Anda di halaman 1dari 1

Ayah Ikal merupakan orang yang sangat pendiam.

Namun sesungguhnya beliau memiliki


rasa kasih sayang yang sangat besar. Buktinya, saat tiba hari pembagian rapor, ayah Ikal
selalu mengambil cuti dua hari. Ayahnya menyiapkan sepatu, sepeda, dan baju terbaiknya
yaitu baju safari empat saku. Bahkan beliau mencukur rambut dan kumisnya. Tak kalah
repot, ibu Ikal juga sehari semalam merendan ramuan buatannya untuk dipercikkan pada
baju safari ayah ketika menyetrikanya. Setelah itu, ayah Ikal bersepeda menuju SMA Negeri
Bukan Main yang jauhnya 30 kilometer.

Saat Ikal berlari sepulang sekolah, ia seakan-akan melihat apa yang akan terjadi di masa depan
takkan ada yang berubah. Ikal pun mulai menyerah pada mimpinya dan sekolahnya pun asal-asalan.
Sehingga prestasinya turun drastis. Namun, saat hari pengambilan rapor, ternyata ayahnya tetap
melakukan hal yang sama. Beliau tidak memarahi Ikal dan tetap menganggap Ikal sebagai
pahlawannya. Saat Ikal mendengar perkataan Arai yang mengatakan bahwa kita tidak boleh
mendahului nasib, saat itu juga Ikal melihat harapannya kembali dan menyesali apa yang telah
dilakukannya.

Anda mungkin juga menyukai