ula 1444 H

22 Desember 2022 M

JALSAH I
MUSHOHIH NOTULEN
KH. A’wani Sya’roni Bpk. Muhayadi
KH. Habibul Huda Bin Najid Bpk. Abdussalam
K. Zubair Abdul Wahid Zuhdi Bpk. Syarif Hidayatullah
KH. Fadlolan Musyafa Mu’thi Bpk. Khoirul Albab
KH. Shofiyullah Mukhlas
KH. Muhammad Nashir
PERUMUS MDERATOR
K. Ismail Abdul Wahid Zuhdi
KH. Busyro Musthofa
K. Abdul Khafidh Muhammad Nur Faiz
K. Sokhi asyhadi
K. Nur Hidayat Muhammad
1. PEMBATALAN PERKAWINAN | MA’HAD ALY FAIDHU DZIL JALAL

Deskripsi Masalah:
Menurut bahasa, pembatalan perkawinan adalah pernyataan batal (urung, tidak jadi) dari
kata dasar batal yang tidak sah. Pembatalan ikatan perkawinan yang dimaksud ialah pembatalan
yang dilakukan oleh Peradilan Agama berdasarkan tuntutan istri, suami, atau para pihak yang
dapat dibenarkan Peradilan Agama atau karena pernikahan yang telah terlanjur menyalahi hukum
perkawinan. Dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, menyatakan bahwa:
perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk
melangsungkan perkawinan.
Menurut fikih Syafi’i, bagi kedua calon mempelai tidak disyaratkan harus memasuki usia
tertentu. Artinya usia bukan menjadi penghalang keabsahan nikah. Begitu pun pada kasus
taadduduzzaujat, perizinan istri dan Peradilan Agama bukan merupakan penentu keabsahan
pernikahan kedua.
Lebih lanjut, ternyata kedua faktor tersebut: pernikahan yang dilakukan di bawah batas
minimal usia pernikahan yang telah diatur pemerintah dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan “Pasal 7 (1) Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita
sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun. (2) Dalam hal terjadi penyimpangan terhadap
ketentuan umur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), orang tua pihak pria dan/atau orang tua
pihak wanita dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan dengan alasan sangat mendesak
disertai bukti-bukti pendukung yang cukup. (3) Pemberian dispensasi oleh Pengadilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib mendengarkan pendapat kedua belah calon mempelai
yang akan melangsungkan perkawinan. (4) Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan seorang atau
kedua orang tua calon mempelai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) dan ayat (4) berlaku
juga ketentuan mengenai permintaan dispensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan tidak
mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6).”
Juga pernikahan kedua yang dilakukan tanpa perizinan istri pertama yang diatur
dalam Pasal 3 ayat (2) UU Perkawinan dan KHI Pasal 56 ayat (1). Agar dapat melakukan poligami
secara sah menurut hukum di Indonesia, maka poligami tersebut harus memenuhi syarat poligami
sebagai berikut:
1. Suami wajib mengajukan permohonan ke Pengadilan di daerah tempat tinggalnya, dengan
syarat:
A. Ada persetujuan dari istri/istri-istri, dengan catatan persetujuan ini tidak
diperlukan jika:
1. istri/istri-istrinya tidak mungkin dimintai persetujuannya dan tidak dapat
menjadi pihak dalam perjanjian’
2. tidak ada kabar dari istri selama minimal 2 tahun; atau
3. karena sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat penilaian dari hakim
pengadilan.
B. Adanya kepastian suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-
anak mereka;
C. Adanya jaminan suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak.
2. Pengadilan hanya memberikan izin poligami jika:
1. istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri;
2. istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;
3. istri tidak dapat melahirkan keturunan.
Izin tersebut diberikan pengadilan jika berpendapat adanya cukup alasan bagi pemohon
(suami) untuk beristri lebih dari seorang.
Maka, keduanya merupakan peluang untuk menggugat pembatalan pernikahan di
pengadilan, sebagaimana tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam Bab XI batalnya perkawinan
Pasal 71:
1) Seorang suami melakukan poligami tanpa izin dari Pengadilan Agama
2) Perempuan yang dikawini kemudian diketahui masih menjadi istri pria lain yang mafqud;
3) Perempuan yang dikawini ternyata masih dalam masa iddah;
4) Perkawinan yang melanggar batas umur perkawinan yang ditentukan oleh Undang-Undang
No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan;
5) Perkawinan dilangsungkan tanpa wali atau dilangsungkan tanpa wali yang berhak;
6) Perkawinan yang dilangsungkan dengan paksaan.
Yang Berhak Mengajukan Permohonan Pembatalan Perkawinan

Adapun yang berhak mengajukan permohonan pembatalan perkawinan, disinggung dalam
Pasal 73: Yang dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan adalah:
A. para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah dari suami atau istri;
B. suami atau istri;
C. pejabat yang berwenang mengawasi pelaksanaan perkawinan menurut Undang-undang;
D. para pihak yang berkepentingan yang mengetahui adanya cacat dalam rukun dan syarat
perkawinan menurut hukum Islam dan peraturan perundang-undangan sebagaimana
tersebut dalam pasal 67.
Contoh Kasus Pembatalan Perkawinan Sebab Faktor Tersebut

Pada Putusan Pengadilan Agama Medan Nomor 246/Pdt.G/2018/PA.Mdn yang terjadi di
wilayah hukum Pengadilan Agama Medan ialah adanya perkawinan seorang pria yang bernama
A.N dengan seorang wanita yang bernama Y yang kemudian perkawinannya telah berlangsung
lama, tiba -tiba ada laporan dari seorang wanita yang mengaku sebagai istri sah dari A.N yang
bernama S.P yang mendatangi Pengadilan Agama Medan untuk melaporkan suaminya
(Tergugat I) dan istri kedua (Tergugat II) untuk pembatalan perkawinan karena tidak ada izin
Pengadilan Agama Medan dan tanpa sepengetahuan Penggugat (istri pertama).
Mengenai duduk perkaranya adalah bahwa pada tanggal 6 Januari 2018, Penggugat
baru mengetahui bahwasanya Tergugat I dan Tergugat II telah menikah tanpa seizin dan
sepengetahuan dari Penggugat. Hal ini diketahui Penggugat setelah menerima surat panggilan
dari kepolisian terhadap Tergugat I tentang adanya Tindak Pidana penelantaran dalam ruang
lingkup rumah tangga sesuai dari Surat 5253 Panggilan No.S.Pgl/13/I/2018/Ditreskrimum Polda
Sumatera Utara tanggal 4 Januari 2018, berdasarkan Pengaduan dari Tergugat II (Laporan
Polisi Nomor: LP/1405/XI/2017/SPKT “II” tanggal 09 November 2017 Pelapor XXXXX (Tergugat
II).51.
Kemudian Penggugat memperoleh foto copy Kutipan Akta Nikah Nomor:
474/208/II/2004 tanggal 24 Pebruari 2004, yang isinya menerangkan Pernikahan Tergugat I
dan Tergugat II dilaksanakan pada Hari Minggu tanggal 15 Pebruari 2004. Pernikahan
Tergugat I dan Tergugat II tersebut tidak dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
karena tidak ada izin dari Pengadilan Agama sebagaimana dimaksud dalam Bab VIII Tentang
beristeri lebih dari satu. Pasal 40 Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 75 yang mengatur tentang
pelaksanaan UU RI Nomor : 1 Tahun 74 yang dengan tegas menyebutkan: Apabila seorang suami
bermaksud untuk beristeri lebih dari seorang maka ia Wajib mengajukan permohonan secara
tertulis kepada pengadilan.
Kemudian pada putusan tersebut, amar putusan yang diberikan oleh majelis hakim kepada
para pihak adalah mengabulkan gugatan Penggugat untuk membatalkan perkawinan antara
Tergugat I dengan Tergugat II, adapun amar putusan tersebut adalah sebagai berikut:
MENGADILI
1. Mengabulkan gugatan Penggugat.
2. Membatalkan Perkawinan Tergugat I XXXXX dengan Tergugat II XXXXX.
3. Menyatakan Kutipan Akta Nikah Nomor: 474/208/II/2004 tanggal 24 Pebruari 2004 yang
dikeluarkan oleh Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten
Deli Serdang tidak mempunyai kekuatan hukum dan tidak mengikat.
4. Membebankan kepada Penggugat membayar biaya perkara sejumlah Rp.911.000.00
(sembilan ratus seberas ribu rupiah).
Suatu putusan dimaksudkan untuk menyelesaikan suatu persoalan atau sengketa dan
menetapkan hak atau hukumnya. Ini tidak berarti semata-mata hanya menetapkan hak atau
hukumnya saja, melainkan juga realisasi atau pelaksanaannya (eksekusinya). Oleh karena putusan
itu menetapkan dengan tegas hak atau hukumnya untuk kemudian direalisir, maka putusan
hakim mempunyai kekuatan eksekutorial, yaitu kekuatan untuk dilaksanakannya apa yang
ditetapkan dalam putusan itu secara paksa oleh alat-alat negara. Akibat hukum pembatalan
perkawinan berarti adanya putusan pengadilan yang menyatakan bahwa perkawinan yang
dilaksanakan adalah tidak sah. Akibat hukum yang ditimbulkan setelah perkawinan dibatalkan

karena alasan poligami tanpa izin diatur dalam Pasal 28 UU Perkawinan. Selain itu juga diatur
dalam Pasal 75 dan Pasal 76 Kompilasi Hukum Islam.
Pertanyaan:
a. Bagaimana pandangan fikih mengenai Undang-undang yang mengatur pembatasan usia nikah
dan perizinan Pengadilan Agama dalam masalah poligami?
Pertimbangan hukum:
1. Pemerintah hanya sebatas membuat aturan, bukan membuat batasan hukum.
2. Undang-undang tersebut tidak menyelisihi syari’at (al-Qur’an, al-Hadist, ijma’, dan qiyas).
3. Menurut negara undang-undang tersebut mengandung maslahah atau meminimalisir
mafsadah.
Jawaban:
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka negara boleh membuat undang-undang pembatasan minimal
umur pernikahan dan perizinan berpoligami, dengan catatan, di antaranya:
1. Negara tidak menghalangi atau melarang, atau mempersulit pernikahan anak di bawah
umur yang telah menetapi syarat dalam syari’at.
2. Negara tidak menghalangi atau melarang atau mempersulit praktik pologami yang telah
menetapi syarat dalam syari’at.
( ‫ ص‬/ ‫ )ج‬- ‫ﺼﺎﻟﺢ اﻷﻧﺎم‬ ‫ ﻗﻮاﻋﺪ اﻷﺣ م‬
،‫ﻜﻨﻪ ﺟﺎﺋﺰ ﻋﻨﺪ ﺧﻮف اﻟﻌﻨﺖ وﻓﻘﺪ اﻟﻄﻮل‬2 ،‫ﻺرﻗﺎق‬2 ‫ﺾ اﻷوﻻد‬N‫ﺎ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﺗﻌﺮ‬a ‫ﺮﻣﺔ‬G ‫ﺎح اﻷﺣﺮار اﻹﻣﺎء ﻣﻔﺴﺪة‬,‫ ﻧ‬:‫ون‬g‫ﺎﺳﻊ واﻟﻌ‬i‫ﺜﺎل ا‬a‫ا‬
.‫ﺎر‬k‫ اﻵﺧﺮة ﻟﻌﺬاب ا‬o‫ﻠﻌﺎر و‬2 ‫ ا ﻧﻴﺎ‬p ‫ﻮﺟﺐ‬a‫ﺰﻧﺎ ا‬2‫ ا‬p ‫ﺎﺋﻖ‬i‫ﻔﺴﺪة وﻗﻮع ا‬a ‫دﻓﻌﺎ‬
‫ ﻓﺈن‬،‫ﻮاﻗﻊ‬2t ‫ﺘﻮﻗﻊ‬a‫ع ا‬g2‫ﻔﺴﺪة ﺟﻌﻞ ا‬a‫ﺎ ﻏﻠﺐ وﻗﻮع ﻫﺬه ا‬a ‫ﻬﻠﺔ؟ ﻗﻠﻨﺎ‬y ‫ﻮﻗﻊ ﻣﻔﺴﺪة‬i ‫ﻘﻘﺔ‬G ‫ﺼﻠﺤﺔ ﻧﺎﺟﺰة‬z ‫ ﻛﻴﻒ |ﺮم {ﺼﻴﻞ‬:‫ﻓﺈن ﻗﻴﻞ‬
‫ﻮرﺛﺔ‬2‫ أﻻ ﺗﺮى أن ﻣﻦ أﺛﺒﺖ أن أﺑﺎه ﻣﺎت ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻠﺰﻣﻪ ﺣ< ا‬.‫ﺎ {ﻘﻖ وﻗﻮﻋﻪ‬a ‫‚ وﻗﻮﻋﻪ اﺣﺘﻴﺎﻃﻪ‬,‫ﺎ ﻳ‬a ‫ع ﻗﺪ |ﺘﺎط‬g2‫ وا‬،ƒ‫اﻟﻌﻠﻮق „ﻟﺐ ﻛﺜ‬
‫ﺎ ﻳﺘﻮﻫﻢ‬a ‫ﻚ اﺣﺘﻴﺎط‬2‫ وذ‬،‫ﺰوﺟﺎت‬2‫ن اﻷﺻﻞ ﻋﺪم ﻣﻦ ﺳﻮى اﻷﺻﻮل وا‬t ‫ و…ن‬،‫ﻢ ﻳﻨﻔﻌﻪ اﻹﺛﺒﺎت‬2 ‫ﺰوﺟﺎت واﻵﺑﺎء واﻷﻣﻬﺎت‬2‫ و…ن أﺛﺒﺖ ﻧˆ ا‬،‫ﻓﻴﻪ‬
.‫ﻮرﺛﺔ‬2‫وﺟﻮده ﻣﻦ ا‬
(,- /+) ‫ ﻣﺬﻫﺐ اﻹﻣﺎم ا ﺸﺎﻓ‬# $‫ اﻟﻔﻘﻪ ا'ﻨﻬ‬
‫وﻋﻴﺘﻪ‬gz ‫ﻜﻤﺔ ﻣﻦ‬D‫ﺰوﺟﺎت وا‬2‫ﻢ ﺗﻌﺪد ا‬,‫ﺣ‬

: ‫ﺰوﺟﺎت‬2‫ﻢ ﺗﻌﺪ ا‬,‫ـ ﺣ‬‰
َ َ َ ُ ْ ُ َ َ ‫ﺤﻮا ْ َﻣﺎ َﻃ‬
ُ ,‫ ﻓَﺎﻧ‬Œ‫ﺎ‬ َ
َ َ‫َﺘ‬#‫ ْا‬p ْ ‫ } َو… ْن ﺧ ْﻔﺘُ ْﻢ أﻻ ُ• ْﻘﺴ ُﻄﻮا‬: =‫ ﻗﺎل ﺗﻌﺎ‬، ‫ أﺻﻠﻪ‬p ‫ﺰوﺟﺎت ُﻣﺒﺎح‬2‫ﺗﻌﺪد ا‬
ّ
] { ‫ﻢ ﻣ َﻦ اﻟ‹ َﺴﺎء َﻣﺜ َ’ َوﺛﻼث َو ُر'َﺎع‬,‫ﺎب ﻟ‬ ِ ِ ِ ِ ِ
. [ “: ‫اﻟ‹ﺴﺎء‬
ُ
ُ ‫ ﻣﺜ’ وﺛﻼث‬، ‫ﻫﻦ‬ƒ‫ﻢ أن ﺗﻨﻜﺤﻮا ﻏ‬,‫ ﻓﻘﺪ أﺑﻴﺢ ﻟ‬، ‫ﻠﺘﻬﻦ‬z‫ﻣﻌﺎ‬
ّ
. ‫ور'ﺎع‬ p ‫ﻮا‬2‫ﻴﻤﺎت أن ﻻ ﺗﻌﺪ‬9#‫ﺤﺘﻢ ا‬,‫ إن ﺧﻔﺘﻢ إذا ﻧ‬: ‫وﻣﻌ’ اﻵﻳﺔ‬
ً ً ً ً ّ
‫ﺰوﺟﺎت‬2‫ﺪ ﺗﻌﺪد ا‬N‫ﺸﺨﺺ ا—ي ﻳﺮ‬2‫ﻚ ﺗﺒﻌﺎ ﻻﻋﺘﺒﺎرات وأﺣﻮال ﺗﺘﻌﻠﻖ ﺑﺎ‬2‫ وذ‬، ‫ﺮﻣﺎ‬G ‫ أو‬، ‫ﻜﺮوﻫﺎ‬z ‫ أو‬، ‫ﻌﻠﻪ ﻣﻨﺪو'ﺎ‬œ ‫ﻌﺪد ﻣﺎ‬i‫ ا‬3 ‫ﻦ ﻗﺪ ﻳﻄﺮأ‬,‫وﻟ‬
:

‫ً‬ ‫ّ‬
‫أ ـ ﻓﺈذا ‪t‬ن ا‪2‬ﺮﺟﻞ ‪Ÿ‬ﺎﺟﺔ ‪2‬ﺰوﺟﺔ أﺧﺮى ‪ :‬ﻛﺄن ‪t‬ن ﻻ ﺗﻌﻔﻪ زوﺟﺔ واﺣﺪة ‪ ،‬أو ‪t‬ﻧﺖ زوﺟﺘﻪ اﻷو¡ ‪z‬ﺮ‪N‬ﻀﺔ ‪ ،‬أو ﻋﻘﻴﻤﺎ ‪ ،‬وﻫﻮ ﻳﺮﻏﺐ ﺑﺎ‪2‬ﻮ ‪ ،‬وﻏﻠﺐ‬
‫ً‬
‫‪ 3‬ﻇﻨﻪ أن ﻳﻘﺪر ‪ 3‬اﻟﻌﺪل ﺑ‪¥‬ﻨﻬﻤﺎ ‪t ،‬ن ﻫﺬا ا‪i‬ﻌﺪد ﻣﻨﺪو'ﺎ ‪ ،‬ﻷن ﻓﻴﻪ ‪z‬ﺼﻠﺤﺔ ‪gz‬وﻋﺔ ‪ ،‬وﻗﺪ ﺗﺰوج ﻛﺜ‪ ƒ‬ﻣﻦ ا‪2‬ﺼﺤﺎﺑﺔ ر‪ £‬اﷲ ﻋﻨﻬﻢ ﺑﺄ‪‚¢‬‬
‫ﻣﻦ زوﺟﺔ واﺣﺪة ‪.‬‬
‫ً‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬
‫ا‪i‬ﻨﻌﻢ وا‪§2‬ﻓﻴﻪ ‪ ،‬وﺷﻚ ‪ p‬ﻗﺪرﺗﻪ ‪ 3‬إﻗﺎﻣﺔ اﻟﻌﺪل ﺑ‪ 7‬زوﺟﺎﺗﻪ ‪ ،‬ﻓﺈن ﻫﺬا ا‪i‬ﻌﺪد ﻳ‪,‬ﻮن ‪z‬ﻜﺮوﻫﺎ‬ ‫ب ـ إذا ‪t‬ن ا‪i‬ﻌﺪد ﻟﻐ‪ ƒ‬ﺣﺎﺟﺔ ‪ ،‬و…ﻧﻤﺎ ‪2‬ﺰ‪N‬ﺎدة‬
‫ّ‬
‫ﺑ‪¥‬ﻨﻬﻦ ‪.‬‬ ‫‪ ،‬ﻷﻧﻪ ﻟﻐ‪ ƒ‬ﺣﺎﺟﺔ ‪ ،‬وﻷﻧﻪ ر'ﻤﺎ ‪D‬ﻖ ¬ﺴ«ﺒﻪ ‪ª‬ر ‪ p‬ا‪2‬ﺰوﺟﺎت ﻣﻦ ﻋﺪم ﻗﺪرﺗﻪ ‪ 3‬اﻟﻌﺪل‬
‫ْ‬
‫وا‪ - -k‬ﺻ¯ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ‪ -‬ﻳﻘﻮل ‪ " :‬دع ﻣﺎ ﻳﺮ‪N‬ﺒُﻚ إ= ﻣﺎ ﻻ ﻳَﺮ‪N‬ﺒُﻚ " ‪ ،‬أي دع ﻣﺎ ‪°‬ﺸﻚ ﻓﻴﻪ إ= ﻣﺎ ﻻ ‪°‬ﺸﻚ ﻓﻴﻪ ‪.‬‬
‫رواه ا‪§2‬ﻣﺬي ) أﺑﻮاب ﺻﻔﺔ اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ‪ ،‬ﺑﺎب ‪ :‬أﻋﻘﻠﻬﺎ وﺗﻮ‪ ، ²‬رﻗﻢ ‪ ( ´µ´¶ :‬ﻋﻦ ﺣﺴﻦ ﺑﻦ · ر‪ £‬اﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ ‪.‬‬
‫ّ‬
‫ﺑ‪¥‬ﻨﻬﻦ ‪ :‬إﻣﺎ ﻟﻔﻘﺮه ‪ ،‬أو ‪2‬ﻀﻌﻔﻪ ‪ ،‬أو ﻟﻌﺪم ا‪2‬ﻮﺛﻮق ﻣﻦ ﻧﻔﺴﻪ‬ ‫ج ـ و…ذا ﻏﻠﺐ ‪ 3‬ﻇﻨﻪ ‪ ،‬أو ﺗﺄ‪¢‬ﺪ أﻧﻪ ﻻ ‪¹‬ﺴﺘﻄﻴﻊ إن ﺗﺰوج أ‪ ‚¢‬ﻣﻦ واﺣﺪة أن ﻳﻌﺪل‬
‫‪َ ª‬‬
‫ار " ‪.‬‬ ‫‪ p‬ا‪a‬ﻴﻞ وا‪D‬ﻴﻒ ‪ ،‬ﻓﺈن ا‪i‬ﻌﺪد ﻋﻨﺪﺋﺬ ﻳ‪,‬ﻮن ﺣﺮاﻣﺎً ‪ ،‬ﻷن ﻓﻴﻪ إ‪ª‬اراً ﺑﻐ‪ƒ‬ه ‪ ،‬وا‪ - -k‬ﺻ¯ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ‪ -‬ﻳﻘﻮل ‪ " :‬ﻻ ‪ª‬ر وﻻ َ‬
‫ﻳ‪ º‬ﺟﺎره ‪z .‬ﻮﻃﺄ ﻣﺎ‪2‬ﻚ ‪ :‬اﻷﻗﻀﻴﺔ ‪ ،‬ﺑﺎب ‪ :‬اﻟﻘﻀﺎء ‪ p‬ا‪a‬ﺮﻓﻖ ( ‪.‬‬ ‫) اﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ‪ :‬ﻛﺘﺎب اﻷﺣ¼م ‪ ،‬ﺑﺎب ‪ :‬ﻣﻦ ﺑ» ‪ p‬ﺣﻘﻪ ﻣﺎ ّ‬
‫َ ْ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ ْ ََ َ ً َ ْ َ َ َ َ ْ َْ َ ُ ُ َ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ‬
‫‪ْ ,‬ﻢ ذ‪ِ2‬ﻚ أد½ أﻻ • ُﻌﻮ‪2‬ﻮا { ] اﻟ‹ﺴﺎء ‪. [ “ :‬‬‫اﺣﺪة أو ﻣﺎ ‪z‬ﻠﻜﺖ أ¾ﻤﺎﻧ‬
‫وﻗﺎل اﷲ ﻋﺰ وﺟﻞ ‪ } :‬ﻓ ِﺈن ِﺧﻔﺘﻢ أﻻ •ﻌ ِﺪ‪2‬ﻮا ﻓﻮ ِ‬
‫] ﻓﻮاﺣﺪة ‪ :‬أي ﻓﺎﻧ‪,‬ﺤﻮا واﺣﺪة ﻓﻘﻂ ‪ .‬ذ‪2‬ﻚ أد½ أن ﻻ ﺗﻌﻮ‪2‬ﻮا ‪ :‬أي أﻗﺮب إ= ﻋﺪم ا‪a‬ﻴﻞ وا¿ﻮر ‪ ،‬ﻷن أﺻﻞ اﻟﻌﻮل ‪ :‬ا‪a‬ﻴﻞ [ ‪.‬‬
‫ّ‬ ‫ً‬ ‫ّ‬
‫و‪œ‬ﺐ أن ﻳﻌﻠﻢ أﻧﻪ ‪2‬ﻮ ﻋﺪد ا‪2‬ﺰوج ‪ p‬ا‪D‬ﺎ‪ 7i‬اﻷﺧ‪ƒ‬ﺗ‪ ، 7‬وﻋﻘﺪ ‪ 3‬ﺛﺎﻧﻴﺔ ‪ ،‬أو ﺛﺎ‪Á‬ﺔ ‪t ،‬ن اﻟﻌﻘﺪ ﺻﺤﻴﺤﺎ ‪ ،‬وﺗﺮﺗﺒﺖ ‪ 3‬آﺛﺎره ‪ :‬ﻣﻦ ﺣﻞ ا‪a‬ﻌﺎ‪C‬ة‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫‪ ،‬ووﺟﻮب ا‪a‬ﻬﺮ ‪ ،‬وا‪k‬ﻔﻘﺔ وﻏ‪ƒ‬ﻫﺎ ‪ ،‬و…ن ‪t‬ن ‪z‬ﻜﺮوﻫﺎ ‪ p‬ا‪Á‬ﺎﻧﻴﺔ ‪ ،‬وﺣﺮاﻣﺎ ‪ p‬ا‪Á‬ﺎ‪Á‬ﺔ ‪ ،‬ﻓﺎ‪ُD‬ﺮﻣﺔ ﺗﻮﺟﺐ اﻹﺛﻢ ‪ ،‬وﻻ ﺗﺒﻄﻞ اﻟﻌﻘﺪ ‪.‬‬
‫‪ ‬اﻷﺷﺒﺎه وا‪1‬ﻈﺎﺋﺮ ‪) -‬ج ‪ /‬ص ‪( ,‬‬
‫اﻟﻘﺎﻋﺪة ا‪Å‬ﺎ‪z‬ﺴﺔ ﺗ<ف اﻹﻣﺎم ‪ 3‬ا‪2‬ﺮﻋﻴﺔ ﻣﻨﻮط ﺑﺎ‪a‬ﺼﻠﺤﺔ ﻫﺬه اﻟﻘﺎﻋﺪة ﻧﺺ ﻋﻠﻴﻬﺎ ا‪2‬ﺸﺎﻓ‪ Ä‬وﻗﺎل ‪Ãz‬ﻟﺔ اﻹﻣﺎم ﻣﻦ ا‪2‬ﺮﻋﻴﺔ ‪Ãz‬ﻟﺔ ا‪2‬ﻮ‪ Â‬ﻣﻦ‬
‫ا‪9#‬ﻴﻢ ﻗﻠﺖ وأﺻﻞ ذ‪2‬ﻚ ﻣﺎ أﺧﺮﺟﻪ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻣﻨﺼﻮر ‪ p‬ﺳ‹ﻨﻪ ﻗﺎل ﺣﺪﺛﻨﺎ أﺑﻮ اﻷﺣﻮص ﻋﻦ أ‪ Ç‬إﺳﺤﺎق ﻋﻦ ا‪Æ2‬اء ﺑﻦ ‪É‬زب ﻗﺎل ﻗﺎل ﻋﻤﺮ ر‪£‬‬
‫اﷲ ﻋﻨﻪ إ‪ Î‬أﻧﺰﻟﺖ ﻧﻔ‪ Í‬ﻣﻦ ﻣﺎل اﷲ ﺑﻤ‪Ã‬ﻟﺔ وا‪ Ì‬ا‪9#‬ﻴﻢ إن إﺣﺘﺠﺖ أﺧﺬت ﻣﻨﻪ ﻓﺎذا أ‪Ê¹‬ت رددﺗﻪ ﻓﺎن اﺳﺘﻐﻨﻴﺖ اﺳﺘﻌﻔﻔﺖ وﻣﻦ ﻓﺮوع ذ‪2‬ﻚ‬
‫أﻧﻪ إذا ﻗﺴﻢ ا‪2‬ﺰ&ة ‪ 3‬اﻷﺻﻨﺎف |ﺮم ﻋﻠﻴﻪ ا‪i‬ﻔﻀﻴﻞ ﻣﻊ ‪°‬ﺴﺎوي ا‪D‬ﺎﺟﺎت وﻣﻨﻬﺎ إذا أراد إﺳﻘﺎط ﺑﻌﺾ ا¿ﻨﺪ ﻣﻦ ا ﻳﻮان ¬ﺴﺒﺐ ﺟﺎز و'ﻐ‪ƒ‬‬
‫ﺳﺒﺐ ﻻ ‪œ‬ﻮز ﺣ¼ه ‪ p‬ا‪2‬ﺮوﺿﺔ وﻣﻨﻬﺎ ﻣﺎ ذﻛﺮه ا‪a‬ﺎرودي أﻧﻪ ﻻ ‪œ‬ﻮز ﻷﺣﺪ ﻣﻦ وﻻة اﻷ‪z‬ﻮر أن ﻳﻨﺼﺐ إﻣﺎﻣﺎ ‪2‬ﻠﺼﻠﻮات ﻓﺎﺳﻘﺎ و…ن ﺻﺤﺤﻨﺎ ا‪2‬ﺼﻼة‬
‫ﺧﻠﻔﻪ ﻷﻧﻬﺎ ‪z‬ﻜﺮوﻫﺔ وو¡ اﻷ‪z‬ﺮ ﻣﺄ‪z‬ﻮر ﺑﻤﺮا‪É‬ت ا‪a‬ﺼﻠﺤﺔ وﻻ ‪z‬ﺼﻠﺤﺔ ‪* p‬ﻞ ا‪k‬ﺎس ‪ 3‬ﻓﻌﻞ ا‪a‬ﻜﺮوه‬
‫‪> ‬ﻳﺔ ﺗﻠﺨﻴﺺ ا'ﺮاد ﺑﻬﺎ ﺶ ﺑﻐﻴﺔ ا'ﺴ‪A‬ﺷﺪﻳﻦ ص‪ ,FG :‬دار اﻟﻔﻜﺮ‬
‫)‪z‬ﺴﺄﻟﺔ( ‪œ‬ﺐ ‪ 3‬ا‪D‬ﺎ‪Ó‬ﻢ ا‪2‬ﻮﻗﻮف ‪ 3‬أﺣ¼م ا‪Ng2‬ﻌﺔ اﻟ‪ Ò‬أﻗﻴﻢ ‪Ñ‬ﺎ وﻻ ﻳﺘﻌﺪاه إ= أﺣ¼م ا‪2‬ﺴﻴﺎﺳﺔ ﺑﻞ ‪œ‬ﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﻗ< ﻣﻦ ﺗﻌﺪى ذ‪2‬ﻚ وزﺟﺮه‬
‫وﺗﻌﺰ‪N‬ﺮه وﺗﻌﺮ‪N‬ﻔﻪ أن ا‪D‬ﻖ ﻛﺬا‪.‬‬
‫‪ ‬اﻟﻔﻘﻪ اﻹﺳﻼ‪ L‬وأد‪J‬ﻪ ‪) -‬ج ‪ / +‬ص ‪(FGO‬‬
‫وﻗﺪ ﺗﻀﺎﻓﺮ اﻟﻘﺮآن ا‪2‬ﻜﺮ‪N‬ﻢ وا‪2‬ﺴﻨﺔ ا‪k‬ﺒﻮ‪N‬ﺔ و‪Õ‬ﺘﺐ اﻟﻔﻘﻬﺎء ‪ 3‬ﺑﻴﺎن ا‪a‬ﻌﺎ‪ Ô‬وا‪a‬ﻨﻜﺮات وﺗﻔﺼﻴﻞ اﻟﻌﻘﻮ'ﺎت ا‪a‬ﻘﺮرة ‪ p‬ا ﻧﻴﺎ ‪ 3‬اﻷﺷﺨﺎص‪ .‬وﻻ‬
‫ً‬
‫ﻳﻘﺒﻞ ‪ ÉC‬ﻣﻦ أي ‪z‬ﺴﻠﻢ أو‪z‬ﺴﻠﻤﺔ اﻻﻋﺘﺬار ﺑﺎ¿ﻬﻞ ﺑﺄﺣ¼م ا‪Ng2‬ﻌﺔ‪ ،‬وﻋﻠﻴﻪ أن ﻳﺘﻌﻠﻢ اﻟﻘﺪر ا‪º2‬وري ﻣﻨﻬﺎ ﻟﻘﻮ‪ E‬ﻋﻠﻴﻪ ا‪2‬ﺴﻼم‪» :‬ﻃﻠﺐ اﻟﻌﻠﻢ‬
‫ﻓﺮ‪N‬ﻀﺔ ‪z 3‬ﺴﻠﻢ« و‪N‬ﻌﺪ ا‪i‬ﻘﺼ‪ p ƒ‬ا‪i‬ﻌﻠﻴﻢ وا‪i‬ﻌﻠﻢ ﺟﺮ‪N‬ﻤﺔ ‪z‬ﺴﺘﻮﺟﺒﺔ ا‪i‬ﻌﺰ‪N‬ﺮ‪.‬‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫واﻟﻌﻤﻞ ﺑﺄﺣ¼م ا‪Ng2‬ﻌﺔ ‪ p‬ا‪k‬ﻄﺎﻗ‪ 7‬ا¿ﺰا‪ Ø‬وا‪a‬ﺪ‪ Î‬وﻏ‪ƒ‬ﻫﻤﺎ واﺟﺐ ‪ 3‬ا وﻟﺔ واﻷﻓﺮاد‪ ،‬و‪N‬ﻌﺪ ا‪i‬ﺨ‪ Ú‬ﻋﻦ ا‪Ng2‬ﻌﺔ إﺛﻤﺎ ﻛﺒ‪ƒ‬ا وﺟﺮﻣﺎ ﻋﻈﻴﻤﺎ‪.‬‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫وﻟ‪¥‬ﺲ ﺗﻄﺒﻴﻖ أﺣ¼م ا‪Ng2‬ﻌﺔ أ‪z‬ﺮا ﺻﻌﺒﺎ أو ﻏ‪ ƒ‬ﻣﺘﻔﻖ ﻣﻊ ﻇﺮوف اﻟﻌ< ا‪D‬ﺪﻳﺚ‪ ،‬و…ﻧﻤﺎ اﻹﻋﺮاض ﻋﻦ ذ‪2‬ﻚ ﻧﻮع ﻣﻦ ا‪2‬ﻮﻫﻢ وﻓﻘﺪان ا‪Á‬ﻘﺔ ﺑﺎ—ات‬
‫ً‬
‫واﻓﺘﺘﺎن ﺑﺄﻧﻈﻤﺔ اﻟﻌ< و‪N‬ﻌﺪ ﺟﺎﺋﺮا ﻋﻦ ا‪g2‬ع‪.‬‬
‫‪Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul W ahid‬‬ ‫‪9‬‬

‫وﻻ ﺷﻚ ﺑﺄن أﺣ¼م ا‪Ng2‬ﻌﺔ ﺗﺘﻄﻠﺐ إﻗﺎﻣﺔ ‪â‬ﺘﻤﻊ إﺳﻼ‪ á‬ﻣﺘ¼‪z‬ﻞ ‪ p‬اﻟﻌﻘﻴﺪة واﻟﻌﺒﺎدة وا‪2‬ﺴﻠﻮك اﻷﺧﻼ‪ ،ß‬و‪‹N‬ﺒ‪ Þ‬أن ﺗﺘﺠﻪ أﻧﻈﻤﺔ ا وﻟﺔ‬
‫ا ﺳﺘﻮر‪N‬ﺔ واﻹدار‪N‬ﺔ وا‪i‬ﻌﻠﻴﻤﻴﺔ واﻹﻋﻼﻣﻴﺔ إ= اﻟﻌﻤﻞ ﺑﺮوح اﻹﺳﻼم وأﻧﻈﻤﺘﻪ وآداﺑﻪ‪ ،‬ﺣ‪¹ å‬ﺴﻬﻞ ﺗﻘﺒﻞ ا‪,D‬ﻢ ا‪ äg2‬اﻹﻟ‪ ã‬ﻋﻦ ﻋﻘﻴﺪة‬
‫واﻗﺘﻨﺎع وﺣﺐ واﺣ§ام‪.‬‬
‫‪ ‬اﻟﻔﻘﻪ اﻹﺳﻼ‪ L‬وأد‪J‬ﻪ ‪) -‬ج ‪ / O‬ص ‪(+P‬‬
‫ﻗﺎل ا‪a‬ﺎوردي وأﺑﻮ ﻳﻌ¯‪ :‬إن أول اﻷ‪z‬ﻮر اﻟ‪ Ò‬ﺗﻠﺰم اﻹﻣﺎم ﻫﻮ )ﺣﻔﻆ ا ﻳﻦ ‪ 3‬أﺻﻮ‪ E‬ا‪a‬ﺴﺘﻘﺮة‪ ،‬وﻣﺎ أ‪V‬ﻊ ﻋﻠﻴﻪ ﺳﻠﻒ اﻷﻣﺔ‪ ،‬ﻓﺈن ‪ç‬ﻢ ﻣﺒﺘﺪع‪ ،‬أو‬
‫ً‬
‫زاغ ذو ﺷﺒﻬﺔ ﻋﻨﻪ‪ ،‬أوﺿﺢ ‪ E‬ا‪D‬ﺠﺔ‪ ،‬و'‪ E 7‬ا‪2‬ﺼﻮاب‪ ،‬وأﺧﺬه ﺑﻤﺎ ﻳﻠﺰﻣﻪ ﻣﻦ ا‪D‬ﻘﻮق وا‪D‬ﺪود ‪#‬ﻜﻮن ا ﻳﻦ ‪G‬ﺮوﺳﺎ ﻣﻦ ﺧﻠﻞ‪ ،‬واﻷﻣﺔ ‪y‬ﻨﻮﻋﺔ ﻣﻦ‬
‫ز‪2‬ﻞ(‬
‫‪ ‬اﻟﻔﻘﻪ اﻹﺳﻼ‪ L‬وأد‪J‬ﻪ ‪) -‬ج ‪ / F‬ص ‪(GO-‬‬
‫وا‪º2‬ر أر'ﻌﺔ أﻗﺴﺎم ﻋﻨﺪ اﻟﻌﻠﻤﺎء )´( ‪:‬‬

‫‪ - ‰‬ا‪º2‬ر ا‪a‬ﺆ‪Õ‬ﺪ ا‪2‬ﻮﻗﻮع‪ :‬وﻫﻮ أن ﻳ§ﺗﺐ ‪ 3‬ﺗ<ف ا‪a‬ﺎ‪2‬ﻚ ‪z p‬ﻠﻜﻪ ‪ª‬ر ‪z‬ﺆ‪Õ‬ﺪ ﺑﻐ‪ƒ‬ه ﻋﻨﺪ اﺳﺘﻌﻤﺎل ﺣﻘﻪ ا‪a‬ﺄذون ﻓﻴﻪ‪ .‬وﺣﻜﻤﻪ أﻧﻪ إذا ﺗﻤ‪,‬ﻦ‬
‫ﺻﺎﺣﺐ ا‪D‬ﻖ ﻣﻦ اﺳﺘﻌﻤﺎل ‪z‬ﻠﻜﻪ دون إ‪ª‬ار ﺑﻐ‪ƒ‬ه‪ ،‬ﻓﻴﻤﻨﻊ ﻣﻦ ا‪º2‬ر؛ ﻷﻧﻪ ﻳﺘﺤﻤﻞ ا‪º2‬ر ا‪Å‬ﺎص ‪ p‬ﺳ«ﻴﻞ دﻓﻊ ا‪º2‬ر اﻟﻌﺎم‪ .‬و…ذا ‪t‬ن ا‪º2‬ر‬
‫ً‬
‫ﺧﺎﺻﺎ ﺑﺎﻵﺣﺎد‪ ،‬ﻓﻴﻜﻮن ﺣﻖ ﺻﺎﺣﺐ ا‪D‬ﻖ أو¡ ﺑﺎﻻﻋﺘﺒﺎر‪.‬‬
‫´ ‪ -‬ا‪º2‬ر اﻟﻐﺎﻟﺐ وﻗﻮﻋﻪ‪ :‬وﻫﻮ أن ﻳ‪,‬ﻮن ا‪º2‬ر ﻛﺜ‪ ƒ‬ا‪2‬ﻮﻗﻮع ﻋﻨﺪ اﻟﻘﻴﺎم ﺑﺎﻟﻔﻌﻞ‪ ،‬وﻫﺬه ا‪D‬ﺎل ﺗﻠﺤﻖ ¬ﺴﺎﺑﻘﺘﻬﺎ‪ :‬و‪ ë‬ا‪a‬ﻘﻄﻮع ﻓﻴﻬﺎ ﺑﻮﻗﻮع ا‪º2‬ر؛‬
‫ﻷن ﻏﻠﺒﺔ اﻟﻈﻦ ﺗﻘﻮم ﻣﻘﺎم ا‪#‬ﻘ‪ p 7‬اﻷﺣ¼م اﻟﻌﻤﻠﻴﺔ‪.‬‬
‫ً‬
‫“ ‪ -‬ا‪º2‬ر ا‪2‬ﻜﺜ‪ ƒ‬ﻏ‪ ƒ‬اﻟﻐﺎﻟﺐ‪ :‬وﻫﻮ أن ﻳ‪,‬ﻮن ﺗﺮﺗﺐ ا‪a‬ﻔﺴﺪة ‪ 3‬اﻟﻔﻌﻞ ﻛﺜ‪ƒ‬ا ‪ p‬ذاﺗﻪ إذا وﻗﻊ‪ ،‬وﻟ‪,‬ﻦ ﻻ ﻳﻐﻠﺐ ‪ 3‬اﻟﻈﻦ وﻗﻮﻋﻪ‪ .‬وﻓﻴﻪ اﺧﺘﻠﻒ‬
‫اﻟﻔﻘﻬﺎء‪ ،‬ﻓﺎ‪a‬ﺎ‪2‬ﻜﻴﺔ وا‪D‬ﻨﺎﺑﻠﺔ ﻳﺮون اﻟﻌﻤﻞ ﺑﻘﺎﻋﺪة »دﻓﻊ ا‪a‬ﻀﺎر ﻣﻘﺪم ‪ 3‬ﺟﻠﺐ ا‪a‬ﺼﺎﻟﺢ« واﺣﺘﻤﺎل وﻗﻮع ا‪º2‬ر ‪t‬ف ‪a‬ﻨﻊ اﻟﻔﻌﻞ‪ .‬وا‪D‬ﻨﻔﻴﺔ‬
‫ً‬
‫وا‪2‬ﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﻳﺮون أن اﻟﻔﻌﻞ ‪gz‬وع ‪ p‬أﺻﻠﻪ‪ ،‬واﺣﺘﻤﺎل ا‪º2‬ر ﻻ ﻳﺼﻠﺢ د‪#‬ﻼ ‪ 3‬ا‪º2‬ر ا‪a‬ﺘﻮﻗﻊ‪ ،‬ﻓﻼ ﻳﻤﻨﻊ ﺣﻖ ‪a‬ﺠﺮد اﺣﺘﻤﺎل ا‪º2‬ر‪.‬‬
‫ً‬
‫‪ - ì‬ا‪º2‬ر اﻟﻘﻠﻴﻞ‪ :‬وﻫﻮ أن ﻳ‪,‬ﻮن ا‪º2‬ر ا‪§a‬ﺗﺐ ‪ 3‬اﺳﺘﻌﻤﺎل ا‪D‬ﻖ ا‪a‬ﺄذون ﻓﻴﻪ ﻧﺎدر ا‪2‬ﻮﻗﻮع‪ ،‬أو ‪t‬ن ‪ p‬ذاﺗﻪ ﻗﻠﻴﻼ‪ ،‬وﻫﻮ ﻻ ﻳﻠﺘﻔﺖ إ‪#‬ﻪ ﻟﻘﻠﺘﻪ‪،‬‬
‫إذ اﻟﻌ‪Æ‬ة ﺑﺄﺻﻞ ا‪D‬ﻖ ا‪Á‬ﺎﺑﺖ‪ ،‬ﻓﻼ ﻳﻌﺪل ﻋﻨﻪ إﻻ ﻟﻌﺎرض ا‪º2‬ر ا‪2‬ﻜﺜ‪ ƒ‬ﺑﺎﻟﻐ‪.ƒ‬‬
‫‪ ‬اﻟﻔﻘﻪ اﻹﺳﻼ‪ L‬وأد‪J‬ﻪ ‪) -‬ج ‪ /‬ص ‪( F+‬‬
‫ا ﻋﻮة إ= ﺟﻌﻞ ﺗﻌﺪد ا‪2‬ﺰوﺟﺎت ﺑﺈذن اﻟﻘﺎ‪: £‬‬

‫ﻇﻬﺮت دﻋﻮات ﺟﺪﻳﺪة ‪ p‬ﻋ<ﻧﺎ ﺗﻤﻨﻊ ﺗﻌﺪد ا‪2‬ﺰوﺟﺎت إﻻ ﺑﺈذن اﻟﻘﺎ‪# ،£‬ﺘﺄ‪¢‬ﺪ ﻣﻦ {ﻘﻖ ﻣﺎ ‪C‬ﻃﻪ ا‪g2‬ع ﻹﺑﺎﺣﺔ ا‪i‬ﻌﺪد‪ ،‬وﻫﻮ اﻟﻌﺪل ﺑ‪7‬‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫ا‪2‬ﺰوﺟﺎت واﻟﻘﺪرة ‪ 3‬اﻹﻧﻔﺎق؛ ﻷن ا‪k‬ﺎس وﺧﺼﻮﺻﺎ ا¿ﻬﻠﺔ أﺳﺎؤوا اﺳﺘﻌﻤﺎل رﺧﺼﺔ ا‪i‬ﻌﺪد ا‪a‬ﺄذون ﺑﻬﺎ ‪ ÉC‬ﻟﻐﺎﻳﺎت إ‪í‬ﺴﺎﻧﻴﺔ ﻛﺮ‪N‬ﻤﺔ‪ .‬ﻟ‪,‬ﻦ‬
‫ﺗﻮ¡ ا‪a‬ﺨﻠﺼﻮن دﺣﺾ ﻣﺜﻞ ﻫﺬه ا ﻋﻮات ﻷﺳﺒﺎب ﻣﻌﻘﻮﻟﺔ ‪ ë‬ﻣﺎ ﻳﺄ‪: (‰) ï‬‬
‫‪ - ‰‬إن اﷲ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ وﺗﻌﺎ= أﻧﺎط ﺑﺎ‪2‬ﺮاﻏﺐ ‪ p‬ا‪2‬ﺰواج وﺣﺪه {ﻘﻴﻖ ‪ ðC‬ا‪i‬ﻌﺪد‪ ،‬ﻓﻬﻮ ا—ي ﻳﻘﺪر ا‪Å‬ﻮف ﻣﻦ ﻋﺪم اﻟﻌﺪل‪ ،‬ﻟﻘﻮ‪ E‬ﺗﻌﺎ=‪} :‬ﻓﺈن‬
‫ﺧﻔﺘﻢ أﻻ ﺗﻌﺪ‪2‬ﻮا‪ ،‬ﻓﻮاﺣﺪة{ ]اﻟ‹ﺴﺎء‪ [ì/“:‬ﻓﺈن ا‪Å‬ﻄﺎب ﻓﻴﻪ ‪k‬ﻔﺲ ا‪2‬ﺮاﻏﺐ ‪ p‬ا‪2‬ﺰواج‪ ،‬ﻻ ﻷﺣﺪ ﺳﻮاه‪ ،‬ﻣﻦ ﻗﺎض أوﻏ‪ƒ‬ه‪ ،‬ﻓﻴﻜﻮن ﺗﻘﺪﻳﺮ ﻣﺜﻞ ﻫﺬا‬
‫ّ‬ ‫ً‬
‫ا‪Å‬ﻮف ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﻏ‪ ƒ‬ا‪2‬ﺰوج ‪ó‬ﺎﻟﻔﺎ ‪Ñ‬ﺬا ا‪k‬ﺺ‪ .‬و‪Õ‬ﺬ‪2‬ﻚ ا‪ò‬ﺤﺚ ‪ p‬ﺗﻮاﻓﺮ اﻟﻘﺪرة ‪ 3‬اﻹﻧﻔﺎق‪ ،‬ﻓﺈﻧﻪ ﻣﻨﻮط ﺑﺎ‪2‬ﺮاﻏﺐ ‪ p‬ا‪2‬ﺰواج‪ ،‬ﻟﻘﻮ‪ E‬ﺻ¯ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ‬
‫وﺳﻠﻢ ‪» :‬ﻳﺎ ﻣﻌ‪ g‬ا‪2‬ﺸﺒﺎب ﻣﻦ اﺳﺘﻄﺎع ﻣﻨ‪,‬ﻢ ا‪ò‬ﺎءة ﻓﻠﻴ‪õ‬وج‪ «..‬ﻓﻬﻮ ﺧﻄﺎب ‪2‬ﻸزواج‪ ،‬ﻻ ﻟﻐ‪ƒ‬ﻫﻢ‪.‬‬
‫ً‬
‫´ ‪ -‬اﻟﻘﺪرة ‪ 3‬اﻹﻧﻔﺎق‪ :‬ﻻ |ﻞ ‪ ÉC‬اﻹﻗﺪام ‪ 3‬ا‪2‬ﺰواج‪ ،‬ﺳﻮاء ﻣﻦ واﺣﺪة أو ﻣﻦ أ‪ ‚¢‬إﻻ ﺑﺘﻮاﻓﺮ اﻟﻘﺪرة ‪z 3‬ﺆن ا‪2‬ﺰواج وﺗ‪,‬ﺎ‪#‬ﻔﻪ‪ ،‬واﻻﺳﺘﻤﺮار‬
‫ّ‬
‫‪ p‬أداء ا‪k‬ﻔﻘﺔ ا‪2‬ﻮاﺟﺒﺔ ‪2‬ﻠﺰوﺟﺔ ‪ 3‬ا‪2‬ﺰوج‪ ،‬ﻟﻘﻮ‪ E‬ﺻ¯ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ‪» :‬ﻳﺎ ﻣﻌ‪ g‬ا‪2‬ﺸﺒﺎب‪ ،‬ﻣﻦ اﺳﺘﻄﺎع ﻣﻨ‪,‬ﻢ ا‪ò‬ﺎءة ﻓﻠﻴ‪õ‬وج‪ «...‬وا‪ò‬ﺎءة‪z :‬ﺆﻧﺔ‬
‫ا‪¼k‬ح‪.‬‬
‫‪10‬‬ ‫‪Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul Wahid‬‬

‫‪ -‬إن إ‪C‬اف اﻟﻘﺎ‪ 3 £‬اﻷ‪z‬ﻮر ا‪2‬ﺸﺨﺼﻴﺔ أ‪z‬ﺮ ﻋﺒﺚ‪ ،‬إذ ﻗﺪ ﻻ ﻳﻄﻠﻊ ‪ 3‬ا‪2‬ﺴﺒﺐ ا‪D‬ﻘﻴ÷‪ ،‬و‪ ˆö‬ا‪k‬ﺎس ‪É‬دة ﻋﻨﻪ ذ‪2‬ﻚ ا‪2‬ﺴﺒﺐ‪ ،‬ﻓﺈن اﻃﻠﻊ ‪3‬‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫ا‪D‬ﻘﺎﺋﻖ‪t ،‬ن اﻃﻼﻋﻪ ﻓﻀﺤﺎ ﻷ‪ø‬ار ا‪D‬ﻴﺎة ا‪2‬ﺰوﺟﻴﺔ‪ ،‬وﺗﺪﺧﻼ ‪ p‬ﺣﺮ‪N‬ﺎت ا‪k‬ﺎس‪ ،‬و…ﻫﺪارا ﻹرادة اﻹ‪í‬ﺴﺎن‪ ،‬وﺧﻮﺿﺎ ‪ p‬ﻗﻀﺎﻳﺎ ﻳ‹ﺒ‪ Þ‬ﺗﻮﻓ‪ ƒ‬وﻗﺖ‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫اﻟﻘﻀﺎة ﻟﻐ‪ƒ‬ﻫﺎ‪ ،‬وﻣﻨﻌﺎ وأ‪z‬ﺮا ‪ p‬ﻏ‪G ƒ‬ﻠﻪ‪ ،‬ﻓﺎ‪2‬ﺰواج أ‪z‬ﺮ ﺷﺨ‪Ÿ ù‬ﺖ‪ ،‬ﻳﺘﻔﻖ ﻓﻴﻪ ا‪2‬ﺰوﺟﺎن ﻣﻊ أو‪#‬ﺎء ا‪a‬ﺮأة‪ ،‬ﻻ ‪¹‬ﺴﺘﻄﻴﻊ أﺣﺪ ﺗﻐﻴ‪ ƒ‬وﺟﻬﺘﻪ‪ ،‬وﺗﺒﺪﻳﻞ‬
‫ﻗﻴﻤﻪ‪ .‬و…ن أ‪ø‬ار ا‪ò‬ﻴﺖ ا‪a‬ﻐﻠﻘﺔ ﻻ ﻳﻌﻠﻢ ﺑﻬﺎ أﺣﺪ ﻏ‪ ƒ‬ا‪2‬ﺰوﺟ‪.7‬‬
‫“ ‪ -‬إن ﺗﻌﺪد ا‪2‬ﺰوﺟﺎت ﻟ‪¥‬ﺲ ﺑﻬﺬه ا‪2‬ﻜ‚ة ا‪a‬ﺨﻴﻔﺔ‪ ،‬و…ﻧﻤﺎ ﻫﻮ ‪ 3‬اﻟﻌﻜﺲ ‪G‬ﺪود وﻧﺎدر ﻻ ﻳﺘﺠﺎوز ‪í‬ﺴﺒﺔ ‪ <z p ٪ì‬و‪«#‬ﻴﺎ ‪ p‬ا‪Å‬ﻤﺴ‪¥‬ﻨﺎت‪ ،‬و‪o‬‬
‫ﺳﻮر‪N‬ﺔ ﺑ‹ﺴﺒﺔ ‪ ،٪‰‬وﻣﺜﻞ ﻫﺬه اﻟ‹ﺴﺐ ﻻ ‪°‬ﺴﺘﻮﺟﺐ إﺻﺪارﻗﻮاﻧ‪ 7‬ﺧﺎﺻﺔ ﺑﻬﺎ‪ ،‬ﺑﻞ إﻧﻪ إذا ﺻﺪرت اﻟﻘﻮاﻧ‪ 7‬ﻓﻠﻦ ﻳﺘﻐ‪ ƒ‬ﻣﻦ اﻷ‪z‬ﺮ ‪û‬ء؛ ﻷن ﻫﺬه‬
‫اﻟﻘﻀﺎﻳﺎ {ﺘﺎج ‪2‬ﻀﻮاﺑﻂ و‪Õ‬ﻮاﺑﺢ داﺧﻠﻴﺔ ‪ ë‬ا ﻳﻦ وا‪2‬ﻮﺟﺪان واﻷﺧﻼق‪.‬‬
‫‪ - ì‬ﻟ‪¥‬ﺲ ﺗﻌﺪد ا‪2‬ﺰوﺟﺎت ﻫﻮ ا‪2‬ﺴﺒﺐ ‪g° p‬د اﻷﻃﻔﺎل‪ ،‬ﻛﻤﺎ ﻳﺰﻋﻤﻮن‪ ،‬و…ﻧﻤﺎ ا‪2‬ﺴﺒﺐ ﻳ‪,‬ﻤﻦ ‪ p‬إﻫﻤﺎل اﻷب ﺗﺮ'ﻴﺔ اﻟ‹ﺶء‪ ،‬و…دﻣﺎن ا‪Å‬ﻤﺮ‪ ،‬وﺗﻌﺎ‪ð‬‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫ا‪a‬ﺨﺪرات‪ ،‬واﻻﻧ<اف ‪ p‬إرواء ا‪ý2‬ات ﻃ‪¥‬ﺸﺎ وﻋﺒﺜﺎ‪ ،‬وﻓﻌﻞ ا‪ Ê¥a‬وارﺗﻴﺎد ا‪a‬ﻘﺎ‪ ،ë‬و…ﻫﻤﺎل ﺷﺄن اﻷ‪ø‬ة‪ ،‬وﻏ‪ƒ‬ﻫﺎ ﻣﻦ اﻷﺳﺒﺎب‪ .‬و&ﻧﺖ ‪í‬ﺴﺒﺔ‬
‫ا‪g9a‬دﻳﻦ ¬ﺴﺒﺐ ﺗﻌﺪد ا‪2‬ﺰوﺟﺎت ﻻ ﺗﺰ‪N‬ﺪ ‪ p <z p‬ا‪Å‬ﻤﺴ‪¥‬ﻨﺎت ﻋﻦ ) “‪ ،( ٪‬و‪N‬ﺮﺟﻊ اﻟ‪g9‬د ‪ p‬ا‪D‬ﻘﻴﻘﺔ إ= اﻟﻔﻘﺮ ‪ p‬ا رﺟﺔ اﻷو¡‪ .‬وﻋﻼج‬
‫‪z‬ﺴﺎوئ ا‪i‬ﻌﺪد ﻳ‪,‬ﻮن ﺑﺄ‪z‬ﺮ‪N‬ﻦ‪:‬‬
‫ً‬
‫أوﻻ ـ ﺗﺮ'ﻴﺔ ا¿ﻴﻞ ﺗﺮ'ﻴﺔ دﻳ‹ﻴﺔ وﺧﻠﻘﻴﺔ ﺣﺼﻴﻨﺔ‪Ÿ ،‬ﻴﺚ ﻳﺪرك ا‪2‬ﺰوﺟﺎن ﺧﻄﻮرة راﺑﻄﺔ ا‪2‬ﺰوﺟﻴﺔ ا‪a‬ﻘﺪﺳﺔ‪ ،‬وارﺗ‪,‬ﺎزﻫﺎ ‪ 3‬أﺳﺎس ا‪2‬ﻮد وا‪2‬ﺮ*ﺔ‪،‬‬
‫ً‬
‫ﻛﻤﺎ ﻗﺎل ﺗﻌﺎ=‪} :‬وﻣﻦ آﻳﺎﺗﻪ أن ﺧﻠﻖ ﻟ‪,‬ﻢ ﻣﻦ أﻧﻔﺴ‪,‬ﻢ أزواﺟﺎ ﻟ‪9‬ﺴﻜﻨﻮا إ‪#‬ﻬﺎ‪ ،‬وﺟﻌﻞ ﺑ‪¥‬ﻨ‪,‬ﻢ ‪z‬ﻮدة ور*ﺔ{ ]ا‪2‬ﺮوم‪.[“¶/´‰:‬‬
‫‪ ‬اﻟﻔﻘﻪ اﻹﺳﻼ‪ L‬وأد‪J‬ﻪ ‪) -‬ج ‪ /‬ص ‪( F-‬‬
‫ﻗﻴﻮد إﺑﺎﺣﺔ ا‪i‬ﻌﺪد ‪:‬‬

‫اﺷ§ﻃﺖ ا‪Ng2‬ﻌﺔ ﻹﺑﺎﺣﺔ ا‪i‬ﻌﺪد ‪C‬ﻃ‪ 7‬ﺟﻮﻫﺮ‪ 7N‬ﻫﻤﺎ‪:‬‬
‫ا‪a‬ﺎدﻳﺔ ﻣﻦ ﻧﻔﻘﺔ وﺣﺴﻦ‬ ‫‪ - ‰‬ﺗﻮﻓ‪ ƒ‬اﻟﻌﺪل ﺑ‪ 7‬ا‪2‬ﺰوﺟﺎت‪ :‬أي اﻟﻌﺪل ا—ي ‪¹‬ﺴﺘﻄﻴﻌﻪ اﻹ‪í‬ﺴﺎن‪ ،‬و‪N‬ﻘﺪر ﻋﻠﻴﻪ‪ ،‬وﻫﻮ اﻟ‪9‬ﺴﻮ‪N‬ﺔ ﺑ‪ 7‬ا‪2‬ﺰوﺟﺎت ‪ p‬ا‪k‬ﻮا‬
‫ﻣﻌﺎ‪C‬ة وﻣﺒﻴﺖ‪ ،‬ﻟﻘﻮ‪ E‬ﺗﻌﺎ=‪} :‬ﻓﺈن ﺧﻔﺘﻢ أﻻ ﺗﻌﺪ‪2‬ﻮا ﻓﻮاﺣﺪة‪ ،‬أو ﻣﺎ ‪z‬ﻠﻜﺖ أﻳﻤﺎﻧ‪,‬ﻢ‪ ،‬ذ‪2‬ﻚ أد½ أﻻ ﺗﻌﻮ‪2‬ﻮا{ ]اﻟ‹ﺴﺎ ء‪ [ì/“:‬ﻓﺈﻧﻪ ﺗﻌﺎ= أ‪z‬ﺮ‬
‫ﺑﺎﻻﻗﺘﺼﺎر ‪ 3‬واﺣﺪة إذا ﺧﺎف اﻹ‪í‬ﺴﺎن ا¿ﻮر و‪â‬ﺎﻓﺎة اﻟﻌﺪل ﺑ‪ 7‬ا‪2‬ﺰوﺟﺎت‪.‬‬
‫وﻟ‪¥‬ﺲ ا‪a‬ﺮاد ﺑﺎﻟﻌﺪل ـ ﻛﻤﺎ ﺑﺎن ‪ p‬أﺣ¼م ا‪2‬ﺰواج ا‪2‬ﺼﺤﻴﺢ ـ ﻫﻮ اﻟ‪9‬ﺴﻮ‪N‬ﺔ ‪ p‬اﻟﻌﺎﻃﻔﺔ وا‪a‬ﺤﺒﺔ وا‪a‬ﻴﻞ اﻟﻘﻠ‪ ،-‬ﻓﻬﻮﻏ‪z ƒ‬ﺮاد؛ ﻷﻧﻪ ﻏ‪z ƒ‬ﺴﺘﻄﺎع وﻻ‬
‫ﻣﻘﺪور ﻷﺣﺪ‪ ،‬وا‪g2‬ع إﻧﻤﺎ ﻳ‪,‬ﻠﻒ ﺑﻤﺎ ﻫﻮ ﻣﻘﺪور ‪2‬ﻺ‪í‬ﺴﺎن‪ ،‬ﻓﻼ ﺗ‪,‬ﻠﻴﻒ ﺑﺎﻷ‪z‬ﻮر ا¿ﺒﻠﻴﺔ اﻟﻔﻄﺮ‪N‬ﺔ اﻟ‪ Ò‬ﻻ ﻀﻊ ‪2‬ﻺرادة ﻣﺜﻞ ا‪D‬ﺐ وا‪ò‬ﻐﺾ‪.‬‬
‫وﻟ‪,‬ﻦ ﺧﺸﻴﺔ ﺳﻴﻄﺮة ا‪D‬ﺐ ‪ 3‬اﻟﻘﻠﺐ أ‪z‬ﺮ ﻣﺘﻮﻗﻊ ‪—،‬ا ﺣﺬر ﻣﻨﻪ ا‪g2‬ع ‪ p‬اﻵﻳﺔ ا‪2‬ﻜﺮ‪N‬ﻤﺔ‪} :‬وﻟﻦ ‪°‬ﺴﺘﻄﻴﻌﻮا أن ﺗﻌﺪ‪2‬ﻮا ﺑ‪ 7‬اﻟ‹ﺴﺎء‪ ،‬و‪2‬ﻮ ﺣﺮﺻﺘﻢ‪،‬‬
‫ا‪a‬ﻴﻞ‪ ،‬ﻓﺘﺬروﻫﺎ ‪at‬ﻌﻠﻘﺔ{ ]اﻟ‹ﺴﺎء‪ [ì/‰´ :‬وﻫﻮ ﻪ ‪i‬ﺄ‪¢‬ﻴﺪ ‪C‬ط اﻟﻌﺪل‪ ،‬وﻋﺪم ا‪2‬ﻮﻗﻮع ‪ p‬ﺟﻮر اﻟ‹ﺴﺎء‪ ،‬ﺑ§ك ا‪2‬ﻮاﺣﺪة ‪at‬ﻌﻠﻘﺔ‪ ،‬ﻓﻼ‬ ‫ﻓﻼ ﺗﻤﻴﻠﻮا‬
‫‪ ë‬زوﺟﺔ ﺗﺘﻤﺘﻊ ‪Ÿ‬ﻘﻮق ا‪2‬ﺰوﺟﻴﺔ‪ ،‬وﻻ ‪ ë‬ﻣﻄﻠﻘﺔ‪ .‬واﻟﻌﺎﻗﻞ‪ :‬ﻣﻦ ﻗﺪر اﻷ‪z‬ﻮر ﻗﺒﻞ وﻗﻮﻋﻬﺎ‪ ،‬وﺣﺴﺐ ‪2‬ﻼﺣﺘﻤﺎﻻت واﻟﻈﺮوف ﺣﺴﺎﺑﻬﺎ‪ ،‬واﻵﻳﺔ ﺗ‹ﺒﻴﻪ‬
‫‪ 3‬ﺧﻄﺮ ا‪ò‬ﻮاﻋﺚ واﻟﻌﻮاﻃﻒ ا اﺧﻠﻴﺔ‪ ،‬وﻟ‪¥‬ﺴﺖ ﻛﻤﺎ زﻋﻢ ﺑﻌﻀﻬﻢ ‪i‬ﻘﺮ‪N‬ﺮ أن اﻟﻌﺪل ﻏ‪z ƒ‬ﺴﺘﻄﺎع‪ ،‬ﻓﻼ ‪œ‬ﻮز ا‪i‬ﻌﺪد‪ ،‬ﻻﺳﺘﺤﺎﻟﺔ {ﻘﻖ ‪C‬ط‬
‫إﺑﺎﺣﺘﻪ‪.‬‬
‫‪b. Apakah keputusan pengadilan membatalkan perkawinan sebab faktor poligami tanpa izin‬‬
‫‪Pengadilan Agama dapat dibenarkan? Bagaimana dampak keputusan tersebut terhadap ikatan‬‬
‫?‪suami istri‬‬
‫‪Jawaban:‬‬
‫‪Maukuf‬‬
‫‪2. SPANDUK KU HILANG | PP. MIFTAHUL ULUM JOGOLOYO‬‬

‫)‪(tidak terbahas‬‬
‫‪Deskripsi Masalah:‬‬

Memberi kabar kepada masyarakat memang terdapat banyak cara, salah satu yang paling
efisien adalah memasang spanduk, apalagi ditempatkan di samping-samping jalan raya ataupun
perempatan, karena merupakan letak yang strategis yang mana para masyarakat dapat melihat
dan membacanya.
Itulah salah satu alasan banyak masyarakat ataupun instansi memasang spanduk. hal
demikian juga dilakukan oleh pihak SMP Miftahul Falah yang merupakan salah satu sekolah favorit
di Demak. Mereka memasang banyak spanduk yang berisi penerimaan siswa baru yang disebar
hampir di seluruh Demak. Mereka menempatkan di samping jalan raya ataupun di perempatan.
Karena letak yang sangat strategis, tak ayal banyak masyarakat yang ingin memasang spanduk baik
itu berisi pengumuman pengajian, pemilu, dll di tempat itu, dengan mencopot spanduk- spanduk
yang telah lama terpasang. Itu pula yang dirasakan pihak SMP Miftahul Falah, spanduk mereka
bilang entah siapa oknumnya. Ada yang bertahan hanya satu bulan, satu minggu, bahkan hanya 3
hari.
Pertanyaan:
a. Bagaimana seseorang mencopot spanduk orang lain diganti dengan spanduk mereka ?
b. Berapa lamakah batasan seseorang masyarakat atau pun instansi memasang spanduk ?
3. BEDA ITU .....? | PP. AL KHOZINY

(tidak terbahas)
Deskripsi Masalah:
“Ikhtilafu ummati rohmatun”, Hadits tersebut memanglah demikian adanya, namun tak
jarang membingungkan jua. saat tahun kemarin lebih tepatnya 1443 H, terjadi perbedaan pendapat
tentang awal Ramadhan.
Segolongan mengatakan jatuh pada tanggal 2 April atas dasar metode hisab. Sedangkan
golongan lain menyatakan pada tanggal 3 April atas dasar ru’yah. Namun baik dari kedua golongan
ini menetapkan awal bulan Syawal pada hari yang sama yakni pada tanggal 2 Mei 2022 M. Di
Indonesia hal yang sedemikian lumrah terjadi.
Namun, dalam kasus yang berbeda di suatu daerah di Indonesia, pada puasa Arafah (9
Dzulhijjah 1443) ada salah satu tokoh menghimbau pada masyarakat agar tidak berpuasa dengan
dalih bahwasanya di Arab Saudi telah melakukan hari raya pada hari yang sama (Sabtu, 9 Juli 2022).
Akhirnya, karena awamnya masyarakat disana, mereka pun ikut dan patuh pada himbauan tokoh
tersebut.
Pertanyaan:
a. Di Indonesia kini, siapakah yang paling berhak untuk menetapkan kapan terjadinya awal
bulan Hijriyah? Dan Bagaimana hukum mengikutinya ?
b. Bagaimana syari’at menanggapi persoalan pada paragraf terakhir ?

JALSAH II
MUSHOHIH NOTULEN
KH. Muchammad Abdul Wahid Zuhdi Bpk. Abdussalam
KH. Habibul Huda Bin Najid Bpk. Syarif Hidayatullah
K. Zubair Abdul Wahid Zuhdi Bpk. Khoirul Albab
KH. Fadlolan Musyafa Mu’thi
KH. Muhammad Nashir
PERUMUS MDERATOR
KH. Busyro Musthofa
K. Abdul Khafidh Muhammad Minanur Rohman
K. Sokhi asyhadi
1. SUJUD MASSAL PASCA TRAGEDI KANJURUHAN | PP. LIRBOYO

Deskripsi Masalah
Diketahui, kerusuhan terjadi di stadion Kanjuruhan usai Arema FC mengalami kekalahan
saat bertanding melawan Persebaya Surabaya dalam laga pekan ke-11 Liga 1 2022-2023, Sabtu
(1/10/2022). Kerusuhan itu tidak terelakkan saat Aremania turun ke lapangan untuk
menyampaikan protes. Berusaha mengendalikan situasi, jajaran pengamanan menembaki gas air
mata ke beberapa arah kerumunan suporter, bahkan ke beberapa tribun yang masih banyak
suporter Aremania. Kondisi akhirnya menjadi semakin mencekam karena banyak suporter yang
terinjak-injak hingga sesak nafas akibat gas air mata yang ditembakkan ke tribun stadion.
Baru-baru ini Video polisi Malang sujud mohon ampun dan permintaan maaf pada Senin,
10 Oktober 2022 lalu viral dan dibicarakan di media sosial. “Ya Allah, kami bersimpuh memohon
ampunanmu Ya Rabb. Tak lupa, kami menghaturkan maaf kepada korban dan keluarganya, serta
seluruh Aremania dan Aremanita,” bunyi penggalan doa. Sujud tersebut dilakukan secara spontan
oleh kapolresta malang kota seusai apel pagi yang kemudian diikuti oleh seluruh jajaran. Menurut
kapolresta malang Sujud massal ini dilakukan untuk memohon ampun kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan menghaturkan maaf yang terdalam kepada korban dan keluarganya serta seluruh
Aremania dan Aremanita atas tragedi Stadion Kanjuruhan.
Sebagian kalangan menilai positif terhadap aksi yang dilakukan oleh polisi tersebut, seperti
halnya yang disampaikan oleh Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri, ia menilai aksi sujud massal
ini penting untuk mengobati luka di hati masyarakat. "Mengingatkan saya pada aksi simpatik
serupa yang dilakukan oleh personel polisi pasca tewasnya George Floyd,"

Namun disisi lain, sekilas tindakan yang dilakukan oleh sejumlah polisi untuk memohon
ampun dan minta maaf atas Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan tersebut mirip dengan salah satu
norma dan etiket Jepang bernama Dogeza. Dikutip dari situs Linguaholic, Dogeza merupakan
tindakan saat seseorang berlutut dan meletakkan kedua tangan dan dahi di tanah layaknya
gerakan sujud. Tindakan ini biasa digunakan untuk mengekspresikan rasa permintaan maaf yang
mendalam.
Polisi sujud massal minta maaf atas tragedi Kanjuruhan ditanggapi dingin keluarga korban.
Bagi keluarga korban, yang terpenting umumkan tersangka dan usut kasus sampai tuntas. Menurut
sejumlah keluarga korban Tragedi Kanjuruhan, aksi sujud massal personel polisi di Kota Malang
adalah hal biasa saja. Saat ini, yang diharapkan keluarga hanyalah kejelasan proses hukum,
pengumuman tersangka tambahan seperti yang dijanjikan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
"Apa yang dilakukan polisi sampai sujud massal itu biasa saja sih. Tidak ada pengaruhnya pada
korban dan kasus yang terjadi di Stadion Kanjuruhan," ujar Sutris, seorang ayah korban luka-luka,
Selasa (11/10/2022). Baginya, apa yang dilakukan polisi tersebut pun bukan sebagai bentuk
pertaubatan. "Kan tidak semua yang sujud itu pelaku," imbuhnya.
Bahkan ada yang sinis mengatakan kalau Itu (sujud massal) tidak dibutuhkan Masyarakat
saat ini, justru yang paling dibutuhkan masyarakat adalah kejelasan kasus tersebut agar bisa diusut
tuntas," ujarnya. Menurutnya hal ini terlalu berlebihan dan tidak perlu, kalau kata anak-anak
sekarang namanya lebay.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH. Cholil Nafis mengatakan, sujud kepada
selain Allah hukumnya haram alias dilarang. Selain itu, ulama juga mengharamkan tindakan
seperti ini, jika dilakukan selain kepada Allah. “Sujud minta maaf demi penghormatan kpd yang
selain Allah tdk syirik tapi ulama mengharamkan, dan yg syirik adalah sujud ibadah krn itu hanya
hak Allah SWT yg berhak disembah dan sujud kepada-Nya,” tulis Cholil Nafis melalui akun
@cholilnafis.
Pertanyaan:
a. Bolehkah Polisi menembakkan gas air mata di tengah stadion sebagai langkah preventif dari
amukan massa?
Jawaban:
Polisi boleh menembakkan gas air mata di tengah stadion sebagai langkah preventif dari amukan
massa, tapi tidak dibenarkan polisi menembakkan gas air mata ke arah tribun. Hal ini dengan
pertimbangan :
1. Turunnya sekelompok Aremania dari atribun setelah AREMA mengalami kekalahan
mengindikasikan akan ada tindakan anarkis dari kerumunan penonton Aremania.
2. Pihak polisi menganggap tindakan anarkis yang akan terjadi hanya bisa di hentikan dengan
menembakkan gas air mata.
( V- ‫ ص‬/ + ‫ )ج‬- QR‫ﻧﺔ اﻟﻄﺎ‬T‫ إ‬
‫ﺸﺎ ﺔ‬z ‫ إﻋﺘﺪاء‬Î‫ﺎ‬Á‫ﺴﻤﻴﺔ ا‬°‫ﻢ { و‬,‫ﻢ ﻓﺎﻋﺘﺪوا ﻋﻠﻴﻪ ﺑﻤﺜﻞ ﻣﺎ اﻋﺘﺪى ﻋﻠﻴ‬,‫ ﺗﻌﺎ= } ﻓﻤﻦ اﻋﺘﺪى ﻋﻠﻴ‬E‫ﺎع ﻗﻮ‬V‫ﺼﻴﺎل ﻗﺒﻞ اﻹ‬2‫ ا‬p ‫اﻷﺻﻞ‬
‫ﺴﻨﺪ اﻹﻣﺎم أ*ﺪ ﺑﻦ‬z o‫ﻢ وﻧ<ه ﻣﻨﻌﻪ ﻣﻦ ﻇﻠﻤﻪ و‬2‫ﺼﺎﺋﻞ ﻇﺎ‬2‫ﺎ أو ﻣﻈﻠﻮﻣﺎ وا‬a‫ﺨﺎري أﻧ< أﺧﺎك ﻇﺎ‬ò‫ ا‬Æ‫ﻺﻋﺘﺪاء اﻷول وﺧ‬2 ‫و…ﻻ ﻓﻬﻮ ﺟﺰاء‬

‫ﺣﻨﺒﻞ ر‪ £‬اﷲ ﻋﻨﻪ ﻣﻦ أذل ﻋﻨﺪه ‪z‬ﺴﻠﻢ ﻓﻠﻢ ﻳﻨ<ه وﻫﻮ ﻗﺎدر أن ﻳﻨ<ه أذ‪ E‬اﷲ ﺗﻌﺎ= ‪ 3‬رؤوس ا‪Å‬ﻼﺋﻖ ﻳﻮم اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ) ﻗﻮ‪ E‬وﻫﻮ ( أي ا‪2‬ﺼﻴﺎل‬
‫ﻟﻐﺔ ﻣﺎ ذﻛﺮ‬
‫وأﻣﺎ ‪ ÉC‬ﻓﻬﻮ ا‪2‬ﻮﺛﻮب ‪ 3‬ﻣﻌﺼﻮم ﺑﻐ‪ ƒ‬ﺣﻖ ) وﻗﻮ‪ E‬اﻻﺳﺘﻄﺎﻟﺔ ( أي ﻓﻬﻮ ﻣﺄﺧﻮذ ﻣﻦ ﺻﺎل إذا اﺳﺘﻄﺎل وﻋﻄﻒ ا‪2‬ﻮﺛﻮب ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺗﻔﺴ‪ ƒ‬أي‬
‫ا‪Ñ‬ﺠﻮم واﻟﻌﺪو واﻟﻘﻬﺮ‬
‫إرﺷﺎد ا'ﺒﺘﺪﺋ‪) - Q‬ج ‪ /‬ص ‪(GPV‬‬ ‫‪ ‬ﻧﻬﺎﻳﺔ ا ﺰ‪X‬ﻦ‬
‫) و‪#‬ﺪﻓﻊ ( أي ا‪2‬ﺼﺎﺋﻞ ا‪a‬ﻌﺼﻮم ) ﺑﺎﻷﺧﻒ ( ﻓﺎﻷﺧﻒ ﺑﺎﻋﺘﺒﺎر ﻏﻠﺒﺔ ﻇﻦ ا‪a‬ﺼﻮل ﻋﻠﻴﻪ ) إن أﻣ‪,‬ﻦ ( ﻓﻴﺪﻓﻌﻪ ﺑﺎ‪Ñ‬ﺮب ﻣﻨﻪ ﻓﺒﺎ‪2‬ﺰﺟﺮ ﻛﺘﻮ'ﻴﺦ‬
‫وﺗﺬﻛ‪ ƒ‬ﺑﻮﻋﻴﺪ اﷲ وأ‪#‬ﻢ ﻋﺬاﺑﻪ أو اﺳﺘﻐﺎﺛﺔ ﻓﻬﻮ ‪ ƒó‬ﺑ‪¥‬ﻨﻬﻤﺎ إن ‪2‬ﻢ ﻳ‹ﺸﺄ ﻣﻦ اﻻﺳﺘﻐﺎﺛﺔ إ‪D‬ﺎق ‪ª‬ر أﻗﻮى ﻣﻦ ا‪2‬ﺰﺟﺮ ﻛﺈ‪z‬ﺴﺎك ﺣﺎ‪Ó‬ﻢ ﺟﺎﺋﺮ ‪2‬ﻠﺼﺎﺋﻞ‬
‫و…ﻻ وﺟﺐ ا‪§2‬ﺗﻴﺐ ﺑ‪¥‬ﻨﻬﻤﺎ ﻓ ﺟﺮ ﺛﻢ ‪¹‬ﺴﺘﻐﻴﺚ ﻓﺎ‪º2‬ب ﺑﺎ‪#‬ﺪ ﻓﺒﺎ‪2‬ﺴﻮط ﻓﺒﺎﻟﻌﺼﺎ ﻓﺒﺎﻟﻘﻄﻊ ﻓﺒﺎﻟﻘﺘﻞ ﻷن دﻓﻊ ا‪2‬ﺼﺎﺋﻞ ﺟﻮز ‪2‬ﻠ‪º‬ورة وﻻ ‪ª‬ورة ‪p‬‬
‫اﻷﺛﻘﻞ ﻣﻊ إ‪¼z‬ن {ﺼﻴﻞ ا‪a‬ﻘﺼﻮد ﺑﺎﻷﺧﻒ وﻓﺎﺋﺪة ﻫﺬا ا‪§2‬ﺗﻴﺐ أﻧﻪ ﻣ‪ å‬ﺧﺎﻟﻒ وﻋﺪل إ= رﺗﺒﺔ ﻣﻊ إ‪¼z‬ن اﻻﻛﺘﻔﺎء ﺑﻤﺎ دوﻧﻬﺎ ﺿﻤﻦ و‪2‬ﻮ ﺑﺎﻟﻘﺼﺎص‬
‫إذا وﺟﺪت ‪C‬وﻃﻪ ﺑﺄن دﻓﻌﻪ ﺑﻤﺎ ﻳﻘﺘﻞ „‪ò‬ﺎ وﺣﺼﻠﺖ ا‪D‬ﺮﻣﺔ ﻓﻘﻂ إذا دﻓﻌﻪ ﺑﻐ‪ƒ‬ه و‪2‬ﻮ ‪2‬ﻢ ‪œ‬ﺪ ا‪a‬ﺼﻮل ﻋﻠﻴﻪ إﻻ ﺳﻴﻔﺎ ﺟﺎز ‪ E‬ا ﻓﻊ ﺑﻪ و…ن ‪t‬ن‬
‫ﻳﻨﺪﻓﻊ ﺑﻌﺼﺎ إذ ﻻ ﺗﻘﺼ‪ ƒ‬ﻣﻨﻪ ‪ p‬ﻋﺪم اﺳﺘﺼﺤﺎﺑﻬﺎ و—‪2‬ﻚ ﻣﻦ أﺣﺴﻦ ا ﻓﻊ ﺑﻄﺮف ا‪2‬ﺴﻴﻒ ﺑﺪون ﺟﺮح ﻳﻀﻤﻦ ﺑﻪ ﻼف ﻣﻦ ﻻ |ﺴﻦ و‪2‬ﻮ‬
‫ا‪i‬ﺤﻢ اﻟﻘﺘﺎل ﺑ‪¥‬ﻨﻬﻤﺎ وﺧﺮج اﻷ‪z‬ﺮ ﻋﻦ ا‪2‬ﻀﺒﻂ ﺳﻘﻂ ‪z‬ﺮا‪É‬ة ا‪§2‬ﺗﻴﺐ ﺳﻴﻤﺎ ‪2‬ﻮ ‪t‬ن ا‪2‬ﺼﺎﺋﻠﻮن ‪V‬ﺎﻋﺔ إذ ر‪É‬ﻳﺔ ا‪§2‬ﺗﻴﺐ ﺣﻴ‹ﺌﺬ ﺗﺆدي إ= إﻫﻼﻛﻪ‬
‫و‪2‬ﻮ اﺧﺘﻠﻔﺎ ‪ p‬ا‪§2‬ﺗﻴﺐ أو ‪ p‬ﻋﺪم إ‪¼z‬ن ا‪i‬ﺨﻠﺺ ﺑﺪون ﻣﺎ دﻓﻊ ﺑﻪ ﺻﺪق ا اﻓﻊ ﻟﻌ‪ Ê‬إﻗﺎﻣﺔ ا‪¥ò‬ﻨﺔ ‪ 3‬ذ‪2‬ﻚ ﻼف ﻣﺎ ‪2‬ﻮ ﺗﻨﺎز‪ p É‬أﺻﻞ ا‪2‬ﺼﻴﺎل‬
‫ﻓﻼ ﻳﺼﺪق إﻻ ﺑﻘﺮ‪N‬ﻨﺔ ﻇﺎﻫﺮة ﻛﺘﺠﺮ‪N‬ﺪ ﺳﻴﻒ أو ﻮه أو ﺑ«ﻴﻨﺔ أﻣﺎ ا‪a‬ﻬﺪر ﻛﺰان ‪G‬ﺼﻦ وﺗﺎرك ﺻﻼة ¬‪g‬ﻃﻪ وﺣﺮ و‪z‬ﺮﺗﺪ ﻓﻼ ﺐ ‪z‬ﺮا‪É‬ة ﻫﺬا‬
‫ا‪§2‬ﺗﻴﺐ ﻓﻴﻪ ﺑﻞ ‪ E‬اﻟﻌﺪول إ= ﻗﺘﻠﻪ ﻟﻌﺪم ﺣﺮﻣﺘﻪ ﻣﺎ ‪2‬ﻢ ﻳ‪,‬ﻦ ﻣﺜﻠﻪ‬
‫‪ ‬ﻣﻐ[ ا'ﺤﺘﺎج – )ج ‪ / V‬ص ‪( +V‬‬

‫ْ َ َ ُ َ َْ‬ ‫ﺚ َ ُ َََْ َ ْ ُ ََْ‬ ‫ََ ُ َْ ُ‬ ‫ً َ َ َْ‬ ‫َ‬ ‫آد ِﻣﻴﺎ ُ‪َ َ ْG‬‬ ‫َ َ َ َ‬ ‫َْ‬ ‫َ ُْ َ ْ َْ‬
‫‪ƒ‬هِ‬ ‫‪œ‬ﺐ و‪‹N‬ﺘ ِˆ ﺣﻴﺚ ﻳ‹ﺘ ِˆ ‪ ،‬إذ ﻻ ﻳ ِﺰ‪N‬ﺪ ﺣﻖ ﻏ ِ‬ ‫ِ‬ ‫§ ًﻣﺎ َو‪ْ 2‬ﻮ َر ِ ﻴﻘﺎ ) ﻛ ُﻬ َﻮ ْﻦ ﻔ ِﺴ ِﻪ ( ﻴ ِﺠﺐ ﺣﻴ‬ ‫‪ƒ‬هِ ( إذا ‪t‬ن‬ ‫) وا ﻊ ﻦ ( ﻔ ِﺲ ) ﻏ ِ‬
‫َ ٌ‬
‫ﺐ ِﺑﺎﻟ¼ ِف َو ُﻫ َﻮ ﻗ ِﻠﻴﻞ ‪.‬‬
‫َْ‬
‫ِ‬ ‫ﺋ‬‫ﺎ‬
‫َْ‬
‫ﻐ‬ ‫اﻟ‬ ‫‪ƒ‬‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺿ‬‫‚ ا‪ُ ْ 2‬ﻤ َﺼﻨ ُﻒ ‪ p‬ا‪َ ْ 2‬ﻤ ْ ﻣ ْﻦ َﺟﺮ َ‬
‫ِ‬ ‫‪َ 3‬ﺣﻖ َ ْﻔ ِﺴ ِﻪ ‪َ ،‬وﻗَ ْﺪ أَ ْ‪َ َ ¢‬‬ ‫ََ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ‬ ‫ازا ﻴﻬ َﻤﺎ ‪َ ،‬و َ‪ُ œ‬‬ ‫ْ َ‬ ‫ﻚ ﻓَﻠَ ُﻪ َد ْ ُﻌ ُﻪ ُو ُﺟﻮ'ًﺎ ‪َ p‬ﻏ ْ ْ َ‬ ‫ُ ْ ً َْ َ ً َ ْ َ َْ ْ َ ً َ َ َ‬
‫ﺐ ا ُﻊ أﻳْ ًﻀﺎ ْﻦ ﺑُﻀ ِﻊ َﺣ ْﺮ'ِﻴ ٍﺔ أ ْو‬ ‫ِ‬ ‫ﺎص وﺟﻮ ِ ِ‬
‫َ َ َ ً‬
‫ﺎل َو ِاﻻﺧ ِﺘﺼ ِ‬ ‫‪ ƒ‬ا‪2‬ﻤ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﺑﻀﻌﺎ أو ﻣﺎﻻ و…ِن ﻗﻞ أو اﺧ ِﺘﺼﺎﺻﺎ ﻛﺬ‪ِ 2‬‬
‫ُ‬ ‫َ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َْ‬ ‫ا‪َ z‬ﺮأة ‪2‬ﻠﺰﻧَﺎ َو َﺻﺎﺋ ٌﻞ َذ َﻛ ٌﺮ ‪2‬ﻠ َﻮاط َو َﻻ ‪ْ َ ¹‬ﺴﺘَﻄ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ َ ْ َ َ َُ ُ ْ ٌ َ ْ ُ ٌ ََْ َ َ َ َ َ َْ َ ٌ ََ ْ‬
‫ﻴﻊ إﻻ د َﻊ أ َﺣ ِﺪ ِﻫ َﻤﺎ ﻗﺎل اﻟ َﻌﻼ َﻣﺔ م ر ‪:‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ ِ‬ ‫ﺣﺮ ِ و…ِن ﻗﺼﺪه ‪z‬ﺴ ِﻠﻢ ﻣﻌﺼﻮم ﻓﻠﻮ •ﻌﺎرض ﻋﻠﻴ ِﻪ ﺻﺎﺋِﻞ ‪3‬‬
‫ََ َ‬ ‫َ ُ َ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫اﺧﺘ َﻼ ِط اﻷ‪َ í‬‬ ‫ْ ْ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ َ َ‬ ‫َ ْ َ ُ َ ْ َْ َْ َ‬
‫ﺎب ‪َ ،‬وﻗﺎل اﻟ َﻌﻼ َﻣﺔ َﺣ ّﺞ ‪ :‬ﻳَﺪ ُﻊ ْﻦ ا—ﻛ ِﺮ ؛ ِﻷﻧﻪ ﻻ ﻃ ِﺮ‪N‬ﻖ إ= ِﺣﻠ ِﻪ ‪ .‬وﻗﺎل‬ ‫ِ‬ ‫ﺴ‬ ‫ِ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬
‫ِ‬ ‫ﻪ‬
‫ِ‬ ‫ﻴ‬ ‫ِ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﺟﻪ َﻣ َﻊ َ‬
‫ﻣ‬ ‫ٍ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺑ‬
‫ِ‬ ‫ﻞ‬ ‫|‬
‫ِ‬ ‫ﻻ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻧ‬ ‫ا‪2‬ﺰ‬ ‫ن‬ ‫ﻷ‬‫ﻳﺪ ﻊ ﻦ ا‪2‬ﻤﺮأةِ ؛ ِ‬
‫ْ ُ‬ ‫ْ َ‬ ‫ُ‬ ‫َْ‬ ‫ْ‬ ‫َ ٌ ََ َ‬ ‫َْ ُ َ‬ ‫َ َ َُ‬ ‫ﺎرض ا‪َ 2‬ﻤ ْﻌﻨَﻴَ ْ‪ . 7‬ا ‪ .‬ﺑ ْﺮ َ‬ ‫ْ‬ ‫‪ ƒ‬ﺑَ‪ْ¥‬ﻨَ ُﻬ َﻤﺎ َ‪َ i‬ﻌ ُ‬ ‫ْ َ َ ُ َْ ُ َ َ َ‬
‫ﺎل َو'ُﻀ ٍﻊ َو ﻔ ٍﺲ ‪ .‬ﻗﺪ َم ا ُﻊ ْﻦ ا‪k‬ﻔ ِﺲ ﻢ‬ ‫ﺎوي و ِﻋﺒﺎرة ﺳﻢ ‪2‬ﻮ ﻓ ِﺮض ِﺻﻴﺎل ‪ 3‬ﻣ ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ﻣ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﺨ ُ‬ ‫اﻟﻌﻼﻣﺔ ا‪ِ Å‬ﻄﻴﺐ ‪¾ :‬ﺘ‬
‫َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ٌ ْ ْ َ َ َْ‬ ‫َ ْ َ َْ‬ ‫َ َ ُ ََ َْ َ‬ ‫َ‬
‫اﻷ ْﺧ َﻄﺮ ﻓﺎﻷﺧ َﻄﺮ ا َوﻧﻘﻞ َ ْ‬
‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ ْ ُ َْ َْ‬
‫‪ƒ‬ﻫﺎ ﺣ‪2 å‬ﻮ ﺻﺎﻟﺖ ﺣﺎ ِ‪z‬ﻞ ِﻣﻦ ا‪z‬ﺮأةٍ أو ِﻫﺮةٍ‬ ‫ﻏ‬ ‫و‬ ‫ﻞ‬ ‫‪z‬‬ ‫ﺎ‬ ‫ا‪D‬‬ ‫‪7‬‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻞ‬ ‫ﺋ‬‫ﺎ‬ ‫ا‪2‬ﺼ‬ ‫‪p‬‬ ‫ق‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻻ‬ ‫و‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺼ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻣ‬ ‫ي‬ ‫ز‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺎل‬ ‫ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ا‪ò‬ﻀ ِﻊ ﻢ ا‪2‬ﻤ ِ‬
‫َ َْ َ ُ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫َْ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫َُْ َ َْ َ‬ ‫َ َ َ َْْ َ ْ َ َ ُ ْ ْ ُ‬ ‫ُْ َ َ َ‬
‫ﻴﺐ ‪ :‬ﺑِﺄن‬ ‫ﺖ ا‪َD‬ﺎ ِ‪z‬ﻞ ﻳُ َﺆﺧ ُﺮ ﺘﻠ َﻬﺎ إ= أن ﺗ َﻀ َﻊ َﻬﻼ ‪t‬ن ُﻫﻨَﺎ ¾ ْﻤﺘَ ِﻨ ُﻊ د ُﻌ َﻬﺎ ا‪ُ 2‬ﻤ َﺆدي إ= ﺘ ِﻠﻬﺎ ‪ .‬أ ِﺟ‬ ‫ﺗﺪ ُﻊ َو‪ْ 2‬ﻮ أدى ذ‪ِ2‬ﻚ إ= اﻟﻘﺘ ِﻞ ‪ .‬ﻓ ِﺈن ِ ﻴﻞ ‪ :‬إذا ﺟﻨ‬
‫ٌ َ َ ٌ َ َْ‬ ‫ُ‬ ‫ا‪َD‬ﺎ‪z‬ﻞ ﻗَ ْﺪ ا ْ َﻘ َﻄ َﻌ ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ َ‬
‫ﺖ َو ُﻫﻨَﺎ ِﺻﻴَﺎ‪َ 2‬ﻬﺎ َ‪ْ z‬ﻮ ُﺟﻮد ُ‪z‬ﺸﺎﻫﺪ َﺣﺎل دﻓ ِﻌ َﻬﺎ ا ﻫ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ا¿ﻨَﺎﻳَﺔ ِ‪p‬‬
‫ِ‬
‫‪ ‬ﻧﻬﺎﻳﺔ ا'ﺤﺘﺎج ‪) -‬ج ‪ / ,F‬ص ‪(,VV‬‬

‫ْ َ ََ َ‬ ‫َ َْ َ‬ ‫َْ َ‬ ‫َ ُ‬ ‫َ ُْ َ ْ َ ْ ُ َ َ َ َْ َْ ْ ََ َ‬ ‫َ‬ ‫َْ ْ ُ ُ ََ َ ْ‬ ‫ُ‬ ‫ََْ َُ‬
‫ﺎر ﻏﻠﺒَ ِﺔ ﻇﻦ‬
‫‪ ƒ‬إذ ِﻧ ِﻪ وﻻ ﻇﻦ ِرﺿﺎه ) ِﺑﺎﻷﺧﻒ ( ﻓﺎﻷﺧﻒ ِﺑﺎﻋ ِﺘﺒ ِ‬ ‫‪ƒ‬هِ ِﺑﻐ ِ‬
‫) و‪N‬ﺪ ﻊ ا‪2‬ﺼﺎﺋِﻞ ( ا‪2‬ﻤﻌﺼﻮم ‪ٍ û 3‬ء ِ‪z‬ﻤﺎ ‪z‬ﺮ ‪ ،‬و ِﻣﻨﻪ أن ﻳﺪﺧﻞ دار ﻏ ِ‬
‫ْ ََ َ ْ‬ ‫ْ َ َ َْ َ ْ ُْ ْ َ َ َْ ُْ َ ُ َ ُُْ ْ َُ ُ ْ‬ ‫ُ َ ُ ْ َ‬ ‫َ َْ َ َُ ُ َُ ْ‬ ‫َْ ُ‬
‫‪ ِ 2 7‬ﻓ ِﻊ‬ ‫ﻮز اﻟ َﻌﺾ إن •ﻌ‬ ‫ﻮز ﻫﻨﺎ اﻟ َﻌﺾ َو‪َN‬ﺘ ِﺠﻪ أﻧﻪ َ‪S‬ﻌﺪ ا‪ِ º2‬ب و ﺒﻞ ﻄ ِﻊ اﻟﻌﻀ ِﻮ وﻋﻠﻴ ِﻪ |ﻤﻞ ﻗﻮ‪2‬ﻬﻢ ‪œ‬‬ ‫ﻮل ﻋﻠﻴ ِﻪ ‪ ،‬و‪œ‬‬
‫ا‪2‬ﻤﺼ ِ‬
‫‪ ‬إ‪T‬ﻧﺔ اﻟﻄﺎ‪) - QR‬ج ‪ / +‬ص ‪( V‬‬

‫ﺻﺎﺋﻞ ( أي و‪2‬ﻮ‬ ‫) ﻗﻮ‪œ E‬ﻮز ‪2‬ﻠﺸﺨﺺ اﻟﺦ ( أي ﻋﻨﺪ ﻏﻠﺒﺔ ﻇﻦ ﺻﻴﺎ‪ E‬ﻓﻼ ‪¹‬ﺸ§ط ¿ﻮاز ا ﻓﻊ ﺗﻠ«ﺲ ا‪2‬ﺼﺎﺋﻞ ﺑﺼﻴﺎ‪ E‬ﺣﻘﻴﻘﺔ ) وﻗﻮ‪ E‬دﻓﻊ‬
‫آدﻣﻴﺔ ﺣﺎ‪z‬ﻼ ﻓﺈذا ﺻﺎﻟﺖ ‪ 3‬إ‪í‬ﺴﺎن و‪2‬ﻢ ﺗﻨﺪﻓﻊ إﻻ ﺑﻘﺘﻠﻬﺎ ﻣﻊ *ﻠﻬﺎ ﺟﺎز ‪ 3‬ا‪a‬ﻌﺘﻤﺪ وﻻ ﺿﻤﺎن وﻓﺮق ﺑ‪¥‬ﻨﻬﺎ و'‪ 7‬ا¿ﺎﻧﻴﺔ ﺣﻴﺚ ﻳﺆﺧﺮ ﻗﺘﻠﻬﺎ ﺑﺄن‬
‫ا‪a‬ﻌﺼﻴﺔ ﻫﻨﺎك ﻗﺪ اﻧﻘﻀﺖ وﻫﻨﺎ ‪z‬ﻮﺟﻮدة ‪z‬ﺸﺎﻫﺪة ﺣﺎل دﻓﻌﻬﺎ و‪ ë‬ا‪2‬ﺼﻴﺎل و‪Õ‬ﺬا ﻳﻘﺎل ‪ p‬دﻓﻊ ا‪Ñ‬ﺮة ا‪D‬ﺎ‪z‬ﻞ إذا ﺻﺎﻟﺖ ‪ 3‬ﻃﻌﺎم أو ﻮه اه‬
‫‪ ‬ﺣﻮا^ ا ]وا\ ‪) -‬ج ‪ /‬ص ‪( OF‬‬
‫) وﻣﻨﻪ ( أي ا‪2‬ﺼﻴﺎل ﻗﻮل ا‪ ) a‬ﺑﺎﻷﺧﻒ ( و‪‹N‬ﺒ‪ Þ‬أن ﻳﻌﻠﻢ أﻧﻪ ‪œ‬ﻮز دﻓﻊ ا‪2‬ﺼﺎﺋﻞ ﺑﺎ ‪É‬ء ﻋﻠﻴﻪ ﺑ‪,‬ﻒ ‪C‬ه ﻋﻦ ا‪a‬ﺼﻮل ﻋﻠﻴﻪ و…ن ‪t‬ن ﺑﻬﻼﻛﻪ‬
‫ﺣﻴﺚ ﻏﻠﺐ ‪ 3‬اﻟﻈﻦ أﻧﻪ ﻻ ﻳﻨﺪﻓﻊ إﻻ ﺑﺎ‪Ñ‬ﻼك وأﻧﻪ ﻻ ‪œ‬ﻮز دﻓﻌﻪ ﺑﺎ‪2‬ﺴﺤﺮ ﻷن ا‪2‬ﺴﺤﺮ ﺣﺮام —اﺗﻪ اه ع ش ﻗﻮ‪ ) E‬ﺑﺎﻋﺘﺒﺎر ﻏﻠﺒﺔ ﻇﻦ ا‪a‬ﺼﻮل إﻟﺦ‬
‫( ﻟﻌﻠﻪ ﺟﺮي ‪ 3‬اﻟﻐﺎﻟﺐ وا‪a‬ﺮاد ﺑﺎﻋﺘﺒﺎر ﻏﻠﺒﺔ ﻇﻦ ا اﻓﻊ اه رﺷﻴﺪي‬
‫‪a ‬ﻔﺔ ا'ﺤﺘﺎج `ح ا'ﻨﻬﺎج – )ج ‪ / G‬ص ‪(,+V‬‬

‫ٌ‬ ‫َ َ‬ ‫ُ َُْ‬ ‫َ ُُْ َ َ َْ ُ ُ َ ْ ُ ْ ْ َ َ ْ َ‬
‫ار إﻟﺦ ( أ ْي ‪َ :‬ﺣﻴْﺚ ¾ﻌﻠ ُﻢ َﻋ َﺪ ُم إﻓﺎدﺗِ ِﻪ ﻧِ َﻬﺎﻳَﺔ َو َﺳﻢ ‪.‬‬
‫اﻹﻧﺬ ِ‬
‫َ‬
‫) ﻗﻮ‪ : E‬وﻻ ﻳﻠﺰﻣﻪ •ﻘ ِﺪﻳﻢ ِ‬
‫‪ ‬اﻹﻗﻨﺎع ﻠ]‪b‬ﻴ[ ‪) -‬ج ‪ / ,‬ص ‪(P+P‬‬
‫‪2‬ﻮ ا‪i‬ﺤﻢ اﻟﻘﺘﺎل ﺑ‪¥‬ﻨﻬﻤﺎ واﺷﺘﺪ اﻷ‪z‬ﺮ ﻋﻦ ا‪2‬ﻀﺒﻂ ﺳﻘﻂ ‪z‬ﺮا‪É‬ة ا‪§2‬ﺗﻴﺐ ﻛﻤﺎ ذﻛﺮه اﻹﻣﺎم ‪ p‬ﻗﺘﺎل ا‪ò‬ﻐﺎة وﻣﺎ ‪2‬ﻮ ‪t‬ن ا‪2‬ﺼﺎﺋﻞ ﻳﻨﺪﻓﻊ ﺑﺎ‪2‬ﺴﻮط واﻟﻌﺼﺎ‬
‫وا‪a‬ﺼﻮل ﻋﻠﻴﻪ ﻻ ‪œ‬ﺪ إﻻ ا‪2‬ﺴﻴﻒ ﻓﺎ‪2‬ﺼﺤﻴﺢ أن ‪ E‬ا‪º2‬ب ﺑﻪ ﻷﻧﻪ ﻻ ﻳﻤﻜﻨﻪ ا ﻓﻊ إﻻ ﺑﻪ وﻟ‪¥‬ﺲ ﺑﻤﻘ< ‪ p‬ﺗﺮك اﺳﺘﺼﺤﺎب ا‪2‬ﺴﻮط و ﻮه و‪3‬‬
‫ا‪§2‬ﺗﻴﺐ إن أﻣ‪,‬ﻦ ا‪a‬ﺼﻮل ﻋﻠﻴﻪ ﻫﺮب أو ا‪i‬ﺠﺎء ‪D‬ﺼﻦ أو ‪V‬ﺎﻋﺔ ﻓﺎ‪a‬ﺬﻫﺐ وﺟﻮ'ﻪ و{ﺮ‪N‬ﻢ ﻗﺘﺎل ﻷﻧﻪ ﻣﺄ‪z‬ﻮر ﺑﺘﺨﻠﻴﺺ ﻧﻔﺴﻪ ﺑﺎﻷﻫﻮن ﻓﺎﻷﻫﻮن‬
‫وﻣﺎ ذﻛﺮه أﺳﻬﻞ ﻣﻦ ﻏ‪ƒ‬ه ﻓﻼ ﻳﻌﺪل إ= اﻷﺷﺪ اﻟﻘﻮل ‪ p‬ﺣ‪,‬ﻢ ﻣﺎ ﺗﺘﻠﻔﻪ ا‪ò‬ﻬﺎﺋﻢ ﺛﻢ ‪C‬ع ‪ p‬اﻟﻘﺴﻢ ا‪Á‬ﺎ‪ Î‬وﻫﻮ ﻣﺎ ﺗﺘﻠﻔﻪ ا‪ò‬ﻬﺎﺋﻢ ﺑﻘﻮ‪ ) E‬و‪3‬‬
‫راﻛﺐ ا اﺑﺔ ( وﺳﺎﺋﻘﻬﺎ وﻗﺎﺋﺪﻫﺎ ﺳﻮاء أ‪¢‬ﺎن ﻣﺎ‪ ¼2‬أم ‪z‬ﺴﺘﺄﺟﺮا أم ‪z‬ﻮد‪ É‬أم ‪z‬ﺴﺘﻌ‪ƒ‬ا أم „ﺻﺒﺎ‬
‫‪ ‬ﺣﺎﺷﻴﺔ ا‪f‬ﻤﻞ ‪) -‬ج ‪ / ,‬ص ‪(,FG‬‬
‫ﻴﻖ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ َ ََ ْ ُ ُْ ْ‬ ‫ْ َ‬ ‫ََ ُ ْ ُْ ْ‬ ‫َْ ْ ُ‬ ‫ُْ ْ‬ ‫اﻋﺘ َﻤﺎد َﻫﺎ َ ُ َ ْ ُ‬ ‫ََ ْ‬ ‫ُُ ٌ َ ََ‬
‫ﻮن ا مِ ‪ 3‬ﻋﻀ ِﻮ ا‪2‬ﻤﺴ ِﻠ ِﻢ ِﻻﻧ ِﺘﻔﺎ ِء ِﻋﻠ ِﺔ ا‪2‬ﺸﻬﺎدةِ ‪ ،‬ود ﻊ ا‪2‬ﻤﺴ ِﻠ ِﻢ ﻦ ا‪2‬ﺮ ِ ِ‬ ‫‪œ‬ﺐ د ﻊ ا‪2‬ﺼﺎﺋِ ِﻞ ا‪2‬ﻤﺴ ِﻠ ِﻢ ا‪2‬ﻤﺤﻘ ِ‬ ‫) ﻓﺮوع ( وا ﻖ م ر ‪ِ ِ ِ 3‬‬
‫ﺎدةِ َﻛ َﻤﺎ َ• َﻘﺪ َم ﻟَ‪ْ ,‬ﻦ ‪ْ َ p‬‬ ‫َ َ‬ ‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ُ َْ ْ‬ ‫ْ ُ َ ْ َْ ْ ُ‬ ‫ا‪َD‬ﻖ ﻟ َﻐ ْ‪ƒ‬ه َو َد ْ ُﻊ َﻏ ْ‪ ƒ‬ا‪َ ْ 2‬ﻤ ْﻌ ُﺼﻮمِ َو َﻻ َ ُ‬ ‫َ ْ‬
‫‪ِ C‬ح‬ ‫ِ ِ‬ ‫ﺐ د ُﻊ ا‪ُ 2‬ﻤ ْﺴ ِﻠ ِﻢ ْﻦ ا—‪ِ á‬ﻻﻧ ِﺘﻔﺎ ِء ِﻋﻠ ِﺔ ا‪2‬ﺸﻬ‬ ‫‪œ‬‬
‫‪œ‬ﺐ ا ﻊ ﻦ ا‪2‬ﻤﻌﺼﻮمِ و ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫ِﻷن‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ ْ َ َ َُ ُ َْ ْ‬ ‫َ َْ َ ْ ُْ ْ َْ ْ‬ ‫َ ْ َ َ ّ َْ ْ ُ ُ َ َ ُ َ ْ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َْ‬
‫ﻮز د ُﻊ ا‪َD‬ﺎ ِ‪ِ z‬ﻞ ا‪2‬ﺼﺎﺋِﻠ ِﺔ ِﻣ ْﻦ آد ِﻣﻴ ٍﺔ‬ ‫ﺐ د ُﻊ اﻟ¼ﻓِ ِﺮ ْﻦ اﻟ¼ﻓِ ِﺮ َﻬﻞ ِﻣﺜﻠ ُﻪ ِﻋﻨ َﺪ ُه د ُﻊ ا‪ُ 2‬ﻤ ْﺴ ِﻠ ِﻢ ﻦ اﻟ¼ﻓِ ِﺮ و‪œ‬‬ ‫‪œ‬‬
‫ﺎج ‪ِ2‬ﺸﻴ ِﺨﻨﺎ ﺣﺞ ا¿ﺰم ِﺑﺄﻧﻪ ﻻ ِ‬ ‫ا‪ِ 2‬ﻤﻨﻬ ِ‬
‫َْ‬ ‫َ َْ َ َ َ‬ ‫ْ َ‬ ‫ﻜﻔﺎر ا‪ُ ْ 2‬ﻤﺘَ َ§ﺳ َ‬ ‫َ َْ َ َ َْ َْ َ ََ ُْ ََْ َ َ َُ ُ َُْ ْ ُ‬ ‫ْ َ‬ ‫َْ َْ‬ ‫َْ‬
‫‪ِ 7‬ﺑ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ٍﻢ َو…ِن أدى إ= ﺘ ِﻠ ِﻪ ﻛﺬا ﻗﺮ َر ُه م ر َوﻗﺪ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪ِ ƒ‬ﻫ َﻤﺎ َو…ِن أدى إ= ﺘ ِﻠﻬﺎ و ﺘ ِﻞ * ِﻠﻬﺎ ‪ 3‬ا‪2‬ﻤﻌﺘﻤ ِﺪ ﻛﻤﺎ ‪œ‬ﻮز ر‪ á‬اﻟ‬ ‫أو ِﻫﺮةٍ أو ﻏ ِ‬
‫ُْ‬ ‫إ= ا‪َ ْ 2‬ﻮ ْﺿﻊ َو َﻏ ْ‬‫ُْ َ‬ ‫‪َ ë‬ﺣﺎ‪ٌ z‬ﻞ ﺑَ ْﻞ َو َﺟ َ‬ ‫َْ َ‬
‫إذا َﺟﻨَ ْ‬ ‫ﺎع اﻻ ْﻗﺘ َ‬ ‫اﻣﺘﻨَ‬‫ََ َ َْ ً َ ْ َ َ َ َْ ْ ُ ََْ َ َ َ ْ َ َ ْ‬
‫‪ƒ‬هِ ِ‪z‬ﻤﺎ َﺳﺒَ َﻖ ﻗﻠﺖ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪Æ‬‬ ‫ا‪2‬ﺼ‬ ‫ﺐ‬ ‫ِ‬ ‫ﺖ َو ِ َ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻬ‬‫ﻨ‬ ‫ﻣ‬
‫ِ‬ ‫ﺎص‬‫ِ‬ ‫ﺼ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫از دﻓ ِﻌﻬﺎ و‬ ‫•ﻘﺪم أﻳﻀﺎ ﻓ ِﺈن ِ ﻴﻞ ﻤﺎ اﻟﻔﺮق ﺑ‪ 7‬ﺟﻮ ِ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ﺎك ا ْ َﻘ َﻄ َﻌ ْ‬‫اﻟْ َﻔ ْﺮ ُق ﺟﻨَ َﺎ¾ﺘُ َﻬﺎ ُﻫﻨَﺎ ﻗَﺎﺋ َﻤ ٌﺔ َو ُﻫﻨَ َ‬
‫‪َ ، Æ‬وا‪ِ «َD‬ﺲ إ= أن ﺗ َﻀ َﻊ َوﻻ ﻛﺬ‪ِ2‬ﻚ ُﻫﻨَﺎ ﻓ ِﺈﻧ ُﻪ إن ‪ْ 2‬ﻢ ﻳَﺪ ْﻊ ُر' َﻤﺎ‬ ‫ْ‬
‫‪,‬ﻦ ِﺑﺎ‪2‬ﺼ ِ‬
‫ﺎك ُ‪ْ z‬ﻤ ٌ‬
‫ِ‬
‫ار ُك ُﻫﻨَ َ‬ ‫ﺖ َوأﻳْ ًﻀﺎ ا‪َ i‬ﺪ ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ﻷﻧﻪُ‬ ‫َ َ َ َ ْ َ ً َ َ َ ََ َ َْ َََ ْ َ ٌ َْ َ َُ ُ َ َُْ َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َْْ َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ َ ْ َْ‬
‫ﻓﺎﺗﺖ ﻔﺴﻪ َو ﻮﻫﺎ َواﻋﻠﻢ أن ‪S‬ﻌﻀﻬﻢ ذﻫﺐ إ= ﻣﻨ ِﻊ دﻓ ِﻊ ا‪ِ 2‬ﻬﺮةِ ا‪2‬ﺼﺎﺋِﻠ ِﺔ إذا ‪t‬ﻧﺖ ﺣﺎ ِ‪z‬ﻼ َوﻗﺎﺳﻬﺎ ‪ 3‬ﻣﺎ ‪2‬ﻮ *ﻠﺖ ﻓ َﺮس ﺑِﺒﻐ ٍﻞ ﻻ ‪œ‬ﻮز ذ‪Ÿ‬ﻬﺎ ِ‬
‫ْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َْ َ ُ‬ ‫َ‬ ‫َْ َ ْ َ َُ ُ َ ُ َ َ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ َ ْ َْ ْ ْ َ ْ َْ ْ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ‬
‫ﺎﺟﺔ ُﻫﻨَﺎ إ= ا ﻓ ِﻊ َ‪ 3‬أﻧ ُﻪ‬ ‫ﺎﺟﺔ ُﻫﻨَﺎ إ= ا—ﺑْ ِﺢ ‪ ،‬وا‪D‬‬ ‫‪ ƒ‬أ‪ِ ¢‬ﻠ ِﻪ و‪œ‬ﺎب ِﺑﺄﻧﻪ ﻻ ﺣ‬ ‫ِ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻟ‬
‫ِ‬ ‫ان‬
‫ِ‬
‫ا‪َD‬ﻴَ َ‬
‫ﻮ‬ ‫ﻞ‬ ‫ﻦ ﺘِ‬ ‫ﻮل وﻗﺪ‬ ‫‪ ƒ‬ا‪2‬ﻤﺄ‪ِ ¢‬‬ ‫ﻳﺆدي إ= ﺘ ِﻞ ا‪ò‬ﻐ ِﻞ اﻟﻐ ِ‬
‫َُ‬
‫َ َ‬ ‫ْ ْ‬
‫ﺎب ا‪ُ 2‬ﻤﻌﺘَ َﻤ ُﺪ أ ْو ﻻ ‪.‬‬ ‫ََْ ُ َ َ َ ُ َ ْ ََ َْ َ َ ْ ْ ُ َ ُْ ُ ْ َ ْ َ‬
‫ﻳ‹ﺒ ِ‪z Þ‬ﺮاﺟﻌﺔ ‪z‬ﺴﺄﻟ ِﺔ اﻟﻔﺮ ِس ﻫﻞ ا—ﺑﺢ ﻣﻨﻘﻮل اﻷﺻﺤ ِ‬
‫‪ ‬ﺣﺎﺷﻴﺔ ا‪R‬ﺠ‪ # Lg‬ا'ﻨﻬﺎج ‪) -‬ج ‪ / P‬ص ‪(,G‬‬

‫ُ ْ َ َ َْ َ ََ َ َ َ‬ ‫ُ َ‬ ‫ُ َ‬ ‫ﺨﻠﺺ ﺑ ُﺪ َ َ َ َ‬
‫َ‬ ‫ْ َ‬ ‫َ ْ َ ْ َََْ‬ ‫َ ُُْ َ َ َ ُ ْ‬
‫ا‪¥ò‬ﻨ ِﺔ ‪ 3‬ذ‪ِ2‬ﻚ َوﻟ ِ‬
‫‪,‬ﻦ‬ ‫‪ Ê‬إﻗﺎﻣ ِﺔ‬
‫ون ﻣﺎ و ﻊ ِﺑ ِﻪ ﺻﺪق ا ا ِﻓﻊ ِ‪S‬ﻴ ِﻤﻴ ِﻨ ِﻪ ِﻟﻌ ِ‬
‫ﻴﺐ إﻟﺦ ( ﻓ ِﺈن اﺧﺘﻠﻔﺎ ِ‪ p‬إﻣ¼ ِن ا‪ِ ِ ِ i‬‬
‫) ﻗﻮ‪ : E‬وﻓﺎﺋِﺪة ا‪ِ •ِ §2‬‬
‫َ‬ ‫ََ ْ‬ ‫ْ ْ َ َ َ‬
‫ا‪َ ,ُD‬ﻢ ﻛﺬ‪ِ2‬ﻚ ِ‪ْ zَ p‬ﺴﺄﻟ ِﺔ اﻟ َﻌﺾ س ل وع ش َ‪ 3‬م ر‬

‫{ﻔﺔ ا‪D‬ﺒﻴﺐ ‪C 3‬ح ا‪Å‬ﻄﻴﺐ ‪) -‬ج ‪ / µ‬ص ‪( ì‬‬
‫ﻗﻮ‪ ) : E‬و‪N‬ﺪﻓﻊ ا‪2‬ﺼﺎﺋﻞ ( وﻣﻨﻪ أن ﻳﺪﺧﻞ دار ﻏ‪ƒ‬ه ﺑﻐ‪ ƒ‬إذﻧﻪ وﻻ ﻇﻦ رﺿﺎه و‪N‬ﺼﺪق ‪ p‬دﻋﻮاه ﻋﺪم ا‪2‬ﺼﻴﺎل ﺑﻴﻤﻴﻨﻪ ﻣﺎ ‪2‬ﻢ ﺗﻘﻢ ﻗﺮ‪N‬ﻨﺔ ﻗﻮ‪N‬ﺔ ‪3‬‬
‫ﺻﻴﺎﻟﺔ ﻛﻬﺠﻮم ﺑﻨﺤﻮ ﺳﻴﻒ وﺿﻌﻒ ا‪a‬ﺼﻮل ﻋﻠﻴﻪ ق ل ‪ 3‬ا¿ﻼل ‪ .‬ﻣﻊ ز‪N‬ﺎدة ﻣﻦ ‪C‬ح م ر ‪.‬‬
‫‪` ‬ح ا‪l‬ﺎﻗﻮت ا‪1‬ﻔ‪j‬ﺲ )‪(VFF‬‬
‫وا‪g2‬ع ﻧﻈﻢ اﻷﺣ¼م ورﺗﺒﻬﺎ ﺗﺮﺗ‪¥‬ﺒﺎ ‪V‬ﻴﻼ‪ ,‬و ﻒ ا‪D‬ﺎ‪Ó‬ﻢ أن ﻳﺒﺤﺚ و‪¹‬ﺴ‪9‬ﻨﺒﻂ ﻣﻦ اﻟﻌﻼﻣﺎت وﻣﻦ اﺳﺘﺠﻮاب ا‪a‬ﺘﺨﺎﺻﻤ‪ ,7‬ﻓﺈن اﺧﺘﻠﻔﺎ ‪ p‬ا‪¼z‬ن‬
‫ا‪i‬ﺨﻠﺺ ﺑﺪون ﻣﺎ وﻗﻊ ﺑﻪ ُﺻﺪق ا اﻓﻊ ﺑﻴﻤﻴﻨﻪ‪t ,‬د‪É‬ء ا‪2‬ﺼﺎﺋﻞ – ﺑﻌﺪ ا‪a‬ﺴﻚ ﻋﻠﻴﻪ – أن ا اﻓﻊ ‪ p‬دﻓﺎﻋﻪ اﺳﺘﻌﻤﻞ اﻷﻋﻨﻒ و'ﺎﺳﺘﻄﺎﻋﺘﻪ ا ﻓﺎع‬
‫واﺣﺪ ﻣﻨﻬﻤﺎ أن اﻵﺧﺮ ﻫﻮ ا‪a‬ﺘﻌﺪي وأ‪Î‬‬ ‫ﺑﺎﻷﺧﻒ‪ ,‬ﻓﺎ اﻓﻊ ﻫﻮ ا‪a‬ﺼﺪق ﺑﺎ‪#‬ﻤ‪ 7‬ﻣﺎ دام اﻵﺧﺮ ﻣﻘﺮا ﺑﺎ‪2‬ﺼﻴﺎل ﻟ‪,‬ﻦ ‪2‬ﻮ اﺧﺘﻠﻔﺎ ‪ p‬ا‪2‬ﺼﻴﺎل واد‬
‫داﻓﻌﺖ ﻋﻦ ﻧﻔ‪...Í‬ﻗﺎ‪2‬ﻮا‪ :‬ﻳﺼﺪق اﻷول اذا ‪2‬ﻢ ﺗ‪,‬ﻦ ﻫﻨﺎك ﻗﺮ‪N‬ﻨﺔ أو ﺷﻬﻮد ﻣﻊ ا‪Á‬ﺎ‪...Î‬و‪2‬ﻮ ‪t‬ن ﺑﻴﺪ اﻷول ﺳﻼح اﺧﺘﻠﻒ اﻟﻔﻘﻬﺎء ﻓﻴﻪ‪ ,‬ﻣﻨﻬﻢ ﻣﻦ‬
‫ﻗﺎل‪ :‬ﻻﻳﺼﺪق ا‪Á‬ﺎ‪ Î‬اﻻ اذا ‪t‬ن ا‪2‬ﺴﻼح ﺑﻴﺪ ﺷﺨﺺ ﻣﻌﺮوف ﺑﺎﻹﺟﺮام ﻷن ا‪2‬ﺴﻼح ﻻ ﻳ‪,‬ﻮن ﻗﺮ‪N‬ﻨﺔ إذا ‪t‬ن ‪z‬ﺴﻤﻮﺣﺎ ‪Ÿ‬ﻤﻠﻪ‪.‬‬
‫‪b. Apakah tindakan sujud massal dengan tujuan diatas yang dilakukan oleh polisi tersebut‬‬
‫?‪dibenarkan syariat‬‬
‫‪Jawaban:‬‬
‫‪Apabila ada tujuan taqorrub kepada Alloh subhanahu wa ta’ala dan tanpa sebab, maka hukumnya‬‬
‫‪tidak boleh menurut qoul mu’tamad, namun menurut sebagian ulama’ termasuk di antaranya‬‬
‫‪imam al Muhib at-Thobari di perbolehkan. dan apabila tidak ada tujuan taqorrub, melainkan hanya‬‬
‫‪sebagai ekspresi penyesalan maka di perbolehkan.‬‬
‫‪ ‬ا'ﺠﻤﻮع `ح ا'ﻬﺬب)‪- (4 / 69‬‬
‫ﺳﺠﻮد ﺷﻜﺮ ﻓﻔﻴﻪ وﺟﻬﺎن ﺣ¼ﻫﻤﺎ اﻣﺎم ا‪D‬ﺮﻣ‪ 7‬وﻏ‪ƒ‬ه(أﺣﺪﻫﻤﺎ) ‪œ‬ﻮز ﻗﺎ‪E‬‬ ‫)ﻓﺮع( و ﺧﻀﻊ ا‪í‬ﺴﺎن ﷲ ﺗﻌﺎ‪ Ì‬ﻓﺘﻘﺮب ¬ﺴﺠﺪة ﺑﻐ‪ ƒ‬ﺳﺒﺐ ﻳﻘﺘ‬
‫ﻳﻌ’ أﺑﺎ ‪G‬ﻤﺪ ‪¹‬ﺸﺪد‬ ‫ﺻﺎﺣﺐ ا‪i‬ﻘﺮ‪N‬ﺐ واﺻﺤﻬﻤﺎ ﻻ ‪œ‬ﻮز ﺻﺤﺤﻪ اﻣﺎم ا‪D‬ﺮﻣ‪ 7‬وﻏ‪ƒ‬ه وﻗﻄﻊ ﺑﻪ ا‪2‬ﺸﻴﺦ أﺑﻮ ﺣﺎﻣﺪ ﻗﺎل اﻣﺎم ا‪D‬ﺮﻣ‪ 7‬و&ن ﺷﻴ‬
‫‪ p‬اﻧ‪,‬ﺎر ﻫﺬا ا‪2‬ﺴﺠﻮد واﺳﺘﺪ‪2‬ﻮا ‪Ñ‬ﺬا ﺑﺎﻟﻘﻴﺎس · ا‪2‬ﺮ‪Õ‬ﻮع ﻓﺎﻧﻪ ‪2‬ﻮ ﺗﻄﻮع ﺑﺮ‪Õ‬ﻮع ﻣﻔﺮدا ‪t‬ن ﺣﺮاﻣﺎ ﺑﺎﻻﺗﻔﺎق ﻻﻧﻪ ﺑﺪﻋﺔ و‪ ²‬ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ إﻻ ﻣﺎ‬
‫دل د‪#‬ﻞ · اﺳ‪9‬ﺜﻨﺎﺋﻪ وﺳﻮاء ‪ p‬ﻫﺬا ا‪Å‬ﻼف ‪{ p‬ﺮ‪N‬ﻢ ا‪2‬ﺴﺠﺪة ﻣﺎ ﻳﻔﻌﻞ ﺑﻌﺪ ﺻﻼة وﻏ‪ƒ‬ه وﻟ‪¥‬ﺲ ﻣﻦ ﻫﺬا ﻣﺎ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﻛﺜ‪ ƒ‬ﻣﻦ ا¿ﻬﻠﺔ ﻣﻦ ا‪2‬ﺴﺠﻮد‬
‫ﺑ‪ 7‬ﻳﺪى ا‪a‬ﺸﺎﻳﺦ ﺑﻞ ذ‪2‬ﻚ ﺣﺮام ﻗﻄﻌﺎ ﺑ‪,‬ﻞ ﺣﺎل ﺳﻮاء ‪t‬ن ا‪ Ì‬اﻟﻘﺒﻠﺔ أو ﻏ‪ƒ‬ﻫﺎ وﺳﻮاء ﻗﺼﺪ ا‪2‬ﺴﺠﻮد ﷲ ﺗﻌﺎ= أو ﻏﻔﻞ و ﺑﻌﺾ ﺻﻮره ﻣﺎ‬
‫ﻳﻘﺘ! اﻟ‪,‬ﻔﺮ أو ﻳﻘﺎر'ﻪ ‪É‬ﻓﺎﻧﺎ اﷲ ا‪2‬ﻜﺮ‪N‬ﻢ وﻗﺪ ﺳﺒﻘﺖ ﻫﺬه ا‪a‬ﺴﺄﻟﺔ ﻣ«ﺴﻮﻃﺔ ‪ p‬آﺧﺮ ﺑﺎب ﻣﺎ ﻳﻨﻘﺾ ا‪2‬ﻮﺿﻮء واﷲ أﻋﻠﻢ‬
‫‪ ‬ﻓﻴﺾ اﻟﻘﺪﻳﺮ ‪) -‬ج ‪ / +‬ص ‪(++-‬‬
‫‪) -‬ﻋﻠﻴﻚ ﺑ‪‚,‬ة ا‪2‬ﺴﺠﻮد( ‪ p‬ا‪2‬ﺼﻼة أي ا‪2‬ﺰﻣﻬﺎ ﺑﺄن ﺗﻄﻴﻞ ا‪2‬ﺴﺠﻮد أ‪ ‚¢‬ﻣﻦ ﺑﻘﻴﺔ اﻷر&ن ‪a‬ﺎ‬
‫ﻓﻴﻪ ﻣﻦ إﻇﻬﺎر اﻻﻓﺘﻘﺎر وا‪õ2‬ام ا‪Å‬ﻀﻮع وا—ﻟﺔ ﺑ‪ 7‬ﻳﺪي ‪z‬ﻠﻚ ا‪a‬ﻠﻮك )ﻓﺈﻧﻚ ﻻ ‪°‬ﺴﺠﺪ ﷲ ﺳﺠﺪة إﻻ رﻓﻌﻚ اﷲ ﺑﻬﺎ درﺟﺔ( أي ‪Ãz‬ﻟﺔ ‪#É‬ﺔ ‪p‬‬
‫اﻵﺧﺮة ﻓﻼ ﻳﺰال اﻟﻌﺒﺪ ﻳ§" ﺑﺎ‪a‬ﺪاوﻣﺔ ‪ 3‬ا‪2‬ﺴﺠﻮد درﺟﺔ ﻓﺪرﺟﺔ ﺣ‪ å‬ﻳﻔﻮز ﺑﺎﻟﻘﺪح ا‪a‬ﻌ¯ ﻣﻦ اﻟﻘﺮب اﻹﻟ‪) ã‬وﺣﻂ ﻋﻨﻚ ﺑﻬﺎ ﺧﻄﻴﺌﺔ( ﻫﺬا‬
‫‪N<2t‬ﺢ ‪ p‬ﺗﻔﻀﻴﻞ ا‪2‬ﺴﺠﻮد ‪ 3‬اﻟﻘﻴﺎم وﻫﻮ أﺣﺪ وﺟﻮه ‪2‬ﻠﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﺛﺎﻧﻴﻬﺎ ﺗﻄﻮ‪N‬ﻞ اﻟﻘﻴﺎم أﻓﻀﻞ وﺗﺄول ﻗﺎﺋﻠﻮه ا‪D‬ﺪﻳﺚ ‪ 3‬أن ‪z‬ﺮاده ﺑ‪‚,‬ة ا‪2‬ﺴﺠﻮد‬
‫ﻛ‚ة ا‪2‬ﺼﻼة ﻻ ﺣﻘﻴﻘﺔ ا‪2‬ﺴﺠﻮد ﻓﺈن ا‪i‬ﻘﺮب ¬ﺴﺠﺪة ﻓﺮدة ﺑﻼ ﺳﺒﺐ ﺣﺮام ﻛﻤﺎ ﺻﺤﺤﻪ ا‪2‬ﺮاﻓ‪ Ä‬ﻟ‪,‬ﻦ ﻗﺎل ا‪a‬ﺤﺐ اﻟﻄ‪Æ‬ي ا‪2‬ﺸﺎﻓ‪ : Ä‬ا¿ﻮاز أو¡‬
‫ﺑﻞ ﻻ ﻳﺒﻌﺪ ﻧﺪﺑﻪ ﻓﺈﻧﻬﺎ ﻋﺒﺎدة ‪gz‬وﻋﺔ اﺳﺘﻘﻼﻻ ﻓﺈذا ﺟﺎز ا‪i‬ﻘﺮب ﺑﻬﺎ ¬ﺴﺒﺐ ﺟﺎز ﺑﻐ‪ƒ‬ه ‪2t‬ﺮ‪Õ‬ﻌﺔ و'ﻪ ﻓﺎرﻗﺖ ا‪2‬ﺮ‪Õ‬ﻮع ﻓﺈﻧﻪ ‪2‬ﻢ ‪g¹‬ع اﺳﺘﻘﻼﻻ‬

‫ﺴﺠﻮد ﻣﺎ‬2‫ إ= ﺗﻔﻀﻴﻞ ا‬7‫ وﻣﻦ أدﻟﺔ ا—اﻫﺒ‬، ‫ ﺧﻼف اﻟﻈﺎﻫﺮ‬3 ‫ ﺻﻼة ﺼﻴﺺ‬p ‫ ﺳﺠﻮد‬3 ‫ﺳﺠﻮد و*ﻠﻪ‬ ‫ﺪﻳﺚ ﻳﻘﺘ‬D‫ وا‬: ‫ﻣﻄﻠﻘﺎ ﻗﺎل‬
‫ﺮاﻓﻘﺘﻚ‬z ‫ﻚ‬2‫ أﺳﺄ‬: ‫ ﺳﻞ ﻓﻘﻠﺖ‬: Ì ‫ﺘﻪ ﺑﻮﺿﻮﺋﻪ وﺣﺎﺟﺘﻪ ﻓﻘﺎل‬¥‫ﺴﻠﻢ ﻋﻦ ر'ﻴﻌﺔ ﺑﻦ ﻛﻌﺐ ﻛﻨﺖ أﺑﻴﺖ ﻣﻊ رﺳﻮل اﷲ ﺻ¯ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓﺄﺗ‬z ‫رواه‬
‫ ا¿ﻨﺔ ﻣﻦ‬p ‫ ﺻ¯ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬#‫ﺼﻄ‬a‫ﺮاﻓﻘﺔ ا‬z ‫ﺴﺠﻮد وﻓﻴﻪ أن‬2‫‚ة ا‬,‫ ﻧﻔﺴﻚ ﺑ‬3 »‫ ﻓﺄﻋ‬: ‫ ﻫﻮ ذاك ﻗﺎل‬: ‫ﻚ ﻗﻠﺖ‬2‫ ذ‬ƒ‫ أو ﻏ‬: ‫ ا¿ﻨﺔ ﻗﺎل‬p
‫ﻄﺔ وارﺗﺒﺎط‬Ng2‫ ﻫﺬه ا‬p ‫ﻞ‬z‫ﺘﺄ‬a‫ﺴﺠﻮد اﻧﻈﺮ أﻳﻬﺎ ا‬2‫‚ة ا‬,‫ ا ﻧﻴﺎ ﺑ‬p ‫ ﻋﻨﺪ اﷲ‬#‫ﺰﻟ‬2‫ﻀﻮر ا‬Ÿ ‫ﻬﺎ إﻻ‬#‫ﻮﺻﻮل إ‬2‫ ا‬p ‫ ﻻ ﻣﻄﻤﻊ‬Ò‫ﺔ اﻟ‬#‫ا رﺟﺎت اﻟﻌﺎ‬
‫ﻢ ﻳﻨﻠﻪ إﻻ‬2 ‫ إﻻ ﺑﺎﻟﻘﺮب ﻣﻦ اﷲ وﻣﻦ رام ﻗﺮب اﷲ‬E‫ﺮﺳﻮل ﺻ¯ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻻ ﻳﻨﺎ‬2‫ﺮاﻓﻘﺔ ا‬z ‫ دﻗﻴﻖ ﻓﺈن ﻣﻦ أراد‬ø 3 ‫ﻘﻒ‬i 7‫‹ﺘ‬N‫اﻟﻘﺮ‬
‫ﺒﺔ اﻟﻌﺒﺪ‬G ‫ﻚ أن‬2‫ وذ‬7‫ﺤﺒﺘ‬a‫ ا‬7‫ﺮﺳﻮل ﺻ¯ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﺑ‬2‫ﻢ اﷲ( * أوﻗﻊ ﻣﺘﺎﺑﻌﺔ ا‬,‫ |ﺒﺒ‬%‫ﺒﻪ * )ﻗﻞ إن ﻛﻨﺘﻢ {ﺒﻮن اﷲ ﻓﺎﺗﺒﻌﻮ‬¥‫ﺑﻘﺮب ﺣﺒ‬
.‫ ﺻ¯ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬E‫ ﻣﺘﺎﺑﻌﺔ رﺳﻮ‬3 ‫ﺒﺔ اﷲ اﻟﻌﺒﺪ ﻣﺘﻮﻗﻔﺔ‬G‫ﻣﻨﻮﻃﺔ ﺑﻤﺘﺎﺑﻌﺘﻪ و‬
( + / ) (‫ﺷﺪﻳﻦ )ﻓﺘﺎوى ا'ﺸﻬﻮر‬A‫ ﺑﻐﻴﺔ ا'ﺴ‬
‫ ﻧﻌﻤﺔ ﻇﺎﻫﺮة أو اﻧﺪﻓﻌﺖ ﻋﻨﻪ ﻧﻘﻤﺔ‬E ‫ﻦ ﺣﺪﺛﺖ‬a‫ و‬،‫ﺴﺎﻣﻊ‬2‫ وا‬Ì‫ﻠﺘﺎ‬2 ‫ﺴﺠﺪة‬2‫ﺼﻼة ﻣﻨﺪوب ﻟﻘﺮاءة آﻳﺔ ا‬2‫ ا‬ƒ‫ ﻏ‬p ‫ﺴﺠﻮد‬2‫ ﻣﺬﻫﺒﻨﺎ أن ا‬:(‫ ي‬:‫ﺴﺄﻟﺔ‬z)
ً
3 ‫ ﻓﻠﻮ وﺿﻊ رأﺳﻪ‬،‫ ﻫﺬا إن ﺳﺠﺪ ﺑﻘﺼﺪ اﻟﻌﺒﺎدة‬،‫ﻔﺮ‬,‫ه ﻓﻴ‬ƒ‫ن ﷲ ﻓﻴﺤﺮم أو ﻟﻐ‬t ‫ ﺳﻮاء‬،‫ﻚ‬2‫ ذ‬ƒ‫ﺴﺠﻮد ﻟﻐ‬2‫ﻮز ا‬œ ‫ وﻻ‬،=‫ﻇﺎﻫﺮة ﺷﻜﺮا ﷲ ﺗﻌﺎ‬
ً ً
.‫ﺴ& ﺳﺠﻮدا‬¹ ‫ﻢ |ﺮم إذ ﻻ‬2 ‫ﺘﻪ‬¥‫ﻼ واﺳﺘ¼ﻧﺔ ﺑﻼ ﻧ‬2‫اﻷرض ﺗﺬ‬
2. DILEMA BAGIAN AMIL ZAKAT | PP. AL ANWAR

(tidak terbahas)
Deskripsi Masalah:
Zakat adalah kewajiban bagi seluruh umat islam yang mampu. Dalam zakat terdapat amil
yang berfungsi sebagai badan yang menyalurkan zakat kepada mustahiqqin seperti Baznas (Badan
Amil Zakat Nasional). Amil harus diangkat oleh pemerintah atau wakilnya dan Baznas merupakan
badan resmi yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden.
Di sebagian daerah, amil mendapatkan bagian 10% dari pengelolaan zakat. Namun dibagi
dua, 5% untuk UPZ (Unit Pengumpulan Zakat) desa dan 5% untuk Baznas Kabupaten dengan cara
mentransfer dalam bentuk uang ke pihak Baznas Kabupaten. Padahal pihak Baznas Kabupaten
tidak ikut kerja mengelola zakat di UPZ Desa.
Pertanyaan:
a. Bagaimana hukum pihak Baznas Kabupaten mengambil bagian 5% dari hasil pengelolaan
zakat UPZ Desa?
b. Apakah Baznas Kabupaten dan bawahannya juga dianggap sebagai amil?
3. PBAK | PP. DARUSSALAM

(tidak terbahas)
Deskripsi Masalah:
Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) di lingkungan perguruan tinggi
merupakan langkah awal bagi mahasiswa baru untuk mengenal sejarah kampus, lembaga-lembaga
kampus, jenis-jenis kegiatan akademik, sistem kurikulum, model pembelajaran, pimpinan
perguruan tinggi dan lain-lainnya. Selain itu, diharapkan PBAK bisa menjadi wahana awal antar
sesama mahasiswa baru untuk saling mengenal, menjalin komunikasi dan mempererat
silaturahmi, di samping fungsi utamanya sebagai orientasi penyadaran mahasiswa sebagai insan
akademik yang memiliki tanggung jawab sosial dan akademik sebagaimana tertuang dalam Tri
Dharma Perguruan Tinggi.
Biasanya, selama masa orientasi, mahasiswa akan mengenakan atribut aneh yang tak
berhubungan dengan pendidikan. Seperti :
1) Rambut dikuncir dengan ikatan pita warna-warni,
2) Besek dijadikan topi, diikat dengan menggunakan tali rapia,
3) Memakai kaos kaki panjang warna putih di kaki kiri dan kaos kaki pendek warna hitam di
kaki kanan,
4) Memakai tas kresek dengan tali rapia,
5) Atribut untuk nama, juga menggunakan tali rapia dan kertas kartun,
6) Memakai kalung dari permen 11 biji dan tali rapia,
7) Membawa barang-barang yang sulit didapat hingga aturan aneh lainnya yang diberikan
oleh kakak senior kepada adik-adik junior.
Aturan seperti ini tak pelak menimbulkan kontroversi dari banyak pihak, salah satu alasan
yang menolak berpakaian seperti itu karena dianggap tak bermoral dan mengurangi harga diri dari
seorang mahasiswa.
Pertanyaan:
a. Apa hukum memakai atribut seperti tersebut dalam deskripsi?
b. Bagaimana pandangan syara’ terkait pembuatan peraturan seperti dalam deskripsi?

JALSAH III
MUSHOHIH NOTULEN
KH. Muchammad Abdul Wahid Zuhdi Bpk. Abdussalam
KH. Habibul Huda Bin Najid Bpk. Syarif Hidayatullah
K. Zubair Abdul Wahid Zuhdi Bpk. Khoirul Albab
KH. Fadlolan Musyafa Mu’thi
KH. Muhammad Nashir
PERUMUS MDERATOR
KH. Busyro Musthofa
K. Abdul Khafidh Hadi Nashiri Zainal Muttaqin
K. Sokhi asyhadi
1. ANAK JALANAN | PP. SYAIKHONA CHOLIL

Deskripsi Masalah:
Bangkalan selain kota dzikir dan sholawat juga merupakan kotanya para santri. Banyak
pondok-pondok berdekatan di kota santri. Ketika hari libur, bahkan dipadati oleh para santri. Nah,
di Bangkalan semua santri diliburkan pada hari Jum’at. Sehingga hari Jum’at menjadi hari yang
ditunggu-tunggu oleh para santri. Bagaimana tidak, selain menjadi hari libur, para santri
diperbolehkan keluar, meski dibatasi seperti ziarah ke makam Syaikhona Kholil, sholat Jum’at di
masjid dan lainnya.
Masalah terjadi, ketika mereka bertebaran di jalan raya, bahkan ada sebagian santri yang
menutupi sebagian jalan saat pergi ke masjid. Sehingga mengganggu para pengendara. Padahal,
sudah ada trotoar yang dikhususkan para pejalan kaki dan jalan raya untuk para pengendara.
Pertanyaan:
a. Bagaimana pandangan fikih menyikapi kejadian di atas?
Jawaban:
pada dasarnya, berjalan di jalan raya di perbolehkan dan sudah sesuai dengan fungsi asli jalan, tapi
pemanfaatan jalan seperti dalam deskripsi tidak di perbolehkan, karena menyalahi UU satlantas
yang mengandung kemaslahatan umum (salamatul ‘aqibah)
(, + ‫ ص‬/ P ‫ )ج‬- QR‫روﺿﺔ اﻟﻄﺎ‬

‫ﺑﻘﺎع اﻷرض إﻣﺎ ‪y‬ﻠﻮ‪Õ‬ﺔ و…ﻣﺎ ‪G‬ﺒﻮﺳﺔ ‪ 3‬ا‪D‬ﻘﻮق اﻟﻌﺎﻣﺔ ‪2t‬ﺸﻮارع وا‪a‬ﺴﺎﺟﺪ وا‪a‬ﻘﺎﺑﺮ وا‪2‬ﺮ'ﺎﻃﺎت و…ﻣﺎ ﻣﻨﻔﻜﺔ ﻋﻦ ا‪D‬ﻘﻮق اﻟﻌﺎﻣﺔ وا‪Å‬ﺎﺻﺔ و‪ë‬‬
‫ا‪a‬ﻮات أﻣﺎ ا‪a‬ﻤﻠﻮ‪Õ‬ﺔ ﻓﻤﻨﻔﻌﺘﻬﺎ ﺗ‪9‬ﺒﻊ ا‪2‬ﺮﻗﺒﺔ وأﻣﺎ ا‪2‬ﺸﻮارع ﻓﻤﻨﻔﻌﺘﻬﺎ اﻷﺻﻠﻴﺔ اﻟﻄﺮوق و‪œ‬ﻮز ا‪2‬ﻮﻗﻮف وا¿ﻠﻮس ﻓﻴﻬﺎ ﻟﻐﺮض اﻹﺳ§اﺣﺔ وا‪a‬ﻌﺎ‪z‬ﻠﺔ‬
‫و ﻮﻫﻤﺎ ¬‪g‬ط أن ﻻ ﻳﻀﻴﻖ ‪ 3‬ا‪a‬ﺎرة ﺳﻮاء أذن ﻓﻴﻪ اﻹﻣﺎم أم ﻻ و‪ E‬أن ﻳﻈﻠﻞ ‪z 3‬ﻮﺿﻊ ﺟﻠﻮﺳﻪ ﺑﻤﺎ ﻻ ﻳ‪ º‬ﺑﺎ‪a‬ﺎرة ﻣﻦ ﺛﻮب و'ﺎر‪N‬ﺔ و ﻮﻫﻤﺎ‬
‫ﺣﺎﺷﻴﺔ ا¿ﻤﻞ ‪) -‬ج ‪ / ‰ì‬ص ‪(ìµì‬‬

‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ََ َ ُ ُ ٌ َ ُُ ٌ ََْ َْ ْ ْ‬ ‫َْ ْ‬ ‫ُْ ْ َََ َ َْ َ ُ‬ ‫ََ ُ ْ ََْ‬ ‫َ ْ ٌ‬
‫اﻹ َﻣﺎمِ ) ِ‪َk‬ﺤ ِﻮ ِﺣ ْﺮﻓ ٍﺔ‬ ‫‪ ƒ‬إذ ِن ِ‬
‫ُُ ٌ‬
‫ﺎر ِع ( اﻷﺻ ِﻠﻴ ِﺔ ) ‪z‬ﺮور ( ِ ﻴ ِﻪ ) و‪Õ‬ﺬا ﺟﻠﻮس ( ووﻗﻮف و‪2‬ﻮ ِﺑﻐ ِ‬ ‫ﺎن ﺣ‪ِ ,‬ﻢ ا‪2‬ﻤﻨﺎ ِﻓ ِﻊ ا‪2‬ﻤﺸ§‪ِ Õ‬ﺔ ) ﻣﻨﻔﻌﺔ ا‪2‬ﺸ ِ‬ ‫) ﻓﺼﻞ ( ِ‪S p‬ﻴ ِ‬
‫ُ َ ْ َ ََ ُْ َ ُ ََ َ َ َ ٌ َ ْ َ‬ ‫َ َ ً َ َ َْ‬ ‫ْ َْ ُ َ ْ ََ َْ‬ ‫اﺣﺔ َواﻧْﺘ َﻈ َ‬ ‫َ ْ َ َ‬
‫ﺎر ِع‬ ‫ﺎق ا—‪ِ á‬ﺑﺎ‪2‬ﺸ ِ‬ ‫ﺎر وﻻ ﻳﺆﺧﺬ ‪ 3‬ذ‪ِ2‬ﻚ ِﻋﻮض و ِ‪ o‬ارﺗِﻔ ِ‬ ‫ﻴﻖ ) إن ‪2‬ﻢ ﻳﻀﻴﻖ ( ‪ 3‬ا‪2‬ﻤﺎرةِ ِﻴ ِﻪ ﻤﻼ ِﺑﻤﺎ ﻋﻠﻴ ِﻪ ا‪k‬ﺎس ِﺑﻼ إﻧ‪ٍ ,‬‬ ‫ﺎر ر ِ ٍ‬ ‫( ‪t‬ﺳ ِ§ ٍ ِ ِ‬
‫َْ‬ ‫ُ‬ ‫َُُْ‬ ‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ﺠﺎ‪ِ ِ 2‬ﺲ ِ ﻴ ِﻪ ) •ﻈ ِﻠﻴﻞ ( ‪َ ِ 2‬ﻤﻘ َﻌ ِﺪهِ ) ِﺑ َﻤﺎ ﻻ ﻳَ ُ‪ ( º‬ا‪َ 2‬ﻤﺎرة ِ‪z‬ﻤﺎ ¾ﻨﻘﻞ َﻣ َﻌﻪ ِﻣ ْﻦ ِﻮ‬
‫َْ ٌ‬ ‫‪ ( E‬أَ ْي ‪2‬ﻠْ َ‬ ‫‪ُ ƒ‬ه ُﺒُﻮﺗَ ُﻪ ) َو َ ُ‬ ‫ﺟ َﻬﺎن َرﺟ َﺢ ِﻣﻨْ ُﻬ َﻤﺎ ا‪2‬ﺴﺒْ' َو َﻏ ْ ُ‬ ‫َ َْ َ ْ‬ ‫ُُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﻮس و ِﻮهِ و ِ‬ ‫ِ(ﻠ ٍ‬
‫إن ‪ْ َ 2‬ﻢ ﻳَ ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َُ َ َ ٌ َ‬ ‫َََ َْ َ‬ ‫َ ْ‬
‫‪ْ ,‬ﻦ َﺳﺎﺑِ ٌﻖ‬
‫ْ‬
‫اود ا‪2‬ﺴﺎﺑِ ِﻖ ) ﻢ (‬ ‫إ= َﻣ ْﻘ َﻌ ٍﺪ ِ‪ Æَ َ Å‬أ‪َ Ç‬د ُ‬ ‫(‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺎﺑ‬ ‫ﺳ‬ ‫م‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻗ‬ ‫و‬ ‫)‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺑ‬ ‫ة‬ ‫ﺎد‬ ‫ﻌ‬ ‫اﻟ‬ ‫ﺎن‬ ‫‪N‬‬ ‫ﺮ‬‫¿‬ ‫‪ƒ‬‬ ‫ﺼ‬ ‫‪َD‬‬ ‫ﺐ‪t‬‬ ‫َ َ َْ ُ ُ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫َْ ََ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﺎر‪ٍ N‬ﺔ ﺑِﺎﻟ‪9‬ﺸ ِﺪﻳ ِﺪ و ِ‪ ë‬ﻣ‹ﺴﻮج ﻗﺼ ٍ‬ ‫ﺛﻮ ٍب و' ِ‬
‫َ َ‬ ‫ْ َ َ َ‬ ‫َ ْ َ َ‬ ‫َ َ‬ ‫ْ َ‬ ‫َْ َ ْ‬ ‫ََ ْ َ َ َْ َ‬
‫ﺎن إ‪ِ ْ#‬ﻪ َﻣ ًﻌﺎ ) أﻗ َﺮع ( ﺑَ‪¥‬ﻨَ ُﻬ َﻤﺎ إذ ﻻ َ‪ِ z‬ﺰ‪N‬ﺔ ِﻷ َﺣ ِﺪ ِﻫ َﻤﺎ َ‪ 3‬اﻵﺧ ِﺮ َﻌ ْﻢ إن ‪t‬ن أ َﺣ ُﺪ ُﻫ َﻤﺎ ُ‪ْ z‬ﺴ ِﻠ ًﻤﺎ ُﻬ َﻮ أ َﺣﻖ ِﺑ ِﻪ ‪.‬‬ ‫ﻛﺄن ﺟﺎء ا ﻨ ِ‬
‫‪ْ zُ Æ‬ﺴ ِﻠ ٍﻢ‬ ‫ََ‬ ‫ﻮد ( َإ‪ْ#‬ﻪ ) َو‪ْ َ 2‬ﻢ َ• ُﻄ ْﻞ ُﻣ َﻔ َ ُ ُ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ ُ ُ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ َ‬ ‫َ َ ْ َ َ َ َ ََ ُْ ْ َ َ َ َ َُ َ ُ َ‬

‫ﺎق ( ِ‪ِ Å‬‬ ‫ﺎر ﺘﻪ ِ‪Ÿ‬ﻴﺚ ا ﻘﻄﻊ ( ﻨﻪ ) إﻻﻓﻪ ( ‪ِ2‬ﻤﻌﺎ‪z‬ﻠ ٍﺔ أو ِﻮﻫﺎ ) ﻓﺤﻘﻪ ﺑ ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫) وﻣﻦ ﺳﺒﻖ إ= ‪G‬ﻞ ِﻣﻨﻪ ِ‪ِD‬ﺮﻓ ٍﺔ وﻓﺎرﻗﻪ ِ‪#‬ﻌ‬
‫ْ ْ َ َ َْ‬ ‫َ ُ َ َ ُ َ ْ َ َ َ ُ َ َ ُ َ َ ْ َْ‬ ‫َْ ََُْ‬ ‫ْ‬ ‫ﺎم ﻣ ْﻦ َ‪ْâ‬ﻠﺴﻪ ُﻢ َر َﺟ َﻊ َإ‪ْ#‬ﻪ َ ُﻬ َﻮ أَ َﺣﻖ ﺑﻪ { َوﻷن اﻟﻐ َﺮض ﻣ ْﻦ • َ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ َ َ‬
‫‪ 7‬ا‪َ 2‬ﻤ ْﻮ ِﺿ ِﻊ أن ¾ﻌﺮف ِﺑ ِﻪ ﻴﻌﺎ‪z‬ﻞ ﻓ ِﺈن ﻓﺎرﻗﻪ ﻻ ِ‪#‬ﻌﻮد ﺑﻞ ‪ِ §ِ2‬ﻛ ِﻪ ا‪ِD‬ﺮﻓﺔ أو‬ ‫ِ‬ ‫ﻌ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫} ﻣﻦ ﻗ ِ‬
‫ْ‬
‫اﻹ َﻣﺎمِ‬
‫ْ‬
‫ﻮﺳ ُﻪ ِﻴ ِﻪ ِﺑ ِﺈ َﻄ ِ‬ ‫ﺎﻋ ُﻪ أَ ْو َ‪َ t‬ن ُﺟﻠُ ُ‬ ‫ﺖ َإﻻﻓُ ُﻪ َ‪َ S‬ﻄ َﻞ َﺣﻘ ُﻪ ﻹ ْﻋ َﺮاﺿﻪ َ ﻨْ ُﻪ َو… ْن ﺗَ َﺮ َك ﻴﻪ َﻣﺘَ َ‬ ‫ﺚ ا ْ َﻘ َﻄ َﻌ ْ‬ ‫َْ َ َْ َ ََُ َُ َ ََ َ ْ ُ َ َُُ َْ ُ‬
‫ﺎع ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ﺎر ﺘﻪ ِ‪Ÿ‬ﻴ‬ ‫ا‪2‬ﻤﺤﻞ أو ﻓﺎرﻗﻪ ِ‪#‬ﻌﻮد وﻃﺎﻟﺖ ﻣﻔ ِ‬
‫َ‬ ‫َْ َ‬ ‫َ‬ ‫ﺎرﻗَ ُﻪ ﺑ ُﻌ ْﺬر َﻛ َﺴ َﻔﺮ أَ ْو َ‪َ z‬ﺮ ٍض َواﻟﻈﺎ ِﻫ ُﺮ أن ُﻣ َﻔﺎر َ ﺘَ ُﻪ َﻻ ﺑ َﻘ ْﺼ ِﺪ َﻋ ْﻮ ٍد َو َﻻ َﻋ َﺪ ِﻣ ِﻪ َﻛ ُﻤ َﻔﺎرﻗَﺘ ِﻪ ﺑ َﻘ ْﺼ ِﺪ َﻋ ْﻮ ٍد َو‪ْ َ 2‬ﻮ َﺟﻠَ َﺲ ِﻻ ْﺳ َ‬
‫َ‬ ‫أَ ْو ﻓَ َ‬
‫اﺣ ٍﺔ أ ْو ِﻮﻫﺎ َ‪َ S‬ﻄﻞ َﺣﻘ ُﻪ‬ ‫§ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ ٍ‬
‫ُ َ َ َْ ََْ ُ َ َ َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َُ َ َ َ َ َْ َُْ ْ َ ُ َ َْ ُْ‬
‫‪ƒ‬هِ اﻟﻘﻌﻮد ِﻴ ِﻪ ﻣﺪة )ﻴ« ِﺘ ِﻪ و‪2‬ﻮ ‪ِ2‬ﻤﻌﺎ‪z‬ﻠ ٍﺔ‬ ‫ﺎرﻗ ِﺘ ِﻪ وﻣ‪2 å‬ﻢ ¾ﺒﻄﻞ ﺣﻘﻪ ﻓ ِﻠﻐ ِ‬ ‫ِﺑﻤﻔ ِ‬
‫{ﻔﺔ ا‪a‬ﺤﺘﺎج ‪C p‬ح ا‪a‬ﻨﻬﺎج ‪) -‬ج ¶‪ / ‰‬ص ‪(´*ì‬‬

‫ﺎل‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ ََُ ُ ََْ ُ ََ ْ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ﺚ ْاﻹ ْﺳﻨَﻮي أَن ُ َﻣﺎ أَ َ‪َ z‬ﺮ ُﻫ ْﻢ ﺑﻪ ﻣ ْﻦ َ ْﻮ َﺻ َﺪﻗَﺔ َوﻋﺘْﻖ ُ َ ْ‬
‫َ‬ ‫َ ُُْ َ ََ َ‬
‫ﺎب ِﻗﺘ ِ‬ ‫‪œ‬ﺐ ‪2t‬ﺼﻮمِ إﻟﺦ ( وﻫﻮ ا‪2‬ﻤﻌﺘﻤﺪ ﻘﺪ ‪+‬ح ِﺑﺎ‪i‬ﻌﺪي ا‪2‬ﺮا ِﻓ ِ‪ pِ Ä‬ﺑ ِ‬ ‫ٍ ِ ٍ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫) ﻗﻮ‪ E‬و‪Ÿ‬‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُْ َ َ ََ‬
‫ُ ََُْ َ َ‬
‫‪ Æ‬ﻢ ‪ِ 2‬ﺰ َﻣ ُﻪ‬ ‫‪ٌ û‬ء ِ‪z‬ﻤﺎ ¾ﻌﺘ‬ ‫ﺐ ﺑ َﺰ َ&ةِ اﻟْ ِﻔ ْﻄﺮ َ َﻤ ْﻦ ﻓَ َﻀ َﻞ َ ﻨْ ُﻪ َ ْ‬ ‫ﻮب ا‪2‬ﺼ َﺪﻗَﺔ ﺑﺎﻷ ْ‪z‬ﺮ ا‪َ ْ 2‬ﻤ ْﺬ ُﻛ َ ْ ُ َ َ ُ‬ ‫‪َ 3‬ﻫ َﺬا ﻓَﺎﻷ ْو َﺟ ُﻪ أن ا‪ُ ْ 2‬ﻤﺘَ َﻮﺟ َﻪ َﻋﻠَﻴْﻪ ُو ُﺟ ُ‬
‫ِ‬ ‫ﻮر ﻣﻦ ‪ö‬ﺎﻃ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ا‪ò‬ﻐﺎةِ و‬
‫ْ‬
‫ْ ُ ُ َ َ ْ ُ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫‪ً ْ ُ َ E‬‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫إن ‪ْ 2‬ﻢ ¾ َﻌ ْ‬‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ َْ‬
‫‪7‬‬‫ﺎن ﻓﺎﻷ‪í‬ﺴﺐ ِﺑﻌﻤﻮمِ ‪ِ zِ ,‬ﻬﻢ ‪2‬ﺰوم ذ‪ِ2‬ﻚ اﻟﻘﺪ ِر ا‪2‬ﻤﻌ ِ‬
‫َ ُ ُُ‬ ‫َ‬
‫اﻹﻣﺎم ﻗﺪرا ‪ ،‬ﻓ ِﺈن ﻋ‪ 7‬ذ‪ِ2‬ﻚ ‪ 3‬إ‪í‬ﺴ ٍ‬ ‫ِ‬
‫‪ُ 7‬‬ ‫ا‪َ i‬ﺼﺪق ﻨ ُﻪ ِﺑﺄﻗﻞ ُﻣﺘَ َﻤﻮ ٍل ﻫﺬا‬
‫ُ‬ ‫َ ْ‬ ‫‪َ ¾ُ 7‬ﻘﺎر ُب ا‪َ ْ 2‬ﻮاﺟ َ‬ ‫إن َ‪َ t‬ن ا‪ُ ْ 2‬ﻤ َﻌ ُ‬ ‫َ ََُْ ُ َ ْ َُ َ ْ‬ ‫َ ْ َ ْ َ ُ َْ ُُ َ َ َ َ َ َ َ ُْ َ ُ َ ْ َ َ ُْ ُ َْ‬
‫ﺐ ِ‪َ p‬ز&ةِ اﻟ ِﻔ ْﻄ ِﺮ ﻗﺪ َر ﺑِ َﻬﺎ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﺎل‬ ‫ﻘ‬ ‫¾‬ ‫ن‬‫أ‬ ‫ﻞ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺘ‬ ‫|‬ ‫و‬ ‫ﺐ‬ ‫ِ‬ ‫ﻟ‬
‫ِ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻐ‬ ‫‪,‬ﻦ ¾ﻈﻬﺮ •ﻘ ِﻴﻴﺪه ﺑِﻤﺎ إذا ﻓﻀﻞ ذ‪ِ2‬ﻚ ا‪2‬ﻤﻌ‪ 7‬ﻦ ِﻛﻔﺎﻳ ِﺔ اﻟﻌﻤ ِﺮ اﻟ‬ ‫ﻟ ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫ﺤﺘَ َﻤﻞ أن ¾ ْﻌﺘَ َ َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُْ ُ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫أَ ْو ‪ p‬أ َﺣﺪ ﺧ َﺼﺎل اﻟﻜﻔ َ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ﺤﻴْﺚ ‪ِ 2‬ﺰ َﻣ ُﻪ َ‪S‬ﻴْ ُﻌ ُﻪ ِ‪ p‬أ َﺣ ِﺪ ِﻫ َﻤﺎ‬ ‫‪ِ Æ‬ﺑﺎ‪َD‬ﺞ َواﻟﻜﻔﺎرةِ ﻓ‬ ‫ﺐ ‪َ ،‬وأﻣﺎ اﻟ ِﻌﺘﻖ ﻴ‬ ‫اد َ‪ 3‬ذ‪2‬ﻚ ‪ْ 2‬ﻢ ‪ْ œ‬‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ز‬ ‫ن‬ ‫ِ‬ ‫…‬ ‫و‬ ‫‪،‬‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺑ‬
‫ِ‬ ‫ر‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻗ‬ ‫ِ‬ ‫ة‬ ‫ﺎر‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬ ‫َ َ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َْ ُ ُ ُ َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ ُ َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ُ ُْ ُ َ َ‬
‫ﻮﺟﺐ اﻟ ِﻌﺘﻖ ِ‪ p‬اﻟﻜﻔﺎرةِ ( ﻛﺬا ‪z‬ﺮ ‪.‬‬ ‫ﻮ‪ø‬ون ﺑِﻤﺎ ﻳ ِ‬ ‫اﻹﻣﺎم ‪C‬ح ‪z‬ﺮ ) ﻗﻮ‪ : E‬ا‪2‬ﻤ ِ‬ ‫‪ِ 2‬ﺰﻣﻪ ِﻋﺘﻘﻪ إذا أ‪z‬ﺮه ﺑِ ِﻪ ِ‬
‫َ َ ْ َ َ َ َ ْ َْ ُ ُ َ َ ْ َ َ ً ََ ْ ََ ٌ َ‬ ‫ْ ً‬ ‫َ‬ ‫ٌ‬ ‫َ ْ َ َ‬ ‫ٌ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ٌ‬ ‫ٌ‬
‫َ ْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َْ َ‬ ‫َ ُُْ‬
‫ﺎل ﻇﺎ ِﻫﺮا ﻘﻂ وﻇﺎ ِﻫﺮ أن‬ ‫ُ‬
‫) ﻗﻮ‪zِ E‬ﻤﺎ ﻟ‪¥‬ﺲ ِ ﻴ ِﻪ ‪z‬ﺼﻠﺤﺔ ‪É‬ﻣﺔ ( أﻗﻮل و‪Õ‬ﺬا ِ‪z‬ﻤﺎ ِ ﻴ ِﻪ ‪z‬ﺼﻠﺤﺔ ‪É‬ﻣﺔ أﻳﻀﺎ ِ ﻴﻤﺎ ¾ﻈﻬﺮ إذا ‪t‬ﻧﺖ {ﺼﻞ ﻣﻊ ِاﻻﻣ ِﺘﺜ ِ‬
‫ْ‬ ‫َ ََ‬ ‫ََ‬ ‫َُْْ ََ َْ ُ ْ َ ُُ َ ْ َ َ َُ ً َ َ‬ ‫ﺎ‪ E‬ا‪2‬ﺸ ُ‬ ‫ﻴﻊ َﻣﺎ ﻗَ َ ُ‬ ‫ﺠﺮي ﻴﻪ َ‪ُ V‬‬ ‫َْْ َ َُْْ ََ ْ‬
‫ﺎﺣﺎ َ‪ 3‬ﻇﺎ ِﻫ ِﺮ ‪ِ zِ ,‬ﻬ ْﻢ ﻛ َﻤﺎ •ﻘﺪ َم َو‪ˆِ ,َN‬‬ ‫ﻮر ﻴﻤﺘ ِﻨﻊ ار ِﺗ‪,‬ﺎﺑﻪ و…ِن ‪t‬ن ﻣﺒ‬ ‫ﺎرح ِ‪ p‬ا‪2‬ﻤﺄ‪ِ z‬‬ ‫ِ‬ ‫ﻮر ﻴ ِ ِ ِ ِ‬ ‫ا‪2‬ﻤﻨ ِ‪2t ã‬ﻤﺄ‪ِ z‬‬
‫‪C‬ب اﻟْ َﻘ ْﻬ َﻮة ‪َ 2‬ﻤ ْﺼﻠَ َ‬ ‫ﻚ أﻧ ُﻪ ‪ْ َ 2‬ﻮ َﻣﻨَ َﻊ ِﻣ ْﻦ ُ ْ‬‫َ‬ ‫َ ً ََْ ََ ُ َ َ‬ ‫ْ َ ُ َ ً َ َْ َ ُ ْ َ ْ َ َ ٌ َ ٌ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ‬ ‫َ‬
‫ﺤ ٍﺔ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﺎف ﻇﺎ ِﻫﺮا ﻘﻂ وﻗ ِﻀﻴﺔ ذ‪ِ 2‬‬ ‫‪,‬ﻔ ِ‬ ‫‪,‬ﻔﺎف ﻇﺎ ِﻫﺮا إذا ‪2‬ﻢ ﺗ‪,‬ﻦ ‪z‬ﺼﻠﺤﺔ ‪É‬ﻣﺔ أو ﺣﺼﻠﺖ ﻣﻊ ِاﻻﻧ ِ‬ ‫ِاﻻﻧ ِ‬
‫ْ َ ُ َ ً َ َ ْ َ ُ َ ُ َ ٌ َََُْ ْ‬ ‫َ‪É‬ﻣﺔ {ْ ُﺼ ُﻞ َﻣ َﻊ اﻻ ْﻣﺘﺜَﺎل َﻇﺎﻫ ًﺮا َ َﻘ ْﻂ َو َﺟ َ‬ ‫َ‬
‫ﺐ ِاﻻﻣ ِﺘﺜﺎل ﻇﺎ ِﻫﺮا ﻘﻂ وﻫﻮ ﻣﺘﺠﻪ ﻓﻠﻴﺘﺄ‪z‬ﻞ‬ ‫ِ ِ ِ ِ‬ ‫ٍ‬
‫‪(‰‬‬ ‫ﺑﻐﻴﺔ ا‪a‬ﺴ§ﺷﺪﻳﻦ ‪) -‬ج ‪ / ‰‬ص‬

‫)‪z‬ﺴﺄﻟﺔ ‪ :‬ك( ‪œ :‬ﺐ اﻣﺘﺜﺎل أ‪z‬ﺮ اﻹﻣﺎم ‪ p‬ﻣﺎ ‪ E‬ﻓﻴﻪ وﻻﻳﺔ ﻛﺪﻓﻊ ز&ة ا‪a‬ﺎل اﻟﻈﺎﻫﺮ ‪ ،‬ﻓﺈن ‪2‬ﻢ ﺗ‪,‬ﻦ ‪ E‬ﻓﻴﻪ وﻻﻳﺔ وﻫﻮ ﻣﻦ ا‪D‬ﻘﻮق ا‪2‬ﻮاﺟﺒﺔ أو‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫ا‪a‬ﻨﺪو'ﺔ ﺟﺎز ا ﻓﻊ إ‪#‬ﻪ واﻻﺳﺘﻘﻼل ﺑ<ﻓﻪ ‪z p‬ﺼﺎرﻓﻪ ‪ ،‬و…ن ‪t‬ن ا‪a‬ﺄ‪z‬ﻮر ﺑﻪ ﻣﺒﺎﺣﺎ أو ‪z‬ﻜﺮوﻫﺎ أو ﺣﺮاﻣﺎ ‪2‬ﻢ ‪œ‬ﺐ اﻣﺘﺜﺎل أ‪z‬ﺮه ﻓﻴﻪ ﻛﻤﺎ ﻗﺎ‪) E‬م ر(‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫وﺗﺮدد ﻓﻴﻪ ‪ p‬ا‪i‬ﺤﻔﺔ ‪ ،‬ﺛﻢ ﻣﺎل إ= ا‪2‬ﻮﺟﻮب ‪ p‬ﻣﺎ أ‪z‬ﺮ ﺑﻪ اﻹﻣﺎم و‪2‬ﻮ ‪G‬ﺮﻣﺎ ﻟ‪,‬ﻦ ﻇﺎﻫﺮا ﻓﻘﻂ ‪ ،‬وﻣﺎ ﻋﺪاه إن ‪t‬ن ﻓﻴﻪ ‪z‬ﺼﻠﺤﺔ ‪É‬ﻣﺔ وﺟﺐ‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫ﻇﺎﻫﺮا و'ﺎﻃﻨﺎ و…ﻻ ﻓﻈﺎﻫﺮا ﻓﻘﻂ أﻳﻀﺎ ‪ ،‬واﻟﻌ‪Æ‬ة ‪ p‬ا‪a‬ﻨﺪوب وا‪a‬ﺒﺎح ﺑﻌﻘﻴﺪة ا‪a‬ﺄ‪z‬ﻮر ‪ ،‬وﻣﻌ’ ﻗﻮ‪Ñ‬ﻢ ﻇﺎﻫﺮا أﻧﻪ ﻻ ﻳﺄﺛﻢ ﺑﻌﺪم اﻻﻣﺘﺜﺎل ‪ ،‬وﻣﻌ’ ﺑﺎﻃﻨﺎ‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫أﻧﻪ ﻳﺄﺛﻢ اﻫ‪ .‬ﻗﻠﺖ ‪ :‬وﻗﺎل ش ق ‪ :‬وا‪D‬ﺎﺻﻞ أﻧﻪ ﺐ ﻃﺎﻋﺔ اﻹﻣﺎم ﻓﻴﻤﺎ أ‪z‬ﺮ ﺑﻪ ﻇﺎﻫﺮا و'ﺎﻃﻨﺎ ‪y‬ﺎ ﻟ‪¥‬ﺲ ‪Ÿ‬ﺮام أو ‪z‬ﻜﺮوه ‪ ،‬ﻓﺎ‪2‬ﻮاﺟﺐ ﻳﺘﺄ‪¢‬ﺪ ‪ ،‬وا‪a‬ﻨﺪوب‬

‫‪œ‬ﺐ ‪ ،‬و‪Õ‬ﺬا ا‪a‬ﺒﺎح إن ‪t‬ن ﻓﻴﻪ ‪z‬ﺼﻠﺤﺔ ﻛ§ك ‪C‬ب ا‪‹i‬ﺒﺎك إذا ﻗﻠﻨﺎ ﺑ‪,‬ﺮاﻫﺘﻪ ﻷن ﻓﻴﻪ ﺧﺴﺔ ﺑﺬوي ا‪Ñ‬ﻴﺌﺎت ‪ ،‬وﻗﺪ وﻗﻊ أن ا‪2‬ﺴﻠﻄﺎن أ‪z‬ﺮ ﻧﺎﺋﺒﻪ‬
‫ً‬
‫ﺑﺄن ﻳﻨﺎدي ﺑﻌﺪم ‪C‬ب ا‪k‬ﺎس ‪ p E‬اﻷﺳﻮاق واﻟﻘﻬﺎوي ‪ ،‬ﻓﺨﺎﻟﻔﻮه و‪'C‬ﻮا ﻓﻬﻢ اﻟﻌﺼﺎة ‪ ،‬و|ﺮم ‪'C‬ﻪ اﻵن اﻣﺘﺜﺎﻻ ﻷ‪z‬ﺮه ‪ ،‬و‪2‬ﻮ أ‪z‬ﺮ اﻹﻣﺎم ¬‪-‬ء‬
‫ﺛﻢ رﺟﻊ و‪2‬ﻮ ﻗﺒﻞ ا‪i‬ﻠ«ﺲ ﺑﻪ ‪2‬ﻢ ‪¹‬ﺴﻘﻂ ا‪2‬ﻮﺟﻮب اﻫ‪.‬‬
‫اﻷﺣ¼م ا‪2‬ﺴﻠﻄﺎﻧﻴﺔ ‪) -‬ج ‪ / ‰‬ص ‪(“..‬‬
‫َْ‬ ‫ََ ََ‬ ‫ٌ‬ ‫َ ُ ََُ َُْ‬ ‫َ‬ ‫َْ َ‬ ‫ُ ََُ َ َْ‬ ‫ََ ْ ْ ُ‬
‫ﺎن ‪.‬‬‫ار ِع واﻟﻄﺮ ِق ﻬﻮ ‪z‬ﻮﻗﻮف ‪ 3‬ﻈ ِﺮ ا‪2‬ﺴﻠﻄ ِ‬ ‫وأﻣﺎ اﻟ ِﻘﺴﻢ ا‪Á‬ﺎ ِﻟﺚ وﻫﻮ ﻣﺎ اﺧﺘﺺ ِﺑﺄﻓ ِﻨﻴ ِﺔ ا‪2‬ﺸﻮ ِ‬
‫َ َْ َ َُ َ ْ‬ ‫‪ª‬ار َو ْاﻹ ْﺻ َﻼ ِح ﺑَ‪ْ¥‬ﻨَ ُﻬ ْﻢ ﻋﻨْ َﺪ اﻟ‪َ 9‬ﺸ ُ‬ ‫‪َ 3‬ﻛﻔﻬ ْﻢ َ ْﻦ ا‪َ i‬ﻌﺪي َو َﻣﻨْ ِﻌﻬ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ْاﻹ ْ َ‬ ‫َ ْ ُ ٌ ََ‬ ‫ﺟ َﻬﺎن ‪:‬أَ َﺣ ُﺪ ُﻫ َﻤﺎ أَن َ َﻈ َﺮ ُ‬ ‫َ ََ َ ْ‬
‫‪ E‬أن‬ ‫ﺎﺟ ِﺮ ‪ ،‬وﻟ‪¥‬ﺲ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﻮر‬ ‫ﺼ‬ ‫ﻘ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬
‫ِ‬ ‫ﻴ‬ ‫ِ‬ ‫ه‬ ‫و ِ‪ o‬ﻈ ِﺮهِ و ِ‬
‫ﻮق ‪.‬‬ ‫ْ َْ ْ ُ‬ ‫ُ َ َْ َ َ َ‬ ‫ُ َ َ ً ََ َ ْ َُ َ ُ َ ً ََ ُ ُ‬
‫ﻳ ِﻘﻴﻢ ﺟﺎ‪ِ2‬ﺴﺎ وﻻ أن ¾ﻘﺪم ‪z‬ﺆﺧﺮا ‪ ،‬و‪,N‬ﻮن ا‪2‬ﺴ ِﺎﺑﻖ إ= ا‪2‬ﻤ¼ ِن أﺣﻖ ِﺑ ِﻪ ِﻣﻦ ا‪2‬ﻤﺴﺒ ِ‬
‫ﺖ‬ ‫إﺟ َﻼس َﻣ ْﻦ ُ‪ْœ‬ﻠ ُﺴ ُﻪ َو َﻣﻨْﻊ َﻣ ْﻦ َ¾ ْﻤﻨَ ُﻌ ُﻪ َو َ• ْﻘﺪﻳﻢ َﻣ ْﻦ ُ¾ َﻘﺪ ُﻣ ُﻪ َﻛ َﻤﺎ َ‪ْœ‬ﺘَﻬ ُﺪ ‪ p‬أَ ْ‪َ z‬ﻮ َ ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ﻴﻤﺎ ﻳَ َﺮ ُاه َﺻﻼ ًﺣﺎ ِ‪p‬‬ ‫ﺟ ُﻪ ا‪Á‬ﺎ‪ Î‬أَن َ َﻈ َﺮ ُه ﻴﻪ َ َﻈ ُﺮ ُ‪ْâ‬ﺘَﻬﺪ َ‬ ‫َ َْ ْ‬
‫ال ‪S‬ﻴ ِ‬‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ٍ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫وا‪2‬ﻮ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ﺟ َﻬ ْ ْ َ ُ َ ْ ُ ْ َ‬‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫َ َ َ ْ َ ُ َ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ﺎع ا‪َ 2‬ﻤ َﻮ َ ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َْ‬
‫ﻮس أﺟ ًﺮا ‪.‬‬ ‫‪ 7‬أن ﻳﺄﺧﺬ ِﻣﻨﻬﻢ ‪ 3‬ا¿ُﻠ ِ‬ ‫ات وﻻ ‪œ‬ﻌﻞ ا‪2‬ﺴ ِﺎﺑﻖ أﺣﻖ وﻟ‪¥‬ﺲ ‪ 3 E‬ا‪2‬ﻮ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﺎل َو…ِ َﻄ ِ‬ ‫ا‪2‬ﻤ ِ‬
‫َ‬
‫اء ﻳُ َﺮا ِ ﻴ ِﻪ‬ ‫‪ُ ƒ‬ه ِﻣ ْﻦ اﻟْ َﻐ ِﺪ ِ ﻴ ِﻪ َﺳ َﻮ ً‬
‫< َف َ ﻨْ ُﻪ َ‪َ t‬ن ُﻫ َﻮ َو َﻏ ْ ُ‬ ‫إ= ا‪َ ْ 2‬ﻤ َ¼ن أَ َﺣﻖ ﺑ ِﻪ ِﻣ ْﻦ ا‪َ ْ 2‬ﻤ ْﺴﺒُﻮق ‪ ،‬ﻓَﺈ َذا اﻧْ َ َ‬ ‫ُ ُْ َ َ‬
‫ا‪t £‬ن ا‪2‬ﺴﺎﺑِﻖ ِﻣﻨﻬﻤﺎ‬
‫َ َ‬
‫ا‪ِ §2‬‬‫‪َ 3‬‬ ‫َ َ َََ ُ ْ ََ‬
‫و…ِذا ﺗﺮ‪Õ‬ﻬﻢ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ ُ َ ْ َ ُ َ َ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ﻮرا ‪َ t‬ن أ َﺣﻖ ﺑﻪ ﻣ ْﻦ ﻏ ْ‪ƒ‬ه ْﻄ ًﻌﺎ ‪2‬ﻠﺘﻨَ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ ُ ُ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ٌ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ َ‬
‫ﺎز ِع َو َﺣ ْﺴ ًﻤﺎ ‪ِ2‬ﻠ‪9‬ﺸﺎﺟ ِﺮ ‪ ،‬واﻋ ِﺘﺒﺎر ﻫﺬا ‪ ،‬و…ِن‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِِ ِ‬ ‫ﺎر ﺑﻪ َ‪z‬ﺸ ُﻬ ً‬ ‫َ َ‬ ‫ُ‬
‫ا‪2‬ﺴ ِﺎﺑﻖ إ‪ِ ْ#‬ﻪ ‪َ ،‬وﻗﺎل ﻣﺎ‪ِ2‬ﻚ ‪ :‬إذا ﻋ ِﺮف أﺣﺪﻫﻢ ِﺑﻤ¼ ٍن َوﺻ ِ ِ‬
‫َ‬
‫ْ ْ ْ‬ ‫َ َ َُ َْ ْ َ َ َ ْ ٌ ُْ ُ ُ َ ْ ُ ْ ْ َ َ َ‬
‫ﺎﺣ ِﺔ إ= ُﺣ‪ِ ,‬ﻢ ا‪ِ 2‬ﻤﻠ ِﻚ‬ ‫اﻹﺑ‬ ‫‪t‬ن ‪ pِ E‬ا‪2‬ﻤﺼﻠﺤ ِﺔ وﺟﻪ ‪ِ ö‬ﺮﺟﻪ ﻦ ﺣ‪ِ ,‬ﻢ ِ‬
‫{ﻔﺔ ا‪a‬ﺤﺘﺎج ‪C p‬ح ا‪a‬ﻨﻬﺎج ‪) -‬ج ‪ / µ‬ص (‬

‫َ ْ َ ْ َُ َ َُ‬ ‫َْ َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫§ ُط ‪َ p‬ﺟ َﻮاز ﻧﺼ ُ َ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ﺎر ُة ا‪َ k‬ﻬﺎﻳَ ِﺔ ‪َ ،‬وا‪ُ 2‬ﻤﻐ» َو‪ُ¹‬ﺸ َ‬ ‫§ ُط ‪ِ2‬ﺼﺤ ِﺔ ﻧَ ْﺼﺐ إﻟَ ْﺦ ( ِﻋﺒَ َ‬ ‫‪َ : E‬و‪ْ ُ ¹‬ﺸ َ َ‬ ‫) ﻗَ ْﻮ ُ ُ‬
‫اﻹ َﻣﺎمِ ‪ ،‬أو ﻧﺎﺋِ ِﺒ ِﻪ ‪ ،‬أو ﻣﻦ ‪ِ E‬وﻻﻳﺔ‬ ‫ْ َ‬
‫ﺐ ِﻣﻦ ﻗِﺒ ِﻞ ِ‬ ‫ﺐ ‪z‬ﺆذ ٍن راﺗِ ٍ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬ ‫ُْ‬ ‫ْ‬
‫ﻮز ﻧﺼﺒُ ُﻪ َو…ِن َﺻﺢ إذﻧ ُﻪ َو ِ ِ ﻼ ِف‬
‫َ َُ ُ َ ْ‬ ‫ََ َ َ ْ ُْ ٌ َ ٌ َ ْ ْ ََ ْ َ ُ َ َ ً َ ً َ َ ُْ َْ‬ ‫َ ْ ً َ ُُْ َ ً َْ‬
‫ﺎر ِف ﻻ ‪œ‬‬ ‫ﻴﺖ ِﺑﺄﻣﺎرةٍ ‪ ،‬أو ‪ِ Æِ ó‬ﺛﻘﺔ ﻦ ِﻋﻠ ٍﻢ وأن ﻳ‪,‬ﻮن ﺑﺎ ِﻟﻐﺎ أ ِﻣﻴﻨﺎ ﻐ‪ ƒ‬اﻟﻌ ِ‬ ‫ا‪k‬ﺺ ‪ ÉC‬ﻛﻮﻧﻪ ‪ِ É‬رﻓﺎ ِﺑﺎ‪2‬ﻤ َﻮا ِ ِ‬
‫َ َ َ َ َ ْ‬ ‫َ َ ُ ْ ََ ُ َ ْ َُ ُ َ َْ َ َ َ َ ُ ُ َ َْ ْ َ َ َ ُُ َ َ َ ْ َ ْ‬ ‫َ ْ َْ َ َ ْ َ ْ َ ْ‬ ‫َ ْ َُ ُ َْ‬
‫ان اﻷ َ& َو‪ْ 2‬ﻮ أذن ﺒْﻞ ِﻋﻠ ِﻤ ِﻪ‬ ‫ﺖ ﺻﺢ أذاﻧﻪ ﻛﺄذ ِ‬ ‫ﺐ ﻓﻼ ‪¹‬ﺸ§ط ﻣﻌ ِﺮ ﺘﻪ ِﺑﻬﺎ ‪ ،‬ﺑﻞ ﻣ‪ å‬ﻋ ِﻠﻢ دﺧﻮل ا‪2‬ﻮﻗ ِ‬ ‫‪ƒ‬ﻧ ٍ‬ ‫ﺼ‬ ‫ﻣﻦ ﻳﺆذن ِ‪k‬ﻔ ِﺴ ِﻪ ‪ ،‬أو ا¿ﻤﺎﻋ ِﺔ ِﻣﻦ ﻏ ِ‬
‫ْ‬ ‫ٌ‬ ‫َْ َ َ ُ َ َ َ‬ ‫َْ َ َ ْ‬ ‫َ َ‬ ‫َ ً ََ َ َ ْ‬ ‫ََ‬ ‫َْ ْ َ َ َ ُ ْ‬
‫‪َ|+‬ﺔ ِ‪َ p‬ﻋ َﺪمِ ِاﻻﻋ ِﺘ َﺪا ِد‬ ‫َ َ‬
‫اط ا‪k‬ﻴ ِﺔ ِ ﻴ ِﻪ ا ﻗﺎل ع ش ‪S‬ﻌﺪ ﺳﻮ ِق ِﻋﺒﺎرةِ ا‪i‬ﺤﻔ ِﺔ ﻣﺎ ﻧﺼﻪ و ِ‪ِ ë‬‬ ‫§ ِ‬ ‫اﺷ َ‬
‫ﺎء ‪ 3‬ﻋﺪمِ ِ‬ ‫ﺖ ﻓ َﺼﺎدﻓ ُﻪ ا ﺘُﺪ ِﺑﺄذا ِﻧ ِﻪ ِﺑﻨ‬ ‫ِﺑﺎ‪2‬ﻮﻗ ِ‬
‫َْ‬ ‫ْ َ ْ َ‬ ‫ََ ُْ ْ َ ُ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ َ ْ َ ََْ ُ ْ َ َ‬ ‫§ ُط ‪َ p‬ﺟ َﻮ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ‬ ‫ﺑﺘَ ْﻮ ِ‪َ#‬ﺘﻪ ِ َﻼ ِف ﻗَ ْﻮل ا‪2‬ﺸﺎر ِح م ر َو‪ْ ُ ¹‬ﺸ َ َ‬
‫ﻜﻨ ُﻪ ا‪ُ 2‬ﻤﺘَﺒَﺎد ُر ِﻣﻨ ُﻪ ﻻ ِﺳﻴ َﻤﺎ َوﻗﺪ‬ ‫ا‪ò‬ﻄﻼن ﻟ ِ‬ ‫از إﻟﺦ ﻓ ِﺈﻧﻪ ﻻ ¾ﻘﺘ ِ ذ‪ِ2‬ﻚ إذ ﻻ ﻳﻠﺰم ِﻣﻦ ﻋﺪمِ ا¿ﻮ ِ‬
‫از‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِِ ِ‬
‫إﻃﻼ َق َ ْ‬‫َ‬ ‫َ‬
‫ﻚ ﻻ ُ¾ ْﻌﺘَﺪ ﺑﻔ ْﻌﻠﻪ َوﻧُﻘﻞ َ ْﻦ م ر َﻣﺎ ﻳُ َﻮاﻓ ُﻖ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ُ ْ َ َ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫ٌ‬ ‫َ‬
‫َ ْ َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫َ‪ُ +‬ﺣﻮا ﺑﺄن َ َ َ َ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫‪ِ C‬ﺣ ِﻪ ِﻣ ْﻦ ِﺻﺤ ِﺔ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ ِِ ِ‬ ‫اﻹﻣﺎم إ ﻤﺎ ¾ﻔﻌﻞ ﻣﺎ ِ ﻴ ِﻪ ‪z‬ﺼﻠﺤﺔ ‪ِ2‬ﻠﻤﺴ ِﻠ ِﻤ‪َ 7‬وﻣ‪ å‬ﻌﻞ ِﺧﻼف ذ‪ِ 2‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬ ‫َ َُ ُ ََ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ََْ َ‬ ‫َْ َ‬
‫ﺎر ِح‬‫ﺗﻮ ِ‪ِ #‬ﺘ ِﻪ ا و‪N‬ﺄ ِ‪ ï‬ﻦ ا‪2‬ﺰ‪N‬ﺎ ِدي ﻣﺎ ﻳﻮاﻓِﻖ ‪,‬م ا‪2‬ﺸ ِ‬
‫اﻷﺷﺒﺎه وا‪k‬ﻈﺎﺋﺮ ‪) -‬ج ‪ / ‰‬ص ‪(‰´‰‬‬

‫اﻟﻘﺎﻋﺪة ا‪Å‬ﺎ‪z‬ﺴﺔ ﺗ<ف اﻹﻣﺎم ‪ 3‬ا‪2‬ﺮﻋﻴﺔ ﻣﻨﻮط ﺑﺎ‪a‬ﺼﻠﺤﺔ ﻫﺬه اﻟﻘﺎﻋﺪة ﻧﺺ ﻋﻠﻴﻬﺎ ا‪2‬ﺸﺎﻓ‪ Ä‬وﻗﺎل ‪Ãz‬ﻟﺔ اﻹﻣﺎم ﻣﻦ ا‪2‬ﺮﻋﻴﺔ ‪Ãz‬ﻟﺔ ا‪2‬ﻮ‪ Â‬ﻣﻦ‬
‫ا‪9#‬ﻴﻢ ﻗﻠﺖ وأﺻﻞ ذ‪2‬ﻚ ﻣﺎ أﺧﺮﺟﻪ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻣﻨﺼﻮر ‪ p‬ﺳ‹ﻨﻪ ﻗﺎل ﺣﺪﺛﻨﺎ أﺑﻮ اﻷﺣﻮص ﻋﻦ أ‪ Ç‬إﺳﺤﺎق ﻋﻦ ا‪Æ2‬اء ﺑﻦ ‪É‬زب ﻗﺎل ﻗﺎل ﻋﻤﺮ ر‪£‬‬
‫اﷲ ﻋﻨﻪ إ‪ Î‬أﻧﺰﻟﺖ ﻧﻔ‪ Í‬ﻣﻦ ﻣﺎل اﷲ ﺑﻤ‪Ã‬ﻟﺔ وا‪ Ì‬ا‪9#‬ﻴﻢ إن إﺣﺘﺠﺖ أﺧﺬت ﻣﻨﻪ ﻓﺎذا أ‪Ê¹‬ت رددﺗﻪ ﻓﺎن اﺳﺘﻐﻨﻴﺖ اﺳﺘﻌﻔﻔﺖ وﻣﻦ ﻓﺮوع ذ‪2‬ﻚ‬
‫أﻧﻪ إذا ﻗﺴﻢ ا‪2‬ﺰ&ة ‪ 3‬اﻷﺻﻨﺎف |ﺮم ﻋﻠﻴﻪ ا‪i‬ﻔﻀﻴﻞ ﻣﻊ ‪°‬ﺴﺎوي ا‪D‬ﺎﺟﺎت وﻣﻨﻬﺎ إذا أراد إﺳﻘﺎط ﺑﻌﺾ ا¿ﻨﺪ ﻣﻦ ا ﻳﻮان ¬ﺴﺒﺐ ﺟﺎز و'ﻐ‪ƒ‬‬
‫ﺳﺒﺐ ﻻ ‪œ‬ﻮز ﺣ¼ه ‪ p‬ا‪2‬ﺮوﺿﺔ وﻣﻨﻬﺎ ﻣﺎ ذﻛﺮه ا‪a‬ﺎرودي أﻧﻪ ﻻ ‪œ‬ﻮز ﻷﺣﺪ ﻣﻦ وﻻة اﻷ‪z‬ﻮر أن ﻳﻨﺼﺐ إﻣﺎﻣﺎ ‪2‬ﻠﺼﻠﻮات ﻓﺎﺳﻘﺎ و…ن ﺻﺤﺤﻨﺎ ا‪2‬ﺼﻼة‬
‫ﺧﻠﻔﻪ ﻷﻧﻬﺎ ‪z‬ﻜﺮوﻫﺔ وو¡ اﻷ‪z‬ﺮ ﻣﺄ‪z‬ﻮر ﺑﻤﺮا‪É‬ت ا‪a‬ﺼﻠﺤﺔ وﻻ ‪z‬ﺼﻠﺤﺔ ‪* p‬ﻞ ا‪k‬ﺎس ‪ 3‬ﻓﻌﻞ ا‪a‬ﻜﺮوه‬
‫ﻃﺮ‪N‬ﻘﺔ ا‪2‬ﻮﺻﻮل ‪ p‬ﻛﺸﻒ ﺣﻘﻴﻘﺔ اﻻﺻﻮل )ص ‪(“ì‬‬

‫ﻗﺎﻋﺪة‪) :‬ا‪<i‬ف ‪ 3‬ا‪2‬ﺮﻋﻴﺔ ﻣﻨﻮط ﺑﺎ‪a‬ﺼﻠﺤﺔ( اﺻﻞ ﻫﺬه اﻟﻘﺎﻋﺪة ﻗﻮل ا‪2‬ﺸﺎﻓ‪ Ä‬ر‪ £‬اﷲ ﻋﻨﻪ )‪Ãz‬ﻟﺔ اﻻﻣﺎم ‪ 3‬ا‪2‬ﺮﻋﻴﺔ ‪Ãz‬ﻟﺔ ا‪2‬ﻮ‪ 3 Â‬ا‪9#‬ﻴﻢ(‬
‫واﻣﺎ اﻋﺘﺒﺎر ا‪a‬ﺼﻠﺤﺔ ﻓﻤﻮ‪Õ‬ﻮل وﻣﻔﻮض ا= رأي اﻻﻣﺎم ﻷﻧﻪ أﻋﺮف ﺑﻪ ﻣﻦ ﻏ‪ƒ‬ه وﻻﺑﺪ ﻣﻦ ‪z‬ﻮاﻓﻘﺔ وﺟﻮه ا‪a‬ﺼﻠﺤﺔ ا‪Á‬ﺎﺑﺘﺔ ‪ p‬ا‪Ng2‬ﻌﺔ و‪ ë‬درء‬
‫ا‪a‬ﻔﺎﺳﺪ‬
‫ﺣﺎﺷﻴﺔ ا ﺸ‪ r‬ﻠ‪ q‬ﻠﺸﻴﺦ ‪ s‬ا ﺸ‪ r‬ﻠ‪ q‬ج‪ + :‬ص‪:،G , :‬‬

‫)اﻟﻄﺮ‪N‬ﻖ ا‪k‬ﺎﻓﺬ ﻻﻳﺘ<ف ﻓﻴﻪ ﺑﻤﺎ ﻳ‪ º‬ا‪a‬ﺎرة(‪.‬‬
‫)ﻗﻮ‪ :E‬ا‪a‬ﺎرة( أي ﺟ‹ﺴﻬﻢ‪ ،‬وﺳﻴﻌﻠﻢ ﻣﺎ ﻫﻨﺎ‪ ،‬و‪ o‬ا¿ﻨﺎﻳﺎت أن ا‪º2‬ر ا‪a‬ﻨˆ ﻣﺎﻻ ﻳﺼ‪ Æ‬ﻋﻠﻴﻪ ‪y‬ﺎ ﻻ ﻳﻌﺘﺎد ﻻ ﻣﻄﻠﻘﺎ ا ﺣﺞ‪ ،‬و‪Õ‬ﺘﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﺳﻢ‪ :‬ﻳﻔﻬﻢ‬
‫ﻣﻨﻪ أﻧﻪ ﻻ اﻋﺘﺒﺎر ﺑﻤﺎ ﻻ ﻳﺼ‪ Æ‬ﻋﻠﻴﻪ ‪y‬ﺎ اﻋﺘﻴﺪ ﻓﻠ‪ƒ‬اﺟﻊ إ أﻗﻮل‪ :‬واﻟﻈﺎﻫﺮ أﻧﻪ ﻏ‪z ƒ‬ﺮاد‪ ،‬ﻓﻴ‪ º‬ﻷن ﻋﺪم ا‪2‬ﺼ‪ Æ‬ﻋﻠﻴﻪ ‪É‬دة ﻳﺪل ‪ 3‬أن ا‪a‬ﺸﻘﺔ ﻓﻴﻪ‬
‫ﻗﻮ‪N‬ﺔ‪.‬‬
‫ﺣﺎﺷﻴﺔ ا¿ﻤﻞ ‪) -‬ج “‪ / ‰‬ص ‪(µ‬‬

‫َ‬
‫‪َ : E‬و َﻻ ﺑ َﻤﺎ ﻳَ ُ‪ ( º‬ﺑ َﻔﺘْ ِﺢ أو ِ ِ‪ E‬ﻓَﺈ ْن ُﺿﻢ ُﻋﺪ َي ﺑ ْ َ‬
‫ﺎ‪ò‬ﺎ ِء ا ‪.‬‬ ‫) ﻗَ ْﻮ ُ ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ْ َ َ َ‬ ‫ِﺠ َ‬‫ا‪َ D‬‬ ‫َ َْ ُ ْ‬ ‫إذا ﺑَ َ ْ َ ُ ْ ُ ُ‬
‫َ‬ ‫َ َ ْ ُ ََْ ُ َ َ ٌ ََُْ ُ َ ًَ َ َ ْ‬ ‫َ ُُْ ََ َ َ ُ َ‬ ‫َ ْ ُ‬
‫ﺎرةِ إذا‬ ‫ﺎرةِ ِ ﻴ ِﻪ ‪ِ2‬ﻠ ِﻌﻤ‬ ‫ﺎس و…ِﻟﻘﺎء‬ ‫ور ‪ِ2‬ﻠﻨ ِ‬ ‫÷ ِﻣﻘﺪار ا‪2‬ﻤﺮ ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪7‬‬‫‪C‬ح م ر ) ﻗﻮ‪ : E‬وﻻ ِﺑﻤﺎ ﻳ‪ º‬ﻣﺎرا ( ﻌﻢ ¾ﻐﺘﻔﺮ ‪ª‬ر |ﺘﻤﻞ ‪É‬دة ﻛﻌﺠ ِﻦ ِﻃ ٍ‬
‫‪ِ 7‬ﻣ ْﻦ َر ْ' ِﻂ ا َواب ِ‪p‬‬ ‫ت ﺑﻪ َ‪َ É‬د ُة اﻟْ َﻌﻼﻓ َ‬ ‫ُْ َ ُ ْ َ َ َُْ َ َ ْ‬ ‫ُ َ ُ‬ ‫َ ْ َ َ‬ ‫ُ َ ْ َ ْ ُ َْ َ َ َْ‬
‫ِ‬ ‫ﻮب َو‪N‬ﺆﺧﺬ ِﻣﻦ ذ‪ِ2‬ﻚ ﻣﻨﻊ ﻣﺎ ﺟ َﺮ ِ ِ‬ ‫ول وا‪2‬ﺮﻛ ِ‬
‫َ‬
‫ﺗ ِﺮ‪Õ‬ﺖ ﺑِﻘﺪ ِر ﻣﺪةِ ﻘ ِﻠﻬﺎ ور' ِﻂ ا واب ِ ﻴ ِﻪ ﺑِﻘﺪ ِر ﺣﺎﺟ ِﺔ ا‪ِ Ã2‬‬
‫َْ‬ ‫ِﺠ َ‬‫ا‪َ D‬‬‫َ ْ‬ ‫ﺎﻣﺎت َو َ‬ ‫ا‪َÅ‬ﻔﻴﻒ َﻼف إﻟْ َﻘﺎ ِء اﻟْ ُﻘ َﻤ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ﻚ ﻣ ْﻦ َ‬ ‫َ َ‬ ‫ْ َ ََ َُ ُ ََ َ َْ‬
‫اﻷ ْ‪z‬ﺮ َﻣﻨْ ُﻌ ُﻬ ْﻢ ‪َ 2‬‬ ‫َ‬
‫ﺎرةِ َوا‪ُD‬ﻔ ِﺮ‬ ‫اب و‬‫ِ‬ ‫ا‪§2‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ش‬‫ا‪2‬ﺮ‬ ‫ا‪º2‬ر َ‬
‫و‬ ‫ِ‬ ‫ﺪ‬‫ِ‬ ‫‪N‬‬‫ﺰ‬‫ِ‬ ‫‪z‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪2‬‬‫ذ‬ ‫‪p‬‬‫ِ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻤ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﻜﺮا ِء ﻓﻼ ‪œ‬ﻮز ‪ 3‬و ِ‪Â‬‬ ‫ار ِع ‪ِ2‬ﻠ ِ‬
‫ا‪2‬ﺸﻮ ِ‬
‫إ= اﻟﻄ ُﺮق ا‪2‬ﻀﻴ َﻘ ِﺔ ﻗَ َ ُ‬
‫ﺎ‪E‬‬
‫َ‬
‫‪N‬ﺐ‬ ‫ْ ََْ‬ ‫َ ُُْ َْ ُ َْ‬ ‫ََ‬ ‫ُْ َ ُ‬ ‫َ ُ َ َُ ُ َ َ َ َ‬ ‫ُْ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ َْْ‬
‫ِ‬ ‫ﺎز ِ‬‫اﻟ ِ‪ِ Ò‬ﺑﻮﺟ ِﻪ اﻷر ِض وا‪2‬ﺮش ا‪2‬ﻤﻔ ِﺮ ِط ﻓ ِﺈﻧﻪ ﻻ ‪œ‬ﻮز ﻛﻤﺎ ‪+‬ح ِﺑ ِﻪ ا‪2‬ﻤﺼﻨﻒ ِ‪ p‬دﻗﺎﺋِ ِﻘ ِﻪ و ِﻣﺜﻠﻪ إرﺳﺎل ا‪2‬ﻤﺎ ِء ِﻣﻦ ا‪2‬ﻤﻴ ِ‬
‫ََ ُ ُ َ ًَ‬ ‫َ َ‬ ‫ََ َ َْ ُ َ َ ْ‬ ‫َ‬
‫‪ƒ‬ة ا ‪.‬‬ ‫ﺎﺳ ِﺔ ﺑَﻞ ُﻫ َﻮ ‪it‬ﺨ‪ ِ Ú‬ﻴ ِﻪ ﻴﻜﻮن ﺻ ِﻐ‬ ‫ا‪2‬ﺰ ْرﻛ ِ‪ ، -‬و‪Õ‬ﺬا إﻟﻘﺎء ا‪k‬ﺠ‬
‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ﺎرهِ َﻣﺎ ‪ْ 2‬ﻢ ﻳَ ُ‪ِ º‬ﺑﺎ‪َ 2‬ﻤﺎر َﻋﻠﻴْ ِﻪ َوﻓ ْﻮﻗ ُﻪ‬ ‫ﺎح َ{ْﺖ َﺟﻨَ ِ َ‬ ‫َ َ َ َ َُ ْ‬
‫إﺧ َﺮ ُ َ‬
‫اج َﺟﻨ ٍ‬ ‫إن َﻛ ُ َ ْ َ َ ْ َ ْ ُ َ َ‬ ‫ََ ُُْ َ ًَ َ ٌ َ َ َ َ ََْ ْ‬
‫ﺎح ﺟ ِ‬ ‫ﺎت ‪ ،‬و…ِﻻ ﻓﻼ و‪E‬‬ ‫‚ت ‪t‬ﻧﺖ ‪t‬ﻟﻘﻤﺎﻣ ِ‬ ‫و‪Õ‬ﻮﻧﻪ ﺻ ِﻐ‪ƒ‬ة ﺿ ِﻌﻴﻒ ﻛﻤﺎ ‪z‬ﺮ ﻌﻠﻴ ِﻪ‬
‫َ َ َ ْ ََ َ َ َُ َ َ‬ ‫ُ َ َ‬ ‫َ ُ َ َُ َ ْ َْ ََ ُ َ َ َ َ َ َُ َ َْ َُْ ْ ْ َ ُ ُ ََْ َْ َ َ َ َ ُ ُ َ َ ََ ُ َ ُ َ‬
‫إ‪É‬د ُة‬ ‫ﺤﺎذاﺗِ ِﻪ ﺟﺎز ‪ ،‬و…ِن •ﻌﺬر ﻣﻌﻪ‬ ‫ﺎر ُه إ= ِﺑﻨَﺎ ِء َﺟﻨَ ٍ‬
‫ﺎح ِﺑﻤ‬ ‫وﻣﻘ ِﺎﺑﻠﻪ ‪ ،‬و…ِن أﻇﻠﻤﻪ و ﻄﻞ ﻫﻮاءه ﻣﺎ ‪2‬ﻢ ¾ﺒﻄﻞ اﻧ ِﺘﻔﺎﻋﻪ ِﺑ ِﻪ و‪2‬ﻮ ا ﻬﺪم ﺟﻨﺎﺣﻪ ﻓﺴﺒﻘﻪ ﺟ‬
‫ْ‬
‫َ َ ُْ َ ْ ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ ُ َ ْ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ ْ َ ََ َ ُ ُْ‬ ‫اﻷول أَ ْو ‪ْ َ 2‬ﻢ َ¾ ْﻌﺮ ْض َﺻ ُ ُ َ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ ْ َ ُ‬ ‫َْ‬
‫اﻹﻋ َﺮاض ِ‪p‬‬ ‫ﺎ‪ ، E‬و…ِ ﻤﺎ ا ﺘ ِ‪ِ Æ‬‬ ‫ﺎر ِع ﻻ ‪ِ2‬ﻠ ُﻤﻌﺎ‪z‬ﻠ ِﺔ ﻓ ِﺈﻧﻪ ¾ﺒ ِﻄﻞ ﺣﻘﻪ ِﺑ ُﻤﺠﺮ ِد اﻧ ِﺘﻘ ِ ِ‬‫ﺎﺣﺒﻪ ﻛﻤﺎ ‪2‬ﻮ ا ﺘﻘﻞ ا‪2‬ﻮا ِﻗﻒ أو اﻟﻘﺎ ِﻋﺪ ِ‪ p‬ا‪2‬ﺸ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ ُْ َ ْ َْ ُ‬ ‫َ َ َ َُ ُ َ‬ ‫ْ‬
‫ام ا ‪.‬‬ ‫َ َُ َ ُْ َ‬
‫‪ Æ‬اﻻﻧْﻬ َﺪ ُ‬ ‫َ‬ ‫ﻷن ِاﻻﻧْ ِﺘ َﻘ َﺎل َ ﻨْ َﻬﺎ ُﻢ اﻟْ َﻌ ْﻮ ُد َإ‪َ ْ#‬ﻬﺎ َ ُ‬ ‫ُْ َ ََ‬ ‫ا¿َ‬
‫اﻹﻋﺮاض ِ ِ ﻼ ِف ﻣﺎ ﻫﻨﺎ ﻓﺎ ﺘ ِ ِ ِ‬ ‫وري ﻓﺎ ﺘ ِ‪ِ Æ‬‬
‫ِ‬ ‫‪ª‬‬ ‫ِ‬ ‫؛‬ ‫وم‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻻ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻷ‬ ‫ِ‬ ‫؛‬ ‫ﺔ‬
‫ِ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﺎ‪z‬‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻠ‬‫ِ‬ ‫‪2‬‬ ‫ﻪ‬
‫ِ‬ ‫ﻴ‬ ‫ِ‬ ‫ﺲ‬‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪2‬‬‫ﺎ‬
‫اﻟﻔﻘﻪ اﻹﺳﻼ‪ á‬وأد‪i‬ﻪ ‪) -‬ج * ‪ /‬ص ‪(ì*‰‬‬

‫ا‪a‬ﻄﻠﺐ ا‪Å‬ﺎ‪z‬ﺲ ـ ﺣﻖ ا‪a‬ﺮور ‪:‬‬
‫ﺗﻌﺮ‪N‬ﻔﻪ‪ ،‬وأﺣ¼ﻣﻪ‪.‬‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫ﺣﻖ ا‪a‬ﺮور‪ :‬ﻫﻮ ﺣﻖ أن ﻳﺼﻞ اﻹ‪í‬ﺴﺎن إ= ‪z‬ﻠﻜﻪ‪ ،‬دارا أو أرﺿﺎ‪ ،‬ﺑﻄﺮ‪N‬ﻖ ﻳﻤﺮ ﻓﻴﻪ‪ ،‬ﺳﻮاء أ‪¢‬ﺎن ﻣﻦ ﻃﺮ‪N‬ﻖ ‪É‬م‪ ،‬أم ﻣﻦ ﻃﺮ‪N‬ﻖ ﺧﺎص ‪y‬ﻠﻮك ‪ E‬أو ﻟﻐ‪ƒ‬ه‪،‬‬
‫ً‬
‫أو ‪Ñ‬ﻤﺎ ﻣﻌﺎ‪.‬‬
‫وﺣﻜﻤﻪ ‪ö‬ﺘﻠﻒ ‪Ÿ‬ﺴﺐ ﻧﻮع اﻟﻄﺮ‪N‬ﻖ‪:‬‬
‫ً‬
‫‪ ً10‬ـ ﻓﺈن ‪t‬ن اﻟﻄﺮ‪N‬ﻖ ‪É‬ﻣﺎ‪ :‬ﻓﻠ‪ /‬إ‪í‬ﺴﺎن ﺣﻖ اﻻﻧﺘﻔﺎع ﺑﻪ‪ ،‬ﻷﻧﻪ ﻣﻦ ا‪a‬ﺒﺎﺣﺎت‪ ،‬ﺳﻮاء ﺑﺎ‪a‬ﺮور‪ ،‬أو ﺑﻔﺘﺢ ﻧﺎﻓﺬة أو ﻃﺮ‪N‬ﻖ ﻓﺮ‪ ä‬ﻋﻠﻴﻪ‪ ،‬أو إ‪í‬ﺸﺎء ‪C‬ﻓﺔ‬
‫و ﻮﻫﺎ‪ ،‬و‪ E‬إﻳﻘﺎف ا واب أو ا‪2‬ﺴﻴﺎرات أو إ‪í‬ﺸﺎء ‪z‬ﺮ‪Õ‬ﺰ ‪2‬ﻠﺒﻴﻊ وا‪g2‬اء‪ .‬وﻻ ﻳﺘﻘﻴﺪ إﻻ ¬‪g‬ﻃ‪: (‰) 7‬‬
‫اﻷول‪ :‬ا‪2‬ﺴﻼﻣﺔ‪ ،‬وﻋﺪم اﻹ‪ª‬ار ﺑﺎﻵﺧﺮ‪N‬ﻦ‪ ،‬إذ ﻻ ‪ª‬ر وﻻ ‪ª‬ار )´( ‪.‬‬
‫ا‪Á‬ﺎ‪ :Î‬اﻹذن ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ا‪D‬ﺎ‪Ó‬ﻢ‪.‬‬
‫ﻓﺈن أ‪ ª‬ا‪a‬ﺎر أو ا‪a‬ﻨﺘﻔﻊ ﺑﺎﻵﺧﺮ‪N‬ﻦ‪ ،‬ﻛﺄن أ‪É‬ق ا‪a‬ﺮور‪ ،‬ﻣﻨﻊ‪ .‬و…ن ‪2‬ﻢ ﻳ§ﺗﺐ ‪ 3‬ﻓﻌﻠﻪ ‪ª‬ر ﺟﺎز ¬‪g‬ط إذن ا‪D‬ﺎ‪Ó‬ﻢ ﻋﻨﺪ أ‪ Ç‬ﺣﻨﻴﻔﺔ‪ ،‬وﻻ ‪¹‬ﺸ§ط‬
‫ّ‬
‫ﺳﺄﺑ‪ p 7‬ﺣﻖ ا‪i‬ﻌ‪ .Ú‬ﻛﺬ‪2‬ﻚ ﻻ ‪¹‬ﺸ§ط إذن اﻹﻣﺎم ﻋﻨﺪ ا‪2‬ﺸﺎﻓﻌﻴﺔ وا‪D‬ﻨﺎﺑﻠﺔ )“( ﻛﻘﻮ‪ E‬ﻋﻠﻴﻪ ا‪2‬ﺼﻼة وا‪2‬ﺴﻼم‪:‬‬ ‫اﻹذن ﻋﻨﺪ ا‪2‬ﺼﺎﺣﺒ‪ 3 ،7‬ﻣﺎ‬
‫»ﻣﻦ ﺳﺒﻖ إ= ﻣﺎ ‪2‬ﻢ ‪¹‬ﺴﺒﻖ إ‪#‬ﻪ ‪z‬ﺴﻠﻢ‪ ،‬ﻓﻬﻮ أﺣﻖ ﺑﻪ« ‪.‬‬

ً
‫ﺎﻓﺬ أي‬k‫ﻖ ا‬N‫ اﻟﻄﺮ‬: (‰) ‫ﺸﺎﻓﻌﻴﺔ‬2‫وﻗﺎل ا‬.‫ ﻣﻨﻊ ﻣﻨﻪ ﺑﺎﺗﻔﺎق‬،‫ﻠﻜﻪ‬z =‫ﻖ إ‬N‫ﺌﺎ ﻣﻦ اﻟﻄﺮ‬¥‫ أو أﺿﺎف ﺷ‬7‫ﺴﻠﻤ‬a‫ﻖ ا‬N‫ ﻃﺮ‬p ’‫ ﻣﻦ ﺑ‬: (ì) ‫ﻜﻴﺔ‬2‫ﺎ‬a‫وﻗﺎل ا‬
‫ وﻻ ﺳﺎﺑﺎط )أي ﺳﻘﻴﻔﺔ‬،‫ع ﻓﻴﻪ َﺟﻨﺎح أي روﺷﻦ‬g¹ ‫ ﻓﻼ‬،‫ﻓﺔ‬t 7‫ﻠﻤﺴﻠﻤ‬2 ‫ﻖ ﻓﻴﻪ‬D‫ﺮورﻫﻢ ﻓﻴﻪ؛ ﻷن ا‬z p ‫ﺎرة‬a‫ا‬ ّ º‫ﺸﺎرع ﻻ ﻳﺘ<ف ﻓﻴﻪ ﺑﻤﺎ ﻳ‬2‫ا‬
ٌ
.‫ﺎس ﻣﻨﻬﻤﺎ‬k‫ ا‬º‫ﻨﻬﻤﺎ( ﻳ‬¥‫ﻖ ﺑ‬N‫ واﻟﻄﺮ‬7‫ ﺣﺎﺋﻄ‬3
ً ً
‫ﻫﻢ أن ﻳﻔﺘﺢ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﺎﺑﺎ أو ﻧﺎﻓﺬة إﻻ‬ƒ‫ﺲ ﻟﻐ‬¥‫ ﻓﻠ‬،‫ ﻓﻴﻪ‬7Õ§‫ﺸ‬a‫ ﺻﺎﺣﺒﻪ أو أﻫﻠﻪ أو ا‬3 ‫ ﻓﺤﻖ اﻻﻧﺘﻔﺎع ﺑﻪ ﻣﻘﺼﻮر‬:‫ﻖ ﺧﺎﺻﺎ‬N‫ن اﻟﻄﺮ‬t ‫ً ـ وأﻣﺎ إن‬20
ً
.‫ﻖ اﻟﻌﺎﻣﺔ ﻓﻴﻪ‬D ‫ اﺣ§اﻣﺎ‬،‫ﻪ‬i‫ﺲ ﻷﺻﺤﺎﺑﻪ ﺳﺪه أو إزا‬¥‫ وﻟ‬،‫ﻖ اﻟﻌﺎم‬N‫ﺮور ﻓﻴﻪ ﻋﻨﺪ ز*ﺔ اﻟﻄﺮ‬a‫ﺎس ﺣﻖ ا‬k‫ ا‬/2‫ و‬،‫ﻣﻨﻬﻢ‬
‫ﺸ§ي ﻣﻦ أﺣﺪﻫﻢ‬a‫ ا‬å‫ ﺣ‬،‫&ء ﻬﻢ‬g2‫ﻌﺮوف إﻻ ﺑﺈذن ا‬a‫ﻮﺟﻪ ا‬2‫ ا‬ƒ‫ ﻏ‬3 ‫ﺎص اﻻرﺗﻔﺎق ﺑﻪ‬Å‫ﻖ ا‬N‫ اﻟﻄﺮ‬p ‫ﻖ‬D‫ﺲ ﻷﺣﺪ ﻣﻦ أﺻﺤﺎب ا‬¥‫ﻚ ﻟ‬2‫ﻛﺬ‬
. (´) ‫ اب و ﻮه‬z ‫ أو‬،‫ﻓﺔ‬C ‫ أو ﺑﻨﺎء‬،‫ ﻛﺈﺣﺪاث ﻏﺮﻓﺔ‬،‫ﺑﻌﺪ اﻹذن‬
b. Bolehkah pengendara lewat di trotoar dengan alasan terburu-buru?

Jawaban:
IDEM.
2. WARISAN NAMA (LBI)

Deskripsi Masalah:
Manfaat Huquq maknawiyyah sebagaimana yang telah dibahas dalam kutub turats
merupakan salah satu aset berharga atau obyek yang dianggap harta, sehingga kekuasaan untuk
mentasharrufkan sepenuhnya dipegang oleh pemiliknya. Berdasarkan Konsep ini, kemudian lahir
istilah huquq al ibda’ atau huquq al ibtikar yang dibuat oleh ulama muashirin untuk mengakui hak
pada sebuah karya ilmiah, brand perdagangan dan lain sebagainya.
Dalam realita lapangan, hak-hak tersebut memang diakui oleh masyarakat pada umumnya.
Namun dalam urusan mewaris hak-hak di atas, masyarakat mempunyai cara pengelolaan dan
pemberian warisan secara berbeda-beda.
Sebagai contoh: Pak Sastro, pemilik “Berkah Jaya” sebuah nama atas produk kerajinan
tangan berbahan tanah liat seperti bata, genting dll yang sangat terkenal di daerahnya. Setelah pak
Sastro meninggal dunia, kemudian ahli warisnya memilih untuk memperbolehkan semua anak dan
cucunya untuk memakai nama tersebut atas produk-produk mereka.
Lain lagi dengan mas Bagas pemilik “Sallimna” sebuah nama atas jasa rental kendaraan mini
bus. Setelah meninggalnya mas Bagas, karena merasa menjadi saudara terdekat akhirnya kakak
pertamanya mengambil alih pengelolaan bisnis rentalan tersebut dan memberi uang kepada
saudara-saudaranya yang lain seharga mobil-mobil peninggalan mas Bagas berdasarkan konsep
waris dalam fikih.
Tak puas dengan perlakuan kakaknya, kemudian adik terakhir mas Bagas mendirikan
rentalan yang sama dengan nama yang sama tanpa sepengetahuan kakak pertamanya. Bukan tanpa
alasan, adik terakhir mas Bagas memakai nama rentalan yang sama, karena merasa nama
peninggalan mas Bagas tidak diikut sertakan dalam membagi warisan.
Pertanyaan:
a. Apakah peninggalan nama sebuah produk, jasa, toko dll. juga termasuk tarikah sehingga
harus diwaris? Bagaimana cara mewarisnya?
Jawaban:
Nama sebuah produk ,jasa , toko dll. Termasuk tarikah yang bisa di waris , adapun cara mewarisnya
ada tiga cara :
1 . Membagi penghasilannya
2 . Menjual nama sebuah produk kemudian langsung dibagi
3 . Diinvestasikan kepada orang lain kemudian hasilnya dibagi

‫اﻟﻔﻘﻪ اﻹﺳﻼ‪ á‬وأد‪i‬ﻪ ‪) -‬ج ‪ / ì‬ص * “(‬
‫ﺣﻖ ا‪i‬ﺄ‪#‬ﻒ واﻟ‹‪ g‬وا‪i‬ﻮز‪N‬ﻊ‪:‬‬
‫ً‬
‫أ ‪ -‬أﻣﺎ ﺣﻖ ا‪a‬ﺆﻟﻒ ا—ي ﻳﺪﺧﻞ {ﺖ ﻋﻨﻮان ﻗﺎﻧﻮ‪ %‬ﺟﺪﻳﺪ وﻫﻮ ا‪D‬ﻖ اﻷد‪ Ç‬ﻓﻬﻮ ﺣﻖ ‪z‬ﺼﻮن ‪ p‬ﺗﻘﺪﻳﺮي ‪ 3 ÉC‬أﺳﺎس ﻗﺎﻋﺪة اﻻﺳﺘﺼﻼح أو‬
‫ا‪a‬ﺼﻠﺤﺔ ا‪a‬ﺮﺳﻠﺔ ) و‪ ë‬اﻷوﺻﺎف اﻟ‪ Ò‬ﺗﻼﺋﻢ ﺗ<ﻓﺎت ا‪g2‬ع وﻣﻘﺎﺻﺪه‪ ،‬وﻟ‪,‬ﻦ ‪2‬ﻢ ‪¹‬ﺸﻬﺪ ‪Ñ‬ﺎ د‪#‬ﻞ ﻣﻌ‪ 7‬ﻣﻦ ا‪g2‬ع ﺑﺎﻻﻋﺘﺒﺎر أو اﻹﻟﻐﺎء‪،‬‬
‫ً‬
‫و|ﺼﻞ ﻣﻦ ر'ﻂ ا‪,D‬ﻢ ﺑﻬﺎ ﺟﻠﺐ ‪z‬ﺼﻠﺤﺔ أو دﻓﻊ ﻣﻔﺴﺪة ﻋﻦ ا‪k‬ﺎس ( ﻓ‪ /‬ﻋﻤﻞ ﻓﻴﻪ ‪z‬ﺼﻠﺤﺔ „‪ò‬ﺔ أو دﻓﻊ ‪ª‬ر أو ﻣﻔﺴﺪة ﻳ‪,‬ﻮن ﻣﻄﻠﻮ'ﺎ‬
‫ً‬
‫‪.ÉC‬‬
‫ْ‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫وا‪a‬ﺆﻟﻒ ﻗﺪ ﺑﺬل ﺟﻬﺪا ﻛﺒ‪ƒ‬ا ‪ p‬إﻋﺪاد ‪z‬ﺆﻟﻔﻪ‪ ،‬ﻓﻴﻜﻮن أﺣﻖ ا‪k‬ﺎس ﺑﻪ‪ ،‬ﺳﻮاء ﻓﻴﻤﺎ ﻳﻤﺜﻞ ا¿ﺎﻧﺐ ا‪a‬ﺎدي‪ :‬وﻫﻮاﻟﻔﺎﺋﺪة ا‪a‬ﺎدﻳﺔ اﻟ‪¹ Ò‬ﺴﺘﻔﻴﺪﻫﺎ ﻣﻦ‬
‫ّ‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫ﻋﻤﻠﻪ‪ ،‬أو ا¿ﺎﻧﺐ ا‪a‬ﻌﻨﻮي‪ :‬وﻫﻮ ‪í‬ﺴﺒﺔ اﻟﻌﻤﻞ إ‪#‬ﻪ‪ .‬و‪N‬ﻈﻞ ﻫﺬا ا‪D‬ﻖ ﺧﺎ‪2‬ﺼﺎ داﺋﻤﺎ ‪ ،E‬ﺛﻢ ‪2‬ﻮرﺛﺘﻪ ﻟﻘﻮل ا‪ -k‬ﺻ¯ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓﻴﻤﺎ رواه ا‪ò‬ﺨﺎري‬
‫ً‬ ‫ً‬
‫وﻏ‪ƒ‬ه‪ » :‬ﻣﻦ ﺗﺮك ﻣﺎﻻ أو ﺣﻘﺎ ﻓﻠﻮرﺛﺘﻪ « ‪ .‬و'ﻨﺎء ﻋﻠﻴﻪ ﻳﻌﺘ‪ Æ‬إ‪É‬دة ﻃﺒﻊ ا‪2‬ﻜﺘﺎب أو ﺗﺼﻮ‪N‬ﺮه اﻋﺘﺪاء ‪ 3‬ﺣﻖ ا‪a‬ﺆﻟﻒ‪ ،‬أي أﻧﻪ ﻣﻌﺼﻴﺔ ‪z‬ﻮﺟﺒﺔ ‪2‬ﻺﺛﻢ‬
‫ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫‪ ،ÉC‬و‪ø‬ﻗﺔ ‪z‬ﻮﺟﺒﺔ ‪2‬ﻀﻤﺎن ﺣﻖ ا‪a‬ﺆﻟﻒ ‪z p‬ﺼﺎدرة اﻟ‹ﺴﺦ ا‪a‬ﻄﺒﻮﻋﺔ ﻋﺪواﻧﺎ وﻇﻠﻤﺎ‪ ،‬وﺗﻌﻮ‪N‬ﻀﻪ ﻋﻦ ا‪º2‬ر اﻷد‪ Ç‬ا—ي أﺻﺎﺑﻪ‪.‬‬
‫ﻗﺴﻤﺔ ﺣﻘﻮق اﻻﻧﺘﻔﺎع وا‪a‬ﻨﺎﻓﻊ وا‪D‬ﻘﻮق ا‪a‬ﻌﻨﻮ‪N‬ﺔ‬

‫إذا أراد اﻟﻘﺎﺿـﻲ أن ﻳﻘﺴﻢ ﺗﺮ‪Õ‬ﺔ {ﺘﻮي ‪ 3‬ﺣﻘﻮق ﻣﻌﻨﻮ‪N‬ﺔ ﻣﻦ ﺣﻖ ﺗـﺄ‪#‬ﻒ أو ٍ ﺛﻼث ﻃﺮق‪ :‬إﻣﺎ أن ﻳﻘﺴـﻢ ﻏﻠـﺔ ﺑﺮاءة اﺧ§اع أو اﺳﻢ ﺎري‬
‫و ﻮﻫﺎ؛ ﻓﺈن ‪ E‬ﺣﻴ‹ﺌﺬ ا‪D‬ﻖ ا‪a‬ﻌﻨﻮي ﺑ‪ 7‬ا‪2‬ﻮرﺛﺔ‪ ،‬أو أن ﻳﻘﺴﻢ ا‪D‬ﻘﻮق ﺑ‪¥‬ﻨﻬﻢ ﻗﺴﻤﺔ اﺧﺘﻴﺎر‪ ،‬أو أن ﻳ«ﻴﻊ ا‪D‬ـﻖ ا‪a‬ﻌﻨﻮي‪ ،‬ﺛﻢ ﻳﻘﺴﻢ ﺛﻤﻨﻪ ‪ 3‬ا‪2‬ﻮرﺛﺔ‪،‬‬
‫‪Apakah memakai nama produk peninggalan mayit dengan tanpa meminta izin ahli waris lain‬‬
‫?‪dapat dibenarkan, ketika nama tersebut belum diwaris‬‬
‫‪Jawaban : Tafsil :‬‬
‫‪1 . Bila meneruskan usaha lama ( Kendaraan warisan dan Brand warisan ) tanpa izin waris lain‬‬
‫‪maka hukumnya haram dan usaha tidak sah untuk bagiannya ahli waris lain‬‬
‫‪2 . Bila usaha milik pribad Ahli waris tetapi menggunakan Brand warisan tanpa izin Ahli waris‬‬
‫‪lain maka haram, tapi usaha sah.‬‬
‫{ﻔﺔ ا‪D‬ﺒﻴﺐ ‪C 3‬ح ا‪Å‬ﻄﻴﺐ ‪) -‬ج “ ‪ /‬ص ‪(ìµµ‬‬

‫و‪N‬ﺘ<ف ﺑﻌﻀﻬﻢ ‪ p‬ذ‪2‬ﻚ ﺑ«ﻴﻊ وﺣﺞ وزواج و'ﻌﻀﻬﻢ ﻳ‪9,‬ﺴﺐ دون ﺑﻌﺾ ‪ .‬وﺣﺎﺻﻞ‬ ‫ّ‬ ‫ﻓﺮع ‪V :‬ﺎﻋﺔ ‪z‬ﺸ§‪Õ‬ﻮن ‪ p‬ﺑﻬﺎﺋﻢ وﺣﺒﻮب وزرع وﻏ‪ƒ‬ﻫﺎ‬
‫أن ﺗ<ف واﺣﺪ ﻣﻨﻬﻢ ﻣﻦ ﻏ‪ ƒ‬إذن ‪&C‬ﺋﻪ ﺑﺎﻃﻞ ‪ p‬ﻧﺼﻴﺒﻬﻢ ﻧﺎﻓﺬ ‪ p‬ﻧﺼﻴﺒﻪ ‪ ،‬ﻓﺈن ‪t‬ن ﺑﺈذﻧﻬﻢ ّ‬‫ّ‬
‫ﺻﺢ ﺗ<ﻓﻪ ‪ p‬ا¿ﻤﻴﻊ ‪ .‬و…ذا‬ ‫ﻣﺎ ﻳﻘﺎل ‪ p‬ذ‪2‬ﻚ ‪:‬‬
‫واﺣﺪ ﻣﻨﻬﻢ ﻛﺴﺐ‬ ‫ﺗﺰوج أو ﺣﺞ أﺣﺪﻫﻢ ﺑﻐ‪ ƒ‬إذﻧﻬﻢ ﺣﺴﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﺣﺼﺘﻬﻢ ‪ ،‬و…ذا ﺣﺼﻞ ﻣﻦ أﺣﺪﻫﻢ ﻛﺴﺐ ﻓﻬﻮ ‪ E‬وﺣﺪه ‪ ،‬و…ذا ﺣﺼﻞ ﻣﻦ‬
‫وﺗﻤ ﻓﻬﻮ ‪¼2‬ﺳﺒﻪ ‪ ،‬ﻓﺈن ‪2‬ﻢ ﻳﺘﻤ ﻗﺴﻢ ﻣﺎ ﺣﺼﻞ ﻣﻦ ا‪2‬ﻜﺴﺐ ﺑ‪¥‬ﻨﻬﻢ ‪ 3‬ا‪2‬ﺴﻮ‪N‬ﺔ ﺣﻴﺚ ‪°‬ﺴﺎووا ‪ p‬ا‪2‬ﻜﺴﺐ ‪ ،‬ﻓﻠﻮ ﺣﺼﻞ ﻧﺘﺎج ﻣﻦ ا‪ò‬ﻬﺎﺋﻢ وﺣﺒﻮب‬
‫ﻛﺜ‪ƒ‬ة ﻣﻦ ا‪2‬ﺰرع ا—ي أﺻﻠﻪ ﻣﻦ ا‪D‬ﺐ ا‪a‬ﺸ§ك ﺑ‪¥‬ﻨﻬﻢ ﻗﺴﻢ ذ‪2‬ﻚ ﺑ‪¥‬ﻨﻬﻢ ﺑﻘﺪر أﻧﺼﺒﺎﺋﻬﻢ ‪ ،‬و…ذا ﺣﺼﻞ ﻣﻦ أﺣﺪﻫﻢ زرع ور‪ ä‬ﺑﻬﺎﺋﻢ وﺣﺼﺎد‬
‫ً‬
‫ودراس ﻣﺜﻼ ‪ p‬ا‪a‬ﺎل ا‪a‬ﺸ§ك ﻓﺈن ‪t‬ن ﻣﻄﻠﻖ ا‪<i‬ف ﻓﻼ ‪û‬ء ‪ E‬ﻷﻧﻪ ﻣﺘ‪Æ‬ع ﺑﻌﻤﻠﻪ و…ن ‪t‬ن ﻏ‪ ƒ‬ﻣﻄﻠﻖ ا‪<i‬ف ﻓﻠﻪ ﻣﺜﻞ أﺟﺮة ﻋﻤﻠﻪ ‪،‬‬
‫و‪Õ‬ﺬ‪2‬ﻚ ﺣ‪,‬ﻢ ا‪2‬ﻮ ﻣﻊ أﺑﻴﻪ ﻓﺈن ‪t‬ن ‪ E‬ﻛﺴﺐ ﻣﺘﻤ ﻓﻬﻮ ‪ E‬؛ وﻣﺜﻞ اﻹذن ﻣﺎ ‪2‬ﻮ دﻟﺖ ﻗﺮ‪N‬ﻨﺔ ﻇﺎﻫﺮة ‪ 3‬ا‪2‬ﺮﺿﺎ ﻛﺄن ‪¹‬ﺸ§ي ﻣﻊ ‪z‬ﺮ‪N‬ﺪ ا‪D‬ﺞ أو‬
‫ا‪2‬ﺰواج ﺣﻮاﺋﺞ ﺳﻔﺮ ا‪D‬ﺞ وا‪2‬ﺰواج اه ع ش ﺑﺰ‪N‬ﺎدة ‪.‬‬

(“¶¶ ‫ ص‬/ ‰ ‫ )ج‬- ‫ﺴ§ﺷﺪﻳﻦ‬a‫ﺑﻐﻴﺔ ا‬
ً
‫ وأﺑﻘﻮا ﻣﺎل‬، ‫ إﻗﺮار‬ƒ‫ وارث ﻣﻦ اﻟﻌﻘﺎر ﻣﻦ ﻏ‬/2 ‫ﺼﺺ‬D‫ﺮ ا‬N‫ ورﺛﺘﻪ ﺗﻘﺮ‬7‫ ﻓﺤﺼﻞ ﺑ‬، ‫ ﻣﺎت ﺷﺨﺺ وﺗﺮك ﻋﻘﺎرا وﻣﺎل ﺎرة‬: (‫ ج‬: ‫ﺴﺄﻟﺔ‬z)
‫ﻺذن‬2 ‫ﺸﺎﻋﺔ وﺗ<ف اﻻﺑﻦ ﺻﺤﻴﺢ‬z ‫ﺔ‬Õ§2‫ ﻓﺎ‬، ‫ﺠﺎرة ﺑﻌﺪ ﻓﻮﺟﺪ ﻓﻴﻪ ﻧﻘﺺ‬i‫ ﺛﻢ ﺣﺴﺐ ﻣﺎل ا‬، ‫ﻮﺳﻂ‬2‫ ﻣﻦ ا‬/2‫ وأﻧﻔﻖ ا‬، 7‫ﻨ‬ò‫ﺠﺎرة ﻋﻨﺪ أﺣﺪ ا‬i‫ا‬
‫<وف ا ار‬z p ‫ وﻣﺎ أﻧﻔﻘﻮه‬، ‫ﺔ‬Õ§2‫ ﻣﺄذون ﻓﻴﻪ أو إﻧﻔﺎق زاﺋﺪ أو ﺻﺪﻗﺔ ﻓﻌ¯ اﻻﺑﻦ ﻓﻘﻂ و…ﻻ ﻓﻌ¯ ا‬ƒ‫ﻂ ﻣﻨﻪ ﺑﺘ<ف ﻏ‬N‫ن ﺑﺘﻔﺮ‬t ‫ ﻣﺎ ﻧﻘﺺ إن‬،
.‫ﺴﻠﻢ إﻻ ﺑﻄﻴﺒﺔ ﻧﻔﺲ‬z ‫ إذ ﻻ |ﻞ ﻣﺎل‬، ‫ﺔ‬Õ§2‫ﻮﻧﻪ ﻻ ﺑﻘﺪر ﻧﺼﻴﺒﻪ ﻣﻦ ا‬y‫ﻠﻪ و‬¢‫ﺑﻘﺪر ﻣﺎ ﻳﺄ‬ ¯‫ﻓﻌ‬
(´ ‫ ص‬/ ‰ ‫ )ج‬- ‫ﺴ§ﺷﺪﻳﻦ‬a‫ﺑﻐﻴﺔ ا‬

ّ
‫ي‬Ê9‫وج واﻟ‬õ2‫وا‬ ‫ﻘﻮق ودﻓﻊ اﻟﻈﻠﻤﺔ واﻟﻘﺮض واﻹﻧﻔﺎق‬D‫ﻴﻊ واﻟﻘﺮاض واﻹﺟﺎرة واﻟﻌﻤﺎرة و…ﺧﺮاج ا‬ò‫وأﻣﺎ ﺗ<ﻓﻬﻢ ﻗﺒﻞ اﻻﺗﻔﺎق و'ﻌﺪه ﺑﻨﺤﻮ ا‬
‫ و…ن‬، ‫ﺔ‬Õg2‫ﻴﻞ ﻧﻔﺬ و…ن ﻓﺴﺪت ا‬Õ‫ﻮ‬2t ‫ﺘ<ف ﻣﺎ ﻳﻠﺰﻣﻪ‬a‫ا‬ ‫ ورا‬، ‫ﻚ أو ﻧﺎﺋﺒﻪ‬Ng2‫<ف ﺳﻮاء ا‬i‫ن ﺑﺈذن ﻣﻦ ﻣﻄﻠﻖ ا‬t ‫ ﻓﺈن‬، ‫ﻀﻴﺎﻓﺔ‬2‫واﻟﻌﺘﻖ وا‬
‫ﺮد‬â ‫ أو ﺛﻮاب‬، ‫ﺰ&ة‬2‫ﻴﻊ واﻟﻘﺮاض واﻟﻌﻤﺎرة ودﻓﻊ اﻟﻈﻠﻤﺔ و…ﺧﺮاج ا‬òt ‫ﺎل وﺣﻔﻈﻪ‬a‫ﻚ ﻣﺎ ﻓﻴﻪ ﺗﻨﻤﻴﺔ ا‬2‫ ذ‬p ‫ و…ن ﺻﺤﺖ ﺳﻮاء‬، ‫ﻚ ﻓﻼ‬2‫ﻦ ﻛﺬ‬,‫ﻢ ﻳ‬2
‫ ﻷﻧﻪ ﻣﻦ ﺑﺎب اﻷﺧﺬ ﺑﻌﻠﻢ‬، ‫ﻜﻔﺎرة‬2‫ﻬﺮ وا‬a‫ي وا‬Ê9‫ﻹﻧﻔﺎق واﻟ‬t ‫ﺬا ﻣﺎ ﻓﻴﻪ ﻏﺮض ﻟﻔﺎﻋﻠﻪ‬Õ‫ و‬، ‫ ﻷن اﻹذن ﻓﻴﻬﻤﺎ و&ﻟﺔ‬، ‫ﻀﻴﺎﻓﺔ‬2‫ﺼﺪﻗﺔ واﻟﻌﺘﻖ وا‬2t
ً ً ّ
‫ﻚ‬Ng2‫ ﻧﻌﻢ إن ﻃﻠﺐ ا‬، ‫ﺄﺧﻮذ ﻣﻦ ﻧﺼﻴﺒﻪ ﻗﺮﺿﺎ ﺿﻤﻨﻴﺎ أو ﺑﻼ ﺑﺪل ﻓﻬﺒﺔ‬a‫ن ا‬t ‫ﺪل‬ò‫ إﻻ ﺑﺎ‬2‫ﻪ ﻻ ﻳﺮ‬,NC ‫ ﻓﺈن ﻇﻦ أن‬، ‫ﺮﺿﺎ ا ال ﻋﻠﻴﻪ اﻹذن‬2‫ا‬
ً
‫ﻃﻪ‬g¬ ‫ﺘ<ف ﺻﺢ‬a‫ ﻫﻮ ا‬Â‫ﻮ‬2‫ن ا‬t ‫ أو‬، ‫ﺤﺠﻮر‬a‫ ا‬Â‫ﺬﻛﻮر ﻣﻦ و‬a‫ن اﻹذن ا‬t ‫ و…ن‬، ‫ﺮﺿﺎ و…ﻻ ﻓﻀﻤﺎن ﻳﺪ‬2‫ ا‬#‫ﺿﻤﻦ ﻣﻄﻠﻘﺎ ﺿﻤﺎن ﻏﺼﺐ إن ﻧ‬
ّ
، ‫ﺎل وﺣﻔﻈﻪ ﻓﻘﻂ ﻻ ﻓﻴﻤﺎ ﻋﺪاﻫﻤﺎ‬a‫ﺎر ﻓﻴﻤﺎ ﻓﻴﻪ ﺗﻨﻤﻴﺔ ا‬a‫ا‬
3. GELAR AL-HAFIDZ (PP. SIDOGIRI)

Deskripsi Masalah :
Secara etimologi, kata hafidz berasal dari bahasa Arab, yang berarti pelindung atau
pengingat. Kata hafidz selanjutnya diserap ke dalam bahasa Indonesia jadi hafiz, yakni sebutan
untuk penghafal Alquran. Dibeberapa negara seperti Indonesia gelar Al-Hafidz disematkan untuk
mereka yang berhasil menghafal Al-Quran 30 juz dengan sempurna. Dahulu, gelar ini diberikan
kepada ulama yang menguasai dan menghafal 100 ribu hadis beserta periwayatnya, seperti Ibnu
Hajar al-Asqalani.
Pertanyaan:
a. Bolehkah memberikan gelar Al-Hafidz untuk orang yang hafal Al-Quran 30 juz ?
Jawaban:
Yang masyhur istilah al-Hafidz merupakan gelar ulama’ yang menghafal 100 ribu hadist beserta
sanadnya, akan tetapi ulama-ulama juga menggunakan istilah tersebut untuk orang yang
menghafal Al Qur’an.
Catatan:
Jika bisa menimbulkan labs maka wajib menjelaskan maksud istilah tersebut, seperti: Hafidz Qur’an
(‰ µ ‫ ص‬/ ‰ ‫ )ج‬- ‫ﻮﺳﻴﻂ‬2‫ﻌﺠﻢ ا‬a‫ا‬

‫) ا‪D‬ﺎﻓﻆ ( ا‪D‬ﺎرس و‪N‬ﻘﺎل ﻫﻮ ﺣﺎﻓﻆ اﻟﻌ‪ 7‬ﻻ ﻳﻐﻠﺒﻪ ا‪k‬ﻮم واﻟﻄﺮ‪N‬ﻖ ا‪ 7ò‬ا‪a‬ﺴﺘﻘﻴﻢ وﻣﻦ |ﻔﻆ اﻟﻘﺮآن ا‪2‬ﻜﺮ‪N‬ﻢ أو ﻣﻦ |ﻔﻆ ﻋﺪدا ﻋﻈﻴﻤﺎ ﻣﻦ‬
‫ا‪D‬ﺪﻳﺚ ) ج ( ﺣﻔﺎظ وﺣﻔﻈﺔ‬
‫ﺣﺎﺷﻴﺔ ا‪ò‬ﺠ‪ 3 áƒ‬ا‪Å‬ﻄﻴﺐ ‪) -‬ج * ‪ /‬ص ‪(µ‰‬‬

‫ْ‬
‫ﻮن َ‪ِG‬ﻠ ُﻪ ‪َ p‬ﻏ ْ‪ ƒ‬ا‪ُ 2‬ﻤﺘﺼﻔ َ‬ ‫َ‬
‫َ ََُْ ُ ْ َ ُ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ََ َ ْ َ َ َ َ َْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ٌ َ‬‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ُْ َُ‬ ‫َ ٌَ َ َ ْ َْ‬
‫‪7‬‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﺎق ا و|ﺘﻤﻞ أن ﻳ‪,‬‬ ‫اج ﻓﺤﺮام ِﺑﺎ•ﻔ ٍ‬ ‫اج وأ‪¢‬ﻤﺎمٍ ‪t‬ﻷﺧﺮ ِ‬ ‫ﻓﺎﺋِﺪة ‪ :‬ﻗﺎل ا‪ُ S‬ﻦ اﻟﻘﻴ ِﻢ ‪ :‬ﻣﺎ ¾ﻔﻌﻞ ِ‪ p‬زﻣﺎ ِﻧﻨﺎ ِﻣﻦ ﻤﺎﺋِﻢ ‪t‬ﻷﺑﺮ ِ‬
‫َْ‬
‫ﻴﻤﺎ ﻨ ُﻪ َز َﺟ ُﺮوا ‪َ ،‬و| ُﺮ ُم‬
‫َ َْ‬ ‫ﺎر ﺷ َﻌ ً ْ ُ َ َ ُ ْ َ ُ َ ُ ْ ُ ْ ُ ْ ُ َ ُ ْ َ ُ ْ ُ‬ ‫َْ ْ َ َ َ َ‬ ‫ﺑﺎﻟْﻌﻠْﻢ َوأَ ْر'َﺎب ا‪َ ْ 2‬ﻤﻨَﺎﺻ َ ْ ُ َ‬
‫ﺎرا ‪ِ2‬ﻠﻌﻠﻤﺎ ِء ¾ﻨﺪب ‪2‬ﻬﻢ ﻟ« ُﺴﻪ ِ‪ُ#‬ﻌ َﺮﻓﻮا ﻓ‪¥‬ﺴﺄ‪2‬ﻮا َو‪َ ُ#‬ﻄﺎﻋﻮا ِ‬ ‫ﺐ ‪t‬ﻟﻘﻀﺎةِ َو ِﻮ ِﻫﻢ ‪ ،‬ﻓ ِﺈن ﻣﺎ ﺻ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫ا‪ 4õ2‬ﺑﺰ‪N‬ﻬ ْﻢ َﺣ‪َ ¾ُ å‬ﻈﻦ َﺻﻼ ُﺣ ُﻪ ‪َ ،‬و ِﻣﺜْﻠ ُﻪ َﻣ ْﻦ ﺗَ َﺰ‪N‬ﺎ ﺑﺰي اﻟ َﻌﺎ‪ِ2‬ﻢ َوﻗَ ْﺪ ﻛ ُ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ َُ ُ ََ‬ ‫َ َ ُ‬‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ََ َْ‬
‫‚ ِ‪َ p‬ز َﻣﺎ ِﻧﻨَﺎ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ ِِ ِ‬
‫‪ 3‬ﻏ ْ‪ ƒ‬ا‪2‬ﺼﺎ ِﻟﺢ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﺤﻘﻮا ِﺑ ِﻬﻢ ‪ ،‬و|ﺮم‬ ‫‪ِ ƒ‬ﻫ ْﻢ اﻟ‪9‬ﺸﺒ ُﻪ ِﺑ ِﻬ ْﻢ ِﻴ ِﻪ ِ‪#‬ﻠ‬
‫‪3‬ﻏ ِ‬
‫ﻴﻖ ﺑ َﻐ ْ‬ ‫ﺎزوا ﻓَ َﻼ ﻳَﻠ ُ‬ ‫ﻷ ْو َﻻد ﻓَﺎﻃ َﻤ َﺔ ا‪2‬ﺰ ْﻫ َﺮا ِء ‪ْ َ#‬ﻤﺘَ ُ‬ ‫َ َ ْ ُ َ ْ ْ َ َ ُ َْ ْ َ َ‬ ‫‪º‬اء ﻟ َﻐ ْ‬ ‫ْ َ َ ْ‬
‫ا‪َ ْ َ Å‬‬ ‫َ َ َ ُْ ُ ْ َ ُ َْ ُ ُْ‬
‫‪ِ ƒ‬ﻫ ْﻢ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪N‬ﻒ ‪ ،‬ﻘﺪ ﺟ ِﻌﻠﺖ اﻟ ِﻌﻤﺎﻣﺔ ا‪ُ ºÅ‬‬
‫اء‬ ‫ِ‬ ‫ا‪g2‬‬
‫ِ‬ ‫‪ƒ‬‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫‪N‬ﻢ ﻟ« ِﺲ اﻟ ِﻌﻤﺎﻣ ِﺔ‬ ‫ﻫﺬا ؛ و ِﻣﻨﻪ ¾ﻌﻠﻢ { ِﺮ‬
‫َ‬
‫َ َ ْ ُْ‬ ‫َ‬ ‫َْ‬ ‫َْ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ‬ ‫ْ‬
‫ْ ُ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ْ َُ َ ُ ْ َ ُُ َ َ‬ ‫ُ ََ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫ُ َ ْ ََ َ ْ ُ َ‬ ‫َ‬
‫‪َ 7‬ﻣ َﻊ اﻧ ِﺘﻔﺎ ِء ‪َ í‬ﺴ ِﺒ ِﻪ ﻨ ُﻬ َﻤﺎ َو‪ُN‬ﻤﻨ ُﻊ ِﻣ ْﻦ ذ‪ِ2‬ﻚ ‪ ،‬ﻓﺎﻋﻠﻤﻪ‬ ‫آ‪ E‬ﺻ¯ ا‪ 5‬ﻋﻠﻴ ِﻪ وﺳﻠﻢ ﻟ«ﺴﻬﺎ ِﻷﻧﻪ ﺗﺰ‪N‬ﺎ ِﺑ ِﺰ‪ِ N‬ﻬﻢ ﻴﻮﻫﻢ اﻧ ِ‪9‬ﺴﺎﺑﻪ ‪ِ2‬ﻠﺤﺴ ِﻦ أو ا‪D‬ﺴ ِ‬
‫ﻣ ْﻦ ﺑَﻘﻴﺔ ِ َ‬
‫ِ ِ ِ ِ‬
‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫َ ْ َ ُ َُْ َ ً َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ َ ْ ُ َ ً ََ‬ ‫ْ‬
‫ﺎب أ ْﻫﻞ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ﺠﺮ ‪ p‬ا‪2‬ﺼ َﻮاﻋﻖ ‪َ :‬و‪ْ َ 2‬ﻢ ﺗَ َﺰ ْل أ‪َ ْ í‬ﺴ ُ‬ ‫َََ ْ َُ َ َ ْ ُ َ َ‬
‫ﺎ‪ُ S‬ﻬ ْﻢ ‪G‬ﻔﻮﻇﺔ ْﻦ أن ﻳَﺪ ِ ﻴَ ُﻬ ْﻢ ا¿ُﻬﺎل‬ ‫ﺎو ِل اﻷﻳﺎمِ وأﺣﺴ‬ ‫‪َ •َ 3‬ﻄ ُ‬ ‫ﺖ ا‪k‬ﺒ ِﻮي ‪z‬ﻀﺒﻮﻃﺔ‬ ‫ا‪ò‬ﻴ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫وﺗ‹ﺒﻪ ‪ E‬ﻗﺎل ا‪S‬ﻦ ﺣ ٍ ِ‬
‫إﻇ َﻬ ً‬ ‫َْ ْ َ ْ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ َْ‬ ‫َ َ َ َ َ ْ َْ َ‬ ‫ْ َ ُ ََ ْ َ‬ ‫ْ َ ََ‬ ‫َ ُ‬
‫ﺎرا ‪َ ِ 2‬ﻤ ِﺰ‪ِ N‬ﺪ‬ ‫‪º‬‬
‫ﺎﺳﻴ‪ِ 7‬ﺑ ِﻠ« ِﺲ اﻷﺧ ِ‬ ‫ا‪ِ g2‬ف ‪t‬ﻟﻌﺒ ِ‬ ‫َ‬ ‫‪ 7‬ذ ِوي‬ ‫ﺎﻃﻤﺔ ِﻣﻦ ﺑ ِ‬ ‫ﺎص ا—ر‪ِ N‬ﺔ اﻟﻄﺎ ِﻫﺮةِ ﺑ ِ» ﻓ ِ‬ ‫َوا‪2‬ﻠﺌﺎم ‪َ ،‬و ِﻣﻦ ﻢ َو ﻊ ِاﻻﺻ ِﻄﻼح ‪ 3‬اﺧ ِﺘﺼ ِ‬
‫َ َ‬
‫‪C‬ﻓِ ِﻪ ‪.‬‬
‫اﻟﻔﺘﺎوى اﻟﻔﻘﻬﻴﺔ ا‪2‬ﻜ‪Æ‬ى ‪) -‬ج ‪ / ì‬ص ‪(´µ.‬‬

‫َ‬ ‫َ‬
‫اب ﻓﺄ َﺟ َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ً‬ ‫َ‬
‫ﺐ ﺑﺬ‪2‬ﻚ ﻓﺎﺳﻘﺎ ا¬ ُﺴ ُﻄﻮا ا¿َ َﻮ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ََ‬ ‫ُ ْ ُ ُْ َ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ َ َ َُ ُ ََ َ َ ََ َ‬
‫ﺎب‬ ‫ﻮر ا ﻳ ِﻦ إذا ‪t‬ن ا‪2‬ﻤﻠﻘ ِ ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َوﺳﺌِﻞ ر ِ*ﻪ ا‪• 5‬ﺒﺎرك َو•ﻌﺎ= ﻣﺎ ﺣ‪,‬ﻢ ا‪2‬ﻤ¼•ﺒ ِ‬
‫ِ‬ ‫ﻳﻦ وﻧ ِ‬ ‫ﻳﻦ وﺗ ِ÷ ا ِ‬ ‫ﺎل ا ِ‬ ‫ﺎت ِ(ﻤ ِ‬
‫َ‬ ‫َ َ َ َْ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫‪V‬ﺎل ا ﻳﻦ َوﺗَ÷ ا ﻳﻦ َو‪ْ َ 2‬ﻮ ِﻟ َﻔ ِ ُ ْ ُ َ‬ ‫ﺤﻮ َ َ‬ ‫َ ْ‬ ‫ُْ َ ََ‬ ‫َ َ َ‬ ‫ََ ََ ُ ُ ْ َ َُ ََ َ ُُ‬
‫ﺐ‬ ‫ﺐ ِﺑﺬ‪ِ2‬ﻚ ِﻷن اﻟﻘﺼﺪ ِﺑﺎ‪2‬ﻠﻘ ِ‬ ‫ﺎﺳ ٍﻖ اﺷﺘ ِﻬﺮ ِﺑﺎ‪i‬ﻠﻘ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﺎت ِﺑﻨ ِ‬ ‫ﻔﻌﻨﺎ ا‪ 5‬ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ َو•ﻌﺎ= ِﺑﻌﻠﻮ ِﻣ ِﻪ ﻻ ﺣ َﺮج ‪ p‬ا‪2‬ﻤ¼•ﺒ ِ‬
‫َْ َ َ َ ُ ْ َ‬ ‫َْ ْ‬ ‫َ ْ ْ ْ ََْ‬ ‫َ‬ ‫ﻚ َﻻ ﻳُ َﻼﺣ ُﻈ َﻬﺎ إﻻ َواﺿ ُ‬ ‫َ ْ َ‬ ‫َ َ َُ َ ُْ‬ ‫َ َُ ُ ْ‬
‫ﺐ َوأﻣﺎ َ‪S‬ﻌ َﺪ ا‪َ 2‬ﻮﺿ ِﻊ ﻓﻠ‪َ ¥‬ﺲ اﻟﻘﺼ ُﺪ ِﺑ ِﻪ ذ‪2‬ﻚ أ َ‪ò‬ﺘﺔ َو'ِﺬ‪ِ2‬ﻚ ¾ﻌﻠ ُﻢ‬ ‫ِ‬ ‫ﻘ‬ ‫ا‪2‬ﻠ‬ ‫ذ‪2‬ﻚ‬ ‫ﻊ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ﻮ‪ِ E‬ﻷن ﺗِﻠ‬‫‪N‬ﻒ ﻻ ﺣ ِﻘﻴﻘﺔ ﻣﺪ‪ِ ِ 2‬‬ ‫ِﺣﻴ‹ﺌِ ٍﺬ ‪â‬ﺮد ا‪i‬ﻌ ِﺮ ِ‬
‫ُ َ َ َ َ ُْ‬ ‫َُ َ ْ‬ ‫َْ ْ‬ ‫َ ُ َ ٌ‬ ‫َ َ‬ ‫ْ ُ َ ْ َ‬ ‫َ ْ َْ َ َ َ َ ْ َ ً َ‬
‫ﻮ‪E‬‬
‫‪N‬ﻒ دون ﺣ ِﻘﻴﻘ ِﺔ ﻣﺪ‪ِ ِ 2‬‬ ‫ﻳﻦ ﺣ ُﺮم ﻋﻠﻴﻪ ِﻷﻧﻪ ‪ِ t‬ذب ‪ p‬ذ‪2‬ﻚ ﻣﺎ ‪2‬ﻢ ¾ﻘ ِﺼﺪ ِﺑ ِﻪ ‪â‬ﺮد ا‪i‬ﻌ ِﺮ ِ‬ ‫ﺎﺳ ِﻖ ا‪i‬ﻠ ِﻘﻴﺐ ِﺑﻨﺤ ِﻮ ﺗ ِ÷ ا ِ‬ ‫اء ِﻟﻔ ِ‬ ‫اﻹ‪í‬ﺴﺎن ‪2‬ﻮ وﺿﻊ اﺑ ِﺘﺪ‬ ‫أن ِ‬
‫َ‬
‫ََ ُ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ‬ ‫َ‬
‫ﺤﺎﻧ ُﻪ َو• َﻌﺎ= أﻋﻠ ُﻢ‬ ‫‪ٍ -‬ء ﻣﻦ ذ‪2‬ﻚ وا‪ 5‬ﺳﺒ‬ ‫ﻓَ ِﺤﻴ‹َﺌِ ٍﺬ َﻻ ُﺣ ْﺮ َﻣ َﺔ ﻛﻤﺎ ﻫﻮ َﻇﺎ ِﻫ ٌﺮ َو… ْن ‪2‬ﻢ أ َر ﻣﻦ َ‪َ +‬ح ¬ َ ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫{ﻔﺔ ا‪D‬ﺒﻴﺐ ‪C 3‬ح ا‪Å‬ﻄﻴﺐ ‪) -‬ج “ ‪ /‬ص *‪(‰.‬‬

‫ً‬ ‫ً‬
‫ووﻗﻊ ا‪2‬ﺴﺆال ﻋﻤﺎ ﻳﻘﻊ ﻛﺜ‪ƒ‬ا ‪ó p‬ﺎﻃﺒﺎت ا‪k‬ﺎس ﺑﻌﻀﻬﻢ ‪ò‬ﻌﺾ ﻣﻦ ﻗﻮ‪Ñ‬ﻢ ‪a‬ﻦ ‪2‬ﻢ |ﺞ ﻳﺎ ﺣﺎج ﻓﻼن ﺗﻌﻈﻴﻤﺎ ‪ E‬ﻫﻞ ﻫﻮ ﺣﺮام أو ﻻ ؟ وا¿ﻮاب ﻋﻨﻪ‬
‫أن اﻟﻈﺎﻫﺮ ا‪D‬ﺮﻣﺔ ﻷﻧﻪ ﻛﺬب ‪ ،‬ﻓﺈن ﻣﻌ’ ﻳﺎ ﺣﺎج ‪ ،‬ﻳﺎ ﻣﻦ أ‪ ï‬ﺑﺎﻟ‹ﺴﻚ ‪ 3‬ا‪2‬ﻮﺟﻪ ا‪a‬ﺨﺼﻮص ‪ .‬ﻧﻌﻢ إن أراد ﺑﻴﺎ ﺣﺎج ا‪a‬ﻌ’ ا‪2‬ﻠﻐﻮي وﻗﺼﺪ ﺑﻪ‬
‫ً‬
‫ﻣﻌ’ ﺻﺤﻴﺤﺎ ﻛﺄن أراد ﺑﻴﺎ ﺣﺎج ﻳﺎ ﻗﺎﺻﺪ ا‪i‬ﻮﺟﻪ إ= ﻛﺬا ‪¿t‬ﻤﺎﻋﺔ أو ﻏ‪ƒ‬ﻫﺎ ﻓﻼ ﺣﺮﻣﺔ ‪ ،‬ع ش ‪ 3‬م ر ‪.‬‬

Dastar Mushohih Dan Peserta
No Mushohih
1. Kh. A’WANI SYA’RONI
2. KH. MUCHAMMAD ABDUL WAHID ZUHDI
3. KH. HABIBUL HUDA BIN NAJID
4. K. ZUBAIR ABDUL WAHID ZUHDI
5. KH. FADLOLAN MUSYAFA MU’THI
6. KH. SHOFIYULLAH MUKHLAS
7. KH. MUHAMMAD NASHIR
No Perumus
1. K. ISMAIL ABDUL WAHID ZUHDI
2. K. NUR HIDAYAT MUHAMMAD
3. K. SOKHI ASYHADI
4. KH. BUSYRO MUSTHOFA
5. K. ABDUL KHAFIDH
No Notulen
1. Bpk. KHOIRUL ALBAB
2. Bpk. MUHAYADI
3. Bpk. ADIB KHOIRONI
4. Bpk. ABDUSSALAM
5. Bpk. SYARIF HIDAYATULLAH
No Moderator
1. Ust. M. NUR FAIZ
2. Ust. MINANURROHMAN
3. Ust. HADI NASIRI ZAINAL MUTTAQIN

DAFTAR PESERTA
No Nama Alamat
PP. SYAICHONA MOH.
1. Jl. Kh. Moh cholil 1/6 p.o. Box Bangkalan 69115 Madura
CHOLIL
2. PP. NURUL KHOLIL Jl. Kyai H. Kholil III No.10 69115 Bangkalan Jawa Timur
3. PP. LIRBOYO INDUK Lirboyo Kodya Kediri Po. Box. 162 Kediri 64101 Jatim
PP. RAUDLATUT JL.KH Abdurrohim no 01 Tanggir Singgahan Tuban Jatim
4.
THALIBIN 62361
Jl. Khr. Abbas I No.18, Buduran, Kec. Buduran, Kabupaten
5. PP. AL KHOZINY
Sidoarjo, Jawa Timur 61252
6. PP. ROUDLATUL ULUM Po. Box. 09 Besuk Kejayan Pasuruan 67172 Jatim
7. PP. SIDOGIRI Po. Box. 22 Sidogiri Kraton Pasuruan Jatim 67101
Jl. Raya Widang - Tuban No.150, Mandungan, Widang, Kec.
8. PP. LANGITAN
Widang Kabupaten Tuban Jawa Timur
Sumbersari RT. 33 /RW06, Kencong, Kepung, Kencong Timur,
9. PP. DARUSSALAM
Kencong, Kec. Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur 64293
10. PP. AL ANWAR Karangmangu Sarang Rembang 59274 Jateng
11. PP. MIS Karangmangu Sarang Rembang 59274 Jateng
12. PP. MUS Karangmangu Sarang Rembang 59274 Jateng
PERGURUAN ISLAM Komplek Perguruan Islam Mathali'ul Falah, Kajen,
13.
MATHALIUL FALAH Margoyoso, Kab. Pati 59154
14. PP. AL MAIMUN Kauman Klambu Grobogan 58154 Jateng
15. PP. AL HIDAYAH Jl. Mandalika No. 68 RT 02/11 Permas Brati Grobogan Jateng
16. PP. DARUL MU’IN Ketileng Putatsari Grobogan 68512 Jateng
17. PP. AL MUTTAQIN Bandungsari Ngaringan Grobogan 58193 Jateng
18. PP. MANBA’UL ULUM Tanggungharjo Grobogan Grobogan
19. PP. AL HIDAYAT Krasak Temu Roso Guntur Demak 59565 Jateng
Jl. P. Diponegoro No. 17 Jogoloyo Wonosalam Demak 59571
20. PP. MIFTAHUL ULUM
Jateng
21. PP. AL WAHID Bener Weding Bonang Demak 59552
Jungpasir Wedung Demak Jl. KH. Fauzi Noor No. 35 Jungpasir
22. PP. AL ITTIHAD
Wedung Demak 59554
Jl. Kh. Nor Badri Syahid, Nanggungan Kidul, Langgardalem,
23. PP. AL MAYMUNIYYAH
Langgardalem 59315, Kota Kudus Kudus, Jawa Tengah
Jl. Sewonegoro No 25-29 kauman Jekulo Bareng Kudus 59382
24. PP. DARUL FALAH
Jateng
Desa. Pakis Kec. Tayu Kab. Pati Jawa Tengah Kode Pos : 59155
25. PP. MANBA'UL ULUM
Pati, Jawa Tengah
26. PP. DARUL MUKHLASHIN Po. Bok. 158 Krincing Secang Payaman Magelang 56195 Jateng
27. PP. APIK Kauman, Kaliwungu, Kendal
Jl. Gondang Manis No.52, Babakan, Kec. Ciwaringin,
28. PP. AS SALAFIE
Kabupaten Cirebon, Jawa Barat 45167
Ngangkruk, Bandungsari,
29. PP. FADLLUL WAHID
Ngaringan Grobogan
MA’ARIF PP. FADLLUL Ngangkruk, Bandungsari,
30.
WAHID Ngaringan Grobogan
Ngangkruk, Bandungsari,
31. LBI PP. FADLLUL WAHID
Ngaringan Grobogan
MA’HAD ‘ALY FAIDHU Ngangkruk, Bandungsari,
32.
DZIL JALAL Ngaringan Grobogan

ULYA PP. FADLLUL Ngangkruk, Bandungsari,
33.
WAHID Ngaringan Grobogan
34. ALUMNI

Hasil Keputusan BMK

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Deskripsi Asli:

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

Hasil Keputusan BMK

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

HASIL KEPTUSAN

Dalam Rangka Haul

Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul W ahid 1

Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul W ahid 3

‫ﻢ ور*ﺔ اﷲ و'ﺮ&ﺗﻪ‬,‫ﺴﻼم ﻋﻠﻴ‬2‫ا‬

‫ﻢ ور*ﺔ اﷲ و'ﺮ&ﺗﻪ‬,‫ﺴﻼم ﻋﻠﻴ‬2‫وا‬

Ngangkruk, 28 Jumada Al Ula 1444 H

4 Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul Wahid

1. PEMBATALAN PERKAWINAN | MA’HAD ALY FAIDHU DZIL JALAL

Yang Berhak Mengajukan Permohonan Pembatalan Perkawinan

Contoh Kasus Pembatalan Perkawinan Sebab Faktor Tersebut

6 Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul Wahid

Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul W ahid 7

( ‫ ص‬/ ‫ )ج‬- ‫ﺼﺎﻟﺢ اﻷﻧﺎم‬ ‫ ﻗﻮاﻋﺪ اﻷﺣ م‬

(,- /+) ‫ ﻣﺬﻫﺐ اﻹﻣﺎم ا ﺸﺎﻓ‬# $‫ اﻟﻔﻘﻪ ا'ﻨﻬ‬

‫وﻋﻴﺘﻪ‬gz ‫ﻜﻤﺔ ﻣﻦ‬D‫ﺰوﺟﺎت وا‬2‫ﻢ ﺗﻌﺪد ا‬,‫ﺣ‬

8 Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul Wahid

‫‪ ‬اﻷﺷﺒﺎه وا‪1‬ﻈﺎﺋﺮ ‪) -‬ج ‪ /‬ص ‪( ,‬‬

‫‪ ‬اﻟﻔﻘﻪ اﻹﺳﻼ‪ L‬وأد‪J‬ﻪ ‪) -‬ج ‪ / +‬ص ‪(FGO‬‬

‫‪Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul W ahid‬‬ ‫‪9‬‬

‫‪ ‬اﻟﻔﻘﻪ اﻹﺳﻼ‪ L‬وأد‪J‬ﻪ ‪) -‬ج ‪ / O‬ص ‪(+P‬‬

‫‪ ‬اﻟﻔﻘﻪ اﻹﺳﻼ‪ L‬وأد‪J‬ﻪ ‪) -‬ج ‪ / F‬ص ‪(GO-‬‬

‫وا‪º2‬ر أر'ﻌﺔ أﻗﺴﺎم ﻋﻨﺪ اﻟﻌﻠﻤﺎء )´( ‪:‬‬

‫‪ ‬اﻟﻔﻘﻪ اﻹﺳﻼ‪ L‬وأد‪J‬ﻪ ‪) -‬ج ‪ /‬ص ‪( F+‬‬

‫ا ﻋﻮة إ= ﺟﻌﻞ ﺗﻌﺪد ا‪2‬ﺰوﺟﺎت ﺑﺈذن اﻟﻘﺎ‪: £‬‬

‫‪10‬‬ ‫‪Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul Wahid‬‬

‫‪ ‬اﻟﻔﻘﻪ اﻹﺳﻼ‪ L‬وأد‪J‬ﻪ ‪) -‬ج ‪ /‬ص ‪( F-‬‬

‫ﻗﻴﻮد إﺑﺎﺣﺔ ا‪i‬ﻌﺪد ‪:‬‬

‫‪2. SPANDUK KU HILANG | PP. MIFTAHUL ULUM JOGOLOYO‬‬

‫‪Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul W ahid‬‬ ‫‪11‬‬

3. BEDA ITU .....? | PP. AL KHOZINY

12 Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul Wahid

1. SUJUD MASSAL PASCA TRAGEDI KANJURUHAN | PP. LIRBOYO

Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul W ahid 13

( V- ‫ ص‬/ + ‫ )ج‬- QR‫ﻧﺔ اﻟﻄﺎ‬T‫ إ‬

14 Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul Wahid

‫إرﺷﺎد ا'ﺒﺘﺪﺋ‪) - Q‬ج ‪ /‬ص ‪(GPV‬‬ ‫‪ ‬ﻧﻬﺎﻳﺔ ا ﺰ‪X‬ﻦ‬

‫‪ ‬ﻣﻐ[ ا'ﺤﺘﺎج – )ج ‪ / V‬ص ‪( +V‬‬

‫‪ ‬ﻧﻬﺎﻳﺔ ا'ﺤﺘﺎج ‪) -‬ج ‪ / ,F‬ص ‪(,VV‬‬

‫‪ ‬إ‪T‬ﻧﺔ اﻟﻄﺎ‪) - QR‬ج ‪ / +‬ص ‪( V‬‬

‫‪Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul W ahid‬‬ ‫‪15‬‬

‫‪ ‬ﺣﻮا^ ا ]وا\ ‪) -‬ج ‪ /‬ص ‪( OF‬‬

‫‪a ‬ﻔﺔ ا'ﺤﺘﺎج `ح ا'ﻨﻬﺎج – )ج ‪ / G‬ص ‪(,+V‬‬

‫‪ ‬اﻹﻗﻨﺎع ﻠ]‪b‬ﻴ[ ‪) -‬ج ‪ / ,‬ص ‪(P+P‬‬

‫‪ ‬ﺣﺎﺷﻴﺔ ا‪f‬ﻤﻞ ‪) -‬ج ‪ / ,‬ص ‪(,FG‬‬

‫‪ ‬ﺣﺎﺷﻴﺔ ا‪R‬ﺠ‪ # Lg‬ا'ﻨﻬﺎج ‪) -‬ج ‪ / P‬ص ‪(,G‬‬

‫‪16‬‬ ‫‪Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul Wahid‬‬

‫‪` ‬ح ا‪l‬ﺎﻗﻮت ا‪1‬ﻔ‪j‬ﺲ )‪(VFF‬‬

‫‪ ‬ا'ﺠﻤﻮع `ح ا'ﻬﺬب)‪- (4 / 69‬‬

‫‪ ‬ﻓﻴﺾ اﻟﻘﺪﻳﺮ ‪) -‬ج ‪ / +‬ص ‪(++-‬‬

‫‪Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul W ahid‬‬ ‫‪17‬‬

( + / ) (‫ﺷﺪﻳﻦ )ﻓﺘﺎوى ا'ﺸﻬﻮر‬A‫ ﺑﻐﻴﺔ ا'ﺴ‬

2. DILEMA BAGIAN AMIL ZAKAT | PP. AL ANWAR

3. PBAK | PP. DARUSSALAM

Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul W ahid 19

1. ANAK JALANAN | PP. SYAIKHONA CHOLIL

(, + ‫ ص‬/ P ‫ )ج‬- QR‫روﺿﺔ اﻟﻄﺎ‬

20 Bahtsul Masail Kubro Ke 14 | PP. Fadllul Wahid

‫ﺣﺎﺷﻴﺔ ا¿ﻤﻞ ‪) -‬ج ‪ / ‰ì‬ص ‪(ìµì‬‬

‫‪ْ zُ Æ‬ﺴ ِﻠ ٍﻢ‬ ‫ََ‬ ‫ﻮد ( َإ‪ْ#‬ﻪ ) َو‪ْ َ 2‬ﻢ َ• ُﻄ ْﻞ ُﻣ َﻔ َ ُ ُ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ ُ ُ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ َ‬ ‫َ َ ْ َ َ َ َ ََ ُْ ْ َ َ َ َ َُ َ ُ َ‬

‫{ﻔﺔ ا‪a‬ﺤﺘﺎج ‪C p‬ح ا‪a‬ﻨﻬﺎج ‪) -‬ج ¶‪ / ‰‬ص ‪(´*ì‬‬

‫‪(‰‬‬ ‫ﺑﻐﻴﺔ ا‪a‬ﺴ§ﺷﺪﻳﻦ ‪) -‬ج ‪ / ‰‬ص‬