Anda di halaman 1dari 25

1

2 MAKALAH GEOGRAFI REGIONAL PULAU SULAWESI


3 Tugas untuk Memenuhi Mata Kuliah
4 Geografi Regional Indonesia
5 Yang dibina oleh Drs. Marhadi Slamet Kistiyanto, M.Si
6
7
8
9

10
11
12
13
14
15 Oleh :
16 Pratiwi Sugiyati 170721636577
17 Rivella Dwi Kharisma 170721636545
18 Silfi Fitriani 170721636630
19 Susi Indah Sari 170721636506
20 Tuisda Pratisia 170721636605
21 Yuvina Indah Sari 170721636658
22
23
24
25
26 UNIVERSITAS NEGERI MALANG
27 FAKULTAS ILMU SOSIAL
28 JURUSAN GEOGRAFI
29 2019
1 BAB I
2 PENDAHULUAN
3
4 1.1 Latar Belakang
5 Pulau Sulawesi merupakan kepulauan terbesar keempat di Indonesia.
6 Pulau Sumatera sebelah barat berbatasan dengan Kalimantan Timur, sebelah
7 Selatan Pulau Nusa Tenggara, sebelah Timur dengan Kepulauan Maluku,
8 sedangkan sebelah Utara berbatas dengan Negara Filipina. Luas pulai ini sekitar
9 176.400 km2 , secara astronomis Sulawesi berada pada posisi 2̊ 08’ LS 120̊ 17’
10 BT.
11 Pulau Sulawesi merupakan pulau terbesar ke sebelas di dunia yang
12 terletak di Indonesia dengan luas 176.400 km. Penduduk pulau ini sekitar
13 19.560.000 jiwa. Pulau Sulawesi secara umum keadaan fisiografi daerah yang
14 sangat kompleks akibat dari interaksi tiga lempeng, yaitu lempeng Australia,
15 lempeng pasirifk, lempeng Eurasia yang dapat menghasilkan busur volkanik,
16 sabuk metmamorfik, sabuk ofiolit dan fragmen mikrokontinen berumur
17 paleosoik yang berasal dari benua Australia pada daerah Banda.
18 Pulau Sulawesi merupakan pulau yang kaya akan sumber daya alam,
19 terutama di sektor pertambangan. Sulawesi mempunyai berbagai macam sektor
20 pertambangan yang unggul salah satunya pertambangan timah, emas, intan,
21 perunggu dan lain-lainnya. Selain dari bahan tambang potensi yang dapat
22 mendukung ialah sektor kelautan dan perikanan, wilayah yang kerap kali
23 dimanfaatkan untuk dijadikan sektor perikanan ialah perairan Laut Banda, Laut
24 Flores, Teluk Bone, Teluk Tomini.
25 Potensi Pulau Sulawesi kekayaan alam di setiap provinsi pulau ini juga
26 sangat melimpah, di Gorontalo. Gorontalo memiliki potensi lahan yang sebagian
27 besar digunakan sebagai hutan produksi sehingga provinsi ini cukup prospektif
28 untuk dikembangkan potensi hutannya. Terdapat beberapa jenis hasil hutan
29 seperti kayu jati, rotan, dan damar yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk
30 sebagai bahan baku mebel. Gorontalo juga salah satu daerah di Indonesia yang
31 memiliki potensi perikanan dan kelautan cukup melimpah. Tiga daerah perairan

1
1 yang menjadi sentra penghasil sumber daya perikanan antara lain Teluk Tomini,
2 Laut Sulawesi dan ZEE Laut Sulawesi.
3 Pulau Sulawesi memiliki kebudayaan yang beragam yang dapat
4 dijadikan sebagai ciri khas masyarakat yang tinggal di sana. Salah satunya yaitu
5 bahasa, bahasa di setiap provinsi Sulawesi memiliki berbagai macam bahasa
6 yang kerap digunakan oleh masyarakat sekitar yang di pengaruhi oleh suku yang
7 berada di daerah tersebut. Selain dari bahasa tradisi dari pemakaman yang
8 berada di Sulawesi utamanya suku Toraja yang bagi masyarakat sana sangat
9 penting karena mereka percaya bahwa seseorang yang meninggal tanpa adanya
10 upacara pemakaman yang layak, jiwa seseorang yang meninggal akan membawa
11 musibah bagi kerabat keluarga yang ditinggalkannya, sehingga sampai sekarang
12 tetap dilakukan upacara pemakaman tersebut
13 1.2 Rumusan Masalah
14 Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, berikut ini dipaparkan
15 rumusan masalah dalam makalah.
16 1. Bagaimanakah geografi regional Pulau Sulawesi ditinjau dari letak
17 astronomis dan letak geografisnya?
18 2. Bagaimanakah sistem ekonomi, politik, dan budaya di pulau Sulawesi?
19 3. Bagaimanakah persebaran flora dan fauna di pulau Sulawesi?
20 4. Bagaimanakah permasalahan dan solusinya di wilayah pulau Sulawesi?
21 1.3 Tujuan
22 1. Untuk mengetahui geografi regional di Pulau Sulawesi ditinjau dari letak
23 astronomis dan geografisnya.
24 2. Untuk mengetahui sistem ekonomi, politik, dan budaya di pulau Sulawesi.
25 3. Untuk mengetahui persebaran flora dan fauna di pulau Sulawesi.
26 4. Untuk mengetahui permasalahan sekaligus solusinya yang ada di pulau
27 Sulawesi.

2
1 BAB II

2 PEMBAHASAN
3
4 2.1 Letak Astronomis di Sulawesi beserta Dampaknya
5 Letak astronomis adalah posisi suatu wilayah berdasarkan garis lintang
6 dan garis bujur. Garis lintang adalah garis khayal yang melingkari permukaan
7 bumi secara horizontal, sedangkan garis bujur melingkari permukaan bumi
8 secara vertikal menghubungkan kutub Utara dan kutub Selatan. Menurut Wright
9 dalam Junaidi (2015:128) menjelaskan bahwa letak suatu wilayah secara
10 astronomis menyebabkan perbedaan musim, lama penyinaran dan karakteristik
11 iklim lainnya. Pulau Sulawesi berada di 2̊ 08’ LS 120̊ 17’ BT, berdasarkan letak
12 astronomisnya Pulau Sulawesi terdapat di daerah iklim tropis, oleh sebab itu
13 wilayah Sulawesi terkena sinar matahari penuh dan tingkat curah hujan yang
14 tinggi, selain itu akibat dari keberadaannya secara astronomis mengakibatkan
15 Sulawesi berada di kawasan Wallace, suatu  wilayah unik di dunia, tempat
16 bercampurnya tumbuhan dan hewan dari Asia dan Australia. Sebagai akibat
17 peralihan antara Paparan Sunda dan Sahul maka Sulawesi memiliki kekayaan
18 flora dan fauna yang melimpah.

19 Berdasarkan letak astronomis ini juga menyebabkan memiliki


20 keanekaragaman hayati dengan tingkat endemis yang cukup tinggi. Seperti
21 tanaman pinus merkusii jungh et de vriese yang secara alam berada di wilayah
22 Aceh, Tapanuli dan Kerinci. Namun dengan temperatur udara, intensitas cahaya
23 dan kelembapan udara yang cukup dapat membuat pinus ini berkembang di
24 wilayah Sulawesi. Menurut Sallata (2013:85) pinus ini dapat tumbuh di
25 Kabupaten Tana Toraja yang berada di tinggi bagian utara semenanjung
26 Sulawesi Selatan, dengan temperatur udara secara berkisar 15̊ - 32̊C,
27 kelembapan udara berkisar 82-86% dan rata-rata curah hujan antara 1.500-3.500
28 mm setiap tahunnya. Pinus Merkusi tergolong jenis yang membutuhkan cahaya
29 matahari secara penuh dalam proses pertumbuhannya, berkurangnya intensitas
30 dan pendeknya waktu cahaya matahari yang diterima dapat menghambat
31 pertumbuhan pohon. Sehingga pohon ini mampu bertahan dan tumbuh dengan
32 baik di Tana Toraja. 

3
1
2 2.2 Letak Geografis di Sulawesi beserta Dampaknya
3 Setelah pulau Sumatera, Kalimantan dan pulau Papua, pulau Sulawesi
4 menjadi bagian dari kepulauan Indonesia yang keempat. Luas daratan pulau
5 sulawesi yaitu 174.000 Km Persegi. Dengan bentuknya yang unik yaitu
6 menyerupai seperti bunga mawar laba-laba atau seperti huruf K besar.
7 Bentuknya membujur dari utara ke selatan dengan tiga semenanjung yang
8 membujur ke arah timur laut, timur timur dan tenggara. Hal inilah yang
9 membedakan kondisi geografis pulau Sulawesi berbeda dengan pulau lainnya di
10 Indonesia.
11 Pulau Sulawesi dibatasi oleh Selat Makasar pada bagian barat yang
12 terpisah dari Kalimantan serta terpisah dari kepulauan Maluku dari Laut
13 Maluku. Pulau Sulawesi ini berbatas dengan Borneo disebelah barat. Sedangkan
14 untuk sebelah Utara yaitu berbatasan dengan Filipina, sebelah selatan dengan
15 Flores, dan sebelah timur yaitu Timor Tenggara dan Maluku. Dengan luas
16 wilayahnya 174.600 Km2 dan dengan titik koordinasinatnya berada di 2°08' LU
17 dan 170°17' BT. Adapun atas wilayah Pulau Sulawesi serta Nama-Nama Laut,
18 Pantai, Pegunungan, dan daratan dilihat dari kondisi geografis Pulau Sulawesi
19 adalah sebagai berikut:
20  Batas Laut
21 a. Daerah Timur: Laut Banda
22 b. Daerah Barat: Selat Makasar
23 c. Daerah Selatan: Laut Sulawesi
24 d. Daerah Utara: Laut Flores
25  Batas Daratan
26 a. Daratan Timur: Kepulauan Maluku
27 b. Daratan Barat: Pulau Kalimantan
28 c. Daratan Selatan: Pulau NTT dan NTB
29 d. Daratan Utara: Negara Filipina

30 Berikut merupakan nama-nama pantai, nama laut, nama pegunungan,


31 dan nama-nama daratan pada pulau Sulawesi.

4
1  Nama-nama Pantai Pada Pulau Sulawesi diantaranya Pantai
2 Malalayang, Pantai Lakeba, Pantai Likupang, Pantai Dato Majene,
3 Pantai Pall, Pantai Kema dan masih ada banyak sekali pantai yang
4 lainnya.
5  Nama Laut Pada Pulau Sulawesi yaitu Laut Sulawesi, Laut Bunakan,
6 Laut Sangibe dan laut Wakatobe.
7  Berikut Nama-nama Dataran rendah Pulau Sulawesi yaitu Jeneponto,
8 Bulukumba, Takalar, Gowa, Salayar, Majene, Mamuju, Ujung
9 Pandang dll.
10  Nama-nama gunung pulau Sulawesi diantaranya yaitu gunung
11 Mahawu, gunung Awu, Gunung Klabat, Gunung Mekongga, Gunung
12 Gandang Dewata dll.

13 Sulawesi Selatan memiliki 4 danau yakni Danau Tempe di kabupaten


14 Wajo, Danau Sidenreng di kabupaten Sidrap, Danau Matano dan Towuti di
15 kabupaten Luwu. Tercatat terdapat 7 gunung dan pegunungan yang berada di
16 Sulawesi Selatan dengan gunung Rantemario (3.470 mdpl) adalah gunung
17 tertingginya terletak di antara kabupaten Luwu dan Enrekang. Sungai yang
18 mengalir di wilayah ini sekitar 65 aliran sungai, dengan sungai terpanjang adalah
19 Sungai Saddang (150 km) yang mengalir melalui kabupaten Tator, Enrekang,
20 Pinrang dan Polewali.
21 Terdapat empat kategori lahan di Sulawesi Selatan yaitu, Dataran
22 Rendah yang meliputi hampir semua kabupaten/kota. Dataran tinggi meliputi
23 kabupaten Luwu, Tana Toraja, Luwu Utara, Enrekang, Sinjai, Gowa, Bone, dan
24 sebagian wilayah Sidrap, Wajo, Pinrang, Maros, Pangkep dan Pare-pare.
25 Wilayah perairan dan pantai meliputi kabupaten/kota yang terbentang di pesisir
26 pantai Timur dan pantai Barat dan laut dalam yang meliputi Selat Makassar,
27 Teluk Bone dan Laut Selayar.
28 Iklim di wilayah Sulawesi Selatan yang tercatat dalam Stasiun
29 Klimatologi Kelas 1 Panakukang (Makassar) bahwa rata-rata temperature
30 sepanjang tahun berkisar 26,5⁰C – 27,1⁰C dan curah hujan rata-rata 1000 mm
31 sampai 1.500 mm pertahun.

5
1 Menurut Undang-Undang pembentukannya Pulau Sulawesi adalah
2 kesatuan fungsional wilayah geografis dan ekosistem yang mencakup wilayah
3 darat, laut dan udara termasuk ruang di dalam bumi yang menjadi bagian dari
4 Provinsi Gorontalo, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi
5 Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tenggara.
6 Dari keenam provinsi yang ada, Sulawesi Tengah merupakan provinsi terbesar
7 dengan luas wilayah daratan 61.841,29 km2 dan luas laut mencapai 189.480
8 km2 yang mencakup semenanjung bagian Timur dan sebagian semenanjung
9 bagian Utara serta Kepulauan Togean di Teluk Tomini dan pulau-pulau di
10 Banggai Kepulauan di Teluk Tolo.
11 Secara umum, topografi Sulawesi bergunung-gunung dengan sungai-
12 sungai deras yang membelah di antara lembah-lembah sempitnya. Sebagian
13 besar daratan berada di atas ketinggian 500 meter dari permukaan laut dan
14 Katopasa adalah gunung tertinggi dengan ketinggian 2.835 meter dari
15 permukaan laut.
16 2.3 Sistem Ekonomi di Sulawesi
17 Sulawesi Selatan menjadi motor utama penopang pertumbuhan ekonomi
18 di Pulau Sulawesi. Pada kuartal III 2016 persentase sumbangan provinsi ini
19 mencapai 50,8 persen. Angka ini menjadi yang terbesar dibanding Sulawesi
20 Tengah dan Sulawesi Utara yang masing-masing hanya 14,9 dan 12,9 persen.
21 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulawesi Selatan kuartal III
22 tercatat Rp 101 triliun. Sumbangan tertinggi berasal dari sektor pertanian,
23 kehutanan dan perikanan. Sektor lain yang turut memberikan andil besar
24 terahdap PDRB daerah adalah sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi
25 mobil dan sepeda motor, sektor manufaktur dan sektor konstruksi. Berikut
26 penjelasan tentang mata pencaharian masyarakat Sulawesi:
27 1) Sulawesi Selatan
28 Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur
29 dan pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai
30 petani dan nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis
31 adalah pedagang. Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi birokrasi
32 pemerintahan dan menekuni bidang pendidikan.

6
1 2) Sulawesi Utara
2 Struktur ekonomi provinsi Sulawesi Utara tahun 2005 ini didominasi
3 oleh sektor pertanian dengan peranan sebesar 20,29 pesen, diikuti oleh
4 sektor jasa-jasa sebesar 17,06 persen, sektor perdagangan, hotel dan
5 restoran 16,15 persen, sektor bangunan 16,13 persen, sektor angkutan
6 dan komunikasi 9,77 persen serta sektor industri pengolahan 8,88 persen,
7 untuk sektor lain peranannya tehadap perekonomian Sulawesi Utara di
8 bawah 4 persen. Seiring dengan perekonomian Sulawesi Utara, PDBR
9 perkapita mengalami peningkatan secara signifikan, dimana untuk tahun
10 2004 sebesar 5,84 juta rupiah di tahun 2005.
11 3) Sulawesi Tenggara
12 Propinsi Sulawesi Tenggara memiliki wilayah perairan
13 yang potensial untuk pengembangan usaha perikanan dan
14 pengembangan wisata bahari, karena disamping memiliki
15 bermacam-macam hasil ikan, juga memiliki panorama laut yang
16 sangat indah. Beberapa komoditi unggulan Sulawesi Tenggara,
17 antara lain:
18 1. Pertanian, meliputi: kakao, kacang mede, kelapa, cengkeh,
19 kopi, pinang lada dan vanili
20 2. Kehutanan, meliputi: kayu gelondongan dan kayu gergajian
21 3. Perikanan, meliputi: perikanan darat dan perikanan laut
22 4. Peternakan, meliputi: sapi, kerbau dan kambing
23 5. Pertambangan, meliputi: aspal, nikel, emas, marmer, batu
24 setengah permata, onix, batu gamping dan tanah liat
25 6. Pariwisata
26 4) Sulawesi Barat
27 Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat tahun 2009 yang diukur
28 dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Adhk
29 meningkat sebesar 6,03 persen terhadap tahun 2008. Pada tahun seluruh
30 sektor ekonomi di Sulawesi Barat mengalami pertumbuhan positif,
31 dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pertambangan dan penggalian

7
1 yang tumbuh mencapai 17,62 persen dan terendah di sektor pertanian
2 yang hanya tumbuh 2,90 persen.
3 Besaran PDRB Sulawesi Barat pada tahun 2009 atas dasar harga
4 berlaku mencapai Rp 8,671,82 milyar sedangkan atas dasar harga
5 konstan 2000 mencapai Rp 4,106,02 milyar, sehingga tingkat inflasi
6 pada level harga produsen sebesar 5,18 persen.
7 Tiga sektor ekonomi mengalami pertumbuhan tertinggi pada
8 Triwulan IV 2009 (q-to-q) ini adalah sektor pertambangan dan
9 penggalian tumbuh sebesar 13,07 persen, menyusul sektor perdagangan
10 tumbuh mencapai 4,45 persen, dan sektor Angkutan dan komunikasi
11 tumbuh 1,72 persen. Demikian juga untuk pertumbuhan (y-on-y)
12 tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian sebesar 22,98
13 persen, sektor pertanian tumbuh 9,21 persen dan sektor keuangan,
14 persewaan dan jasa perusahaan tumbuh 5,05 persen.
15 Tiga sektor utama pengerak ekonomi di Sulawesi Barat adalah
16 sektor pertanian; sektor jasa-jasa; dan sektor perdagangan, hotel, dan
17 restoran secara bersama-sama berperan sebesar 78,79 persen tahun 2009.
18 sektor pertanian memberi kontribusi 48,39 persen, sektor jasa-jasa 17,34
19 persen, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran 13,06 persen.
20 2.4 Sistem Politik di Sulawesi
21 Pemerintahan di Sulawesi dibagi menjadi enam provinsi berdasarkan
22 urutan pembentukannya yaitu provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara,
23 Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Sulawesi
24 Tengah merupakan provinsi terbesar dengan luas wilayah daratan 68,033
25 kilometer persegi dan luas laut mencapai 189,480 kilometer persegi yang
26 mencakup semenanjung bagian timur dan sebagian semenanjung bagian utara
27 serta Kepulauan Togean di Teluk Tomini dan pulau-pulau di Banggai Kepulauan
28 di Teluk Tolo. Sebagian besar daratan di provinsi ini bergunung-gunung
29 (42.80% berada di atas ketinggian 500 meter dari permukaan laut) dan Katopasa
30 adalah gunung tertinggi dengan ketinggian 2.835 meter dari permukaan laut.
31 5 tahun setelah kemerdekaan, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 21
32 Tahun 1950, yang menjadi dasar hukum berdirinya Provinsi Administratif

8
1 Sulawesi. 10 tahun kemudian, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 47 Tahun
2 1960 yang mengesahkan terbentuknya Sulawesi Selatan dan Tenggara. 4 tahun
3 setelah itu, melalui UU Nomor 13 Tahun 1964 pemerintah memisahkan
4 Sulawesi Tenggara dari Sulawesi Selatan. Terakhir, pemerintah memecah
5 Sulawesi Selatan menjadi dua, berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2004.
6 Kabupaten Majene, Mamasa, Mamuju, Mamuju Utara dan Polewali
7 Mandar yang tadinya merupakan kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan resmi
8 menjadi kabupaten di provinsi Sulawesi Barat seiring dengan berdirinya provinsi
9 tersebut pada tanggal 5 Oktober 2004 berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2004.
10 Kepala daerah Provinsi Sulawesi Tengah adalah gubernur, yang dibantu
11 oleh seorang wakil gubernur. Jabatan Gubernur Sulawesi Tengah secara resmi
12 saat ini diemban oleh Longki Djanggola, yang terpilih dalam Pilkada Sulawesi
13 Tengah dan sekarang menjabat untuk periode kedua. Sedangkan jabatan Wakil
14 Gubernur Sulawesi Tengah masih lowong setelah terakhir kali dijabat oleh
15 (Alm.) Sudarto, SH., M.Hum..
16 2.5 Budaya Sulawesi
17 Dalam hidupnya, manusia tak pernah lepas dari kebudayaan dan adat
18 istiadat. Budaya juga berfungsi sebagai identitas dan ciri khas. Untuk itu,
19 keberadaannya amatlah penting. Tak heran jika setiap kelompok atau golongan
20 masyarakat tertentu memiliki budayanya yang berbeda – beda.Kata kebudayaan
21 diambil dari Bahasa Sansekerta, yakni “buddhayah” yang artinya adalah hal –
22 hal yang memiliki arti budi dan akal manusia. Secara garis besar, maksudnya
23 adalah dengan budi dan akal, manusia dapat melangsungkan kehidupan. Budaya
24 bersifat turun temurun, dari generasi ke generasi terus diwariskan. 
25 Kebudayaan merupakan hasil dari karya cipta, rasa, dan karsa manusia.
26 Lingkupnya mencakup banyak aspek kehidupan seperti hukum, keyakinan, seni,
27 adat atau kebiasaan, susila, moral, dan juga keahlian. Kehadirannya mampu
28 mempengaruhi pengetahuan seseorang, gagasan, dan ide meskipun budaya
29 berwujud abstrak. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat , kebudayaan
30 merupakan keseluruhan perilaku dari manusia dan hasil yang diperoleh melalui
31 proses belajar dan segalanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Indonesia
32 merupakan salah satu negara dengan ragam suku, budaya dan adat yang begitu

9
1 melimpah. Puluhan bahkan ratusan budaya terdapat dalam satu negara Indonesia
2 dan salah satunya yaitu budaya Sulawesi. 
3
4 1) Sulawesi Selatan
5 Bahasa merupakan salah satu pemersatu bangsa yang juga
6 merupakan sarana untuk berkomunikasi antar sesama warga. Sulawesi
7 Selatan sendiri bahasa daerah yang digunakan adalah bahasa Bugis
8 (bahasa Ugi). Dimana bahasa ini merupakan bahasa asli orang Bugis.
9 Beberapa kata atau dialek yang termasuk dalam bahasa Bugis misalnya
10 Pangkep, Bone, Camba, Sidrap, Wajo, Sinjai, Sawitto, Barru, Lawu dan
11 masih banyak lainnya. Sedangkan untuk suku Makasar menggunakan
12 bahasa daerah Mangasara (Mangasarak) yang mencapai persebaran
13 wilayah di Gowa, Pangkep, Maros, Jeneponto, Takalar, Bantaeng, dan
14 Makasar.
15 Bahasa di Mangasara sendiri memiliki beberapa cara pengucapan
16 atau dialek, seperti dialek Gowa (Gwa, Lakiung). Mars, Pangkep, dan
17 Turatea (Jeneponto). Bahkan bahasa daerah ini pun terbentuk dari
18 beberapa sub bahasa, yaitu bentong, konjo pegunungan (kajang), selayar,
19 dan konjo pesisir. Kemudian untuk suku Toraja sendiri menggunakan
20 bahasa Toraja yang terdiri dari beberapa sub bahasa seperti Toala’, Tae’
21 serta Torajasa’dan. Bahasa Tae’ dipergunakan di daerah Masamba
22 hingga ujung selatan Luwu Utara, sedangkan untuk bahasa Torajasa’dan
23 dipergunakan untuk Tana Toraja serta sebagian daerah Luwu utara.
24 2) Sulawesi Barat
25 Masyarakat Provinsi Sulawesi Barat yang terdiri dari beragam
26 adat dan budaya memiliki beberapa bahasa daerah yang digunakan
27 masyarakatnya. Bahasa daerah tersebut muncul dan berkembang di
28 daerah sesuai dengan adat budaya yang dimiliki masyarakatnya.
29 Beberapa bahasa daerah di Provinsi Sulawesi Barat antara lain, yaitu:
30  Bahasa Baras, merupakan salah satu bahasa daerah yang
31 terdapat di Provinsi Sulawesi Barat. Bahasa daerah ini
32 dituturkan oleh masyarakat yang terdapat di kelurahan Baras,

10
1 Kecamatan Baras, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi
2 Barat. Wilayah tutur Bahasa Baras ini berbatasan dengan
3 wilayah tutur bahasa bali (sebelah timur Desa Baras), Wilayah
4 tutur Bahasa Bugis (Sebelah Utara, dan wilayah tutur Bahasa
5 Sarudu (Sebelah Selatan Desa Baras). Dialek Baras memiliki
6 perbedaan prosentase sekitar 85% dari bahasa lain di Sulawesi
7 Barat.
8  Bahasa Benggaulu, bahasa daerah ini dituturkan oleh masyarakat
9 yang terdapat di Desa Karossa, Kecamatan Karossa, Kabupaten
10 Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat. Wilayah tutur bahasa
11 Benggaulu ini berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Bugis
12 (sebelah timur), wilayah tutur bahasa Sarudu (sebelah utara), dan
13 wilayah tutur bahasa Mamuju (sebelah selatan). Dialek bahasa
14 Benggaulu memiliki perbedaan prosentase sekitar 88%-90%
15 dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Tengah.
16  Bahasa Mamasa, bahasa daerah ini juga merupakan bahasa
17 daerah asli di Provinsi Sulawesi Barat. Bahasa daerah ini
18 dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kelurahan Tawalian,
19 Bambang (Bambam), Kelurahan Messawa, Dakka, Tonyaman,
20 Karataun, dan Bonehau, Provinsi Sulawesi Barat.
21  Bahasa Mamuju, bahasa daerah di Provinsi Sulawesi Barat ini
22 memiliki persebaran yang hampir merata di seluruh kabupaten,
23 mulai dari Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Mamuju,
24 sampai dengan Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat.
25 Terdapat sekitar sembilan dialek dalam bahasa Mamuju ini, yaitu
26 dialek Buku dituturkan di Desa Buku, Kecamatan Mapilli,
27 Kabupaten Polewali Mandar, dialek Pulliwa dituturkan di Desa
28 Pulliwa, Kecamatan Bulo, Kabupaten Polewali Mandar, dialek
29 Taek dituturkan di Kelurahan Amassangan, Kecamatan Binuang,
30 Kabupaten Polewali Mandar, dialek Pannei dituturkan di Desa
31 Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar,
32 dialek Aralle Tabulahan dituturkan di Kelurahan Aralle, Desa

11
1 Aralle Utara, dan Aralle Selatan, Kecamatan Aralle; Desa
2 Tabulahan, Kecamatan Tabulahan, Kabupaten Mamasa, dialek
3 Campalagian dituturkan di Desa Ongko, Kecamatan
4 Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar, dialek Tapalang
5 dituturkan di Desa Orobatu, Kecamatan Tapalang, Kabupaten
6 Mamuju, dialek Binanga dituturkan di Kelurahan Binanga,
7 Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, dan dialek Sinyonyoi
8 dituturkan di Kelurahan Sinyonyoi, Kecamatan Kalukku,
9 Kabupaten Mamuju. Dialek bahasa Mamuju memiliki persentase
10 perbedaan sekitar 82%—100% dari bahasa-bahasa lain yang
11 terdapat di Provinsi Sulawesi Barat.
12  Bahasa Mandar,  bahasa daerah ini dituturkan oleh masyarakat di
13 Desa Napo, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar,
14 Provinsi Sulawesi Barat. Di samping itu, bahasa Mandar juga
15 banyak ditemukan di beberapa desa di Kabupaten Majene, seperti
16 di Kelurahan Labuang, Kecamatan Banggae Timur; Desa
17 Adolang, Kecamatan Pamboang; Kelurahan Mosso, Kecamatan
18 Sendana; Desa Ulidang, Kecamatan Tammerodo Sendana; Desa
19 Mekkatta, Kecamatan Malunda; dan Desa Ulumanda, Kecamatan
20 Ulumanda.
21 Bahasa Mandar memiliki beberapa dialek, diantaranya dialek
22 Balanipa Pamboang Sendana Ulu Manda' dan Awo' Sumakuyu.
23 Namun, saat ini sulit untuk membedakan antara dialek yang satu
24 dan lainnya. Dialek Bahasa Mandar memiliki persentase
25 perbedaan sekitar 81%-100% dari bahasa-bahasa lainnya yang
26 terdapat di Provinsi Sulawesi Barat. Sebenarnya Provinsi
27 Sulawesi Barat memiliki banyak bahasa daerah. Namun, bahasa
28 Mandarlah yang dominan digunakan oleh masyarakat provinsi
29 tersebut. Bahasa Mandar berasal dari rumpun bahasa Melayu
30 Polinesia. Tidak ada keterangan yang jelas sejak kapan
31 penggunaan bahasa Mandar dalam keseharian masyarakat

12
1 Mandar. Ada suatu pendapat bahwa bahasa Mandar digunakan
2 bersamaan dengan munculnya manusia pertama di tanah Mandar.
3 3) Sulawesi Utara
4 Berabad-abad puluhan kelompok-kelompok yang terkait
5 bergabung menjadi empat kelompok suku yang berdiam di Sulawesi
6 Utara. Nama keempat kelompok etnik tersebut sejajar dengan nama
7 daerah provinsi, antara lain yaitu: Bolaang Mongondow, Gorontalo,
8 Sangihe Talaud and Minahasa. Meskipun "Bahasa Indonesia" lisan
9 sebagai Bahasa Nasional, dalam prakteknya orang suku-suku yang
10 menghuni daerah ini masih mengenal dan mengidentikkan kelompok
11 lokal dan sub kelompok, yang sebagian besar dibedakan oleh bahasa atau
12 logat sesuai dengan latar belakang.
13 Sulawesi Utara  memeluk agama Kristen, yang berikutnya adalah
14 Agama Islam, Katolik dan Hindu. Agama Kristen menjadi mayoritas di 
15 beberapa Kabupaten dan kota diantaranya Kabupaten Minahasa,
16 Kepulauan Sangihe, Kepulauan Talaud, Minahasa Selatan, Minahasa
17 Utara, Sitaro,  Minahasa Tenggara, Kota manado, Bitung, dan Kota
18 Tomohon. Sedangkan Agama Islam menjadi populasi mayoritas di
19 Kabupaten Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang
20 Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Timur dan Kota Mobagu,
21 adapun agama katolik dengan jumlah besar terdapat di Kota Manado dan
22 Tomohon.
23 Budaya Sulawesi Selatan lain yang tak kalah terkenalnya adalah
24 arsitektur khasnya. Dimana arsitektur tradisional Sulawesi ini
25 diperlihatkan dalam bentuk rumah adat. Nama dari rumah adat suku
26 Toraja adalah Tongkonan yang artinya adalah balai musyawarah.
27 Menurut kepercayaan suku Toraja, terdapat sebuah hubungan erat antara
28 tongkonan, manusia dan bumi. Oleh sebab itu, waktu serta cara
29 pembangunan rumah adat ini pun harus sesuai dengan peraturan yang
30 telah disesuaikan dengan ajaran aluk todolo. Sedangkan untuk rumah
31 adat suku Bugis dan Makassar sendiri disebut dengan Bola dan Balla.
32 Kedua rumah adat ini memiliki kesamaan dalam segi bentuknya, yaitu

13
1 berupa rumah panggung yang memiliki kolong bawah rumah. Selain 3
2 nama rumah adat tersebut, Sulawesi juga memiliki rumah adat lain yang
3 tak kalah uniknya seperti attake, Bola Soba, Suku Kajang dan lain
4 sebagainya.
5
6
7 2.6 Flora dan Fauna di Sulawesi
8 Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi persebaran flora dan fauna
9 yang ada di permukaan bumi, yaitu faktor fisik atau abiotik dan faktor biotik.
10 Faktor-faktor tersebut dinagi lagi menjadi beberapa bagian, dimana factor
11 merupakan hal-hal yang dapat mendorong terjadinya persebaran, berikut
12 penjelasannya.
13 1) Faktor Biotik
14 Faktor abiotik yang mempengaruhi keberadaan flora dan fauna, dimana
15 factor abiotic ini terdiri atas hal-hal yng tidak hidup meliputi iklim, air, tanah
16 dan relief permukaan bumi.
17  Iklim
18 Iklim yang berlaku di suatu wilayah akan sangat
19 menenukan jenis flora dan fauna yang ada di suatu daerah.
20 Bahkan bisa dikatakan bahwa iklim ini merupakan faktor
21 dominan yang menentukan jenis tumbuhan yang ada di suatu
22 wilayah. Perbedaan yang nyata antara tumbuhan yang ada di
23 daerah tropis, subtropis, dan yang ada di daerah kutub adalah
24 iklim.
25 Unsur-unsur iklim yang antara lain terdiri dari
26 kelembaban udara, suhu udara, dan curah hujan memiliki
27 pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuhan di suatu
28 wilayah. Hutan merupakan faktor penentu apakah kebutuhan air
29 di suatu tempat tercukupi atau tidak, suhu yang akan
30 berpengaruh pada proses pertumbuhan flora, sinar matahari
31 diperlukan oleh tumbuhan melakukan proses fotosintesis. Curah

14
1 hujan akan sangat menentukan apakah suatu wilayah akan
2 menjadi hutan, sabana, atau gurun.
3  Keadaan Tanah
4 Keadaan tanah berpengaruh terhadap keadaan vegetasi di
5 suatu wilayah. Tanah yang subur akan memungkinkan
6 tumbuhan berkembang dengan baik. Tanah yang dihasilkan oleh
7 kegiatan gunung api akan menghasilkan tanah yang subur.
8 Akibatnya vegetasi di lereng-lereng gunung api akan lebih rapat
9 jika misalnya dibandingkan denganperbukitan di daerah karst
10 yang tanahnya tidak subur. Sifat fisik tanah juga berpengaruh
11 terhadap terhadap kondisi air yang ada dalam tanah serta akar
12 dari tumbuh-tumbuhan.
13  Air
14 Air memiliki peran yang sangat penting bagi kelagsungan
15 kehidupan flora dan fauna. Ketersediaan air di suatu wilayah
16 sangat tergantung antara lain pada curah hujan dan juga jenis
17 batuan, struktur geologi, dan keadaan relief suatu wilayah.
18 Ketersediaan air di suatu wilayah akan sangat mewarnai keadaan
19 vegetasi di suatu wilayah. Pada daerah kapur, hujan yang jatuh
20 pada musim hujan akan segera hilang masuk ke dalam batuan
21 melalui diaklas-diaklas yang ada dan kemudian membentuk
22 aliran sungai bawah tanah. Oleh karena itu pada wilayah ini pada
23 musim kemarau akan mengalami kekeringan. Sebaliknya di
24 dataran rendah, air hujan yang jatuh pada musim hujan yang
25 sebagian meresap ke dalam tanah akan tetap bisa dimanfaatkan
26 oleh tumbuhan.
27  Tinggi Rendah Permukaan Bumi
28 Ketinggian merupakan salah satu faktor yang dapat
29 menentukan iklim yang berlaku di suatu wilayah. Adanya variasi
30 ketinggian di suatu wilayah akan menyebabkan terjadinya variasi
31 jenis tumbuhan yang ada pula. Indonesia secara umum beriklim
32 tropis, tetapi karena memiliki relief yang sangat bervariasi, jenis

15
1 tumbuhan yang bias hidup tidak terbatas pada tumbuhan
2 karakteristik tumbuhan tropis saja. Pada wilayahwilayah yang
3 terletak pada ketinggian tertentu, dijumpai tumbuh-tumbuhan
4 khas daerah subtropis yang bisa hidup dengan baik. Buah apel
5 yang merupakan tumbuhan khas daerah subtropis bisa tumbuh
6 baik di batu, atau gandum bisa tumbuh baik di Dieng, Tengger,
7 maupun Tawangmangu. Dengan demikian varasi ketinggian yang
8 ada di suatu wilayah akan sangat menentukan keragaman hayati
9 yang ada di wilayah tersebut.
10 2) Fator biotik
11 Faktor biotik terdiri dari tumbuhan, hewan dan manusia. Antara hewan,
12 tumbuhan, dan manusia memiliki pengaruh yang saling bertalian. Hewan
13 memerlukan hewan yang lain dan tumbuhan sebagai bahan makanan.
14 Sementara itu, umbuhan memerlukan hewan antara lain untuk penyerbukan
15 dan penyebaran benih. Tanpa adanya hewan, jenis tanaman tertentu tidak
16 bisa mengalami proses penyerbukan. Dalam hal ini, jika hewan yang
17 berperan dalam penyerbukan tersebut punah, maka tumbuhan yang
18 bersangkutanpun akan punah (Fatchan, 2016).
19 Beberapa jenis tumbuhan tertentu yang berperan untuk menebarkan
20 benih adalah hewan, antara lain burung, musang, kera, dan sebagainya. Jika
21 binatang yang memiliki peran tersebut mengalami kepunahan, suatu saat
22 tumbuhan yang bersangkutan akan ikut punah pula. Manusia dalam
23 hidupnya memerlukan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuhan.
24 Dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologinya manusia mampu
25 mengadakan rekayasa yang menghasilkan varietas tanaman tertentu. Di
26 samping itu, manusia juga berperan untuk menyebarkan jenis-jenis tertentu
27 yang sangat jauh dari habitat aslinya. Misalnya bangsa Belanda membawa
28 bibit apel yang tumbuh di Eropa untuk ditanam dan kemudian berkembang
29 di beberapa tempat di Indonesia.
30 3) Flora Fauna di Sulawesi
31 Indonesia merupakan negara kepulauan yang termasuk kawasan hutan
32 tropis. Negara ini memiliki 17.500 pulau dengan panjang garis pantai sekitar

16
1 95.181 km. Selain itu, kawasan ini terletak di antara dua benua, yaitu asia
2 dan australia serta dua buah samudera, yaitu samudera hindia dan samudera
3 pasifik. Indonesia mempunyai luas sekitar 9 juta km2 (2 juta km2 daratan,
4 dan 7 juta km2 lautan). Luas wilayah ini hanya sekitar 1,3% dari luas bumi,
5 namun mempunyai tingkat keberagaman kehidupan yang sangat tinggi
6 (Kuauma,Dkk.2015).
7 Flora dan fauna di Indonesia mencerminkan posisinya diantara Benua
8 Asia (Oriental) dan Benua Australia (Australian). Secara geologis kepulauan
9 Indonesia terbagi atas tiga wilayah, yaitu bagian Barat yang menyatu dengan
10 benua asia disebut landas kontinen sunda (paparan sunda), bagian tengah
11 disebut wilayah peralihan, sedangkan bagian timur Indonesia menyatu
12 dengan benua Australia disebut landas kontinen sahul atau paparan sahul.
13 Diantara landas kontinen sunda dengan wilayah peralihan terdapat batas
14 flora dan fauna asia yang disebut garis Wallace. sedangkan antara wilayah
15 peralihan dengan landas kontinen sahul terdapat batas flora dan fauna
16 Australia yang disebut garis Weber. Pembagian ini didasarkan hasil
17 penelitian penelitian Alfred Russel Walace dan Max Wilhelm Carl Weber.
18 Wilayah peralihan meliputi pulau-pulau di wilayah Indonesia bagian
19 tengah yang terdiri atas Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Pulau
20 Timor, dan Kepulauan Maluku. Sulawesi Tengah merupakan salah satu
21 propinsi di Indonesia yang terletak di “jantung”nya pulau Sulawesi, sebuah
22 pulau terpenting di bioregion ”Wallacea”, yang merupakan wilayah unik
23 kaya dengan flora-fauna endemik dan telah diidentifikasi sebagai salah satu
24 ”Hotspot biodiversity” di dunia (Pitopang, 2016). Flora dan fauna yang ada
25 di Sulawesi memiliki ciri yang khas dan unik. Flora tipe peralihan
26 wilayah Sulawesi yakni Eboni (Diospyros celebica), Cempaka Hutan Kasar
27 (Elmerrillia ovalis), Anggrek serat (Dendrobium utile), Longusei (Ficus
28 minahasae), Lontar (Borassus flabellifer) dan faunanya adalah Anoa
29 (Bubalus quarlesi), Kera Hitam Sulawesi (Macaca nigra), Burung Maleo
30 (Macrocephalon Maleo), Mandar Dengkur (Aramidopsis plateni).
31 Salah satu flora endemic di Sulawesi adalah Eboni atau Kayu Hitam
32 Sulawesi yang merupakan sejenis pohon penghasil kayu mahal dari suku

17
1 eboni- ebonian (Ebenaceae). Nama ilmiahnya adalah Diospyros celebica,
2 yakni diturunkan dari kata "celebes" (Sulawesi), dan merupakan tumbuhan
3 endemik daerah itu. Pohon ini memiliki batang lurus dan tegak dengan tinggi
4 sampai dengan 40 m. Diameter batang bagian bawah dapat mencapai 1 m,
5 sering dengan banir (akar papan) besar. Kulit batangnya beralur, mengelupas
6 kecil-kecil dan berwarna coklat hitam. Pepagannya berwarna coklat muda
7 dan di bagian dalamnya berwarna putih kekuning-kuningan. Selain itu, daun
8 berbentuk tunggal, tersusun berseling, menjorong memanjang, dengan ujung
9 meruncing, permukaan atasnya mengkilap, seperti kulit dan berwarna hijau
10 tua, permukaan bawahnya berbulu dan berwarna hijau abu-abu. Bunganya
11 mengelompok pada ketiak daun, berwarna putih. Buahnya bulat telur,
12 berbulu dan berwarna merah kuning sampai coklat bila tua. Daging buahnya
13 yang berwarna keputihan kerap dimakan monyet, bajing atau kelelawar;
14 yang dengan demikian bertindak sebagai agen pemencar biji.
15 Pohon Eboni atau Kayu Hitam menghasilkan kayu yang berkualitas
16 sangat baik. Warna kayu coklat gelap, kehitaman, atau hitam berbelang-
17 belang kemerahan. Dalam perdagangan internasional kayu hitam sulawesi
18 ini dikenal sebagai Macassar ebony, Coromandel ebony, streaked ebony atau
19 juga black ebony. Nama-nama lainnya di Indonesia di antaranya kayu itam,
20 toetandu, sora, kayu lotong, dan kayu maitong. Kayu hitam berat dengan
21 berat jenis melebihi air, sehingga tidak dapat mengapung. Kayu hitam
22 sulawesi terutama digunakan untuk mebel mahal, ukir-ukiran dan patung,
23 alat musik (misalnya gitar dan piano), tongkat, dan kotak perhiasan. Jenis ini
24 hanya terdapat di Pulau Sulawesi, di hutan primer pada tanah liat, pasir atau
25 tanah berbatu-batu yang mempunyai drainase baik, dengan ketinggian
26 mencapai 600 m dpl. Secara alami, kayu hitam sulawesi ditemukan baik di
27 hutan hujan tropika maupun di hutan peluruh. Kayu ini telah diekspor ke luar
28 negeri semenjak abad ke-18. Pasar utamanya adalah Jepang. Pasar sekunder
29 adalah Eropa dan Amerika Serikat. Karena perkembangan populasi yang
30 lambat dan karena tingginya tingkat eksploitasi di alam, kini kayu hitam
31 sulawesi telah terancam kepunahan. Ekspor kayu ini mencapai puncaknya
32 pada tahun 1973 dengan jumlah sekitar 26,000 m3, dan kemudian pada

18
1 tahun-tahun berikutnya terus menurun karena kekurangan stok di alam.
2 Untuk melindunginya, kini IUCN menetapkan statusnya sebagai rentan
3 (vulnerable) dan CITES memasukkannya ke dalam Apendiks.
4 Salah satu fauna endemic tipe peralihan di Sulawesi adalah Anoa.
5 Terdapat dua spesies anoa di Sulawesi yaitu: Anoa Pegunungan (Bubalus
6 quarlesi) dan Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis). Keduanya
7 tinggal dalam hutan yang tidak dijamah manusia. Penampilan mereka mirip
8 dengan rusa dan memiliki berat 150- 300 kg. Anak anoa akan dilahirkan
9 sekali setahun. Anoa Pegunungan juga dikenal dengan nama Mountain
10 Anoa, Anoa de Montana, Anoa de Quarle, Anoa des Montagnes, dan
11 Quarle‘s Anoa. Sedangkan Anoa Dataran Rendah juga dikenal dengan nama
12 Lowland Anoa, Anoa de Ilanura, atau Anoa des Plaines.Kedua spesies
13 tersebut dapat ditemukan di Sulawesi, Indonesia. Sejak tahun 1960-an
14 berada dalam status terancam punah. Diperkirakan saat ini terdapat kurang
15 dari 5000 ekor yang masih bertahan hidup. Anoa sering diburu untuk
16 diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya (anoa.laboratorium.web.id).
17 Habitat anoa adalah hutan primer di pulau Sulawesi, yaitu hutan yang
18 belum dijamah manusia. Anoa sering dijumpai di hutan sekunder, di pinggir
19 hutan atau di daerah yang relatif terbuka pada malam hari. Hutan lebat
20 berfungsi sebagai pelindung (cover) bagi anoa. Sewaktu mencari makan,
21 satwa ini menyukai habitat yang relatif terbuka dan didapati banyak jenis
22 tumbuhan bawah, semak, herba dan perdu.Sampai saat ini studi kebutuhan
23 nutrisi anoa di habitat alaminya di hutan-hutan primer di pulau Sulawesi sulit
24 dilaksanakan sebab satwa tersebut memiliki mobilitas yang tinggi dan sangat
25 sensitif terhadap kehadiran pengamat/peneliti karena memiliki indra
26 penciuman yang tajam. Anoa lebih sering dijumpai di hutan primer dan
27 hutan yang memiliki aksesibilitas sangat rendah, topografi berat sehingga
28 secara teknis sulit mengamati pola pakan satwa tersebut di habitat alaminya
29 secara langsung.
30 2.7 Permasalahan dan Solusi
31 Pulau Sulawesi merupakan kepulauan terbesar keempat di Indonesia.
32 Pulau Sumatera sebelah barat berbatasan dengan Kalimantan Timur, sebelah

19
1 Selatan Pulau Nusa Tenggara, sebelah Timur dengan Kepulauan Maluku,
2 sedangkan sebelah Utara berbatas dengan Negara Filipina. Luas pulai ini sekitar
3 176.400 km2 , secara astronomis Sulawesi berada pada posisi 2̊ 08’ LS 120̊ 17’
4 BT. Dilihat dari letak geografis di wilayah Sulawesi memiliki berbagai
5 permasalahan salah satunya yaitu masalah lingkungan.
6 Kabupaten Tana Toraja secara geografis terletak pada 2°-3° LS dan 119°
7 -120°BT, berada pada dataran tinggi bagian utara semenanjung Sulawesi Selatan
8 dengan ketinggian dari 500 – 2.500 m dpl menyebabkan temperatur/suhu udara
9 secara rutin terjadi berkisar antara 15° -32°C dengan kelembaban berkisar 82-
10 86% setiap hari dan rata-rata curah hujan antara 1.500-3.500 mm setiap tahun
11 (Data BPS Kab. Tana Toraja, 2011). Kondisi alam tersebut ternyata sangat
12 optimal untuk kebutuhan tanaman memproduksi karbohidrat yang banyak
13 menyebabkan pertumbuhan tanaman lebih cepat khususnya jenis pinus.
14 Di Kabupaten Tana Toraja, keberadaan pinus juga merupakan hasil
15 reboisasi dan penghijauan secara bertahap yang dimulai pada era tahun 40-an
16 oleh petugas kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan. Namun, dalam beberapa
17 tahun terakhir ini terdapat dampak lingkungan yang dikeluhkan oleh masyarakat
18 sekitarnya berupa kekurangan sumber air akibat keberadaan tegakan pinus.
19 Beberapa kajian antara lain oleh Priyono (2003) dan Sudarsono (2009) dalam
20 (Sallata,2014) diketahui bahwa adanya tanaman pinus di Kabupaten Tana Toraja
21 diakibatkan karena kurang tepatnya tempat penanaman pinus.
22 Potret lingkungan hidup di Sulawesi Selatan pada tahun 2018 tak jauh
23 lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Kerusakan lingkungan yang terjadi di
24 Sulawesi Selatan hampir seluruhnya dialami dan dirasakan oleh masyarakat
25 yang hidup di pedesaan dan perkotaan. Namun, kerusakan lingkungan dan
26 hilangnya sumber penghidupan rakyat belum dilihat sebagai hal penting untuk
27 segera diatasi. Permasalahan lingkungan lainnya yang ada di Sulawesi Selatan
28 yaitu Reklamasi pesisir Makassar serta tambang pasir laut di Takalar, menurut
29 Walhitelah menghancurkan ruang tangkap nelayan serta memiskinkan
30 masyarakat pesisir Kota Makassar dan Takalar.
31 Cagar Alam Gunung Duasudara merupakan bagian dari kawasan Cagar
32 Alam Tangkoko- Duasudara yang terletak di ujung tenggara semenanjung utara

20
1 Kabupaten Minahasa. Kehadiran penduduk desa sekitar kawasan Cagar Alam
2 Gunung Duasudara menimbulkan beberapa permasalahan yang secara langsung
3 atau tidak langsung mengancam kehidupan monyet hitam sulawesi.
4 Permasalahan yang ada di Cagar Alam Gunung Duasudara yaitu permasalahan
5 klasik yang dialami hampir setiap negara terhadap keberadaan satwa liar
6 termasuk satwa primata adalah masalah perburuan dan perambahan hutan.
7 Masalah lain di Cagar Alam Gunung Duasudara yang tidak bisa dikendalikan
8 seperti bencana alam (kebakaran), yang kerap terjadi di sekitar kawasan. Faktor
9 lain yang ikut menambah semua tekanan di atas yaitu lemahnya pengelolaan
10 kawasan lindung oleh pemerintah maupun pihat terkait.
11 Solusi yang tepat untuk berbagai permasalahan yang ada di wilayah
12 Sulawesi yaitu adanyanya sinergi atau kerjasama antar warga dan pemerintah
13 daerah untuk berkomitmen jaga lingkungan sekitar seperti bagi pemerintah dapat
14 membuat undang-undang tentang menjaga lingkungan seperti habitat monyet
15 hitam di cagar alam Gunung Duasudara serta mensosialisasikannya pada
16 masyarakat sehingga masyarakat akan lebih peduli pada lingkungan. Untuk
17 permasalahan kurangnya ketersediaan air akibat kurang tepatnya penanaman
18 pinus solusinya adalah terbentuknya kelembagaan yang memadai antara
19 masyarakat dan pemerintah untuk mengatur pemanfaatan tegakan pinus secara
20 holistic (bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat namun tidak merusak
21 lingkungan), sebab keberadaan pinus juga memeiliki sisi positif yakni membawa
22 banyak keuntungan bagi para pemiliknya terutama untuk perbaikan kondisi
23 ekonomi keluarga.
24
25
26
27
28
29
30
31
32

21
1
2
3
4
5
6 BAB III
7 PENUTUP
8

9 3.1 Kesimpulan

10 Berdasarkan paparan diatas maka dapat ditarik satu garis besar yaitu
11 wilayah pulau Sulawesi memiliki banyak aspek geografi regional seperti letak
12 astronomis yakni Pulau Sulawesi berada di 2̊ 08’ LS 120̊ 17’ BT, sehingga
13 terdapat di daerah iklim tropis, akibatnya wilayah Sulawesi terkena sinar
14 matahari penuh dan memiliki tingkat curah hujan yang tinggi, dan letak
15 geografis yang tentunya berdampak pada sistem perekonomian, sistem budaya,
16 dan sistem politik yang berlaku di wilayah tersebut. Selain itu letak astronomis
17 dan geografis pulau Sulawesi berdampak pada persebaran flora dan fauna
18 dimana flora dan fauna di pulau Sulawesi termasuk pada flora dan fauna tipe
19 peralihan yang bersifat endemik dan sangat bercirikhas. Di sisi lain keberadaan
20 pulau Sulawesi juga berdampak pada permasalahan yang ada di sana seperti
21 masalah ketersediaan air yang berkurang akibat dari kesalahan penanaman
22 pinus, terancamnya keberadaan monyet hitam di Cagar Alam Gunung Dua
23 Sudara, serta permasalahan lainnya yang solusinya adalah sinergi antara
24 pemerintah dan masyarakat untuk berkomitmen menjaga lingkungan.

25 3.2 Saran

26 Pulau Sulawesi merupakan pulau yang memiliki banyak budaya dan ciri
27 khas seperti flora dan faunanya yang endemik, dengan budaya yang sangat
28 beragam. Oleh sebab itu sudah menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat
29 untuk melestarikan keberadaan pulau Sulawesi yang penuh potensi. Permasalah-
30 permasalahan di pulau Sulawesi harus segera diselesaikan melalui proses yang
31 bertahap karena memeulihkan dan menyelesaikan permasalahan baik itu

22
1 permasalahan lingkungan maupun aspek lainnya memerlukan suatu proses yang
2 memebutuhkan kerjasama atau sinergi antara warga masyarakat dan pemerintah.

23
1 DAFTAR PUSTAKA

2 Anonim.2011. Peta Perekonomian Pulau Sulawesi. (Online).


3 https://wikanpre.wordpress.com/2011/04/08/peta-perekonomian-daerah-sulawesi/ di
4 akses pada tanggal 17 September 2019
5 Chandra, Wahyu.2019. Muram, Protet Pengelolaan Lingkungan Hidup Sulsel tahun
6 2018, Online (https://www.mongabay.co.id), diakses pada 17 sebtember 2019
7 Geost, Flysh. 2019. Kondisi Geografis Pulau Sulawesi Yang Membedakannya Dari
8 Pulau Lainnya Di Indonesia. (Online).
9 https://www.geologinesia.com/2019/01/kondisi-geografis-pulau-sulawesi.html di
10 akses pada tanggal 17 September 2019.
11 Gocelebes.com. 2017. Info Lengkap Tempat Wisata di Pulau Sulawesi Indonesia.
12 (online) (http://www.gocelebes.com/kapal-pinisi/). diakses pada tanggal 17
13 september 2019.
14 Kementrian Lingkungan Hidup. 2013. Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
15 Republik Indonesia. (online) (http://www.menlhk.go.id/). diakses pada tanggal 15
16 september 2019. 
17 Kuauma, Cecep dkk. 2015. Keanekaragaman Hayati Flora di Indonesia. Jurnal
18 Silvikultural. Fakultas kehutanan, institut pertanian bogor, 5(2): 187-198, (Online),
19 (jesl.journal.ipb.ac.id/index.php/jpsl/article/download/10962/8446), diakses pada 18
20 November 2018.
21 Lengkong, .2011. Laju Degradasi Habitat Monyet Hitam Sulawesi (Macaca nigra) di
22 Cagar Alam Gunung Asudara Sulawesi Utara.
23 Sallata, M.Kudeng. 2013. Pinus (Pinus Merkusii Jungh et de Vriese) dan
24 Keberadaannya di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Jurnal Info Teknis
25 EBONI 10 (2).
26 Perpustakaan.online. 2018. Kebudayaan Sulawesi Selatan Lengkap Dengan Tarian,
27 Pakaian, dan Rumah Adat. (online) (https://perpustakaan.id/kebudayaan-sulawesi-
28 selatan/). diakses pada tanggal 15 september 2019. 
29 Pitopang, R., & Ramawangsa, P. A. (2016). Potensi Penelitian Etnobotani Di Sulawesi
30 Tengah Indonesia (Potencial of Ethnobotanical Studies in Central Sulawesi
31 Indonesia). Online Journal of Natural Science Vol, 5(2), 111-131.

24

Anda mungkin juga menyukai