Saat Ikal berlari sepulang sekolah, ia seakan-akan melihat apa yang akan terjadi di masa depan
takkan ada yang berubah. Ikal pun mulai menyerah pada mimpinya dan sekolahnya pun asal-asalan.
Sehingga prestasinya turun drastis. Namun, saat hari pengambilan rapor, ternyata ayahnya tetap
melakukan hal yang sama. Beliau tidak memarahi Ikal dan tetap menganggap Ikal sebagai
pahlawannya. Saat Ikal mendengar perkataan Arai yang mengatakan bahwa kita tidak boleh
mendahului nasib, saat itu juga Ikal melihat harapannya kembali dan menyesali apa yang telah
dilakukannya.