Anda di halaman 1dari 26

RESTORASI

KOLEKSI BATIK

CIREBON
NO. INVENTARIS 20459

KELOMPOK KERJA
PENGELOLAAN KOLEKSI
MUSEUM NASIONAL
RESTORASI
KOLEKSI BATIK

CIREBON
NO INV. 20459

Penulis:
Desy Anjar S. Lumbantoruan, S.Si

Penanggung jawab:
Dian Novita Lestari, S.Si., M.Hum.

Buku elektronik ini disusun untuk tujuan pendidikan dan bukan untuk
diperjualbelikan.

Buku ini memberikan informasi terkait proses restorasi tekstil, yaitu


koleksi batik yang berasal dari Cirebon.

Museum Nasional, 2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan hidayah-Nya, buku "Restorasi Koleksi Batik Cirebon No.
Inventaris 20459" dapat diselesaikan dengan baik.

Berdasarkan UU No. 11 Tahun 2010, museum merupakan lembaga


yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi
berupa benda, bangunan, struktur atau material alam, baik berupa cagar
budaya atau belum cagar budaya dan mengkomunikasikan ke masyarakat.
Koleksi museum merupakan bukti hasil budaya yang mempunyai nilai
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, kebudayaan,
teknologi dan pariwisata.

Upaya melindungi koleksi museum tetap lestari dan mengembalikan


kondisi koleksi semaksimal mungkin seperti kondisi semula dilakukan
dengan kegiatan restorasi terhadap koleksi. Buku ini memberikan informasi
mengenai kegiatan restorasi yang dilakukan terhadap koleksi tekstil, yaitu
koleksi Batik Cirebon dengan nomor inventaris 20459.

Semoga informasi yang disajikan dalam buku ini berguna dan dapat
membuat pembaca memahami proses konservasi dan restorasi yang
kompleks, menjadi buku panduan dalam melakukan konservasi koleksi
sejenis, dan menumbuhkan kesadaran untuk turut menjaga berbagai koleksi
di museum agar lestari dan dapat dinikmati hingga ke masa yang akan
datang.

Jakarta, Oktober 2022


Plt. Kepala Museum dan Cagar Budaya

Dra. Sri Hartini, M.Si.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
MENGENAL BATIK 1

Batik yang direstorasi 2


IDENTIFIKASI KONDISI KOLEKSI 3

Identifikasi Bahan Koleksi 4


Identifikasi Pewarna Koleksi 5
Identifikasi Kondisi Koleksi 6

KONSERVASI DAN RESTORASI 7

Pembersihan Akumulasi Debu 8


Pembersihan Noda 9
Penentuan Warna Kain Support 10
Penentuan Warna Benang 11
Proses Restorasi Koleksi 11
Proses dan Teknik Jahit 12

PENYIMPANAN KOLEKSI 14

Teknik Penyimpanan 15
Lingkungan Mikro untuk Koleksi Tekstil 17

BAGAIMANA PENGUNJUNG IKUT MENJAGA


KOLEKSI MUSEUM? 19

REFERENSI 21

iii
MENGENAL
BATIK

Batik merupakan teknik pembuatan corak atau motif tertentu. Motif


pada batik dihasilkan dari penggunaan malam (wax) untuk
merintangi warna dalam proses pewarnaan sehingga bagian yang
diberi malam tidak terkena warna dan membentuk motif tertentu.

Motif batik bervariasi, dipengaruhi oleh penggunanya, tujuan


pemakaian, wilayah asal batik, dan berbagai pengaruh luar.

Motif tersebut memiliki makna simbolis dari warna dan desainnya,


mengekspresikan kreatifitas dan spiritualitas dari masyarakat
Indonesia.

Batik Indonesia telah secara resmi diakui oleh UNESCO pada


tanggal 2 Oktober 2009 ke dalam Daftar Representatif Warisan
Budaya Tak Benda Manusia (Representative List of the Intangible
Cultural Heritage of Humanity).

UNESCO mengakui bahwa Batik Indonesia mempunyai teknik,


teknologi, simbol budaya, filosofi yang menjadi identitas rakyat
Indonesia mulai dari lahir sampai meninggal.

1
Batik yang direstorasi

Kain panjang dengan no. inventaris 20459.

Penggunaan kain panjang ini sebagai busana bagian bawah.

Warna dasar merah kecoklatan, motif utama wadasan


warna biru tua dengan gradasi biru muda dan putih serta
motif sulur anggur sebagai motif pengisi latar dengan
warna biru tua, merah muda dan krem.

Panjang koleksi 246 cm dan lebar 109,5 cm.

Berdasarkan catatan, koleksi berasal dari Cirebon,


diperoleh tanggal 25 Mei 1933.

2
IDENTIFIKASI
KONDISI
KOLEKSI

Kegiatan pendahuluan sebelum konservasi koleksi untuk


mengidentifikasi koleksi baik dari bahan koleksi maupun kondisi
koleksinya.
Kegiatan ini membantu mengetahui jenis penanganan yang
diperlukan terhadap setiap kerusakan pada koleksi.
Pelaksanaan identifikasi koleksi dilakukan secara detil, menyeluruh
dan terdokumentasi

Dalam pelaksanaan identifikasi koleksi dapat menggunakan


bantuan peralatan seperti kaca pembesar, mikroskop, kolorimeter,
dan peralatan lain sesuai kebutuhan

3
Identifikasi Bahan Koleksi

Koleksi terbuat dari bahan katun yang dibuktikan dari identifikasi


secara mikroskopik, sifat bahan dan penyerapan bahan terhadap
air. Katun termasuk ke dalam serat alam yang berasal dari tanaman
kapas sehingga memiliki kandungan selulosa yang tinggi.

Secara mikroskopik

Serat katun memiliki serat tekstil


yang tampak terpilin dengan arah S
serat tekstil serat kain dan Z.

Penampang membujur serat katun


Pilinan kapas membentuk arah S dan Z.

Pilinan arah S dan Z

(Butar-butar, 2018)

Sifat bahan
Kain katun terbuat dari lusi dan pakan berbahan
katun yang tersusun dari serat kapas. Hal ini
membuat serat katun mudah meninggalkan bekas
lipatan dan permukaannya mudah kusut saat
tekstil terlipat
terlipat.

Sifat penyerapan air

Kain katun mudah menyerap air yang terlihat dari


kain yang tampak lembab saat di usap cotton bud
menyerap air lembab.
4
Identifikasi Pewarna Koleksi

Identifikasi terhadap jenis pewarna tekstil perlu dilakukan


untuk mengetahui cara menangani koleksi. Hasil identifikasi
menunjukkan bahwa bahan pewarna yang digunakan pada
koleksi merupakan pewarna alami. Pewarna alami dapat
berasal dari bagian tumbuhan, hewan dan sumber mineral.

Ciri pewarna alami:


Warna tidak mencolok,
Warna tidak merata,
Kain pada bagian berwarna terasa tebal

Asal pewarna :
merah kecoklatan: pewarna alami
tingi yang difiksasi dengan tawas,
biru: tanaman indigofera, gradasi
dihasilkan dari variasi jumlah
pencelupan.

Sumber pewarna alami pada koleksi batik yang direstorasi :

Warna biru diolah dari daun


dan batang tanaman
indigofera/ tarum.
Pewarna indigo akan
membentuk pasta setelah
diproses.
Indigofera tinctoria

Warna merah kecoklatan


diperoleh dari tanaman soga
tingi.
bagian yang digunakan adalah
kulit kayu tanaman tingi.
Ceriops tagal
5
Identifikasi Kondisi Koleksi

sobekan
memanjang bagian yang

hilang dan
berlipat

lubang pada
beberapa
bagian

noda coklat
dan putih

6
KONSERVASI &
RESTORASI

Koleksi batik yang telah diidentifikasi bahan dan jenis kerusakannya


kemudian dilakukan konservasi dan restorasi.
Konservasi meliputi semua kegiatan dan tindakan yang bertujuan untuk
melindungi warisan budaya agar dapat dinikmati hingga masa
mendatang.
Restorasi adalah upaya untuk mengembalikan keadaan koleksi sedekat
mungkin dengan kondisi awal koleksi dengan mengganti bagian yang
hilang dan memperbaiki kerusakan.
Pada koleksi batik ini dilakukan kegiatan konservasi meliputi
pembersihan akumulasi debu, pembersihan noda pada kain, dan
pelembaban kain.
Kegiatan dilanjutkan dengan restorasi yaitu menjahit lubang atau
sobekan pada kain batik dengan teknik jahit sesuai jenis kerusakan.
7
Pembersihan Akumulasi
Debu

Pembersihan debu merupakan langkah awal untuk konservasi


koleksi tekstil. Pembersihan debu bertujuan untuk mengurangi
akumulasi debu pada koleksi karena akumulasi debu
menyebabkan koleksi mudah rusak.

Alat dan Bahan:

- Vakum cleaner dengan HEPA filter yaitu alat


untuk menarik debu pada permukaan koleksi.
Dengan adanya filter HEPA yang sangat halus
menjaga serat tekstil agar tidak rusak.

- Kain strimin untuk melindungi koleksi


selama proses vakum dan menghindari
terikutnya ornamen pada koleksi.

Langkah/tahapan:

Bentangkan koleksi pada tempat yang


memadai,
Tutupi permukaan koleksi yang akan
dibersihkan dengan kain strimin,
Tahan kain strimin saat proses vakum,
Pembersihan dilakukan dengan gerakan
satu arah.

8
Pembersihan Noda

Noda pada permukaan tekstil dapat menyebabkan serat


tekstil rapuh dan mudah rusak. Pembersihan noda pada
koleksi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu dengan
kompres basah dan dengan teknik pointing.

Alat dan Bahan:

Cotton bud Sprayer halus


Kertas HVS Kipas angin
Spons bedak Pelat kaca
Plastik mylar Akuades

Langkah/tahapan:

1. Teknik point untuk membersihkan noda kecil


Mengusap cotton bud yang dilembabkan
dengan akuades satu arah,
Bagian bawah dilapisi plastik mylar,
Sisa air di tap-tap dengan spons bedak.
1.
2. Teknik kompres basah untuk membersihkan
noda besar dan untuk melembabkan koleksi
yang kering. Koleksi kering akan membuat
serat rapuh, sehingga perlu dilembabkan.
Melembabkan kertas HVS dengan
sprayer halus berisi akuades lalu
diletakkan pada area noda dan diletakan
pelat kaca di atasnya selama 5 menit,
Kain lalu dikeringkan dengan kipas angin
hingga kering.

9
Penentuan Warna Kain Support

Kain support digunakan sebagai penyangga


bagian berlubang dan sobek dalam restorasi
koleksi.
Kain support menggunakan bahan katun yang
warnanya mirip dengan bagian berlubang atau
hilang pada koleksi agar tidak mengganggu
estetika koleksi. Penggunaan kolorimeter
Penentuan warna kain dilakukan dengan untuk menentukan warna
kolorimeter dengan ketentuan nilai ΔE sesuai kain support
Tabel 1.
ΔE merupakan nilai yang menunjukkan perbedaan warna berdasarkan
jarak titik koordinat antara warna standard dan sampel.

Tabel 1. Persepsi Warna berdasarkan nilai ΔE (Karma, 2020)


ΔE Persepsi

<= 1.0 Warna tidak dapat dibedakan oleh mata manusia


1-2 Warna dapat dibedakan melalui pengamatan mendetail
2-10 Warna dapat dibedakan melalui pengamatan sekilas
11-49 Warna lebih cenderung mirip daripada berbeda
100 Warna jelas berbeda

Hasil pengukuran warna kain:

Merah Biru muda


ΔE : 3.74 ΔE : 3.65

Biru tua Krem


ΔE : 1.70 ΔE : 2.42

10
Penentuan Warna Benang

Benang yang digunakan jenis poliester yang semitransparan, diameter


kecil, dan halus sehingga diharapkan tidak merusak estetika dan bahan
koleksi selama proses restorasi.

Hasil pemilihan warna benang:

Benang gutterman tipe U81 skala 360,

Proses Restorasi Koleksi

Proses restorasi pada koleksi tekstil memerlukan teknik jahit yang


berbeda sesuai jenis kerusakan pada koleksi.
Jenis kerusakan yang bisa ditemukan pada tekstil yaitu jahitan
terlepas, berlubang, sobek dan adanya bagian yang hilang. Tiap
kerusakan memerlukan jenis teknik jahit yang spesifik sesuai tujuan
restorasi.
Ada berbagai jenis teknik jahit untuk restorasi koleksi diantaranya
teknik jahit tusuk matahari (whip stitch), teknik jahit tusuk jelujur
(running stitch), teknik jahit angka delapan (figure eight stitch), teknik
jahit hemming stitch, teknik jahit herringbone, teknik jahit back stitch,
teknik jahit self couching dan teknik jahit darning stitch.

11
Proses dan Teknik Jahit

SOBEKAN

2
1

Sisi depan dijahit dengan teknik figure Langkah-langkah


1. eight / angka delapan. menjahit dengan teknik
Hasil jahitan membentuk jahitan lurus figure eight stitch.
dengan jahitan saling bersilangan
antara dua sisi yang disambung.

sisi depan
3 2

1 4

Langkah-langkah menjahit dengan


teknik herringbone.
sisi belakang

Sisi belakang diberi kain support warna sesuai area sobekan.


2. Sisi belakang dijahit dengan teknik herringbone untuk menahan
kain support.
Teknik herringbone berfungsi menempelkan kain koleksi dengan
kain support.

12
Proses dan Teknik Jahit

LUBANG BESAR Lubang besar menggunakan kain support


yang dijahit dengan teknik herringbone

sisi belakang
sisi depan

Sisi depan dijahit Sisi belakang diberi kain support


dengan teknik whip berwarna sesuai area sobekan dan
stitch/ tusuk matahari. dijahit dengan teknik herringbone.

Lubang kecil menggunakan kain support


LUBANG KECIL tanpa menjahitnya dengan teknik herringbone

sisi depan sisi belakang

Sisi depan dijahit Sisi belakang diberi


dengan teknik whip kain support berwarna
stitch/ usuk matahari. sesuai area sobekan.

Langkah-langkah menjahit
dengan teknik whip stitch.
3 1
Terdiri dari tusuk lurus di depan
dan diagonal di belakang.
2
Dijahit dengan mengikuti serat
tekstil.
13
PENYIMPANAN
KOLEKSI

Koleksi yang sudah direstorasi sebaiknya disimpan dalam


kondisi optimal untuk memaksimalkan perlindungan terhadap
koleksi.
Kondisi penyimpanan harus memperhatikan lingkungan mikro
dan metode penyimpanan yang sesuai jenis koleksi.
Penyimpanan koleksi tekstil dapat dilakukan dengan metode
mendatar (flat) atau digulung.
Pemilihan teknik penyimpanan tersebut disesuaikan dengan
kondisi koleksi.

14
Teknik Penyimpanan

Syarat koleksi tekstil disimpan dengan cara digulung yaitu ukurannya


besar dan tidak ada ornamen, sedangkan untuk koleksi yang rapuh, kaku
dan memiliki ornamen yang rusak jika digulung, maka koleksi sebaiknya
disimpan dengan cara mendatar.
Tidak adanya ornamen pada koleksi batik yang direstorasi dan
ukurannya yang cukup besar membuat penyimpanan dengan cara
digulung lebih sesuai.
Batik disimpan dengan cara digulung untuk mencegah lipatan, kusut dan
sobekan pada kain.
Tabung gulungan tekstil dibuat dari tabung karton berukuran sesuai
lebar koleksi dan dilapisi plastik mylar, dakron dan kain belacu di bagian
paling luar yang berfungsi menjadi bantalan bagi koleksi.

Kain belacu
Dakron
Plastik mylar

Tabung karton

Tabung gulungan tekstil dan lapisan penyusunnnya

15
Langkah penggulungan koleksi:

1. Penggulungan kain batik dilakukan dengan


melapisi seluruh permukaan koleksi
menggunakan kertas bebas asam. Kertas bebas
asam berfungsi untuk mencegah kontak antar
permukaan koleksi

2. Kain digulung dengan hati-hati jangan


sampai ada bagian yang terlipat

3. Setelah seluruh bagian kain


tergulung, pada kedua ujung
tabung disimpul dengan pita
katun

4. Koleksi diberikan identitas berisi nomor


inventaris koleksi untuk mempermudah
pencarian koleksi.

16
Lingkungan Mikro untuk
Koleksi Tekstil

Relative Humidity (RH) optimal untuk tekstil


45%-60%, dengan fluktuasi <= 5 %.
RH tinggi membuat serat lapuk, warna mudah
pudar dan berkembangnya mikroorganisme.
RH rendah membuat serat tekstil kering dan
pengelupasan warna/cat.
Fluktuasi RH membuat serat rapuh dan mudah
rusak.

Data logger.
Alat mengukur
Suhu lingkungan optimal penyimpanan koleksi kelembaban relatif
tekstil di 16-24°C. (RH) dan suhu
Suhu tinggi membuat reaksi kimia meningkat lingkungan.
sehingga laju penguraian serat lebih cepat.
Suhu rendah membuat tekstil kering dan
rapuh.
Fluktuasi suhu menyebabkan material
berkontraksi dan mempercepat kerusakan
serat tekstil.
Fluktuasi suhu berkaitan dengan fluktuasi RH.

Sticky trap.
Serangga dan hama merupakan salah satu agen Alat untuk
perusak bagi koleksi tekstil. mendeteksi
Kerusakan tekstil terjadi karena serangga keberadaaan
memakan tekstil yang memiliki kandungan serangga di
selulosa. lingkungan koleksi.
Serangga juga dapat membuat noda dari
kotorannya bila telah berkembangbiak di koleksi
tekstil.
Identifikasi serangga di sekitar koleksi dapat
dilakukan dengan meletakkan sticky trap di
sekitar tekstil untuk menangkap serangga.

17
Koleksi tekstil sensitif terhadap cahaya
tampak dengan maksimal paparan 50 lux.
Paparan cahaya diatas 50 lux
menyebabkan perbedaan warna dan serat
tekstil jadi rapuh dan mudah rusak.
Paparan cahaya dan waktu paparan
Light meter. Alat

berbading lurus dengan tingkat kerusakan


mengukur

pada tekstil. Semakin lama terkstil


intensitas cahaya

terpapar cahaya dengan intensitas tinggi


tampak di sekitar

maka kerusakan akan makin parah.


koleksi.
Alternatif meminimalisir kerusakan
koleksi dengan cara merotasi koleksi di
ruang pamer.

Paparan sinar UV tidak dapat diamati


oleh mata manusia.
Radiasi sinar UV yang memiliki frekuensi
tinggi menyebabkan kerusakan pada
koleksi meskipun dalam jumlah sedikit. UV-meter. Alat
Cahaya UV tidak seharusnya ada pada mengukur
lingkungan penyimpanan dan penyajian intensitas cahaya
koleksi berbahan tekstil. UV di sekitar
koleksi.

Debu menjadi salah satu agen perusak


pada koleksi tekstil karena dapat
membuat koleksi kusam, menarik uap air,
memicu perkembangan serangga dan
jamur di koleksi.
Kertas saring dapat
Pemantauan debu dilakukan dengan
digunakan untuk
kertas saring dengan meletakkannya di
pemantauan debu
sekitar koleksi lalu membandingkan berat
di sekitar koleksi.
kertas sebelum dan setelah pemantauan.

18
BAGAIMANA PENGUNJUNG
IKUT MENJAGA KOLEKSI
MUSEUM?

Museum merupakan salah satu sarana edukasi dan hiburan


dimana kita bisa melihat bukti-bukti hasil kebudayaan manusia
sepanjang zaman.

Melalui koleksi, segala kisah dan informasi disampaikan kepada


pengunjung.

Sudah menjadi kewajiban bersama baik pengelola maupun


pengunjung untuk menjaga koleksi supaya terus dapat dinikmati
hingga generasi yang akan datang.

Salah satu bentuk kepedulian pengunjung yaitu dengan menaati


peraturan yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika berada di
museum.

19
Tidak menyentuh koleksi.
Tangan mengandung minyak dan kotoran yang bisa
merusak koleksi.

Tidak makan dan minum di ruang pamer.


Makanan dan minuman dapat mengundang hama yang
dapat merusak koleksi museum.

Tidak memotret menggunakan blitz.


Paparan cahaya yang tinggi dapat menyebabkan
pudarnya warna khususnya koleksi tekstil.

Tidak merokok/vape di ruang pamer.


Senyawa kimia dalam asap rokok dapat merusak
koleksi dan beresiko menyebabkan kebakaran.

Tidak bersandar pada koleksi.


Meskipun koleksi terlihat kokoh namun koleksi sudah
berusia tua sehingga sudah rapuh.

Tidak berlarian di ruang pamer.


Ruang pamer memiliki banyak koleksi yang berharga dan
rapuh, berlarian bisa beresiko membahayakan koleksi.

Tidak meletakkan ponsel atau benda lain di atas atau


di sekitar koleksi.
Paparan cahaya yang tinggi dapat menyebabkan
pudarnya warna khususnya koleksi tekstil.

Menjaga ketenangan dan kebersihan.


Jagalah ketenangan di ruang pamer agar dan
kebersihannya agar pengunjung lain merasa nyaman.

20
REFERENSI
Brainard D.H. (2003). Color Appearance and Color Difference Spesification. The
Science of Colour, Second Edition, hal. 191-216.
Butar-butar, K. (2018). Wujud Estetik dan Makna Simbolik Tenunan Ulos Batak
Sumatera Utara. [Tesis]. Universitas Komputer Indonesia.
CCI. Textile Lab. (2010). The Identification of Natural Fibres.
https://www.canada.ca/content/dam/cci-icc/documents/services/conservation-
preservation- publications/canadian-conservation-institute-notes/13-18-eng.pdf

Museum Rules.https://hoodmuseum.darmoth.edu/visit/ museum-rules.


Grim, M.W. (1995). The Directory of Hand Stitches Used in Textile Conservation.
Arizona: The Textile Specialty Group.
Karma, I Gede Made. (2020). Determination and Measurement of Color Dissimilarity.
International Journal of Engineering and Emerging Technology, (5)1, hal 67-71.

Wahyuningsih S, Rahmawati, Handayani S.R., Setyaningsih, Ponimah. (2020).


Chemistry of Natural Dyes of Batik Crafts Colouring Process. IOP Confrence Series:
Material Science and Engineering, 858(012059), hal 1-9.
William Gee. (t.thn). Guterman Threads: Skala 360(U81).https://www.williamgee.co.
uk/shop/guttermann-sewing -threads-u81-skala-360-cone/
Wulandari A. (2011). Batik Nusantara: Makna Filosofis, Cara Pembuatan dan Industri
Batik. Yogyakarta. Penerbit Andi.

Yulita I, Widiyastuti D.R., Lestari D. N., Dewi M.S., Gunawan, Rizqika M.K., Santoso
I, Hasanah F.D., Askari B.A., Ajiz L, Azura N, Hardiansyah R, Nirmala D,
Setyaningrum A, Chotimah U.C., Wijayanti L. (2020). Konservasi Koleksi Tekstil.
Jakarta. Museum Nasional.

21
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktoral Jenderal Kebudayaan
Museum Nasional

www. museumnasional.or.id museumnasionalindonesia Museum Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai