0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
54 tayangan2 halaman
Dokumen ini membahas tentang mitos Kapuhunan di Kalimantan. Kapuhunan adalah kepercayaan turun-temurun masyarakat Banjar yang meyakini bahwa menolak makanan dan minuman dapat menimbulkan sial. Walaupun sebagian besar masyarakat Banjar sudah memeluk agama Islam, kepercayaan ini masih dipertahankan karena dianggap sebagai nilai budaya luhur yang mengajarkan persaudaraan dan penghargaan terhadap hasil alam
Dokumen ini membahas tentang mitos Kapuhunan di Kalimantan. Kapuhunan adalah kepercayaan turun-temurun masyarakat Banjar yang meyakini bahwa menolak makanan dan minuman dapat menimbulkan sial. Walaupun sebagian besar masyarakat Banjar sudah memeluk agama Islam, kepercayaan ini masih dipertahankan karena dianggap sebagai nilai budaya luhur yang mengajarkan persaudaraan dan penghargaan terhadap hasil alam
Dokumen ini membahas tentang mitos Kapuhunan di Kalimantan. Kapuhunan adalah kepercayaan turun-temurun masyarakat Banjar yang meyakini bahwa menolak makanan dan minuman dapat menimbulkan sial. Walaupun sebagian besar masyarakat Banjar sudah memeluk agama Islam, kepercayaan ini masih dipertahankan karena dianggap sebagai nilai budaya luhur yang mengajarkan persaudaraan dan penghargaan terhadap hasil alam
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2020 Mitos Kapuhunan yang Harus Dipenuhi di Kalimantan Beberapa daerah Indonesia pasti mempunyai kepercayaan yang masih dipercayai hingga saat ini. Di zaman modern saat ini banyak orang beranggapan hal tersebut sebagai mitos belaka dan tidak akan berpengaruh ketika tidak dilakukan. Mitos memang masih belum jelas kaitannya dengan sesuatu yang dilakukan tetapi terlepas nyata atau tidak, menghargai sudah menjadi hal yang wajib ketika berada di daerah tertentu. Misalnya di Kalimantan yang mempunyai mitos atau kepercayaan yang disebut “Kapuhunan/Kapohonan”. Istilah “kapuhunan” yang merujuk kepada pohon merupakan kepercayaan turun temurun yang masih dipegang hingga kini oleh sebagaian masyarakat dalam budaya etnis Banjar. Kapuhunan, diperkirakan berasal dari kepercayaan dinamisme, disebut juga dengan nama preanimisme yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda atau makhluk mempunyai daya dan kekuatan. Kapuhunan berasal dari bahasa Banjar yang artinya celaka atau musibah karena menginginkan sesuatu (berkaitan dengan makanan dan minuman) atau ditawarkan seseorang namun ditolak. Jenis makanan dan minuman yang dipercaya paling ampuh menyebabkan kapuhunan adalah singkong, kopi, dan ketan, tapi secara umum semua makanan dan minuman bisa membuat kapuhunan. Akibatnya, seseorang yang tak kesampaian untuk makan atau minum atau tidak mengindahkan tawaran, bisa mendapat musibah. Meski etnis Banjar mayoritas memeluk agama Islam, kepercayaan terhadap “kapuhunan” ini masih belum hilang. Sebagai umat beraagama yang mempercayai bahwa segala sesuatu yang terjadi kepada manusia adalah atas kehendak Tuhan, terlebih lagi di zaman modern seperti sekarang tentu mitos kapuhunan ini sulit diterima secara rasional. Tanpa melepaskan keyakinan kepada Tuhan, mitos ini dinilai sebagai nilai-nilai luhur adat budaya masyarakat di Kalimantan. Nilai yang dapat diambil dari mitos ini yaitu nilai sosial. Kesetiakawanan, sikap ramah dan tata krama kepada sesame manusia, penghargaan terhadap makanan dan minuman yang merupakn hasil jerih payah manusia. Kapuhunan juga mewakili nilai luhur yang mengajarkan tentang keselarasan antar sesama manusia dan antar manusia dengan alam. Nilai ini patut dipertahankan agar tidak tergerus oleh pergeseran nilai yang terjadi di masyarakat.