Anda di halaman 1dari 123

DOKTER JAGA UGD

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Dokter Jaga UGD adalah seorang dokter umum yang masih aktif bekerja
melakukan tugas jaga di UGD, Dokter Jaga adalah seorang dokter umum
yang masih aktif dan memiliki surat izin praktik untuk melakukan tugas jaga
UGD Klinik, bertanggung jawab dalam pelayanan medis di UGD dan ruang
perawatan selama shift/jam kerja berlangsung.
1. Dokter jaga UGD melakukan tugas jaga dengan benar sehingga
TUJUAN
meningkatkan pelayanan medik di Klinik Utama Cahaya Husada sesuai
standar medis.
2. Dokter jaga UGD melaksanakan program keselamatan pasien di
lingkungan Klinik Utama Cahaya Husada

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Dokter Jaga UGD di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Langkah-langkah:
1. Pasien dari loket pendaftaran menuju UGD untuk menyerahkan lembar
rawat yang diterimanya di loket.
2. Petugas di UGD mempersilakan pasien berbaring di atas bed sesuai
kriteria triase.
3. Petugas mencocokkan identitas pasien dengan lembar rawatan.
4. Dokter melakukan anamnesis yaitu wawancara terhadap pasien atau
keluarganya mengenai:
- Keluhan Utama
- Keluhan tambahan
- Riwayat penyakit terdahulu
- Riwayat penyakit keluarga
5. Dokter melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien yaitu:
- Inspeksi : Keadaan umum pasien.
- Palpasi : Perabaan kemungkinan adanya benjolan, konsistensi
hepar / lien. - Perkusi : Untuk menentukan batas jantung, keadaan
paru, hepar, dan organ lainnya
- Auskultasi : Untuk mengetahui suara jantung, paru dan peristaltik
usus.
6. Melakukan pemeriksaan Elektrokardiografi pada pasien laki-laki usia
>40 tahun, pasien perempuan yang mengeluhkan nyeri dada dan
atau ulu hati atau secara klinis khas sebagai suatu kasus Sindrom
Koroner Akut (SKA).
7. Melakukan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu/ad random
menggunakan alat pemeriksaan gula sederhana pada kasus yang
diperlukan.
8. Jika diperlukan konsul ke unit lain seperti radiologi dan laboratorium
atau diperlukan pemeriksaan penunjang maka petugas unit tersebut
datang untuk menjemput pasien dan melakukan transfer pasien ke
unit yang diperlukan tersebut dan dilakukan pemeriksaan penunjang.
9. Hasil pemeriksaan tersebut digunakan sebagai data pendukung
dalam penegakan diagnosis pada pelayanan pasien
10. Tindakan yang dilakukan dicatat dalam lembar rawatan
11. Dokter melakukan penegakan diagonosa, menentukan tindakan
terapi sebagai tatalaksana awal sesuai Panduan Praktik Klinik dan
Clinical Pathway.
10. Dokter memberikan resep obat kepada Perawat untuk diserahkan
kepada Unit Farmasi.
11. Dokter melaporkan kondisi pasien kepada Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan (DPJP) menggunakan Teknik SBAR TBaK.
12. Untuk pasien yang tidak mampu ditangani secara mandiri, maka
dokter dapat membuat rujukan ke Rumah Sakit Rujukan
berdasarkan koordinasi dengan DPJP.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi


2. Front Office
3. Laboratorium
4. Radiologi
5. Instalasi Rawat Inap
6. Rekam Medis

PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT


No. Dokumen No. Revisi Halaman
KLINIK UTAMA
00 1 / 1
CAHAYA
HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis habis pakai untuk menentukan jumlah dan
jenis obat dan bahan medis habis pakai dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat dan
bahan medis habis pakai di Klinik..

TUJUAN 1. Mendapatkan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai sesuai
kebutuhan
2. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat dan bahan medis habis pakai
3. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Perencanaan Kebutuhan Obat di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Alat:
LPLPO

Langkah-langkah:
1. Laporan perencanaan kebutuhan obat dibuat pertriwulan
2. Mengumpulkan data pemakaian obat dan bahan medis habis pakai (LPLPO) Sub
Unit bulan sebelumnya.
3. Menganalisa data pemakaian obat dan bahan medis habis pakai dan Sun Unit bulan
sebelumnya
4. Menghitung Stock Optimum per item obat
5. Menghitung perkiraan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai bulan berikutnya
6. Menyesuaikan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai bulan berikutnya dengan
sisa stock obat

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi

PENANGANAN OBAT YANG TIDAK


TERSEDIA
No. Dokumen No. Revisi Halama

00 n1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : oleh Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Obat tidak tersedia adalah kondisi dimana obat yang diresepkan oleh dokter tidak tersedia
di Klinik dikarenakan stok kosong atau tidak masuk dalam formularium Klinik.

Copy resep adalah salinan resep dokter karena :

1. Pasien minta dibuatkan salinan resep


2. Pasien membeli sebagian
3. Resep dengan tulisan iter dimana belum mengulang pembeliannya sesuai iter
4. Sebagian obat tidak tersedia di instalasi farmasi Klinik Utama Cahaya Husada
dimana atas permintaan dokter dan pasien tidak boleh diganti.
5. Obat tidak dibeli pasien
Pelayanan pembelian obat yang tidak tersedia instalasi farmasi Klinik Utama
Cahaya Husada berlaku untuk pasien rawat jalan dimana obat tersebut :

1. Stok yang tersedia di Klinik habis/kosong distributor

2. Obat diluar formularium yang sangat dibutuhkan pasien dan tidak ada


padanannya di formulairum

3. Obat tersebut bukan merupakan suplemen

TUJUAN
4. Prosedur ini dibuat untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien
5. Untuk evaluasi penulisan resep dokter (kesesuaian dengan formularium)
6. Untuk evaluasi sistem inventori perbekalan farmasi dan pengadaan obat-obatan
lebih lanjut.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Penanganan Obat yang Tidak Tersedia di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Langkah-langkah:

5. Bila obat tidak tersedia karena penarikan oleh Badan PEngawas


Obat dan Makanan (BPOM), maka Tim Farmasi dan Terapi (TFT)
mengadakan rapat untuk menentukan obat terpilih sebagai
pengganti.
6. Bila obat tidak tersedia karena kekosongan dari distributor secara
nasional, maka meminta surat pernyataan obat kosong dari
distributor dan diinformasikan kepada Tim Farmasi dan Terapi.
7. Farmasi melakukan koordinas dengan DPJP penulis resep untuk
substitusi obat yang tersedia di Klinik sesuai dengan formularium
Klinik.

UNIT TERKAIT 7. Instalasi Farmasi


8. Unit Gawat Darurat
9. Rawat Inap

PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI


DAN ALAT KESEHATAN

No. Dokumen
No. Revisi Halam

00 an 1 /

KLINIK UTAMA 1
CAHAYA

Ditetapkan
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit oleh Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Penyimpanan sediaan farmasi adalah suatu kegiatan pengaturan terhadap
sediaan farmasi yang diterima agar aman, terhindar dari kerusakan fisik
maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai persyaratan yang
ditetapkan.

TUJUAN
1. Menjamin sediaan farmasi di Klinik Utama Cahaya Husada disimpan
ditempat yang aman, terhindar dari kerusakan, kehilangan, dan
pencurian.
2. Mempertahankan kualitas sediaan farmasi di Klinik Utama Cahaya
Husada selama penyimpanan.
3. Mengatur sediaan farmasi supaya pencarian lebih mudah dan cepat
4. Pengawasan stok lebih mudah dan efisien.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alkes di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Langkah-langkah:

1. Setelah obat sesuai dengan pesanan, obat dilakukan penyimpanan


sesuai dengan spesifikasi obat tersebut (suhu dan kelembabannya)
untuk menjamin stabilitas obat
2. Obat disimpan dengan susunan sedemikian rupa sehingga
memudahkan pengambilan
3. Penataan obat dapat dilakukan dengan penggolongan antara lain:
a. Berdasarkan kelas terapi
b. Bentuk sediaan
c. Alfa betis
d. Gabungan antara ketiganya
4. Penyimpanan khusus (di lemari pendingin) Ada beberapa sediaan
yang tidak stabil/rusak jika disimpan pada suhu kamar, antara lain:
suppositoria, ovula, tablet amoxicillin dengan asam klavulanat,
sediaan dengan bakteri lacto bacillus, tablet salut gula dan selaput,
sirup, beberapa sediaan injeksi, albumin, serum, insulin dan lain-lain.
5. Metode FIFO dan FEFO Metode First In First Out (FIFO) yaitu obat
yang datang lebih dulu dikeluarkan lebih dulu, hal ini untuk
menghindari obat kedaluarsa. Penataan juga berdasarkan metode
First Expired First Out (FEFO) yaitu obat yang mempunyai kadaluarsa
lebih awal dikeluarkan lebih dulu.
6. Petugas Instalasi Farmasi menyimpan dan menyusun obat dan
BMHP berdasarkan bentuk sediaan dan Sumber Anggaran
7. Petugas Instalasi Farmasi Menyimpan Obat Narkotika dan
Psikotropika terpisah dari obat lain dan pada Lemari Khusus (lemari
double Lock/ Kunci ganda)
8. Petugas Instalasi Farmasi menyimpan Vaksin pada Kulkas Vaksin
9. Petugas Instalasi Farmasi melakukan Pengecekan Suhu
penyimpanan 2 (dua) kali sehari (pagi dan sore).
10. Petugas Instalasi Farmasi melakukan Stock Opname (pencacahan
fisik obat) secara berkala (setiap bulan) dan membuat laporan
persediaan obat dan BMHP bulanan
11. Petugas Instalasi Farmasi melakukan kontrol Rutin terhadap tanggal
kadaluwarsa Obat dan bahan Medis habis pakai dan memberikan
penandaan untuk obat yang masa expire date nya kurang dari 6
(enam) bulan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi


2. Unit Gawat Darurat
3. Rawat Inap

PELAYANAN DAN PENGELOLAAN


RESEP
No. Dokumen No. Revisi Halama

00 n1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA
HUSADA

Ditetapkan
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : oleh Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pelayanan resep adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi. Alur pelayanan resep
meliputi skrining resep, penyiapan obat dan peracikan obat, penulisan etiket,
pengemasan serta penyerahan obat kepada pasien

Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan kegiatan pencatatan, pengarsipan,


TUJUAN
penyiapan laporan dan penggunaan laporan untuk mengelola sediaan farmasi.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Pelayanan dan Pengelolaan Resep di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Pelayanan Resep:

1. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi, meliputi:

a. Nama, nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan


tinggibadan pasien
b. Nama, nomor izin, alamat dan paraf dokter
c. Tanggal Resep; dan
d. Ruangan/unit asal Resep.
2. Melakukan pemeriksaan terhadap persyaratan farmaseutik, meliputi:

a. Nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan

b. Dosis dan jumlah obat

c. Stabilitas

d. Aturan dan cara penggunaan

3.Melakukan pemeriksaan terhadap persyaratan klinis meliputi:

a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat

b. Duplikasi pengobatan

c. Alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki

d. Mengkonsultasikan ke dokter apabila terdapat masalah dalam resep


Pengelolaan Resep:

1. Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan


sesuai nomor resep
2. Resep yang berisi Narkotika dipisahkan atau digaris bawah dengan
tinta merah.
3. Resep yang berisi psikotropika digaris bawah dengan tinta biru.
4. Resep dibundel sesuai kelompoknya, setiap hari dan dibundel per
bulan
5. Bundel resep diberi tanggal, bulan dan tahun yang mudah dibaca dan
disimpan di tempat yang telah ditentukan.
6. Penyimpanan bundel resep dilakukan secara berurutan dan teratur
sehingga memudahkan untuk penelusuran resep
7. Resep yang diambil dari bundel pada saat penelusuran harus
dikembalikan pada bundel semula tanpa merubah urutan
8. Resep yang telah disimpan selama 3 (tiga) tahun atau lebih,
dimusnahkan sesuai tata cara pemusnahan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi


2. UGD
3. Ruang Rawat Inap
4. Poliklinik

PENYERAHAN OBAT KEPADA PASIEN


No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1

KLINIK UTAMA
CAHAYA
HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Penyerahan obat kepada pasien adalah tindakan menyerahkan sediaan obat
yang telah dibuat berdasarkan resep dokter kepada pasien oleh apoteker,
dengan menerapkan 7 prinsip benar obat.

Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan penyerahan sediaan


TUJUAN
farmasi-alkes obat pada pasien

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Penyerahan Obat Kepada Pasien di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Prosedur:

1. Sedian farmasi-Alkes yang sudah diberi etiket diserahkan pada pasien.


2. Memanggil nama pasien sesuai dengan yang tertulis pada resep.
3. Meminta nomor antrian yang diberikan diawal penerimaan resep.
4. Mencocokkan nomor antrian dengan nomor resep, setelah nomor
antrian dan nomor resep cocok sediaan farmasi/alkes diserahkan pada
pasien.
5. Menyerahkan sediaan farmasi/alkes pada pasien dengan pemberian
informasi tetang cara pemakaian, aturan pakai dan waktu penggunaan
dan cara penyimpanan (KIE).
6. Pastikan bahwa sediaan farmasi/alkes yang diterima oleh pasien
digunakan secara benar, Informasi yang diberikan oleh Apoteker
dipahami oleh pasien, jika terlihat ragu-ragu, ulangi penjelasan pada
pasien (asuhan kefarmasian).

UNIT TERKAIT Instalasi Farmasi

PENERIMAAN SEDIAAN FARMASI dan


ALKES

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA
HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima.

Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan penerimaan sediaan


TUJUAN
farmasi- alat kesehatan

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Penerimaan Sediaan Farmasi dan Alkes di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Langkah-langkah:

1. Penerimaan sediaan farmasi di Apotek/RS/PKM harus dilakukan oleh


Apoteker.

2. Bila Apoteker berhalangan hadir, penerimaan sediaan farmasi dapat


didelegasikan kepada Tenaga Kefarmasian yang ditunjuk oleh Apoteker
Penanggung Jawab.

3. Pendelegasian dilengkapi dengan Surat Pendelegasian Penerimaan Sediaan


Farmasi, Alkes dan BMHP

4. Dicocokkan antara SP dengan faktur meliputi

a. Nama PBF
b. Jenis sediaan farmasi-alat kesehatan yang dipesan
c. Kekuatan sediaan farmasi-alat kesehatan dan bentuk sediaan yang
dipesan
d. Jumlah yang dipesan
e. Harga Bila tidak sesuai dikonfirmasi dengan PBF.
5. Dicocokkan antara isi faktur dan sediaan farmasi-alat kesehatan yang datang
meliputi :

a. Jenis sediaan farmasi-alat kesehatan yang dipesan


b. Jumlah sediaan farmasi-alat kesehatan yang dipesan
c. Nomor batch Bila jenis dan jumlah sediaan farmasi-alat kesehatan tidak
sama, dikembalikan dan ditukar dengan yang tertera pada faktur dan
SP. Bila nomor batch tidak sesuai dengan yang tertera maka pada
faktur dituliskan nomor batch barang yang diterima dan harus
dimintakan tanda tangan pengirim sebagai bukti bahwa batch yang
dikirim tidak sesuai dan sudah disesuaikan dengan sepengetahuan si
pengirim.
6. Sediaan farmasi-alat kesehatan diperiksa kondisi fisiknya antara lain :

a. Wadahnya harus baik dan tertutup rapat


b. Kondisi sediaan tidak rusak (bentuk, warna, bau)
c. Tanggal kedaluarsa masih jauh Bila rusak atau tanggal kedaluarsa
sudah dekat, diretur kepada PBF. Setelah pemeriksaan dan
pencocokan selesai, faktur ditandatangani pihak apotek dan diberi
stempel apotek.
d. Faktur asli diberikan kepada PBF dan salinannya disimpan sebagai
arsip apotek.

UNIT TERKAIT Instalasi Farmasi


PENANGANAN RESEP TIDAK
TERBACA

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA
HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Penulisan resep artinya mengaplikasikan pengetahuan dokter dalam
memberikan obat kepada pasien melalui kertas resep menurut kaidah dan
peraturan yang berlaku, diajukan secara tertulis.

1. Resep yang tidak terbaca atau kurang jelas penulisannya dapat segera
TUJUAN
ditindaklanjuti.
2. Mendapat kejelasan dan penegasan dari dokter penulis resep, sehingga
tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien.
3. Mengurangi terjadinya medications error.
4. Tercapainya pelayanan kefarmasian yang tepat dosis dan tepat indikasi.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Penanganan Resep Tidak Terbaca di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Langkah-langkah:

1. 1. Resep yang diterima oleh petugas Instalasi Farmasi dilakukan


identifikasi kelengkapan resep, yaitu:
 Tanggal resep, nama pasien, nomor RM, usia pasien, nama dokter,
paraf dokter.
 Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian) ditulis dengan jelas.
 Resep obat dari golongan Narkotika dan Psikotropika harus
dibubuhi tanda tangan lengkap, alamat dan nomor telepon yang
dapat dihubungi dari dokter yang menuliskan resep.
 Tidak menggunakan istilah dan singkatan sehingga mudah dibaca
dan tidak disalahartikan
2. Resep yang kurang jelas penulisannya didiskusikan terlebih dahulu
bersama staf apotek dan membaca histori pengobatan pasien.
3. Konfirmasi kejelasan peresepan yang diberikan kepada dokter penulis
resep
4. Catat dan bacakan ulang apa yang sudah disepakati.

UNIT TERKAIT Instalasi Farmasi

STOK OPNAME
No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA
HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Stok opname adalah cara untuk mendata persediaan dengan menghitung dan
memeriksa kondisi fisik persediaan dengan menghitung dan memeriksa
kondisi fisik persediaan. Untuk memastikan keakuratan jumlah persediaan
yang dilaporkan dalam laporan keuangan, perlu dilakukan penghitungan fisik
persediaan (physical inventory) atau stok opname secara berkala, yaitu
menghitung persediaan secara risiko.

TUJUAN SOP dibuat sebagai standar operasional prosedur yang digunakan sebagai
panduan dan pedoman dalam melakukan semua kegiatan stok opname.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Stok Opname di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Prosedur:

1. Petugas stok opname/Gudang menyiapkan jadwal untuk melakukan


rutinitas stok opname bulanan.
2. Petugas stok opname/Gudang menyiapkan data stok terakhir yang
dicetak dalam sistem komputerisasi.
3. Petugas stok opname/Gudang memeriksa kesesuaian antara data
stok dengan stok fisik di Gudang.
4. Apabila selisih terhadap barang, maka mengecek Kembali catatan
mutasi barang yang ada pada kartu stok Gudang untuk menelusuri
selisih tersebut.
5. Petugas stok opname/Gudang membuat berita acara apabila terjadi
kehilangan barang dan laporkan kepada atasan yang berwenang.
6. Petugas stok opname/Gudang mendokumentasikan kegiatan stok
opname tersebut.

UNIT TERKAIT Instalasi Farmasi


TELAAH RESEP

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA
HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Telaah resep adalah cara mengkaji resep meliputi kejelasan tulisan resep, tepat
obat, tepat dosis, tepat rute, tepat waktu, duplikasi, alergi, interaksi obat, berat
badan pasien untek pasien anak, dan kontraindikasi lainnya

Menghindari dan meminimalisir kesalahan dalam pemberian obat kepada


TUJUAN
pasien.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Telaah resep di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Prosedur:

1. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep yaitu nama dan


nomor izin prakter dokter, tanggal penulisan, serta nama, tanggal lahir/nomor
rekam medis pasien.
2. Melakukan pemeriksaan aspek telaah resep yang terdiri dari kejelasan
tulisan, benar nama pasien, benar nama obat, benar dosis, benar waktu
dan frekuensi pemberian, ada tidaknya polifarmasi, ada atau tidaknya
duplikasi dan interaksi obat yang mungkin terjadi.
3. Menetapkan ada tidaknya DRP dan membuat keputusan profesi.
4. Mengkomunikasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi


2. Pasien/keluarga pasien
3. Dokter
PENGELOLAAN OBAT LASA

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA
HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pengelolaan obat LASA adalah kegiatan mengatur dan penyimpanan,
pengambilan dan penyerahan obat LASA untuk meningkatkan keamanan da
mencegah terjadinya medication errors.

Obat LASA (Look alike sound alike) adalah obat yang nampak mirip dalam hal


bentuk, tulisan, warna dan pengucapan Etiket adalah petunjuk tertulis.

Untuk meminimalkan atau meniadakan kesalahan pengambilan dan pemberian
TUJUAN
obat kepada pasien.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Pengelolaan


Obat LASA di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Prosedur:

1. Obat LASA disimpan pada tempat yang jelas


perbedaannya,terpisah/diantarai dengan 1 (satu) item/obat lain
2. Beri label dengan tulisan obat yang jelas pada setiap
kotak penyimpanan obat dan menampilkan kandungan aktif dari obat
tersebut
3. Obat LASA diberi stiker warna biru dengan tulisan LASA warnahitam
dan ditempelkan pada kotak obat
4. Jika obat LASA sama memiliki 3 (tiga) kekuatan berbeda maka : -
Obat LASA kekuatan besar diberi stiker biru - Obat LASAkekuatan
sedang diberi stiker kuning - Obat LASA kekuatan kecil diberi stiker
hijau.

UNIT TERKAIT Instalasi Farmasi


PELAYANAN OBAT NARKOTIKA DAN
PSIKOTROPIKA

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA
HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pelayanan obat narkotika dan psikotropika adalah kegiatan menelaah,
membuat dan memberikan obat narkotika dan psikotropika yaitu obat yang
dapat menyebabkan ketergantungan dan memengaruhi susunan saraf pusat,
kepada pasien berdasarkan resep dari dokter, sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan kefarmasian.

Pelayanan obat narkotika dan psikotropika dilakukan secara khusus, dengan


mengarsipkan resep secara terpisah, diberi garis merah untuk narkotika dan
garis biru untuk psikotropika dan tidak terjadi iterasi.

Untuk mencegah penyalahgunaan obat narkotika dan psikotropika yang


TUJUAN
penggunaannya diatur dalam undang-undang.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Pelayanan


Obat Narkotika dan Psikotropika di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Prosedur:

1. Penyiapan sediaan farmasi


2. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep
3. Untuk obat racikan, Apoteker menyiapkan obat jadi yang
mengandung narkotika atau menimbang bahan baku narkotika
4. Untuk bahan baku narkotika, setelah mengambil sebagian untuk
ditimbang, segera menutup dan mengembalikan wadah pada
tempatnya
5. Mencatat pengeluaran obat pada kartu stok
6. Menyiapkan etiket yang sesuai
7. Menulis nama pasien, nomor resep, tanggal resep, cara pakai
sesuai permintaan pada resep serta petunjuk dan informasi lain
8. Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali kesesuaian
jenis dan jumlah obat dengan permintaan dalam resep.

UNIT TERKAIT Instalasi Farmasi


PERENCANAAN SEDIAAN FARMASI
DAN ALKES

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA
HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Perencanaan sediaan farmasi dan alat kesehatan merupakan kegiatan tahap
awal untuk menetapkan jenis serta jumlah sediaan farmasi dan alat Kesehatan
yang sesuai dengan kebutuhan.

Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan kegiatan perencanaan


TUJUAN
Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan sehingga mendapatkan jumlah dan jenis
yang sesuai kebutuhan dan menjamin ketersediaan sediaan farmasi-alat
kesehatan di sarana pelayanan.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Perencanaan


Sediaan Farmasi dan Alkes di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Prosedur:

1. Melakukan review terhadap : pola penyakit, kemampuan daya beli


masyarakat serta kebiasaan masyarakat setempat.
2. Melakukan kompilasi penggunaan sediaan farmasi-alat kesehatan setiap
bulan
3. Melakukan analisa untuk menetapkan prioritas dan jumlah sediaan yang
akan diadakan
4. Melakukan monitoring distributor sediaan farmasi-alat kesehatan untuk
menjamin keabsahan distributor dan menjamin bahwa sediaan farmasi-
alat kesehatan yang diadakan memenuhi persyaratan mutu.
5. Menyusun prakiraan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi-alat
kesehatan dan prakiraan pembelian ke masing-masing distributor serta
frekuensi pengadaan sediaan farmasi-alat kesehatan.

UNIT TERKAIT Instalasi Farmasi

PENGADAAN SEDIAAN FARMASI DAN


ALKES

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA
HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan merupakan kegiatan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan dan harus menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai
standar mutu.

Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan pengadaan sediaan


TUJUAN
farmasi-alat kesehatan.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Pengadaan


Sediaan Farmasi dan Alkes di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Prosedur:

1. Penanggung jawab pengadaan sediaan farmasi dan alkes adalah seorang


apoteker.

2. Memeriksa Sediaan Farmasi- Alat Kesehatan yang sudah habis atau hampir
habis (diketahui melalui pengamatan visual atau dari kartu stok pada setiap
obat), dicatat di buku daftar obat habis (defecta).

3. Pemesanan Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan yang habis pada PBF


dilakukan perminggu atau sesuai dengan kebiasaan datangnya PBF

4. Menentukan pesanan Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan yang meliputi jenis


(termasuk di dalamnya bentuk sediaan dan kekuatan), jumlah, dan PBF yang
dipilih.

5. Menulis di blanko Surat Pesanan (SP) :

- Surat Pesanan Obat dan Alat Kesehatan

a. Dibuat rangkap dua (masing-masing untuk PBF dan arsip apotek)

b. Ditulis Nomor urut lembar SP, Nama dan alamat PBF, jenis dan jumlah obat
yang dipesan.
- Surat Pesanan Narkotika

a. Ditujukanpada PBF Kimia Farma, dibuat rangkap empat (tiga untuk PBF
Kimia Farma dan satu arsip apotek)

b. Ditulis Nomor urut lembar SP, Nama, alamat dan jabatan APA sebagai
pemesan, jenis dan jumlah yang dipesan serta tujuan penggunaan.

c. Satu lembar SP hanya dapat digunakan untuk memesan satu jenis


Narkotika.

- Surat Pesanan Psikotropika

a. Dibuat rangkap dua (masing-masing untuk PBF dan arsip apotek)

b. Ditulis Nomor urut lembar SP, Nama, alamat dan jabatan APA sebagai
pemesan, Nama dan alamat PBF, jenis dan jumlah obat yang dipesan.

c. Satu lembar SP dapat digunakan untuk memesan lebih dari satu jenis
Psiktropika. SP ditandatangani oleh APA dan diberi stempel apotek.

UNIT TERKAIT Instalasi Farmasi


PENYIAPAN DAN PELABELAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA
HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Penyiapan obat adalah kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kefarmasian dari
pengambilan obat sesuai kebutuhannya pada rak/tempat
penyimpanan obat sampai pada peracikan obat.

Pelabelan obat adalah kegiatan memberikan label atau penanda obat yang


ditempel di depan kemasan obat atau alat kesehatan yang berguna untuk
memberikan informasi cara, frekuensi dan waktu penggunaan obat atau alat
kesehatan tertentu pada penggunanya.

Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan penyiapan dan


TUJUAN
labeling sediaan farmasi-alat kesehatan.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Penyiapan dan Pelabelan di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Prosedur:

1. Sediaan Farmasi –Alat Kesehatan diambil dari rak.


2. Item, jumlah dan kekuatan Sediaan Farmasi –Alat Kesehatan yang
diambil harus sesuai dengan resep.
3. Setiap pengambilan Sediaan Farmasi –Alat Kesehatan, harus mencatat
pada masing-masing kartu stok.
4. Setelah semua Sediaan Farmasi –Alat Kesehatan pada resep
disiapkan, ditulis etiket pada masing-masing Sediaan Farmasi –Alat
Kesehatan.
5. Untuk Sediaan Farmasi yang penggunaannya secara per oral, etiket
yang digunakan adalah etiket berwarna putih, sedangkan Sediaan
Farmasi yang digunakan non oral dan alat kesehatan menggunakan
etiket berwarna biru.
6. Penulisan etiket harus jelas dan mudah dipahami oleh orang lain
7. Penulisan etiket meliputi : tanggal pembuatan resep, nomor resep,
nama pasien, aturan penggunaan, dan waktu penggunaan.
8. Pada saat pemberian etiket juga dilakukan pengecekan ulang pada
nama, jumlah, jenis, dan kekuatan Sediaan Farmasi-Alat Kesehatan.
9. Kemudian etiket yang sudah dituliskan aturan pakai ditempelkan sesuai
dengan Sediaan Farmasi Alat Kesehatan.

UNIT TERKAIT Instalasi Farmasi


PEMASANGAN INFUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

KLINIK UTAMA 00 1 / 1
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemasangan infus adalah suatu prosedur memasukkan cairan ke dalam
tubuh pasien melalui akses pembuluh darah vena melalui abocath atau jarum
untuk jangka waktu tertentu dengan jumlah terukur.
1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air,
TUJUAN
elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan
melalui intake oral.
2. Mengoreksi dan mencegah gangguan elektrolit.
3. Memperbaiki keseimbangan asam basa.
4. Menyediakan media untuk pemberian obat intravena.
5. Membantu pemberian nutrisi parenteral.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Pemasangan Infus di Klinik Utama Cahaya Husada

PROSEDUR Persiapan Alat:


1. Standar infus
2. Cairan infus sesuai instruksi/kebutuhan
3. IV kateter/abocath/wing needle
4. Perlak/alas
5. Tourniquet
6. Plaster
7. Gunting
8. Sarung tangan
9. Kassa
10. Kapas alkohol/alkohol
11. Betadine

Langkah-langkah:
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat
3. Jelaskan kepada pasien tentang prosedur dan rasa nyeri atau tidak
nyaman selama pemasangan infus.
4. Atur posisi pasien untuk berbaring supine.
5. Siapkan cairan dengan menyambung botol/kolf cairan dengan infus
set dan gantungkan pada standar infus.
6. Menentukan area vena yang akan ditusuk.
7. Letakkan alas dibawah daerah yang akan ditusuk.
8. Pasang tourniquet ±15 cm diatas vena yang akan ditusuk.
9. Pakai sarung tangan.
10. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-10 cm.
11. Tusukkan IV kateter ke vena dengan jarum menghadap ke jantung.
12. Pastikan jarum IV masuk ke vena.
13. Sambungkan jarum IV dengan selang infus.
14. Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempat insersi.
15. Tutup area insersi dengan kassa kering kemudian plaster.
16. Atur tetesan infus sesuai instruksi medis.
17. Lepas sarung tangan.
18. Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama pelaksana,
tanggal dan jam pelaksanaan.
19. Bereskan alat.
20. Cuci tangan.
21. Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada dokumentasi
keperawatan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap


2. Instalasi Gawat Darurat
PENYUNTIKAN OBAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

KLINIK UTAMA 00 1 / 1
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt, CP.NLP

PENGERTIAN Penyuntikan obat adalah suatu prosedur memasukkan obat ke dalam jaringan
tubuh melalui spuit dan jarum.

TUJUAN 1. Absorpsi obat lebih cepat.


2. Efek terapeutik obat tercapai lebih cepat.

3. Media memberikan obat bagi pasien yang tidak bisa minum obat peroral.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Penyuntikan Obat di Klinik Utama Cahaya Husada

PROSEDUR Persiapan Alat:


a. Spuit disposable 1 cc / spuit insulin ( Intra Kutan )

b. Spuit disposable 3 cc / 5 cc/ 10 cc

c. Kapas alcohol

d. Sarung tangan

e. Obat ampul

f. Obat vial dan Cairan pelarut

g. Bak injeksi

h. Perlak/alas

I. Pemberian obat melalui subkutan


Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dengan teknik aseptik dengan 6
prinsip pemberian obat benar.

Mencuci tangan

Membebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan. Bebaskan daerah


suntikan bila pasien menggunakan pakaian berlengan

Memasang sarung tangan.


Mengambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan .
kemudian tempatkan pada bak injeksi

Desinfeksi dengan kapas alkohol

Menegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan dilakukan suntikan


subcutan

Melakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap keatas membentuk


sudut 45 derajat terhadap permukaan kulit.

Melakukan aspirasi , nbila tidak ada darah semprotkan obat perlahan hingga
habis

Menarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol, spuit bekas suntikkan
dimasukkan ke dalam bengkok

Mencuci tangan setelah prosedur dilakukan

Mencatat prosedur pemberian obat dan respon pasien.

II. Pemberian obat melalui intra vena


Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dengan teknik aseptik, membaca
etiket obat dan dosis obat sesuai 6 prinsip pemberian obat benar.

Mencuci tangan

Membebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan dengan cara


membebaskan daerah yang akan dilakukan penyuntikan dengan
menyingsingkan lengan

Mengambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan takaran / dosis
yang akan diberikan . Bila obat dalam sediaan bubuk makan larutkan dengan
cairan pelarut.Tempatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi.

Memasang perlak / pengalas di bawah vena yang akan dilakukan penyuntikan

Melakukan pengikatan dengan karet pembendung pada bagian atas daerah


yang akan dilakukan pemberian obat atau minta bantuan untuk membendung
vena diatas area yang akan dilakukan penyuntikan

Memasang sarung tangan

Desinfeksi dengan kapas alkohol

Melakukan penusukkan dengan lubang jarum menghadap keatas dengan


dengan memasukkan ke pembuluh darah

Melakukan aspirasi bila sudah ada darah

Melepaskan karet membendung dan langsung menyemprotkan obat hingga


habis

Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada
daerah dengan kapas alkohol . Masukkan spuit yang telah digunakan ke dalam
bengkok

Mencuci tangan setelah prosedur dilakukan

Mencatat prosedur dan reaksi pemberian obat

III. Pemberian Obat Intra Muskuler (IM)


Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

Cuci tangan , pasang sarung tangan .

Ambil obat dan masukan ke dalam spuit sesuai dengan dosis, kemudian
letakkan dalam bak injeksi

Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan, lokasi paha (vaskus lateralis),
ventrogluteal (pasien harus berbaring miring) , dorsogluteal (pasien harus
telungkup) , lengan atas (deltoid).

Desinfektan dengan kapas alcohol

Lakukan penyuntikan :

- Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara meminta pasien untuk
berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi
- Pada ventrogluteal dengan cara meminta klien miring, telengkup atau
telentang dengan lutut dan panggul pada sisi yang akan disuntik dalam
keadaan fleksi
- Pada dorsogluteal dengan meminta pasien untuk telungkup dengan lutut
diputar kea rah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul
fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah
- Pada deltoid (lengan atas) dengan meminta pasien untuk duduk atau
berbaring mendatar dengan lengan atas fleksi
Lakukan penusukan dengan jarum posisi tegak lurus

Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah semprotkan
obat secara perlahan hingga habis.

Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah
penyuntikan dengan kapas alkohol, kemudian spuit yang telah digunakan
diletakkan di bengkok.

Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Catat prosedur dan reaksi pemberian.


UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Tim Mutu
4. Rekam Medis
SKIN TEST

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Skin test merupakan suatu tindakan pengujian yang dilakukan
pada kulit untuk mengidentifikasi substansi alergi (alergen)
yang menjadi pemicu timbulnya reaksi alergi.Skin test pemberian
obat dengan cara memasukan obat kedalam jaringan dermis dibawah
epidermis kulit dengan menggunakan spuit untuk mengetahui
reaksi alergi obatyang akan diberikan pada pasien .

TUJUAN 1. Membantu menentukan diagnosa pada penyakittertentu.

2. Memperlancar proses pengobatan dan menghindarikesalahan dalam


pemberian obat.

3. Menghindari pasien dari efek alergi obat

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Skintest di Klinik Utama Cahaya Husada

PROSEDUR Persiapan alat

1.Buku catatan pemberian obat atau kartu obat


2.Kapas alkohol
3.Sarung tangan sekali pakai
4.Obat yang sesuai
5.Spuit 1 ml, panjangjarum 1/4-5/8inci
6.Pulpen atau spidol
7.Bak spuit
8.Bak obat

Langkah-langkah

1. Mengecek identitas/data klien


2. Melakukan cuci tangan 6 langkah
3. Mempersiapkan alat injeksi
4. Memberikan salam kepada pasien dan memastikan biodata
pasien.
5. Memperkenalkan diri, memberitahu tujuan &prosedur kerja.
6. Menanyakan persetujuan & kesiapan klien

Fase Kerja

1. Menyiapkan peralatan dan cuci tangan.


2. Pilih area penususkan yang bebas dari tanda kekakuan,peradangan,
atau rasa gatal.
3. Pakai sarung tangan.
4. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan
kapasalcohol, dengan gerakan sirkular dari arah dalam
keluardengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering.
5. Buka tutup jarum.
6.Tempatkan ibu jari tangan nondominan sekitar 2,5 cmdibawah
area penususkan kemudian tarik kulit.
7. Dengan ujung jarum mengahadap ke atas
danmenggunakan tangan dominan, masukan jarum tepatdibawah
kulit dengan sudut 15o.
8.Masukan obat perlahan-lahan, perhatikan adanyajendalan
(Jendalan harus terbentuk).
9. Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika
jarumdimasukan.
10. Usap pelan-pela area penyuntikan dengan kapas alcohol(Jangan
melakukan masase pada area penusukan).
11. Buat lingkaran dengan diameter 2,5 cm disekitar jendalandengan
menggunakan pulpen. Instruksikan klien untuktidak menggosok
area tersebut.
12.Observasi kulit untuk mengetahui adanya kemerahan ataubengkak.
Untuk tes alergi, observasi adanya reaksisistemik (Misalnya
sulit bernafas, berkeringat dingin,pingsan, mual, dan muntah).
Fase Terminasi
1, Mengevaluasi tindakan yg baru saja dilakukan(subjektif &
objektif),.
2. Merapikan & kembalikan alat
3. Mencuci tangan
4. Mengkaji dan mencatat mengenai respon klienselama dan
sesudah prosedur.
5. Mendokumentasikan secara jelas tindakan yangtelah diberikan
sesuai ketentuan institusi.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Rekam Medis
PEMASANGAN KATETER

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemasangan kateter atau kateter urine adalah suatu
tindakan memasukan selang kateter kedalam kandung kemih melalui uretra.

1. Menghilangkan distensi pada kandung kemih


TUJUAN
2. Mengosongkan kandung kemih secara lengkap
3. Eksplorasi uretra apakah terdapat stenosis atau lesi
4. Mengetahui residu urin setelah miksi
5. Memasukan kontras kedalam buli – buli
6. Mendapatkan spesimen urin steril
7. Teurapeutik : memenuhi kebutuhan eliminasi urine
8. Kateterisasi menetap
9. Kateterisasi sementara (intermitten catherization)

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Pemasangan Kateter di Klinik Utama Cahaya Husada

PROSEDUR Persiapan alat

1) Handschoen steril
2) Handschoen non steril
3) Kateter steril sesuai ukuran dan jenis
4) Urine bag
5) Doek lubang steril
6) Jelly

7) Lidokain 1% dicampur jelly (perbandingan 1:1) masukkan dalam spuit (tanpa


jarum)
8) Larutan antiseptik + kassa steril
9) Perlak
10) Pinset anatomis
11) Bengkok
12) Spuit10 cc berisi aquades
13) Urin bag
14) Plester / hypafix
15) Gunting

Langkah-langkah

1. Mencuci tangan
2. Memberikan salam identifikasi pasien
3. Menjelaskan tujuan dan persetujuan pasien
4. Mengatur posisi pasien dalam posisi terlentang, melepaskan pakaian bawah
dan menutup dengan kain
5. Memasang perlak
6. Menyiapkan plester fiksasi kateter
7. Menyiapkan pelumas pada kasa steril dan dijaga kesterilannya.
8. Memakai sarung tangan
9. Tangan tidak dominan pegang penis pakai kasa steril, desinfeksi dengan
kapas/kassa betadin secara melingkar dari metaus uretra eksternus sampai
pangkal penis dan sekitar perineum pada pria, secara atas ke bawah dari mons
pubis sampai perineum pada wanita.
10. Mengganti sarung tangan steril, memasang duk steril
11.Masukkan jelly anestesi atau pelumas pada uretra kira-kira 10 cc, tahan
ujung penis dan meatus uretra dengan ibu jari dan telunjuk untuk mencegah
refluks jelly, tunggu agar efek anestesi bekerja.
12. Pilih foley kateter sesuai ukuran, (besar: 18 dan 20, kecil: 8 dan 10 french
catheter) atau sesuai kebutuhan
13. Masukkan foley kateter ke uretra secara perlahan dengan sedikit
mengangkat penis hingga ujung/persimpangan kateter (pasien dianjurkan tarik
napas panjang)
14. Menampung urin pada botol bila diperlukan untuk pemeriksaan
15. Kembungkan balon dengan cairan aquadest sesuai ukuran kateter, kira-kira
20 cc
16. Menarik kateter dengan perlahan sampai terasa ada tahanan dan
meletakkannya di atas abdomen bagian bawah.
17. Menyambungkan kateter dengan urine bag
18. Melepas duk, perlak dan sarung tangan
19. Memfiksasi kateter di atas abdomen bagian bawah.
20. Membereskan alat-alat dan kembalikan alat ketempat semula
21. Mencuci tangan
22. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Gawat Darurat
PEMASANGAN NGT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemasangan NGT atau Nasogastric tube adalah memasang selang / pipa
khusus melalui lubang hidung ke saluran pencernakan atas secara langsung
yang berakhir di lambung.

1.  Memasukkan makanan, obat bagi pasien yang tidak bisa makan melalui
TUJUAN
mulut
2.  Mencegah distensi gaster atau mengeluarkan udara dari gaster
3.  Melakukan bilas lambung

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Pemasangan NGT di Klinik Utama Cahaya Husada

PROSEDUR Persiapan Alat:


1. Selang NGT
2.  Klem
3.  Spuit 10 cc
4.  Stetoskop atau gelas berisi air
5.  Plester & gunting
6.  Kain kassa
7.  Pelumas (jelly)
8.  Perlak
9.  Bengkok
10. Sarung tangan
Langkah-langkah:
1. Mencuci tangan
2. Menempatkan alat di dekat pasien
3. Memberikan salam dan identifikasi pasien
4. Menjelaskan tujuan  dan prosedur pelaksanaan
5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
6. Menjaga privasi pasien
7. Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler atau fowler (jika tidak
ada kontra indikasi
8. Memakai sarung tangan
9. Membersihkan lubang hidung pasien
10. Memasang perlak diatas dada
11. Mengukur panjang NGT dan memberi tanda (dari prosessus xipoideus
ke hidung dan belok ke daun telinga)
12. Mengolesi ujung NGT dengan jelly sesuai panjang NGT yang akan di
pasang
13. Mengatur pasien pada posisi fleksi kepala, dan masukkan perlahan
ujung NGT melalui hidung (bila pasien sadar menganjurkan pasien
untuk menelan ludah berulang-ulang atau dianjurkan sambal minum air)
14. Memastikan NGT masuk kedalam lambung dengan cara menginspirasi
NGT dengan spuit atau memasukkan udara 10 cc sambil di auskultasi
di region lambung atau memasukkan kedalam gelas berisi air)
15. Menutup ujung NGT dengan spuit/klem atau disesuaikan dengan
tujuan pemasangan
16. Melakukan fiksasi NGT di depan hidung dan pipi
17. Melakukan evaluasi tindakan
18. Bereskan alat.
19. Cuci tangan.
20. Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada dokumentasi
keperawatan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap


2. Instalasi Gawat Darurat
PEMERIKSAAN
ELEKTROKARDIOGRAFI
(EKG)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA 00 1 / 1

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemeriksaan EKG adalah merekam signal elektrik yang berkaitan dengan
aktivitas jantung dan menghasilkan grafik rekaman tegangan listrik
terhadap waktu. EKG juga merupakan suatu metode untuk mempelajari
kerja otot jantung sehingga dapat membantu diagnosis abnormalitas
jantung dan kecenderungan atau perubahan fungsi jantung.

Mengetahui irama, frekuensi denyut jantung, aksis, aktivitas sistolik dan


TUJUAN
diastolik jantung untuk menggambarkan fisiologi jantung sehingga memperoleh
kesimpulan diagnosa klinis dan menggambarkan abnormalitas jantung.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Pemeriksaan EKG di Klinik Utama Cahaya Husada

PROSEDUR Persiapan Alat:


Mesin EKG, yang dilengkapi :
1. Kabel untuk sumber listrik
2. Kabel untuk bumi (ground)
3. Kabel elektroda ekstremitas dan dada
4. Plat elektroda ekstremitas beserta karet pengikat
5. Balon penghisap elektroda dada
6. Jelly
7. Kertas tissue
8. Kapas Alkohol
9. Kertas EKG/elektrokardiogram yang sudah terpasang
10. Spidol

Langkah-langkah:
1 . Cuci tangan.
2 . Pasang semua komponen/kabel-kabel pada mesin EKG
3 . Nyalakan mesin EKG, memastikan alat merekam dengan kecepatan
25mm/S dan amplitude 10 mV
4 .Identifikasi pasien, menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan.
Baringkan pasien dengan tenang di tempat tidur yang luas. Tangan
dan kaki tidak saling bersentuhan, melepaskan perhiasan, jam
tangan dan ikat pinggang yang berbahan besi/logam serta
memastikan pasien tidak menggunakan IPC atau alat pacu jantung.
5. Bersihkan dada, kedua pergelangan kaki dan tangan dengan kapas
alkohol (kalau perlu dada dan pergelangan kaki dicukur)
6. Keempat elektrode ektremitas diberi jelly.
7. Pasang keempat elektrode ektremitas tersebut pada kedua
pergelangan tangan dan kaki. Untuk tangan kanan biasanya
berwarna merah, tangan kiri berwarna kuning, kaki kiri berwarna
hijau dan kaki kanan berwarna hitam.
8. Dada diberi jelly sesuai dengan lokasi elektrode V1 s/d V6.
a. V1 di garis parasternal kanan sejajar dengan ICS 4 berwarna
merah
b. V2 di garis parasternal kiri sejajar dengan ICS 4 berwarna kuning
c. V3 di antara V2 dan V4, berwarna hijau
d. V4 di garis mid klavikula kiri sejajar ICS 5, berwarna coklat
e. V5 di garis aksila anterior kiri sejajar ICS 5, berwarna hitam
f. V6 di garis mid aksila kiri sejajar ICS 5, berwarna ungu

9. Pasang elektrode dada dengan menekan karet penghisap.


10. Rekam setiap lead 3-4 beat (gelombang), kalau perlu lead II
panjang (minimal 6 beat
11. Lepas semua elektrode dari tangan, kaki dan dada pasien
12. Jelly dibersihkan dari tubuh pasien
13. Beritahu pasien bahwa perekaman sudah selesai
14. Matikan mesin EKG
15. Tulis pada hasil perekaman : nama, umur, jenis kelamin, jam,
tanggal, bulan dan tahun pembuatan, serta nama orang yang
merekam
16. Bersihkan dan rapikan alat
17. Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada dokumentasi
keperawatan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap


2. Instalasi Gawat Darurat
PENGUKURAN TEKANAN
DARAH

No. Dokumen No. Revisi Halama


KLINIK UTAMA 00 n1 / 1
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : oleh Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pengukuran tekanan darah merupakan suatu tindakan mengukur
tekanan yang timbul akibat d esakan aliran darah terhadap dinding
pembuluh darah arteri sebagai akibat dipompa dan dialirkannya darah
kedalam pembuluh darah.

1. Mengetahui keadaan umum pasien melalui gambaran tanda-tanda vital


TUJUAN
2. Mengetahui dan mengikuti perkembangan penyakit pasien
3. Membantu menegakkan diagnosa.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Pengukuran Tekanan Darah di Klinik Utama Cahaya Husada

PROSEDUR Persiapan alat

1. Tensimeter
2. Stetoscope
3. Alat tulis

Langkah-langkah

1. Mengecek identitas/data klien

2. Melakukan cuci tangan 6 langkah

3. Memberitahu Pasien tentang tindakan yang akan dilakukan

4. Memposisikan pasien berbaring atau duduk rileks dengan meletakkan


tangan kiri diatas meja dan tidak berbicara. Menyingsingkan lengan baju
pasien, meletakkan tensimeter diatas permukaan yang datar

5. Memasang manset kira-kira 5 cm diatas fossa mediana cubiti, tidak terlalu


erat atau terlalu longgar

6. Menghubungkan pipa tensimeter dengan pipa

7. Menutup sekrup balon karet


8. Meraba arteri brachialis dengan 3 jari tengah

9. Meletakkan bagian diafragma stetoscope tepat diatasnya

10. Memompa balon sehingga udara masuk kedalam manset sampai detak
arteri tidak terdengar lagi atau 30 mmHg diatas nilai sistolik.

11. Membuka sekrup balon perlahan – lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg
perdetik sambil melihat skala dan mendengarkan bunyi detik pertama (Sistolik)
dan detik terakhir (Diastole)

12. Pada waktu melihat skala, mata setinggi skala tersebut

13. Bila hasilnya meragukan perlu diulang kembali ( tunggu 30 detik )

14. Menurunkan air raksa sampai dengan nol dan mengunci reservoir

15. Membuka pipa penghubung

16. Melepaskan manset dan mengeluarkan udara yang masih tertinggal di


dalam manset

17. Menggulung manset dan memasukkan ke dalam tensimeter.

18. Merapikan pasien

19. Mengembalikan alat pada tempatnya

20. Mencuci tangan

21. Mencatat pada lembar catatan pasien.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap


2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Gawat Darurat

PEMASANGAN GELANG
IDENTIFIKASI PASIEN
No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1

KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
Pemasangan gelang idenfikasi pasien adalah salah satu cara untuk menghindari
PENGERTIAN
kesalahan identifikasi pasien. Gelang identifikasi berisi data pasien dengan minimal 3
data (nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis). Warna gelang identifikasi
diberikan kepada pasien berdasarkan jenis kelamin (warna pink untuk perempuan dan
warna biru untuk laki-laki, kuning untuk pasien berisiko jatuh dan ungu untuk pasien
dengan alergi)

1. Memberikan gelang identitas pada pasien rawat inap di Klinik Utama Cahaya
TUJUAN Husada untuk memudahkan identifikasi pasien dan mencocokkan layanan dan
perawatan kesehatan untuk pasien tersebut.
2. Untuk mencegah terjadinya kesalahan identifikasi pasien, kesalahan prosedur,
kesalahan medikasi, kesalahan transfusi, dan kesalahan pemeriksaan diagnostik di
Kl

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Pemasangan Gelang Identifikasi Pasien di Klinik Utama Cahaya Husada

PROSEDUR Persiapan alat

1. Gelang berwarna pink untuk pasien yang berjenis kelamin perempuan.

2. Gelang berwarna biru untuk pasien yang berjenis kelamin laki-laki.

3. Gelang berwarna ungu untuk pasien dengan alergi obat.

4. Gelang berwarna kuning untuk pasien dengan resiko jatuh.

Langkah-langkah

1. Perawat menyapa pasien dan keluarga pasien. Misalnya: Ucapkan salam kepada
pasien “Assalamualaikum/Selamat pagi/siang/sore/malam Bapak/Ibu”,
Perkenalkan diri dan beritahukan nama profesi/ unit kerja.
2. Jelaskan tujuan pemasangan gelang yang akan diberikan pada pasien
3. Pastikan identitas pasien dengan pertanyaan terbuka dan tertutup kepada pasien
dan keluarganya dan mencocokkan dengan data di rekam medis.
4. Ciptakan suasana yang nyaman pada pasien.
5. Melakukan verifikasi dan memberikan informasi pada pasien mengenai
pemahaman pemasangan gelang identifikasi.
6. Pemasangan gelang identifikasi dilakukan oleh perawat yang bertanggung jawab
di bagian rawat inap maupun IGD.
7. Perawat harus memeriksa ulang 3 kali data pada gelang identifikasi sebelum
dipakaikan ke pasien.
8. Pasang gelang identifikasi pada pasien berdasarkan jenis kelamin (warna pink
untuk perempuan dan warna biru untuk laki-laki).
9. Untuk pasien rawat inap dilakukan pemberian gelang identifikasi tambahan warna
merah untuk pasien dengan alergi obat, gelang identifikasi tambahan warna
kuning untuk pasien dengan resiko jatuh .

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap


2. Instalasi Gawat Darurat

TINDAKAN SUCTION
No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1

KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Tindakan suction adalah suatu tindakan menghisap lendir melalui hidung dan
atau mulut menggunakan selang yang terhubung ke tabung Pemberian terapi
inhalasi atau nebulisasi adalah suatu tindakan memberikan uap yang
mengandung obat atau tanpa obat melalui nebulator yang kemudian dihirup
melalui hidung yang terhubung dengan sungkup nebulator.

TUJUAN 1. Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan


2. Melonggarkan/melegakan jalan nafas yang sempit akibat penyakit.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Pemberian Terapi Inhalasi/Nebulisasi di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Persiapan alat

1. Set Nebulizer
2. Obat bronkodilator jika diperlukan
3. Bengkok 1 buah
4. Tissue/kassa
5. Spuit 5 cc
6. Aquades.

Langkah-langkah

1. Mencuci Tangan
2 Menyiapkan alat
3. Menyapa pasien, identifikasi pasien
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur kerja kepada pasien serta memastikan
persetujuan pasien
5. Mengatur pasien dalam posisi duduk
6. Menempatkan troli di depan pasien yang berisi alat/set nebulizer
7. Mengisi nebulizer dengan obat atau campuran lain sesuai instruksi rencana terapi
dari dokter
8. Memasang masker/sungkup nebulizer pada pasien
9. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien bernapas dan menghirup uap
sampai obat habis.
10. Bersihkan mulut dan hidung dengan tisu/kassa
11. Beritahukan pasien tindakan sudah selesai
12. Mencuci tangan
13. Dokumentasi hasil tindakan ke dalam catatan pasien.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Gawat Darurat
TINDAKAN SUCTION

No. Dokumen No. Revisi Halaman

KLINIK UTAMA 00 1 / 1
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Tindakan suction adalah suatu tindakan menghisap lendir melalui hidung dan
atau mulut menggunakan selang yang terhubung ke tabung suction.

1.Penatalaksanaan tindakan penghisapan lendir


TUJUAN
2.Mengeluarkan lendir, melonggarkan jalan nafas.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Tindakan Suction di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Persiapan alat

1. Mesin penghisap lender


2. Selang penghisap lender sesuai kebutuhan
3. Air untuk membilas selang
4. Cairan desinfektan dan tempat untuk merendam selang
5. Pinset anatomis untuk memegang selang
6. Gudel atau menggunakan spatel lidah yang dibungkus kassa
7. Sarung tangan
8. Bak/troli instrument
9. Kasa
10.

Langkah-langkah

1.Mencuci tangan
2.Menyiapkan alat
3. Menyapa pasien, identifikasi pasien
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur kerja kepada pasien atau keluarganya
serta memastikan persetujuan pasien
5. Apabila pasien sadar, siapkan dengan posisi setengah duduk. Bila pasien
tidak sadar, posisikan pasien terlentang, kepala ekstensi dan memasukkan
gudel ke dalam mulut diatas lidah agar lidah tidak jatuh ke belakang dan
tindakan penghisapan dapat berjalan lancar
6. Perawat memakai sarung tangan
7. Selang dipasang pada mesin penghisap lendir
8. Mesin penghisap lendir dihidupkan
9. Sebelum menghisap lendir pada pasien, cobakan lebih dahulu untuk air
bersih yang tersedia
10. Hisap lendir pasien sampai selesai. Mesin dimatikan
11. Bersihkan mulut pasien kasa
12. Membersihkan selang dengan air dalam kom
13. Selang direndam dalam cairan desinfektan yang tersedia
14. Perawat mencuci tangan
15. Dokumentasi hasil tindakan ke dalam catatan pasien.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Gawat Darurat

PENERIMAAN PASIEN BARU


No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1

KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Penerimaan pasien baru adalah prosedur menerima pasien yang belum
pernah dirawat/berobat ke Klinik Utama Cahaya Husada untuk dirawat
dan dilakukan tindakan sesuai instruksi dokter baik dari UGD maupun
Poli.
Pasien segera memperoleh pelayanan, penanganan segera untuk kondisi
TUJUAN
penyakitnya.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Penerimaan Pasien Baru di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR 1. Berdiri dan mengucapkan salam


2. Menerima pasien yang datang ke UGD dan yang diantar oleh Perawat
Poli beserta rekam medis dan disesuaikan dengan kelas perawatan
BPJS.
3. Melakukan triase sesuai panduan triase terhadap pasien baru yang
dating.
4. Mempersilakan pasien untuk berbaring di tempat tidur sesuai triasenya.
5. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital seperti:
a. Tekanan Darah
b. Nadi dan kualitasnya
c. Laju napas
d. Suhu
e. Saturasi oksigen
6. Mengisi lembar triase dan lembar akut UGD khusus kolom Perawat.
7. Mendampingi dokter melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
8. Menyerahkan resep dokter
9. Melakukan identifikasi pasien, memasang gelang sesuai SOP
10. Melaksanakan planning seperti rawat inap atau rawat jalan:
a. Apabila rawat inap, maka dilakukan pemasangan infus sesuai SOP,
mengikuti instruksi terapi seperti injeksi obat sesuai SOP Injeksi.
b. Apabila rawat jalan, maka mempersilakan keluarga pasien/pasien
untuk menebus resep ke Layanan Farmasi.
11. Melakukan pengkajian terkait kondisi pasien secara umum, Riwayat
penyakit sekarang, dan dahulu serta obat-obatan yang sedang atau
rutin dikonsumsi, risiko jatuh dan skala nyeri.
12. Dokumentasi hasil pengkajian pada form asesmen awal keperawatan
13. Menginformasikan fasilitas ruangan, cara penggunaan, jam berkunjung
kepada pasien atau keluarga pasien
14. Memberikan edukasi terkait cuci tangan, manajemen nyeri, etika batuk
dan penggunaan alat medis.
15. Melakukan transfer pasien
16. Melakukan hand over dengan perawat ruangan
17. Melaporkan hasil pengkajian kepada DPJP menggunakan Teknik SBAR
dan didokumentasikan pada CPPT.
10.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap


2. Instalasi Gawat Darurat
3. Rekam Medis
PERAWATAN LUKA
SEDERHANA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


KLINIK UTAMA 00 1 / 1
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Perawatan luka sederhana adalah tindakan membersihkan luka, mengobati
luka dan menutup kembali luka dengan teknik steril.

1. Mencegah masuknya kuman dan kotoran ke dalam luka.


TUJUAN
2. Mencegah penyebaran oleh cairan dan kuman yang berasal dari luka ke
daerah sekitar
3. Mengobati luka dengan terapi yang telah ditentukan

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Perawatan Luka Sederhanan di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Alat dan Bahan

1.Pinset anatomis
2.Pinset cirurgis
3.Gunting debridemand / gunting jaringan
4.Kassa steril
5. Kom kecil 2 buah
6.Sarung tangan
7.Gunting plester
8.Plester
9.Desinfektan (bethadin)
10. Cairan NaCl 0,9 %
11. Bengkok
12. Perlak / pengalas
13. Verband
14. Obat luka sesuai kebutuhan

Langkah-langkah
1.Cek identitas pasien
2.Siapkan alat dan bahan
3.Cuci tangan
4. Berikan salam, panggil pasien dengan namanya.
5. Jelaskan tujuan, prosedur pada pasien dan keluarga.
6. Dekatkan alat dan bahan
7. Membasahi balutan dengan alkohol/swab bensin dan buka dengan
menggunakan pinset
8. Membuka balutan lapisan terluar
9. Membersihkan sekitar luka dan bekas plester
10. Membuka balutan lapisan dalam
11. Menekan tepi luka (sepanjang luka) untuk mengeluarkan pus
12. Melakukan debridement
13. Membersihkan luka dengan menggunakan NaCl
14. Mengoleskan/memberikan obat sesuai instruksi, kompres desinfektan dan
tutup dengan kassa
15. Memasang plester atau verband
16. Merapihkan pasien
17. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
18. Berpamitan dengan pasien
19. Membereskan alat-alat
20. Mencuci tangan
21. Mencatat kegiatan dalam lembar/catatan keperawatan

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap


2. Instalasi Gawat Darurat
3. Rekam Medis
MENJAHIT LUKA

No. Dokumen No. Revisi Halaman

KLINIK UTAMA 00 1 / 1
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Menjahit luka adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan
benang sampai sembuh dan cukup untuk menahan beban
fisiologis.

TUJUAN 1. Menghentikan perdarahan


2. Mempercepat proses penyembuhan

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Menjahit Luka di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Alat dan Bahan


luka dengan
1. Persiapan Alat Steril
a) Nalvoeder, gunting jaringan, pinset anatomi, pinset chirrurgis, cup solution/
kom kecil, arteri klem, duk klem
b) Duk lobang (1)
c) Nald hecting cutting dan tapper
d) Benang catgut
e) Kasa steril
2. Non steril
a) Plester
b) Verband Role
c) Gunting plester
d) Bengkok
e) Lampu sorot
3. Obat :
a) Lidocain 2% / compositem
b) Sofratul/salap antibiotik
c) Betadine/povidon
d) Aquadest steril / Nacl 0,9 %
Langkah-langkah
1. Mempersiapkan penderita dan Pelaksanaan Hecting
2. Mencuci tangan 6 langkah
3. Memberi penjelasan tindakan yang akan dilakukan dan
meminta persetujuan pasien/ keluarga (jika pasien anak-anak).
4. Pasien ditidurkan dengan nyaman, posisi menyamakan
lokasi luka
5. Melakukan anestesi dengan lidocain pada jaringan yang
luka sampai luka tidak sakit lagi saat dites
6. Membersihkan Aquadest / NaCl 0,9 %
sampai bersih betul, terakhir dengan betadine kalau perlu
lakukan nekrotomi/ debridement
7. Lakukan penjahitan lapis demi lapis di mulai dari lapisan
yang dalam, jika ada perdarahan atasi perdarahannya, tutup dengan kassa
steril
8. Membereskan alat, merendam peralatan ke dalam larutan klorin/desinfektan,
serta mencuci tangan
9. Berikan edukasi pada pasien untuk menjaga luka agar tetap
bersih dan kering, obat diminum sesuai aturan/cara /efeknya, dan waktu
kontrol.
10. Alat-alat dibersihkan dan catat pada status pasien
11. Pasien kontrol setiap 3 hari sekali dan dirumah agar luka
Dijaga bersih dan kering.
12. Jahitan dibuka pada hari ke 5 untuk area kepala dan
wajah, untuk area lain hari ke 7 –10.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap


2. Instalasi Gawat Darurat
3. Rekam Medis
PEMBERIAN OKSIGEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

KLINIK UTAMA 00 1 / 1
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemberian oksigen adalah tindakan memberikan oksigen tambahan dari
tabung berisi gas oksigen kepada pasien yang membutuhkan sesuai instruksi
dokter menggunakan alat penghubung dari tabung ke hidung pasien.

1. Suplementasi oksigen dan memenuhi kebutuhan/demand oksigen


TUJUAN
pasien2.
2. Mengobati hipoksia

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Pemberian Oksigen di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Alat dan Bahan


1. Tabung O2 lengkap dengan manometer
2. Mengukur aliran (flowmeter)
3. Botol pelembab berisi air steril / aquadest
4. Selang O2 berupa nasal kanul, atau sungkup/simple mask, NRM atau
NRBM sesuai yang dibutuhkan kondisi pasien
5. Kapas alkohol

Langkah-langkah
1.Atur posisi semifowler
2. Selang oksigen dihubungkan
3. Sebelum memasang selang pada hidung pasien, selang dibersihkan dahulu
dengan kapasa alkohol
4. Flowmeter dibuka, dicoba pada punggung tangan lalu ditutup kembali
5. Memasang kanul hidung, lakukan fiksasi dengan menyesuaikan panjang
kanul/selang sesuai ukuran wajah pasien
6. Membuka flowmeter kembali dengan ukuran sesuai advis dokter
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Apakah jumlah yang masuk (cc/mnt) sudah sesuai dengan instruksi? Lihat
angka pada manomater
b. Apakah ujung kateter oksigen sudah masuk maksimal kelubang hidung? Bila
ujung kateter masih belum masuk maksimal, supaya posisi kateter diperbaiki
c. Bila memakai oksigen,  tetap/masih sianosis. Kemudian melapor kepada
dokter
8. Memberitahukan pada keluarga pasien untuk melapor kepada petugas bila
tabung oksigen/air steril habis.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Rekam Medis
IDENTIFIKASI PASIEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

004 00 1 /5
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : oleh Direktur,
OPERASIONAL
Agustus 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt, CP.NLP

PENGERTIAN 1. Identifikasi adalah penentu atau penetapan identitas seseorang


2. Pasien adalah seorang individu yang mencari atau menerima
perawatan medis
3. Identifikasi Pasien adalah penentu atau penetapan identitas
seorang individu yang mencari atau menerima perawatan medis

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk petugas di


puskesmas dalam melakukan identifikasi pasien.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada No.004/SK/KLINIK-


CH/VIII/2022 tentang Tentang Standar dan SOP Layanan Klinis

PROSEDUR 1. Di Bagian Pendaftaran dan Rekam Medik


a. Petugas pendaftaran menanyakan kartu berobat
pasien(untuk pasien lama).
b. Menanyakan data pasien, nama, alamat, nama kepala
keluarga, umur & tgl lahir, pekerjaan, nomor hp/telp,
kelurahan dan keluhan pasien.
c. Dicatat di kartu status/rekam medik pasien.
2. Di Bagian Rawat Jalan
a. Perawat mengkonfirmasi identitas pasien dengan catatan
rekam medik yang ada di bagian Rawat Jalan.
b. Perawat menanyakan riwayat alergi obat pada pasien.
c. Perawat memanggil pasien untuk mendapat pemeriksaan
dokter dengan menyebutkan nama lengkap (minimal 2 kata)
sesuai urutan antrian pasien.
IDENTIFIKASI PASIEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

004 00 2 /5
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA
d. Dokter mengkonfirmasi identitas pasien (tanyakan nama dan
alamat) sebelum memeriksa pasien.
e. Dokter memberikan pelayanan medis & resep (dalam resep
tertera: nama, usia, tanggal peresepan, riwayat alergi, tanda
tangan dokter).
3. Di Bagian Kamar Obat
a. Petugas farmasi menerima resep
b. Sebelum obat diserahkan petugas menanyakan &
memastikan bahwa nama obat telah sesuai dengan kondisi
pasien.
4. Di Bagian Laboratorium
a. Pasien menyerahkan kertas rujukan intern dari poli dan
memberikan kepada petugas laboraturium.
b. Petugas menanyakan nama minimal 2 kata, alamat dan
kelengakapan untuk administrasi seperti pasien yang
mempunyai kartu BPJS atau tanda pengenal lainnya.
sebelum pemeriksaan/pengambilan sampel dilakukan.
5. Di Bagian Rawat Inap
a. Perawat memeriksa kesesuaian identitas & kondisi pasien
dengan data identitas di rekam medik.
b. Pemasangan gelang identitas pada pasien. Isi data pada
gelang adalah nama, usia, jenis kelamin, tanggal masuk,
nomer reka medik, nama dokter penanggung jawab.
c. Pemberian gelang tambahan untuk pasien riwayat alergi.
d. Pemberian gelang tambahan untuk pasien resiko jatuh.
e. Papan identitas ditulis dan diletakkan di bed/ruang bilik
pasien.
f. Di ruang perawat, perawat memisahkan obat antar pasien
dengan memberikan nama label kotak obat.
g. Seluruh petugas medis & paramedis harus mengkonfirmasi
IDENTIFIKASI PASIEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

004 00 3 /5
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA
identitas pasien dengan melihat gelang identitas sebelum
melakukan tindakan ataupun pemberian obat.
h. Sebelum pasien pulang dilakukan pengecekan gelang
identitas pasien, kelengkapan administrasi dan memberi
informasi kepada pasien untuk kontrol/kembali mengecek
kondisi pasien setelah minimal 3 hari setelah di rawat
inapkan.

1. Di Bagian Pendaftaran dan Rekam Medik

Mulai

Petugas pendaftaran menanyakan kartu berobat pasien(untuk


pasien lama).

Menanyakan data pasien, nama, alamat, nama kepala keluarga, umur


& tgl lahir, pekerjaan, nomor hp/telp,rt/rw, kelurahan dan keluhan
pasien

Dicatat di kartu status/rekam medik pasien

Selesai

2. Di Bagian Rawat Jalan

Mulai

Perawat mengkonfirmasi identitas pasien dengan catatan


rekam medik yang ada di bagian Rawat Jalan

Perawat menanyakan riwayat alergi obat pada pasien

Perawat memanggil pasien untuk mendapat pemeriksaan dokter


dengan menyebutkan nama lengkap (minimal 2 kata) sesuai
urutan antrian pasien
IDENTIFIKASI PASIEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

004 00 4 /5
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Dokter mengkonfirmasi identitas pasien (tanyakan nama dan alamat)


sebelum memeriksa pasien

Dokter memberikan pelayanan medis & resep (dalam resep tertera:


nama, usia, tanggal peresepan, riwayat alergi, tanda tangan
dokter)

Selesai

3. Di Bagian Kamar Obat


Mulai

Petugas farmasi menerima resep

Sebelum obat diserahkan petugas menanyakan & memastikan bahwa


nama obat telah sesuai dengan kondisi pasien

Selesai

4. Di Bagian Laboratorium
Mulai

Pasien menyerahkan kertas rujukan intern dari poli dan memberikan


kepada petugas laboraturium

Petugas menanyakan nama minimal 2 kata, alamat dan kelengakapan


untuk admininstrasi seperti pasien yang mempunyai kartu BPJS atau
KTP sebelum pemeriksaan/pengambilan sampel dilakukan

Selesai
IDENTIFIKASI PASIEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

004 00 5 /5
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA
UNIT TERKAIT 1. Pendaftaran dan Rekam Medik
2. Gawat Darurat
3. Poli Umum
4. Poli Spesialis Dalam
5. Poli Obgyn
6. Poli THT
7. Kamar Obat
8. Rawat Inap Umum

KOMUNIKASI EFEKTIF
SBAR DAN TBAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman

008 00 1/ 3
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Agustus 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt, CP.NLP

PENGERTIAN 1. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang dilakukan secara tepat waktu, akurat,
jelas, dan mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat
kesalahan (kesalahpahaman).
2. SBAR adalah Komunikasi melalui telepon menggunakan metode SBAR
(Situation Background Assesment Recommendation), saat melapor /konsul
ke dokter.
3. TBAK adalah Komunikasi melalui telepon menggunakan metode TULIS
lalu BACA KEMBALI atau (TBAK) saat menerima pesan atau instruksi.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan komunikasi lisan secara
efektif sehingga meminimalkan salah pengertian / salah persepsi

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada No.008/SK/KLINIK-CH/VIII/2022


tentang Penyusunan Rencana Layanan Medis dan Terpadu

PROSEDUR 1. Prosedur komunikasi antar petugas medis dengan menggunakan SBAR:


2. Ucapkan salam sesuai waktu saat komunikasi
3. Bila komunikasi dilakukan melalui telepon, pastikan orang yang dihubungi
adalah yang benar dengan mengkonfirmasi namanya (Apakah benar saya
berbicara dengan............................................................?” )
4. Jelaskan SITUATION(situasi atau kondisi yang dilihat pada pasien) yang terjadi:
a. Sebutkan identitas petugas yang
b. Sebutkan identitas pasien yang akan dilaporkan: Nama (Tn/Ny/Nn/An
) dan tanggal lahir atau nama dan alamat
c. Jelaskan perubahan kondisi pasien yang diamati: berdasarkan
pengamatan petugas, keluhan subyektif pasien, atau perubahan tanda-
tanda obyektif yang ditemukan pada pasien.
KOMUNIKASI EFEKTIF

No. Dokumen No. Revisi Halaman

008 00 2/ 3
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA
1.4. Jelaskan BACKGROUND (latar belakang medis) yang berkaitan
dengan situasi tersebut :
a. Tanggal mulai dirawat.
b. Diagnosa awal dan diagnosa kerja saat ini.
c. Hasil pemeriksaan sebelumnya : pemeriksaan fisik, laboratoris,
radiologis, dan lain-lain.
d. Terapi (obat-obatan dan tindakan) yang diberikan sebelumnya.
e. Riwayat alergi obat (bila ada).
1.5. Sebutkan ASSESMENT (penilaian atas kondisi) terkait dengan
situasi tersebut :
a. Kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada pasien terkait
perubahan kondisi yang ditemukan pada saat itu.
b. Tindakan-tindakan yang sudah diambil terkait kondisi saat itu.
1.6. Sebutkan RECOMMENDATION (rekomendasi tindak lanjut) yang
dianjurkan saat itu, rekomendasi yang dianjurkan bisa antara lain :
a. Permintaan untuk melihat pasien sesegera mungkin, merujuk atau
transfer pasien, konsultasi ke dokter lain, atau menjelaskan pada
pasien atau keluarganya tentang perubahan kondisi yang terjadi.
b. Permintaan advis pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan.
c. Permintaan advis perubahan terapi atau tindakan lain yang diperlukan.
1.7. Setelah diberikan advis untuk melakukan tindak lanjut, lakukan prosedur
TULIS dan BACA KEMBALI (TBAK) terhadap advis tersebut sebelum
dilakukan.
1.8. Ucapkan terima kasih dan salam penutup.
2. Prosedur menerima informasi dengan metode TULIS BACA KEMBALI
(TBAK)
2.1. Ucapkan salam
2.2. Terima pesan secara lengkap melalui telepon dan tuliskan secara lengkap
pula
KOMUNIKASI EFEKTIF

No. Dokumen No. Revisi Halaman

008 00 3/ 3
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA
2.3. Bacakan pesan yang ditulis secara lengkap kepada pemberi pesan.
2.4. Mohon kepada pemberi pesan untuk mengulang pesan yang telah
disampaikan.
2.5. Untuk pesan yang kurang jelas, lakukan pengejaan dengan International
Code Of Signal (Interco) atau International Phonetic Alphabet (IPA)
dengan mengeja nama tersebut dengan alphabet berikut ini :
2.6. Untuk pesanan tentang terapi (obat), yang kurang jelas, lakukan konfirmasi
ulang dengan pengejaan sesuai International Code Of Signal (Interco)
atau International Phonetic Alphabet (IPA) dan bila perlu sebutkan nama
generiknya.
Lakukan dokumentasi sesuai ketentuan di rekam medis.

UNIT TERKAIT 1. Pelayanan Pendaftaran dan Rekam Medik


2. Pelayanan Pemeriksaan Umum
3. Pelayanan Laboratorium
4. Ruang Tindakan Medis
5. Pelayanan Farmasi
IDENTIFIKASI PASIEN ALERGI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

KLINIK UTAMA 00 1/ 1
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt, CP.NLP

PENGERTIAN Identifikasi pasien adalah suatu prosedur konfirmasi identitas pasien untuk
ketepatan identifikasi agar tidak terjadi kesalahan dan agar sesuai dengan
identitas yang ada didalam rekam medis. Adanya Riwayat alergi, harus
diidentifikasi dan dicantumkan dalam rekam medis sehingga pasien terhindar
dari reaksi alergi yang bisa mengancam nyawa maupun reaksi yang ringan
saja yang mengganggu kenyamanan pasien.

TUJUAN 1. Menjamin pengenalan pasien sadar dan tidak sadar dengan benar.
2. Melaksanakan administrasi pasien dengan benar.
3. Memastikan pasien yang tepat sudah mendapatkan terapi/ perawatan
yang benar.
4. Menghindari kesalahan medis yang dapat berakibat kejadian yang tidak
diharapkan pada pasien (patient safety).

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Identifikasi Pasien di Klinik Utama Cahaya Husada

PROSEDUR 1. Perawat menanyakan Riwayat alergi yang dimiliki pasien


2. Setelah diketahui Riwayat alerginya, perawat IGD memasang pin
penanda alergi Warna merah pada gelang identitas pasien yang sudah
dipakai.
3. Jika pasien baru diketahui adanya alergi di ruangan rawat inap maka pin
penanda alergi warna merah oleh perawat ruang rawat inap.
4. Perawat menjelaskan kegunaan pemasangan pin penanda alergi kepada
pasien/keluarga
5. Perawat/ dokter mendokumentasikan Riwayat alergi di rekam medis pasien
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Rekam Medis
IDENTIFIKASI PASIEN ALERGI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1/ 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt, CP.NLP

PENGERTIAN Identifikasi pasien adalah suatu prosedur konfirmasi identitas pasien untuk
ketepatan identifikasi agar tidak terjadi kesalahan dan agar sesuai dengan
identitas yang ada didalam rekam medis. Adanya Riwayat alergi, harus
diidentifikasi dan dicantumkan dalam rekam medis sehingga pasien terhindar
dari reaksi alergi yang bisa mengancam nyawa maupun reaksi yang ringan
saja yang mengganggu kenyamanan pasien.

TUJUAN 1. Menjamin pengenalan pasien sadar dan tidak sadar dengan benar.
2. Melaksanakan administrasi pasien dengan benar.
3. Memastikan pasien yang tepat sudah mendapatkan terapi/ perawatan
yang benar.
4. Menghindari kesalahan medis yang dapat berakibat kejadian yang tidak
diharapkan pada pasien (patient safety).

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Identifikasi Pasien di Klinik Utama Cahaya Husada

PROSEDUR 1. Perawat menanyakan Riwayat alergi yang dimiliki pasien


2. Setelah diketahui Riwayat alerginya, perawat IGD memasang pin
penanda alergi Warna merah pada gelang identitas pasien yang sudah
dipakai.
3. Jika pasien baru diketahui adanya alergi di ruangan rawat inap maka pin
penanda alergi warna merah oleh perawat ruang rawat inap.
4. Perawat menjelaskan kegunaan pemasangan pin penanda alergi kepada
pasien/keluarga
5. Perawat/ dokter mendokumentasikan Riwayat alergi di rekam medis pasien
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Rekam Medis
PEMINDAHAN PASIEN DARI
UGD KE RUANG RAWAT
INAP

No. Dokumen No. Revisi Halaman

KLINIK UTAMA 00 1 / 1
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemindahan pasien dari UGD ke ruang rawat inap adalah tindakan serah
terima pasien yang sudah mendapat pelayanan dari UGD untuk dipindahkan
ke ruang perawatan untuk selanjutnya diberikan perawatan berkala, evaluasi,
monitoring perkembangan atau tindakan khusu, diserahkan dari
petugas/perawat UGD/pendamping transfer kepada petugas penerima yang di
tuju terkait semua tindakan yang telah dilakukan kepada pasien serta obat-
obatan yang sudah di berikan dan pemeriksaan penunjang yang telah di
lakukan beserta planning atau rencana diagnostiK dan terapeutik selanjutnya.

Sebagai acuan langkah-langkah petugas dalam melakukan serah terima


TUJUAN
setelah proses transfer yang benar, aman dan efektif.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Pemindahan Pasien dari UGD ke Ruang Rawat Inap di Klinik Utama Cahaya
Husada.
PROSEDUR 1. Melakukan identifikasi crosscheck pasien yang akan ditransfer
2. Memastikan rail/pagar bed sudah terkunci
3. Perawat pendamping transfer menyampaikan ke perawat penerima
terkait identifikasi pasien yang akan diserah terimakan.
4. Perawat penerima melakukan verifikasi terkait identifikasi pasien yang
akan diterimanya
5. Perawat penerima meyakinkan aman dan nyaman kondisi pasien,
memenuhi kebutuhan sesuai kondisinya.
6. Perawat melakukan cuci tangan dan menggunakan APD sebelum
tindakan ke pasien.
7. Perawat pendamping transfer dibantu perawat penerima melakukan
pemindahan pasien dari kursi roda/ brankar ke bed pasien dengan
tetap memperhatikan kondisi dan posisi anatomis pasien dan petugas.
8. Perawat melepas APD dan mencuci tangan setelah melakukan
tindakan ke pasien.
9. Perawat pendamping transfer melakukan operan kepada perawat
penerima semua dokumen medis pasien dan tentang kondisi pasien,
obat dan tindakan yang sudah diberikan, pemeriksaan penunjang,
dokter yang merawat, status pasien umum/ asuransi dan
kelengkapanya, keadaan pasien, barang pasien dll di meja perawatan
atau counter perawat dengan metode SBAR sesuai SPO hand over.
10. Perawat pendamping transfer & perawat penerima melakukan verifikasi
identitas pasien & mengisi form serah terima dan didokumentasikan
dalam rekam medis pasien baru
11. Perawat pendamping proses transfer menanyakan kepada perawat
penerima jika ada sesuatu yang belum atau kurang jelas terkait
kebutuhan pelayanan pasien.
12. Perawat pendamping transfer berpamitan dan mengucap salam
sebelum meninggalkan counter perawatan.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Rekam Medis
RESUSITASI JANTUNG PARU
(RJP)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt, CP.NLP

PENGERTIAN Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan untuk mengembalikan fungsi
pernafasan dan jantung guna kelangsungan hidup pasien pada pasien yang
mengalami henti jantung.

Sebagai acuan penerapan langkah- langkah untuk mengembalikan fungsi


TUJUAN
jantung dan paru.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Resusitasi Jantung Paru (RJP) di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Alat :

a. Alat pelindung diri (masker, handschoen)


b. Laryngoscope lurus dan bengkok (jika ada))
c. Orofaring /gudel berbagai ukuran
d. Perlengkapan infus (blood set)
e. Gunting verban
f. Papan resusitasi (long spine board)
g. Spuit dan jarum no.14-16
h. Set terapi oksigen lengkap dan siap pakai (Bag valve mask, Masker)
i. Set penghisap lendir lengkap dan siap pakai
j. EKG monitor atau AED (bila ada& bila memungkinkan)

Langkah-langkah

1. Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang tindakan yang


akan dilakukan
2. Atur posisi pasien di tempat datar atau alas keras
3. Baju bagian atas pasien dibuka (sambil periksa apakah ada cedera/
trauma)
4. Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoon)
5. Mengecek kesadaran pasien dengan cara :
a. Memanggil nama
b. Menanyakan keadaannya
c. Menggoyangkan bahu/ mencubit pasien
6. Jika pasien tidak sadar/ tidak ada respon, segera aktifkan sistem
emergency dan panggil bantuan.
7. Buka jalan nafas dengan head tilt chin lift (tekan dahi angkat dagu) dan
bersihkan jalan nafas dari sumbatan
8. Menilai pernafasan dengan cara :
a. Melihat pergerakan dada/ perut
b. Mendengar suara keluar masuknya udara dari hidung
d. Merasakan adanya udara dari mulut/ hidung pipi
9. Jika pasien tidak bernafas, berikan nafas buatan sebanyak 2x secara
perlahan
10. Periksa denyut jantung dengan cara meraba nadi karotis selama 10
detik dengan cara menghitung ”seribu satu, seribu dua, seribu tiga,
seribu empat, seribu lima dst sampai seribu sepuluh”, jika nadi karotis
teraba cukup berikan nafas buatan setiap 5 detik sekali selama 1menit
11. Jika nadi carotis tidak teraba segera lakukan kombinasi nafas buatan
dan kompresi jantung dengan perbandingan 30: 2 (30 pijat jantung, 2
nafas buatan/ ventilasi) dengan kecepatan 100-120x/menit selama 5-7
siklus
12. Cek nadi carotis tiap 2 menit dan cek pernafasan setiap 5 siklus
13. Jika nafas tetap belum ada lanjutkan lagi dengan kompresi
14. Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis
DIAGRAM ALIR

Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang


tindakan yang akan dilakukan

Atur posisi pasien di tempat datar atau alas keras

Baju bagian atas pasien dibuka (sambil periksa apakah ada cedera/
trauma)

Mengecek kesadaran pasien dengan cara :

a. Memanggil nama
b. Menanyakan keadaannya
c. Menggoyangkan bahu/ mencubit pasien

Jika pasien tidak sadar/ tidak ada respon, segera aktifkan SPGDT

Buka jalan nafas dengan head tilt chin lift (tekan dahi angkat dagu)
dan bersihkan jalan nafas dari sumbatan

Menilai pernafasan dengan cara :

a. Melihat pergerakan dada/ perut


b. Mendengar suara keluar masuknya udara dari hidung
Jika nadi carotis tidak teraba segera lakukan kombinasi nafas
c. Merasakan adanya udara dari mulut/ hidung pipi
buatan dan kompresi jantung dengan perbandingan 30: 2 (30 pijat
jantung, 2 nafas buatan/ventilasi) dengan kecepatan
Cek nadi carotis 100-120x/menit
tiap 2 menit dan selama
cek pernafasan
5-7dengansetiap 5 siklus
siklus
Jika nafas tetap belum ada lanjutkan lagi kompresi
UNIT TERKAIT 1. Unit Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Inap
3. Rekam Medis
PENGUKURAN SATURASI
OKSIGEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pengukuran saturasi oksigen mMrupakan suatu metode noninvasif yang
digunakan untuk memeriksa saturasi oksigen (SaO 2) arteri klien dengan
menggunakan sensor oksimetri nadi. Tipe sensor oksimetri nadi dirancang
untuk digunakan pada jari. Rentang nilai normal pada pemeriksaan ini adalah :
95 – 100%.

1. Mengetahui status oksigenasi pasien dengan mengetahui saturasi oksigen


TUJUAN
didalam arteri.
2. Pengkajian untuk menentukan pemberian terapi oksigen.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Pengukuran Saturasi Oksigen di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Alat :
1.    Oksimetri nadi dengan sensor yang sesuai.
2.    Kapas alkohol.
3.    Tissue.
4.    Nierbeken

Persiapan pasien :
Langkah-langkah :
1. Menjelaskan prosedur dan tujuan dilakukannya pemeriksaan oksimetri
nadi
2. Mencuci tangan
3. Membersihkan area sensor yang akan dipilih misalnya ibu jari tangan
dengan kapas alkohol dan dikeringkan dengan tisu.
4. Pastikan pasien tidak menggunakan pewarna kuku, bila pasien
menggunakan pewarna kuku, bersihkan terlebih dahulu.
5. Memasang sensor oksimetri ke salah satu jari tangan atau jari kaki.
6. Pastikan sensor terpasang dengan sempurna
7. Membaca hasil pemeriksaan dan laporkan ke dokter jika hasil
pemeriksaan abnormal.
8. Merapikan pasien dan peralatan
9. Mencuci tangan
10. Mencatat hasil pemeriksaan ke dalam catatan keperawatan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap


2. Instalasi Gawat Darurat
3. Rekam Medis
PENGUKURAN BERAT
BADAN DAN TINGGI BADAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


KLINIK UTAMA 00 1 / 1
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Suatu tindakan pada pasien untuk mengukur berat badan dan tinggi badan
pasien dengan menggunakan alat pengukur timbangan berat dan tinggi badan.

1 . Mengetahui berat badan dan tinggi badan pasien


TUJUAN
2 Mengetahui status gizi pasien
3 Dasar dalam memberikan asuhan nutrisi pasien.
4 Pengukuran berat badan yang sesuai akan memberikan percepatan
penyembuhan pasien karena asuhan nutrisi yang benar sebagai salah satu
aspek terapi non farmakologis.
KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan
Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Alat :
1.Timbangan injak/berdiri
2.Meteran

Langkah-langka :
1. Pasien dan keluarganya diberikan penjelasan tentang tindakan yang
akan dilakukan,
2. Anjurkan pasien untuk naik diatas timbangan
3. Bacalah angka petunjuk (jarum pada timbangan) secara tepat (kg)
kemudian hasilnya dicatat
4. Jika akan mengukur tinggi badan, anjurkan pasien untuk berdiri tegak
membalikkan badannya, pandangan lurus ke depan dengan kepala
tegak (tidak menunduk dan tidak mengangkat kepala)
5. Kemudian meletakkan batas pengukur tinggi badan tepat diatas
puncak/bagian tertinggi dari kepala pasien
6. Membaca angka yang ditunjuk pembatas tinggi badan (cm)
7. Hasil di catat di rekam medis pasien.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Rekam Medis

PEMERIKSAAN DENYUT
JANTUNG JANIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


KLINIK UTAMA 00 1 / 1
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ) adalah suatu tindakan mengevaluasi
kondisi janin dengan mendengarkan dan menghitung frekuensi denyut jantung
janin dalam 1 menit dengan memperhatikan kenyamanan dan keamanan pasien.

TUJUAN 7. Memberikan rasa nyaman dan aman bagi pasien.


8. Untuk mengetahui kesejahteraan janin di dalam kandungan.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ) di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Alat :
1. Doppler / Funandoskop
2. Jam
3. Jelly
4. Tisu

Langkah-langkah :
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan kepada pasien
2. Mencuci tangan
3. Perawat membaringkan ibu hamil dengan posisi terlentang
4. Perawat membuka penutup perut ibu
5. Tentukan lokasi untuk mendengarkan DJJ dengan memastikan posisi
punggung janin atau area garis tengah fundus 2-3 cm di atas simpisis
pubis terus kearah kuadran bawah kiri (puctum maximum)
6. Perawat memberi jelly pada doppler yang akan digunakan
7. Perawat menempelkan doppler pada perut ibu hamil didaerah
punggung janin.
8. Perawat menghitung detak jantung janin : Dengar detak jantung janin
selama 1 menit, normal detak jantung janin 120-160 / menit.
9. Petugas memberi penjelasan pada pasien hasil pemeriksaan detak
jantung janin
10. Jika pada pemeriksaan detak jantung janin tidak terdengar ataupun
tidak ada pergerakan bayi, maka pasien diberi penjelasan dan pasien
dirujuk ke RS.
11. Petugas mempersilahkan Pasien bangun
12. Petugas mencatat hasil pemeriksaan jantung janin pada catatan
perawat.
DIAGRAM ALIR
Membaringkan ibu
hamil posisi terlentang

Membuka penutup perut ibu

Memberikan jelly pada doppler

Mebempelkan Doppler pada perut daerah punggung janin

Menghitung
detak jantung
janin selama 1
menit

Tidak terdengar

Tidak ada pergerakan bayi


rujuk ke RS

Menjelaskan pada pasien hasil pemeriksaan

Mempersilahkan pasien bangun

Mencatat hasil pada lembar


catatan keperawatan

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap


2. Instalasi Gawat Darurat
3. Rekam Medis
STERILISASI ALAT MEDIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

KLINIK UTAMA 00 1 / 1
CAHAYA HUSADA
Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Suatu tindakan untuk membunuh kuman patogen dan apatogen beserta
sporanya pada peralatan perawatan dan kedokteran sehingga peralatan
tersebut menjadi steril.
Dekontaminasi adalah adalah Langkah pertama dalam menangani peralatan,
perlengkapan dan benda-benda yang sudah terkontaminasi.

1. Mencegah terjadinya infeksi silang


TUJUAN
2. Memelihara peralatan dalam keadaan siap pakai

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Sterilisasi Alat Medis di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Jenis peralatan yang dapat disterilkan:

1. Peralatan yang terbuat dari logam (pinset, gunting, dll)


2. Peralatan yang tebuat dari kaca (tabung kimia, dll)
3. Peralatan yang terbuat dari karet (kateter, sarung tangan)
4. Peralatan yang terbuat dari ebonite (kanule rectum, canule trachea, dll)
5. Peralatan yang terbuat dari email (Waskom, dll)
6. Peralatan yang terbuat dari porselen (cangkir, piring, dll)

Pelaksanaan:

1. Sterilisasi dengan cara rebus


Mensterilkan peralatan dengan cara merebusnya dalam air sampai mendidih
(100C) dan ditunggu selama 15 sampai 30 menit. Misalnya alat dari logam,
kaca dan karet.
Langkah-langkah :
a. Memastikan sterilisator dalam keadaan siap pakai
b. Masukkan alat yang sudah dicuci bersih ke dalam sterilisator
c. Isi air hingga alat terendam
d. Atur waktu selama 30 menit
e. Tekan tombol on pada sterilisator
f. Setelah 30 menit alat dapat diangkat
g. Matikan dengan menekan tombol off, dan lepaskan stop kontak
2. Sterilisasi dengan cara stoom (uap) :
Mensterilkan dengan uap panas menggunakan autoclave dengan waktu,suhu
dan tekanan tertentu. Misalnya alat tenun, obat-obatan, dan lian-lain.
3. Sterilisasi dengan cara panas kering :
Mensterilkan peralatan dalam oven dengan panas tinggi. Misalnya peralatan
logam yang tajam, peralatan dari kaca, dan obat tertentu.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap


2. Instalasi Gawat Darurat
3. Rekam Medis

BATUK EFEKTIF

No. Dokumen No. Revisi Halaman

KLINIK UTAMA 00 1 / 1
CAHAYA HUSADA
Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Suatu tindakan untuk melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk
secara efektif untuk membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus dari sekret
atau benda asing di jalan napas.

1.Membersihkan jalan napas


TUJUAN
2.Mencegah komplikasi infeksi saluran napas
3.Mengurangi kelelahan saat batuk

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Batuk Efektif di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Indikasi :

1. Pasien dengan gangguan bersihan jalan napas akibat akumulasi sekret


2. Pasien pre dan post operasi
3. Pasien imobilisasi
4. Pasien sadar dan mampu mengikuti perintah
Kontraindikasi

1. Pasien yang mengalami peningkatan tekanan intra kranial (TIK)


2. Pasien dengan gangguan fungsi otak
3. Pasien dengan gangguan kardiovaskular (hipertensi berat, aneurisma,
gagal jantung, infark miokard), dan emfisema karena dapat
menyebabkan ruptur dinding alveolar.

Alat:
1. Tempat sputum (misalnya bengkok, gelas, dan yang lainnya)
2. Perlak/alas
3. Lap wajah (misalnya saputangan atau kertas tissue)
4. Stetoskop
5. Sarung tangan
6. Masker
Langkah-langkah:

1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat
3. Memberikan salam dan identifikasi pasien
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur kepada pasien
5. Meletakkan kedua tangan di atas abdomen bagian atas (dibawah mammae)
dan mempertemukan kedua ujung jari tengah kanan dan kiri di atas processus
xiphoideus.
6. Menarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
lalu hembuskan melalui bibir mencucu (pursed lip breathing) selama 8 detik.
Lakukan berulang sebanyak 3-4 kali.
7. Pada tarikan nafas dalam terkahir, nafas ditahan selama kurang lebih 2-3
detik.
8. Angkat bahu, dada dilonggarkan dan batukkan dengan kuat.
9. Lakukanlah 4 kali setiap batuk efektif, frekuensi disesuaikan dengan
kebutuhan pasien.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap


2. Instalasi Gawat Darurat
3. Rekam Medis

TRIASE

No. Dokumen No. Revisi Halaman

KLINIK UTAMA 00 1 / 1
CAHAYA HUSADA
Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Triase adalah tindakan untuk memilah / mengelompokkan pasien / korban
berdasarkan beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan
tindakan berdasarkan sumber daya dan sarana yang tersedia pada
penanganan pasien darurat non-bencana dan bencana.

1.Mengidentifikasi cedera/kelalaian yang mengancam jiwa dan dapat segera


TUJUAN
memberikan penanganan
2.Mencegah kematian dini karena trauma/kelainan yang bisa terjadi beberapa
menit hingga beberapa jam kemudian
3.Mengatur kecepatan dan efisiensi tindakan definitif/transfer pasien ke fasilitas
yang sesuai.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Triase di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Alat:
1. Sphygmomanometer
2. Stetoskop
3. Pen light
4. Sarung tangan steril

Langkah-langkah:

1. Petugas bersiap menggunakan APD yang sesuai dan menerima pasien


2. Keputusan tatalaksana respon dapat menjadi hak penuh petugas triase
setelah mempertimbangkan aspek medis dan non medis
3. Petugas melakukan penilaian kesadaran, jalan nafas, ventilasi, sirkulasi
selama kurang dari 60 detik
4. Petugas memberikan tanda sesuai dengan pengelompokan triase
a. Prioritas Nol (Hitam)
Pasien meninggal/kondisi yang parah yang jelas tidak mungkin
untuk diselamatkan.
b. Prioritas Pertama (Merah) P1
Pasien dengan kriteria respon segera (resusitasi) dan 10 menit
(emergency) masuk ke kriteria merah. Kriteria ini adalah penderita
sakit berat atau cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan
tindakan medik atau transpor segera untuk menyelamatkan
hidupnya. Misal : henti jantung, luka bakar berat, perdarahan parah
dan cedera kepala berat.
c. Prioritas Kedua (Kuning) / P2
Pasien dengan kriteria respon 30 menit (urgency). Pasien
memerlukan bantuan, namun dengan sakit atau cedera dengan
tingkat yang kurang berat dan dipastikan tindakan mengalami
ancaman jiwa dalam waktu dekat. Misalnya: cedera abdomen tanpa
syok, luka bakar ringan, fraktur atau patah tulang tanpa syok.
d. Prioritas Ketiga (Hijau) / P3
Pasien dengan kriteria respon >60 menit adalah kasus non urgency
falls emergency. Pasien dengan cedera minor atau tingkat penyakit
yang tidak membutuhkan pertolongan segera atau tidak
mengancam nyawa dan tidak menimbulkan kecacatan.
5. Petugas memberikan pelayanan dan tindakan sesuai urutan prioritas
triase.
6. Lakukan re-triase bila terdapat perubahan kondisi pasien
7. Apabila terjadi kondisi full bed/full capacity pada zona triase merah,
maka pasien ditempatkan di zona triase kuning atau hijau dengan
memberikan edukasi terlebih dahulu kepada pasien atau keluarganya
terkait risiko yang mungkin terjadi karena respon time dan tatalaksana
serta kebutuhan yang tidak sesuai atau mengarahkan ke rumah sakit
lain, dan menandatangani inform consent.
8. Apabila terjadi full bed/full capacity pada zona hijau, petugas
mengarahkan pasien yang membutuhkan pelayanan tidak gawat tidak
darurat ke rumah sakit lain.
9. Pada kondisi pihak pasien khusus atau keluarga pasien yang tidak
kooperatif, petugas triase wajib menjelaskan kebutuhan pasien, dan
kemampuan serta ketidakmampuan UGD dalam memberikan
pelayanan. Apabila setelah dijelaskan pihak pasien masih tidak
kooperatif, proses pelimpahan edukasi dan pemberian informasi dapat
dilakukan oleh Manager on duty/Direktur atau pimpinan.
10. Pada pasien yang terduga sudah meninggal, pemeriksaan dilakukan
oleh dokter meliputi pemeriksaan tanda kehidupan berupa denyut nadi,
EKG, refleks korne. Apabila EKG terbukti flat, maka pasien dinyatakan
DOA (Death On Arrival), dokter menuliskan jam DOA. Pasien
ditempatkan di zona hitam.
11. Pengisian form harus dilengkapi Petugas UGD (dokter/perawat) dan
dimasukkan ke dalam rekam medis pasien.

DIAGRAM ALIR
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat
2. Rekam Medis

FOTO RONTGEN SHOULDER JOINT

No. Dokumen
No. Revisi Halaman

00 1 / 1

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Tata cara  pemeriksaan radiologi tanpa media kontras yang ditujukan kepada
Shoulder Joint menggunakan sinar X.

TUJUAN
Untuk mendapatkan hasil gambaran radiologi shoulder joint.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Foto Rontgen Shoulder Joint di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Persiapan

      1. Pesawat rontgen dengan kV dan mAs yang disesuaikan.

1. Kaset/film dengan ukuran yang disesuaikan dengan objeknya.


2. Marker sebagai tanda objek.
3. Lead apron
4. Manual processing.

Tindakan

Proyeksi AP (internal rotation humerus)

1. Posisikan pasien dalam posisi berdiri atau tidur.


2. Atur ketinggian kaset dan tubuh pasien pusatkan pada titik 2,5 cm
inferior dan 2,5 cm medial dari processus coracoid.
3. Rotasikan humerus ke arah internal.
4. Arahkan CR tegak lurus pada titik 2,5 cm inferior dan 2,5 cm medial
processus coracoid.
Proyeksi AP (externa rotation humerus)

1. Posisikan pasien dalam posisi berdiri atau tidur.


2. Atur ketinggian kaset dan tubuh pasien, pusatkan pada titik 2,5 cm
inferior dan 2,5 cm medial processus coracoid.
3. Rotasikan humerus ke arah external.
4. Arahkan CR tegak lurus pada titik 2,5 cm inferior dan 2,5 cm medial dari
processus coracoid.
UNIT TERKAIT Instalasi Radiologi

FOTO RONTGEN HUMERUS


No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1

KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemeriksaan dengan menggunakan sinar X pada organ/bagian os
humerus/lengan bawah. Sehingga menghasilkan gambaran os humerus/lengan
bawah  pada selembar film rontgen.

1. Mengetahui anatomi os humerus/lengan bawah.


TUJUAN
2. Mengetahui apakah ada fraktur/patah tulang os humerus/lengan bawah.
3. Untuk tindakan terapi selanjutnya sebelum perawatan.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Foto Rontgen Humerus di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Persiapan
1. Alat Rontgen
2.  Film Rontgen + Kaset Ukuran 24x 30 atau 30x40 cm
3. Marker R/L

PROSEDUR PELAKSANAAN

  1. Posisi pasien


Posisi pasien supine berbaring di atas meja pemeriksaan, kaset diletakan
diatas meja pemeriksaan.

II. 2. Posisi Posterior Anterior (PA)


a. Posisi Objek : Lengan atas dan lengan bawah lurus, sedikit abduksi dan
diposisikan supine. Lengan atas diletakan memanjang pada pertengahan
kaset, sendi siku dan sendi bahu masuk dalam lapangan pemotretan
dengan gambaran true AP (dapat dilakukan pada posisi erect dengan
menempatkan kaset dibelakang objek secara vertikal)
b. FFD : 90cm, CR : Vertikal apabila pasien supine, dan horisontal jika
pasien berdiri. CP : Pertengahan os humerus.
  c.      Kriteria gambar : Tampak gambar os humerus pada aspek AP dengan
batas proximal sendi bahu dan batas distal sendi siku, caput humerus
menghadap medial.

    2. Posisi Lateral (Lat)


a. Posisi Objek : Lengan atas diletakan memanjang pada garis tengah
lapangan film, endorotasi, telapak tangan menghadap kemedial sendi
siku posisi fleksi sendi siku dan sendi bahu masuk kedalam lapangan.
b. FFD : 90cm, CR : Vertikal apabila pasien supine, dan horisontal apabila
pasien erect, CP : pertengahan os humerus.
c. Kriteria gambar : Tampak gambaran os humerus pada aspek lateral dan
proximal sendi bahu dan batas distal sendi siku, caput humerfus
menghadap ke posterior.

Hal yang perlu diperhatikan:


1. Selama melakukan tindakan atau pemotretan tergantung keadaan umum
pasien, jika posisi objek tidak dapat di lakukan lateral maka posisi film dan
alat di buat posisi sinar horisontal.
2. Jika keadaan humerus mengeluarkan banyak darah mohon dihentikan
dahulu pendarahannya karena jika masuk ke dalam kaset/film akan
menganggu gambaran film rontgen.
UNIT TERKAIT Instalasi Radiologi

FOTO RONTGEN ELBOW JOINT


No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1

KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemeriksaan rontgen elbow joint lateral adalah pemeriksaan radiografi tanpa
media kontras yang bertujuan untuk mengetahui kelainan patologis yang terjadi
pada daerah elbow joint dengan posisi lateral.

Sebagai acuan bagi pelaksana rontgen dalam melaksanakan pemeriksaan


TUJUAN
radiografi elbow joint lateral.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Foto Rontgen Elbow Joint di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR a. Persiapan pasien :


Instruksikan agar pasien menanggalkan benda-benda yang dapat
mengganggu gambaran radiografi Elbow joint
b. Persiapan Alat
- Letakkan kaset pada posisi horizontal di meja pemeriksaan
- Pasang marker pada kaset
- Atur faktor eksposi (kV, mA, Sec)
 kV : 43
 mAs : 2,8
c. Posisi Pasien
Duduk menyamping meja pemeriksaan pada tepi tangan yang akan di
foto.
d. Posisi Obyek
- Elbow joint fleksio 90°
- Lengan bawah dan tangan diletakkan lateral dengan tepi ulnaris
menempel di meja pemeriksaan.
- Sendi bahu direndahkan, elbow joint diatur true lateral ditengah-
tengah kaset
e. Central Point
Epicodylus lateralis
f. Central Ray
Vertikal tegak lurus film, FFD : 100 cm

Kriteria

1. Tampak gambaran lateral elbow joint menyudut 90°


2. Cornoid process overlap dengan caput radius dan capitulum humerus
3. Tuberositas radius menghadap ke Os ulna.

UNIT TERKAIT Instalasi Radiologi

FOTO RONTGEN ANTEBRACHII


No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1

KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemeriksaan rontgen tanpa media kontras yang ditujukan kepada organ-organ
tulang lengan bawah (antebrachi) menggunakan sinar X.

Sebagai acuan bagi pelaksana rontgen dalam melaksanakan pemeriksaan


TUJUAN
radiografi antebrachia, mendapatkan hasil gambaran radiologi tulang-tulang
lengan bawah (antebrachi).

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Foto Rontgen Antebrachii di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Persiapan

1. Pesawat rontgen dengan kV dan mAs yang disesuaikan


2. Kaset/film dengan ukuran yang disesuaikan dengan objeknya.
3.  Marker sebagai tanda objek
4. Lead apron.
 Tindakan   Proyeksi AP

1. Posisikan lengan bawah secara supine, ekstensikan siku kemudian


posisikan lengan bawah pada setengah kaset yang diberikan kolimasi
(posisikan kedua sendi masuk kedalam gambaran) 
2.  Atur kaset sejajar dengan lengan bawah   
3. Kemudian arahkan CR tegak lurus pada titik temgah kedua lengan
Proyeksi Lateral

1. Posisikan lengan bawah secara lateral, kemudian posisikan lengan


bawah pada setengah kaset yang ditelah diatur kolimasinya, pastikan
kedua sendi masuk kedalam gambar)
2. Atur kaset sejajar dengan lengan bawah
3. Kemudian arahkan CR tegak lurus pada titik tengah kedua lengan

10.
UNIT TERKAIT Instalasi Radiologi
FOTO RONTGEN WRIST JOINT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemeriksaan rontgen tanpa media kontras yang ditujukan kepada organ-organ
tulang pergelangan bawah (wrist joint) menggunakan sinar X.

Untuk mendapatkan hasil gambaran radiologi tulang-tulang pergelangan bawah


TUJUAN
(wrist joint).

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Foto Rontgen Wrist Joint di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Persiapan

1. Pesawat rontgen dengan kV dan mAs yang disesuaikan.


2. Kaset / film dengan ukuran yang disesuaikan dengan objeknya.
3. Marker sebagai tanda objek.
4. Lead apron.
Tindakan

Proyeksi AP

1. Letakkan pergelangan tangan di atas kaset secara supine


2. Kemudian pusatkan pada tulang-tulang carpalia
3. Arahkan CR tegak lurus pada daerah midcarpalia

Proyeksi Lateral

1. Letakkan pergelangan tangan di atas kaset secara lateral


2. Kemuadian pusatkan pada tulang-tulang carpalia
3. Arahkan CR tegak lurus pada daerah pergelangan tangan
11.
UNIT TERKAIT Instalasi Radiologi
FOTO RONTGEN MANUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemeriksaan rontgen tulang tulang telapak tangan menggunakan sinar X.

Untuk mengetahui gambaran anatomi dan kelainan tulang-tulang pada telapak


TUJUAN
tangan(Manus)

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Foto Rontgen Manus di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Alat dan bahan


1. kaset ukuran 18 x 24 cm
2. pesawat rontgen
3. marker

Teknik pemeriksaan
a. proyeksi postero anterior

1. Pasien duduk di ujung meja pemeriksaan


2. Manus diletakkan di atas kaset
3. Telapak tangan menempel pada kaset
4. Jari-jari tangan lurus
5. CR vertical tegak lurus terhadap kaset
6. CP Metacarpal 3
b. proyeksi Oblique postero anterior

1. Pasien duduk di ujung meja pemeriksaan

2. Tangan diletakkan di atas kaset diputar endorotasi 45° terhadap kaset

3. Jari-jari diatur renggang, ujung-ujung jari menempel kaset

4. CR vertical tegak lurus terhadap kaset

5. CP metacarpophalangeal joint digiti 1

c. proyeksi lateral
1. Tangan atau objek diletakkan di atas kaset

2. Telapak tangan posisi miring dengan keadaan lurus

3. CP metacarpophalangeal joint digiti 3


4. CR vertical tegak lurus terhadap kaset

UNIT TERKAIT Instalasi Radiologi

FOTO RONTGEN PELVIS


No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1

KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemeriksaan rontgen struktur tulang dan sendi pada panggul (pelvis)
menggunakan sinar X.

TUJUAN Untuk mendapatkan hasil gambaran radiologi tulang-tulang pelvis.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Foto Rontgen Pelvis di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Alat dan bahan

1. Pesawat rontgen dengan kV dan mAs yang disesuaikan.


2. Kaset / film dengan ukuran yang disesuaikan dengan objeknya.
3. Marker sebagai tanda objek.
4. Lead apron
Tindakan

Proyeksi AP

1. Pasien diposisikan supine dengan tangan diletakkan di atas dada.


2. Atur pelvis pada tengah kaset, dengan batas atas kira-kira 5 cm diatas
SIAS dan batas bawah kira-kira 5 cm di bawah os. Pubis
3. Kemudian arahkan CR tegak lurus pada tengah film dengan CP 5 cm di
atas sympisis pubis.
UNIT TERKAIT Instalasi Radiologi

FOTO RONTGEN FEMUR


No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1

KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemeriksaan rontgen struktur tulang tungkai atas (femur) menggunakan sinar
X.

TUJUAN Untuk mendapatkan hasil gambaran radiologi tulang tungkai atas (femur).

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Foto Rontgen Femur di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Alat dan bahan

1. Pesawat rontgen dengan kV dan mAs yang disesuaikan.


2. Kaset / film dengan ukuran yang disesuaikan dengan objeknya.
3. Marker sebagai tanda objek.
4. Lead apron

Prosedur

Proyeksi Anteroposterior

1. Pasien dalam posisi supine diatas meja pemeriksaan dengan kedua


tungkai lurus
2. Tungkai atas yang di foto diatur true AP
3. Diatur lurus sehingga condylus lateral dan medialis berjarak sama
terhadap meja pemeriksaan
4. CR vertical tegak lurus terhadap kaset
5. CP titik pertengahan tulang paha
Proyeksi lateral

1. Pasien tidur di miring kan dengan tepi yang akan di foto menempel
kaset, lutut sedikit ditekuk
2. CR vertical tegak lurus terhadap kaset
3. CP pada pertengahan tulang paha 
UNIT TERKAIT Instalasi Radiologi
FOTO RONTGEN GENUE

No. Dokumen No. Revisi Halaman

KLINIK UTAMA
00 1 / 1
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemeriksaan Radiografi Genue adalah pemeriksaan radiografi tanpa media
kontras yang bertujuan untuk mengetahui kelainan patologis yang terjadi pada
daerah genue.

Sebagai acuan bagi pelaksana rontgen dalam melaksanakan pemeriksaan


TUJUAN
radiografi Genue.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Foto Rontgen Genue di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR a. Persiapan pasien :


Instruksikan agar pasien menanggalkan benda-benda yang dapat
mengganggu gambaran radiografi pada daerah Genu
b. Persiapan Alat
- Letakkan kaset horizontal di meja pemeriksaan
- Pasang marker pada kaset
- Atur faktor eksposi (kV, mAs)
 kV : 45
 mAs : 4,0
c. Posisi Pasien
Pasien duduk di atas meja pemeriksaan
d. Posisi Obyek
Genu diletakkan di atas kaset dengan posisi AP
e. Central Point
1½ inchi dibawah patella
f. Central Ray
Vertikal tegak lurus kaset, FFD : 100 cm
g. Kriteria
Tampak intercondylare,patella,fibula dan tibia

UNIT TERKAIT Instalasi Radiologi


FOTO RONTGEN CRURIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemeriksaan Radiografi Ossa Cruris adalah pemeriksaan radiografi tanpa
media kontras yang bertujuan untuk mengetahui kelainan patologis yang terjadi
pada daerah Ossa Cruris dengan posisi.

Sebagai acuan bagi pelaksana rontgen dalam melaksanakan pemeriksaan


TUJUAN
radiografi cruris.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Foto Rontgen Cruris di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR a. Persiapan pasien :


Instruksikan agar pasien menanggalkan benda-benda yang dapat
mengganggu gambaran radiografi pada daerah Ossa Cruris.
b. Persiapan Alat
- Letakkan kaset horizontal di meja pemeriksaan
- Pasang marker pada kaset
- Atur faktor eksposi (kV, mAs)
 kV : 44
 mAs : 3,2
c. Posisi Pasien
Tidur supine di atas meja pemeriksaan dengan dorsal cruris yang akan di
foto dekat meja pemeriksaan, tungkai yang akan di foto lurus.
d. Posisi Obyek
- Cruris yang akan di foto di atur true AP dengan mengatur knee joint
dan ankle joint masing-masing dalam keadaan true AP
- Cruris memanjang di atas kaset
e. Central Point
Pada pertengahan ossa cruris

f. Central Ray
Vertikal tegak lurus kaset, FFD : 100 cm
g. Kriteria
Tampak gambaran lateral ossa cruris Os tibia os fibula

UNIT TERKAIT Instalasi Radiologi


FOTO RONTGEN ANKLE JOINT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemeriksaan radiografi Ankle Joint adalah pemeriksaan radiografi tanpa media
kontras yang bertujuan untuk mengetahui kelainan patologis yang terjadi pada
regio Ankle joint dengan posisi.

Sebagai acuan bagi pelaksana rontgen dalam melaksanakan pemeriksaan


TUJUAN
radiografi ankle joint.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Foto Rontgen Ankle Joint di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR
a. Persiapan pasien :
Instruksikan agar pasien menanggalkan benda-benda yang dapat
mengganggu gambaran radiografi pada daerah ankle joint

b. Persiapan Alat

- Letakkan kaset horizontal di meja pemeriksaan


- Pasang marker pada kaset
- Atur faktor eksposi (kV, mAs)
 kV : 43
 mAs : 3,2

c.Posisi Pasien

- Pasien supine atau sitting, kedua tungkai lurus


- Ankle joint yang di foto diletakkan di atas kaset

d.Posisi Obyek

- Telapak kaki vertical, tumit menempel kaset


- Ankle joint di atur true AP dengan maleollus medialis dan lateralis
berjrak sama terhadap kaset

e.Central Point

Pada pertengahan kedua maleollus pada tepi anterios ankle joint


h. Central Ray
Vertikal tegak lurus kaset, FFD : 100 cm
i. Kriteria
- Ujung distal os tibia
- Ujung distal os fibula
- Celah sendi antara os tibia, os talus da fibula

UNIT TERKAIT Instalasi Radiologi


FOTO RONTGEN PEDIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemeriksaan radiografi os pedis lateral adalah pemeriksaan radiografi tanpa
media kontras yang bertujuan untuk mengetahui kelainan patologis yang terjadi
pada daerah pedis.

Sebagai acuan bagi pelaksana rontgen dalam melaksanakan pemeriksaan


TUJUAN
radiografi pedis.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Foto Rontgen Pedis di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR a. Persiapan pasien:


Instruksikan agar pasien menanggalkan benda-benda yang dapat
mengganggu gambaran radiografi pada daerah pedis
b. Persiapan Alat
- Letakkan kaset horizontal di meja pemeriksaan
- Pasang marker pada kaset
- Atur faktor eksposi (kV, mAs)
 kV : 42
 mAs : 2,0
c. Posisi Pasien
- Pasien semi prone
- Tungkai yang akan diperiksa dekat meja pemeriksaan dan di atur
lurus
- Tungkai yang lain fleksi, tungkai bawah diletakkan didepan tungkai
yang kan di foto
d. Posisi Obyek
Telapak kaki vertical dengan tepi lateralnya menempel kaset dan diatur
pada pertengahan film
e. Central Point
Navicular cuneiform region.
f. Central Ray
Vertikal tegak lurus kaset, FFD : 100 cm

g. Kriteria
Tampak gambaran lateral ossa pedis, termasuk ankle joint.ossa tarsalia,
ossa metarsalia dan phalanges.

UNIT TERKAIT Instalasi Radiologi


FOTO RONTGEN VERTEBRAE
LUMBOSAKRAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman

KLINIK UTAMA
00 1 / 1
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Suatu pencitraan yang memperlihatkan daerah tulang belakang panggul
(vertebrae lumbosacral) menggunakan sinar-x.

TUJUAN
Memperlihatkan struktur tulang belakang panggul (vertebrae lumbosacral) yang
meliputi corpus, pedikel, prosessus transversus, prossesus spinosus, discus
dan foramen intervertebralis, serta jaringan lunak sekitarnya.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Foto Rontgen Vertebrae Lumbosakral di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR 1. Persiapan pemeriksaan


a. Tanggalkan benda-benda radioopaque pada daerah yang akan di foto.
b. Ganti pakaian pasien dengan baju yang telah disediakan di unit
radiologi.
2. Posisi AP
a. Pasien berbaring supine di atas meja pemeriksaan atau berdiri di depan
bucky stand.
b. Atur posisi pasien sehingga garis tengah tubuh ( Mid Sagital Line )
sejajar dengan garis pertengahan meja, lutut flexi.
c. CR : Tegak lurus imaging plate.
d. CP : Umbilikus atau pertengahan SIAS.
e. FFD : 90 cm.
f. Faktor eksposi
g. Kriteria gambaran: tampak corpus lumbal, discus intervertebralis,
processus spinous dan tranversus.
3. Posisi Lateral
a. Atur tubuh pasien supine atau berdiri pada posisi lateral. Lutut dan hip
joint flexi
b. Posisi kedua tangan diletakkan di depan tubuh.
c. CR : tegak lurus imaging plate.
d. CP : setinggi SIAS
e. FFD: 90 cm.
f. Faktor ekspos
g. Kriteria gambaran: tampak corpus lumbal dan discus intervertebralis
dalam proyeksi lateral, processus spinous, lumbosacral junction,
sacrum dan coccygeus.

4. Posisi Oblique (RPO dan LPO)


a. Atur tubuh pasien sehingga membentuk 45º terhadap bucky table.
b. CR : vertikal tegak lurus imaging plate.
c. CP : setinggi SIAS
d. FFD : 90 cm.
UNIT TERKAIT Instalasi Radiologi
FOTO POLOS ABDOMEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Foto polos abdomen adalah pemeriksaan gambaran radiografi bagian perut
tanpa persiapan puasa, adapun pengambilan foto dilakukan dalam posisi
pasien tidur telentang (AP Supine).

Agar petugas mampu melakukan pemeriksaan abdomen polos sesuai dengan


TUJUAN
prosedur.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Foto Polos Abdomen di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Persiapan alat dan bahan

1. Pesawat Rontgen.
2. Kaset dan film atau imaging plate yang sesuai dengan ukuran obyek
3. Marker R dan L
4. Grid atau bucky table

Teknik pemeriksaan

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan proyeksi AP Supine.

Proyeksi AP Supine(Anterior posterior)

1. Pasien supine diatas meja pemeriksaan.


2. Posisi MSP tubuh berada tepat dipertengahan meja pemeriksaan.
3. Kedua tangan lurus disamping tubuh.
4. Sinar tegak lurus pada kaset dengan sentrasi antara umbilicus atau
setinggi sias atau lumbal
5. Batas bawah simphisis pubis, batas atas xypoid.
6. Pasang marker R atau L.
7. Pada saat eksposi pasien diberi aba-aba tarik nafas panjang keluarkan
dan tahan.
UNIT TERKAIT Instalasi Radiologi
FOTO RONTGEN ABDOMEN 3 POSISI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Foto rontgen abdomen 3 posisi adalah prosedur pemeriksaan radiografi pada
daerah abdomen khususnya untuk memperlihatkan kelainan yang terjadi pada
tractus digestivus/gastrointestinal yang dilakukan dalam 3 posisi pemotretan
yaitu AP supine, Abdomen AP setengah duduk, dan abdomen Lateral Left
Decubitus (LLD).

Agar petugas mampu melakukan pemeriksaan abdomen 3 posisi sesuai


TUJUAN
dengan prosedur.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Foto Rontgen Abdomen 3 posisi di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Persiapan alat dan bahan

1. Pesawat Rontgen.
2. Kaset dan film atau imaging plate yang sesuai dengan ukuran obyek
3. Marker R dan L
4. Grid atau bucky table

Teknik pemeriksaan

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan proyeksi AP Supine, Abdomen AP


setengah duduk/tegak/erect dan Abdomen Lateral Left Decubitus (LLD).

Proyeksi AP Supine(Anterior posterior)

1. Organ yang akan difoto diletakan diatas kaset dengan posisi supine dan
berada dipertengahan kaset
2. Pengaturan sinar :
- CR = Vertikal tegak lurus kaset
- CP = diatas umbilikus /Vert.Lumbal 4-5.
- FFD = 100 cm - KV = 75 KV - mA = 200 mA - sec = 0,2– 0,4 Sec
- Pasang marker R/L
- Radiografer memberi aba-aba pada pasien untuk tidak bergerak
sampai pemeriksaan selesai dilakukan.

Proyeksi AP setengah duduk/tegak/erect

1. Abdomen yang akan difoto tercakup dalam kaset dengan posisi


abdomen tercakup dalam kaset,
2. Pengaturan sinar :
- CR = vertikal diatas meja pemeriksaan/ mengikuti kemiringan tubuh
(bila ½ duduk)
- CP = MSP tubuh setinggi 2 jari diatas umbilicus .
- FFD = 100 cm - KV = 75 KV - mA = 200 mA - sec = 0,2– 0,4 Sec
- Pasang marker R/L
- Radiografer memberi aba-aba pada pasien untuk tidak bergerak
sampai pemeriksaan selesai dilakukan.

Proyeksi Lateral Left Decubitus (LLD)

1. Abdomen yang akan di foto tercakup dalam kaser dengan posisi pasien
tidur miring dengan bagian kiri menempel meja pemeriksaan,
sedangkan kaset berada di belakang badan pasien.
2. Pengaturan sinar :
- CR = Horizontal Tegak Lurus Kaset
- CP = pada sedikit diatas umbilikus / vert Lumbal 4-5.
- FFD = 100 cm - KV = 75 KV - mA = 200 mA - sec = 0,2– 0,4 Sec
- pasang marker R/L - Radiografer memberi aba-aba pada pasien untuk
tidak bergerak sampai pemeriksaan selesai dilakukan.
UNIT TERKAIT Instalasi Radiologi
FOTO RONTGEN SCHEDEL

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemeriksaan Radiografi Schedel adalah pemeriksaan radiografi tanpa media
kontras yang bertujuan untuk mengetahui kelainan patologis yang terjadi pada
daerah kepala

Sebagai acuan bagi pelaksana rontgen dalam melaksanakan pemeriksaan


TUJUAN
radiografi schedel.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Foto Rontgen Schedel di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR a. Persiapan pasien:


Instruksikan agar pasien menanggalkan benda-benda yang dapat
mengganggu gambaran radiografi kepala
b. Persiapan Alat
- Letakkan kaset pada posisi horizontal di meja pemeriksaan
- Letakkanlysolm yang berukuran sama diatas kaset
- Pasang marker pada kaset
- Atur faktor eksposi (kV, mAs)
 kV : 65 – 70
 mAs : 8,0 – 10,0
c. Posisi Pasien
- Supine di atas meja pemeriksaan
- Kedua bahu berjarak sama terhadap meja pemeriksaan
d. Posisi Obyek
- MSP kepala diatur pada mid line kaset
- IOML diatur tegak lurus dengan film
e. Central Point
Glabella
f. Central Ray
Vertikal tegak lurus film, FFD : 100 cm
g. Kriteria
- Tampak gambaran tulang-tulang wajah pada proyeksi AP
- Tampak kedua cavum orbita pada proyeksi AP

UNIT TERKAIT Instalasi Radiologi


FOTO RONTGEN CERVICAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemeriksaan dengan menggunakan sinar X pada tulang cervical. Sehingga
menghasilkan gambaran tulang cervical pada selembar film rontgen.

TUJUAN 1. Mengetahui anatomi tulang cervical.


2. Mengetahui apakah ada fraktur/patah tulang pada bagian tulang
cervical Untuk tindakan terapi selanjutnya sebelum perawatan.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Foto Rontgen Cervical di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Posisi pasien


Posisikan pasien dalam posisi tegak,dapat dalam posisi duduk/ berdiri
Posisi Anterior Posterior (AP)
a. Posisi Objek : pusatkan bidang sagital medial tubuh kegaris tengah grid,
atur pundak pasien searah horizontal untuk menghindari rotasi kepala dan
leher,pusatkan kaset mendatar dibawah ketinggian laryngeal,reganggkan
kepala pasien sehingga cukup untuk menghindari bayangan mandibula.
b. FFD : 90cm, CR : Cr tegak lurus, CP : tegak lurus keletak laryngeal.
c. Kriteria gambar : Tampak gambaran ossa cervical.

Hal yang perlu diperhatikan:

1. Selama melakukan tindakan atau pemotretan tergantung keadaan


umum pasien, jika posisi objek tidak dapat di lakukan berdiri maka
posisi film dan alat di buat posisi sinar vertikal.
2. Perlu diperhatikan dalam melakukan pencucian

UNIT TERKAIT Instalasi Radiologi

FOTO RONTGEN SINUS PARANASAL


(SPN)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

KLINIK UTAMA
00 1 / 1
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Pemeriksaan foto rontgen dari rongga sekitar hidung.

Untuk mengetahui kelainan patologis yang ada pada struktur sinus paranasal
TUJUAN
(SPN).

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Foto Rontgen Sinus Paranasal (SPN) di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Persiapan alat dan bahan

1. Kaset ukuran 24 x 30 cm
2. Pesawat rontgen
3. Lysolm grid/bucky table
4. Marker

Teknik pemeriksaan
Proyeksi Waters

1. Pasien berdiri tegak di depan bucky stand, mid sagital line sejajar
pada tengah bucky stand, kedua tangan ditekuk ke depan
2. Kepala diekstensikan atau ditengadahkan , dagu menempel bucky
stand, orbitomeatal line membentuk sudut 45 ° terhadap bucky stand
3. FFD 90 cm
4. CR horizontal tegak lurus
5. CP menembus occipital sampai acantio

UNIT TERKAIT Instalasi Radiologi

FOTO RONTGEN THORAX

No. Dokumen No. Revisi Halaman

00 1 / 1
KLINIK UTAMA
CAHAYA HUSADA

Ditetapkan oleh
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit : Direktur,
OPERASIONAL
Januari 2022
dr. H. Edi Hidayat, Sp.PD, FINASIM, CH, CHt,
CP.NLP
PENGERTIAN Foto rontgen thorax adalah   pemeriksaan radiologi tanpa media kontras yang
ditujukan untuk organ-organ thorax seperti jantung, paru-paru, trakea, bronkus,
diafragma, tulang costae dan kartilagonya, tulang scapula, clavicula dan
pembuluh aorta menggunakan sinar X..

TUJUAN 1. Sebagai pedoman kerja bagi petugas radiologi untuk mendapatkan hasil
radiografi thorax yang optimal.
2. Untuk memperlihatkan struktur morfologi organ-organ dalam rongga
thorax seperti jantung dan pembuluh darah besar, paru-paru, rongga
pleurae dan struktur organ lain dalam rongga mediastinum dan paru.

KEBIJAKAN SK Direktur Klinik Utama Cahaya Husada tentang Tentang Panduan


Foto Rontgen Thorax di Klinik Utama Cahaya Husada.

PROSEDUR Persiapan

      1. Pesawat rontgen yang sudah diatur kondisi kV dan mAs untuk
pemeriksaan thorax.

      2. Kaset / film dengan ukuran yang disesuaikan dengan objeknya.

      Marker sebagai tanda objek.

      3. Lead apron

      3. Lysolm grid


Tindakan

1. Pasien dipersilahkan melepas pakaian serta aksesoris (misal : kalung)


yang menutupi derah dada dengan memakai pakaian yang telah
disiapkan oleh petugas radiologi.
2. Petugas radiologi mempersiapkan alat yang akan dipergunakan dalam
pemeriksaan serta memberi tanda/ marker kanan/ kiri pada kaset yang
akan dipergunakan dalam pemeriksaan.

Posisi PA/AP

1. Posisi berdiri tegak menghadap kaset, kedua tangan diletakkan


didaerah kedua panggul dan kedua bahu mendorong scapula keluar
dari daerah paru. Untuk pasien yang lemah dapat meletakkan kedua
tangannya mengelilingi kaset.
2. Pasien menggunakan proteksi batas atas kaset terletak setinggi level
vertebrae C7. Batas lateral kolimasi berada di batas kulit dari iga
terbawah.
3. Pada pasien yang lemah, diambil posisi supine dengan kedua tangan
berada disisi samping tubuh atau diangkat mengelilingi kepala.

Posisi Lateral

1. Pasien posisi berdiri atau supine, dan posisi tubuh miring dengan
tangan ke atas. “Central beam” terpusat ±10 cm dibawah aksila.

Posisi Top Lordotik

1. Pasien berdiri ± 4 cm dari tiang penyangga, kemudian mencondongkan


bagian dada atas kebelakang kearah kaset dengan kedua bahu
dicondongkan kedepan dan kedua tangan diletakkan didaerah kedua
panggul.
2. Untuk bayi dan penderita-penderita  yang tidak dapat berdiri hanya
diperlukan foto dalam posisi berbaring (AP).
3. Pengambilan foto (Ekpose) dilakukan pada saat pasien inspirasi penuh
dengan diberikan aba-aba, untuk pasien-pasien yang non kooperatif
pengambilan foto dilakukan dengan melihat gerakan pernafasan pada
dada.

UNIT TERKAIT Instalasi Radiologi

Anda mungkin juga menyukai