Anda di halaman 1dari 38

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

SATPAM yang merupakan singkatan dari Satuan Pengamanan adalah satuan kelompok petugas yang
dibentuk oleh instansi/proyek/badan usaha untuk melakukan keamanan fisik (physical security) dalam
rangka penyelengaraan kemanan swakarsa di lingkungan kerjanya.

Manajemen Security sebagai salah satu kekhususan dan untuk asosiasi, dinamakan Asosiasi Manajer
Security Indonesia, disingkat AMSI. Yang dimaksud adalah “Industrial Security” yang dalam buku-buku di
Amerika Serikat disingkat “security”. Industrial Security mencakup bidang yang cukup luas, yaitu semua
organisasi, baik perusahaan, lembaga dan instansi pemerintah, universitas, rumah sakit, dan sebagainya.
Intinya adalah “crime and loss prevention” agar organisasi mencapai tujuannya secara produktif, efektif
dam efisien. Loss tentu dapat terjadi karena bencana alam (atau bencana buatan buatan manusia),
ketidak mampuan manajemen, dan hubungan industrial yang tidak baik antara buruh dan pengusaha.
Jadi tidak semata-mata dari “crime” atau kejahatan.

Sebagian besar uraian mengenai security memang mengenai pencegahan kejahatan, baik yang berasal
dari luar ataupun dari dalam organisasi sendiri, yang akibatnya adalah kerugian (loss). Seperti halnya
dengan kegiatan organisasi pada umumnya, security harus di “manage”, agar berhasil guna dan berdaya
guna.

Kemampuan management mengakibatkan adanya jurang antara negara maju dan negara berkembang,
karena itu pendidikan dan pelatihan management di seluruh bidang dan semua tingkatan harus
merupakan prioritas bagi semua negara berkembang. Security Management, pada umumnya adalah
manajemen sekuriti suatu organisasi, perusahaan, instansi pemerintah atau organisasi lain seperti
universitas, rumah sakit, dan lain-lain.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Terbentuknya Security

Awal dari terbentuknya security pada pertengahan tahun 1897 kepolisian amerika berhasil mengangkat
sumpah lebih kurang 4000 personil security dan bernaung dibawa pimpinan ALLEN PIRKARTHON Asal
scotlandia dalam perjalanannya security diberikan kepercayaan penuh dari pemerintah pada saat itu
untuk mengamankan gudang logistik serta pengamanan antar ras dan suku dikala itu.

Yang dimaksud adalah “Industrial Security” yang dalam buku-buku di Amerika Serikat disingkat
“security”. Industrial Security mencakup bidang yang cukup luas, yaitu semua organisasi, baik
perusahaan, lembaga dan instansi pemerintah, universitas, rumah sakit, dan sebagainya. Intinya adalah
“crime and loss prevention” agar organisasi mencapai tujuannya secara produktif, efektif dam efisien.
Loss tentu dapat terjadi karena bencana alam (atau bencana buatan buatan manusia), ketidak mampuan
manajemen, dan hubungan industrial yang tidak baik antara buruh dan pengusaha. Jadi tidak semata-
mata dari “crime” atau kejahatan.

Sebagian besar uraian mengenai security memang mengenai pencegahan kejahatan, baik yang berasal
dari luar ataupun dari dalam organisasi sendiri, yang akibatnya adalah kerugian (loss). Seperti halnya
dengan kegiatan organisasi pada umumnya, security harus di “manage”, agar berhasil guna dan berdaya
guna.

Kekhususan Manajemen Sekuriti KIK-UI memberi pelajaran dalam Sejarah “private security” serta ruang
lingkup industrial security, crime and loss prevention, seperti :

1.Physical Security, pengamanan fisik dari asset organisasi perusahaan, instansi, dan lain-lain, antara lain
pengamanan gedung dan lingkungan, pintu gerbang, pagar, pintu-pintu, kunci, CCTV, metal detector,
jendela, dan lain-lain. Juga jumlah Satpam yang diperlukan.

2.Information Security, informasi yang bersifat rahasia agar tidak bocor atau dicuri pihak lain serta
media komunikasinya, lisan, tulisan, simbolik, serta teknologi informasi seperti komputer, dan lain-
lain.Cyber crime adalah kejahatan informasi yang canggih.

3.Personnel Security, umumnya personnel security mengenai pengamanan karyawan dan para pimpinan
organisasi, karena dianggap asset yang penting. Executive protection dan body guards termasuk di sini.
Tetapi personnel security juga mencakupi pengamanan agar pegawai serta pimpinan tidak melakukan
kejahatan yang merugikan organisasi Internal theft atau “petit corruption” termasuk di sini. Yang lebih
berbahaya tentu korupsi yang besar, yang di Indonesia merupakan masalah yang komplex dewasa ini.

4.Industrial Relations adalah mencegah kerugian yang diakibatkan buruknya hubungan industrial
(industrial relations) antara buruh dan pengusaha, seperti pemogokkan, bahkan ada pengrusakan oleh
buruh, dan sebagainya. Maka mata pelajaran Industrial Relations juga diberikan, agar tercipta “industrial
peace” dan “industrial harmony”..

5.Hubungan baik dengan masyarakat lingkungan organisasi/ perusahaan, terutama di daerah perlu
diperhatikan melalui Community Development seperti membantu masyarakat lingkungan dengan
membangun sekolah, rumah ibadah, dan lain-lain.

Standart Operational Procedure


Mempersiapkan dan menyusun Standard Operation Procedur (SOP) sebagai pedoman mutlak
pelaksanaan kerja setiap anggota keamanan di setiap areal/kawasan kerjanya. Dan dapat dikembangkan
sesuai dengan areal/kawasan yang akan di kelola serta spesifikasi yang di inginkan

Supervisi dan Monitoring

Pemantauan lapangan dan pengawasan jalannya schedule tugas, kegiatan pengamanan dan
pelaksanaan SOP. Dan melakukan koordinasi terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar
areal/kawasan kerja.

Tertib Administratif

Kedisiplinan dan kerapian tidak saja berjalan di lapangan namun juga dalam bentuk informasi, prosedur
dan data-data, seperti: Laporan harian dan bulanan, absensi, laporan patroli, Kerapian berpakaian dan
lain sebagainya.

Saran Penyempurnaan Perkap No. 24, tahun 2007

Seperti diuraikan di atas substansi Perkap 24, 2007 hanya mengatur tentang (1) Satpam, (2) Badan
Usaha Jasa Pengamanan, dan (3) Audit Sistim Manajemen Pengamanan, maka jelas Perkap No. 24,
tahun 2007 tidak sepenuhnya mengatur Sistim Manajemen Sekuriti, karena itu disarankan agar Perkap
No. 24, tahun 2007 disempurna-kan dan dipecah menjadi :

1. Perkap tentang Satpam

2. Perkap tentang Usaha Jasa Pengamanan

3. Perkap tentang Audit Sistim Manajemen Security perlu disusun tersendiri.

2.2 Sejarah terbentuknya security dan Perkembangan Satpam di Indonesia

Kepolisian Negara Republik Indonesia menyadari bahwa polisi tidak mungkin bekerja sendiri dalam
mengemban fungsi kepolisian. Oleh karena itu, lembaga satuan pengamanan secara resmi dibentuk
pada 30 Desember 1980. Kepolisian Negara Republik Indonesia menyadari bahwa Polisi tidak mungkin
bekerja sendiri dalam menciptakan masyarakat dan lingkungan yang aman dan tertib, hal inilah yang
mendorong terbentuknya satpam di Indonesia. Kapolri (ketika itu dijabat Jenderal Polisi (Purn) Prof. DR.
Awaloedin Djamin mengeluarkan Surat Keputusan Kapolri; No. SKEP/126/XII/1980 tertanggal 30
Desember 1980 Tentang Pola Pembinaan Satuan Pengamanan.

Selanjutnya, pada 30 Desember 1993, Polri mengukuhkan Jenderal Polisi (Purn) Prof. DR. Awaloedin
Djamin menjadi Bapak Satpam dan menetapkan hari lahirnya Satpam Indonesia pada tanggal 30
Desember. Seiring dengan berjalannya waktu, Satpam dituntut untuk lebih profesional baik dari segi
struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, prosedur, proses dan SDM nya, maka dikeluarkanlah
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No 24 Tahun 2007 Tanggal 10 Desember 2007
mengenai Sistem Manajemen Pengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau Instansi/Lembaga
Pemerintah.
Pedoman Pelaksanaan Tugas Satuan Pengamanan

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian negara Republik Indonesia.

2. Keputusan Kapolri No;skep/829 /XI/2005 tentang pedoman pembinaan satuan pengamanan

3. Peraturan Kapolri Nomor:24 Tahun 2007 Tanggal 10 Desember 2007 Tentang sistem Manajemen
pengamanan Organisasi perusahaan instansi dan/atau lembaga pemerintah

Satuan Pengamanan yang selanjutnya disingkat Satpam adalah satuan atau kelompok petugas yang
dibentuk oleh instansi/badan usaha untuk melaksanakan pengamanan dalam rangka menyelenggarakan
keamanan swakarsa di lingkungan kerjanya” (Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Sistem Manajemen Pengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau
Instansi/Lembaga Pemerintah, BAB I, Pasal 1, Ayat 6).

“Satuan atau kelompok”, ini berarti seorang Satpam bisa bertugas menempati Pos Penjagaan seorang
diri atau berkelompok, kalau berkelompok berarti harus ada yang memimpin, bisa itu Kepala Satpam,
Komandan Regu (Danru) atau anggota senior (yang dituakan). Sedangkan yang dimaksud dengan kata
“Petugas” mengandung arti bahwa Satpam adalah masyarakat biasa yang telah dididik dan dilatih dalam
bidang keamanan. Dididik dan dilatih di Lembaga Pendidikan atau BUJP yang telah memenuhi syarat.
Dan setelah selesai mengikuti pendidikan mendapat ijazah Satpam resmi dari POLDA setempat.

Banyak orang yang mengaku petugas keamanan tetapi tidak pernah mengikuti pendidikan Satpam Gada
Pratama, Gada Madya atau Gada Utama. Maka di lapangan Satpam yang belum mengikuti pendidikan
seperti itu tidak kompeten karena tidak punya ilmu kesatpaman.

Anggota Satpam yang bertugas mengamankan area, maka ia harus membawa Kartu Tanda Anggota
(KTA) Satpam, cara medapatkan KTA dengan mengurusnya di POLDA setempat dan melampirkan
Sertifikat Satpam. Jadi kalau tidak punya KTA di pastikan Satpam tersebut belum mengikuti pendidikan
dasar satpam atau belum resmi jadi satpam.

Perusahaan Pengelola Satpam

Perusahaan adalah suatu badan yang melakukan kegiatannya berorientasi komersial yang beroperasi di
wilayah Republik Indonesia. Sedangkan Instansi/lembaga Pemerintah adalah organisasi pemerintah
selain Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang berorientasi pada fungsi pelayanan masyarakat, yang
menyelenggarakan Satuan Pengamanan.

Perusahaan yang bisa mendidik dan menyalurkan Satpam adalah Badan Usaha Jasa Pengamanan yang
selanjutnya disingkat BUJP. BUJP adalah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang
bergerak di bidang penyediaan tenaga pengamanan, pelatihan keamanan, kawal angkut uang/barang
berharga, konsultasi keamanan, penerapan peralatan keamanan, dan penyediaan satwa untuk
pengamanan.

Tujuan Pengamanan

Gangguan dan ancaman bisa berasal dari dalam dan luar area. Dari dalam seperti : penggelapan
(Pencurian oleh karyawan, penghilangan, korupsi, dll), sabotase (perusakan, dll), penggunaan asset
tanpa hak, dll. Dari luar seperti pencurian, perampokan, perampasan, premanisme, penyerobotan,
demo massa, kerusuhan, dll.
Tugas Pokok Satpam

Tugas Pokok Satpam adalah “Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban di lingkungan/tempat


kerjanya yang meliputi aspek pengamanan fisik, personel, informasi dan pengamanan teknis lainnya”
(Perkapolri No 24 Tahun 2007, BAB III, Pasal 6, Ayat 1).

Menyelenggarakan mengandung arti :

1. Mengurus dan mengusahakan sesuatu (seperti memelihara, memiara, merawat).

2. Melakukan atau melaksanakan (perintah, peraturan, rencana).

3. Menunaikan atau menyampaikan (maksud, tugas kewajiban).

4. Mengurus dan memperhatikan (kepentingan, usaha, perkara).

5. Mengadakan, mengatur, dan mengurus (pesta, pertunjukan, pameran, dsb).

Pengamanan Fisik adalah segala usaha dan kegiatan untuk mencegah / mengatasi timbulnya ancaman
dan gangguan keamanan dan ketertiban lingkungan suatu instansi / proyek / badan usaha secara fisik
melalui kegiatan pengaturan, penjagaan dan perondaan serta kegiatan lain yang disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing instansi / proyek / badan usaha yang bersangkutan.

Objek yang diamankan-ditertibkan pada saat pengamanan fisik, adalah :

1. Asset : Benda bergerak – benda tidak bergerak, gedung, harta benda, dll.

2. Personil : Klien, Atasan, manajemen, Nasabah, Konsumen, Supplier, Pengunjung, Tamu, Rekan, dll.

3. Informasi : No Tlp pribadi staff, keberadaan staff, proses produksi, kekuatan pengamanan, data-
data perusahaan, dll.

Fungsi Satpam

Fungsi Satpam adalah “Melindungi dan mengayomi lingkungan/tempat kerjanya dari setiap gangguan
keamanan, serta menegakkan peraturan dan tata tertib yang berlaku di lingkungan kerjanya”.
(Perkapolri No 24 Tahun 2007, BAB III, Pasal 6, Ayat 2). Yang dimaksud dengan melindungi adalah :
menjaga atau menyelamatkan supaya terhindar dari ancaman, gangguan dan marabahaya. Sedangkan
yang dimaksud dengan mengayomi adalah memelihara atau memayungi.

Untuk bisa menegakan peraturan dan tata tertib, seorang Satpam harus memiliki Sikap dan Tampang
Satpam yang baik.

Peranan Satpam

Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pengemban fungsi kepolisian terbatas, Satpam berperan sebagai:

1. Unsur pembantu pimpinan organisasi, perusahaan dan/atau instansi/ lembaga pemerintah,


pengguna Satpam di bidang pembinaan keamanan dan ketertiban lingkungan/tempat kerjanya;

2. Unsur pembantu Polri dalam pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan
peraturan perundang-undangan serta menumbuhkan kesadaran dan kewaspadaan keamanan (security
mindedness dan security awareness) di lingkungan/tempat kerjanya.( Perkapolri No 24 Tahun 2007, BAB
III, Pasal 6, Ayat 2).

Yang dimaksud dengan “pembinaan” adalah segala usaha, kegiatan dan pekerjaan untuk membimbing,
mendorong, mengarahkan, menggerakan termasuk kegiatan koordinasi, untuk ikut serta secara aktif
menciptakan, memelihara dan meningkatkan ketertiban dan keamanan bagi diri dan lingkungan
kerjanya.

Untuk menegakan peraturan perundang-undangan serta menumbuhkan kesadaran dan kewaspadaan


keamanan (security mindedness dan security awareness), seorang anggota Satpam pertama-tama harus
tunduk dan tidak melanggar peraturan perundang-undangan (Termasuk peraturan Lalu lintas).

Di dalam melaksanakan tugasnya, Satpam memiliki kewenangan untuk penegakan peraturan dan tata
tertib karena Satpam merupakan pembantu pimpinan.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan makalah
“Sejarah terbentuknya Security dan Perkembangan Satpam di Indonesia” Penulis simpulkan bahwa
Security tidak hanya berkaitan dengan Satpam (Satuan Pengamanan) namun juga dalam pelindungan
diri dari sesuatu yang tidak aman yang ada disekeliling kita. Security juga mempunyai sejarah, mengapa
bisa terbentuknya Security di Dunia yang disahkan pada pertengahan tahun 1897 kepolisian amerika
berhasil mengangkat sumpah lebih kurang 4000 personil security dan bernaung dibawa pimpinan ALLEN
PIRKARTHON Asal scotlandia dalam perjalanannya security diberikan kepercayaan penuh dari
pemerintah pada saat itu untuk mengamankan gudang logistik serta pengamanan antar ras dan suku
dikala itu.

Selain itu di Indonesia sendiri satpam pertama kali diberlakukan dan di kembangkan oleh Kepolisian
Negara Republik Indonesia menyadari bahwa polisi tidak mungkin bekerja sendiri dalam mengemban
fungsi kepolisian. Oleh karena itu, lembaga satuan pengamanan secara resmi dibentuk pada 30
Desember 1980. Kepolisian Negara Republik Indonesia menyadari bahwa Polisi tidak mungkin bekerja
sendiri dalam menciptakan masyarakat dan lingkungan yang aman dan tertib, hal inilah yang mendorong
terbentuknya satpam di Indonesia. Kapolri (ketika itu dijabat Jenderal Polisi (Purn) Prof. DR. Awaloedin
Djamin mengeluarkan Surat Keputusan Kapolri; No. SKEP/126/XII/1980 tertanggal 30 Desember 1980
Tentang Pola Pembinaan Satuan Pengamanan.
Bagian 1 : SOP Tugas Rutin Satpam
SOP – TRS 101 : Patroli Area
Pokok : Patroli dilaksanakan untuk memeriksa dan meyakinkan seluruh personil dan
asset perusahaan serta area dalam keadaan aman tka dan memastikan bahwa
ketertiban dapat dijaga.
Prosedur :
1.    Anggota yang melaksanakan patroli harus mempersiapkan peralatan yang menunjang
pelaksanaan patroli (misal : Lampu Senter, Jas Hujan, Sepatu Boot, Tongkat Satpam,
Sangkur, Watch Man Clock/Guard Tour/Touch Probe, dll)
2.    Waktu pelaksanaan patroli area dilaksanakan dengan system acak.
3.    Pelaksanaan patroli harus tercatat (Jam Keberangkatan, jam pulang, hasil penemuan,
dsb).
4.    Patroli area dilaksanakan sesuai dengan arahan Komandan Regu, periksa semua pos,
lakukan pemeriksaan kunci – kunci pintu, jendela, lampu – lampu, (Kalau dibutuhkan :
genset, AC, Boiler, dll) dinding pembatas area perusahaan.
5.    Petugas Patroli area yang menemukan suatu kejanggalan atau kecurigaan diwajibkan
langsung menghubungi  Pos security untuk berkoordinasi dan / atau meminta bantuan.
6.    Patroli ke dalam area kantor / area produksi dilaksanakan apabila sudah ada ijin /
perintah dari user.
7.    Petugas patroli apabila menemukan karyawan yang melanggar tata tertib perusahaan,
agar menegur karyawan ybs dan mencatat identitasnya, lalu melaporkan ke Kepala
Bagian / Shift ybs atau melaporkan nya ke HRD dengan melampirkan Berita Acara
Kejadian.
8.    Petugas Patroli harus menanyakan kepentingan / keperluan orang – orang yang tidak
dikenal yang berada dalam lingkungan areal patroli / areal kawasan.

SOP – TRS 102 : Pengontrolan Kunci-kunci


Pokok : Penyimpanan semua kunci – kunci harus terpusat serta terdata, Keluar masuk
kunci – kunci dari tempat penyimpanan harus tercatat dan dilaporkan secara berkala.
Prosedur :
1.    Semua kunci – kunci harus tersimpan dalam kotak kunci (Key Box) di Pos Security.
2.    Hanya Anggota Security yang berhak untuk mengambil dan menyimpan kunci – kunci
tersebut.
3.    Setelah mempergunakan kunci – kunci, anggota security harus segera menyimpannya
ke Kotak kunci agar tidak terjadi kelalaian, kunci terbawa – bawa oleh anggota.
4.    Kunci – kunci yang tersimpan harus terdata.
5.    Orang yang berhak mempergunakan kunci – kunci tersebut harus tercatat dan diketahui
oleh petugas security.
6.    Pengambilan dan penyimpanan kunci – kunci harus sepengetahuan dan ditandatangani
oleh Komandan Regu.
7.    Buku laporan (mutasi) keluar/masuk kunci – kunci harus terpisah peruntukannya.
8.    Security harus mengetahui apabila ada penggandaan kunci – kunci.
9.    Anak kunci yang tidak ada di dalam kotak penyimpanan dan tidak terdata keluar di
dalam buku mutasi, harus segera dipertanggungjawabkan keberadaannya, berada
dimana?, oleh siapa?, atas perintah dan/atau ijin siapa?, mengapa?. Semuanya harus
tercatat di dalam buku mutasi kunci dan ditandatangani oleh Danru Shift jaga yang
bertugas saat kejadian.
10. Apabila anak kunci dinyatakan hilang, maka harus dilakukan penyelidikan dan segera
melaporkan ke user untuk pengajuan penggantian kunci / gembok yang anak kuncinya
hilang.
11. Pelanggaran terhadap prosedur ini akan dikenakan sangsi disiplin yang tegas.
SOP – TRS 103 : Karyawan Keluar Pada Jam Kerja
Pokok : Karyawan yang keluar area perusahaan pada saat jam kerja, harus memiliki
ijin keluar kantor dan ditandatangni oleh penjabat yang berwenang.
Prosedur :
1.    Setiap karyawan yang akan meninggalkan area pada saat jam kerja harus menunjukan
surat/form ijin tertulis yang ditandatangani oleh penjabat yang berwenang.
2.    Anggota security harus konfirmasi kepada penjabat yang berwenang apabila
menemukan kejanggalan / tidak menemukan tanda tangan penjabat yang berwenang
pada Surat / Form ijin meninggalkan tempat kerja.
3.    Anggota Security wajib mendata nama, keperluan, jam keluar/masuk karyawan yang ijin
meninggalkan area kerja.
4.    Petugas security tetap wajib melaksanakan body check terhadap karyawan yang
meninggalkan area kerja sesuai dengan prosedur yang berlaku.
5.    Karyawan yang meninggalkan area kerja wajib melakukan check clock pada kartu
absensinya masing-masing.
6.    Pada saat meninggalkan area kerja, karyawan harus tetap mengenakan ID Card-nya.
7.    Pengecualian untuk peraturan ini adalah dalam kondisi darurat dan atas sepengetahuan
/ mendapat ijin dari HRD / Kasatpam / Danru security.

SOP – TRS 104 : Keluar Masuk Karyawan


Pokok : Pengawasan keluar – masuk karyawan harus dilaksanakan secara ketat untuk
menghindari terjadinya pengeluaran asset – asset perusahaan secara illegal.
Prosedur :
1.    Setiap karyawan yang keluar – masuk wajib melalui pintu akses yang telah ditetapkan
oleh perusahaan dan tidak diperkenankan melalui pintu akses yang lainnya.
2.    Karyawan wajib memakai ID Card pada saat memasuki area perusahaan.
3.    Security ditugaskan untuk meminta karyawan memakai ID Card pada saat memasuki
pintu akses karyawan.
4.    Security ditugaskan untuk menahan karyawan yang tidak memakai ID Card untuk tidak
memasuki area perusahaan dan konfirmasi kepada penjabat yang berwenang untuk
laporan dan meminta petunjuk.
5.    Security wajib mencatat identitas karyawan yang tidak memakai ID Card yang diijinkan
oleh penjabat yang berwenang untuk memasuki area perusahaan.
6.    Security ditugaskan untuk melakukan Body Check terhadap karyawan yang melewati
pintu akses sesuai dengan prosedur Body Check.
7.    Security ditugaskan untuk memeriksa barang bawaan karyawan yang melewati pintu
akses sesuai dengan prosedur pemeriksaan barang bawaan.
8.    Anggota security harus mengetahui dengan pasti jenis-jenis barang yang tidak boleh
dibawa masuk / keluar area perusahaan.
9.    Anggota security diwajibkan melaksanakan prosedur ini dengan sopan dan tegas.

SOP – TRS 105 : Pengawasan Absensi


Pokok : Pelaksanaan Absensi (Amano Card, Fingger Print, Magnetic Card) harus
diawasi untuk menegakan tertib administrasi, menghindari penyalahgunaan absensi
dan pencegahan terhadap sabotase (Perusakan mesin) yang mungkin terjadi.
Prosedur :
1.    Setiap karyawan yang keluar masuk wajib melakukan absensi sesuai dengan system
yang berlaku di perusahaan.
2.    Absensi wajib dilakukan oleh karyawan yang bersangkutan.
3.    Anggota security ditugaskan untuk mengingatkan karyawan yang lupa / tidak
melaksanakan peng-absen-an.
4.    Security ditugaskan untuk melarang karyawan yang melakukan peng-absen-an bagi
karyawan lain (titip absen).
5.    Anggota security dapat mengatur jarum jam / memprogram penunjuk waktu mesin
absensi apabila diperlukan dan ditugaskan oleh user.
6.    Pengecualian pelaksanaan prosedur ini berlaku sesuai dengan instruksi dari user /
klien.

SOP – TRS 106 : Body Check


Pokok : Body Check dilaksanakan untuk mencegah dan meminimalisasi penguasaan
asset – asset perusahan secara illegal.
Prosedur :
1.    Anggota security harus mengetahui tujuan dilaksanakannya body check.
2.    Anggota security harus mengetahui secara pasti barang – barang yang tidak boleh
dibawa keluar dari area perusahan.
3.    Body check dilaksanakan di pintu body check.
4.    Setiap karyawan yang keluar-masuk pintu wajib diperiksa.
5.    Body check dimulai  dari sekitar area lengan, samping pinggang, depan dan belakang
pinggang menuju ke area paha luar dan paha dalam.
6.    Apabila anggota security menemukan hal – hal yang mencurigakan, angota berhak
untuk meminta karyawan menunjukan barang yang dibawanya.
7.    Anggota security dapat menahan karyawan ybs apabila ternyata karyawan ybs tidak
bisa menunjukan  ijin untuk membawa barang tersebut.
8.    Anggota diwajibkan untuk melaksanakan pemeriksaan dan membuat Berita Acara
Pemeriksaan sebagai bahan laporan dan meminta petunjuk kepada user / klien.
9.    Body check harus dilaksanaan secara beretika dan tegas serta mengedepankan prinsip
kesopanan.

SOP – TRS 107 : Pemeriksaan Barang Bawaan


Pokok : Pemeriksaan barang bawaan dilaksanakan untuk menyaring dan menahan
benda – benda yang dibawa masuk ke area perusahaan yang dapat mengganggu
kinerja karyawan / membahayakan operasional perusahaan.
Prosedur :
1.    Anggota security harus mengetahui tujuan dilaksanakannya Pemeriksaan Barang
Bawaan.
2.    Anggota security harus mengetahui secara pasti barang – barang yang tidak boleh
dibawa masuk ke area perusahan.
3.    Pemeriksaan barang bawaan dilakukan dengan meminta karyawan untuk membuka tas
atau barang bawaannya, security melakukan pemeriksaan visual ke dalam tas atau
barang bawaan karyawan.
4.    Anggota security tidak selalu harus melakukan contact fisik (memegang) tas atau
barang bawaan karyawan.
5.    Apabila anggota security menemukan hal – hal yang mencurigakan, anggota berhak
untuk meminta karyawan mengeluarkan barang dari tas yang dibawanya.
6.    Anggota security dapat menahan benda atau barang bawaan karyawan yang dilarang
untuk dibawa masuk ke dalam area.
7.    Anggota diwajibkan untuk mengamankan barang bawaan yang disita untuk
dikembalikan kepada pemiliknya setelah jam kerja selesai. Dan membuat Berita Acara
Pemeriksaan sebagai bahan laporan untuk user / klien.
8.    Pemeriksaan barang bawaan harus dilaksanaan secara sopan dan tegas serta
mengedepankan prinsip kesopanan.

SOP – TRS 108 : Pemeriksaan Kendaraan Masuk


Pokok : Setiap kendaraan yang akan masuk ke dalam area wajib diperiksa untuk
mencegah terjadinya hal -hal yang tidak diinginkan
Prosedur :
1.    Kendaraan (truck, mobil, sepeda motor) yang akan masuk diwajibkan antri di depan pos
akses masuk dan pintu gerbang harus selalu dalam keadaan tertutup.
2.    Anggota security yang bertugas menghampiri kendaraan tersebut dan mengucapkan
salam :
 “Selamat pagi / siang / sore / malam”.
3.    Menanyakan keperluan pengemudi atau orang yang berada di dalam kendaraan untuk
memasuki area perusahaan dan dengan mengucapkan :
                  “Ada yang bisa saya bantu?”
4.    Anggota memeriksa dokumen yang dibutuhkan.
5.    Anggota konfirmasi ke staff / bagian yang dituju tentang kedatangan kendaraan.
6.    Mengarahkan kendaraan ke tempat yang telah ditentukan.

SOP – TRS 109 : Pemeriksaan Kendaraan Keluar


Pokok : Setiap kendaraan yang keluar dipastikan membawa dokumen perjalanan yang
telah ditentukan oleh perusahaan dan dipastikan tidak membawa barang – barang milik
perusahaan tanpa izin.
Prosedur :
1.    Anggota menanyakan dan memeriksa Surat Jalan.
2.    Memastikan bahwa Surat Jalan telah diferivikasi (ditandatangani) oleh otoritas yang
berwenang.
3.    Apabila menemukan kejanggalan / kurang tandatangan / Cap perusahaan, kendaraan
tidak diijinkan keluar dan anggota segera konfirmasi ke manajemen.
4.    Anggota memeriksa bagian dalam (Ruang kaki pengemudi) dan memeriksa bak
kendaraan.
5.    Apabila menemukan barang yang mencurigakan agar memeriksa dan memastikan
bahwa barang tersebut bukan milik perusahaan / sudah mendapat ijin.

SOP – TRS 110 : Pemeriksaan Kendaraan Di Object Vital


Pokok : Pemeriksaan kendaraan berkaitan dengan potensi ancaman bom dan untuk
menerapkan proteksi dini. Pemeriksaan dilakukan secara visual untuk menjaga
kenyamanan dan privasi penumpang dan dilakukan dengan sungguh – sungguh untuk
mencari segala bentuk hal – hal yang tidak lazim / mencurigakan.
Prosedur :
1.    Anggota meminta ijin untuk melakukan procedure pemeriksaan dengan ramah.
2.    Pemeriksaan Kendaraan dimulai dari sisi kanan kendaraan
3.    Anggota membuka pintu pengemudi dan melakukan pemeriksaan visual :
a.    Dashboard depan
b.    Perhatikan tempat dudukan kemudi , radio tape, dan laci-laci. Apabila semuanya
tampak normal dan standar, maka dapat dinyatakan aman / bersih.
c.    Bagian kaki / Bawah kursi
d.    Perhatikan ruang kosong di bawah kemudi / dashboard, kabin kemudi, kabin
penumpang.
e.    Perhatikan ruang kosong antara dek / lantai dengan kursi penumpang dan kemudi di
bagian depan dan belakang.
f.     Dashboard belakang (sedan)
g.    Pemeriksaan pada ruang kosong antara sandaran jok belakang dengan kaca belakang.
4.    Membuka pintu penumpang
5.    Petugas mengamati bagian dalam kendaraan, bila didalam kendaraan ada penumpang,
pemeriksa mengambil jarak sekitar 50cm untuk menghindari keberatan dari
penumpang. Amati dengan seksama isi serta bentuk bagian dalam kendaraan.
6.    Membuka pintu bagasi, perhatikan hal - hal berikut:
a.    Lapisan penutup: dinding samping bagasi, penutup ruang ban cadangan.
b.    Kotak peralatan dan benda lainnya.
7.   Memeriksa dengan Inspection Mirror:
a.    Bagian bawah depan.
b.    Bagian bawah mesin.
c.    Bagian bawah belakang.
d.    Memutar ke depan lagi.
8.   Khusus :
a.    Pemeriksaan meliputi perlengkapan yang terletak pada rangka (chasis) dan dek bawah
yang tidak terlihat oleh mata.
b.    Perhatikan dengan teliti apakah ada hal yang mencurigakan dan janggal? Misalnya,
kabel tambahan atau alat distributor listrik ganda.
c.    Pemeriksaan dengan metal detector hanya dilakukan apabila dalam pemeriksaan visual
ditemukan benda ganjil / mencurigakan, mintalah dengan sopan kepada
pengemudi/penumpang untuk menjelaskan.
d.    Dilarang untuk memeriksa dan membuka sendiri isi bungkusan yang mencurigakan.
Mintalah dengan sopan kepada pembawa / pemilik barang untuk membuka sendiri dan
menjelaskan kepada petugas.

SOP – TRS 111 : Parkir Kendaraan


Pokok : Membantu pengemudi dengan mengarahkan kendaraannya dan menerapkan
safety first.
Prosedur :
1.    Mempergunakan alat pendukung yang ada kalau diperlukan (Lampu lalin, peluit, rompi
lalin, perlengkapan PKD).
2.    Mengarahkan kendaraan ke slot parkir yang telah ditentukan agar tidak semrawut
3.    Mengarahkan kendaraan dengan posisi yang memudahkan untuk keluar.
4.    Posisi Anggota di arah belakang, anggota berada di sisi kanan kendaraan agar terlihat
dari kaca spion.
5.    Mengarahkan dengan gerakan tangan dan dengan instruksi suara yang terdengar oleh
pengemudi atau mempergunakan peluit.
6.    Arahan untuk pengemudi harus jelas.
7.    Untuk menghindari klaim sepihak, setelah kendaraan terparkir maka dilakukan
pemeriksaan secara visual dan singkat :
a.    Kondisi fisik kendaraan (Cat body, bumper, ban)
b.    Kunci pintu.
c.    Jendela mobil.
d.    Barang – barang di dalam kendaraan.
8.    Mengingatkan pengemudi apabila ditemukan pintu tdk terkunci, jendela yang terbuka
atau ada barang berharga yang ditinggalkan di dalam kendaraan.
9.    Meminta pengemudi untuk mempergunakan / tidak, rem tangan / posisi gear sesuai
dengan keadaan.
10. Memberikan kartu parkir.
11. Kendaraan keluar :
a.    Mengambil kartu parkir.
b.    Melakukan pemeriksaan STNK apabila diharuskan.
c.    Menerapkan aturan Pengaturan Lalulintas standar Polri.
d.    Posisi Anggota menempati posisi yang paling strategis / maksimal untuk mengatur lalin.
e.    Menerapkan aturan safety first.
f.     Secara umum anggota dilarang menerima uang tip.
12. Administrasi perparkiran :
a.    Mencatat jenis dan Nopol kendaraan.
b.    Mencatat jam keluar – masuk kendaraan.

SOP – TRS 112 : Pengawasan Loading – Unloading


Pokok : Memastikan barang yang loading – unloading sesuai dengan surat jalan dan
membantu perusahaan dalam memenuhi standar (Buyer) untuk ekspor.
Prosedur :
1.    Mengarahkan kendaraan ke tempat penimbangan sebelum dan sesudah proses loading
- unloading.
2.    Mencatat hasil penimbangan kendaraan.
3.    Area loading – unloading harus steril dari orang – orang yang tidak berkepentingan
termasuk sopir dan kenek.
4.    Nama dan photo petugas Loading – unloading harus tertera di area loading – unloading.
5.    Anggota harus memastikan pelaksana loading – unloading adalah petugas yang telah
ditunjuk oleh manajemen dan memakai ID card.
6.    Petugas memeriksa kelengkapan administrasi / surat – surat.
a.    Jenis.
b.    Jumlah.
c.    Tanda tangan / Cap perusahaan.
7.    Petugas memeriksa segel dan kunci (Gembok) box kendaraan.
8.    Mendokumentasikan (Mem-photo) segel dan kunci box kendaraan apabila diperlukan.
9.    Mengawasi proses loading – unloading.
10. Melakukan penghitungan jumlah dan jenis barang yang loading – unloading apabila
diperlukan.
11. Mengawasi pelaksanaan buka -  kunci gembok dan segel.

SOP – TRS 113 : Pengawasan Ruang Locker Karyawan


Pokok : Memastikan keamanan barang – barang yang disimpan di locker dan
memastikan karyawan untuk menyimpan barang – barang yang dilarang dibawa masuk
ke ruang produksi ( tempat kerja) di locker.
Prosedur :
1.    Memastikan sign/tanda himbauan untuk tidak membawa barang – barang berharga
ditempel di tempat yang mudah dilihat karyawan.
2.    Memastikan pintu locker terkunci pada jam – jam setelah karyawan masuk dan setelah
karyawan istirahat.
3.    Mengamankan anak kunci locker yang tergantung / tertinggal.
4.    Menginformasikan pintu locker yang tidak terkunci kepada karyawan yang
bersangkutan apabila ditemukan locker tidak terkunci.
5.    Mengawasi orang – orang yang memasuki area locker room.
6.    Melarang orang yang tidak berkepentingan di luar jam istirahat, masuk / pulang berada
di area locker room.

SOP – TRS 114 : Pintu Gerbang


Pokok : Area Pabrik / Industri, adalah area tertutup (Restricted Area).
Prosedur :
1.    Memastikan pintu gerbang selalu dalam keadaan tertutup dan terkunci.
2.    Memastikan orang / kendaraan yang akan masuk sudah dikenali sebelum membuka
pintu gerbang.
3.    Memastikan slot sudah terkunci ketika mengarahkan kendaraan memasuki / keluar
pintu gerbang.
4.    Memastikan kendaraan yang akan masuk bisa memasuki gerbang tanpa masalah /
mampu mengukur / memperkirakan ukuran kendaraan bisa melewati pintu gerbang
(tinggi dan lebar nya)
5.    Segera menutup pintu gerbang ketika kendaraan telah memasuki / keluar area dan
segera mengunci kembali.

SOP – TRS 115 : Pengawalan


Pokok : Pengamanan dilaksanakan dengan standar yang ada berdasarkan penilaian
nilai (value) objek pengawalan dan resiko pengawalan.
Prosedur :
1.    Pengawalan dilaksanakan atas sepengetahuan Chief Security atau Danru setelah ada
permintaan pengawalan dari klien yang mengisi Escorting Request Form (ER Form).
2.    Pelajari ER Form dengan teliti, kemudian lakukan persiapan pengawalan sesuai
kebutuhan berupa pemilihan personil sesuai dengan kualifikasi, kendaraan, senjata,
alat komunikasi, body protector, dll.
3.    Kualifikasi dasar personil untuk melakukan pengawalan adalah sbb:
a.    Skill beladiri (tangan kososng dan alat).
b.    Skill penggunaan alat komunikasi.
c.    Skill mengemudikan R4 dan R2 untuk antisipasi apabila ada keadaan darurat.
d.    Menguasai rute perjalanan.
4.    Pelajari rute perjalananan dengan teliti, apakah ada titik – titik kemacetan, dimana Pos
Polisi terdekat.
5.    Usulkan alternatif – alternatif perjalanan yang paling aman.
6.    Semua kronologis pengawalan dicatat dalam Buku Laporan Pengawalan (Escorting
Report)
7.    Pengawalan dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan kecurigaan / kewaspadaan.

SOP – TRS 116 : Penggunaan Radio Komunikasi


Pokok : Radio komunikasi merupakan sarana pelaporan dari pos jaga ke Pos Utama,
penyebaran informasi dari Pos Utama ke seluruh pos jaga, sarana untuk meminta
bantuan dalam keadaan darurat dan alat penunjang operasional security dalam satu
area.
Prosedur :
1.    Radio komunikasi tidak boleh digunakan untuk komunikasi pribadi (ngobrol, bercanda,
dll)
2.    Radio komunikasi di pos harus selalu dalam keadaan stand by.
3.    Pelaporan dari area jaga harus dilaksanakan minimal 1 jam sekali.
4.    Dilarang melakukan jamming (mengganggu frekuensi) dengan memasukan suara –
suara lain, atau dengan menekan tombol PTT tanpa keperluan operasional.
5.    Sebelum melakukan panggilan (berbicara) tekan tombol PTT selama 2 detik, baru
berbicara.
6.    Rawatlah HT seperti anda merawat HT milik sendiri
7.    Dilarang untuk mengkotak-katik pesawat HT baik sengaja maupun tidak sengaja,
apabila terjadi kerusakan pesawat segera laporkan ke Pos Utama.
8.    Ketika pesawat sedang di charge, harus dalam keadaan mati (off). Menggunakan HT
dalam keadaan di charge dapat menyebabkan kerusakan pesawat.
9.    HT harus dibawa dengan menggunakan antena pendek ketika sedang melaksanakan
patroli dengan cara digantung di samping badan.
10. Apabila jaringan sedang digunakan, yang lain harus sabar menunggu, dan apabila ada
taruna yang mendesak, harus menggunakan kata “Intrap”.
11. Gunakanlah etika berkomunikasi yang baik.

12. Seluruh pelanggaran dari petunjuk teknis protap penggunaan radio komunikasi ini akan
dikenakan sangsi.

Manajemen Security di Indonesia dan Penyempurnaan Perkap 24/2007

DSC_0145oleh : Jend (Pol) Purn. Prof. Dr. Awaloedin Djamin, MPA

I.    Pendahuluan
Telah sejak lama terdapat kerancuan istilah “security”. Juga “keamanan” dan “pengamanan”,
karena itu KIK-UI menggunakan “Manajemen Security” sebagai salah satu kekhususan dan
untuk asosiasi, dinamakan Asosiasi Manajer Security Indonesia, disingkat AMSI. Yang
dimaksud adalah “Industrial Security” yang dalam buku-buku di Amerika Serikat disingkat
“security”. Industrial Security mencakup bidang yang cukup luas, yaitu semua organisasi, baik
perusahaan, lembaga dan instansi pemerintah, universitas, rumah sakit, dan sebagainya. Intinya
adalah “crime and loss prevention” agar organisasi mencapai tujuannya secara produktif, efektif
dam efisien. Loss tentu dapat terjadi karena bencana alam (atau bencana buatan buatan manusia),
ketidak mampuan manajemen, dan  hubungan industrial yang tidak baik antara buruh dan
pengusaha. Jadi tidak semata-mata dari “crime” atau kejahatan.

Sebagian besar uraian mengenai security memang mengenai pencegahan kejahatan, baik yang
berasal dari luar ataupun dari dalam organisasi sendiri, yang akibatnya adalah kerugian (loss).
Seperti halnya dengan kegiatan organisasi pada umumnya, security harus di “manage”, agar
berhasil guna dan berdaya guna.

Kemampuan management mengakibatkan adanya jurang antara negara maju dan negara
berkembang, karena itu pendidikan dan pelatihan management di seluruh bidang dan semua
tingkatan harus merupakan prioritas bagi semua negara berkembang. Security Management, pada
umumnya adalah manajemen sekuriti suatu organisasi, perusahaan, instansi pemerintah atau
organisasi lain seperti universitas, rumah sakit, dan lain-lain.

Khusus bagi Indonesia, berdasarkan UU No. 2, tahun 2002, tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia, Polri bertugas untuk membina perkembangan industrial security, yang merupakan
pengamanan swakarsa sektor modern (pasal 3, pasal 14 (f)) Bahkan, pemberian izin operasional
dan melakukan pengawasan terhadap usaha bidang jasa pengamanan, termasuk Manajemen
Security di Indonesia. Jadi, Manajemen Security di Indonesia mencakupi :
a.    Manajemen Security suatu organisasi (internal).
b.    Manajemen Security, yang dilakukan oleh Polri sesuai peraturan perundang-undangan yaitu
mengatur perkembangan industrial security

II.    Perkembangan Singkat Manajemen Security di Indonesia


Kebutuhan manusia akan keamanan atas dirinya, keluarga dan harta miliknya sudah ada sejak
dahulu kala, baik di Eropa ataupun di Indonesia. Masyarakat mennyelenggarakan keamanan
lingkungan-nya sendiri, karena kerajaan-kerajaan kuno belum mengenal pemolisian modern.
Sering pula tentara melaksanakan penjagaan keamanan. Pemolisian masyarakat yang demikian 
dikenal dengan sebutan “Kin Police”. Polisi modern lahir dengan Robert Peel di Inggris dengan
mengangkat pegawai tetap, dilatih, diberi pakaian seragam dan digaji.

Di Indonesia, pada zaman Jepang digiatkan ronda kampung dan semasa revolusi fisik
dilaksanakan “pertahanan dan keamanan rakyat semesta, yang sekarang ditetapkan sebagai
“sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta dalam UUD. Rakyat Indonesia, terutama
dipedesaan yang merupakan wilayah Pemerintah Republik Indonesia “mengorbankan segala-
galanya” untuk  mempertahankan kemerdekaan yang sudah diproklamirkan. Setelah pengakuan
kedaulatan pada akhir tahun 1949, Polri sebagai kepolisian nasional terus memelihara ronda
kampung, yang kemudian dikenal dengan Siskamling.
Hansip yang jumlahnya cukup banyak pada tahun 1960-an, sehingga di Departemen Hankam
dibentuk Pusat Hansip  (yang pernah dijabat oleh Jenderal Polisi Sutjipto Judodihardjo sebagai
Kapus Hansip sebelum diangkat menjadi Menpangak). Hansip waktu itu dibagi dalam : Hansip
Wanra dibina oleh TNI-AD dan Hansip Kamra dibina oleh Polri.

Di Mabes Polri waktu itu terdapat dua unit organisasi, yaitu Badan Pembinaan Kepolisian
Khusus (Babin Polsus) dan Badan Pembinaan Keamanan Rakyat (Babin Kamra) di bawah
koordinasi Deputi Kapolri Urusan Khusus (Dekhus). Tahun 1968-1971, Dekhus  dijabat oleh
Irjen Pol. Dr. Awaloedin Djamin. Semasa jabatannya sebagai Kapolri 1978-1982, ditegaskan,
bahwa Polri membutuhkan pemberdayaan Pengamanan Swakarsa, Swadaya dan Swadana (1979)
yang terdiri atas sektor tradisional, ronda kampung/siskamling dan sektor modern, yang dikenal
dengan istilah “industrial security”. Tanggal 30 Desember 1980 ditetapkan pengaturan Satuan
Pengamanan disingkat Satpam, yang sekarang diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Satpam.
Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa diatur lebih jelas dan lebih lengkap dalam UU No. 2,
tahun 2002, tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

III.    Industrial Security Dalam UU No. 2, tahun 2002


Pasal 2, UU No. 2, tahun 2002 menyatakan :
“Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum, perlindungan, pengayoman dan
pelayanan kepada masyarakat”

Pasal 3 :
(1)     Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dibantu
oleh :
a.    kepolisian khusus
b.    penyidik pegawai negeri sipil dan/atau
c.    bentuk-bentuk pengamanan swakarsa

Pasal 14 (1) f menyatakan salah satu tugas Polri adalah


“melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik
pegawai negeri sipil dan bentu-bentuk pengamanan swakarsa”
“Tata cara Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan dan Pembinaan Teknis terhadap Kepolisian
Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil, dan Bentuk-bentuk Pengamanan Swakarsa” diatur
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43, Tahun 2012.

Pasal 15 (2) f :
“memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa
pengamanan”

Pasal 15 (2) g :
“memberi petunjuk, mendidik dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan
swakarsa dalam bidang teknis kepolisian”

Tugas-tugas Polri seperti tersebut di atas tentu tidak mungkin terlaksana dengan baik, tanpa
adanya pengetahuan “security” dan “security management” dari anggota atau pejabat Polri di
tingkat Mabes Polri yang berkewajiban melatih anggota Polri serta mempersiapkan Juklak dan
Juknis untuk anggota-anggota yang bertugas di lapangan (Polda, Polres dan Polsek, sesuai
tingkatan-nya).
Dengan pertimbangan kebutuhan Polri akan tenaga-tenaga yang memahami “security” dan
“security management”, maka Kajian Ilmu Kepolisian – Universitas Indonesia (KIK-UI)
menyelenggarakan kekhususan Manajemen Sekuriti.

PTIK yang sekarang juga menyelenggarakan program S 2 Ilmu Kepolisian, mencontoh KIK-UI
dengan kekhususan Hukum Kepolisian dan Administrasi Kepolisian, sedangkan Manajemen
Sekuriti, diganti dengan Manajemen Keamanan dan Teknologi. Seperti dinyatakan di atas KIK-
UI (kemudian juga AMSI) menggunakan istilah “Security” atau “Sekuriti”, justru untuk
menghindarkan kerancuan istilah “keamanan” seperti antara lain tercantum dalam RUU
Keamanan Nasional. Yang menjadi tugas Polri adalah Security dalam arti industrial security.
Karena itu disarankan agar kekhususan “Manajemen Keamanan dan Teknologi” pada PTIK
diganti dengan “Manajemen Sekuriti”.

IV.    Kekhususan Manajemen Security, KIK-UI


Kekhususan yang “regular” ada pada KIK-UI adalah : Hukum Kepolisian, Administrasi
Kepolisian dan Manajemen Sekuriti. Sebagai ilmu kepolisian yang multi disiplinair, KIK-UI
pernah menyelenggarakan kekhususan “Pemasyarakatan”. Sedang dipersiapkan kekhususan
“Kedokteran Kepolisian” dan “Manajemen SDM Kepolisian”. Kekhususan yang akhir ini
diadakan secara insidentil sesuai kebutuhan Polri, AMSI, ABUJAPI dan instansi lain.

Manajemen Sekuriti di KIK-UI merupakan kekhususan, belum Jurusan apalagi fakultas, seperti
di beberapa negara maju, sehingga memberikan gelar Master dalam Security Management,
bahkan ada yang mempunyai program Doktor dalam Security Technology seperti Edith Gowan
University di Perth, Australia. Kekhususan Manajemen Sekuriti KIK-UI memberi pelajaran
dalam Sejarah “private security” serta ruang lingkup industrial security, crime and loss
prevention, seperti :
1.    Physical Security, pengamanan fisik dari asset organisasi perusahaan, instansi, dan lain-lain,
antara lain pengamanan gedung dan lingkungan, pintu gerbang, pagar, pintu-pintu, kunci, CCTV,
metal detector, jendela, dan lain-lain. Juga jumlah Satpam yang diperlukan.
2.    Information Security, informasi yang bersifat rahasia agar tidak bocor atau dicuri pihak lain
serta media komunikasinya, lisan, tulisan, simbolik, serta teknologi informasi seperti komputer,
dan lain-lain.Cyber crime adalah kejahatan informasi yang canggih.
3.    Personnel Security, umumnya personnel security mengenai pengamanan karyawan dan para
pimpinan organisasi, karena dianggap asset yang penting. Executive protection dan body guards
termasuk di sini. Tetapi personnel security juga mencakupi pengamanan agar pegawai serta
pimpinan tidak melakukan kejahatan yang merugikan organisasi Internal theft atau “petit
corruption” termasuk di sini. Yang lebih berbahaya tentu korupsi yang besar, yang di Indonesia
merupakan masalah yang komplex dewasa ini.
4.    Industrial Relations adalah mencegah kerugian yang diakibatkan buruknya hubungan
industrial (industrial relations) antara buruh dan pengusaha, seperti pemogokkan, bahkan ada
pengrusakan oleh buruh, dan sebagainya. Maka mata pelajaran Industrial Relations juga
diberikan, agar tercipta “industrial peace” dan “industrial harmony”..
5.    Hubungan baik dengan masyarakat lingkungan organisasi/ perusahaan, terutama di daerah
perlu diperhatikan melalui Community Development seperti membantu masyarakat lingkungan
dengan membangun sekolah, rumah ibadah, dan lain-lain.

Hal-hal tersebut di atas adalah bidang substantif dari security atau bidang teknis dari security.
Teknologi security harus juga diketahui, karena merupakan bagian integral dari manajemen
security. Karena kekhususannya adalah “Manajemen Sekuriti”, maka secara ringkas diberikan
pula pelajaran tentang “Management”. Pengetahuan tentang “security risk assessment” dan
“threat evaluation” diberikan agar seorang manajer dapat merencanakan pengamanan yang
diperlukan, apakah pengamanan maksimum, menengah atau rendah tersangkut dengan
perhitungan anggaran yang diperlukan untuk peralatan, manajer sekuriti, tenaga Satpam,
pengorganisasiannya serta pengawasan..

Security Managers di negara maju merupakan professional yang tinggi gajinya. Satpam atau
Security Guards juga harus professional yang standar kompetensi profesinya perlu dipersiapkan
agar memenuhi standar kompetensi profesi nasional, kemudian regional dan internasional. Jadi,
seorang security manager memiliki pengetahuan mengenai security sebagai substantive dan
pengetahuan serta memampuan management.

Demikian garis besar tentang kekhususan Manajemen Sekuriti yang diberikan di KIK-UI, yang
kiranya dapat dimanfaatkan oleh Polri serta AMSI dan ABUJAPI.

V.    AMSI dan ABUJAPI


Seperti diuraikan di atas arti Manajemen Sekuriti di Indonesia terdiri atas :
1.    Manajemen Sekurity Organisasi (perusahaan, instansi, dan lain-lain). Buku-buku mengenai
security management organisasi, perusahaan, instansi, dan lain-lain.
2.    Manajemen Sekuriti oleh Polri dalam pengembangan industrial security di Indonesia seperti
yang ditugaskan oleh UU No. 2, tahun 2002.

Dalam arti manajemen security kedua inilah Polri dapat mengeluarkan Peraturan Kapolri, yaitu
peraturan teknis yang mengikat sebagian anggota masyarakat. Yang mengatur intern Polri
dikeluarkan sebagai Keputusan atau Instruksi Kapolri. Karena merupakan kebijakan teknis
(technical policy), maka Perkap di “dikukuhkan” oleh Menteri Hukum dan HAM. Skep Kapolri
dan Instruksi Kapolri tidak perlu di counter sign oleh Menteri Hukum dan HAM.

Perkap No. 24, tahun 2007, tentang “Sistim Manajemen Pengamanan Organisasi, Perusahaan
dan/atau Instansi/Lembaga Pemerintah” adalah kebijakan teknis yang harus dipatuhi oleh yang
bersangkutan sesuai rumusan Peraturan Kapolri tersebut. Tentang ini akan diuraikan dalam
nomor VI karangan ini. Seperti dimaklumi fungsi utama kepolisian dibagi dalam Represif,
Preventif dan Pre-emptif atau Pembinaan Masyarakat.

Represif adalah kegiatan penyelidikan dan penyidikan setelah kejahatan terjadi. Polri memiliki
tugas dan wewenang penyidikan umum (algemene opsporingsbevoegdheid). Selain itu ada
penyidik kejaksaan, penyidik TNI-AL, penyidik KPK dan penyidik BNN.

Penyidik KPK dan BNN adalah penyidik Polri yang ditugaskan pada kedua lembaga tersebut.
Polri dapat dikatakan bertanggung jawab atas 75% fungsi utama represif.
Lebih penting dari Represif adalah fungsi utama Preventif. Walaupun ratio anggota Polri dan
penduduk menjadi 1 : 250 sekalipun, 50% kegiatan preventif seyogianya dilakukan masyarakat
dan instansi pemerintah tertentu. Adalah tugas Polri untuk secara aktif menghubungi dan
memberdayakan masyarakat dalam bidang preventif ini.

Grand strategy Polri tahap 2 adalah “partnership building” (yang pertama “trust building 2005-
2010”) yang terkait dengan UU No.2, tahun 2002 : pasal 3 yang menyatakan Polri dibantu oleh
Polsus, PPNS dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa dan pasal 41 dan 42 mengatur bantuan,
hubungan dan kerjasama dengan TNI dan badan, lembaga, serta instansi di dalam dan di luar
negeri didasarkan atas sendi-sendi hubungan fungsional, saling menghormati, saling membantu,
mengutamakan kepentingan umum serta memperhatikan hierarki.

Pasal 42 (2) menyatakan “


“Hubungan dan kerjasama di dalam negeri dilakukan terutama dengan unsur-unsur pemerintah
daerah, penegak hukum, badan, lembaga, instansi lain, serta masyarakat dengan
mengembangkan azas partisipasi dan subsidiaritas”.

Jadi, UU No. 2, tahun 2002 telah menugaskan Polri untuk menggalang “partnership” dengan
masyarakat dan TNI, instansi pemerintah di pusat dan daerah dan Grand Strategy adalah
penjabarannya, karena itu harus dirumuskan lebih jelas untuk pelaksanaan di lapangan. Di
bidang preventif mengenai industrial security telah ada organisasi seperti AMSI dan ABUJAPI.

AMSI adalah organisasi profesi “manajer security” dengan Pembina di Pusat Kapolri dan di
daerah Kapolda. AMSI telah memiliki cabang hampir di semua Polda, namun dalam
pengembangannya perlu terus pembinaan oleh Kapolda. Tujuan AMSI adalah meningkatkan
jumlah tenaga manajer professional di bidang security yang sangat dibutuhkan negara dalam
pembangunan sekarang dan masa depan.

ABUJAPI adalah asosiasi pengusaha jasa pengamanan yang jumlahnya telah cukup besar
dewasa ini. Sebagai asosiasi pengusaha, ABUJAPI termasuk lingkungan KADIN dan APINDO.
Walaupun demikian, sesuai UU No. 2. Tahun 2002, usaha jasa pengamanan termasuk
pengamanan swakarsa dan kerenanya perlu koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis oleh
Polri.

Pemberian izin operasional dan pengawasan atas badan usaha jasa pengamanan harus jelas
pembagian tugas antara Dit Binmas di Mabes Polri, dengan Polda dan Polres. Serta kerjasama
dengan AMSI dan ABUJAPI di pusat dan di daerah. Polri harus mengumpulkan data selengkap
mungkin mengenai keadaan badan usaha jasa pengamanan yang telah diberi izin operasionalnya,
mengevaluasi, mengawasi dan bila perlu memperbaikinya. Seperti dimaklumi, dalam
pembahasan RUU KUHAP sekarang sedang ramai diperdebatkan tentang wewenang
penyadapan. Tahukan Polri, bahwa ada perusahaan jasa pengamanan dengan dasar izin
operasional Polri telah sejak lama mengimpor dan memperdagangkan alat penyadap? Kepada
siapa dijual dan berapa yang sudah dijual? Di banyak negara memperdagangkan alat penyadap
dilarang dan diatur dengan ketentuan tersendiri. RUU KUHAP juga mengatur tentang
penyadapan. Karena itu Polri melalui Baharkam, Dit Binmas perlu secara aktif bekerja sama
dengan AMSI dan ABUJAPI serta lain organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang
pencegahan kejahatan  lainnya seperti Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia (LCKI) yang
dipimpin mantan Kapolri Jenderal Da’i Bachtiar.

VI.    Saran Penyempurnaan Perkap No. 24, tahun 2007


Seperti diuraikan di atas substansi Perkap 24, 2007 hanya mengatur tentang (1) Satpam, (2)
Badan Usaha Jasa Pengamanan, dan (3) Audit Sistim Manajemen Pengamanan, maka jelas
Perkap No. 24, tahun 2007 tidak sepenuhnya mengatur Sistim Manajemen Sekuriti, karena itu
disarankan agar Perkap No. 24, tahun 2007 disempurna-kan dan dipecah menjadi :
1.    Perkap tentang Satpam
2.    Perkap tentang Usaha Jasa Pengamanan

Tentang audit perlu dikaji praktek sekarang dengan Sucofindo dan bila audit perlu terus diatur,
maka
3.    Perkap tentang Audit Sistim Manajemen Security perlu disusun tersendiri.

Tentang Satpam
Istilah Satuan Pengamanan (Satpam) yang dibentuk pada tanggal 30 Desember 1980 adalah
terjemahan dari Security Guards, yang tugas pokok dan kompetensinya dapat diibaratkan sama
dengan Sabhara Polri atau “general duty police”, tetapi Satpam tidak memiliki wewenang
penyidikan. Pengaturan parkir, keluar masuk tamu, penjagaan, pengawalan pada usaha angkutan
uang dan kertas berharga, patroli dalam lingkungan perusahaan atau instansi, mengamankan
TKP, dan lain-lain adalah tugas Satpam.

Perkap No. 24, tahun 2007 pasal 6 (a) menyatakan tugas pokok Satpam meliputi aspek
pengamanan fisik, informasi, personil dan pengamanan teknis lainnya. Ini mencakupi hampir
semua tugas manajer sekuriti dengan tenaga-tenaga spesialis yang terlatih secara khusus.

Pasal 8 (3) b tentang BUJP dan e tentang asosiasi penampung Satpam, agar disesuaikan dengan
keberadaan ABUJAPI dan AMSI yang telah ada. Ayat (5) dan (6) AMSI dan ABUJAPI telah
disahkan oleh Kapolri dan yang perlu memfasilitasi sebagai mitra Polri.

Bagian ketiga : Pembina Satpam


Paragraf 1, 2 dan 3 mengenai Prioritas Pembinaan, Sumber Anggota Satpam dan
kemampuan/kompetensi, terutama pasal 13 (3) mengenai
a.    Gada Pratama untuk kemampuan dasar.
b.    Gada Madya untuk kemampuan menengah.
c.    Gada Utama untuk kemampuan manajerial

Perlu dikaji ualang dan disempurnakan, terutama karena profesi Satpam tidak sama dengan
profesi manajer sekuriti. Keduanya memerlukan kemampuan professional masing-masing.
Karena itu yang perlu dirumuskan lebih dahulu apa kemampuan dan kompetensi Satpam dan apa
kemampuan dan kompetensi Manajer Sekuriti? Setelah tahu “profil” Satpam dan Manajer
Sekuriti, baru dapat dirumuskan persyaratan dan kurikulum serta metode pelatihannya.

Dengan demikian pasal 14, 15, 16 tentang Gada Pratama, Gada Madya dan Gada Utama,
paragraf 7 tentang Instruktur. Paragraf 8 pasal 22 (1) dan (2) perlu disempurnakan.

Tentang seragam Paragraf 12, Registrasi dan KTA dalam paragraf 14  agar dicek dengan
pelaksanaan sampai sekarang di lapangan. Kenyataan di lapangan masih banyak yang tidak
mengindahkan seragam, juga kurang jalannya registrasi dan KTA. Tentang BUJP  yang perlu
disempurnakan terutama Bab kedua : Penggolongan pasal 52 yang meliputi :
a.    Usaha Jasa Konsultan Keamanan (Security Consultency)
b.    Usaha Jasa Penerapan Peralatan Keamanan (Security Devices)
c.    Usaha Pelatihan Keamanan (Security Training)
d.    Usaha Jasa Angkutan Uang dan Barang Berharga (Valuables Security Transport)
e.    Usaha Jasa Penyediaan Tenaga Pengamanan (Guard Services)
f.    Usaha Jasa Penyediaan Satwa (K9 Service)

Mengapa sampai rumusan penggolongan usaha jasa pengamanan menjadi begitu kabur dalam
Perkap No. 24, tahun 2007? Ini adalah penggolongan perusahaan yang mengharapkan mendapat
untung, karena itu harus jelas bidang usahanya, termasuk perdagangan alat menyadap seperti
disinggung di atas. Penyempurnaan Penggolongan Badan Usaha Jasa Pengamanan disarankan
(hampir sama dengan SK Kapolri Roesmanhadi dulu), yaitu :
1.    Usaha Jasa Konsultan Pengamanan
2.    Usaha Jasa Produksi dan Perdagangan Alat-alat Pengamanan
3.    Usaha Jasa Angkutan Uang dan Kertas Berharga
4.    Usaha Jasa Pelatihan Satpam
5.    Usaha Jasa Penyewaan Tenaga Satpam.

Mengenai persyaratan untuk mendapat izin, prosedur permohonan izin, siapa yang berwenang
menanda-tangani izin, berapa biaya, dan lain-lain perlu jelas dan transparan. Syarat untuk
masing-masing bidang usaha tentu tidak sama. Setelah izin dikeluarkan, siapa dan bagaimana
cara pengawasan-nya? Dalam hal ini perlu kerja sama dengan ABUJAPI dan AMSI.

Dengan demikian Bagian Ketiga : Kewajiban, Bagian Keempat : Surat Rekomendasi dan Surat
Izin Operasional Badan Usaha, perlu disempurnakan. Juga Bab IV : Pengawasan dan
Pengindahan, Bagian Kesatu tentang Audit Sistim Manajemen Pengamanan perlu di cek
pelaksanaannya untuk disesuaikan dalam Perkap yang diusulkan.

Bagaimana dengan adanya usaha jasa pengamanan yang tidak minta izin Polri? Pelanggaran
mengenai Sebutan dan pakaian seragam oleh Kamdal DPR, MPR dan Istana Presiden, harus
diselesaikan selekas mungkin, karena mempunyai dampak pada instansi lain.

VII.    Penutup
Dari pengamatan di lapangan, sebagian besar pejabat Polda dan Polres tidak mengetahui adanya
Perkap No. 24, tahun 2007, apalagi melaksanakannya. Mengapa demikian? Ini semua
memerlukan pengkajian dan penyempurnaan untuk menghindari “lepas kendali” perkembangan
industrial security di Indonesia. Bahkan tidak tertutup kemungkinan tugas-tugas yang sudah
diberikan oleh UU No. 2, tahun 2002, kepada Polri ditarik untuk “meringankan beban tugas”
Polri, bila dianggap terlalu berat.
Tugas penyempurnaan Perkap No. 24, tahun 2007 tentu pertama-tama terletak pada pundak
Direktorat Binmas, Baharkam Polri. Usaha tersebut juga telah dibahas oleh AMSI dan
ABUJAPI, karena itu hendaknya segera dimanfaatkan oleh Dit Binmas, Baharkam Polri dibantu
oleh Div Kum, dan lain-lain, agar selesai dalam tahun 2013 ini.

Demikianlah secara singkat tentang Manajemen Sekuriti di Indonesia dan Saran Penyempurnaan
Perkap No. 24, Tahun 2007, menjadi
1.    Perkap tentang Satpam,
2.    Perkap tentang Usaha Jasa Pengamanan dan
3.    Perkap tentang Audit Usaha-usaha tersebut.

Tugas Pokok Satpam

Maksud dari “Tugas Pokok” adalah :

 Suatu kewajiban yang harus dikerjakan


 Pekerjaan yang merupakan tanggungjawab
 Perintah untuk berbuat atau melakukan sesuatu demi mencapai suatu tujuan.

Jadi Tugas Pokok-nya Satpam adalah “Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban di


lingkungan/tempat kerjanya yang meliputi aspek pengamanan fisik, personel, informasi
dan pengamanan teknis lainnya” (Perkapolri No 24 Tahun 2007, BAB III, Pasal 6, Ayat 1).

Menyelenggarakan mengandung arti :

1. Mengurus dan mengusahakan sesuatu (seperti memelihara, memiara, merawat).


2. Melakukan atau melaksanakan (perintah, peraturan, rencana).
3. Menunaikan atau menyampaikan (maksud, tugas kewajiban).
4. Mengurus dan memperhatikan (kepentingan, usaha, perkara).
5. Mengadakan, mengatur, dan mengurus (pesta, pertunjukan, pameran, dsb).

Pengamanan Fisik adalah segala usaha dan kegiatan  untuk mencegah / mengatasi timbulnya
ancaman dan gangguan keamanan dan ketertiban lingkungan suatu instansi / proyek / badan
usaha secara fisik melalui kegiatan pengaturan, penjagaan dan perondaan serta kegiatan lain
yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing instansi / proyek / badan usaha yang
bersangkutan.

Objek yang diamankan-ditertibkan pada saat pengamanan fisik, adalah :

1. Asset : Benda bergerak – benda tidak bergerak, gedung, harta benda, dll.
2. Personil : Klien, Atasan, manajemen, Nasabah, Konsumen, Supplier, Pengunjung, Tamu,
Rekan, dll.
3. Informasi : No Tlp pribadi staff, keberadaan staff, proses produksi, kekuatan
pengamanan, data-data perusahaan, dll.

Kita telah belajar mengenai apa yang dimaksud dengan “Aman”, sekarang kita pelajari apa yang
dimaksud dengan “Tertib”. Yang dimaksud dengan tertib adalah :

 Teratur, menurut aturan, rapi.


 Sopan, dengan sepatutnya.
 Aturan, peraturan yang baik.

Fungsi Satpam

Apa yang dimaksud dengan Fungsi? Fungsi berarti :

 Manfaat
 Kegunaan

Jadi apa manfaat atau Kegunaan Satpam? Kegunaan atau Fungsi Satpam adalah “Melindungi
dan mengayomi lingkungan/tempat kerjanya dari setiap gangguan keamanan, serta
menegakkan peraturan dan tata tertib yang berlaku di lingkungan kerjanya”. (Perkapolri
No 24 Tahun 2007, BAB III, Pasal 6, Ayat 2).
Yang dimaksud dengan melindungi adalah : menjaga atau menyelamatkan supaya terhindar dari
ancaman, gangguan dan marabahaya. Sedangkan yang dimaksud dengan mengayomi adalah
memelihara atau memayungi.

Untuk lebih jelasnya, “Melindungi adalah upaya fisik” sedangkan “Mengayomi” adalah, seorang
Satpam harus mampu memberikan rasa aman bagi orang-orang yang ada di sekitarnya.

Untuk bisa menegakan peraturan dan tata tertib, seorang Satpam harus memiliki Sikap  dan
Tampang Satpam yang baik.

Peranan Satpam

Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pengemban fungsi kepolisian terbatas, Satpam berperan
sebagai:

1. unsur pembantu pimpinan organisasi, perusahaan dan/atau instansi/ lembaga pemerintah,


pengguna Satpam di bidang pembinaan keamanan dan ketertiban lingkungan/tempat
kerjanya;
2. unsur pembantu Polri dalam pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan
peraturan perundang-undangan serta menumbuhkan kesadaran dan kewaspadaan
keamanan (security mindedness dan security awareness) di lingkungan/tempat kerjanya.
( Perkapolri No 24 Tahun 2007, BAB III, Pasal 6, Ayat 2).

Yang dimaksud dengan “pembinaan” adalah segala usaha, kegiatan dan pekerjaan untuk
membimbing, mendorong, mengarahkan, menggerakan termasuk kegiatan koordinasi, untuk ikut
serta secara aktif menciptakan, memelihara dan meningkatkan ketertiban dan keamanan bagi diri
dan lingkungan kerjanya.

Untuk menegakan peraturan perundang-undangan serta menumbuhkan kesadaran dan


kewaspadaan keamanan (security mindedness dan security awareness), seorang anggota Satpam
pertama-tama harus tunduk dan tidak melanggar peraturan perundang-undangan (Termasuk
peraturan Lalu lintas).

Di dalam melaksanakan tugasnya, Satpam memiliki kewenangan untuk penegakan peraturan dan
tata tertib karena Satpam merupakan pembantu pimpinan.
ABSTRAK

Satpam mempunyai peran yang sangat penting sebagai tenaga keamanan untuk menjalankan tugas dan
kewajibannya untuk membantu peran fungsi Polri di perusahaan dalam mengantisi-pasi setiap gangguan
kamtibmas dalam hal terjadi pelanggaran dan tindakan kejahatan di tempat kerjanya, sehingga
diperlukan petugas satpam yang mempunyai kemampuan (skill) yang lebih baik, maka diperlukan
pendidikan dan pelatihan satpam agar dapat bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya dan
dapat bertindak lebih cepat dan efektif dalam kewenangannya sebagai pengamanan fisik yang sifatnya
terbatas

PENDAHULUAN

Kemajuan di suatu negara akan terukur dari situasi dan kondisi keamanannya sebagai salah satu syarat
utama, baik negara maju, negara berkembang tidak terkecuali negara miskin, faktor keamanan
merupakan suatu landasan yang sangat kuat sebagai tolok ukur untuk mendukung terhadap
perkembangan yang lain-nya, bahkan setiap kebijakan suatu negara akan selalu berhubungan erat
dengan situasi dan kondisi yang dipengaruhi oleh faktor dan terciptanya keamanan, seperti
pembangunan yang akan dilaksanakan agar segera terealisasi dan cepat terlaksana.

Keamanan merupakan kunci dalam setiap pelaksa-naan pembangunan yang akan dilaksanakan, apabila

keamanan benar-benar kondusif, maka pelaksanaan roda perekonomian dan pembangunan akan
berjalan dan terlaksana dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan.

Pemerintah Indonesia telah memberikan jabaran yang luas untuk menciptakan keamanan di dalam
negeri, hal ini tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat, dan dalam
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No. IV/MPR/1999 tentang Garis-garis
Besar Haluan Negara 1999-2004 dalam huruf I angka 2 tentang Pertahanan dan Keamanan, serta dalam
Amandemen Ke-IV Undang-Undang Dasar 1945 Bab XII tentang Pertahanan dan Keamanan Negara,
Pasal 30 ayat (1). Bertitik tolak dari antisipasi Pemerintah Indonesia dalam mengantisipasi keamanan
dalam negeri agar terciptanya rasa aman dalam masyarakat, maka fungsi Kepolisian menjadi tolok ukur
keamanan di suatu lingkungan masyarakat, sehingga peranan Polri dituntut untuk meningkatkan
profesionalisme di setiap jajaran kepolisian baik di Pusat maupun Daerah sebagaimana yang diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia, bahwa tugas dan fungsi Kepolisian bukan hanya sebagai pemeli-haraan keamanan, ketertiban
masyarakat dan pene-gak hukum saja tetapi lebih jauh dari hal itu dapat mengeliminir semaksimal
mungkin setiap gangguan Kamtibmas, dan penegakan hukum benar-benar dapat dilaksanakan sehingga
bisa membantu jalan-nya roda perekonomian dan terlaksananya pemba-ngunan dengan baik, “Polri
selaku pengemban fungsi kepolisian dan fungsi Pemerintahan Negara di bidang 141pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan
kepada masyarakat, telah berupaya seop-timal mungkin guna mencegah terjadinya gangguan
kamtibmas dengan lebih mengedepankan tindakan preemptif dan preventif dengan harapan dapat me-
ngurangi atau mengeliminir setiap bentuk gangguan kamtibmas yang kondusif dan pada gilirannya dapat
menunjang roda pembangunan dan perekonomian bangsa kita yang masih belum keluar dari berbagai
krisis yang melandanya”. (Amanat Kapolri, Majalah (AMSI), Edisi 02 Maret 2003:7).
Keamanan di dalam masyarakat bukan hanya tugas dan tanggungjawab pihak Kepolisian saja, tetapi
seluruh lapisan masyarakat mempunyai peran dan andil yang sangat besar agar tercipta keamanan di
daerah lingkungannya, peran serta ini sangat penting bagi masyarakat itu sendiri, apabila dirunut dari
keterba-tasan aparat Kepolisian yang tidak mungkin mampu melayani semua tugas-tugas yang menjadi
kewa-jibannya disamping itu jumlah aparat kepolisian yang belum bisa untuk melayani seluruh tugas-
tugas yang menjadi tanggungjawabnya, apabila diperhatikan dari wilayah negara Indonesia yang sangat
luas dan terdiri dari beribu-ribu pulau disertai dengan jumlah pen-duduk Indonesia yang terus
mengalami pertambahan dari tahun ke tahun sedangkan jumlah aparat kepoli-sian tidak seban-ding
dengan keadaan tersebut. Untuk itu tugas dan fungsi tersebut dapat diambil alih oleh masyarakat itu
sendiri di dalam lingkungannya, “… Polri sebagai inti pembina kamtibmas secara kuan-titatif tidak
pernah akan mampu menutup luasnya wilayah dan banyaknya jumlah penduduk dan gang-guan
kamtibmas. Dengan potensi masyarakat seperti halnya securityAstra Group yang profesional jelas
membawa dampak positif bagi pencegahan maupun penanggulangan kejahatan, terutama di tempat
atau di lingkungan kita bekerja.” (Darwan Siregar, Majalah (AMSI), Edisi 01 Oktober 2002:30). Dan di
dalam Pasal 3 ayat (1) huruf C Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia, mengenai bentuk-bentuk pengamanan swakarsa. Keamanan juga
dapat dilakukan oleh petugas satpam pada waktu bertugas di lingkungan tempat kerjanya untuk
membantu peran fungsi Polri agar tempat kerjanya tercipta rasa aman dari segala gangguan kamtibmas.
Peran dan fungsi petugas satpam dalam melaksanakan tugas di lingkungan tempat kerjanya apabila
dilihat dari dimensi kepoli-sian merupakan bentuk sosiologis fungsi kepolisian yang tumbuh dan
berkembang dalam tata kehidu-pan masyarakat akan pentingnya keamanan dan ketertiban di
lingkungan masing-masing, juga dapat dipandang sebagai refleksi masyarakat dalam mewu-judkan
mempolisikan dirinya dan diharapkan meng-arah kepada pemolisian masyarakat yang dilandasi akan
kesadaran di daerah lingkungannya, “Sebagai warga juga diharapkan untuk menerapkan sistem
Swakarsa agar kita tidak mudah terhasut di dalam issu-issu yang mengakibatkan tindakan yang
merugikan sambil terus berupaya menciptkan keamanan dengan hidup yang penuh kesadaran dengan
sistem “polisi bagi diri sendiri”. (Majalah (AMSI) Edisi 01 Oktober 2002:7). Dijelaskan juga oleh Presiden
dalam pida-tonya dalam menghadapi teror “Masalah keamanan bukan hanya tugas aparat keamanan
saja tetapi semua lapisan masyarakat ikut serta untuk menanggulangi dan ikut menjaga lingkungannya
yang patut dicuri-gai”. (Presiden Megawati, Liputan 6 SCTV, 9 Sep-tember 2004, jam 18.00)Situasi politik
dan ekonomi yang berdampak sangat serius terhadap situasi dan kondisi keamanan akan mempengaruhi
keadaan dalam tata kehidupan masyarakat, proses itu memerlukan dukungan dari setiap lapisan
masyarakat tidak ada kecualinya agar keamanan yang diharapkan bisa tetap terjaga, meski-pun pada
prinsipnya dalam pelaksanaannya sangat sulit disebabkan oleh adanya beberapa faktor kepen-tingan
dalam masyarakat, “Kondisi keamanan bangsa yang terjadi akibat dari krisis yang berkepanjangan dan
berbagai macam tuntutan yang bergerak tanpa kendali disertai dengan tindakan-tindakan anarkis
seperti pengrusakan, penganiayaan, pembakaran dan bahkan peledakan bom. Disebutkan bahwa
tindakan tersebut merupakan perbuatan yang anomali dan ber-tentangan dengan budaya bangsa dan
Hukum Negara”. (Majalah (AMSI) Edisi 01 Oktober 2002:8)Keamanan sangat diperlukan juga pada
sektor-sektor bidang usaha atau bisnis di Perusahaan Negara maupun Perusahaan Swasta untuk
mengantisipasi dan menjaga keamanan di sektor usahanya, pihak peru-sahaan telah melakukan langkah-
langkah dengan melakukan perekrutan dan penempatan petugas satpam. Satpam menjadi ujung
tombak di Perusahaan agar tidak sampai terjadi suatu gangguan yang akan merugikan kinerja
perusahaan dalam menjalankan bidang usahanya, baik yang bersifat ke dalam perusa-haan yang
disebabkan oleh buruh seperti; demostrasi, mogok kerja, dan orasi terbuka, unjuk rasa pekerja, maupun
yang bersifat keluar yang disebabkan pen-gacau yang datangnya dari luar seperti; perampok, maling,
teror maupun sabotase, “Kehadiran Polri tidak-lah mungkin berada di setiap tempat dalam waktu yang
bersamaan karena cukup banyak sekali lingku-ngan yang belum dapat disentuh secara intensif oleh
Polri. Untuk kepentingan intensitas keberadaan Polri inilah diperlukan bantuan dan keberadaan
keamanan swakarsa, oleh masyarakat, untuk dan dari masyarakat diwadahi dalam bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa antara lain satpam. Satpam sebagai salah satu bentuk pengamanan … satpam
adalah pembantu pengem-ban fungsi kepolisian” (Majalah (AMSI) Edisi 01 Oktober 2002:26).

Pendidikan dan pelatihan satpam agar mening-katkan kemampuan (skill) dan intelegensi(kecer-dasan)
petugas satpam akan memegang peranan dalam memberikan transfer ilmu pengetahuan yang sesuai
dengan bidangnya sebagai tenaga keamanan, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan satpam yang dilak-
sanakan oleh pemerintah maupun swasta sama-sama bertujuan untuk mencetak petugas satpam yang
handal dan mempunyai dedikasi yang tinggi dalam mengan-tisipasi dan menghadapi semua gangguan
kamtibmas yang terjadi, “Usaha mempertinggi keahlian para pe-nganggur dengan jalan memberikan
kursus kejuruan dan latihan di tempat latihan kerja, terbentur pula pada kesukaran menempatkan
mereka setelah dididik dan dilatih”. (Imam Soepomo, 1970:182)

Pendidikan dan pelatihan petugas satpam sudah menjadi kebutuhan yang mendasar dalam hal yang
lebih komplek pada saat ini, hal ini didukung dari banyaknya kejadian di dalam Masyarakat terjadinya
gangguan kamtibmas, perampokan seorang nasabah Bank yang terjadi di depan petugas satpam di
kantor Bank BCA, pembobolan Bank BNI pada waktu dijaga petugas satpam, perampokan seorang
Direktur sebuah perusahaan di depan petugas satpam, peledakan bom di Hotel J.W. Marriot pada waktu
diperiksa petugas satpam, perampokan seorang nasabah Bank yang dilakukan pada waktu dikawal oleh
petugas satpam, perampokan SPBU di Jemursari dan Dupak pada waktu dijaga petugas satpam,
peledakan bom didepan Kedutaan Besar Australia di Jalan Kuni ngan pada waktu dalam penjagaan
petugas Satpam dan kejadian-kejadian yang lain yang berhubungan lang-sung pada peran dan fungsi
satpam sebagai tenaga keamanan di Perusahaan, salah satu sebab hal ini ter-jadi masih banyaknya
petugas satpam yang belum dibekali dalam bidang pendidikan dan pelatihan sama sekali, “Keprihatinan
AMSI mengenai kondisi Satpam di seluruh Indonesia yang berjumlah 242.000 orang sebagian besar
(69%) belum mengikuti pendidikan dasar kepolisian resmi pola 232 jam,

Dan dijelaskan oleh Kapolri, “Dilihat dari segi kuan-titas satuan pengamanan di Indonesia saat ini yang
mencapai 242.119 orang dan melebihi dari jumlah perso nel Polri sendiri, menunjukkan suatu jumlah
yang besar, dan apabila di-managesecara baik akan memiliki kemampuan yang cukup dahsyat. Namun
dari segi kualitas kiranya perlu lebih ditingkatkan lagi mengingat masih banyak anggota satuan peng-
amanan yang belum memiliki kualifikasi pendidi-kan dasar satuan pengamanan

Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Satpam yang diadakan oleh Pemerintah maupun swasta sangat dibu-
tuhkan dan sangat efektif untuk melatih dan mendi-dik calon petugas satpam sebelum ditempatkan dan
dipekerjakan di lingkungan tempat kerjanya, seperti: PT. Scoricor, PT. Mahakam Merah Padi, PT. Jaga
Raga, PT. Mitra Karya Utama Sentosa, PT. Sigap Prima Astrea (SPA), PT. Group 4 Securitas Indone-sia dan
lembaga-lembaga pendidikan yang lain. Pasal 1 angka 9, Pasal 9 dan Pasal 13 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (L.N. No. 39 Tahun 2003; Tamba-han L.N. No.
4279)
Pendidikan dan Pelatihan satpam sebagai tenaga keamanan di lingkungan perusahaan akan
menciptakan petugas satpam yang mempunyai kemampuan (skill) di bidang pekerjaannya dan akan
menambah skill) di bidang pekerjaannya dan akan menambah skill etos kerja serta meningkatkan tingkat
intelegensinya (kecerdasan), sehingga akan lebih cepat dan tanggap dalam mengantisipasi setiap
gangguan kamtibmas serta permasalahan yang terjadi, dan setiap petugas satpam yang bekerja di
perusahaan sungguh-sung-guh dapat dipercaya untuk melaksanakan peran dan fungsinya sebagai
tenaga keamanan dengan sangat efektif dan penuh tanggung jawab, dan dapat mem-berikan dorongan
semangat serta gairah kerja bagi segenap jajaran anggota petugas satpam di tempat kerjanya yang
akhirnya dapat lebih mampu untuk meningkatkan kiprah pengabdiannya kepada perusa-haan, negara
dan bangsa. Berdasarkan latar belakang yang terurai di atas, Bagaimanakah Peran dan Fungsi serta
Kewenangan Satpam sebagai Tenaga Keamanan di Perusahaan? Sehingga dapat mengantisipasi sedini
mungkin kemungkinan terjadi tindak kriminal di tempat ia bekerja.

PEMBAHASAN

Petugas Satpam adalah satuan tenaga keamanan yang berada di tengah-tengah lingkungan masyarakat
maupun di lingkungan perusahaan untuk membantu peran fungsi Polri di tempat petugas satpam
bekerja; di Perusahaan, Perumahan, Pertokoan, Perhotelan, Rumah Sakit dan tempat lainnya, dengan
tujuan untuk menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat agar terhindar dari segala gangguan
kamtibmas. Adanya petugas satpam merupakan bantuan dan partisipasi yang sangat penting dari peran
serta masyarakat untuk ikut serta menjaga keamanan agar terciptanya rasa aman di lingkungannya.

Petugas Satpam pada saat sekarang ini benar-benar sangat efektif sebagai tenaga keamanan di lingku-
ngan tempat kerjanya, disebabkan pada akhir-akhir ini banyak sekali terjadi gangguan kamtibmas di Kota
maupun di Desa yang sering mengganggu dan meresahkan masyarakat, sehingga peran serta petu-gas
satpam untuk ikut mengamankan di tempat ker-janya sangat diperlukan sesuai dengan tugas dan fungsi
petugas satpam sebagai tenaga keamanan terbatas pada ruang lingkup tempat kerjanya. Rasa aman
merupakan suatu kebutuhan pada setiap lapisan masyarakat baik di Kota maupun di Desa, di tempat
umum maupun di tempat khusus, di perusahaan negara maupun swasta, perorangan maupun kelom-
pok, di Rukun Tetangga, Rukun Warga, Kelurahan atau Desa, Kecamatan, Kabupaten atau Kota, Propinsi
maupun Negara, rasa aman merupakan sebuah dam-baan selama manusia masih hidup di dunia, bahkan
rasa aman juga sangat diperlukan oleh sebuah peru-sahaan agar bisnis atau usaha yang dikelola bisa
terus berlangsung.Petugas Satpam sebagai salah satu bentuk kepedu-lian dari perusahaan untuk
membantu fungsi Polri sebagai tenaga keamanan untuk melakukan penga-manan di perusahaan agar
bisa menjalankan usaha atau bisnisnya dengan lancar tanpa adanya hambatan dan rintangan dari segala
situasi dan kondisi yang bisa merugikan perusahaan, maka keberadaan petu-gas satpam di perusahaan
sangat penting dan sangat diutamakan sebagai ujung tombak perusahaan untuk menunjang semua
kegiatan yang ada di perusahaan baik yang bersifat umum; menjaga di dalam ling-kungan perusahaan,
menjaga ketertiban para pekerja/buruh perusahaan, mengawasi alat-alat vital perusa-haan, maupun
yang bersifat khusus; mendampingi petugas perusahaan untuk mengambil atau mengan-tarkan uang ke
atau dari Bank; “Satpam sebagai pem-bantu pengemban fungsi kepolisian di lingkungan kerjanya
diarahkan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan keamanan bagi kepentingan suatu peru-sahaan agar
tidak terjadi resiko yang merugikan peru-sahaan, ….” (A. Hasan, Majalah (AMSI), Edisi 01 Oktober
2002:27). Serta menurut Abdulkadir Muham-mad, “… segala kekayaan dan usaha yang terdapat dalam
lingkungan perusahaan sebagai satu kesatuan dengan perusahaan, yang digunakan untuk mem-peroleh
keuntungan yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya, ….” (Abdulka-dir
Muhammad, 1999:223).Peranan petugas satpam di perusahaan sangat penting untuk menjaga
kelangsungan dan kestabi-lan bisnis atau usaha yang dijalankan perusahaan, apa-bila petugas satpam
betul-betul atau sungguh-sungguh melaksanakan peran dan fungsinya maka kelangsu-ngan usaha atau
bisnis perusahaan akan lancar tanpa suatu hambatan, tetapi bila peran petugas satpam tidak mampu
berbuat dengan semestinya, maka kelangsu-ngan usaha atau bisnis perusahaan akan terganggu dan
akan menimbulkan kerugian baik materiil maupun non materiil pada perusahaan yang tidak sedikit,
“Pema-haman AMAN itu MAHAL, dan LEBIH MAHAL KALAU TIDAK AMAN, hal ini sedang terus diso-
sialisasikan kepada masyarakat luas, terlebih kepada perusahaan-perusahaan yang memiliki dan menge-
lola asset milliaran rupiah dan bahkan trilliun rupiah, agar jangan semata-mata biaya keamanan itu men-
jadi suatu biaya, tapi timbulkan pengertian bahwa aman itu harus merupakan bagian dari investasi yang
harus dipedulikan suasananya yaitu sejuk, damai dan tentram. Sehingga kepada para pengusaha atau
para pemimpin perusahaan, harus sudah mulai dari seka-rang ke depan untuk memikirkan bahwa
“bagaimana caranya untuk mengusahakan agar para securityyang ada sekarang di masing-masing
perusahaan atau proyek vital agar menjadi lebih profesional dan berdaya untuk mencegah adanya suatu
gangguan yang mengakibatkan suasana tidak aman!” Karena telah terbukti bahwa ada beberapa
perusahaan atau instansi yang sudah memiliki securityyang profe-sional, yaitu dari sikap dalam
menjalankan tugas-nya dan penampilannya secara umum jauh berbeda, mampu mengantisipasi situasi
dan permasala-han, sehingga terkesan di perusahaan tersebut sangat tertib dan teratur”. (IGK.
Sastrawan, Majalah (AMSI), Edisi 02 Maret 2003:54.). Keamanan di perusahaan benar-benar sangat
diperlukan, oleh karena itu dibutuhkan petugas satpam yang benar-benar telah menempuh pendidikan
dan pelatihan satpam, bekal pengalaman dan pengetahuan di bidang pendidikan dan pelatihan satpam
akan lebih optimal dan efektif dari sebelumnya. Adanya petugas satpam yang sudah mendapatkan
pembinaan di bidang pendidikan dan pelatihan yang sungguh-sung-guh akan dapat menambah etos dan
produktivitas kerja yang lebih baik terhadap kinerja petugas satpam, setiap tindakan yang dilaksanakan
akan dilakukan-nya secara profesional sesuai dengan bidang kerja sebagaimana telah diembannya,
“Profesionalismesebenarnya adalah watak yang didasari oleh rasa percaya diri yang tinggi dari
pelakunya karena itu profesiona lisme berarti bekerja dengan kompetensi memadai, dengan tenang dan
penuh percaya diri”. (Philip Davis ditulis oleh Willian Buntoro, Majalah (AMSI), Edisi 02 Maret 2003:43).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, telah mengga-
riskan bahwa “Pembinaan pelatihan kerja dan pema-gangan ditujukan ke arah peningkatan relevansi,
kualitas, dan efisiensi penyelenggaraan pelatihan keja dan produktivitas”. Dan peningkatan tersebut
dilakukan melalui pengembangan budaya produktif, etos kerja, teknologi, dan efisiensi kegiatan eko-
nomi, menuju terwujudnya produktivitas nasional”. Hal ini dipertegas dalam Pasal 15 ayat (2) huruf G
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, bahwa
Kepolisian sebagai pengemban amanat untuk mendi-dik dan melatih petugas satpam akan “Memberikan
petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam
bidang teknis kepolisian”.Menurut penulis sekarang masih banyak perusahaan yang mempekerjakan
petugas satpam yang belum dibekali di bidang pendidikan dan pelatihan sama sekali sebagai tenaga
keamanan di tempat kerjanya, dan bahkan masih banyak perusahaan yang kurang memperhatikan
tentang pentingnya petugas satpam di perusahaan, hal ini masih banyaknya petugas satpam
dinomerduakan di perusahaan, padahal petugas satpam yang dibekali pendidikan dan pelatihan akan
mempunyai keahlian dan secara langsung akan membantu kelancaran dan kelangsungan usaha atau
bisnis perusahaan, “Dalam sejumlah kasus, masih ada manajemen perusahaan yang meng organisir
fungsi security hanya sebagai pelengkap fungsi pelayanan kantor saja, asal ada tanpa perencanaan yang
seharusnya. Fungsi security harus dikategorikan bukan sebagai fungsi pelengkap pelayanan kantor,
melain-kan merupakan fungsi supporting dari alur organisasi perusahaan.

Dalam banyak kejadian sejumlah perusahaan membentuk fungsi pengamanan dimu-lai secara bertahap
dan yang lebih dahulu dilakukan dengan memasang kunci-kunci pintu, memberi pene-rangan yang baik,
memasang alarm gedung, dan lain sebagainya, lebih mengutamakan dan mengandalkan perangkat keras
terlebih dahulu, dibandingkan dengan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM). Yang terjadi dalam
sejumlah kasus, pembentukan fungsi keamanan dalam sebuah perusahaan yang bersifat strategis
manajerial. Sementara pendekatan reaktif atau bertahap dapat berkembang menjadi sebuah fungsi
pengamanan yang efektif untuk mencegah timbulnya risiko ancaman atau bahaya bagi perusa-haan,
sehingga usaha-usaha dari fungsi security dilaksanakan secara optimal dan sungguh-sungguh untuk
mengantisipasi timbulnya risiko yang belum kita ketahui sebelumnya, kita akan merasa aman karena kita
mengantisipasi risiko sekecil apapun.

Perusahaan yang mempekerjakan petugas satpam yang telah dibekali pendidikan dan pelatihan sudah
pasti mempunyai etos dan produktivitas kerja yang lebih efektif dan lebih baik serta menguasai kete-
rampilan yang baik dan handal, mempunyai keuletan dalam bekerja dan bisa dipastikan akan sungguh-
sung-guh akan menjaga area atau lingkungan perusahaan dengan rasa tanggungjawab serta mempunyai
disiplin tinggi pada waktu melakukan tugas dan fungsinya untuk mengatasi segala gangguan kamtibmas.
Kewenangan petugas satpam di perusahaan akan benar-benar dituntut di bidang keahlian dan pengala-
mannya serta keuletannya pada saat bekerja sehingga petugas satpam waktu melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai tenaga keamanan bisa melaksanakannya dengan baik dan benar dalam ruang lingkup
di lingkungan perusahaan tempat kerjanya agar tidak sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan atau
diharapkan oleh perusahaan sehingga mengakibatkan timbulnya suatu kerugian dan pada akhirnya akan
mengganggu pada kelangsungan bisnis atau usaha perusahaan, sehingga keberadaan petugas satpam
benar-benar membawa manfaat pada perusahaan maupun karya-wannya, Salah satu tugas utama dari
anggota aparat keamanan adalah menjaga keamanan perusahaan dan kenyamanan karyawannya. Para
aparat keamanan mempunyai power yang dapat dimanfaatkan secara positif dan bila mereka mampu
mempengaruhi masyarakat sekeliling ke arah yang positif, pasti mereka akan berperilaku positif pula”.
(Sri Dahana, Majalah (AMSI), Edisi 01 Oktober 2002:9)

Kewenangan petugas satpam yang sedang melaksanakan tugasnya perlu diberikan rambu-rambu dan
batasan agar tidak melampaui tugas dan fungsi Polri yang mempunyai kewenangan dan ruang ling-kup
hukum publik, sehingga kewenangan petu-gas satpam benar-benar berfungsi sebagai tenaga keamanan
dalam rangka menegakkan hukum hanya meliputi ruang lingkup di perusahaan. Dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia ditegaskan
bahwa Kepolisian benar-benar melakukan tugasnya dalam “melakukan koordinasi, penga-wasan, dan
pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa”. Sedangkan tata cara pelaksanaan kepolisian dalam melaksanakan tugasnya
kepada petugas satpam akan diatur dengan ketentuan Peraturan Pemerintah dan sampai sekarang
peraturan tersebut belum dibuat.
Menurut penulis kewenangan petugas satpam di lingkungan tempat kerjanya dapat melakukan tinda-
kan-tindakan secara terbatas yang perlu dilaksanakan saat melakukan tugasnya dalam hal terjadi
gangguan di perusahaan sebagai peran pembantu fungsi Polri, antara lain:

1. Sebagai Petugas Keamanan

Petugas satpam yang bertugas di lingkungan peru-sahaan sebagai petugas keamanan untuk membantu
peran fungsi Polri, sehingga dapat mengantisipasi setiap gangguan yang akan terjadi dan bertindak lebih
cepat dan tepat untuk memberikan informasi; Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana No. 8 Tahun
1981 menjelaskan bahwa “Setiap orang yang menga-lami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi
korban peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak untuk mengajukan laporan atau pengaduan
kepada penye-lidik dan atau penyidik baik lisan maupun tertulis”, demikian juga seorang petugas
satpam juga berhak untuk melaporkan setiap kejadian tindak pidana yang terjadi di tempat kerjanya.
Dan “Setiap orang yang mengetahui permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana terhadap
ketentraman dan keamanan umum atau terhadap jiwa atau terhadap hak milik wajib seketika itu juga
melaporkan hal tersebut kepada penyelidik atau penyidik”. Petugas satpam yang ber-tugas di lingkungan
tempat kerjanya dapat dikatego-rikan mempunyai dua kewenangan;

a. Secara Prevemtif (membina, mengarahkan);

Pre-emtif (membina, mengarahkan);Pre-emtif

Petugas satpam saat melaksanakan tugasnya mem-punyai kewenangan untuk membina dan mengarah-
kan bahkan menyuruh dan mengajak setiap orang atau individu yang ada di lingkungan kerjanya untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan atau perbuatan, dan terus-menerus mengarahkan
atau membimbing ke arah yang lebih baik dan memberikan contoh teladan yang lebih baik di lingkungan
peker-jaannya, seperti: memberitahukan kepada pekerja atau buruh agar tidak melakukan atau
mengulangi perbuatannya yang tidak sesuai dengan peraturan di perusahaan, dan lainnya. Dengan
kewenangan yang telah diberikan ini, maka tercipta ketertiban di peru-sahaan.

b. Secara Preventif (mencegah, menangkal);

Preventif (mencegah, menangkal);Preventif

Petugas satpam saat melaksanakan tugasnya mem-punyai kewenangan menjaga atau mengamankan
perusahaan agar tidak sampai terjadi suatu gang-guan kamtibmas serta tindak pidana kejahatan atau
pelanggaran di lingkungan kerjanya dengan jalan mempersiapkan atau menyediakan beberapa per-
alatan pengamanan atau perlindungan yang ber-hubungan langsung atau tidak langsung dengan
keamanan perusahaan. Petugas satpam akan melak-sanakan segala usaha dan upaya demi
kelangsungan usaha atau bisnis perusahan agar tetap berlangsung dengan baik dan dapat menjalankan
kegiatan dalam rangka menyelenggarakan dan melindungi lingku-ngan perusahaan dan aset-aset
perusahaan maupun pekerja atau buruh perusahaan, sehingga keamanan pekerja atau buruh dan
lingkungan perusahaan tetap berjalan sebagaimana mestinya tanpa ada gangguan

yang akan merugikan perusahaan, seperti: meng-ontrol lingkungan perusahaan dengan bergantian
setiap dua jam sekali, dan lainnya.
2. Sebagai Petugas Penegakan Hukum Terbatas

Petugas satpam saat melaksanakan tugasnya di perusahaan mempunyai kewenangan dan berperan
sebagai petugas penegakan hukum terbatas untuk membantu peran fungsi Polri, yaitu; Secara Repre-sif
Non Yustisiil (menindak, menangkap, memborgol, melakukan introgasi awal), sehingga petugas satpam
mempunyai kewenangan dapat menindak atau menangkap, menggeledah, memborgol, mengintro-gasi
yang sifatnya sementara dan terbatas sebelum di-serahkan kepada Kepolisian bila terjadi tindak pidana
kejahatan atau pelanggaran di perusahaan baik yang dilakukan oleh pekerja maupun orang lain, maka
petugas satpam dapat melakukan tindakan-tinda-kan yang dianggap tepat agar pelakunya dapat cepat

PERSPEKTIF

PERSPEKTIFP

Volume XVI No. 3 Tahun 2011 Edisi Mei

ditangani, kewenangan yang dilakukan oleh petu-gas satpam hanyalah merupakan tindakan awal agar
pelaku tidak melarikan diri atau tidak menimbul-kan dampak yang lebih besar kepada perusahaan dan
menghindari jangan sampai terjadi ada pihak-pihak yang main hakim sendiri, kemudian pelaku yang
sudah tertangkap tangan secepatnya diserah-kan kepada pihak Polri setempat yang mempunyai hak dan
kewenangan untuk menyelidiki dan menyi-dik serta menahan pelaku kejahatan atau pelanggaran yang
telah dilakukan, tindakan petugas satpam bisa dilakukan bila terjadi tindak pidana yang tertangkap
tangan, sehingga kewenangan petugas satpam dapat melakukan tindakan upaya paksa untuk
menegakkan hukum di lingkungan kerjanya yang sifatnya semen-tara, Pasal 1 angka 19 dan 111 ayat (1)
No. 8 Tahun 1981 Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana, yang dikatakan tertangkap tangan; a.
Tertangkap-nya seseorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana; b. Atau dengan segera sesudah
beberapa saat tindak pidana itu dilakukan; c. Atau sesaat kemu-dian diserukan oleh khalayak ramai
sebagai orang yang melakukan; d. Sesaat kemudian padanya dite-mukan benda yang diduga keras telah
dipergunakan melakukan tindak pidana yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut
melakukan atau membantu melakukan tindak pidana.Demikian juga yang dilakukan oleh petugas
satpam yang bertugas di tempat kerjanya apabila pada ber-tugas ada pelaku kejahatan yang tertangkap
tangan maka setiap orang berhak, sedangkan setiap orang yang mempunyai wewenang dalam tugas
ketertiban, ketentraman dan keamanan umum wajib, menangkap tersangka guna diserahkan beserta
atau tanpa barang bukti kepada penyelidik atau penyidik”.Menurut penulis kewenangan Petugas
Satpam sebagai tenaga keamanan dan penegakan hukum di lingkungan perusahaan tempat kerjanya
apabila terjadi tindak pidana yang tertangkap tangan, harus benar-benar memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;

b. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharus-kan tindakan tersebut dilaksanakan;

c. Harus patut, masuk akal, termasuk dalam lingkup kewenangannya;

d. Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa dan menghormati hak-hak asasi
manusia.

Kewenangan petugas satpam pada waktu melak-sanakan tugas umumnya sama dengan yang dilakukan
oleh Polri, tetapi pada tingkatan prinsipilnya pelak-sanaan tugas dan fungsi yang dilakukan oleh petugas
satpam ada perbedaannya kewenangan, kewenangan yang dilaksanakan oleh petugas satpam pada
dasarnya hanya diperbolehkan melakukan pengamanan phisik dan penegakan hukum phisik di tempat
kerjanya tanpa mempunyai kewenangan menyidik dan menahan. Dan kewenangan yang dimiliki petugas
satpam sifatnya hanya terbatas di lingkungan perusahaan tempat ker-janya, “Kewenangan kepolisian
terbatas yang dimiliki oleh anggota security, di dalam forum tersebut dijelaskan bahwa security memiliki
kewenangan

Bentuk kewenangan terbatas yang diberikan pada petugas satpam di perusahaan merupakan suatu
aturan yang harus dipatuhi dan dipahami serta dilaksanakan dengan prosedur yang benar meskipun
hanya mem-punyai ruang lingkup kewenangan kuasa tempat dan tidak memiliki ruang lingkup
kewenangan kuasa yang termasuk kewenangan hukum publik, seperti; menun-tut, menyidik maupun
menahan, hal ini ditegaskan di dalam Penjelasan Pasal 3 huruf c Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, bahwa petu-gas satpam merupakan
“bentuk-bentuk peng amanan swakarsa” adalah suatu bentuk peng-amanan yang diadakan atas
kemauan, kesadaran, dan kepentingan masyarakat sendiri yang kemudian memperoleh pengukuhan
dari Kepolisian Negara Republik Indone-sia, seperti satuan pengamanan lingkungan dan badan usaha di
bidang jasa peng amanan. Bentuk-bentuk pe-ngamanan swakarsa memiliki kewenangan Kepolisian
Negara terbatas, meliputi lingkungan ruimte gebied) meliputi lingkungan ruimte gebiedpemukiman,
lingkungan kerja, lingkungan pendidikan. Contohnya adalah satuan pengamanan lingkungan di
pemukiman, satuan pengamanan pada kawasan per-kantoran atau satuan pengamanan pada
pertokoan. Pengaturan mengenai pengamanan swakarsa merupakan kewenangan Kapolri, dan
dipertegas.

47 oleh Kapolri di dalam surat keputusannya Nomor Pol: Skep/1017/XII/2002 tentang Kurikulum Pela-
tihan Satuan Pengamanan, angka 1 dalam konside-ran Pertimbangannya terutama di bidang penegakan
hukum, hal ini dipertegas lagi di dalam UU Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia, Penjelasan Pasal 15 ayat (1) huruf K tentang Kewenangan Polisi Memberikan
Izin, dipertegas juga di dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1951 tentang Senjata Api dan Bahan
Peledak dalam Pasal 1 ayat (1), Pasal 5 ayat (2), bagi petu-gas satpam yang dilengkapi senjata api atau
senjata tajam waktu melaksanakan tugasnya harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari
Polri.Kewenangan petugas satpam sebagai tenaga keamanan terbatas dalam melaksanakan tugas-nya
sebagai peran pembantu Polri menurut penulis sudah mempunyai cakupan yang lebih luas untuk
mengantisipasi dan mengendalikan setiap gangguan kamtibmas dan tindak pidana kejahatan atau
pelanggaran yang akan terjadi di Perusahaan, kewenangan itu tidak berbeda dengan kewenangan yang
dimiliki dan dilakukan oleh aparat Kepolisian dan tentara hal yang menjadi perbedaannya menurut
penulis terletak dalam tingkat kewenangan penyidikan dan penuntutan yang tidak bisa dilakukan oleh
petugas satpam demikian juga mengenai kelembagaan petugas tenaga satpam yang statusnya ditangani
oleh pihak swasta sedangkan aparat kepolisian kelembagaannya ditangani oleh negara, “Hampir semua
“ilmu” yang dimiliki polisi atau tentara telah dikuasai “aparat” swasta ini. Formancepara SO juga mirip
apa yang asli itu. Bahkan, sejumlah SO berkenan juga diberi izin untuk dibekali diri dengan senjata api
(senpi). Memang, hampir tidak ada bedanya. Yang beda, soal status mereka”. (Hendrawan, Jawa Pos, 12
Desember 2001:26) Menurut penulis kewenangan yang dimiliki dan diperbolehkan untuk dilakukan oleh
petugas satpam di perusahaan hanya meliputi kewenangan phisik saja meskipun dalam hal-hal tertentu
atau dalam hal ter-tangkap tangan diperbolehkan menangkap dan mem-borgol agar tidak melarikan diri
dan menghilangkan barang bukti dan menanyakan hal-hal yang diang-gap penting yang berhubungan
dengan tindak pidana pelanggaran atau kejahatan yang telah dilakukan oleh pelaku di lingkungan
perusahaan. Dengan demikian menurut penulis petugas satpam mempunyai tugas dan peran pembantu
fungsi Polri sebagai tenaga keamanan yang mempunyai kewenangan dalam ruang lingkup kewenangan
phisik yang sifatnya terbatas di perusa-haan dimana petugas satpam bekerja.

PENUTUP

Kesimpulan

Petugas Satpam sebagai tenaga keamanan terbatas dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya di
perusahaan tempat kerjanya mempunyai peran seba-gai pembantu fungsi Polri yang memiliki kewena-
ngan pengamanan fisik yang sifatnya terbatas dan non justicesebagai keamanan dalam hal membina,
mengarahkan, mencegah, menindak, dan menang-kap serta memborgol apabila terjadi tindak pidana
pelanggaran dan kejahatan yang tertangkap tangan di lingkungan perusahaan.RekomendasiMaraknya
tindak kejahatan pada saat sekarang ini peranan petugas satpam jangan sampai dilihat sebelah mata
lagi, karena itu peran pemerintah dan instansi terkait di Bidang Ketenagakerjaan untuk mewajib-kan
kepada perusahaan yang mempergunakan jasa petugas satpam untuk diikutsertakan pendidikan dan
pelatihan satpam sedangkan perusahaan yang akan mempekerjakan petugas satpam agar menerima
yang telah mempunyai sertifikat satpam, sehingga keberadaan petugas satpam di perusahaan benar-
benar dapat bergerak lebih cepat dan mengantisipasi sedini mungkin kemungkinan terjadi pelanggaran
dan tindak kejahatan dan keberadaan petugas satpam di perusa-haan dapat diandalkan.

Satpam mempunyai peran yang sangat penting sebagai tenaga keamanan untuk menjalankan
tugas dan kewajibannya untuk membantu peran fungsi Polri di perusahaan dalam mengantisi-
pasi setiap gangguan kamtibmas dalam hal terjadi pelanggaran dan tindakan kejahatan di tempat
kerjanya, sehingga diperlukan petugas satpam yang mempunyai kemampuan (skill) dan
intelegensi (kecerdasan) yang lebih baik, maka diperlukan pendidikan dan pelatihan satpam agar
dapat bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya dan dapat bertindak lebih cepat dan
efektif dalam kewenangannya sebagai pengamanan fisik yang sifatnya terbatas dan non-justice
di perusahaan.
Jenjang Pelatihan
Jenjang pelatihan satpam ada 3 tingkat yaitu:

1. Dasar (Gada Pratama), merupakan pelatihan dasar wajib bagi calon anggota satpam. Lama
pelatihan empat minggu dengan pola 232 jam pelajaran. Materi pelatihan a.l. Interpersonal Skill;
Etika Profesi; Tugas Pokok, Fungsi dan Peranan Satpam, Kemampuan Kepolisian Terbatas; Bela
Diri; Pengenalan Bahan Peledak; Barang Berharga dan Latihan Menembak; Pengetahuan
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya; Penggunaan Tongkat Polri dan Borgol;
Pengetahuan Baris Berbaris dan Penghormatan;
2. Penyelia (Gada Madya), merupakan pelatihan lanjutan bagi anggota satpam yang telah memiliki
kualifikasi Gada Pratama. Lama pelatihan dua minggu dengan pola 160 jam pelajaran dan
3. Manajer Keamanan (Gada Utama), merupakan pelatihan yang boleh diikuti oleh siapa saja
dalam level setingkat manajer, yaitu chief security officer atau manajer keamanan. Pola 100 jam
pelajaran.

Selain lembaga pendidikan kepolisian negara seperti Sekolah Polisi Negara, hanya perusahaan
yang sudah memiliki izin operasional dari Kepala Polri sebagai badan usaha jasa pendidikan dan
latihan keamanan, boleh menyelenggarakan pelatihan dasar dan pelatihan lanjutan satpam.
Kepolisian Resor Metropolitan, Kepolisian Resor Kota Besar, Kepolisian Resor, Kepolisian
Sektor hanya melakukan latihan pemeliharaan kemampuan/penyegaran bagi anggota Satpam
yang sudah berkualifikasi Gada Pratama dan Gada Madya.
Jenjang pelatihan satpam ada 3 tingkat yaitu:

1. Dasar (Gada Pratama), merupakan pelatihan dasar wajib bagi calon anggota satpam. Lama
pelatihan empat minggu dengan pola 232 jam pelajaran. Materi pelatihan a.l. Interpersonal Skill;
Etika Profesi; Tugas Pokok, Fungsi dan Peranan Satpam, Kemampuan Kepolisian Terbatas; Bela
Diri; Pengenalan Bahan Peledak; Barang Berharga dan Latihan Menembak; Pengetahuan
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya; Penggunaan Tongkat Polri dan Borgol;
Pengetahuan Baris Berbaris dan Penghormatan;
2. Penyelia (Gada Madya), merupakan pelatihan lanjutan bagi anggota satpam yang telah memiliki
kualifikasi Gada Pratama. Lama pelatihan dua minggu dengan pola 160 jam pelajaran dan
3. Manajer Keamanan (Gada Utama), merupakan pelatihan yang boleh diikuti oleh siapa saja
dalam level setingkat manajer, yaitu chief security officer atau manajer keamanan. Pola 100 jam
pelajaran.

Selain lembaga pendidikan kepolisian negara seperti Sekolah Polisi Negara, hanya perusahaan
yang sudah memiliki izin operasional dari Kepala Polri sebagai badan usaha jasa pendidikan dan
latihan keamanan, boleh menyelenggarakan pelatihan dasar dan pelatihan lanjutan satpam.
Kepolisian Resor Metropolitan, Kepolisian Resor Kota Besar, Kepolisian Resor, Kepolisian
Sektor hanya melakukan latihan pemeliharaan kemampuan/penyegaran bagi anggota Satpam
yang sudah berkualifikasi Gada Pratama dan Gada Madya.

Perlengkapan

Kegiatan seorang petugas Satpam lazim terdiri dari :

1. mencegah dan deteksi dini penyusup, kegiatan atau orang yang masuk secara tak sah,
vandalisme atau penerobos/peloncat pagar di wilayah kuasa tempat perusahaan
(teritoir gebied/ruimte gebied)
2. mencegah dan deteksi dini pencurian, kehilangan, penyalahgunaan atau penggelapan
perkakas, mesin, komputer, peralatan, sediaan barang, uang, obligasi, saham, catatan
atau dokumen atau surat-surat berharga milik perusahaan
3. melindungi (pengawalan) terhadap bahaya fisik (orang dan barang yang menjadi aset
milik perusahaan atau perorangan)
4. melakukan kontrol/pengendalian, pengaturan lalu lintas (orang, kendaraan dan
barang) untuk menjamin perlindungan aset perusahaan
5. melakukan upaya kepatuhan, penegakan tata tertib dan menerapkan kebijakan
perusahaan, peraturan kerja dan praktik-praktik dalam rangka pencegahan tindak
kejahatan
6. melapor dan menangani awal (TPTKP) terhadap pelanggaran
7. melapor dan menangani kejadian dan panggilan/permintaan bantuan Satpam,
termasuk konsep, pemasangan dan pemeliharaan sistem alarm.
Agar dapat menunjukkan kinerja efektif, seorang petugas Satpam perlu perlengkapan kerja:

1. buku saku lapangan dan alat tulis untuk mencatat kegiatan, orang dan barang yang
patut dicurigai
2. senter untuk perondaan malam atau patroli di wilayah yang minim pencahayaan
3. alat komunikasi menjalin komunikasi dengan petugas keamanan lain atau meminta
bantuan ketika keadaan darurat (telepon seluler atau radio FRS/GMRS atau radio
trunking)
4. alat pelindung diri ketika bekerja di kawasan tertentu (safety helm, safety shoes, jas
hujan)
5. seragam atai pakaian dinas sesuai dengan regulasi yang berlaku
6. Alat bela diri Tongkat, borgol, dan perisai

Dan juga sesuai dengan sifat, lingkup tugas dan ancaman terhadap lingkungan kerjanya, seperti
bank, objek vital, kantor bendahara, anggota Satpam dapat dilengkapi dengan senjata api
berdasarkan izin kepemilikan senjata api yang diberikan oleh kepala kepolisian negara.

Jenis dan kaliber senjata yang dimaksud adalah

1. Senjata api bahu, jenis senapan penabur dengan kaliber 12 GA


2. Senjata api genggam, jenis pistol atau jenis revolver ; kaliber 0.32 inch; kaliber 0.25
inch; kaliber 0.22 inch

Izin kepemilikan senjata api pada suatu instansi/proyek/badan usaha dibatasi pada 1/3 kekuatan
satuan pengamanan yang bertugas, tidak lebih dari 15 pucuk senjata api serta maksimal 3
magazen/silinder untuk setiap pucuk senjata api.

Peralatan Keamanan yang digolongkan Senjata Api :

1. Senjata Peluru Karet


2. Senjata Peluru Pallet
3. Senjata Peluru Gas
4. Semprotan Gas
5. Kejutan Listrik

Anda mungkin juga menyukai