Anda di halaman 1dari 17

MODUL PROSES INDUSTRI DAN MANAJEMEN RISIKO

(KKK354)

MODUL 13
PEMETAAN BAHAYA DI INDUSTRI

DISUSUN OLEH
CUT ALIA KEUMALA MUDA, SKM., M.K.K.K.

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

https://esaunggul.ac.id Page 1 of 17 Revisi/Tgl. ( 0 / 01-09-2021 )


PENGANTAR

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

1. Mahasiswa mampu menguraikan konsep pemetaan bahaya di industri


B. Penjelasan Rencana Pembelajaran Semester
1. Definisi
Peta merupakan gambaran atau lukisan seluruh atau sebagian
gambaran dari permukaan bumi yang digambarkan pada bidang datar yang
diperkecil dengan menggunakan skala tertentu dan dijelaskan dalam bentuk
simbol dan dibuat mengikuti ukuran sama luas, sama bentuk, sama jarak, dan
sama arah.
Secara umum peta didefinisikan sebagai gambaran dari unsur-unsur
alam maupun buatan manusia yang berada diatas maupun dibawah
permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala
tertentu (PP Nomor 8 Tahun 2013).
Pemetaan merupakan suatu proses pengukuran, perhitungan dan
penggambaran dengan menggunakan cara atau metode tertentu sehingga
didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk data
spasial vektor maupun raster
Pemetaan bahaya merupakan proses pengukuran, perhitungan dan
penggambaran bahaya di tempat kerja dengan cara dan metode tertentu
sehingga didapatkan hasil berupa gambar yang menjelaskan lokasi tersebut
sesuai dengan tujuan yang ingin didapatkan (Aji, 2013)
Pemetaan bahaya dapat memetakan bahaya yang kasat mata dan yang
sebaliknya. Mulai dari kebisingan, getaran, pencahayaan, suhu, radiasi, debu,
bahan kimia, system kerja, postur kerja, biologi, peralatan kerja, hingga
psikososial di tempat kerja. Pemetaan bahaya merupakan suatu upaya
memetakan setiap bahaya yang ada dalam bentuk visualisasi pada setiap proses
kerja sehingga dapat diketahui sumber bahaya, pekerja berisiko, dampaknya
terhadap kesehatan, serta langkah penanganan yang dapat dilakukan (preventif,
kuratif, rehabilitatif)

https://esaunggul.ac.id Page 2 of 17 Revisi/Tgl. ( 0 / 01-09-2021 )


2. Tujuan peta bahaya
Tujuan pembuatan peta bahaya di suatu industri diantaranya,
a.Membantu melaksanakan suatu pekerjaan (lebih mudah memahami dan
mengetahui sumber bahaya di suatu tempat kerja)
b. Mempermudah melakukan analisis data spasial, misalnya untuk
perhitungan volume
c. Menyimpan informasi mengenai suatu tempat kerja (menyajikan data
suatu wilayah)
d. Membantu dalam pembuatan suatu disain, misalnya disain di sebuah
gudang
e. Mempermudah melakukan komunikasi atas informasi di suatu ruangan

3. Pembuatan peta bahaya


Sebelum menyusun peta bahaya, kita disarankan untuk
menggambarkan peta fasilitas. Peta fasilitas dapat membantu dalam
“mempersempit” proses, area atau pekerjaan yang memiliki bahaya lebih
berbahaya atau dimana paparan pekerja terhadap bahaya paling besar. Untuk
mendapatkan informasi yang lebih spesifik, kita dapat melakukan pemetaan
bahaya dengan cara menguraikan setiap proses kerja atau station yang ada.
Semakin banyak proses dan station yang dapat diuraikan, maka semakin

https://esaunggul.ac.id Page 3 of 17 Revisi/Tgl. ( 0 / 01-09-2021 )


besar pula kemungkinan untuk menemukan lebih banyak lagi bahaya
dan/atau potensi bahaya di tempat kerja.
Proses penyusunan peta bahaya sebaiknya memperhatikan memori
pemetaan bahaya sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk melihat trend bahaya
ditempat kerja serts masalah kesehatan yang berkembang di tempat kerja
tersebut.
Metode peta bahaya mengacu pada apa yang diketahui pekerja dari
pengalaman kerja. Pendekatan pemetaan bahaya paling berhasil bila
dilakukan dengan sekelompok kecil pekerja dengan beberapa kesamaan
dalam pekerjaan mereka. Proses pemetaan bahaya dapat digunakan untuk
mengidentifikasi risiko di seluruh fasilitas dan untuk menentukan bahaya
yang terkait dengan area, bangunan, klasifikasi pekerjaan atau proses.

Proses pemetaan yaitu tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam


perancangan sebuah peta. Menurut Intan Permanasari (2007) mengemukakan
bahwa terdapat 3 langkah proses pemetaan yang harus dilakukan yaitu:
a. Tahap pengumpulan data

Langkah awal dalam proses pemetaan dimulai dari pengumpulan data.


Data merupakan suatu bahan yang diperlukan dalam proses pemetaan.
Keberadaan data sangat penting artinya, dengan data seseorang dapat
melakukan analisis evaluasi tentang suatu data wilayah tertentu. Data
yang dipetakan dapat berupa data primer dan data sekunder. Pengenalan
sifat data sangat penting untuk simbolisasi atau penentuan dan pemilihan
bentuk simbol, sehingga simbol tersebut akan mudah dibaca dan
dimengerti. Setelah data dikelompokkan dalam tabel-tabel, sebelum
diolah ditentukan dulu jenis simbol yang akan digunakan. Untuk data

https://esaunggul.ac.id Page 4 of 17 Revisi/Tgl. ( 0 / 01-09-2021 )


kuantitatif dapat menggunakan simbol batang, lingkaran, arsir bertingkat
dan sebagainya, melakukan perhitungan-perhitungan untuk memperoleh
bentuk simbol yang sesuai.

b. Tahap penyajian data

Langkah pemetaan kedua berupa penyajian data, tahap ini merupakan


upaya melukiskan atau menggambarkan data dalam bentuk simbol,
supaya data tersebut menarik, mudah dibaca dan dimengerti oleh
pengguna (users). Penyajian data pada sebuah peta harus dirancang
secara baik dan benar supaya tujuan pemetaan dapat tercapai.

c. Tahap penggunaan peta

https://esaunggul.ac.id Page 5 of 17 Revisi/Tgl. ( 0 / 01-09-2021 )


Tahap penggunaan peta merupakan tahap penting karena menentukan
keberhasilan pembuatan suatu peta. Peta yang dirancang dengan baik
akan dapat digunakan/dibaca dengan mudah. Peta merupakan alat untuk
melakukan komunikasi, sehingga pada peta harus terjalin interaksi antar
pembuat peta (map maker) dengan pengguna peta (map user). Pembuat
peta harus dapat merancang peta sedimikian rupa sehingga peta mudah
dibaca, diinterpretasi dan dianalisis oleh pengguna peta. Pengguna harus
dapat membaca peta dan memperoleh gambaran informasi sebenarnya
dilapangan (real world)

Pemetaan Bahaya
Pemetaan bahaya merupakan proses pengukuran, perhitungan dan
penggambaran bahaya di tempat kerja dengan cara dan metode tertentu
sehingga didapatkan hasil berupa gambar yang menjelaskan lokasi tersebut
sesuai dengan tujuan yang ingin didapatkan (Aji, 3013). Beberapa langkah
dalam pembuatan risk mapping yaitu :
a. Identifikasi tempat kerja yang akan dilakukan pemetaan bahaya

Menurut Ramli (2010) pada buku Pedoman Praktis Manajemen Risiko


dalam Perspektif K3 OHS Risk
Management jenis-jenis bahaya antara lain:

https://esaunggul.ac.id Page 6 of 17 Revisi/Tgl. ( 0 / 01-09-2021 )


1. Bahaya Mekanis
Yaitu bersumber dari peralatan mekanis atau benda yang bergerak
dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun
dengan penggerak. Misalnya mesin gerinda, bubut, potong, press,
tempa pengaduk dan lain-lain, yang dapat menimbulkan cidera atau
kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong

2. Bahaya Listrik
Yaitu berasal dari energi listrik yang dapat mengakibatkan risiko
seperti kebakaran, sengatan listrik dan hubungan singkat. Di lingkungan
kerja ditemukan bahaya listrik baik dari jaringan listrik maupun peralatan
kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik

3. Bahaya Kimiawi
Yaitu bersumber dari senyawa atau unsur atau bahan kimia.
Bahan kimia menganduing berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat
dan kandungannya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia
antara lain keracunan oleh bahan kimia yang bersifat racun (toxic), iritasi
oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam kuat, kebakaran
dan ledakan, polusi, dan pencemaran lingkungan.

4. Bahaya Fisik
Yaitu berasal dari factor-factor fisik seperti bising
(mengakibatkan ketulian atau kerusakan indera pendengaran), tekanan,
getaran, suhu panas atau dingin, cahaya atau penerangan

5. Bahaya Biologi
Yaitu bersumber dari unsur biologis seperti flora fauna yang
terdapat di lingkungan kerja

https://esaunggul.ac.id Page 7 of 17 Revisi/Tgl. ( 0 / 01-09-2021 )


6. Bahaya Ergonomi
Yang disebabkan karena desain kerja, penataan tempat kerja yang
tidak nyaman bagi pekerja sehingga dapat menimbulkan kelelahan pada
pekerja

b. Melakukan penilaian risiko berdasarkan potensi bahaya yang ada di


tempat kerja dengan pendekatan Manajemen Risiko AS/NZS 4360

Proses penilaian risiko terdiri atas dua tahapan, yaitu analisa


risiko dan evaluasi risiko. Analisa risiko bertujuan untuk menentukan
besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan
terjadinya (probability) dan besar akibat yang ditimbulkan
(consequence) (Ramli, 2010).
Tujuan dari analisis risiko menurut AS/NZS 4360:2004
adalah untuk membedakan risiko minor yang dapat diterima dari
risiko mayor, kemudian juga untuk menyediakan data dalam
membantu evaluasi dan penanganan risiko. Analisis dibuat untuk
mendapatkan gambaran seluruh risiko, kemudian disusuna urutan
risiko
Hasil analisa yang dilakukan kemudian dievaluasi dan
dibandingkan dengan kriteria atau standar yang ada untuk
menentukan peringkat risiko sehingga risiko dapat diklasifikasi dari
tingkat tinggi sampai dengan tingkat yang dapat diabaikan.
Sedangkan evaluasi risiko bertujuan untuk membuat keputusan

https://esaunggul.ac.id Page 8 of 17 Revisi/Tgl. ( 0 / 01-09-2021 )


berdasarkan hasil dari analisis risiko yang telah dilakukan. Evaluasi
risiko berfungsi untuk menentukan prioritas risiko, memperoleh
kesimpulan apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak dan
menentukan apakah risiko tersebut memberikan efek yang signifikan
bagi kelangsungan bisnis.
Pada evaluasi risiko, kesimpulan tentang tingkat risiko serta
saran terkait kebutuhan pengelolaan risiko. Pada tahap ini
diperhitugan dampak, selain dampak pekerja, juga dilakukan
perhitungankan dampak terhadap masyarakat, kerugian lingkungan,
kerugian ekonomi, terhentinya proses produksi dan citra perusahaan
(Kurniawidjaja, 2010)
c. Dari hasil identifikasi dan penilaian risiko tersebut akan dibuat grid dan
memasukkan data penilaian ke program pembuatan risk mapping

Jenis metode pemetaan


Ada beberapa jenis metode pemetaan ilmu pengetahuan menurut Sulistyo-
Basuki(2002:1), yaitu

https://esaunggul.ac.id Page 9 of 17 Revisi/Tgl. ( 0 / 01-09-2021 )


a. Pemetaan Kronologis

Pemetaan kronologis merupakaan pemetaan yang memberikan urutan


kronologis berbagai penemuan dalam bentuk yang berkaitan dengan
interdependensi temporer dan logis. Hasilnya adalah representasi berbagai
sumbangan pengetahuan yang mengarah teknologi mutakhir. Setiap fakta
ilmiah individual, dihubungkan dengan pengikutnya sesuai dengan
kronologis kejadiannya.

b. Pemetaan kognitif

Pemetaan kognitif merupakan pemetaan yang berisikan metode presentasi


pengetahuan personal, kemudia dikembangkan sebagai kerangka kerja
pemikiran sistem dan kajian dinamika system. Pemetaan kognitif
merupakan cara pemaparan suatu grafis/grafik dari seseorang mengenai
pemahamannya tentang hubungan kasual antara elemen atau faktor yang
mempengaruhi situasi dalam lingkungan tertentu yang kini juga digunakan
sebagai alat dalam suatu manajemen.

https://esaunggul.ac.id Page 10 of 17 Revisi/Tgl. ( 0 / 01-09-2021 )


c. Pemetaan berbasis Co-word

Merupakan pemetaan berbasis frekuensi kata yang muncul dalam


dokumen. Frekuensi kata yang muncul dalam dokumen ini memungkinkan
kita menentukan intensitas informasi yang terdapat pada masing-masing
subjek suatu dokumen.

d. Pemetaan Konseptual

Peta konsep merupakan suatu bagan skematik untuk menggambarkan suatu


pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian pernyataan. Peta
konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting,
melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep.

https://esaunggul.ac.id Page 11 of 17 Revisi/Tgl. ( 0 / 01-09-2021 )


Label bahaya dan tingkat bahaya dalam pemetaan bahaya
Label bahaya digunakan untuk memberikan penandaan bahaya yang
dibedakan melalui warna sesuai dengan jenisnya, biru untuk listrik, hijau untuk
bahan kimia, oranye untuk bahaya fisik, coklat untuk bahan mudah
terbakar/meledak serta hitam untuk bahaya lainnya (OSHA, 2018).

Label bahaya (OSHA, 2018)

Sementara tingkatan bahaya dikategorikan menjadi rendah, sedang,


tinggi dan sangat tinggi dengan menggunakan angka. (OSHA, 2018).

https://esaunggul.ac.id Page 12 of 17 Revisi/Tgl. ( 0 / 01-09-2021 )


Level Bahaya (OSHA, 2018)

Kode bahaya dan tingkat bahaya dalam pemetaaan bahaya OSHA

https://esaunggul.ac.id Page 13 of 17 Revisi/Tgl. ( 0 / 01-09-2021 )


Berikut adalah contoh pemetaan bahaya dari sebuah pabrik kertas di ruang coating
kertas

 Contoh Hazard Mapping (OSHA, 2018)

https://esaunggul.ac.id Page 14 of 17 Revisi/Tgl. ( 0 / 01-09-2021 )


4. LATIHAN
Soal
1. Sebutkan 3 langkah proses pemetaan bahaya
2. Sebutkan jenis metode pemetaan bahaya

Jawaban
1. 3 langkah proses pemetaan bahaya
 Tahap pengumpulan data
Langkah awal dalam proses pemetaan dimulai dari pengumpulan data.
Data merupakan suatu bahan yang diperlukan dalam proses pemetaan.
Keberadaan data sangat penting artinya, dengan data seseorang dapat
melakukan analisis evaluasi tentang suatu data wilayah tertentu. Data
yang dipetakan dapat berupa data primer dan data sekunder. Pengenalan
sifat data sangat penting untuk simbolisasi atau penentuan dan pemilihan
bentuk simbol, sehingga simbol tersebut akan mudah dibaca dan
dimengerti. Setelah data dikelompokkan dalam tabel-tabel, sebelum
diolah ditentukan dulu jenis simbol yang akan digunakan. Untuk data
kuantitatif dapat menggunakan simbol batang, lingkaran, arsir bertingkat
dan sebagainya, melakukan perhitungan-perhitungan untuk memperoleh
bentuk simbol yang sesuai.
 Tahap penyajian data
Langkah pemetaan kedua berupa penyajian data, tahap ini merupakan
upaya melukiskan atau menggambarkan data dalam bentuk simbol,
supaya data tersebut menarik, mudah dibaca dan dimengerti oleh
pengguna (users). Penyajian data pada sebuah peta harus dirancang
secara baik dan benar supaya tujuan pemetaan dapat tercapai.
 Tahap penggunaan peta
Tahap penggunaan peta merupakan tahap penting karena menentukan
keberhasilan pembuatan suatu peta. Peta yang dirancang dengan baik
akan dapat digunakan/dibaca dengan mudah. Peta merupakan alat untuk
melakukan komunikasi, sehingga pada peta harus terjalin interaksi antar
pembuat peta (map maker) dengan pengguna peta (map user). Pembuat
peta harus dapat merancang peta sedimikian rupa sehingga peta mudah

https://esaunggul.ac.id Page 15 of 17 Revisi/Tgl. ( 0 / 01-09-2021 )


dibaca, diinterpretasi dan dianalisis oleh pengguna peta. Pengguna harus
dapat membaca peta dan memperoleh gambaran informasi sebenarnya
dilapangan (real world)

2. Jenis metode pemetaan bahaya


a. Pemetaan Kronologis
Pemetaan kronologis merupakaan pemetaan yang memberikan urutan
kronologis berbagai penemuan dalam bentuk yang berkaitan dengan
interdependensi temporer dan logis. Hasilnya adalah representasi berbagai
sumbangan pengetahuan yang mengarah teknologi mutakhir
(state2of2the2art). Setiap fakta ilmiah individual, dihubungkan dengan
pengikutnya sesuai dengan kronologis kejadiannya.
b. Pemetaan kognitif
Pemetaan kognitif merupakan pemetaan yang berisikan metode presentasi
pengetahuan personal, kemudia dikembangkan sebagai kerangka kerja
pemikiran sistem dan kajian dinamika system. Pemetaan kognitif
merupakan cara pemaparan suatu grafis/grafik dari seseorang mengenai
pemahamannya tentang hubungan kasual antara elemen atau faktor yang
mempengaruhi situasi dalam lingkungan tertentu yang kini juga digunakan
sebagai alat dalam suatu manajemen.
c. Pemetaan berbasis Co-word
Merupakan pemetaan berbasis frekuensi kata yang muncul dalam
dokumen. Frekuensi kata yang muncul dalam dokumen ini memungkinkan
kita menentukan intensitas informasi yang terdapat pada masing-masing
subjek suatu dokumen.
d. Pemetaan Konseptual
Peta konsep merupakan suatu bagan skematik untuk menggambarkan suatu
pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian pernyataan. Peta
konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting,
melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep.

https://esaunggul.ac.id Page 16 of 17 Revisi/Tgl. ( 0 / 01-09-2021 )


Daftar Pustaka
- Australian/New Zealand Standards Committee No.4360, 2004 Risk Management
Standard, ANZSC, UNSW, Australia
- Aven T, 2007, Risk Management With Application from The Offshore
Petroleum Industries
- Cameron, IT, 2005, Pocess Systems Risk Management,
- Caroll R, 2001, Risk Management Handbook for Health Care Organisations
- Glendon, IA, 2006 Human Safety and Risk Management, Griifith University,
Queensland, Australia
- Nicholas P. Cheremisinoff and Paul Rosenfeld. 2009, Best Practices in the
petroleum Industry, Published by Elsevier Inc
- Rencana Pembelajaran Semester
- Tania Mol, 2003, Productive Safety Management, Elsevier, Ltd.

https://esaunggul.ac.id Page 17 of 17 Revisi/Tgl. ( 0 / 01-09-2021 )

Anda mungkin juga menyukai