Anda di halaman 1dari 20

KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT

PUSAT KESENJATAAN ARHANUD Cimahi, 26 Maret 2021

Nomor : B / 423 /III/2021


Klasifikasi : Biasa
Lampiran : 1 bendel
Perihal : Pengiriman data dukung Program
Pengadaan Barang dan Jasa Kegiatan
PLN dan PDN TA 2021

Kepada

Yth. Kasad

di

Jakarta
u.p. Aslog
1. Dasar.
a. Berita Faximile Aslog Kasad Nomor Fax/381/III/2021/Renbut/Slogad tanggal
25 Maret 2021 tentang Permintaan dokumen data dukung Program Pengadaan
Barang dan Jasa Kegiatan Pinjaman Luar Negeri (PLN) dan Pinjaman Dalam
Negeri (PDN) TA 2021; dan
b. Pertimbangan Komando dan Staf Pussenarhanud Kodiklatad.

2. Sehubungan dasar di atas, dikirimkan dokumen data dukung Program Pengadaan


Barang dan Jasa Kegiatan Pinjaman Luar Negeri (PLN) dan Pinjaman Dalam Negeri
(PDN) TA 2021 yang meliputi kajian akademis dan operational requirement Program
Modernisasi Meriam Arhanud 57 mm S-60.

3. Demikian mohon dimaklumi.

Komandan Pussenarhanud Kodiklatad,

Tembusan: Nisan Setiadi, S.E.


Mayor Jenderal TNI
1. Kasad
2. Dankodiklatad
3. Irjenad
4. Asintel, Asops dan Asrena Kasad
5. Ir Pussenarhanud
6. Paban I/Ren dan Paban VI/Alpal Slogad
KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran 1 Surat Danpussenarhanud
PUSAT KESENJATAAN ARHANUD Nomor B/ 423 /III/2021
Tanggal 26 Maret 2021

KAJIAN

Tentang

MODERNISASI MERIAM ARHANUD 57 MM S-60


PROGRAM PDN 2020-2024

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.
a. Pussenarhanud Kodiklatad sebagai Pembina Fungsi Kecabangan Arhanud
TNI AD, bertanggung jawab terhadap penyiapan Alutsista, kemampuan prajurit
maupun peranti lunak sehingga satuan-satuan Arhanud selalu dalam kondisi siap
melaksanakan tugas pokoknya secara berdaya guna dan berhasil guna. Sebagai
salah satu realisasi dari tanggung jawab pembinaan tersebut, maka
Pussenarhanud melakukan penataan satuan-satuan Arhanud diantaranya dengan
melaksanakan pembangunan kekuatan satuan Arhanud guna mendukung
terwujudnya kekuatan pokok minimum sesuai Rencana Strategis (Renstra) TNI AD
tahun 2020-2024.
b. Selaras dengan kebijakan Pemerintah dalam membangun kekuatan pokok
minimal TNI (Minimum Essential Force) yang sampai saat ini telah memasuki
Tahap III tahun 2020-2024, diantaranya berupa pengadaan Alutsista baru dan
modernisasi Alutsista serta peralatan untuk memenuhi kebutuhan satuan-satuan,
termasuk diantaranya Satuan Arhanud TNI AD. Selain itu arah kebijakan Renstra
TNI AD juga mencakup program modernisasi dan rematerialisasi Alutsista di
beberapa satuan Arhanud yang masih menggunakan Sista yang sudah sangat tua
serta beberapa Satuan hasil validasi, pengembangan dan pembentukan baru.
Salah satu program modernisasi Alutsista adalah modernisasi Meriam 57 mm S-60
untuk Satuan Arhanud TNI AD. Modernisasi Meriam 57 mm S-60 ini sejalan
dengan arah kebijakan dan peluang di bidang kemandirian Industri Pertahanan
Nasional.
c. Hingga saat ini Meriam 57 mm S-60 menjadi Alutsista yang paling dominan
di seluruh Satuan Arhanud TNI AD. Alutsista tersebut sebagian besar dalam
kondisi rusak khususnya Meriam 57 mm S-60/Retrofit. Berdasarkan kondisi
tersebut, sejalan dengan arah kebijakan di bidang kemandirian Indhan Nasional,
program modernisasi Meriam Arhanud 57 mm S-60 diselenggarakan untuk
meningkatkan kesiapan operasional Satuan Arhanud TNI AD. Guna mendukung
pengadaan tersebut, maka disusun kajian tentang modernisasi Meriam Arhanud
57 mm S-60 melalui tinjauan dari berbagai aspek.
2

2. Maksud dan Tujuan.


a. Maksud. Memberikan gambaran tentang program modernisasi Meriam
Arhanud 57 mm S-60 sebagai bagian dari Program PDN 2020-2024.
b. Tujuan. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Pimpinan TNI AD
dalam menentukan kebijakan lebih lanjut terkait modernisasi Meriam Arhanud 57
mm S-60 sebagai bagian dari Program PDN 2020-2024.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Kajian ini membahas tentang penentuan
modernisasi Meriam Arhanud 57 mm S-60 sebagai bagian dari Program PDN 2020-2024
sebagai bagian dari Program PLN 2020-2024 yang disusun dengan tata urut sebagai
berikut :
a. Pendahuluan.
b. Latar Belakang Pemikiran.
c. Data dan Fakta.
d. Analisa.
e. Kesimpulan dan Saran.
f. Penutup.

4. Dasar.
a. Surat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor B/053/M.PPN/D.8/PP.05.01/01/2021
tanggal 29 Januari 2021 tentang Daftar Kegiatan Khusus Tahun 2021 untuk
Kementerian Pertahanan;
b. Surat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor B/055/M.PPN/D.8/PP.05.02/01/2021
tanggal 29 Januari 2021 tentang Daftar Kegiatan Prioritas Pinjaman Dalam Negeri
(DKPPDN);
c. Surat Dirjen Kuathan Kemhan RI Nomor B/569/09/11/08/DJKUAT tanggal
25 Februari 2021 tentang Permohonan dokumen Renbut program Pengadaan
Barang dan Jasa kegiatan PDN Tahun 2021;
d. Berita Faximile Aslog Kasad Nomor Fax/381/III/2021/Renbut/Slogad tanggal
25 Maret 2021 tentang Permintaan dokumen data dukung Program Pengadaan
Barang dan Jasa Kegiatan Pinjaman Luar Negeri (PLN) dan Pinjaman Dalam
Negeri (PDN) TA 2021; dan
e. Pertimbangan Komando dan Staf Pussenarhanud Kodiklatad.
3

BAB II
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

5. Umum. Perkembangan lingkungan strategis baik regional maupun global


telah merubah hakikat ancaman yang harus mendapatkan perhatian bagi bangsa
Indonesia khususnya TNI sebagai komponen utama pertahanan. Di sisi lain
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertahanan menjadi sangat
maju, termasuk di dalamnya teknologi persenjataan udara. Untuk menghadapi
perkembangan ini, diperlukan satuan Arhanud yang handal dan memiliki kesiapan yang
tinggi dalam menghadapi perkembangan hakekat ancaman tersebut.

6. Perkembangan Ancaman Udara. Dengan adanya perkembangan teknologi


generasi IV telah menyebabkan terjadinya perubahan berbagai bentuk kemampuan
militer, termasuk perkembangan teknologi ancaman udara. Perkembangan teknologi
pesawat dan senjata udara mulai mengarah kepada sistem senjata dengan teknologi
modern yaitu peluru kendali yang memiliki kemampuan daya hancur besar, kecepatan
tinggi, jarak capai jauh dan tingkat akurasi tinggi. Dengan kecanggihan teknologi saat ini
seperti pesawat tempur, Heli Serbu, pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle/UAV)
dan Rudal Balistik yang telah dilengkapi dengan persenjataan canggih, termasuk roket,
artileri dan mortir yang merupakan wahana ancaman udara, Satuan Arhanud harus
mempunyai Alutsista yang dapat mengimbangi kecanggihan perkembangan ancaman
serangan udara tersebut serta memiliki mobilitas yang tinggi.

7. Tugas Pertahanan Udara. Pertahanan udara diberikan untuk memberikan


perlindungan kepada satuan manuver dan obyek vital. Perlindungan pertahanan udara
kepada satuan manuver diberikan dalam operasi pertempuran gabungan, antara lain
kepada Pasukan Linud, Pasukan Infanteri dan Pasukan Kavaleri. Obyek vital yang perlu
diberikan perlindungan udara adalah obyek vital dalam operasi pertempuran maupun
obyek vital yang bernilai strategis. Dalam operasi pertempuran obyek vital yang dilindungi
adalah Posko operasi dan stelling Armed serta obyek vital bernilai strategis adalah yang
ditetapkan pemerintah. Selain itu Satuan Arhanud perlu untuk melaksanakan sistem
pertahanan udara secara terintegrasi di seluruh wilayah Indonesia sehingga dapat
melakukan penindakan sedini mungkin terhadap setiap kemungkinan ancaman udara
yang masuk.

8. Modernisasi Alutsista Arhanud. Selama kurun waktu Renstra 2010-2014


dan 2015-2019 telah dilaksanakan modernisasi Alutsista Arhanud TNI AD di beberapa
satuan baik di satuan Arhanud Kostrad maupun di satuan Arhanud kewilayahan.
Dihadapkan semakin tingginya teknologi yang digunakan pada pesawat dan senjata
udara, modernisasi Alutsista Arhanud menjadi suatu tuntutan yang mutlak untuk
dilaksanakan mengingat sebagian besar Alutsista Arhanud saat ini sudah berusia cukup
tua. Dari beberapa Alutsista yang sudah berumur cukup tua, salah satunya adalah
Alutsista Meriam 57 mm S-60. Meriam 57 mm S-60 merupakan Alutsista dengan populasi
paling banyak di Satuan Arhanud TNI AD dan telah digunakan selama lebih dari 50 tahun.
Dihadapkan pada usia pakai yang sudah cukup tua dan semakin pesatnya perkembangan
teknologi serangan udara, Alutsista Meriam 57 mm S-60 sudah tertinggal jauh
teknologinya. Dengan demikian perlu adanya modernisasi Alutsista tersebut.
4

BAB III
DATA DAN FAKTA

9. Umum. Agar dapat menganalisa konsep modernisasi Meriam 57 mm S-60


maka perlu disajikan data dan fakta terkait seperti Orgas Satuan Arhanud, kondisi Meriam
57 mm S-60 saat ini dan kegiatan pemeliharaan dan perawatan (Harwat) Meriam 57 mm
S-60 yang sudah dilaksanakan.

10. Kondisi Meriam 57 mm S-60. Alutsista Meriam 57 mm S-60 saat ini masih
banyak dalam kondisi rusak dan tidak operasional khususnya Meriam 57 mm S-60/Ret
yang seluruhnya tidak operasional dan menyebabkan kesiapan operasi Alutsista tersebut
sangat rendah, sesuai dengan uraian pada tabel berikut:
KONDISI SIAP OPS (%)
NO JENIS ALUT SISTA TOP NYATA
B RR RB KUAN KUAL
A. Sista Meriam 57 mm S-60/Tanpa AKT 217 188 103 78 7 86% 55%

B. Sista Meriam 57 mm Retrofit


1. Meriam 57 mm Retrofit 52 48 4 35 9 92 8
2. Radar TDAR 13 12 0 4 8 92 0
3. Firing Control System 13 12 1 7 4 92 8

11. Kegiatan Harwat Meriam 57 mm S-60. Upaya modernisasi Alutsista Meriam


57 mm S-60 sudah berjalan dalam rangka meningkatkan kondisi Alutsista tersebut, baik
dilaksanakan oleh Dohar Sista Arhanud maupun Puspalad yang melibatkan pihak ketiga.
Kegiatan perbaikan yang sudah dilaksanakan selama Tahun 2016 s.d. 2020 sebagai
berikut:
NO TAHUN SATUAN ALUTSISTA JUMLAH PELAKSANA HAL JOL
1 2016 Yonarhanud 8 Mer 57 mm/T.AKT 12 Satbak PT. Heris Jaya Ciplak Hasil baik
2 2017 Yonarhanud 15 Mer 57 mm/T.AKT 8 Satbak Dohar Sista Hasil baik
3 2018 Yonarhanud 14 Mer 57 mm/T.AKT 12 Satbak PT. Argya Jaya Hasil baik
Makmur Sentosa
4 2018 Yonarhanud 8 Mer 57 mm/T.AKT 8 Satbak Dohar Sista Hasil baik
5 2019 Yonarhanud 11 Mer 57 mm/T.AKT 11 Satbak PT. Argya Jaya Hasil baik
Makmur Sentosa
6 2019 Yonarhanud 10 Mer 57 mm/Ret 1 Rai PT. Argya Jaya Belum selesai, dengan
Makmur Sentosa catatan terdapat
penggantian Radar
TDAR dengan Radar AS
901A 3D (pengadaan
baru)
7 2019 Yonarhanud 13 Mer 57 mm/T.AKT 12 Satbak PT. M3 Hasil baik

12. Konfigurasi Meriam 57 mm S-60. Alutsista Meriam 57 mm S-60 yang


digunakan Satuan Arhanud TNI AD saat ini memiliki 2 jenis yaitu Tanpa Alat Kendali
Tembak (AKT) dan Retrofit. Untuk jenis Tanpa AKT konfigurasi dalam 1 Baterai hanya
terdiri 12 Satbak Meriam karena tidak dilengkapi dengan Radar dan Kendali Tembak.
a. Meriam 57 mm S-60/T.AKT. Dalam 1 Baterai terdiri 12 Satbak Meriam.
5

b. Meriam 57 mm S-60/Ret. Dalam 1 Baterai terdiri dari 3 Peleton dimana tiap


peleton terdiri dari:
1) 1 unit Radar TDAR.
2) 1 unit Firing Control System (FCS).
3) 1 unit Battery Command Control (BCC).
4) 1 unit Laser Range Finder (LRF).
5) 1 unit TV Camera.
6) 1 unit Optical Director.
7) 2 unit generator.
8) 5 unit Kendaraan penarik.

BAB IV
ANALISA

13. Umum. Guna menjawab kebutuhan Modernisasi Meriam 57 mm S-60 bagi


satuan Arhanud TNI AD, diperlukan suatu analisa dari berbagai aspek guna diperoleh
kesimpulan yang komprehensif. Modernisasi Meriam 57 mm S-60 setidaknya memenuhi
tiga kriteria, yaitu sejalan dengan pembangunan Postur TNI AD dalam Minimum Essential
Force (MEF), sejalan dengan pembangunan kekuatan pada Renstra TNI AD tahun 2020-
2024 dan benar-benar dibutuhkan oleh satuan-satuan pengguna.

14. Aspek Teknis. Aspek teknis pada modernisasi Meriam 57 mm S-60 ini
dititikberatkan pada konsep modernisasi itu sendiri yang selanjutnya dihadapkan pada
Ketentuan Standar Umum (KSU) Materiil Bekal TNI AD yang menjadi operational
requirement Alutsista TNI AD. Berdasarkan data kondisi dan konfigurasi Alutsista Meriam
57 mm S-60 di atas, modernisasi ini dititikberatkan pada Alutsista yang rusak parah
dengan membuat menjadi satu kesisteman untuk melaksanakan seluruh fungsi Arhanud
dari deteksi, identifikasi, penjejakan dan penghancuran. Dengan demikian konfigurasi
yang dibutuhkan menjadi sebagai berikut:
6

1 Baterai Meriam 57 mm S-60 terdiri dari 1 Radar, 3 Unit FCS, 4 Satbak Rudal Jarak
Pendek dan 8 Satbak Meriam. Dihadapkan pada kondisi saat ini, maka upaya
modernisasi yang perlu untuk dilaksanakan meliputi:
a. Radar. Bagi Satuan Arhanud kebutuhan Radar merupakan hal yang
mutlak karena dapat melaksanakan tiga fungsi yaitu deteksi, identifikasi dan
penjejakan sasaran. Berdasarkan pengalaman perbaikan Alutsista Meriam 57 mm
S-60/Ret pada Tahun 2019, kondisi Radar TDAR sudah tidak memungkinkan untuk
diperbaiki karena selain masih menggunakan teknologi lama, jenis Radar tersebut
sudah mengalami kerusakan berat pada seluruh perangkatnya. Dengan demikian
dalam modernisasi Meriam 57 mm S-60 ini dibutuhkan pengadaan Radar baru
yang menggunakan teknologi terkini. Pada kegiatan perbaikan Meriam 57 mm
S-60/Ret di atas, Radar TDAR digantikan dengan pengadaan baru berupa Radar
AS 901A 3D yang menggunakan teknologi terkini. Namun Radar tersebut masih
berbentuk angkut yang harus bongkar pasang. Dengan memperhatikan aspek
mobilitas, pengadaan Radar baru pengganti TDAR seharusnya Radar yang
terinstal di atas platform kendaraan, antara lain seperti Radar CM200 Shikra.
b. FCS sebagai Alat Kendali Tembak. Secara kuantitas, FCS saat ini
sudah sesuai yaitu untuk 4 Satbak Meriam 57 mm S-60/Ret. Namun seluruhnya
dalam kondisi rusak dan tidak operasional serta masih menggunakan teknologi
analog yang lama. Pada proses modernisasi ini dibutuhkan pengadaan baru FCS
yang sudah menggunakan sistem digital dan terkoneksi secara real time dengan
Radar dan Satbak sehingga memiliki presisi yang tinggi terhadap sasaran. Dalam
rangka meningkatkan mobilitas Alutsista, maka FCS perlu untuk ditingkatkan
dengan menggunakan platform kendaraan.
c. Satuan Tembak Rudal Jarak Pendek. Dalam rangka meningkatkan
kedalaman gelar kesisteman, konsep modernisasi Alutsista Rudal Meriam 57 mm
S-60 menggunakan konfigurasi penggelaran 1 Baterai berupa Satbak Meriam dan
Satbak Rudal Jarak Pendek. Pertimbangan jarak capai efektif yang lebih jauh
dibandingkan Satbak Meriam, akan menempatkan Satbak Rudal Jarak Pendek
sebagai Alutsista pertama yang menembak sasaran seawal mungkin. Selanjutnya,
tingkat akurasi tembakan Satbak Rudal Jarak Pendek yang lebih tinggi
dibandingkan Satbak Meriam, akan memberikan keunggulan daya tempur relatif
kesisteman hasil modernisasi Alutsista Meriam 57 mm S-60.
d. Satuan Tembak Meriam 57 mm. Satbak Meriam 57 mm S-60, baik Tanpa
AKT maupun Retrofit, saat ini masih ditarik oleh kendaraan penarik. Pada
modernisasi ini, selain dalam rangka memperbaiki kondisi yang rusak juga
diprioritaskan untuk meningkatkan teknologi pada Satbak tersebut diantaranya agar
Meriam tersebut dilengkapi dengan generator gerak serta tidak lagi ditarik tetapi
bergerak dengan menggunakan platform kendaraan serta memiliki proses
penggelaran yang cepat.

15. Aspek Operasional. Titik berat aspek operasional adalah perbandingan


kemampuan Alutsista dihadapkan pada situasi pertempuran. Hal mendasar yang menjadi
faktor penentu keberhasilan suatu pertahanan udara dalam mempertahankan obyek vital
(statis/manuver) adalah kemampuan 4 (empat) fungsi Arhanud. Kemampuan tersebut
7

meliputi fungsi mendeteksi, mengidentifikasi, menjejak dan menembak seawal mungkin


sehingga memiliki kemungkinan menghancurkan sasaran lebih besar. Namun saat ini
fungsi tembakan hanya dapat dilakukan Alutsista Meriam 57 mm S-60 dengan jenis
Tanpa AKT, sedangkan jenis Alutsista Retrofit tidak dapat dioperasionalkan karena rusak.
a. Kemampuan Radar melaksanakan fungsi deteksi, identifikasi dan
penjejakan. Untuk melaksanakan ketiga fungsi tersebut, Radar yang dibutuhkan
adalah Radar yang memiliki perangkat Identification Friend or Foe (IFF).
Dihadapkan pada kemampuan ancaman udara saat ini dibutuhkan kemampuan
Radar untuk mendeteksi beberapa sasaran secara bersamaan, bahkan dapat
mendeteksi hingga 30 sasaran sekaligus. Dengan tingginya kecepatan jelajah
ancaman udara tersebut, diperlukan Radar dengan kecepatan putar azimuth yang
tinggi pula untuk memudahkan dalam melakukan penjejakan sasaran.
b. Kemampuan FCS melaksanakan fungsi penjejakan. Akurasi data
sasaran dari Radar selanjutnya dikirim secara real time kepada FCS untuk
memandu penembakan Satbak. Seperti halnya kemampuan Radar, untuk bisa
melaksanakan penjejakan secara baik dibutuhkan FCS dengan kecepatan putar
azimuth yang tinggi serta dengan teknologi digital terkini.
c. Kemampuan Rudal Jarak Pendek melaksanakan fungsi penghancuran.
Pemenuhan Alutsista Rudal Jarak Pendek melengkapi kesisteman hasil
modernisasi Meriam 57 mm S-60 diharapkan meningkatkan kemampuan dalam
memberikan tembakan seawal mungkin terhadap sasaran udara, mengingat Rudal
Jarak Pendek yang sudah digunakan Satuan Arhanud TNI AD mencapai jarak
efektif 8 km. Selain itu keberadaan Rudal Jarak Pendek ini meningkatkan mobilitas
kesisteman karena terpasang dengan platform kendaraan. Adapun aspek
operasional Rudal Jarak Pendek yang dibutuhkan untuk melengkapi kesisteman
hasil modernisasi Meriam 57 mm S-60 adalah sebagai berikut:
1) Sistem kendali. Rudal Jarak Pendek yang sudah digunakan oleh
Satuan Arhanud saat ini memiliki sistem kendali laser beam guidance dan
heat seeker. Kedua jenis pengendalian tersebut masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan;
2) Jarak tembak efektif. Jarak tembak efektif terjauh Rudal Jarak
Pendek yang sudah dimiliki Satuan Arhanud adalah 8 Km. Hal ini
memberikan keuntungan pada penembakan seawal mungkin sehingga
sangat efektif dalam memberikan perlindungan udara untuk jarak pendek,
terutama dalam memberikan perlindungan udara terhadap Obyek Vital.
3) Ketinggian. Rudal Jarak Pendek yang digunakan saat ini memiliki
ketinggian tembak sampai dengan 5.500 m. Dengan demikian Rudal
tersebut memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memberikan
perlindungan udara terhadap obyek vital maupun satuan manuver yang
dilindungi terhadap ancaman udara yang datang dengan menggunakan
berbagai taktik serangan udara. Hal ini tentu akan menjadi efek getar bagi
lawan dalam mengaplikasikan taktik serangan udaranya terhadap sasaran
yang terlindungi oleh kesisteman hasil modernisasi.
8

4) Hulu Ledak. Misil Rudal Jarak Pendek yang digunakan saat ini
memiliki jenis impact fuze dan proximity fuze. Penggunaan jenis laser
proximity fuze yang dapat terpicu pada jarak tertentu dari sasaran. Proximity
fuze digunakan untuk meningkatkan kill probability rudal terhadap sasaran.
Karena selalu ada kemungkinan sasaran tidak dapat dihancurkan dengan
cara direct hit (bertumbukan) oleh impact fuze. Sehingga apabila Rudal
mengenai sasaran atau tergalak proximity fuzenya akan memberikan efek
yang lebih mematikan.
5) Propelan. Propelan merupakan isian dorong mesin roket pada
Rudal. Jenis propelan dapat mempengaruhi daya dorong Rudal. Dikaitkan
dengan aspek taktis, asap yang ditimbulkan oleh propelan dapat
berpengaruh negatif karena dapat menunjukkan posisi firing unit. Walaupun
pada dasarnya semua mesin roket akan menimbulkan asap, Rudal Jarak
Pendek yang menggunakan energi kinetik pada misil mengakibatkan asap
tidak timbul di sepanjang lintasan Rudal.
d. Kemampuan Meriam melaksanakan fungsi penghancuran. Kondisi saat
ini meskipun Meriam 57 mm S-60 sudah sangat tua, namun masih dapat
melaksanakan penembakan sasaran udara dengan baik. Hal ini dibuktikan setiap
pelaksanaan Latbakjatrat baik terintegrasi maupun program Satuan, tembakan
Meriam ini masih dapat mengenai sasaran udara. Selanjutnya, kemampuan
Meriam yang dibutuhkan pada kondisi pertempuran adalah formasi tembak halang
dengan tembakan secara rentetan. Namun demikian kemampuan mobilitas masih
menjadi masalah utama bagi Meriam ini. Secara detail, aspek taktis modernisasi
Meriam 57 mm S-60 dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Jarak tembak efektif. Jarak tembak efektif Meriam adalah
6.000 meter. Hal ini memberikan keuntungan pada penembakan seawal
mungkin sehingga sangat efektif dalam memberikan perlindungan udara
untuk jarak pendek, terutama dalam memberikan perlindungan udara
terhadap Obyek Vital baik statis maupun manuver.
2) Ketinggian. Meriam 57 mm S-60 memiliki ketinggian tembak sampai
dengan 3.000 m. Dengan demikian Meriam tersebut memiliki kemampuan
yang lebih baik dalam memberikan perlindungan udara terhadap obyek vital
maupun satuan manuver yang dilindungi terhadap ancaman udara yang
datang dengan menggunakan berbagai taktik serangan udara. Hal ini tentu
akan menjadi efek getar bagi lawan dalam mengaplikasikan taktik serangan
udaranya terhadap sasaran yang terlindungi oleh Alutsista Meriam 57 mm
S-60.
3) Fuze. Munisi Meriam 57 mm S-60 memiliki jenis High Explosive
Treasure (HE-T) yang memberikan efek ledakan terhadap sasaran yang
ditumbuk secara langsung (impact fuze). Kemampuan munisi ini
memberikan keuntungan dalam penerapan taktik Arhanud untuk
memberikan tembakan halang maupun langsung terhadap sasaran udara.
9

16. Aspek Taktis. Alutsista Meriam 57 mm S-60 modernisasi yang bersifat mobil akan
menambah kemampuan Satuan Arhanud dalam melindungi obyek Vital di berbagai
wilayah yang bersifat statis maupun dinamis. Untuk mendukung hal tersebut, Alutsista
Meriam 57 mm S-60 khususnya Meriam Satbak dapat dioperasikan dan digelar tanpa
harus dilepas dari platform kendaraan. Sehingga Alutsista tersebut dapat bergerak
mengikuti Satuan manuver yang memiliki kemampuan mobilitas dan fleksibilitas yang
tinggi serta memberikan perlindungan udara yang optimal bagi satuan manuver maupun
titik konsentrasi pasukan lainnya. Selain itu dengan kemampuan Satbak-Satbak Meriam
57 mm S-60 hasil modernisasi yang dapat mengarah secara serentak ke prioritas
datangnya sasaran udara akan memberikan kedalaman dalam pertahanan terhadap
obyek vital strategis yang dilindungi. Selain itu, apabila penguasaan udara telah berhasil
dicapai, Satbak Meriam 57 mm S-60 dapat digunakan sebagai unsur bantuan tembakan
untuk menghancurkan sasaran kendaraan lapis baja musuh. Secara umum kehadiran
Sista Meriam 57 mm S-60 hasil modernisasi di jajaran Arhanud TNI AD telah menambah
kemampuan yang dapat dilakukan satuan Arhanud TNI AD, antara lain:
a. Kemampuan Hanud Aktif. Arhanud memiliki kemampuan melaksanakan
gelar Hanud untuk melindungi dan memberikan efek deterrent terhadap ancaman
serangan udara musuh, serta meniadakan dan menghancurkan berbagai bentuk
ancaman serangan udara musuh dengan melakukan penembakan terhadap
sasaran secara efektif dan efisien;
b. Mampu melaksanakan patroli pemantauan situasi udara dengan
menggunakan kemampuan Radar teknologi terbaru;
c. Mampu melaksanakan perang gerilya dan lawan gerilya dengan kekuatan
kecil atau Satbak yang beroperasi secara mandiri, untuk melindungi satuan yang
dibantu di medan operasi yang terdapat ancaman serangan musuh yang
menggunakan wahana udara;
d. Mampu memberikan bantuan tembakan untuk menghancurkan satuan lapis
baja musuh dalam rangka mendukung satuan manuver jika keunggulan udara telah
diperoleh; dan
e. Mampu memberikan bantuan tembakan untuk menghancurkan satuan
pendarat musuh yang menggunakan kapal laut dan Ranpur amfibi dalam rangka
mendukung satuan yang dibantu pada operasi pertahanan pantai jika keunggulan
udara telah diperoleh.

17. Aspek Ekonomis. Program modernisasi Meriam 57 mm S-60 searah dengan


kebijakan pemerintah untuk mewujudkan kemandirian Industri Pertahanan Nasional agar
tidak tergantung dengan Negara lain. Hal ini merupakan wujud optimalisasi perencanaan
berbasis anggaran mengingat keterbatasan anggaran Negara di bidang pertahanan saat
ini. Dengan adanya program modernisasi ini dapat diperoleh Alutsista Arhanud modern
yang mampu mengimbangi kemajuan teknologi dan perkembangan ancaman udara saat
ini, serta memberikan nilai jual terhadap kemampuan Industri Pertahanan Nasional di
mata internasional.
10

18. Aspek Pemeliharaan. Program modernisasi Alutsista Meriam 57 mm S-60


tidak hanya untuk meningkatkan teknologi pada Alutsista tersebut. Peningkatan masa
pakai juga menjadi prioritas yang harus diutamakan dalam modernisasi ini. Penggunaan
Alutsista untuk kegiatan latihan dengan intensitas tinggi memungkinkan terjadi kerusakan
terhadap komponen Alutsista tersebut. Dengan demikian, dibutuhkan sistem
pemeliharaan yang signifikan di setiap level pemeliharaan tersebut. Aspek pemeliharaan
juga mencakup ketersediaan teknisi maupun suku cadang Alutsista baik di tingkat Satuan,
Pembina Materiil maupun Pihak Ketiga dari Pabrikan. Penyediaan suku cadang terhadap
Alutsista tersebut perlu untuk memperhitungkan critical item dari Alutsista yang rentan
mengalami kerusakan. Oleh karena itu, ketersediaan suku cadang benar-benar sesuai
dengan kebutuhan selama Alutsista digunakan oleh Satuan Arhanud TNI AD.
Aspek pemeliharaan yang menjadi prioritas adalah keterlibatan personel pembina
material baik Dohar Sista Arhanud maupun Pembina materiil daerah. Hal ini menjadi
kontrol kualitas terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh pihak ketiga atau biasa
dikenal dengan istilah technical representative (Techrep). Kegiatan ini merupakan bentuk
kaderisasi teknisi di lingkungan TNI AD sendiri agar kedepannya berjalan secara
berdampingan antara pihak pabrikan dengan TNI AD sendiri.

19. Aspek Lain.


a. Transfer of Technology. Modernisasi banyak merubah sistem senjata
yang ada sebelumnya, sehingga menghasilkan Alutsista tersebut menjadi sistem
senjata yang baru bagi prajurit pengguna. Dalam rangka mendukung modernisasi
tersebut dibutuhkan beberapa kegiatan pelatihan bagi prajurit TNI AD sebagai
implementasi dari Transfer of Technology, meliputi:
1) Pelatihan operator kepada prajurit Satuan pengguna;
2) Pelatihan teknisi kepada prajurit Satuan pengguna, Dohar Sista
Arhanud dan Pembina Materiil; dan
3) Pelatihan kaderisasi pelatih di Pusdikarhanud. Kegiatan pelatihan ini
merupakan wujud tanggung jawab untuk menyusun petunjuk operasional
maupun taktik penggunaan Alutsista Meriam 57 mm S-60 hasil modernisasi.
b. After Sales Commitment. Komitmen TNI AD dan penyedia modernisasi
Alutsista Meriam 57 mm S-60 tidak hanya khusus pada program tersebut,
melainkan selama Alutsista tersebut masih digunakan TNI AD. Selain itu untuk
mewujudkan communality Alutsista, komitmen ini juga berlaku untuk modernisasi
pada Alutsista selanjutnya.

Dengan memperhatikan analisa terhadap berbagai aspek di atas, maka kegiatan


modernisasi Alutsista Meriam Arhanud 57 mm S-60 Program PDN 2020-2024 merupakan
salah satu alternatif yang dapat mendukung rencana pemenuhan kebutuhan Alutsista
Arhanud TNI AD.
11

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

20. Kesimpulan.
a. Program modernisasi Meriam Arhanud 57 mm S-60 merupakan salah satu
alternatif yang dapat mendukung rencana pemenuhan kebutuhan Alutsista
Arhanud TNI AD, mengingat Alutsista tersebut sudah berumur sangat tua dan
menggunakan teknologi lama. Selain itu, program modernisasi juga sudah melalui
penyesuaian peningkatan kemampuan komposit Rudal Jarak Pendek berikut
Radar dan Alat Kendali Tembak sesuai dengan karakteristik satuan pengguna yaitu
tuntutan tingkat operasional mobilitas yang tinggi dikaitkan dengan perkiraan
ancaman yang makin berkembang di wilayah Indonesia;
b. Beberapa aspek yang perlu menjadi perhatian dalam proses pengadaan ini
adalah interoperabilitas, komunalitas, dukungan logistik, pemberdayaan Dohar/
Indhan, persyaratan produsen, Techrep, pemeliharaan dan pelatihan; dan
c. Guna menjamin pengadaan Alutsista yang komprehensif, maka selain tiga
komponen wajib yang harus dipenuhi (komponen satuan operasional, komponen
pendidikan dan latihan serta komponen pemeliharaan), juga perlu prioritas
pertimbangan pada aspek dukungan logistik dan pemberdayaan satuan
pemeliharaan (Dohar Sista Arhanud).

21. Saran. Dalam rangka mencapai tingkat kualitas mutu modernisasi Alutsista Meriam
Arhanud 57 mm S-60 serta pendalaman proses Transfer of Technology, disarankan
pelibatan personel teknisi Alutsista dari Satuan pengguna, Dohar Sista Arhanud dan
Pembina materiel daerah.

BAB VI
PENUTUP

22. Penutup. Demikian kajian tentang Modernisasi Meriam Arhanud 57 mm S-60


dengan sumber anggaran dari program PDN 2020-2024 ini dibuat untuk dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan bagi pimpinan TNI AD dalam menentukan kebijakan
selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan penataan dan modernisasi Alutsista
Arhanud TNI AD.

Komandan Pussenarhanud Kodiklatad,

Nisan Setiadi, S.E.


Mayor Jenderal TNI
KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran 2 Surat Danpussenarhanud
PUSAT KESENJATAAN ARHANUD Nomor B/ 423 /III/2021
Tanggal 26 Maret 2021

OPERATIONAL REQUIREMENT (OPSREQ)


MODERNISASI MERIAM 57 MM S-60
PROGRAM PDN 2020-2024
(Berdasarkan Keputusan Kasad Nomor Kep/462/VI/2017 tanggal 6 Juni 2017
tentang Petunjuk Teknis tentang KSU Materiil/Bekal TNI AD)

1. Radar pengganti TDAR.


a. Fungsi. untuk melakukan deteksi (detection), identifikasi (identification) dan
penjejakan (tracking) terhadap sasaran udara berupa pesawat udara (fixed wing
dan rotary wing), Pesawat Tempur Tanpa Awak (PTTA), peluru balistik dan Peluru
Kendali (Rudal).
b. Persyaratan Operasional.
1) Persyaratan Umum.
a) Mobilitas tinggi di darat dan dapat diangkut menggunakan
sarana angkut TNI melalui laut maupun udara (secara terbatas);
b) Memiliki teknologi terkini (modern);
c) Mudah pemeliharaan baik Radar maupun platform-nya;
d) Mudah pengoperasian baik Radar maupun platform-nya;
e) Mudah dukungan dan pengadaan suku cadang baik Radar
maupun platform-nya;
f) Memiliki usia pakai minimal 15 tahun dan dapat diperpanjang
s.d. 25 tahun; dan
g) Adanya jaminan dari Produsen tentang ketersediaan suku
cadang Radar, suku cadang platform dan peralatan pendukung
lainnya selama Radar masih digunakan oleh TNI AD.
2) Persyaratan Taktis.
a) Memiliki kemampuan pengendalian tempur (pemberitaan,
analisa dan pendistribusian sasaran udara);
b) Semua perlengkapan Radar harus mudah disamar;
c) Interoperable dengan Radar Peringatan Dini (Early Warning
Radar) yang dimiliki oleh Arhanud TNI AD, Radar Peringatan Dini
(Early Warning Radar) dalam Sistem Pertahanan Udara Nasional
yang dimiliki oleh Komando Pertahanan Udara Nasional
(Kohanudnas);
d) Dapat terhubung dengan alat kendali tembak;
e) Dapat melakukan fungsi pemantauan (surveillance) dan
pengendalian tempur (engagement control);
2
f) Dapat mendeteksi segala bentuk sasaran udara seperti
pesawat pembom, fighter, pesawat angkut, helikopter, rudal jelajah
dan lain sebagainya;
g) Dapat melakukan penjejakan secara 3D terhadap sasaran dan
mengklasifikasikan jenis sasaran (pesawat udara, helikopter, misil
dan PTTA);
h) Dapat mengidentifikasi pesawat kawan dan lawan;
i) Mampu beroperasi di segala cuaca pada iklim tropis;
j) Dapat dioperasikan pada siang dan malam hari;
k) Relatif mudah dioperasikan di segala bentuk medan; dan
l) Dapat beroperasi dengan lancar pada semua kondisi cuaca
dan jamming, pada semua kondisi permukaan bumi (dataran rendah,
hutan, perbukitan, pegunungan, karang dan tepi pantai).
3) Persyaratan Teknis.
a) Jarak tangkap awal minimal 100 Km;
b) Memiliki kemampuan Identification Friend or Foe (IFF);
c) Mampu menangkap minimal 30 (tiga puluh) sasaran sekali
sapuan;
d) Sistem jaringan nirkabel;
e) Dapat bergerak sendiri (self propelled);
f) Dilengkapi dengan perlengkapan komunikasi dan transmisi
data ke Sistem Kendali Tembak atau langsung ke Satuan Tembak
baik menggunakan kabel maupun secara nirkabel;
g) Dilengkapi dengan perlengkapan komunikasi dan penerima
data dari Radar Peringatan Dini (Early Warning Radar) yang dimiliki
oleh Arhanud TNI AD maupun Radar Peringatan Dini (Early Warning
Radar) dalam Sistem Pertahanan Udara Nasional yang dimiliki oleh
Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) baik
menggunakan kabel maupun secara nirkabel;
h) Memiliki sistem navigasi GPS/GLONASS dan kompas (digital)
yang dapat terintegrasi dengan subsistem lain;
i) Dilengkapi alat penghubung (Interface) ke Radar Peringatan
Dini (Early Warning Radar);
j) Dilengkapi dengan sistem Built-In Test Equipment (BITE);
k) Dilengkapi sistem Electronic Counter Measure (ECM) dan
Electronic Counter Counter Measure (ECCM);
l) Memiliki kemampuan menghadapi Anti Radar Missile (ARM);
m) Memiliki komponen elektronika All Solid State;
3
n) Memiliki kemampuan deteksi 3D, yaitu ketinggian (elevasi),
arah (azimut), jarak dan dapat menghitung kecepatan dan
memprediksi arah sasaran;
o) Temperatur operasional -10˚C s.d. +60˚C;
p) Antena Radar tahan terhadap terpaan angin;
q) Tahan terhadap hujan, debu, pasir dan garam;
r) Dilengkapi dengan sumber daya berlebih (redundant) dan tidak
mengeluarkan suara bising (silent); dan
s) Dapat open protocol untuk memudahkan tapping data dan
sikronisasi dengan Sisdalbak, Posko Dahanud maupun Radar
Kohanudnas.

2. Fire Control System (FCS).


a. Fungsi. Sistem untuk mengendalikan penembakan Alutsista Arhanud, baik
meriam maupun Rudal.
b. Persyaratan Operasional.
1) Persyaratan Umum.
a) Mobilitas tinggi di darat dan dapat diangkut menggunakan
sarana angkut TNI melalui laut maupun udara (secara terbatas);
b) Memiliki teknologi terkini (modern);
c) Mudah pemeliharaan baik Sistem Kendali Tembak maupun
platform-nya;
d) Mudah pengoperasian baik Sistem Kendali Tembak maupun
platform-nya;
e) Mudah dukungan dan pengadaan suku cadang baik Sistem
Kendali Tembak maupun platform-nya;
f) Menggunakan Sistem Kendali Tembak yang mudah
dikendalikan;
g) Memiliki usia pakai minimal 15 tahun dan dapat diperpanjang
s.d. 25 tahun; dan
h) Adanya jaminan dari Produsen tentang ketersediaan suku
cadang Sistem Kendali Tembak, suku cadang platform dan peralatan
pendukung lainnya selama Sistem Kendali Tembak masih digunakan
oleh TNI AD.
2) Persyaratan Taktis.
a) Mampu beroperasi di segala bentuk medan;
b) Mampu beroperasi di segala cuaca pada iklim tropis;
c) Dapat memberikan data sasaran kepada Satuan Tembak baik
Rudal maupun Meriam Arhanud dengan menggunakan kabel maupun
secara nirkabel;
4
d) Dilengkapi dengan sistem penentuan prioritas sasaran;
e) Mudah dan cepat dalam penggelaran; dan
f) Dapat dioperasikan pada siang dan malam hari.
3) Persyaratan Teknis.
a) Memiliki waktu penggelaran yang cepat, maksimal 10 menit;
b) Waktu reaksi maksimal 10 detik setelah menerima data
sasaran dari Radar;
c) Dapat mengendalikan tembakan Alutsista Arhanud, baik
meriam maupun Rudal;
d) Dapat mengikuti sasaran pada jarak minimal 10 Km;
e) Dilengkapi dengan sistem pengukur jarak sasaran;
f) Dapat bergerak sendiri (self propelled);
g) Sistem jaringan menggunakan kabel maupun nirkabel;
h) Dilengkapi dengan perlengkapan komunikasi yang dapat
interoperabilitas dengan alat komunikasi lain, penerima dan transmisi
data serta dilengkapi dengan media penyimpan data (server) untuk
menyimpan data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pengendalian;
i) Dilengkapi fasilitas penghubung (interface) ke Radar, Meriam
Arhanud maupun Rudal;
j) Dilengkapi dengan sistem Built-In Test Equipment (BITE);
k) Dilengkapi sistem Electronic Counter Measure (ECM) dan
Electronic Counter Counter Measure (ECCM);
l) Dilengkapi Emergency Stop di dalam kabin alat kendali tembak
yang dapat menghentikan operasional penembakan;
m) Human Machine Interface (HMI) sehingga dapat dengan
mudah dioperasionalkan oleh prajurit TNI AD; dan
n) Memiliki sistem navigasi yang dapat terintegrasi dengan
subsistem lain.

3. Rudal Jarak Pendek.


a. Fungsi. Untuk menghancurkan sasaran udara berupa pesawat udara (Fixed
Wing dan Rotary Wing), Pesawat Tempur Tanpa Awak (PTTA) dan Peluru Kendali
(Rudal).
b. Persyaratan Operasional.
1) Persyaratan Umum.
a) Mobilitas tinggi di darat dan dapat diangkut menggunakan
sarana angkut TNI melalui laut maupun udara;
b) Memiliki teknologi terkini (modern);
c) Mudah pemeliharaan baik Rudal maupun platform-nya;
5
d) Mudah pengoperasian baik Rudal maupun platform-nya;
e) Mudah dukungan dan pengadaan suku cadang baik Rudal
maupun platform-nya;
f) Mudah bekal ulang misil;
g) Memiliki usia pakai minimal 15 tahun dan dapat diperpanjang
s.d. 25 tahun;
h) Adanya jaminan dari Produsen tentang ketersediaan suku
cadang, bekal ulang misil dan peralatan pendukung lainnya selama
Rudal masih digunakan oleh TNI AD; dan
i) Rudal dibuat dari material terbaik yang sudah ada saat
pembelian di seluruh komponen Rudal (logam, plastik, karet, material
komposit, Optik, dan lainnya).
2) Persyaratan Taktis.
a) Mampu beroperasi di segala bentuk medan;
b) Mampu beroperasi di segala cuaca iklim tropis;
c) Dalam 1 (satu) Baterai Rudal dilengkapi oleh minimal 1 (satu)
unit Radar Surveillance, 1 (satu) unit Radar Engagement, 1 (satu) unit
Sisdalbak/Dalpur dan Satbak sesuai dengan konfigurasi;
d) Mudah dan cepat dalam penggelaran;
e) Dapat dioperasikan pada siang dan malam hari; dan
f) Mampu bermanuver tinggi dan terintegrasi dengan platform
(self propelled).
3) Persyaratan Teknis.
a) Mampu menghancurkan sasaran udara dengan jangkauan
maksimal 7.000 m s.d. 18.000 m dengan ketinggian maksimal 3.000
m s.d. 6.000 m;
b) Dapat menyerang sasaran 360° dari posisi launcher;
c) Kecepatan misil minimal 2,5 mach (850 m/dt);
d) Memiliki Kill Probability minimal 90%;
e) Waktu reaksi cepat, maksimal 10 detik;
f) Memiliki sistem pemandu Semi Active Laser Beam Homing
(Semi Active Command Line of Sight / Laser Beam Riding) atau
Passive Infrared Homing;
g) Dilengkapi dengan sistem navigasi GPS/GLONASS dan
kompas (digital);
h) Dilengkapi dengan sistem Built-In Test Equipment (BITE);
i) Dapat bergerak sendiri (self propelled);
6
j) Dilengkapi misil dengan Fuze berupa "Impact Fuze (wajib) dan
Self Destruction Fuze (wajib) dan/atau Proximity Fuze (pilihan)”;
k) Warhead dilengkapi dengan pecahan logam;
l) Mempunyai sistem lawan Pernika yang handal;
m) Semburan api harus aman bagi awak;
n) Dapat menerima data sasaran dari Radar, Sisdalbak maupun
perangkat pendistribusi sasaran (Dalpur);
o) Dilengkapi dengan alat bidik untuk operasi malam hari;
p) Dilengkapi dengan Laser Range Finder (LRF);
q) Dilengkapi dengan alat bidik Optronik atau Optik;
r) Dilengkapi dengan sarana komunikasi yang menghubungkan
antara Radar, Sistem Kendali Tembak dan Satuan Tembak Rudal
Jarak Sedang serta dapat interoperabilitas dengan Alkom lain;
s) Mampu melaksanakan operasi secara komposit dengan
semua jenis Alutsista Arhanud TNI AD yang ada; dan
t) Memiliki Emergency Stop sebagai sistem keamanan

4. Meriam.
a. Fungsi. Untuk menghancurkan sasaran udara berupa pesawat udara (Fixed
Wing dan Rotary Wing), Pesawat Tempur Tanpa Awak (PTTA), peluru balistik,
Peluru Kendali (Rudal) dan RAM (Rocket, Artillery, Mortar).
b. Persyaratan Operasional.
1) Persyaratan Umum.
a) Mobilitas tinggi di darat dan dapat diangkut menggunakan
sarana angkut TNI melalui laut maupun udara;
b) Memiliki teknologi terkini (modern);
c) Mudah pemeliharaan baik Meriam Arhanud maupun
kendaraan penarik atau platform-nya;
d) Mudah pengoperasian baik Meriam Arhanud maupun
kendaraan penarik atau platform-nya;
e) Mudah dukungan dan pengadaan suku cadang baik Meriam
Arhanud maupun kendaraan penarik atau platform-nya;
f) Mudah bekal ulang munisi dan terdapat munisi pengganti
(substitusi) yang sejenis dari Pabrikan atau negara lain serta jumlah
ketersediaan munisi cukup banyak di pasaran dunia;
g) Memiliki usia pakai perangkat elektronik minimal 15 tahun dan
dapat diperpanjang (upgrading). Sedangkan usia pakai perangkat
mekanik tidak terbatas;
7
h) Adanya jaminan dari Produsen tentang ketersediaan suku
cadang, bekal ulang munisi dan peralatan pendukung lainnya selama
Meriam Arhanud tersebut masih digunakan oleh TNI AD; dan
i) Meriam dibuat dari material terbaik yang sudah ada saat
pembelian di seluruh komponen meriam (logam, plastik, karet,
material komposit, Optik, dan lainnya).
2) Persyaratan Taktis.
a) Mampu beroperasi di segala bentuk medan;
b) Mampu beroperasi di segala cuaca iklim tropis;
c) Dalam 1 (satu) Baterai Meriam Arhanud dilengkapi oleh
minimal 1 (satu) unit Radar, 1 (satu) unit Sisdalbak dan jumlah pucuk
meriam sesuai konfigurasi;
d) Baterai meriam mampu beroperasi secara berdiri sendiri,
dengan dilengkapi Radar dan Alat Kendali Tembak;
e) Dapat digelar tidak hanya di atas medan saja tetapi di atas
bangunan maupun dari platform itu sendiri;
f) Dapat dioperasikan pada siang dan malam hari;
g) Sistem memiliki kemampuan menghadapi ancaman dengan
waktu reaksi yang cepat;
h) Dapat dioperasikan bersamaan dengan sistem Rudal secara
terintegrasi; dan
i) Dapat dikendalikan secara elektronik maupun manual.
3) Persyaratan Teknis.
a) Jarak tembak efektif minimal 3.500 m;
b) Sudut elevasi -5° s.d 85°;
c) Sudut Azimuth 360°;
d) Kecepatan tembak minimal 600 butir/menit;
e) Dilengkapi dengan alat kendali tembak elektronik/Optronik
dan/atau Radar tracker;
f) Dapat dikendalikan secara manual/semi otomatis/otomatis;
g) Dilengkapi munisi dengan Fuze berupa Impact Fuze-Self
Destruction Fuze (wajib) serta Proximity Fuze (pilihan) dan Time Fuze
(pilihan);
h) Memiliki kemampuan tambahan untuk menghancurkan
sasaran permukaan (darat atau laut);
i) Dapat bergerak sendiri (self propelled) atau ditarik kendaraan
penarik meriam;
j) Dapat menerima data sasaran dari Radar atau Sisdalbak;
8
k) Memiliki sistem pembatas daerah aman (Taboo Zone) pada
peralatan azimuth dan elevasi, baik mekanik maupun elektrik; dan
l) Memiliki Emergency Stop sebagai sistem keamanan pada
semi otomatis/otomatis.

Komandan Pussenarhanud Kodiklatad,

Nisan Setiadi, S.E.


Mayor Jenderal TNI

Anda mungkin juga menyukai