Anda di halaman 1dari 84

It's okay, I'm fine

Hani Rismayanti
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Dilarang memperbanyak maupun mengedarkan buku dalam bentuk dan dengan
cara apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit maupun penulis.

Sanksi Pelanggaran Pasal 72


Undang-Undang No. 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta

1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan


perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau
Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda
paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,


mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
STOP !
BELI BUKU
BAJAKAN
it's okay, i'm fine

Penyusun: Diterbitkan pertama kali oleh:


Hani Rismayanti Ruang Karya Bersama

Alamat:
Editor:
- Jl. Martapura lama, Km. 07, RT. 07
Kecamatan Sungai Tabuk, Kelurahan
Penata Letak: Sungai Lulut, Kabupaten Banjar,
Afipah Kalimantan Selatan.
Telp. 0897-1169-692
Pendesain Sampul: Email: kirimnaskah@ruangkarya.id
Tim Ruang Karya
Hak cipta dilindungi oleh undang-unda

Cetakan Pertama September 2022

Copyright 2022
Hani Rismayanti
82 Halaman; 14 x 20 cm

Apabila menemukan kesalahan cetak dan atau kekeliruan informasi pada


buku ini, harap menghubungi Penerbit. Terima kasih
RUANG KARYA

“Berkarya selagi muda, bermanfaat selagi bisa.”


Sebuah Kata Pengantar

“Dan Kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan,


kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan
sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” (sesungguhnya
kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali untuk
dihisab).” (QS Al-Baqarah: 155-156)

Bismillahirrahmanirrahim, Segala puji bagi Allah yang


kasih Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dengan-Nya aku
dibimbing dan diberikan petunjuk untuk terus melangkah
meneruskan perjuangan ini. Hingga Allah menyuruh kita untuk
pulang. Karena “sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-
Nya kami kembali.” Maka dari itu Allah adalah sumber
kekuatan bagi hamba-Nya untuk bisa bertahan sejauh ini.
Selawat serta salam tercurahkan kepada manusia terbaik yaitu
kekasih-Nya Allah baginda Rasulullah salallahu‟alaihi
wassalam, teladan bagi seluruh umat manusia. Semoga Allah
berikan cinta mengalir tanpa batas kepada para sahabat dan
keluarganya.

Buku ini adalah sebagai apresiasi diri penulis, dalam


menukil hikmah kehidupan. Lewat buku ini juga penulis ingin
sharing bagaimana bertahan hidup dalam kondisi keterpurukan.
Sebab titik lemah itu adalah proses kita melangkahi setiap anak
tangga kehidupan demi mewujudkan impian yang akan kita

v
gapai. Meskipun kadang harus dibayang-bayangi oleh kelamnya
masa lalu. Yang membuat kita terngiang akan kesedihan dan
kecemasan di masa lalu. Maka dari itu penulis berharap lewat
buku ini pembaca bisa termotivasi menemukan titik balik nya
masing-masing, yaitu dengan bergegas menuju pengampunan
dan menggapai ridho-Nya Allah.

Hidup ini tentang menjalankan peran dengan versi terbaik


nya masing-masing. Teruntuk hidup yang kadang tak mudah
untuk selami. Percayalah jika kita tak belajar dari perjalanan itu,
mungkin kita tidak akan temukan diri kita mejadi sesabar dan
sekuat seperti sekarang ini. Sebab banyak alasan untuk kita
mengeluh tapi lebih banyak lagi pelajaran yang akan membuat
kita untuk terus tumbuh.

Kutipan surah di atas merupakan pijakan untuk buku ini


dibuat. Sebab dari beberapa tafsir para ulama surah itu
merupakan penguat untuk mereka yang mendapatlkan cobaan
secara fisik psikis ataupun mental. Bagi mereka yang imannya
kuat akan survive dalam keadaan tersebut, akan tetapi untuk
mereka yang jiwanya lemah ia akan tergilas oleh musibah itu.
Maka dari itu, buku ini hadir untuk mengajak pembaca untuk
terus menghujani hatinya dengan cahaya illahi. Sebab di balik
mental yang kuat pasti ada iman yang kokoh. Ketika iman yang
kokoh akan melahirkan amal yang terbaik.

Terimakasih sudah bersedia meluangkan waktu membaca


buku ini, untuk duduk meresapi setiap makna yang tetuang
dalamnya. Berkontemplasi dengan Allah mengeja hikmah dari
setiap kisah yang ada. Penulis sangat mengapresiasi untuk
pembaca yang sudah istiqomah membaca buku ini hingga
selesai.

vi
Semoga apa pun yang ada dalam buku ini tidak
meninggalkan apapun melainkan sebuah kebaikan yang
datangnya hanya dari Allah. Jika ada kesalahan maupun
kekurangan dalam buku ini, tentunya datangnya dari diri
penulis. Mohon maaf atas ketidaksempurnaan karya ini. Sebab
kesempurnaan hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala.

Semoga Allah selalu meridhoi dan merahmati setiap


langkah kaki kita dalam menuju jalan kebaikan. Aamiin!
Semangat, tetaplah berproses, berprogress dan terus tumbuh.

Hani Rismayanti

Oktober 2022

Di bumi Allah

vii
Daftar Isi

Sebuah Kata Pengantar ............................................................. v


Daftar Isi...................................................................................... viii
BAB I (Titik Terendah).............................................................. 1
A. Tuhan, Maafkan bukan kumenyerah, aku hanya lelah .... 1
B. Dihancurkan Ekspektasi .................................................. 4
C. Pura-pura kuat ................................................................. 8
D. Tertatih ............................................................................ 12
BAB II (Proses Menjeda diri) .................................................... 15
A. Titik Jeda ......................................................................... 15
B. Bahu Pilihan .................................................................... 18
C. Ada Harap dalam Futur ................................................... 21
D. Lekas Pulih ...................................................................... 25
BAB III (Proses Penerimaan Diri) ............................................ 29
A. Berdamai dengan Luka .................................................... 29
B. Melepaskan Untuk-Nya ................................................... 33
C. Manusia Terbatas, tapi Skenario Allah Tanpa Batas ....... 37
D. Mengeja Hikmah ............................................................. 41
E. Menikmati Kesulitan dan Mensyukuri
Ketidaksempurnan ........................................................... 44
BAB IV (Proses Titik Balik) ...................................................... 48
A. Memulai, Bangkit dari Keterpurukan .............................. 58
B. Memperjuangkan Keimanan ........................................... 51
C. Menteladani Sosok Manusia Terbaik .............................. 54
D. Menjadi Sebaik-baiknya Wanita Shalihah ...................... 57
E. Semakin Taat, Semakin Bermanfaat ............................... 65
Daftar Referensi.......................................................................... 71
Profil Penulis ............................................................................... 72

viii
BAB I

Titik Terendah

A. Tuhan, Maafkan Bukan Kumenyerah, Aku Hanya


Lelah
Setiap kita pasti pernah merasakan hidup terperosok
dalam jurang keterpurukan yang sangat gelap, ketakutan yang
menghantui, lemah atas ketidakberdayaan diri, atau hancurnya
kondisi fisik dan batin. Mungkin rasanya ingin keluar dari
situasi yang tidak mengenakan itu, tapi jangankan untuk
bangkit, untuk mengangkat diri dari tempat tidur saja, rasanya
sudah tak sanggup. Semakin melemahnya mental diri, justru
semakin tidak bergariah terhadap hingar-bingarnya dunia.
Gempuran ujian yang begitu berat, kegagalan hidup yang harus
dijalani. Membuatku mempertanyakan terhadap Sang Maha
Kuasa, apakah aku masih layak untuk berada di dunia ini? atau
kuakhiri saja?
Maaf, ya Rabb…bukan aku ingin menyerah, tapi
sepertinya aku sudah terlalu lelah. Dunia ini tidak terlalu baik
untukku, di saat orang lain sedang berjuang menggapai mimpi
nya, tapi diri ini justru terjebak dalam situasi yang gelap,

1
dipenuhi dengan berbagai tragedi dan traumatis. Rasanya
seperti sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Aku pun
berusaha menoleh ke arah luar, berharap ada seseorang yang
mampu membawaku pergi dari keadaan buruk ini. Kesedihan
berlarut membuatku sulit untuk bangkit, bahkan yang lebih
menyakit lagi, ketika orang-orang yang sangat aku cintai,
mereka jutrsu memilih untuk pergi meninggalkan rumah,
meninggalkanku seorang diri dengan kondisi mental yang cacat.
Kadang hati bertanya,” kenapa harus aku ya Rabb?” jangan
bersedih, sekalah air matamu “Because you are strong Allah
Knows how capable you are.”
Saat berkali-kali melakukan percobaan mengakhiri hidup,
tanpa disadari pertolongan Allah selalu hadir. Setelah ditafakuri
betapa Maha Penyayang Allah terhadap mahluk-Nya. Nanum,
sayangnya manusia kadang terlalu naif untuk menyadari
kebaikan Rabb-nya, bahkan seringnya ketika manusia diberikan
nikmat, justru ia malah lupa sehingga kufur atas kenikmatan-
Nya. Padahal Allah sudah melarang hamba-Nya untuk tidak
mengakhiri hidup. Karena sudah jelas Allah menyayangi
hamba-Nya, akan tetapi yang dicintainya justru meragukan
kasih sayang-Nya.
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu,
sesungguhnya Allah adalah Maha peyayang kepadamu. “(QS.
An-Nisa: 29)

2
Jangan sedih, memang dunia ini adalah tempatnya lelah.
Karena sesungguhnya tidak ada kebahagiaan yang abadi di
dunia ini. Mungkin hanya perlu sedikit saja bersabar dan
menglapangkan hati, agar kamu beruntung.
“Jangan kamu bersifat lemah dan jangan pula kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling
tinggi derajatnya jika kamu orang yang beriman.” (QS. Ali-
Imran: 139)
Bukan tak boleh sedih atau kehilangan harap, bahkan
seorang perempuan suci terbaik sepanjang masa pun bisa
depresi. Ketika beliau harus diasingkan dan diusir oleh
masyarakat di kotanya karena dianggap sudah melahirkan
seorang anak dari hasil perzinaan. Sedangkan kita tahu sendiri
bahwa bunda Maryam binti Imran ini, jangankan berzina
disentuh pria sedikit pun tak pernah. Malaikat Jibril pun datang
untuk menghibur saat melihat Maryam r.a. sedang sedih dan
putus asa, “jaganlah bersedih, Allah telah menyiapkan anak
sungai dan kurma untukmu, makan, minum dan bersenang
hatilah.”
Jika kamu merasa gagal, dan ingin menyerah. Lalu
bagaimana dengan Nabi Musa a.s. yang berjuang untuk
umatnya yakni para kaum bani Israil. Akan tetapi beliau tidak
mampu membawa umatnya untuk taat pada Allah, yang ada
justru diingkari, tidak dihargai, bahkan diancam akan dibunuh.

3
Ketika sedih itu terus mendera, menangis seharian hingga
melontarkan prasangka buruk pada Allah. Lalu bagaimana
dengan Nabi Yakub a.s yang menangis hingga matanya buta.
Karena harus kehilangan anak kesayanganya yakni Nabi Yusuf
a.s. akan tetapi beliau tak pernah sedikit pun berprasangka
buruk terhadap takdir Allah. Justru yang ada lisan beliau tidak
berhenti untuk merintih dan berdoa ke pada Allah.
Memang tak jarang, langkah kaki terlalu lelah untuk
melangkah jauh. Tetapi itu bukan menjadi alasan dirimu untuk
berhenti dan melangkah mundur. Justru keterpurukan ini
jadikanlah titik balik untuk dirimu bangkit, dan lebih dekat
dengan Sang Pencipta. Tak apa jika lelah, beristirahatlah
sejenak, akan tetapi jangan pernah sekali pun untuk menyerah.
Berjanjilah untuk tidak menyalahkan dirimu lagi.

B. Dihancurkan Ekspektasi
Awal dari sebuah gerbang kekecewaan adalah ketika
dirimu menaruh harapan tinggi terhadap sesuatu yang belum
pasti. Kadang memang realitas tidak seindah apa yang kita
harapkan. Begitupun ketika menaruh ekspektasi pada mahluk,
maka bersiaplah untuk kecewa. Karena pada dasarnya manusia
adalah mahluk dengan segudang tidaksempurnaan. Dimana jika
kita menaruh harapan besar terhadapnya, maka konsekuensi nya
adalah sebuah kekecewaan mendalam. Seperti yang Ali bin Abi

4
Thalib katakan, “Aku sudah merasakan semua kepahitan hidup,
dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia.”
Begitupun dengan hidup, kita berharap ingin
mendapatkan kehidupan yang bahagia. Namun nyatanya, hidup
adalah tentang perjuangan. Allah mengutus Nabi Adam a.s
untuk tinggal di bumi, semata-mata untuk memperjuangkan
keimananya dengan beribadah kepada Allah. Karena, tempat
tinggal sesungguhnya manusia adalah akhirat nanti. Namun,
syaitan pun dengan segala kedengkian terhadap manusia tidak
akan rela begitu saja, melihat manusia bisa beribadah secara
khusyuk kepada Allah. Syaitan tahu bahwa mahluk yang paling
tinggi derajat nya adalah manusia. Maka, Syaitan akan terus
membawa manusia kepada kubang kesesataan.
Bisikan syaitan, akan membawa kita ke dalam
kebahagian semu dunia, dimana ketika kita diuji oleh Allah,
kita akan merasa hancur dan merasa tidak adil atas segala
ketetapan yang Allah berikan. Itulah memang misi syaitan
terhadap manusia, menaruhkan ekspektasi lebih terhadap
kebahagiaan dunia. Padahal para ulama terdahulu
berkata,“Dunia adalah penjara bagi orang-orang yang
beriman.” Maka janganlah menaruh ekspektasi berlebih
terhadap dunia. Jika, kenyataan hidup tidak sesuai dengan
harapanmu. Maka, kembalikahlah semuanya kepada Allah,
bahwa ini adalah ketetapan terbaik-Nya.

5
Sebagaimana manusia umumnya, diri inipun seringkali
kecewa atas ketetapan yang ada. Padahal Allah Maha
Mengetahui atas segala kebutuhan mahluk-Nya, sedangakan
manusia tidak. Namun sering kali, kita sebagai manusia sok
tahu mengenai apa yang terbaik untuk dirinya. Mungkin bisa
jadi dari setiap ketetapan yang tidak sesuai itu, ada kebaikan di
dalamnya. Karena manusia adalah mahluk dengan segala
keterbatasanya.
Mungkin kita harus belajar dari perjalanan perjuangan
Rasulullah yang pernah ditolak oleh penduduk Thaif. Berharap
penduduk Thaif bisa menerima dakwahnya beliau, disaat semua
orang menolaknya. Namun beberapa bulan sebelumnya, masih
di tahun yang sama Rasulullah kehilangan paman yang di
cintainya, yang membela, dan melindungi jalan dakwahnya.
Yang lebih membuat rasulullah sedih yakni Abu Thalib r.a
harus meninggal dalam keadaan belum beriman.
Kemudian selang 2-3 bulan berikutnya, yakni Ummul
mukminin, Siti Khadijah wanita yang paling di cintainya, paling
pertama beriman dan mempercayai Rasulullah di saat semua
orang tidak mempercayainya. Dialah Khadijah r.a yang
membela dan membenarkan dakwah Rasulullah disaat semua
orang menghakiminya. Serta Dialah Khadijah r.a yang
menyerahkan seluruh harta dan kedudukanya demi membantu

6
Rasulullah memperjuangkan agama Allah, lalu Khadijah r.a pun
meninggal.
Selepas, kepergian keduanya membuat Rasulullah
semakin diperlakukan tidak baik oleh para penduduk mekkah,
dan beberapa kali mengalami ancaman pembunuhan. Hingga
akhirnya Rasulullah hijrah ke kota Thaif berharap ada orang
yang mampu menerima dakwah nya kembali. Namun
sebaliknya, alih-alih mendapatkan penerimaan baik, justru
Rasulullah mendapatkan pengusiran, hingga dilempari batu oleh
para penduduk Thaif. Betapa sedih Rasulullah kala itu,
mendapati harapannya tidak sesuai dengan kenyataan. Di bawah
pohon anggur beliau beristirahat, tempatnya tidak jauh dari kota
Thaif, Rasulullah pun bermuhasabah diri mengakui kelemahan
dirinya yang belum mampu dalam berdakwah.
Sebenarnya Rasulullah tidak peduli terhadap perlakukan
buruk yang beliau dapatkan, akan tetapi hanya satu yang
Rasulullah takutkan yakni Allah marah dan murka kepada
penduduk Thaif. Bahkan Jibril pun dan para malaikat penjaga
gunung Akhsyabaini menawarkan untuk menjatuhkan gunung
tersebut kepada penduduk Thaif, akan tetapi Rasulullah
menolaknya. Saking sayangnya Rasulullah kepada umatnya,
Rasulullah tidak ingin melihat umatnya disiksa. Justru yang ada
beliau berdoa supaya dari sulbi-sulbi mereka lahir keturunan
yang ahli Tauhid. Pelajaran penting yang perlu di garis bawahi

7
dari kisah tersebut, adalah bagaimana sikap kita di saat
menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan.
Baiknya kita bermuhasabah diri, menyerahkan semuanya
kepada Allah, ikhtiar mewujudkan harapan tersebut, masalah
hasil yang tidak sesuai dengan kenyataan nantinya, biarkan saja
sebab itu sudah termasuk ke dalam hak prerogatif Allah.
Fokusnya adalah bagaimana memaksimalkan ikhtiar kita.

C. Pura-pura Kuat

Dia yang terlihat kuat, padahal sedang runtuh.


Dia yang selalu tertawa paling keras, padahal dia yang sedang
banyak masalahnya.
Dia yang selalu diam padahal sedang ramai di kepalanya.
Terimakasih sudah bertahan, tetaplah kuat walaupun sendirian.

Dunia ini menuntut kita untuk terus bergerak, berputar


tanpa henti. Membuat kita lupa, untuk menjeda diri. Sebab
keadaan ini memaksa kita untuk terus berjalan, dan menuntut
kita untuk selalu terlihat kuat, seolah semuanya baik-baik saja.
Menjadi pura-pura kuat adalah senjata diri paling muntahir

8
untuk menutupi segala rasa pelik di hati. Karena dengan
memalsukan senyuman mungkin lebih baik, daripada
menjelaskan semua rasa sakit. Ketidakperdayaan diri membuat
kita sulit untuk berkata jujur kepada keadaan. Padahal tak apa
sekali saja berkata jujur pada keadaan, jikalau dirimu sedang
tidak baik-baik saja.
Bukannya tidak apa-apa bersedih?
Mengapa selalu berpura-pura kuat?
Bukankah itu melelahkan?
Di kala sedih itu datang maka menangislah. Tak
mengapa, tapi tolong jangan biarkan sedih itu terlalu lama
singgah. Karena hatimu pun perlu ruang untuk bahagia. Dalam
presfektif islam menangis itu bukan berarti kamu lemah,
cengeng maupun rapuh. Seperti dalam surah An-Najm ayat 43
Allah menjelaskan bahwa tidak mengapa jika kita menangis.
“Dan bahwasanya Dialah (Allah) yang menjadikanya
orang tertawa dan menangis.” (Q.S An-Najm: 43)
Adapun menurut tafsir afsir as-Sa'di atau Syaikh
Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, yang merupakan pakar tafsir
abad 14 H yang menjelaskan:
“Dan bahwasanya Dia-lah yang menjadikan orang
tertawa dan menangis.” Dia-lah yang membuat sebab-sebab
tertawa dan sebab-sebab menangis, yaitu kebaikan, keburukan,

9
kesenangan, kebahagiaan, duka, dan kesedihan. Dan Allah
memiliki hikmah yang tinggi dalam hal itu.”
Dalam konteks ini, islam menganjurkan untuk lebih
banyak menangis daripada tertawa.
“Menangislah kalian semua. Dan apabila kamu tidak
dapat menangis maka pura-pura menangislah kamu.” (HR.
Ibnu Majah dan Hakim)
Akan tetapi menangis seperti apa yang dianjurkan?
Menangis yang dimaksudkan kedua hadits dan surah tersebut
yakni alasan menangis ini karena merintih berdoa kepada Allah,
maupun menangis karena rasa takut kepada Allah. Saking
dasyatnya deraian air mata seorang muslim yang beriman,
hingga Allah janjikan tidak akan tersentuh oleh api neraka.
“Ada dua mata yang tidak akan disentuh oleh api
neraka. Yaitu mata yang menangis dipertengahan malam
karena takut kepada Allah dan mata yang terjaga di jalan
Allah.” (HR. Tirmidzi)
Menangislah, berhentilah untuk berpura-pura kuat.
Terima saja semua perasaan itu, sadarilah bahwa perasaamu itu
valid. Jadikanlah tangisan itu menjadi tangisan yang
mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Namun janganlah
berlarut, mendramatisir kesedihan itu, semoga tangisan itu
menjadi lecutanmu untuk bisa lebih baik lagi. Berat memang,
bukan berarti Allah tidak tahu kamu penat, akan tetapi Allah
tahu kamu itu kuat.

10
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesangggupanya.” (Q.S Al-baqarah: 286)
Dalam hidup ini ada hal-hal yang dapat kita kendalikan
dan ada hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan. Maka
fokuslah kepada hal-hal yang dapat kita kendalikan saja seperti
pikiran sendiri, batasan sendiri, tindakan sendiri, dan lain
sebagainya. Karena jika kita memfokuskan kepada hal-hal yang
di luar kendali kita, maka itu akan membuat kita semakin stress,
cemas memikirkan komentar dan sikap orang lain terhadap kita.
Karena hal-hal di luar dari kendali kita, itu bukan
tanggung jawab kita. Lakukan saja apa yang menurut Allah baik
sesuai dengan batas kemampuan kita. Karena kita pun memiliki
hak untuk tidak mempedulikan hal-hal yang diluar dari batas
kendali kita itu.
Mulai saat ini mari kita berlajar memaafkan, dan
belajarlah untuk mengatakan “tidak” serta belajar unuk speak
up ketika diri merasakan ada hal-hal yang tidak nyaman atau
merasa tersakiti.
Sayangilah dan jujurlah pada diri sendiri, untuk tidak
pura-pura kuat lagi, berikan porsi secukupnya untuk diri.
Karena pointnya adalah terletak pada pengendalian emosi kita
yang baik dan memiliki kendali penuh atas diri sendiri.

11
D. Tertatih
Menurut kalian lebih puas mana ketika ingin melihat
keindahaan puncak gunung, dilewati melalui proses pendakian
dari bawah atau diantar langsung oleh helikopter naik ke atas?
Untuk kalian yang menyukai sebuah proses, pasti akan setuju
denganku yakni dengan mengambil jalan lewat proses
pendakian. Meskipun dibalik pendakian itu harus melewati
terjalnya perjalanan, tetapi akan selalu ada semangat yang
menguatkan. Walaupun harus tertatih, tapi tetap saling
menopang dan mengingatka, “Bertahanlah, sebentar lagi” Lalu
ketika melihat keindahaan dari atas puncak, pasti akan timbul
perasaan yang memuncak. Seraya berkata “This is what I
promised you about, we finally here.” Rasa bahagia nya pun
akan terasa berbeda.
Begitu pula seperti halnya menapaki kehidupan yang
terasa berat meskipun harus dilewati dengan tertatih, aku yakin
pasti selalu ada hikmah dari setiap prosesnya. Tergantung
bagaimana kita bisa kuat atau tidak, yang terpenting harus
dibarengi dengan penyempurnaan ikhtiar. Tak apa jika
langkahmu tidak secepat mereka, tak usah tergesa-gesa
untuk menyamakan langkah. Nikmati saja setiap
prosesnya, karena tolak ukur sebuah kesuksesan bukan
dari seberapa cepat dan seberapa banyak penghargaan

12
yang kita dapatkan. Tapi ini tentang bagaimana kita
memaknai proses.
Seperti halnya, Rasulullah yang harus tertatih dalam
perjalanan dakwahnya, melewati berbagai cobaan dan
rintangan, dari pengusiran, penghinaan, bahkan hingga
pengacaman pembunuhan. Tetapi itu semua tidak sama sekali
menyurutkan semangat beliau dalam mengeban dakwah.
Prosesnya beliau lewati dengan penuh kesabaran dan ketabahan.
Lalu bagimana dengan Uwais Al-Qarni lelaki miskin,
yatim yang mempunyai penyakit belang, akan tetapi namanya
diperbincangkan oleh para malaikat karena baktinya kepada
ibunya. Dia rela mengurus ibunya yang lumpuh dan
menggendong ibunya saat haji. Betapa berat nya menjadi Uwais
Al-Qarni kala itu, di saat orang-orang seusianya, sibuk dengan
kesenangan kehidupan remaja. Dia harus tertatih berjuang
mengorbankan masa mudanya demi berbakti kepada sang ibu.
Pantas saja, Allah janjikan surga, memang dia layak
mendapatkannya.
Jika di saat sulitnya melewati cobaan sendiriaan,
setidaknya bersamailah mereka yang shalih. Yang dimana saat
dirimu terpuruk, nasehat nya menguatkanmu. Disaat mereka
menghafal Al-Qur‟an, keberkahannya turun untukmu. Boleh
jadi, saat kamu bersamai mereka yang shalih ada doa-doa yang
dilangitkan untukmu, agar sesantiasa istiqomah di jalan Allah.

13
Karena syafaat yang kita dapatkan pun banyak sekali.
Setidaknya mereka menjadi rem untuk kita, disaat kita akan
melaju kencang mengejar kemaksiatan.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya,
dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapatkan
keberuntungan.” (Q.S Al-Maidah: 35)
Semua adalah tentang proses dan perjuangan, entah itu
perjuanngan menapaki kehidupan atau perjuangan proses
pemulihaan jiwa. Aku hanya ingin menyampaikan ini, untuk
kamu yang sedang berjuang, kamu adalah sesorang yang sangat
kuat karena berhasil melewati hari ini dengan baik meskipun
harus dilewati dengan tertatih-tatih. Berharap esok ada suatu
keadaan dimana kamu bisa tertawa lepas dan mesyukuri
keadaan itu dengan senyuman lega, yang kamu bagikan kepada
lingkungan sekitarmu. Namun, jika terjadi sebaliknya. Semoga
dengan itu mampu membuatmu menjadi manusia yang lebih
kuat dan bijak dalam menyikapi dari setiap keadaan. Dikuatkan
untuk jiwa dan pundaknya dalam menopang setiap beban,
dilembutkan hatimu untuk menerima seburuk-buruknya
keadaan, dan dijernihkan pikiranmu untuk tetap berbaik sangka
kepada Allah.
Beristirhatlah. Semoga dalam lelapmu, Allah bisikan
“wahai hambaku, Betapa aku menyayangimu.”

14
BAB II

Proses Menjeda diri

A. Titik jeda
Kadang kita perlu untuk memberikan ruang kepada diri
sendiri, entah itu untuk muhasabah atau sekedar rehat dari
penatnya hiruk-pikuk dunia yang melelahkan. Take your time,
ambillah jeda untuk dirimu, beristirahatlah sejenak sebelum kita
memulai lagi. Menurut Tere liye lewat karya beliau di media
sosila menyebutkan, “Kadang kita hanya butuh untuk sendirian
dulu untuk memikirkan banyak hal. Menenangkan diri,
kemudian semangat lagi.”
Mungkin kita perlu berhenti sebentar, untuk melupakan
masa lalu atau mencemaskan masa depan. Bahkan dari manusia
yang kadang menuntut kita untuk bermain peran. Sebab itu
semua ternyata berhasil membuat kita kelelahan, dimana energi
kitapun terkuras habis. Maka jadikanlah titik ini sebagai
moment untuk kamu menjeda diri, menghabiskan waktu untuk
berbicara pada diri sendiri atau sekedar mendengarkan isi hati.
Menyadari bahwa ada banyak keindahan hidup dalam setiap
detiknya yang sudah kita lewatkan.

15
Semakin dewasa, kita akan lebih sering bertemu dengan
rasa sedih, takut, sesak, kecewa, malu, insecure, dan
overthingking, tapi gak apa-apa. Karena ketika kita mampu
melewati masa-masa itu, karena ketika kita dihadapi dengan
rasa sakit itu pertanda kita sedang bertumbuh. Mari kita terima
dengan tenang setiap prosesnya. Sebab, jika proses itu tidak
kamu terima, maka ketika kegagalan itu datang keadaan akan
terus membentuknya.
It’s okay, jangan terlalu menyiksa diri, pelan-pelan saja.
Memang kadang kita terlalu berpacu dengan waktu dan fokus
dengan mengejar ketertinggalan lewat standar hidup orang lain.
Padahal pencapaian kehidupan orang lain itu, bukanlah tolak
ukur kesuksesanmu. Karena hidup itu bukan tentang
perlombaan. Setiap kita akan selalu berproses dengan caranya
masing-masing. Tidak ada yang lebih unggul dari siapa, karena
semua akan mencapai garis finisnya masing-masing. Ini bukan
tentang perlombaan, yuk fokus dengan target-targetmu.
Semangat ya kamu. Take it slow and easy going saja.
Nikmati setiap prosesnya, sebab disetiap proses akan
selalu ada pembelajaran, jika dipercepat mungkin Allah ingin
kita bersyukur, tapi jika diperlambat mungkin Allah ingin kita
bersabar. Lebih baik terlambat tapi kearah yang tepat,
daripada berjalan cepat tapi tersesat. Berhenti mencemaskan
tentang apa yang sudah Allah gariskan karena tidak mungkin

16
tertukar, apa yang sudah Allah takar. Jadikanlah titik jeda ini
sebagai proses menkaji diri, menterjemahkan setiap hikmah
perjalanan hidup.
Proses menjeda diri, merupakan proses penenangkan diri,
memilih waktu terbaik untuk pemulihan jiwa. Mengistirhatkan
fikiran berdialog dengan Sang Maha Kuasa berkeluh kesah dari
lelah dan penatnya dunia. Karena apapun yang sudah
dipatahkan dunia, pemyembuhnya adalah Dia, (Allah) Sang
Maha Kuasa pemilik dunia dan isinya. Tidak ada hidup tanpa
masalah dan tidak ada perjungan tanpa rasa lelah.
Pada akhirnya, kita mengerti bahwa proses menjeda diri
adalah proses mengenal diri, yaitu lewat bermuhasabah dan
pengharapan kita terhadap rahmat-Nya Allah.
Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang
melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang
Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Q.S. Az-Zumar: 53)
Sepertiga malam adalah waktu terbaik untuk menjeda
diri berdialog dengan Sang Maha Kuasa, mensyukuri atas
segala nikmat Allah dan meratapi setiap dosa yang dilakukan,
menyadari atas kelemahan diri, dan mempasrahkan semua
takdir kepada Sang Illahi. Semoga Allah karuniakan hati yang
selalu merasa cukup terhadap kenikmatan dunia dan selalu

17
merasa kurang dalam kepentingan akhirat. Sebab untuk mereka
jiwa-jiwa yang tenang akan selalu berprangka baik dan akan
terus mengingat Rabb-Nya.

B. Bahu Pilihan
Ketika sudah tidak ada bahu lagi untuk bersandar, tenang
saja masih ada lantai, untuk kita bersujud. Padahal Allah selalu
mengingatkan kita dengan Hayya’alal Fallah bahwa jarak
kemenangan tidak jauh di antara kening dan sajadah. Menurut
Ustaz Azdni Nawawi mengatakan, “Ujian itu sesuai level
imanmu. Karena Allah tidak mungkin dzalim. Pohon yang
besar, selalu di terpa angina yang kencang. Jika tidak siap
untuk menjadi pohon yang besar, maka jadilah rumput yang
hidup di bawah pohon, tapi selalu diinjak orang.”
Di balik bahu pilihan Allah, terdapat tanggung jawab
yang sangat berat untuk dipikul. Setiap kita sedang berjuang
dengan ujiannya masing-masing. Allah sudah memberikan ujian
kepada hamba-Nya sesuai dengan porsi kemampuannya. Jikalau
ujianmu teramat berat, maka bersyukurlah, karena Allah sudah
mempercayai kita untuk mengemban amanah Allah lewat ujian
tersebut. Orang beriman harus yakin prihal konsep tawakal,
bahwa dalam kesulitan pasti ada kemudahan. Ini sudah tertuang
dalam surah Al Insyirah ayat 5 Allah berfirman:

18
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan” (Q.S. Al-Insyirah: 5)
Tak jarang saat kita mengemban amanah berat ini, kita
berkali-kali mengalami kegagalan menumbangkan semangat
juang. Kesuliatan menafsirkan maksud cobaan yang Allah
berikan tak jarang membuat kita ingin menyerah. Ketika Allah
berikan kenikmatan pun tak jarang membuat kita melalaikan
syukur. Seketika merenung, bukankah ini belum seberapa? Apa
kabar mereka yang diberikan bahu-bahu kuat untuk membela
agama Allah, berjuang hingga titik penghabisan untuk
membebaskan Baitul maqdis.
Lalu bagaimana, dengan Muhamad Al Fatih yang Allah
titipkan Hagia Shopia kepadanya setelah 700 tahun harus
menunggu. Karena tak ada satupun orang yang mampu
menaklukan konstatinopel yang mana Hagia Shopia terdapat di
dalamnya. Namun, kemegahan Hagia Shopia tidak membuat
Muhamad Al-Fatih congkak, justru yang ada Muhammad Al-
Fatih sujud dan merunduk, mengagungkan nama Allah.
Muhammad Al-Fatih paham bahwa semua kemenangan yang ia
dapati adalah titipan dari Sang Maha Kuasa.
Beda halnya dengan kita ketika melihat kebahagian orang
lain, hati bergumam takjub “wah enak ya jadi dia” di balik
ketidaktahuan kita ada banyak ujian berat yang orang tersebut
hadapi. Bisa jadi orang tersebut tidak menampaknya. Sebab

19
mereka pandai bersyukur, tapi kita hanya pandai mengukur.
Kalau kata Ustaz Muhammad Nuzul Dzikri “Manusia itu
seringkali merasa hidupnya berat, karena ia mengurusi urusan
yang sebenarnya sudah menjadi urusan Allah.”
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami
menambahkan nikmat kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-ku
sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Untuk memiliki bahu yang kuat itu, perlu waktu, diuji
berkali-kali, dan perlu kesabaran tanpa henti. Kadang memang
kita harus terbentur dulu, untuk terbentuk. Percayalah bahwa
Allah tidak akan pernah salah memilih bahu yang kuat. Hanya
perlu bersabar sebentar saja. Syaikh bin Biz bernasihat
“Janganlah membenci sesuatu yang Allah pilihkan untukmu.
Sebab setiap musibah itu pasti dibalas, setiap sakit akan
diganjar, setiap hilangmu akan diganti, kebaikan tidak datang
kecuali setelah kamu berprasangka baik” Maka berprasangka
baiklah!
Tugas kita sekarang adalah menyiapakan ketakwaan
dalam menerima setiap ujian itu dengan sabar dan Shalat.
Janganlah meminta diringankan ujian, tapi berdoalah pada
Allah untuk dikuatkan bahunya. Karena di balik bahu yang
kuat terdapat manusia hebat dan jiwa yang kuat. Coba

20
tepuk bahumu berikan afirmasi positif ucpakan pada diri
“Terimakasih sudah kuat, kita berjuang sama-sama lagi ya.”

C. Ada Harap dalam Futur


Kondisi futur adalah tak kala seorang muslim sedang
mengalami penurunan semangat dalam beribadah, maupun
kehilangan energi untuk mengerjakan amal shalih. Penyakit
futur ini biasanya ditunggangi oleh syaitan, yang membuat
orang menjadi lebih malas untuk mengerjakaan ketaatan. Selain
itu biasanya juga futur ini disebabkan karena dosa-dosa kecil
yang tidak terasa, tapi jika dibiarkan begitu saja, tanpa
penanggulangan ini akan menumpuk menjadi dosa yang besar.
Bahkan di zaman Rasulullah ada salah satu sahabat yang
mengerjakan dosa kecil yang tidak ia ketahui ternyata mampu
melewatkan ia dari 40 hari tanpa Shalat malam.
Futur ini, salah satu sebab lemahnya iman, kondisi di
mana seseorang mengalami titik jenuh maupun bosan dalam
mengerjakan ketaatan. Para ulama menjelaskan hal ini
merupakan hal yang manusiawi, karena hati manusia mudah
untuk dibolak-balikan. Namun, jika futur tersebut dibiarkan
begitu saja akan membahayakan ketakwaan kita, dari
menurunnya kualitas ibadah, hingga menghilangkan keimanan
kita kepada Allah. Beda halnya dengan orang-orang yang
mukmin, mereka tidak akan rela jika waktunya terbuang untuk

21
hal yang sia-sia yakni dengan berdiam tanpa melakukan amal
shalih. Seperti Rasulullah selalu berdoa kepada Allah meminta
untuk dijauhkan dari rasa malas. Karena rasa malas ini salah
satu sebab terjadi penyakit futur tersebut.
“Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu
dari rasa malas….” (H.R. Bukhari)

Adapun beberapa penyebab futur lainnya menurut Ustaz


Dr. Khlid Basalamah, Lc. MA. yakni diantara nya:
1. Futur sebab lemahnya iman, karena faktor titik jenuh
dalam beribadah, kemudian syaitan menggoda, maka
perlunya kita mempertahankan konsistensi ibadah kita,
jika merasa lelah selingkan istirahat, berikan porsi yang
seimbang antara kebutuhan tubuh dan waktu beribadah.
Ketika merasa bosan dalam mengerjakan beribadah
makan variasikanlah amalan ibadah tersebut contohnya
dengan mengaji, Shalat sunnah, berkumpul bersama
orang shalih, sedekah, atau amalan wajib lainnya.
2. Hati yang masih bercabang antara dunia dan akhirat,
mudah menurunnya keimanan seseorang karena
meningkatnya ambisi dan prioritas dia terhadap dunia,
fokus hidupnya teralihkan kepada dunia. Padahal jika kita
memilih akhirat sebagai tujuan penghidupan kita dunia
pun akan mengikuti. Harusnya kita memfokuskan hidup

22
kita untuk akhirat, di mana setiap kita melakukan amalan
di dunia ini, semata-mata untuk beribadah meminta
ridho-Nya Allah untuk bekal kita di akhirat nanti.
3. Malasnya seseorang menambah ilmu agama, sehingga
dia tetap berada dalam posisi yang sama tidak
meningkatnya kualitas keimanannya. Seperti malas
mengaji, membaca buku dan lain sebagainya.
4. Menganggap remeh amal shalih, tidak memaksimalkan
ibadah entah itu ibadah wajib maupun ibadah Sunnah.
Padahal anggaplah setiap kita beribadah itu adalah
amalan terakhir kita, sehingga kita bisa memaksimalkan
ibadah kita itu.
5. Berada dalam circle pergaulan yang buruk, berada
dalam pergaulan yang fasik dapat membuat bentrok hati
kita, keadaan mengajak kita berbuat maksiat namun hati
berkata tidak. Maka, jika keimanan kita belum mampu
untuk berada dalam lingkungan seperti itu, baiknya kita
jauhi, dan jangan sekalipun membuka pintu kemaksiatan
itu.
Lalu bagaimana cara kita menghindari penyakit futurlah
itu, Paksaan ibadah, jika itu pun masih terasa berat karena
menghabiskan energi, cobalah untuk dzikrullah, karena dengan
mengingat Allah hatimu akan menjadi tenang dan itu mudah,
tidak membutuhkan banyak energi.

23
“Orang-oarang yang beriman dan hati mereka menjadi
tentram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah hanya
dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.” (Q.S Ar-
Ra‟du:28)
Cobalah ingat kembali bagaimana nikmatnya iman awal
mula hijrah.
Cobalah ingat kembali bagaimana sulitnya
memperjuangkan keimanan saat hijrah dulu.
Cobalah ingat kembali betapa semangatnya dulu,
mendatangi semua majelis ilmu.
Cobalah ingat kembali berapa banyak pengorbanan yang
dilakukan untuk berrhijrah.
Jika air mata hijrah itu mengering dan hilang, cobalah
ingat kembali bagaimana awal kali air mata hidayah
menyapamu. Karena, kondisi futur akan membuat kita berjuang
dua kali lipat untuk menumbuhkan semangat ketaatan itu lagi.
Namun, jika keterpurukan dan luka membuat kita futur.
Jangan bersedih, akan selalu ada harap untuk kita bisa
bangkit lagi.
Janganlah pernah sedikitpun untuk putus asa dari rahmat
Allah.
Jangan biarkan syaitan mengambil cela untuk
membisikan gangguan kepada kita lagi.

24
Karena ada harap dalam futur untuk kita menjadi
manusia yang jauh lebih baik lagi. Meskipun harus dengan
merangkak, tak apa lakukanlah, tapi berjanjilah untuk tidak
berhenti melangkah. Karena Allah akan selalu membuka tangan-
Nya bagi hamba-Nya yang medekati-Nya. Rasulullah
Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman; Kalau seorang
hamba mengingat-Ku di dalam dirinya, Aku akan
mengingatnya di dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di
dalam angan-angannya, Aku akan mengingatnya dalam
angan-Ku yang lebih dari angannya. Jika ia mendekat
kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta.
Jika ia mendekat kepada-Ku sejauh satu hasta, Aku akan
mendekat kepadanya satu depa. Dan jika ia berjalan
mendekati-Ku, Aku akan berlari mendekatinya.” (H.R.
Bukhari dan Muslim)

D. Lekas Pulih
Kalian pernah mendengar tidak tentang moto ini “Di
balik tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat.” Banyak sekali
orang yang tubuhnya sakit, faktor utama dari sakit tersebut
yakni karena jiwa atau kalbunya juga sakit. Penyebab jiwa yang
sakit ini karena mental yang rapuh, pikiran yang tidak jernih,
batin terluka hingga emosi yang tidak terjaga. Hal tersebut

25
merupakan pemicu terjangkitnya penyakit hati. Rasulullah
sallallahu alaihi asallam bersabda:
“Ketahuilah, bahwa dalam tubuh manusia terdapat
segumpal (daging), yang kalau segumpal daging itu baik
maka akan baik seluruh (anggota) tubuhnya, dan jika
segumpal daging itu buruk maka akan buruk seluruh
(anggota) tubuhnya), ketahuilah bahwa segumpal daging itu
adalah hati (manusia).” (HR. Bukhari)
Karena hati yang muthmainnah itu akan lebih dekat
dengan cahaya Allah. Hati yang muthmainnah merupakan hati
yang bersih yang selalu bertobat kepada Allah, berjalan dengan
penuh percaya diri menuju syurga-Nya Allah. Akan tetapi jika
cahaya itu redup, hidupkanlah kembali jangan biarkan
terperosok dalam kubang kegelapan. Meskipun ini tidak mudah,
tidak apa-apa bertahanlah. Teruslah untuk mengulang doa, agar
dengan-Nya kita dibimbing, kita dicukupi dan kita dijaga.
Doa adalah amal, disebut juga “Qoulan Tsaqilan”
maksudnya adalah perkataan yang ringan dalam pengucapan
tetapi berat dari segi pemaknaan dan pengalaman di dalamnya.
Lewat energy doa yang kita lesatkan akan berdampak baik bagi
yang berdoa maupun orang yang kita doakan. Sebab lewat doa
kita bisa menguraikan setiap isi hati yang pelik, atau sekedar
harapan yang ingin terkabul. Semuanya bisa disalurkan lewat
doa, maka jiwa pun akan lekas pulih.

26
Karena self healing yang terbaik bagi seorang muslim
adalah healing yang tidak menjauhkan ia dari Rabb-nya.
Banyak cara, untuk kita bisa lebih dekat dengan Sang Pencipta.
Yaitu dengan cara memperbaiki hubungan baik dengan Allah,
maka Allah akan mudahkan juga hubungan kita dengan sesama
manusia. Bangunlah disaat orang lain tertidur, karena saat
itulah Allah turun ke samaid-dunya (level terendah dari atas)
menuju bumi. Di waktu itulah kita bisa memperbaiki hubungan
baik dengan Allah. Berkomunikasilah lewat sujudmu, basahi
sajadahmu dengan tangisan taubat nasuha. Merendah atas
kelemahan diri bahwa Allahlah sebaik-baiknya penolong
hidupmu.
Kemudian ada cara lain, untuk kita bisa memperbaiki
hubungan dengan Sang Pencipta yakni bacalah Al-Qur’an di
saat orang melalaikannya. Tak jarang banyak dari sebagian
orang sangat sibuk membaca berita terkini lewat media sosial,
atau sekedar mencari peluang pekerjaan baru demi
meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Rela berlama-
lama di depan gadget hingga lupa waktu dan lalai beribadah.
Tapi mereka lupa dengan Al-Qur‟an yang masih tersusun rapih
di dalam rak bukunya, bahkan hingga kotor dan berdebu, karena
entah kapan terakhir membacanya. Bahkan Allah sudah
menjaminkan dari setiap huruf yang dibacakan akan bernilai

27
pahala. Seseungguhnya Al-Qur‟an adalah sumber penghidupan
dan pengharapan bagi seluruh umat manusia.
Lekas pulih wahai jiwa-jiwa yang kehilangan cahaya-
Nya. Berjuanglah meskipun harus tertatih. Aku tahu walaupun
di titik imun jiwa yang lemah kata motivasi itu bisa seperti
garam dan lautan. Akal seperti berhenti berjalan. Hati menjadi
lelah tanpa alasan. Tetapi ada yang harus kalian ingat, masa-
masa sulit akan mengajarimu bahwa tidak ada lagi, yang kita
miliki di dunia ini selain Allah. Jadi jangan hilangkan harapan
itu. Seperti halnya mereka pemuda Palestina yang
mengharapkan bisa berbondong-bondong beribadah di Mesjidil
Haram padahal ia dan sahabatnya harus terusir dari tempat
tinggalnya sendiri. Maka itulah sebaik-baiknya
pengharapan. Selalu istiqomah di jalan-Nya walaupun
dikondisi sulit sekalipun.

28
BAB III

Proses Penerimaan diri

A. Berdamai dengan Luka


Terkadang kita perlu mengistirhatkan hati dan otak kita
dari segala sesuatu yang membuat kita sedih. Untuk kamu yang
sedang dirundung masalah, di mana setiap hari masalah itu
selalu datang menghampiri, bahkan menuntut kita untuk
memikirkan permasalahaan itu tanpa henti. Meskipun kadang
menjadi kuat itu saat melelahkan, karena harus berusaha untuk
terlihat kuat dan berdiri di atas kaki kita sendiri, tanpa
seorangpun tahu rasa sakit, dan perih yang kita rasakan itu.
Akan tetepi pada akhirnya semua nya akan baik-baik saja,
semua sedih yang kita rasakan akan sembuh pada waktunya.
Semua keputusaan yang kita rasa, akan berubah menjadi
pengharapan yang utuh. Untuk tangis yang tersedu-sedu itu
kelak akan terganti menjadi senyum penuh dengan keikhlasan.
Kita hanya perlu yakin pada diri sendiri dan bangkit dari semua
keterpurukan.
Jika hati kita merasa sakit dan sesak karena hinaan orang
lain, maafkanlah mereka yang telah menyakiti. Kalau bukan
karena rasa sakit itu, kita tidak akan sekuat dan setegar saat ini.

29
Lewat hinaan yang kita dapatkan, mungkin Allah ingin
memberikan pahala sabar untuk kita. Sebab hati yang ikhlas itu
adalah magnet kebaikan. Memang berat rasanya merelakan
mereka yang bersikap buruk pada kita. Tapi, seperti halnya
memegang batu panas, memendam perasaan negatif hanya akan
menyakiti kita lebih jauh. Karena apa yang sudah terjadi di
masa lalu, kita tidak dapat merubahnya, yang dapat kita lakukan
adalah dengan menerimanya, menjadikan pembelajaran, agar
kita tidak melakukan hal yang sama pada orang lain dan
bersiaplah untuk menyongsong masa depan yang jauh lebih
baik.
Ada nasihat dari para Salafushalih ketika sedang berada
dalam keadaan sulit mereka berkata, “sungguh ini cuman
sebentar dan tempat tinggal kita nanti adalah syurga.” Sesulit
apapun hidup cobalah untuk mengingat Allah lalu berdoa.

Ya Allah… Mampukan aku melewati setiap cobaan-Mu.


Jadikanlah aku hamba-Mu yang mampu bersyukur tak kala
diberikan nikmat, dan bersabar tak kala diberikan ujian.
Karena aku tidak tahu, ini musibah atau berkah, aku hanya
berprasangka baik pada-Mu.

Jika trauma itu tak kunjung hilang, lalu bagaimana


dengan semangat anak kecil Palestina yang mencoba

30
menghadang tentara Israel dengan lemparan batu, padahal
semasa kecil mereka hidup dalam pengungsian, suara ledakan
sudah menjadi alaran untuk mereka bangun, setiap malam
bermodalkan cahaya lilin mereka belajar dan membaca Al-
Qur‟an, anak-anak bermain di area reruntuhan rumahnya yang
dihancurkan oleh serdadu tentara Israel. Ketika malam tiba,
mereka hanya tidur beralaskan tikar, beratapkan tenda bolong di
mana jika hujan datang mereka kedinginan, dan bila siang
datang mereka kepanasan. Bahkan tak jarang keesokan harinya,
ketika mereka terbangun dari tidurnya, mendapati kedua orang
tuanya sudah tidak bernyawa lagi karena dibunuh oleh tentara
Israel. Bukankah semua itu bisa menjadi trauma mendalam
untuk mereka.
Jika kita merasa sedih karena harus hidup sendiri,
bagaimana dengan mereka para wanita Palestina yang harus
kehilangan suami, dan anak-anaknya padahal sedang
mengandung. Lalu bagaimana dengan para wanita yang
mengalami pemerkosaan, penganiayaan dari tentara Israel.
bahkan ada yang harus bejuang melahirkan sendiri di dalam
penjara. Para wanita Palestina pun tak luput menjadi korban
pembunuhan keji tentara Israel. Bukankah itu juga dapat
meninggalkan kesedihan mendalam untuk mereka.
Coba lihat perjuangan anak-anak dan para wanita
Palestina mereka memilih bertahan dalam kondisi keterpurukan

31
demi membela agama Allah. Bukan sekedar hanya lelah fisik
yang mereka rasakan namun psikis juga. Sejenak coba kita lihat
kok bisa mereka tetap bertahan dalam kondisi mengkhawatirkan
tersebut. Jawabanya karena ketaqwaan mereka, sehingga Allah
kuatkan mental dan fisiknya. Para wanita Palestina pun yakin
bahwa dari rahimnya kelak, akan melahirkan janin yang
nantinya akan menjadi calon pembebas Al-Aqsha.
Itu semua karena hati dan lisan mereka tak henti
membaca dan menghafalkan Al-Qur‟an. Everytime, kehidupan
mereka tidak pernah jauh dari Al-Qur‟an. Hiburan pelipur lara
mereka adalah Al-Qur‟an.Lantas, bagaimana dengan kita ketika
sedih? Pantas saja, mengapa Gaza sebagai benteng terakhir
perjuangan palestina memilih Al-Qur‟an.sebagai bahan terbaik
untuk “dinding” bagi jiwa mereka. Karena untuk mereka Al-
Qur‟an.adalah rumus tercanggihnya. Sebab percuma saja
meskipun memiliki senjata militer tercangih dan mutakhir
sekalipun tidak akan berguna jika jiwa-jiwa mereka tidak diisi
dengan wirid Al-Qur‟an.
Bayangkan saja Gaza adalah wilayah yang paling
terisolasi di seluruh dunia. Semua akses darat dan laut pintu
menuju gaza di blockade oleh Israel, tapi tentara Israel
sedikitpun tak mampu menyentuh wilayah Gaza. Atas izin
Allah, penduduk Gaza Allah mampukan melawan tentara Israel
berjuang menjaga benteng terakhir palestina. Meskipun Israel

32
tak mau tinggal diam, jalur udara Gaza pun mereka hujani bom.
Ini adalah bukti The Power of Al-Qur’an sesungguhnya.
Jadikanlah Al-Qur‟an sebagai bahan bakar untuk kita
bangkit dari keterpurukan, obat bagi jiwa-jiwa yang terluka, dan
menjadi pedoman hidup untuk kita selanjutnya. Berdamailah
dengan luka, kelak Allah pasti akan sembuhkan luka itu.
Bersabarlah, karena Allah selalu bersama dengan orang-orang
yang sabar. Satu hal yang perlu kamu ingat, bahwa Allah
menciptakan dua pasang kaki untuk kamu berdiri tegak, dan
menaruh kesusahan di setiap bahu akan agar kita menjadi lebih
kuat.
“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu
pelajaran (Al-Qur‟an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi
penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)

B. Melepaskan untuk-Nya
Ini bukan jalan kita
Tapi jalan terbaiknya Allah
Ini bukan pilihan kita
Tapi ini pilihan terbaiknya Allah
Ini bukan ketetapan kita ini
Tapi ini ketetapan terbaiknya Allah

33
Karena, pada akhirnya kita harus melepaskan semua hal
yang bukan menjadi takdir kita.
Melepaskan merupakan titik terakhir implementasi hati,
puncaknya adalah ikhlas. Dimana ikhlas ini bisa dianalogikan
seperti tukang parkir yang diamanahkan menjaga semua
kendaraan yang mewah. Di saat kendaran mewah tersebut
diambil pemiliknya, ia rela saja karena memang itu bukan
miliknya. Sama halnya dengan apa yang Allah titipkan kepada
kita entah itu, pekerjaan, pasangan, anak, rezeki, harta benda
dan lain sebagainya. Semuanya adalah titipan Allah, kita hanya
menjaga sebaik-baiknya titipan-Nya. Akan tetapi jika titipan
tersebut diambil oleh Sang Pemilik-Nya, seharusnya kita pun
bisa ikhlas melepaskannya.
Tak jarang kita sebagai manusia ketika diberikan ujian
dengan diambilnya kepemilikan kita, seringkali kita meratap
dan mencela semua atas ketetapan yang telah terjadi. Ada
sebuah kisah dari bukunya Dr.’Aidh Al Qarni, ada seseorang
yang buntung tangan kanannya ia harus diamputasi, karena
mengidap penyakit kronis yang di mana ia harus merelakan
tangannya untuk dipotong. Ia awet muda, sudah menikah dan
dikaruniai anak. Bahkan ia pun mengendarai sebuah mobil
dengan lancar melakukan semua pekerjaannya tanpa kesulitan.
Seakan seperti orang pada umumnya yang tidak memiliki

34
keterbatasan fisik. Dan itu puncak syukurnya, menerima semua
ketetapan Allah dengan ikhlas.
“Terimalah dengan penuh kerelaan dengan apa yang
Allah berikan kepadamu niscaya kamu menjadi manusia yang
paling kaya.” (Al-Hadist)
Karena pada akhirnya tangisan yang meratap itu tidak
akan mengembalikan apa yang sudah terjadi. Maka, solusinya
adalah ikhlas melepaskan semua milik kita untuk Allah
Subhanahu Wa Ta’ala.
Seperti senyum ikhlasnya para ibu di Palestina yang
mendapati anak-anak mereka syahid karena melawan tentara
Israel. Apakah mereka sedih dan mencela Allah? Tidak, Justru
mereka bahagia anaknya meninggal syahid karena membela
agama Allah. Kita juga tahu bahwa balasan untuk mereka yang
syahid itu dalah Syurga-Nya Allah.
Karena melepaskan bukan hanya sekedar kata, namun
hatipun ikut andil untuk mengikhlaskan. Ada banyak cara
dalam mengikhlaskan demi ketaatan contohnya, saat kita
mengikhlaskan kehilangan pekerjaan demi menghindari riba,
kemudian melepaskan pasangan tidak halal demi menghindari
murkanya Allah. Semua itu pasti perlu effort untuk
melakukannya, dan banyak hal yang harus kita korbankan.
Seperti halnya pengorbanan Usman bin Afwan yang merelakan
semua hartanya untuk membantu dakwah Rasulullah.

35
Kemudian dengan hati ikhlas Nabi Ibrahim a.s yang harus
meninggalkan istri dan anak yang sangat ia cintai, di pandang
pasir gersang yang tidak berpenghuni seorang diri. Sambil
menatap suaminya, Siti Hajar pun bertanya kepada Nabi
Ibrahim, “Apakah ini perintah Allah?” Lalu, Nabi Ibrahim
menjawab, “Ya ini adalah perintah Allah.”
Tanpa tapi Siti Hajar pun beserta anaknya Nabi Ismail
pergi menyusuri tapak demi setapak jalanan gersar itu. Itulah
bukti ketaatan tanpa tapi, di mana melepaskan dengan ikhlas
merupakan bentuk ketakwaan kita kepada Allah.
Sebab kemuliaan itu bukan lihat dari apa yang kita miliki.
Akan tetapi dilihat dari kualitas ketakwaan kita. “Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu adalah orang yang
paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Sehingga kita tak perlu sedih ketika harus kehilangan
sesuatu yang bukan milik kita, maka ikhlaskan. Kita karena
yakin Allah pasti sudah menyiapkan hal yang lebih baik di masa
depan. Karena semua itu adalah titipan. “Dan milik Allah-lah
apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan hanya
kepada Allah segala urusan dikembalikan.” (QS. Ali „Imron:
109)
Maka, puncak tertinggi ketakwaan seorang hamba
yakni melepaskan atas segala kepimilikannya hanya untuk
Allah.

36
C. Manusia Terbatas, tapi Skenario Allah Tanpa
Batas
Kalian pernah tidak sih, punya big goals yang ingin
sekali kamu capai? Se-simple ingin kuliah di universitas terbaik,
ingin memiliki rumah dengan fasilitas modern atau sekedar
ingin jalan-jalan keluar negeri. Secara otomatis pastinya kamu
akan menyiapkan big goals itu dengan planning terbaik. Di
mana perencanaan itu harus kamu lakukan dengan step by step.
Tak jarang dalam setiap prosesnya itu kita mengalami
kegagalan. Pastinya hal tersebut akan menghancurkan semua
perencanaan tersebut.
Kemudian ketika semua perencanaan itu berantakan,
kamu menyalahkan kepada keadaan seolah ini mustahil untuk
gagal. Padahal nyatanya logika dan perhitungan manusia
sampai kapan pun tidak akan pernah menang melawan kekuatan
dan ketetapan Allah. Pernah mendengar tidak kutipan, “Allah is
the best planner” bisa jadi Allah mengagalkan semua rencana
kita, agar rencana kita tidak menghancurkan kita.
Kegagalan itu merupakan hal wajar, setiap orang pun
pernah mengalaminya. Akan tetapi yang membedakan,
bagaimana cara kita menyikapinya. Bisa jadi kita menginginkan
sesuatu padahal itu tidak baik untuk kita. Contohnya, ketika kita
memiliki impian dan mengejarnya dengan habis-habisan. Tapi

37
mudah bagi Allah untuk mengagalkan impian itu. Atau
mungkin bisa jadi Allah hanya mengizinkan tapi Allah tidak
meridhoi impian tersebut.
“… Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal
baik itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu,
padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahu, sedangkan
kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216)
Lalu bagaimana, dengan Khadijah binti Khuwailid ra.
yang gagal menyebarkan islam sebelum beliau meninggal.
Padahal bukan tanpa perencanaan dan pengorbanan, bahkan
beliau membantu Rasulullah menyusun strategi dakwah dari
sembunyi-sembunyi hingga terdakwah secara terang-terangan,
dan bukan tanpa pengorbanan juga, beliau rela mengkosongkan
rekeningnya untuk membantu dakwah Rasulullah, bahkan
beliau juga rela menurunkan kebangsawanannya demi ikut adil
dalam proses dakwahnya Rasulullah.
Bukankah, Khalid bin walid Sang pedang Allah merasa
gagal juga ketika beliau harus meninggal dalam keadaan
berbaring di tempat tidurnya. Padahal sebelumnya beliau
bercita-cita untuk meninggal secara syahid secara nalar manusia
mustahil itu terjadi, sebab beliau merupakan sang panglima
perang yang tak pernah terhunus pedang sedikitpun. Tapi Allah
memiliki takdir lain untuk beliau. Allah memiliki kuasa penuh
atas semua rencana mahluk-Nya.

38
Kemudian bagaimana, dengan kegagalan Abu Ayub Al-
Anshari ra. saat usia 90 tahun beliau gagal membebaskan
konstatinopel ratusan tahun sebelum hingga pada akhirnya
berhasil dinaklukan oleh Muhammad Al -Fatih pemuda berusia
21 tahun.
Kadang kita pun, tidak tahu apakah yang kita minta itu,
adalah yang terbaik atau tidak. Karena sesungguhnya nalar
manusia itu terbatas, sedangkan skenario Allah itu tanpa batas.
Jika semua impian dan cita-cita kita masih terkurung dalam
angan, cobalah untuk menguraikannya lewat doa. Akan tetapi
jika cita-cita itu tidak Allah kabulkan, Maka cobalah untuk
bersabar, mungkin Allah akan menggantikannya nanti dengan
hadiah yang jauh lebih baik. Kata orang sabar itu ada batasnya
tapi kata Allah pahala sabar itu tanpa batas.
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang sabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar:10)
Pentingnya hati selalu berprasangka baik pada Allah,
setelah ditafakuri di balik ketetapan Allah yang menurut itu kita
buruk, ternyata ada kenikmataan dan kebaikan yang luar biasa
yang tidak dapat disangka-sangka. Bisa jadi Allah rindu ingin
mendengarkan suara lembutmu berbisik lewat doa. Dalam
riwayat Ibnu Jauzi Rahimahullah menjelaskan bahwa dibalik
setiap rencana kita yang Allah gagalkan, terdapat kebaikan

39
di dalamnya. Sebab Allah ingin mengalirkan pahala sabar
yang tak terhingga.
“Rencana Allah lebih baik dari rencanamu. Terkadang
Allah menghalangi rencanamu untuk menguji kesabaramu,
…Maka Perhatikanlah kepada-Nya kesabaran yang indah. Tak
lama kamu akan melihat sesuatu yang menggembirakanmu.”
(Shaidul Khatir 1/205)
Tidak apa-apa gagal itu hal biasa, tapi jangan biarkan
kegagalan itu menghentikan langkahmu. Berusahalah untuk
bangkit lagi, tak lupa langitkan lewat doa-doa. Niscaya kamu
akan mengerti betapa nikmatnya berdiskusi hangat dengan Sang
Maha Pencipta. Hingga kamu tahu bahwa Allah adalah sebaik-
baiknya perencana terbaik. Seperti halnya menarik anak panah,
dimana jika anak panah itu melesat tidak sesuai target, tidak
apa-apa itu di luar dari kuasa kita. Akan tetapi yang menjadi
fokus kita adalah bagaimana kita bisa memaksimalkan ikhtiar
kita.
Jangan bersedih tidak apa-apa jika tujuan dan cita-citamu
belum tercapai. Dunia ini hanya tempat kita beramal dan diuji.
Ketika kita gagal coba untuk bangkit lagi. Yuk semangat
maksimalkan kemabli ikhtiar dan tawakal kita kepada Allah.

40
D. Mengeja Hikmah
Dalam bukun yang berjudul “Hidup satu kali lagi” karya
Farah Qoonita beliau mengatakan, “kita ini adalah kumpulan
hari. Atas hari-hari yang terlalaikan, tergeruslah sebagian diri.
Atas hari-hari yang penuh dengan kebaikan, genapkanlah kita
menjalankan peran.” Di mana setiap kita sedang menjalankan
peran sesuai garis hidupnya masing-masing. Banyak kumpulan
hikmah dari setiap perjalanan kehidupan yang kadang sulit
untuk dieja. Karena mengeja hikmah sama halnya dengan
mentafakuri setiap takdir kehidupan yang Allah tetapkan.
Mengeja hikmah perlu seni untuk melalukannya.
Banyak ribuan hari yang sudah kita lewati dengan
kelalaian dan kesia-siaan hidup. Sehingga terlalu banyak
hikmah yang tak tertafsirkan oleh nalar. Maka, lewat mengeja
hikmah kita belajar dengan pelan-pelan memahami maksud atas
ketetapan Allah. Step by step kita telusuri sebuah makna
kehidupan. Sudah begitu banyak waktu yang kita habiskan
hanya untuk kemaksiatan. Padahal Allah selalu memberikan
sinyal hidayah itu, tapi kadang kita tidak menyadarinya sinyal
hidayah itu.
Kadang kita terlalu sibuk dengan ambisi-ambisi hidup
tanpa makna. Menimbun harta tanpa berbagi, memiliki ilmu
tanpa kontribusi, memiliki keahlian tanpa aksi nyata, dan
lainya. Kita ini hanya sedang mempertahankan ego diri kita

41
masing-masing. Sibuk dengan kesenangan diri sendiri, tanpa
mampu melihat lingkungan sekitar yang sedang memerlukan
uluran tangan kita. Padahal Allah sudah menyediakan ladang
pahala di sana. Sebab terlalu banyak bumbu-bumbu
kemaksiatan yang membuat noda di hati kita. Sehingga
kepekaan hati terhadap kebaikanpun tertutupi oleh noda
tersebut.
Karena sesungguhnya kebahagiaan itu tercapai, jika kita
berada di Shirathal Mustaqim. Termasuk keberhasilan kita
dalam mengeja hikmah, akan membawa kita kearah jalan yang
lurus. Sebab orang yang berada di jalan yang lurus, dia akan
selalu merasa tenang dengan akhir yang baik dari setiap
permasalahan hidupnya. Dan dia pun yakin kepada Rabb-Nya
atas setiap Qadha-Nya dan mengendalikan langkah nya untuk
tetap berada di jalan ini. Sehingga dia termasuk ke dalam
golongan orang-orang yang berjalan menuju kenikmatan, yang
berbuat dalam ketaatan dan selalu berusaha ke arah kebaikan.
“Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi
pentunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara
hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-an‟am: 80)
Dan jika kita berhasil mendapatkan hidayah yang lurus
ini, kita akan selamat dunia akhirat terhindar dari segala bentuk
kesusahan dan kesedihan. Yang menjadi pertanyaan sudah
mampukah kita mengeja hikmah atas setiap ketetapan Allah?

42
Sudah pekakah kita terhadap hidayah Allah itu? Apa mungkin
kita terlalu sibuk dengan hari-hari kita yang penuh dengan
kemaksiatan?
Hingga pada akhirnya, kita akan paham bahwa hidup ini
bukan tentang tumpukan harta dan eksistensi diri saja.
Berlomba-lomba untuk mendapatkan apresiasi orang lain.
Padahal hidup bukanlah sekedar itu, tapi tentang
memperjuangan keimanan untuk tetap berada di jalan yang
lurus. Berlomba-lomba menumpukan amal shalih, yang bercita-
cita menjadi hamba terbaik dan berbondong-bondong untuk
mendapatkan Surga-Nya Allah. Karena ridho-Nya Allah lebih
penting dari segalanya.
Termasuk di balik setiap ketetapan yang Allah berikan,
selalu ada hikmah kebaikan yang dapat kita ambil sebagai
pelajaran hidup. Sudah banyak ribuan hari yang terlewatkan,
entah itu kita akan menjadi seseorang yang merugi atau yang
beruntung. Semoga Allah mampukan kita mengeja hikmah dari
setiap kumpulan hari yang kita jalani.
Siapa kita hari ini? Yaitu kumupulan hari diri di
masa lalu. Maka maksimalkan lah hari ini, agar kelak kita
tidak menelan kekecewaan di suatu saat nanti.

43
E. Menikmati Kesulitan dan Mensyukuri
Ketidaksempurnan
Banyak yang bilang it’s not easy.” Bersama kesulitan
ada kemudahan.” Seperti firman Allah yang tertuang dalam
Surah Al-Insyirah ayat 6. Bahwa setiap kesuliatan pasti Allah
akan memberikan jalan keluarnya. Untuk kalian yang sedang
merasakan kesulitan, jangan bersedih karena setiap dalam
kesesatan akan datang petunjuk, dan dalam kesulitan pasti ada
kemudahan. Akan ada kabar gembira bagi mereka jiwa-jiwa
yang kuat bertahan dalam kondisi keterpurukan, bersabarlah
sebentar insyaAllah pertolongan Allah akan segera hadir.
Bukankah tidak ada yang mustahil bagi Allah. Seperti lautan
luas yang tak sanggup menegelamkan kalimun Rahman (Musa
a.s) itu, tak lain karena pertolongan Allah.
“Sekali-kali tidak akan tersusul. Sesungguhnya, Rabb-
ku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku .”
(QS. Asy-Syura: 62)
Sama halnya dengan kobaran api yang tak mampu
membakar tubuh Nabi Ibrahim a.s. Dan itu pun, karena
pertolongan-Nya.
“Hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatan
bagi Ibrahim.” (QS. Al-Anbiya: 69)
Karena menikmati kesulitan hidup pun ada seninya, di
mana dalam setiap kesulitan dan ketidaksempurnaan selalu ada

44
rasa syukur yang terpatri. Sebab hakikat nya rasa syukur itu
perlu dilatih. Jika dalam kesulitan saja masih bisa bersyukur,
seharusnya ketika diberikan kenikmataan ia bisa
melipatgandakan rasa syukur itu.
Tak apa jika langkahmu tidak secepat mereka, tak apa
jika sakitmu tidak angsur membaik, dan tak apa-apa juga jika
dirimu tidak memiliki privilege yang berlebih, ini adalah
tentang bagaimana cara kamu menysukuri ketidaksempurnaan
itu. Karena setiap dari kita pasti memiliki kekurangan dan
kelebihannya masing-masing. Yang menjadi pertanyaan apa
kita sudah mengenal diri kita masing-masing?
Tak perlu insecure atas ketidaksempurnaan diri, jadikalah
ketidaksempurnaan itu bentuk syukur kita kepada Allah,
menyadari lemahan diri atas kesempurnaan Sang Pencipta. Tak
usah risau atas segala ujian dan takdir yang Allah berikan.
Entah itu tentang kesulitan hidup atau ketidaksempurnaan diri.
Percayalah semua takdir dalam hidup kita sudah Allah jamin.
“Dan tidak ada satu pun mahluk bergerak (bernyawa)
di bumi ini melainkan semunya dijamin Allah rezekinya. Dia
mengetahui tempat kediamannya dan tempat
penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata
(Lauh mahfuz).” (QS. Huud:6)
Sesedih-sedihnya hidup kita, semarah-marahnya kita
pada takdir. Percayalah di luar sana masih banyak yang tidak

45
seberuntung kita. Janganlah terlalu keras memikirkan sesuatu
yang diluar dari kendalimu, biarkan saja semua itu Allah yang
atur. Tugas kita sebagai hamba-Nya yakni sabar menikmati
setiap kesulitan dan mensyukuri atas ketidaksempurnaan. Itu
adalah cara terbaik kita menjalani hidup kita.
Betapa banyak saudara kita yang hidup dengan
ketidaksempurnaan, akan tetapi mereka lebih memilih untuk
bersyukur. Contohnya seperti orang yang matanya buta akan
tetapi lebih memilih untuk menjajakan keahlianya dengan
memijat, ada seorang anak pejual tempe yang rela
mengsedekahkan sebagian penghasilnya, ada seorang anak kecil
yang rela merawat ibunya yang sakit seorang diri. Bukankah itu
juga adalah bentuk sabar dan syukur mereka terhadap takdirnya
Allah.
Lantas bagaimana dengan mereka, yang harus menjadi
cacat permanen akibat serangan rudal tentara isreal, bahkan
harus hidup dalam pengungsian, terpisah dari sanak saudara.
Apakah mereka mengeluh atau menyalahkan takdir? Tidak,
juastu yang ada semangat mereka semakin berkobar, berjuang
melawan tentara Israel meskipun harus ditopang dengan
penyanggah kaki dan kursi roda. Dengan lantang mereka
berkata, “selama nyawa kami belum hilang, kami akan tetap
berjuang dengan anggota tubuh yang masih tersisa.” Coba itu
semua jadikanlah bahan untuk kita berkontemplasi atas

46
nikmat dan karunia yang sudah Allah berikan. Jangan
sampai kesuliatan dan ketidaksempurnaan diri membuat
kita berhenti untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita. Jadi
selepas jeda ini, mari kita lanjutkan perjuangan kita lagi.

47
BAB IV

TITIK BALIK

A. Memulai, Bangkit dari keterpurukan


Setelah melewati perjalanan panjang yang melelahkan,
jatuh bangun menapaki kehidupan yang keras, kini saatnya
kamu memulai bangkit dan sembuh dari keterpurukan.
Menjemput kembali harap yang dulu sempat sirna, tumbuhkan
kembali dengan optimisme pada diri, yakinkan hati bahwa kamu
layak mendapatkan kebahagian itu.
Ada satu kalimat yang indah menurutku dari Ali bin Abi
Thalib, “Ketika kamu ikhlas menerima kekecewaan hidup, maka
Allah akan membayar tuntas semua kecewamu itu dengan
beribu-ribu kebaikan.” Setelah kita selesai dengan diri kita,
yakni menerima semua ketetapan Allah dengan hati yang
lapang. InsyaAllah pelan-pelan kita bangkit kembali
menyonsong masa depan yang jauh lebih baik.
Fase ini adalah titik balik kita menjadi sosok yanh hamba
terbaik. Yaitu dengan semangat juang yang jauh lebih tinggi,
keimanan yang jauh lebih kokoh, dan mental yang juah lebih
kuat. Karena seseorang yang bangkit setelah jatuh, akan
jauh lebih kuat daripada sesorang yang tidak pernah jatuh
sama sekali. Saatnya kita perjuangkan kembali hal-hal yang

48
pernah terabaikan sebelumnya.
Seperti semangatnya Saad bin Abi Waqash ra. seorang
pemanah ulung, yang lesatan panahnya tak pernah melesat.
Namun dibalik itu ada kesusahan yang harus ia lewati, yakni
berlatih tanpa lelah, sedih tak kala lesatan tak kunjung sesuai
target, belum lagi ia harus mendapati ejekan kawan yang
menertawainya karena berlatih dengan terus-menerus. Sama
halnya dengan seperti Abu bakar Ash-Shiddiq ra. yang
memiliki keimanan yang kokoh, karena semasa hidupnya tidak
pernah sedikitpun ragu kepada Allah bahkan Ummar bin
Khattab ra. menyebutkan, “Andai kata iman Abu Bakar
ditimbang dengan keimanan seluruh keimanan penghuni bumi,
maka keimanan Abu Bakar akan lebih berat daripada keimanan
mereka.”
Atau Seperti kekuatan mentalnya Zaid bin Tsabit yang
tak pernah menyerah berbuat baik, meskipun ia harus di tolak
dua kali dalam perang badar dan uhud. Justru ia mengambil
cara lain untuk tetap berada dalam naungan kebaikan. Hingga
akhirnya ia menjadi penerjemahdan penulis Rasulullah
sallallahu alaihi wasallam, yang mana akhirnya menjadi kaki
tangannya Sang kekasih Allah.
Teruslah bangkit dan berjuang menuju kebaikan.
Jadikanlah masa-masa terpurukmu sebagai cabuk untukmu
melangkah lebih maju. Karena untuk menjadi hamba terbaik

49
tidak terlepas dari kegigihan seorang hamba yang bangkit dari
keterpurukan. Menaruh semua prasangkabaiknya kepada Allah.
Kita lihat para mujahid dari negeri Syam yang bangkit
dari keterpurukan yang tak pernah usang. Mereka harus
berdamai dengan keadaan dan rasa traumatis. Melihat darah
yang besimbah di sekujur tubuh para syuhada. Dan kota yang
mereka tinggali rusak porak-poronda dihujani oleh rundal
tentara Israel. Setiap hembusan napas mereka optimalkan
dengan kesibukan mengejar ridho Allah dan membingkai
semangat juang dengan ketaatan.
Ketaatan itu merupakan bentuk rasa cinta kepada Allah,
yang mana kecintaan itu berbuah menjadi perlawanan mereka
dalam berjuang mengusir para penjajah. Sebuah perjuangan
yang harus dibayar dengan banyak luka yang didapat, darah
yang terbuang, nyawa yang hilang hingga duka yang tak terasa.
?
Mari saatnya kita bangkit dan berjuang menuju kebaikan,
yakni kebaikan yang benar-benar Allah Ridhoi. Sebab banyak
jalan menuju kebaikan itu. Pilihlah jalan kebaikan yang
memang bisa kamu lakukan. Bergeraklah meskipun harus
dengan merangkak. Itu lebih baik daripada tidak bergerak sama
sekali.
“…dan berbuatlah kebaikan agar kamu beruntung.”
(QS. Al-Hajj: 77)

50
Semangat ya, jangan lupa berdoa untuk segala
sesuatu yang sedang diperjuangkan.

B. Memperjuangkan Keimanan
Pernahkah terbersit dalam benak kalian, seambisi apakah
kalian pada pencapaian dunia? Sampai harus menghabiskan
waktu liburmu untuk lembur, melawan kantukmu untuk
mengerjakan deadline, rela menahan lapar demi menyisihkan
uang untuk tabungan rumahmu, dan bekerja berteman dengan
lelah dari pagi hingga larut malam.
Bukankah itu sangat melelahan? Mengejar dunia yang
nikmatnya hanya seujung jari saja. Sebagian orang berlomba-
lomba bagaimana caranya agar bisa hidup enak, tapi mererka
lupa bagaimana menyiapkan untuk kematian. Mengejar dunia
seperti halnya minum air laut, semakin diminum akan semakin
haus. Lagi keasikan mengejar dunia, tak disangka-sangka
kematian datang menghampiri.
Apakah pernah terbesit dalam benak kalian, bagaiman
nasib amalanmu di akhirat nanti? Sudahkah kita
memperjuangkan keimanan kita? Bukankah keimanan harus
diperjuangkan? Sebab keimanan kita saat ini bukan jaminan
kita, bisa selamat di akhirat nanti. Karena selayaknya fisik yang
perlu dijaga dan dirawat, maka keimananpun sama perlu dijaga
dan diperjuangkan. Seperti dalam buku “Be Wonderful

51
Shalihah” karya Tiara Rizkita beliau menyebutkan,” Akan ada
masa dimana kedekatan pada Allah membutuhkan perjuangan
yang luar biasa. Persiapkan dirimu, imanmu, raga, dan jiwamu
untuk menghadapi masa itu. Masa itu adalah masa Allah
pergilirkan untuk menguji hamba-Nya. Apakah akan larut
dalam kelalaian atau bertahan dalam memperjuangkan
ketaatan.”
Di saat para pemuda Palestina sedang berjuang dan
berjihad membebaskan Mesjidil Aqsha, dibelahan dunia lain
para pemudanya sibuk dengan pertaungan game onlinenya. Di
saat wanita dulu sibuk mengaji dan memasak, wanita masa kini
sibuk menonton drakor kesukaanya. Di saat dulu para
pemudanya sibuk menyusun strategi perang, namun pemuda
saat ini sibuk dengan personal branding berlomba-lomba
menjadi populer. Secara tidak disadari kualitas keimanan
pemuda saat ini semakin hari semakin menurun seiring
tergerusnya oleh waktu.
Padahal Rasulullah sallallahu alaihi wasallam
mengajarkan kita untuk mengoptimalkan waktu yang kita miliki
dengan amalan terbaik. Sedangkan roda kehidupan itu berputar
kadang bisa senang, maupun sedih. Tak jarang saat sedih itu
datang, sedikit di antaranya medapati kesulitan untuk bertahan.
Dari Riwayat Ibnu „Abbas ra., Rasulullah sallallahu
alaihi wasallam pernah bernasihat, ”Manfaatkanlah lima

52
perkara sebelum lima perkara; (1) waktu mudamu sebelum
waktu tuamu, (2) waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu,
(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, (4)
masa luangmu sebelum masa sibukmu, (5) hidupmu sebelum
datang matimu.” (HR. Al-Hakim)
Perjuangkanlah keimanan itu, seperti para pemuda
ashabul kahfi pergi dari kotanya yang penuh dengan
kemaksiatan. Mereka bersembunyi kedalam gua karena takut
akan azab Allah. Sebab bagi mereka ada yang jauh lebih
penting untuk diperjuangkan, daripada kedudukan yang mereka
peroleh di kerajaan itu. Yakni memperjuangkan keimanan dan
menghindari maksiatan.
Sama halnya dengan perjuangan pemuda yang beriman,
yang mengajak raja yang kafir untuk menyembah Allah. Akan
tetapi sang raja menolak pemuda tersebut, yang ada pemuda itu
diarak menuju gunung untuk dieksekusi. Akan tetapi ketika
eksekusi itu terjadi, justru gunung tersebut terguncang hebat,
hingga menjatuhkan prajurit raja tersebut. Kemudian sang raja
pun memindahkan tempat eksekusi pemuda itu ke laut, akan
tetapi di lautpun pemuda tersebut tidak terbunuh. Adanya angin
kencang membuat sang prajurit raja pun harus tengelam.
Singkat cerita pemuda tersebut membuat kesepakatan dengan
sang raja. Pemuda itu berkata, “Jika ingin membunuhku, coba

53
kumpulkan semua penduduk kota lalu panahlah aku di depan
mereka, dengan menyebutkan nama Rabb-ku.”
Tiba waktunya sang raja melesatkan anak panahnya
kepada pemuda tersebut dengan menyebut nama Rabb-nya.
Pemuda itupun meninggal dengan bersimbah darah. Semua
penduduk kota tersebut akhirnya beriman, menyakini atas
kebenaran yang dibawa oleh pemuda tersebut. Orang-orang
yang beriman itupun tetap teguh pada keimanan mereka pada
Allah. Di kala itu sang raja pun marah dan membakar mereka
hidup-hidup yakni dengan memasukan mereka ke dalam parit.
Kisah ini mengajarkan wajibnya bersabar dalam
berpegang teguh pada kebenaran meskipun harus disakiti
dan kita jadi mengerti bahwa surga itu tidak dapat diraih
dengan badan yang malas. Pentingnya kita
memperjuangkan keimanan dan memprioritaskan akhirat
sebagai tujuan hidup kita.

C. Menteladani Sosok Terbaik


“Oh iya, kalian punya tidak sih sosok inspirator yang
menjadi rule model kalian?”
Banyak sekali di antara anak muda masa kini,
mengambil rule model dari sosok-sosok yang bersebrangan
dengan pemahaman dan syariat islam. “Lah emang gak boleh”
sebenarnya bukan tidak boleh, akan tetapi jika point of view-

54
nya saja sudah berbeda rasanya akan sulit untuk bisa di
implementasi-kan dalam kehidupan sehari-hari. Khusus kita
sebagai seorang muslim.
Padahal banyak sekali rule model yang bisa kita
teladani, yakni para manusia langit. Salah satunya manusia
terbaik yakni Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Sang
inspirator ulung yang memberikan tauladan terbaik
penyempurna akhlak seluruh umat manusia. Dari beliau kita
belajar tentang risallah Allah, melewat beliau juga kita
diberikan petunjuk Allah, agar selamat dunia dan akhirat.
Beliaulah rule model sesunnguhnya berakhlakul karimah, yakni
memiliki budi pekerti tinggi, pemimpin terbaik, pekerja keras,
jujur dan sosok pejuang yang hebat.
Sebetulnya, mendalami sirah nabawiyah pun sudah
cukup untuk kita mengetahui siapa yang menjadi sosok rule
model kita. Setelah itu kita gali kembali kisah dari para nabi dan
rasul yang lainnya, atau para sahabat, tabi‟i maupun tabi'ut
tabi'i. Sehingga dengan itu kita bisa banyak mendapatkan ilmu
dari sosok inspirator lainnya, yang nantinya mampu
memperbaiki keimanan dan akhlak kita.
Ngomong-ngomong soal kisah para sahabat, kira-kira
kalian pernah heran tidak, kepada mereka yang tidak pernah
terlihat lelah atau mengeluh dalam beramal shalih? Kadang kita
berpikir kok bisa mereka sekuat itu? Okay, kita flashback pada

55
generasi para sahabat Rasulullah sallallahu alaihi wasallam
yang masing-masing dari mereka memiliki kreativitas dan
kualitas diri yang mempuni sesuai bidangnya masing-masing.
Karena Rasulullah sallallahu alaihi wasallam membina mereka
dengan menanamkan akidah yang sangat kuat, sehingga mereka
begitu lekat mencintai Rabb-nya dan yang membuat mereka
takut kerena terus diawasi. “Dan Dia bersama kamu di mana
saja kamu berada. (QS. Al Hadid: 4)
Sebab orang- orang shalih, akan berusaha secara
maksimal untuk lebih dekat dan mengenal Rabb-nya. Yakni
dengan mencintai setulus hati mereka. Dimana cinta akan
melahirkan amal yang Extraordinary. Mereka akan merasa
malu untuk lalai dan takut untuk melakukan kemaksiatan.
Sehingga secara otomatis mereka akan terus melakukan amal
kebaikan.
“Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia
menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu
dalam kebaikan. Dimana saja kamu berada, pasti Allah akan
mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 148)
Itu sebab karena hati dan jiwa mereka dekat dengan
Rabb-nya. Tidak-kah kita melihat dan mengambil tauladan dari
kecintaan mereka pada Rabb-nya?

56
Apa daya kita, jangankan untuk menamkan cinta kita
kepada Allah, untuk mencari sosok rule model saja sudah salah.
Yang mana lebih memilih untuk mengidolakan artis-artis atau
Influencer yang eksis di dunia hiburan. Dan seringnya, kita
justru dilalaikan dengan berbagai tontonan atau hiburan yang
ada di media digital, di mana hal itu semakin menjauhkan kita
dari syariat Allah. Bagiamana mau mencetak generasi terbaik,
jika diri kitanya pun masih terus berkutat dengan kesia-siaan.
Sudah saatnya kita berbenah, memperbaiki kualitas
diri. Mendalami kembali akidah dan kisah-kisah para
tauladan terdahulu. Sehingga dengan itu kita bisa belajar
bagaimana menjadi sebaik-baiknya seorang muslim yang
bertaqwa. Mencintai dengan setulus hati Rabb-nya dengan
memberikan amalan terbaiknya.
Semangat memperbaiki, tak ada kata terlambat untuk
mereka yang berani memcoba. Semoga Allah mudahkan!

D. Menjadi Sebaik-baiknya Wanita Shalihah


Apa yang terbersit di dalam benak kalian melihat
fenomena muslimah masa kini? Apakah kekhawatiran kalian
sama denganku? Tak kala melihat muslimah saat ini harus
berjuang dari gempuran paham-paham liberalisme, feminisme,
sekularisme, kapitalisme ataupun isme-isme yang lainnya. Di

57
mana hal itu semakin mengkikis syariat bahkan mengahapuskan
nilai-nilai keimanan kita sebagai muslimah.
Memang masa akil baligh, adalah masa yang sangat
rentan terhadap gempuraan paham-paham tersebut, kadang
mereka sibuk dengan eksistensi, hedonis, dan hura-hura. Jika
tidak diarahkan dan ditanamkan pemahaman yang baik. Maka,
rusaklah peradaban kita. Sedangkan tolak ukur perabadan
manusia adalah wanita, dan orang yang membenci islam akan
dengan sengaja menjadikan wanita sebagai objek sasaran misi
mereka. Lalu bagaimana? Jika muslimahnya saja sudah rusak,
apalagi generasi selanjutnya?
Pentingnya mengenal tokoh-tokoh inspiratif dalam islam
untuk menjadi tauladan kita sebagai seorang muslimah. Padahal
banyak juga muslimah inspiratif yang viral di langit maupun di
dunia. Contohnya para muslimah yang sudah Allah janjikan
syurga, yakni Fatimah ra., Asiyah, Khadijah dan Maryam.
Khususnya Maryam binti Imran yang dikaruniakan seorang
anak yang nantinya akan membebaskan Baitul Maqdis, yakni
Nabi Isa a.s. Mereka adalah para muslimah tauladan yang suci,
taat, dan memiliki mental yang kuat serta kecerdasaan
mempuni. Pantas saja Allah jaminkan surga, karena memang
mereka pantas mendapatkan nya.
Adapun para muslimah yang memiliki kontribusi besar
mengubah dunia, seperti seorang wanita yang mengorbankan

58
ilmu dan hartanya untuk membangun universitas tertua di
dunia, yang mencetak ilmuwan-ilmuwan hebat yang memberi
manfaat besar untuk dunia. Beliau adalah Fathimah Al-
Fihriyah. Kemudian ada juga seorang ratu kerajaaan, yang harta
dan kekuasaanya tidak membuat dirinya manja atau sibuk
dengan intrik kuasa. Bahkan bukan sekedar hayut dalam
romansa percintaan dengan pasanganya, lebih dari itu, ia
mendirikan sebuah house of wisdom sebuah tempat riset dunia
yang mencetak ilmuwan-ilmuwan hebat dunia yang
mengeluarkan trobosan ilmu pengetahuan dan teknologi
canggih. Beliau adalah Zubaidah bintu ja’far.
Mungki masih banyak lagi muslimah inspiratif lainnya
yang sangat luar biasa berjuang untuk memberbaiki peradaban.
Akan tetapi di belahaan dunia yang lain ada para pejuang
muslimah yang hatinya terpaut pada Baitul Maqdis, sayangnya
perjuangan mereka sedikit sekali disuarakan karena
pembungkaman dunia. Siapa lagi kalau bukan para muslimah
Palestina. Seperti para Murobbitoh yakni sebutan untuk para
muslimah penjaga masjid Al-Aqsha. Yap, betul sekali mereka
adalah warga pribumi palestina yang mendedikasikan hidup dan
matinya untuk menjadi garda terdepan masjid Al-Aqsha. Tugas
mereka yakni memakmurkan dan menjaga masjid Al- aqsha
dari serangan para Zinois yang akan merusak dan
menghancurkan tempat ibadahnya umat muslim tersebut.

59
Seringkali mereka harus mendapati berbagai serangan secara
fisik, psikis, bahkan financial. Selain itu, beberapa tempat
tinggal mereka di hancurkan oleh Zionis, ancaman akan
dibunuh, hilangnya pekerjaan, dan uang-uang mereka diambil
dari rekeningnya.
Beda lagi dengan kisah penderitaan Ayesha Alkurd di
balik penjara, ia adalah seorang muslimah yang di tawan oleh
militer Israel, ia dan suaminya dianggap telibat Khalil Alwazir
pemimpin militer Palestina. Ia dan sumainya terpaksa menemui
pada interogator karena ia diancam rumahnya akan
dihancurkan. Akhirnya mereka datang, alih-alih ia dan
sumainya mendapatakan keputusan baik, justru sebaliknya para
interogator tenyata tidak puas dengan jawaban mereka,
sehingga mereka dijadikan sebagai tawanannya. Siksaan fisik
dan psikis ia dapati dalam kurungan penjara dengan keadaan
sedang mengandung. Ayesha Alkurd berjihad dengan sosok
bayi dalam kandungannya, yang nanti nya akan menjadi
pejuang pembebas Al-Aqsha. Perlakukan keji Zionis memang
tidak pandang bulu berulang kali mereka melakukan kekerasan
terhadap Ayesha Alkurd, bahkan ancaman kekerasan seksual
pun ia rasakan. Hingga suatu ketika Ayesha Alkurd dibohongi
akan dibebaskan dengan mentandatangani sebuah kertas dengan
perjanjian kebebasannya yang berbahasa ibrani, di mana dia
pun tidak mengerti bahasa tersebut.

60
Selang setelah perjanjian itu, pundak Ayesha Alkurd
dicekam begitu keras, lalu kepa lanya ditarik, ditutup
menggunakan sebuah karung kemudian ia diseret dimasukan
kedalam mobil jip dengan dalih akan dibebaskan. Akan tetapi
ternyata ia dibawa kesuatu tempat yang jalanannya berkerikil,
dan berbatu. Sehingga ia mengalami pendarahan hebat, Zionis
memang dengan sengaja melakukan itu untuk membunuh bayi
yang ada di dalam kandungannya. Perjanjian yang ia tanda
tangani sewaktu itu ternyata hanya tipu daya Zionis karena isi
dalam surat perjanjian itu adalah pernyataan ketersediaan
Ayesha Alkurd menjadi tawanan Israel dan mengakui tuduhan
bahwa sebagai pemimpin militer illegal.
Pendarahan hebat yang dialami Ayesha Alkurd, tidak
membuat Zionis tersentuh sedikitpun justru yang ada Ayesha
Alkurd di bawah kembali dalam tahanan. Hingga semua
penghuni tahanan pun mengencam perlakukan keji itu dan
meneriaki Zionis menyuruh Ayesha Alkurd dilarikan ke rumah
sakit. Akhirnya Ayesha Alkurd dibawa ke rumah sakit untuk
melahirkan dengan tangan diborgol. Akhirnya anak Ayesha
Alkurd lahir akan tetapi ia harus dipisahkan dari anaknya.
Setelah melahirkan ia harus kembali masuk ke dalam tembok
penjara yang dingin, alih-alih mendapatkan nutrisi terbaik
makanan, ia lebih sering berpuasa siangnya, malam nya bahkan

61
ia tidak diberikan makanan untuk berbuka. Beberapa hari
kadang tidak diberikan makan sama sekali.
Setelah beberapa tahun menjalani penahanan. Akhirnya
ia dibebaskan secara bersyarat. Kemudian ia menyelesaikan
pendidikan, dan kini Ayesha Alkurd menjadi Direktur
Departemen Tahanan Wanita di daerah Fatah provinsi selatan
yang pemperjuangkan para tahanan wanita di sana. Bukan
cuman Ayesha Alkurd yang melahirkan dalam tahanan Israel,
ternyata masih banyak muslimah lain yang mengalaminya
penderitaan yang jauh lebih parah. Tercatat ratusan anak lahir
dalam penjara tanpa sedikitpun mendapatkan pertolongan
secara medis.
Ayesha Alkuld adalah salah satu muslimah yang
berjihad di jalan Allah dari sekian muslimah lainnya yang
sama-sama berjuang dalam pembebasan Al-Aqsha. Bahkan ada
seorang nenek tua yang tertangkap kamera sedang mengusir
para tentara Zionis yang memaksa masuk mesjid Al-Aqsha
dengan berani ia mengusir tentara itu menggunakan tongkatnya.
Tidak hanya muslimah saja yang hatinya tepaut pada
Palestina, perempuan penjuru dunia pun mereka berbondong-
bondong menyuarakan keadilan untuk Palestina. Kita jangan
kalah juga dengan mereka seperti Shireen Abu Akieh seorang
jurnalis menyuarakan kezdoliman kaum Zionis, yang beberapa
terakhir ini dia ditembak mati kepalanya oleh tentara Zionis,

62
ataupun bela hadid seorang super model Hollywood aktif
menyuarakan keadilan di media sosialnya bahkan turun kejalan
untuk berdemostrasi, Alison Wier Founder
IFamericasknew.org dan masih banyak lagi.
Allah akan menyediakan surga bagi siapa saja yang rela
mengorbankan jiwa dan raganya di jalan Allah, hati-hati mereka
akan dipenuhi dengan keteduhan iman. Karena selama Zionis
ingin meruntuhkan bumi syam, itu tandanya Allah masih
menginginkan kita untuk menempati surga-Nya. Sebuah
perjuangan yang dilakukan oleh para ibu di negeri Syam adalah
bentuk aksi nyata dalam mendidik anak-anak nya menjadi
mujahid pembela agama Allah. Bagaiman dengan kita? Sudah
siapkah bekal kita untuk menjadi seorang ibu, seperti mereka?
Bukankah kita ini adalah calon mencetak generasi? Apa yang
harus kita lakukan?
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu
dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga
(diperbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar
kamu beruntung.” (QS. Ali-Imran: 200)
Berjihadlah sesuai denngan kemampuanmu, jika tidak
bisa berjihad dengan jiwa maka berjihadlah dengan harta. Jika
tidak bisa dengan harta maka berjihadlah lewat kata yakni
mendoakan dan ikut serta menyuarakan keadilan Palestina di
media sosial secara aktif, jika tidak bisa juga minimal jangan

63
mengeluarkan kata yang dapat menyakitkan pejuangan para
mujahid Palestina di sana, yang sedang perjuang membebaskan
tanah para nabi itu dari penjajahan Israel.
Apa kalian penah mendengar kisah ekor semut yang
membantu memadamkan api dengan air, yang membakar Nabi
Ibrahim? Secara logika itu memang tidak mungkin, tapi atas
seizin Allah pertolongan itu hadir diluar dari kemampuan
mahluk-Nya sampai akhirnya Nabi Ibrahim tidak terbakar oleh
api sedikitpun. Jangan sampai kita mengambil peran seperti
seekor cicak yang terus meniupkan api, agar Nabi Ibrahim
terbakar. Seperti hanya membela Palestina meskipun kita tahu
bahwa pertolongan Allah itu akan hadir, akan tetapi Allah
menguji kesungguhan dan ketulusan kita, sejauh mana kita
mampu berjuang dalam membebaskan Baitul Maqdis.
Tak apa lakukanlah sebisamu, mulailah dari mempelajari
ilmu dan isu kepalestinaan, agar hatimu tergerak terhadap baitul
maqdis. Kemudian buatlah karya agar hari-harimu sibuk dengan
kebermanfaatan dan teruslah perbaiki diri bekali dengan ilmu
serta ketaqwaan. Jadilah muslimah yang berperan, bukan
yang baperan.

Semnagat berproses dan berprogress!

64
E. Semakin Taat, Semakin Bermanfaat
Kunci bagi setiap jiwa yang hidupnya ingin selamat dan
berkah. Coba evalusi kembali bagaimana hubungan ia dengan
Rabb-nya dan kebermanfaat ia di dunia. Umumnya sering
disebut dengan Hablum Mi nallah dan Hablum Minannas.
Anyway, kalian tahu tidak dengan pola berikut ini:
Hablum Minallah

Hablum Minannas

Pola vertikal dan horizontal tersebut menggambarkan


kesimbungan antara amalan kita kepada Allah maupun kepada
sesama manusia. Amalan Hablum Minallah ini contohnya
seperti shalat, puasa, mengaji dan lain-lain, yang sifatnya dari
Allah untuk kebaikan diri sendiri. Dan sepatutnya kita bisa lebih
memperbaiki kualitas dan kuantitas ibadah kita kepada Allah.
Entah, itu ibadah yang wajib maupun Sunnah. Sedangkan untuk
amalan Hablum Minannas ini yakni amalan yang yang
ditunjukan untuk mahluk ciptaan Allah, yang kebermanfaatnya
bisa untuk orang lain maupun diri sendiri. contohnya seperti,
sedekah, mempererat silaturahim, berkontribusi dalam dakwah

65
maupun sosial. Ibnu Taimiyah dalam Majmu‟ Al Fatwanya
menyebutkan, Abu Sufyan bin „Uyainah pernah berkata,
“Barangsiapa yang memperbaiki hubungannya dengan Allah,
maka Allah akan memperbaiki hubungannya dengan sesama
manusia.”
Pola tersebut juga menjadi reminder untuk diri kita,
apakah kita sudah memaksimalkan amalan keduanya dengan
baik? Atau jangan-jangan kita hanya asik dengan ibadah kita
sendiri, tanpa berpikir memberikan kebermanfaatan untuk orang
lain. Sedangkan jika hanya shalat, dan puasa saja tidak cukup,
namun harus diimbangi dengan menjaga hubungan baik sesama
mahluk ciptaan Allah juga.
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An-
Nisa ayat 36)
Ayat-ayat di atas menjelaskan Hablum Minallah dan
Hablum Minannas ini diibaratkan seperti dua sisi mata uang
yang tidak dapat dipisahkan. Secara jelas Allah mention kita
untuk terus menjaga hubungan baik sesama manusia, salah
satunya yaitu dengan menebarkan kebermanfaat. Lakukan saja

66
sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Karena
cakupan kebermanfaatan itu sangat luas, belajarlah dari hal-hal
kecil yang bisa dilakukan. Entah itu, berkontribusi dalam aksi
kemanusiaan, bisa dengan mengajarkan anak-anak yang putus
sekolah, berdakwah lewat karya atau sekalipun hanya menjadi
pengiat dakwah di media sosial. InsyaAllah, sekecil apapun
usaha yang dilakukan jika hal tersebut di-istiqomahkan,
mungkin nantinya akan berdampak besar juga untuk orang lain
maupun diri sendiri. Meskipun kadang merasa diri belum
pantas, tak apa learning by doing saja.
Keseimbangan amal itu wajib kita jaga dengan baik,
sebab jika satu diantaranya saja kita kerjakan. Itu sama halnya
kita tidak mengikuti perintah Allah subhanahu wa ta’ala yang
menyuruh kita untuk melakukan amalan keduanya. Dimana jika
Hablum Minallah dengan takwa. Maka, Hablum Minannas
adalah dengan ahlakul kharimah. Sebab seorang muslim yang
beriman pasti mengerti pentingnya mendahulukan adab sebelum
berilmu dan beramal. Maka, perlihatkanlah akhlak yang baik
sebagai seorang muslim.
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang
paling bagus akhlaknya.” (HR. At-Tirmidzi)
Semoga usaha yang dioptimalkan demi ketaqwaan
disisi Allah ini, dapat berbanding lurus dengan
kebermanfaatan yang kita sebarluaskan. Sebab di luar sana

67
masih banyak orang yang membutuhkan langkah
kontribusi kita. Maka bergeraklah, selagi Allah masih
memberikan nafas untuk kita berjuang. Semoga kita bisa
jadi seseorang yang semakin taat, dan semakin menebar
manfaat.
Semangat menebar manfaat dengan versi terbaikmu.

68
Surat Cinta untuk Muslimah

Dear, sisterfillah
Jika jiwamu gelap maka segeralah bergegas menjemput
cahaya itu, hujanilah hati kita dengan cahaya-Nya. Bangunlah
dari keterpurukan, sekalah air matamu raihlah harapan itu.
Berikan senyuman ikhlas terbaikmu untuk menyambut semua
kecewa itu. Pelan-pelan cobalah untuk bangkit dan berjalan
meskipun harus dengan merangkak. Bersabarlah meskipun
seringkali cobaan kencang menerpa. Tetaplah menjadi wanita
kuat, sebagaimana kamu menjalaninya, hingga kelak suatu saat
nanti, kita bisa mengajarkan anak kita bagaimana menjadi kuat
itu.
Dirimu berharga wahai shalihah, tetaplah berada dalam
koridor agamamu. Sebab itu yang akan menjagamu. Bingkailah
perjuanganmu dengan ilmu dan ketaqwaan. Sebab itulah bekal
untukmu. Terimaksih sudah bertahan sejauh ini, kamu hebat
sudah bisa melewati nya dengan baik. Aku tidak tahu seberat
apa kamu mejalaninya….
Aku tidak tidak sesulit apa kamu mampu melewatinya…
Aku cuman mau bilang, kamu tidak sendiri. Ada Allah
membersamai.

69
Jangan pernah putus asa dari Rahmat Allah yah!
Yakinlah bahwa di balik dari semua ketetapan yang Allah
berikan ini adalah yang terbaik.
Tidak apa-apa, melangkahlah dengan percaya diri,
teruslah berkontribusi dalam kebermanfaatan seluas-luasnya.
Raihlah amal dan karya tertinggi versi terbaikmu.

Ditulis kala senja

Tanggal 19 Oktober 2022

70
Daftar Referensi

Buku
Al-Qur‟an
Farah Qoonita. 2018. Seni Tinggal di Bumi. Kanan Publishing:
Jakarta.
Farah Qoonita. 2021. Hidup Satu Kali Lagi. Kanan Publishing:
Jakarta.
Tiara Rizkia. 2017. Be Wonderful Shalihah. PT Elek Media
Komputindo: Jakarta.
Ucu Najmudin. 2019. Batin yang Damai. CV. Mega Rancage
Press: Bandung.
Dr. Aidh Al-Qarni.2020. La Tahzan Jangan bersedih. Qisthi
Press: Jakarta.
Syaikh Muhammad Ali Al-Harakan. 1997. Sirah Nabawiyah.
Pustaka Al-Kautsar: Jakarta.

Media online
Pals.Smart171.org/
Menjadi Maryam masa kini, FDF – Farah Qoonita
Kisah Sahabat Nabi, Abu Bakar Ash-Shiddiq Keimanannya
Lebih Berat dari Keimanan Penduduk Bumi -
Tribunjambi.com
Tereliye. Tulisan Feed Instagram
Muhammad Nuzul Dzikri. Tulisan Feed Instagram
Azdni Nawawi. Tulisan Feed Instagram

Daring
Kajian Khalid Basalamah, “Dasyatnya Iman”

71
Profil Penulis

Ia lahir di Ciamis Jawa Barat, 18 April 1994. Sekarang


ia tinggal bersama suaminya di Purwakarta jawab barat.
Suaminya bernama Achwana Syahlan yang merupakan sosok
yang mengsupport ia dalam belajar, dan berkarya. Sebelumnya
ia pernah bekerja selam 8 tahun di Rumah Sakit Siloam
Purwakarta sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian dan berkuliah
di Universitas Pelita Harapan. Selepas berhenti bekerja dan
kuliah sisa waktunya ia isi dengan mengikuti berbagai
pembelajaran online dakwah, kajian, komunitas, dan pegiat aksi
kemanusian, zero waste dan minimalism di media sosial.
Perempuan ini menyukai beberapa hobi yang
diantaranya memasak, membaca, menulis, jalan-jalan ke alam
sejuk, design, kuliner dan bercocok tanam. Kegiatan yang
sedang di tekuni mengikuti komunitas Baik berisik volume 3,
Kajian Ilmiah Muslimah Purwakarta, Komunitas Wolifrends
online, Komunitas teman menulis online, dan belajar bimbingan
Qur‟an di Buqu Purwakarta. Beberapa karya kecil yakni Karya
terbaik bulan juli dari Baik Berisik volume 3, antologi
“Melepaskan dengan Ikhas” dan progres pembuatan antologi
“Pejuang Garis dua.”

72
Buku ini merupakan karya solo pertamanya, di mana
lewat buku ini ia berharap bisa memberikan kebermanfaatan
maupun insight baru untuk pembacanya. Buku ini adalah
kumpulan kisah dalam mengeja makna kehidupan. Sebagai
bahan bakar kita untuk bangkit dari keterpurukan. Serta
menterjemahkan setiap maksud dari takdir Allah, dengan
merubah mindset untuk menjadi muslimah yang lebih peka
terhadap kebaikan. Yaitu dengan berkontribusi lewat karya dana
amal terbaiknya.

Info lebih lanjut


Email: hanyrismayanti94@gmail.com
Twitter: @HaniRismayanti4
Instagram: Hansoehany
Facebook: Hansoehany

73

Anda mungkin juga menyukai