Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH TUGAS HUKUM PERBANKAN

MENGENAI BANK KUSTODIAN

Oleh:

1. Muhammad Iqbal Ramadhan – 11010115130362

2. Muhammad Rizaldhi Ariwibowo – 11010115130376

3. Giovanni Bagas Hizkia – 11010115140245

4. R. Chrystianto Odolf Mega – 11010115140270

Pengertian Bank Kustodian

Bank kustodian atau disingkat kustodian adalah suatu lembaga yang bertanggung jawab


untuk mengamankan aset keuangan dari suatu perusahaan ataupun perorangan. Bank
kustodian ini akan bertindak sebagai tempat penitipan kolektif dan dari asset seperti saham,
obligasi, serta melaksanakan tugas administrasi seperti menagih hasil penjualan, menerima
deviden, mengumpulkan informasi mengenai perusahaan acuan seperti misalnya rapat umum
pemegang saham tahunan, menyelesaikan transaksi penjualan dan pembelian, melaksanakan
transaksi dalam valuta asing apabila diperlukan, serta menyajikan laporan atas seluruh
aktivitasnya sebagai kustodian kepada kliennya.

Sementara itu tentang Bank Kustodian, Pasal 1 angka 3 Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 24/POJK.04/2017 Tahun 2017 tentang Laporan Bank Umum Sebagai
Kustodian (“POJK 24/2017”) mendefinisikan Bank Kustodian adalah Bank Umum yang
telah memperoleh persetujuan OJK untuk melakukan kegiatan usaha sebagai Kustodian.

Kustodian, menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (“UU
8/1995”) serta POJK 24/2017, adalah pihak yang memberikan jasa penitipan Efek dan harta
lain yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak
lain, menyelesaikan transaksi Efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi
nasabahnya.[4]
Datar bank kustodian

Bank kustodian di Indonesia adalah bank umum yang telah mendapatkan persetujuan


dari Badan Pengawas Pasar Modalsebagai kustodian.

Daftar bank kustodian di Indonesia berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal


Indonesia adalah sebagai berikut :

 Bank Central Asia


 Standard Chartered Bank
 Bank Internasional Indonesia
 Bank CIMB Niaga
 HSBC
 Citibank N.A
 Bank Permata
 Lippo Bank
 Bank Negara Indonesia
 Bank Sumitomo Mitsui Indonesia
 Bank Artha Graha
 Bank UOB Indonesia
 Deutsche Bank
 Bank Rakyat Indonesia
 Bank Mandiri
 Bank Mega
 Bank Panin
 Bank Danamon
 Bank Bukopin
 Bank DBS Indonesia

Fungsi
Bank Kustodian merupakan lembaga keuangan yang bertanggung jawab menyimpan dan
menjaga berbagai aset perusahaan investasi secara kolektif. Aset dapat mencakup semua jenis
sekuritas termasuk saham atau obligasi, serta aset seperti perhiasan atau barang berharga
lainnya. Manajer investasi hanya memiliki hak untuk mengelola dana berupa cash maupun
instrumen investasi, namun untuk alasan keamanan seluruh aset tersebut wajib disimpan di
Bank Kustodian, sehingga menutup kemungkinan salah satu pihak dalam menggelapkan dana
investor. Untuk menjadi bank kustodian, sebuah institusi harus mendapat izin dari Bank
Indonesia serta mendapat persetujuan dari OJK.

Fungsi dari bank kustodian bukan hanya menyimpan dana, berikut ini adalah beberapa fungsi
bank kustodian lainnya, yaitu:

Mengerjakan Fungsi Administrasi

Bank Kustodian bertanggung jawab melakukan proses administrasi dan pencatatan dari setiap
intrumen yang disimpannya. Proses pencatatan yang dilakukan termasuk jual-beli saham,
pengiriman surat konfirmasi atas transaksi jual-beli, pengalihan dan perhitungan unit,
pencairan deposito, hingga pengiriman laporan bulanan.

Mengawasi Manajer Investasi

Bank Kustodian juga bertugas mengawasi manajer investasi agar tidak mengambil kebijakan
yang dapat merugikan investor pemilik modal. Apabila terjadi pengelolaan yang menyalahi
ketentuan, bank kustodian memiliki tanggung jawab memperingatkan pihak manajer
investasi. Jika peringatan tersebut tidak dihiraukan oleh pihak manajer bank kustodian
bertugas membawa kasus ini ke OJK (Otoritas Jasa Keuangan).

Tugas dan Tanggung Jawab Bank Kustodian

Secara lengkap, dalam Peraturan OJK Pasal 62 yang mengatur tata cara pembuatan kontrak
investasi kolektif, tugas dan tanggung jawab bank kustodian reksa dana adalah:

1. Membuat pembukuan dan pelaporan.


2. Bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul karena kesalahannya.
3. Menghitung Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana setiap hari.
4. Menyelesaikan transaksi efek sesuai dengan instruksi Manajer Investasi.
5. Membayar biaya pengelolaan dan biaya lain yang dibebankan pada Reksa Dana
sesuai kontrak.
6. Melakukan pembayaran kepada pemegang Unit Penyertaan, jika dalam Kontrak
Investasi Kolektif menetapkan adanya kebijakan mengenai pembagian hasil secara
berkala kepada pemegang Unit Penyertaan.
7. Melakukan penyimpanan dan pemeliharaan catatan secara terpisah yang menunjukkan
semua perubahan mengenai jumlah Unit Penyertaan yang dimiliki setiap pemegang
Unit Penyertaan, nama, kewarganegaraan, alamat, serta identitas lain dari para
pemegang Unit Penyertaan.
8. Memastikan bahwa Unit Penyertaan diterbitkan hanya atas penerimaan dana dari
calon pemegang Unit Penyertaan, pihak yang sudah ditentukan pada saat pembukaan
rekening; dan/atau pihak yang ditentukan oleh pemegang Unit Penyertaan setelah
pembukaan rekening.
9. Mengurus Transaksi Unit Penyertaan.
10. Melakukan pemisahan kekayaan Reksa Dana dari kekayaan Bank Kustodian.
11. Memberi jasa Penitipan Kolektif dan Kustodian sehubungan dengan kekayaan Reksa
Dana.
12. Menyusun dan menyampaikan laporan kepada Manajer Investasi, Otoritas Jasa
Keuangan, dan pemegang Unit Penyertaan.
13. Dapat menolak instruksi Manajer Investasi, yang dilakukan secara tertulis dengan
tembusan kepada Otoritas Jasa Keuangan, apabila instruksi Manajer Investasi tersebut
pada saat diterima oleh Bank Kustodian secara jelas melanggar peraturan perundang-
undangan di bidang Pasar Modal dan/atau Kontrak Investasi Kolektif.

Secara umum, tugas dan tanggung jawab bank kustodian reksa dana di atas dapat
digolongkan menjadi 3 yaitu:

1. Compliance Monitoring: Tugas yang berkaitan dengan pengawasan atas kinerja


manajer investasi, antara lain adalah tugas nomor (8), (12) dan (13).
2. Administrator and Transfer Agent: Tugas yang berkaitan dengan administrasi dan
penyelesaian transaksi, antara lain adalah tugas nomor (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7),
dan (9).
3. Safe Keeping: Tugas yang berkaitan dengan penitipan dan penyimpanan harta, yaitu
tugas nomor (10) dan (11).

Peran Bank Kustodian Dalam Pasar Modal Indonesia

Apa itu bank kustodian dan apa hubungan bank kustodian dengan pasar modal di Indonesia?
mungkin ini beberapa pertanyaan yang banyak muncul saat mendengar kata bank kustodian
dalam pasar modal Indonesia. bank kustodian merupakan lembaga keuangan yang telah
mendapat ijin dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan bertanggungjawab menyimpan
sekaligus menjaga berbagai asset perusahaan seperti saham, surat berharga atau obligasi,
ataupun aset perhiasan emas, berlian, mutiara, dan barang berharga lainnya.

Bank kustodian tidak hanya bertugas untuk menyimpan dan menjaga berbagai asset
perusahaan namun bank kustodian juga bertanggung jawab untuk memproses administrasi
dan melakukan pencatatan setiap transaksi yang dilakukan termasuk jual beli saham,
pengiriman surat konfirmasi, pencairan deposito, sampai dengan pengiriman laporan bulanan.
Selain itu, bank kustodian juga mengawasi manajer investasi agar tidak mengambil kebijakan
yang cenderung merugikan investor pemilik modal. Dan apabila pihak manajer bank
kustodian membuat kebijakan yang menyalahi aturan dan sudah diperingatkan tetapi masih
saja dilakukan, bank custodian akan membawa permasalahan itu ke OJK (Otoritas Jasa
Keuangan).

Jika kita berbicara tentang bank, pasti kita juga akan terhubung dengan pasar modal. Pasar
modal merupakan pasar yang mempertemukan antara pihak yang menawarkan dana jangka
panjang dan pihak yang membutuhkan dana jangka panjang yang memiliki jangka waktu
diatas satu tahun. Dana tersebut dapat diperjualbelikan. Dana jangka panjang memiliki dua
macam. Obligasi dan saham. Dana yang merupakan utang biasanya berbentuk sebagai
obligasi yang merupakan suatu perjanjian yang mengharuskan peminjam membayar
pinjaman pokok sekaligus bunganya dalam jumlah dan kurun waktu tertentu., dan dana
jangka panjang yang merupakan modal kita sendiri biasanya berbentuk saham.
Oleh karena itu, bank dan pasar modal merupakan suatu peran yang sangat penting bagi
masyarakat. Apa lagi saat ini, di era yang sangat modern dan perkembangan perekonomian
yang semakin maju ini, telah mendorong bank dan pasar modal berusaha untuk menciptakan
berbagai produk dan layanan yang semakin memudahkan masyarakat ataupun investor. Jadi
peran bank kustodian di sini adalah untuk menjembatani antara investor, bank, dan pasar
modal. Terlebih lagi untuk masalah transaksi nya yang berhubungan dengan penerimaan
ataupun pembayaran dana kepada pemakai jasa. Pasar modal bisa dikatakan sebagai sarana
alokasi dana yang bersifat progresif dan produktif untuk memindahkan dana dari pemberi
pinjaman kepada orang yang meminjam. Sehingga akan terbentuk suatu keseimbangan
perekonomian yang sehat.

Manajer Investasi Berhak Mengganti Bank Kustodian

Dalam hal bank kustodian tidak mampu melanjutkan usahanya, maka sesuai dengan
peraturan OJK pasal 40, Manajer investasi berhak mengganti bank kustodian.

Bahkan, sebenarnya penggantian bank kustodian tidak hanya karena bank kustodian tidak
dapat melanjutkan usaha, tapi bisa juga disebabkan karena kualitas layanan yang diberikan
kurang baik atau ada bank kustodian lain yang lebih kompetitif sehingga manajer investasi
memutuskan untuk mengganti bank kustodian. Penggantian kustodian baru bisa dilakukan
setelah mendapat izin dari OJK. Bank kustodian wajib bertanggung jawab atas tugas sebagai
bank kustodian sampai dengan adanya bank kustodian pengganti.

Selama belum mendapat kustodian pengganti, maka bank kustodian reksa dana yang lama
harus tetap bekerja. Jika tidak, pada saat izin usahanya mau dikembalikan ke OJK, dapat saja
ditolak karena masih ada kewajiban yang harus dipenuhi.

Jika Bank Kustodian Bangkrut?

Dalam perbankan, kita mengenal LPS (Lembaga Penjamin Simpanan).

Dengan adanya LPS, apabila suatu bank bangkrut maka nasabah yang ditempatkan di bank
tersebut masih aman asalkan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh LPS. 
Dalam kasus bank kustodian bangkrut, apakah ada mekanisme serupa untuk aset yang
disimpan bank kustodian?

Jawabannya tidak, karena penempatan dana masyarakat pada bank dan penyimpanan aset
reksa dana pada bank kustodian menggunakan prosedur yang berbeda.

engan demikian, apabila terjadi kebangkrutan pada bank kustodian, maka aset yang terdapat
dalam SDB tersebut tetap aman karena tidak bisa ikut disita.

Satu-satunya risiko aset yang disimpan dalam SDB adalah hilang. Penyebab kehilangan bisa
karena kelalaian dalam melakukan penyimpanan.

Untuk hal ini, dalam Undang-Undang Pasar Modal telah disebutkan bahwa jika aset reksa
dana yang disimpan hilang karena kelalaian dari bank kustodian, maka mereka wajib
mengganti kehilangan tersebut.

maka sekalipun bank kustodian bangkrut, maka aset reksa dana masih aman.

Sama seperti kasus manajer investasi, jika suatu bank kustodian bangkrut maka pilihannya
adalah reksa dana dibubarkan, seluruh aset dijual dan dikembalikan ke nasabah. Atau,
alternatifnya dialihkan kepada bank kustodian yang lain.

Yang dapat membuat investor reksa dana kehilangan seluruh investasinya bukanlah manajer
investasi atau bank kustodian yang bangkrut. Tapi jika manajer investasi yang mengelola
reksa dana tersebut menginvestasikan dana kelolaannya pada sebuah perusahaan dan
perusahaannya tersebut bangkrut.

Anda mungkin juga menyukai