MODUL PERKULIAHAN
Pengambilan
Keputusan
Manajerial
KEPUTUSAN FREKUENSI LEARNING
CURVE.
Abstract Kompetensi
Mampu menyimpulkan dan Tingkat kemampuan memahami dan
memutuskan frekuesi learning memutuskan ketepatan menerangkan
curve yang menciptakan efisiensi tentang efisiensi operasional
proses operasi
Latar Belakang
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
13
Ekonomi & Bisnis Manajemen W312100013 Mas Wahyu Wibowo, Ph.D
Jika anda mengerjakan sesuatu, tentunya waktu yang dibutuhkan pada saat pertama kali
bekerja akan lebih lama daripada pekerjaan yang dilakukan kedua kalinya, atau bahkan
ketiga, keempat dan seterusnya.
Dalam pelaksanaan proses produksi diperlukan adanya penentuan urutan proses dan skedul
pelaksanaan proses (waktu kerja) dari perusahaan yang bersangkutan. Urutan kerja dalam
proses produksi dan skedul proses produksi merupakan dua hal yang saling berkaitan.
Urutan kerja yang harus dilaksanakan dalam penyelesaian proses produksi ini harus disusun
dengan sebaik-baikya, sehingga tidak terjadi penumpukan kerja pada salah satu bagian
dalam perusahaan tersebut.
Oleh karena itu maka sebelum penentuan urutan kerja dan waktu kerja ini dilaksanakan,
sebaiknya pelaksanaan penyelesaian proses dalam perusahaan yang bersangkutan ini
dipelajari dan dianalisis terlebih dahulu sehingga penentuan urutan kerja dan skedul proses
(penentuan waktu kerja) akan dapat dilaksanakan dengan baik. Penyusunan urutan dan
skedul proses oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan ini tentunya akan
mempunyai beberapa perbedaan tertentu untuk masing-masing bentuk penyelesaian
proses ini. Penyelesaian proses per-unit akan berbeda dengan penyusunan proses produksi
dalam suatu kelompok unit tertentu.
Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang hendak dibahas
oleh penulis adalah sebagai berikut,
Tujuan Pembahasan
5. Untuk mengetahui urutan dan skedul proses produksi dalam kegiatan operasional
perusahaan.
PEMBAHASAN
Pada mulanya konsep learning curve ini berasal dari perusahaan pesawat terbang.
Namun kemudian konsep ini dapat dikembangkan dalam berbagai macam jenis industri lain,
yang tentunya dengan penerapan disesuaikan dengan setiap jenis industri yang
mempergunakannya. Dalam hal ini belum tentu terapan yang sesuai dengan salah satu jenis
industry tersebut akan sesuai pula dengan industri yang lainnya.
Penurunan waktu penyelesaian produk ini hanya berlaku bagi penyelesaian produk
yang prosesnya merupakan proses ulangan bagi karyawan yang bersangkutan. Penurunan
waktu penyelesaian atau yang sering disebut sebagai peningkatan efisiensi kerja para
karyawan perusahaan tersebut tidak berlaku bagi para karyawan yang memproses produk
perusahaan untuk pertama kalinya, atau melaksanakan proses produksi untuk produk baru.
Untuk hal semacam ini maka manajemen perusahaan yang berangkutan harus
memperhitungkan kembali dari titik awal, baru kemudian untuk produk yang kedua dan
seterusnya akan dapat diharapkan terdapat penurunan waktu penyelesaian produk oleh
para karyawan perusahaan yang bersangkutan tersebut.
Beberapa anggapan dasar yang dipergunakan di dalam penerapan theory learning curve ini
antara lain adalah,
A. Jumlah waktu yang dipergunakan oleh para karyawan di dalam menyelesaikan suatu
jumlah pekerjaaan tertentu yang ada di dalam perusahaan tersebut akan selalu
berkurang apabila pekerjaan-pekerjaan tersebut telah dilaksanakan.
C. Penurunan waktu tersebut akan mengikuti suatu pola yang bersifat khusus dan yang
dapat diperkirakan, misalnya akan mengikuti fungsi eksponensial.
1. Contoh Aplikasi Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman pada Seleksi
Karyawan
Seorang pelamar sedang diuji untuk menempati posisi operator pengetikan buku.
Manajemen merasa bahwa posisi siap kerja bila telah mengetik 1.000 lembar. Diharapkan
waktu yang diperlukan untuk mengetik lembar yang ke 1.000 adalah 4 menit. Jika pelamar
tersebut saat di test mengetik untuk lembar pertama, dia memerlukan waktu 10 menit, dan
untuk menyelesaikan pengetikan lembar kedua memerlukan waktu 9 menit. Apakah
sebaiknya pelamar tersebut diterima? Mengapa?
Pembahasan:
PT Kapal Indonesia mendapat kontrak untuk membuat 11 kapal boat, dan telah
menyelesaikan 4 buah. Pada saat membuat empat buah boat tersebut, untuk boat yang
pertama, manajer operasi mempekerjakan 225 orang setiap orang bekerja 40 jam per
minggu, kemudian untuk membuat boat yang kedua, manajer operasi mengurangi tenaga
kerjanya sebanyak 45 orang. Berdasarkan hal tersebut, manajer operasi merencanakan akan
terus mengurangi tenaga kerjanya, dan untuk membuat boat yang kesebelas ia akan
mempekerjakan 110 orang. Analisislah apakah rencana tersebut memadai?
Pembahasan:
Diketahui:
Ditanya;
Jawab:
Mencari rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh karena
produk ke-11 tidak ada pada Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor Perbaikan
Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman maka dilakukan interpolasi untuk angka
terdekat yakni produk ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493), diperoleh faktor perbaikan sebesar
0,4629.
Selanjutnya untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
3. Contoh Aplikasi Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman pada Estimasi
PT Kapal Indonesia membuat kapal boat unit yang pertama pada tingkat biaya 500.000 US$
yang terdiri dari 200.000 bahan, dan 300.000 untuk tenaga kerja. PT Kapal Indonesia
mengambil keuntungan sebesar 10% dari total biaya. Bila ada kontrak kerja, PT Kapal
Pembahasan
Diketahui:
Jawab:
Material = 200.000
Tk = 300.000
Material = 200.000
Material = 200.000
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor Perbaikan
Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8 diperlukan waktu 51,192 JTKL
= 1,954243 – 1 / 0,30103
Maka Y60 = Yn = (Y1)nR
= 4500 x 603,169925 jam
Sebuah contoh berikut ini akan menggambarkan bagaimana learning curve dapat
membantu dalam pembuatan keputusan manajerial. Perusahaan VAJ mempunyai tawaran
kontrak untuk 100 unit produk A. Produk A merupakan jenis produk baru bagi perusahaan,
dan dalam percobaan pembuatannya, unit produk pertama ternyata memerlukan 75 jam
tenaga kerja langsung. Biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp. 5000,- setiap jam. Manager
produksi perusahaan memperkirakan bahwa akan berlaku learning curve 80%. Biaya-biaya
langsung lainnya Rp. 50.000,- per unit. Langganan menghendaki harga per unit sebesar Rp.
200.000,-. Manager perusahaan harus membuat keputusan apakah kontrak diterima atau
tidak.
Pertama, perlu dihitung jam tenaga kerja langsung rata-rata per produk:
= 1,39623
Biaya tenaga kerja langsung = 24, 9017 x Rp. 5000 = Rp. 124.508,50
Jadi perusahaan akan memperolah kontribusi laba sebesar: (Rp. 200.000 – Rp. 174.508,50) =
Rp. 25.491,50 atau, kontribusi laba total sebesar (100 x Rp. 25.491,50) = Rp. 2.549.150. Atas
dasar data ini manager sendiri yang dapat membuat keputusan, dengan memperhatikan
factor-faktor lainnya yang relevan.
Di luar industri-industri pesawat terbang dan elektronik, learning curve jarang digunakan
karena berbagai keterbatasan. Keterbatasan pertama adalah bahwa produk-produk
biasanya tidak seluruhnya baru. Bahkan pesawat terbang baru tidak sepenuhnya berbeda
dengan model-model sebelumnya. Begitu juga untuk industry baru, seperti televisi pada
tahun 1950an, yang tergantung pada tabung-tabung dan sirkuit elektronik telah sangat
dikenal oleh para pembuat radio. Hal ini menyulitkan kita untuk menetapkan titik awal bagi
perhitungan learning curve.
Keterbatasan lain adalah bahwa kurva-kurva hanya bersangkutan dengan tenaga kerja
langsung. Dalam hal mesin-mesin sangat berpengaruh, suatu kurva 80% mungkin terlalu
rendah, dan manajemen perlu menggunakan kurva 85 atau 90%. Masalahnya adalah
pembuatan keputusan mana kurva yang digunakan, 80, 85, 90 atau lainnya?
Satu lagi masalah dalam penggunaan learning curve adalah bahwa ada kecenderungan salah
interpretasi terhadap penghematan-penghematan yang diperkirakan kecuali perusahaan
merubah caranya dalam menyusun laporan-laporan akuntansi biaya. Untuk menggunakan
kurva secara benar, biaya-biaya persiapan yang terjadi sebelum kontrak dimulai harus
2021 Pengambilan Keputusan Manajerial
10 Mas Wahyu Wibowo, Ph.D.
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
dipisahkan dan dikeluarkan dari perhitungan. Bila hal ini dibebankan pada kontrak dan
kemudian dimasukkan dalam perhitungan biaya untuk unit pertama yang diproduksi, unit-
unti pertama akan mempunyai biaya besar. Begitu juga, semua jam kerja harus dibebankan
pada produk-produk yang menerima benefit dari kerja tersebut. Bila sebagian jam kerja
dalam bulan Maret digunakan untuk produk-produk yang akan dilaksanakan dalam bulan
April atau Mei, jam-jam kerja ini harus dibebankan pada produk-prodk bulan April atau Mei
dan bukan pada produk-produk bulan Maret.
Ahyari (1986: 84-86) mengatakan bahwa, di dalam pelaksanaan proses produksi di dalam
suatu perusahaan, pada umumnya setelah terdapat kepastian tentang apa yang akan
diproduksikan (order produksi), maka manajemen perusahaan yang bersangkutan
(khususnya bagian pengendalian proses) akan menyusun alokasi dari pekerjaan yang akan
dilaksanakan oleh perusahaan yang bersangkutan tersebut. Kepastian tentang apa yang
akan diproduksikan oleh perusahaan tersebut dapat berasal dari beberapa macam sumber,
misalnya order dari langganan untuk perusahaan yang berproduksi untuk pesanan,
kepastian perencanaan produksi untuk perusahaan yang berproduksi untuk pasar, dan lain
sebagainya.
Penentuan prioritas pekerjaan yang akan dilaksanakan sangat penting dalam hubungannya
dengan pelaksanaan kerja yang akan dilaksanakan dalam perusahaan. Langkah berikutnya
yang dapat dilaksanakan setelah prioritas pekerjaan tersebut diperoleh kepastiannya adalah
memulai pelaksanaan kerja yang telah ditentukan tersebut. Pekerjaan-pekerjaan yang akan
dilaksanakan tersebut nantinya benar-benar segera dimulai apabila telah ada perintah untuk
memulai pekerjaan tersebut. Perintah kerja ini akan dikeluarkan oleh orang yang berwenang
di dalam perusahaan yang bersangkutan.
Dalam hal ini apabila dirasakan pelaksanaan kerja tersebut kurang sesuai dengan rencana,
ataupun kurang sesuai dengan fasilitas yang ada di dalam perusahaan yang bersangkutan,
maka perlu diadakan perbaikan-perbaikan di dalam alokasi pekerjaan dalam perusahaan
yang bersangkutan. Pelaksanaan kerja dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut
kadang-kadang agak menyimpang dari rencana yang telah disusun dalam perusahaan.
Dalam keadaan seperti ini maka manajemen perusahaan yang bersangkutan perlu untuk
mengadakan penyesuaian pelaksanaan order tersebut. Pelaksanaan order yang terlambat
perlu diadakan percepatan seperlunya, sehingga akan dapat mengejar keterlambatan yang
ada, atau setidak-tidaknya dapat mengurangi keterlambatan yang ada tersebut. Sampai
dengan tahap inipun apabila manajemen perusahaan melihat perlunya revisi dari alokasi
pekerjaan yang ada tersebut, maka revisi ini akan dapat dilaksanakan oleh manajemen
perusahaan yang bersangkutan tersebut. Revisi tersebut akan dilaksanakan dengan tujuan
2021 Pengambilan Keputusan Manajerial
11 Mas Wahyu Wibowo, Ph.D.
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
perbaikan pelaksanaan kerja yang ada di dalam perusahaan tersebut, sehingga untuk
pelaksanaan kerja pada waktu-waktu berikutnya akan dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
Secara schematis penyelesaian pekerjaan yang ada dalam perusahaan tersebut akan dapat
terlihat sebagai berikut:
Dalam hubungannya dengan penyusunan dan skedul proses produksi untuk suatu
perusahaan, maka pelaksanaan penyelesaian proses produksi yang dilaksanakan oleh
perusahaan-perusahaan pada umumnya, secara garis besar dibagi menjadi beberapa
macam yaitu (Ahyari, 1986: 88),
Pada umumnya pekerjaan yang harus diselesaikan di dalam proyek ini merupakan pekerjaan
yang sangat banyak, dimana antara suatu pekerjaan denga pekerjaan lainnya akan
mempunyai keterkaitan dan ketergantungan yang sangat besar. Misalnya, perbaikan jalan,
pembuatan jalan bebas hambatan, pembangunan gedung, pembangunan lapangan terbang,
pembuatan kapal, dsb.
Dalam hubungannya dengan penyusunan urutan kerja dan waktu kerja untuk penyelesaian
proyek ini, maka koordinasi merupakan suatu hal yang sangat penting dilaksanakan. Dalam
perkembangannya pada umumnya guna penyusunan skedul penyelesaian proyek berikut
cara koordinasinya seringkali dipergunakan methode jalur kritis atau yang sering disebut
sebagai analisis network. Dengan menggunakan metode tersebut akan kelihatan bagaimana
urutan dan waktu kerja yang harus dilaksanakan untuk penyelesaian proyek secara
keseluruhan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan urutan kerja dan waktu kerja
untuk penyelesaian produk pesanan antara lain sebagai berikut:
Pesanan yang datang kepada perusahaan ini akan dapat berupa pesanan dalam suatu
jumlah tertentu ataupunu di dalam bentuk pesanan individual dalam suatu distribusi
tertentu. Apabila pesanan ini datang dalam jumlah tertentu, maka pola datangnya pesanan
ini seringkali disebut pola statis, sedang apabila datangnya pesanan tersebut menurut
distribusi tertentu disebut pola dinamis.
Pola kedatangan bersifat statis bukannya berarti bahwa beberapa pesanan tersebut akan
datang di dalam saat yang sama, namun dapat saja terjadi bahwa pesanan tersebut akan
datang di dalam waktu yang berbeda, namun memesan produk dengan spesifikasi produk
yang sama.
Dalam pola kedatangan pesanan yang dinamis, maka kegiatan penyusunan urutan kerja dan
waktu kerja akan dilaksanakan untuk setiap pesanan yang masuk, setiap pesanan yang
masuk ke dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut akan mempunyai perbedaan
dalam hal spesifik produk antara satu pesanan yang lain, walaupun perbedaan yang ada
untuk masing-masing pesanan yang masuk tersebut kadang-kadang sangat kecil.
Jumlah dan jenis mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan dalam perusahaan ini
akan sangat berhubungan erat dengan kemampuan dari perusahaan tersebut untuk
melaksanakan penyelesaian suatu pesanan yang masuk ke dalam perusahaan tersebut.
Apabila perusahaan yang bersangkutan menggunakan beberapa mesin yang berbeda untuk
melaksanakan proses produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan, maka manajemen
perusahaaan perlu untuk mengadakan penyusunan urutan kerja dan waktu kerja dengan
teliti, karena belum tentu pekerjaan yang akan dilaksanakan itu menggunakan semua jenis
mesin yang ada dalam perusahaan.
Semakin banyak jumlah mesin yang tersedia dan siap dipakai dalam perusahaa, maka berarti
bahwa kapasitas yang tersedia dari mesin yang bersangkutan menjadi semakin besar. Hal ini
Jumlah mesin dan peralatan produksi yang cukup tidak akan berarti apabila tidak terdapat
karyawan yang mampu untuk melaksanakan proses produksi dalam perusahaan tersebut
denga baik dalam jumlah yang memadai. Oleh karenanya maka perimbangan jumlah
karyawan dan jumlah mesin yang tersedia di dalam perusahaan yang bersangkutan sangat
perlu untuk memperoleh perhatian yang cukup oleh manajemen perusahaan tersebut.
Dalam perusahaan-perusahaan yang mengadaka proses produksi untuk produk pesanan ini
akan terdapat beberapa pola arus yang akan dapat dipergunakan dalam perusahaan yang
bersangkutan. Adapun beberapa pola arus tersebut antara lain: pola arus sederhana, pola
arus random, dan pola arus hybrid.
Yang dimaksut adalah penyusunan prioritas pekerjaan yang akan dikerjakan dengan mesin
dan peralatan produksi yang ada di dalam perusahaan tersebut. Beberapa hal yang
dipertimbangkan berhubungan dengan penyusunan prioritas alokasi pekerjaan yang akan
dilaksanakan pada suatu perusahaan antara lain yang didahulukan adalah:
3. Pekerjaan yang mempunyai waktu penggunaan mesin yang terpendek atau jatah
penggunaan mesin tersebut paling awal.
4. Pekerjaan yang mempunyai waktu longgar dari satu proses ke proses yang lain paling
pendek.
Penyelesaian produksi dalam kelompok unit atau yang sering disebut sebagai batch ini
adalah merupakan penyelesaian proses produksi dengan spesifikasi tertentu di dalam
jumlah tertentu pula. Penyelesaian proses produksi yang dilaksanakan oleh perusahaan
semacam ini akan dapat dipergunakan untuk pemenuhan pesanan (bekerja untuk pesanan)
Untuk dua jenis lain dari penyelesaian produksi dalam kelompok produk ini akan lebih
sederhana baik cara penentuan urutan proses produksi maupun waktu penyelesaian proses
produksi untuk masing-masing kelompok produk. Suatu hal yang sangat perlu untuk
diperhatikan dalam penyelesaian produksi dalam kelompok unit adalah disamping produk
yang sedang diproses dalam perusahaan tersebut harus dapat selesai sebagaimana
spesifikasi produk yang ada, maka jumlah dari kelompok produk tersebut juga harus sesuai
sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya, karena belum tentu setiap kelompok
produk tersebut akan mempunyai jumlah unit yang sama.
Produk perusahaan secara individual tidak akan berpengaruh terhadap pekerjaan yang
dilaksanakan oleh para karyawan tersebut karena produk dalam proses akan selalu terikat
pada mesin dan peralatan produksi, sementara produk berikutnya yang masuk proses
15 Pengambilan
2021 Keputusan Manajerial Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
Mas Wahyu Wibowo, Ph.D. http://pbael.mercubuana.ac.id/
adalah sama persis dengan produk sebelumnya sehingga akan diproses dengan alat, metode
dan perlakuan yang sama dalam perusahaan tersebut. Untuk perusahaan-perusahaan yang
melaksanakan penyelesaian produksi besar-besaran ini, penentuan urutan dan waktu kerja
yang diperlukan (untuk rata-rata produk perusahaan) pada umumnya akan dilaksanakan
jauh hari sebelum pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan tersebut. Teknologi
yang digunakan, mesin dan peralatan produksi yang tersedia akan mempengaruhi urutan
dan waktu kerja untuk melaksanakan penyelesaian proses produksi dalam perusahaan yang
bersangkutan.
KESIMPULAN
1. Teori dasar yang dipergunakan dalam permasalahan ini adalah, bahwa sebenarnya
apabila terdapat seseorang karyawan yang berulang-ulang mengerjakan pekerjaan yang
sama, maka karyawan tersebut akan menjadi semakin lancar di dalam menyelesaikan
pekerjaan tersebut. Dengan semakin lancarnya pelaksanaan pekerjaan oleh karyawan
yang bersangkutan ini maka berarti waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut akan menjadi semakin pendek. Dengan kata lain dapat disebutkan
bahwa waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proses produksi suatu produk akan
menjadi semakin pendek apabila karyawan tersebut sudah melaksanakan proses
produksi untuk produk tersebut berulang kali. Dengan demikian apabila ditinjau dari
segi produk perusahaan, maka kebutuhan jam kerja karyawan untuk memproduksikan
produk tersebut akan menjadi semakin pendek, sehingga biaya tenaga kerja untuk
memproduksi produk tersebut menjadi menurun. Hal ini berarti bahwa efisiensi tenaga
kerja dalam perusahaan tersebut akan dapat ditingkatkan.
Beberapa anggapan dasar yang dipergunakan di dalam penerapan teori learning curve
ini antara lain adalah,
c. Penurunan waktu tersebut akan mengikuti suatu pola yang bersifat khusus dan
yang dapat diperkirakan, misalnya akan mengikuti fungsi eksponensial.
Daftar Pustaka
a) Ahyari, A. 1986. Manajemen Produksi: Pengendalian Produksi. Jilid I. Edisi Keempat.
Yogyakarta: BPFE